ABSTRAK
PELAKSANAAN PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TERLANTAR DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN
OLEH DINAS SOSIAL KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh
Dea Octaviana Putri
Program ASLUT merupakan program yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2013 yang bertujuan untuk memberikan jaminan sosial guna membantu lanjut usia telantar dalam bentuk pemberian uang tunai melalui pendampingan sosial guna memenuhi sebagian kebutuhan dasar hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif empiris. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Sosial Kota Bandar Lampung telah melaksanakan tahapan-tahapan yang ada dalam Program ASLUT yang meliputi sosialisasi, pendataan seleksi verifikasi dan validasi calon penerima, penetapan dan penggantian penerima, pembinaan dan pemantapan pendamping, penerimaan dana, penyaluran dana, pendampingan, dan monitoring evaluasi serta pelaporan. Hambatan-hambatan yang ada dalam Program ASLUT yang dihadapi oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung adalah anggaran dana dari Kementerian Sosial yang masih sangat kurang, belum adanya peraturan daerah yang mengatur secara konkrit mengenai kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Hambatan yang ada dalam Program ASLUT yang dihadapi Pendamping meliputi kurang terjalinnya kerja sama yang baik antara pendamping dengan dinas/ intansi sosial kota, sasaran sosialisasi Program ASLUT hanya meliputi dinas/ instansi sosial terkait dan pendamping. Oleh karena itu diperlukan adanya kerja sama yang baik sesuai dengan tugas masing-masing yang terdapat dalam peraturan Program ASLUT serta diperluas lagi sasaran sosialisasi mengenai Program ASLUT agar tidak hanya pihak terkait saja yang mengetahui adanya program ini. Dan semua pihak dapat memberikan kontribusi dalam Pelaksanaan Program ASLUT.
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF SOCIAL ASISTANCE DISPLACED ELDERLY PROGRAM IN MAKING A WELFARE BY SOCIAL DEPARTMENT
OF BANDAR LAMPUNG CITY By
Dea Octaviana Putri
ASLUT program is a program established by the Minister of Social Affairs in Minister of Social Affairs Regulation No. 12 of 2013, which aims to provide social security to help neglected elderly in the form of cash through social assistance in order to meet the most basic needs of life . This study is made to determine the implementation of the social assistance displaced elderly program In Making a Welfare by Social Department of Bandar Lampung City and the obstacles faced by Social Department of Bandar Lampung. The method used in this research is the empirical normative . The results of this study indicate that the Social Department of Bandar Lampung has been carrying out the stages that exist in Aslut program that includes socialization , data verification and validation of selection candidates , determination and replacement of the receiver , guidance and stabilization companion , receipt of funds , disbursement of funds , mentoring , and monitoring and evaluation and reporting . Barriers that exist in the program Aslut faced by the Social Department of Bandar Lampung is the budget of the Ministry of Social Affairs which is still lacking , the lack of regulations governing the area concretely about the social welfare neglected elderly , the absence of a clear division of authority between the Government central and regional government in social welfare issues neglected elderly. Existing barriers faced Aslut Program Assistants covering less intertwining of good cooperation between the chaperone with departments/ social intansi city , socialization goals aslut program only covers services/ agencies related social and companion . Therefore it is necessary to have good cooperation in accordance with their respective tasks contained in the program regulations and expanded target Aslut socialization of aslut program that is not only related parties are aware of this program . And all parties can contribute to the Program Implementation Aslut .
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 19 Oktober 1993,
sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, putri dari pasangan
Bapak Dian Purnama, S.E. dan Ibu Dra. Sri Hastuti.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Taruna Jaya Bandar Lampung diselesaikan
tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Azhar II Bandar Lampung
pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Al-Kautsar Bandar
Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri
10 Bandar Lampung pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2014 di Desa
PERSEMBAHAN
Dengan lafadz hamdallah, ku persembahkan karya kecilku ini untuk :
Allah Rabbil Izzati atas limpahan rahamat dan karunia-Nya serta kasih saying dan
pertolongan yang diberikan-Nya padaku.
Kedua orang tuaku, Dian Purnama, S.E. dan Dra. Sri Hastuti
yang dengan segenap kasih sayang, kesabaran, dan nasehatnya dalam
membesarkan dan mendidikku, atas setiap doa yang selalu dipanjatkan untuk
keberhasilan dan kebahagianku, serta tetes peluh yang telah dikeluarkan untuk
mendukung dalam menyelesaikan pendidikanku.
Kakak-kakaku tercinta, Jessica Olivia Putri, S.T., Tommy Budhi Santoso, S.T.,
dan Andre Fajar Budhikusuma, S.T. yang selalu menyayangiku dan mendukungku
serta menghargaiku sebagai saudara juga teman.
Abdoel Haris Ngabehi yang selalu memberiku semangat.
Sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman yang telah memberikan dorongan,
saran serta doanya sehingga skripsi ini dapat terselsaikan.
MOTO
“Hay orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
Al-Baqarah: 153
Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis.
Aristoteles
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkah rahmat dan
karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “ Pelaksanaan Program Asistensi Sosial Lanjut Usia
Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial Kota Bandar
Lampung “ adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di
Universitas Lampung.
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung telah memberiakan bantuan, bimbingan dan
dorongan yang sangat berguna hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini,
yaitu:
1. Bapak Dr Yuswanto, S.H.,M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I atas
kesediannya untuk memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan dalam
proses penyelsaian skripsi ini;
2. Bapak Agus Triono, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan penuh perhatian dan
3. Bapak Charles Jackson, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah
memberikan masukan serta saran-sarannya;
4. Ibu Ati Yuniati, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembahas II yang telah memberikan
kritik dan saran serta masukannya dalam penulisan skripsi ini;
5. Bapak Sutarjo selaku Pendamping Penerima Program Aslut Kecamatan
Tanjung Karang Timur Kelurahan Kampung Sawah Brebes, Kota Bandar
Lampung atas bantuan dan masukan dalam penulisan skripsi ini;
6. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H.,M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
7. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara;
8. Bapak Armen Yasir, S.H,.M.Hum. selaku Pembimbing Akademik;
9. Bapak Muhtadi, S.H,.M.Hum selaku Pembimbing Akademik Semester 1-5
yang selalu memberi saran dan motivasi bagi penulis;
10. Para Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung, terimakasih
banyak atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama
dalam pendidikan;
11. Para staff administrasi di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah
banyak membantu;
12. Yang terhormat Papa Dian Purnama, S.E. dan Mama Dra. Sri Hastuti tercinta,
terkasih, dan tersayang yang selalu mendukung dan mendoakan untuk
keberhasilanku meraih cita-cita, terimakasih atas doa dan dukungannya,
kebahagian papa dan mama adalah semangat dan motivasi terbesar dalam
13. Saudara-saudaraku tersayang: Jessica Olivia Putri, S.T., Tommy Budhi
Santoso, S.T., Andre Fajar Budhikusuma, S.T. terimakasih atas dukungan
dan bantuan doanya. Kalian yang selalu menyemangatiku untuk terus dapat
maju dan menjadi anak yang dapat membahagiakan dan membanggakan papa
dan mama;
14. Keponakan-keponakanku tersayang: Alm. Muhammmad Balapati Budhi
Albanna dan Muhammad Adyatama Budhi Alfatih terimakasih sudah menjadi
malaikat kecilku penyemangat hidupku;
15. Abdoel Haris Ngabehi terimakasih selama ini selalu ada di sisiku tak kenal
lelah dalam suka dan duka, selalu memberi semangat dan kasih. You are the
other half that makes me feel whole I want you for always.. days, years, and
eternities;
16. Sahabat-sahabatku tersayang yang selalu ada dan setia di sisiku: Wanda
Kirana, Regina Amanda, Lilia Rahmalia, Shinta Rapika, Nadia Yulinda E,
Almira Balqis, Resty Ramdhani, Fitri Dwi Yudha, Shintya Sardi, Samatha
Dana, Anca Viriska, Bayu Andrian, Dwi Anjani, Nurul Zahra terimakasih
atas persahabatan dalam suka dan duka serta bantuan pemikirannya sehingga
skripsi ini terselesaikan;
17. Teman-teman penulis: Sarah Furqoni, Tara Ranggala, Gracelda Syukrie,
Indah Nur Fitria, Tiffany Andina, Ruri Kemala, Patrisella, Oldy Andrelin,
Septiara Putri, Untari Rachma, Diasti Rastosari, Mutiara Pusparani, Murni
Triana, Sari Tirta, Ferdiyan, Hilman Abdillah, Dananjaya Pratama, Himawan,
Gede Arya, Mamed, Odi Carapeboka, Fahmi Reza kalian adalah benar-benar
18. Keluarga Besar HIMA HAN’11 yang tidak bisa kusebut satu-satu,
terimakasih atas kisah yang telah terlewati selama masa-masa kuliah;
19. Teman-teman dan Keluarga KKN Desa Padan Nadia, Ida, Eci, Ana, Dina,
Kak Felix, Ginta, Kak Tio, Imam, Pak Kades, Bu Kades, atas pengalaman
yang paling berkesan yang kita lewati siang dan malam.
Penulis berharap semoga Allah SWT melimpahkan taufik dan hidayah-Nya pada
kita semua dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis juga
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bandar Lampung, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang... 1
1.2Rumusan Masalah... 8
1.3Tujuan Penelitian... 8
1.4Kegunaan Penelitian... 9
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Pelaksanaan... 11
2.2Pengertian Perlindungan Sosial... 14
2.3Pengertian Lanjut Usia... 16
2.4Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar... 19
III.METODE PENELITIAN 3.1Pendekatan Masalah ... 22
3.2Jenis dan Sumber Data ... 23
3.2.1 Jenis Data ... 23
3.3Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 24
3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data ... 24
3.3.2 Prosedur Pengolahan Data ... 25
3.4Analisis Data ... 26
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Bandar Lampung... 27
4.1.2 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung... 30
4.1.3 Susunan Organisasi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung... 31
4.1.4 Data Kepegawaian ... 35 4.2Pelaksanaan Program Asistensi Sosial Lanjut Usia
Dinas Sosial Kota Bandar Lampung... 37 4.2.1 Penerimaan Dana Program Asistensi Sosial
Lanjut Usia Terlantar Oleh Dinas Sosial Kota
Bandar Lampung... 57 4.2.2 Data Penerima Program Asistensi Sosial Lanjut
Usia Terlantar... 59 4.3Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Program
Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial
Kota Bandar Lampung... 60
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan... 62 5.2 Saran... 63
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik berdasarkan
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945). Pada
penjelasannya menetapkan bentuk Negara kesatuan dan republik mengandung pokok
pemikiran kedaulatan rakyat yang merupakan tindak lanjut dari makna yang
terkandung dalam sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Artinya bentuk
Negara Kesatuan Indonesia sudah dinyatakan bulat dan konsitusional dan dasar
Negara yang diharapkan dapat menyatukan seluruh wilayah nusantara yang luas dan
terbagi kepulauan-kepulauan, dan suku bangsa tanpa perbedaan.1 Hal ini merupakan
suatu kesadaran sekaligus pesan bahwa Indonesia memerlukan suatu sistem
perlindungan dan jaminan sosial, telah dinyatakan dalam berbagai dokumen Negara.
Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan Negara adalah untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam Pasal 27 Ayat (2) dijelaskan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
1
Rudy, Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme Indonesia, Bandar Lampung:
2
kemanusiaan. Selanjutnya diperlukan adanya suatu sistem perlindungan dan jaminan
sosial pada skala nasional sebagaimana diamanatkan pada Pasal 34 Ayat (1) yang
menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara
dan pada Pasal 34 Ayat (2) dinyatakan bahwa Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat.
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menegaskan bahwa Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan
menciptakan suasan yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia, dalam hal mewujudkan tugas pemerintah tersebut
diperlukan sumber daya manusia yang mampu memahami bagaimana menciptakan
metode pelayanan yang maksimal serta memiliki kualitas dan kapabilitas yang
ditugaskan sebagai abdi masyarakat yang bekerja sebagai pemberi asuhan atau
pengasuh dan sebagai pemberi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan secara
adil dan merata, bersih, berwibawa, berdaya guna, bermutu tinggi, dan sadar akan
tugas serta tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada lansia mulai
tahap penerimaan, pemberian program pelayananm sampai pada tahap meninggal
dunia agar tercapainya pelayanan proma bagi para lanjut usia.
Dalam berbagai dokumen Negara tersebut ditegaskan bahwa telah menjadi kewajiban
pokok bagi Negara Indonesia untuk dapat memberikan kehidupan yang layak secara
menyeluruh hingga mendapatkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyatnya tanpa
3
memberikan perlindungan sosial bagi rakyatnya. Dalam arti luas perlindungan sosial
mencakup seluruh tindakan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta,
maupun masyarakat, guna melindungi dan memenuhi kebutuhan dasar, terutama
kelompok miskin dan rentan dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan
resiko; serta meningkatkan status sosial dan hak kelompok marjinal di setiap Negara.2
Kelompok miskin dan rentan yang dimaksud disini adalah Lansia Terlantar. Lansia
yang masuk kategori telantar menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah warga miskin berusia 60-70 yang
menggantungkan hidup pada orang lain dan tidak sedang menerima bantuan sosial.
Lanjut Usia tersebut masuk kedalam kategori Lansia Tidak Potensial, Lansia Tidak
Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Data penduduk miskin di Indonesia terhitung dari September 2013 berjumlah
28553,93 sedangkan untuk kota Bandar Lampung berjumlah 222,753. Dari sejumlah
penduduk miskin tersebut terdiri dari berbagai macam golongan usia yaitu dari
anak-anak hingga lansia. Tercatat secara khusus jumlah lansia yang menjadi bagian dari
penduduk miskin mencapai angka 2,8 juta orang.
Menurut Menno,4 salah satu masalah yang terus menerus mendapat sorotan utama
adalah masalah kemiskinan yang dialami oleh golongan tertentu dalam kota.
Meskipun kota memiliki hampir semua fasilitas untuk meningkatkan taraf dan
2
Edi Suharto, Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia, Bandung: CV.Alfabeta, 2009, Hlm. 3. 3
http://www.bps.go.id, diakses pada hari Rabu, 4 Juni 2014. 4
4
kualitas hidup penghuninya, masih saja terdapat kelompom dan segmen masyarakat
yang hidup dalam keadaan menyedihkan atau tidak sesuai dengan standar hidup yang
layak. Menurut Suparlan,5 kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar
hidup rendah, yaitu adanya suatu kekurangan tingkat materi pada sejumlah atau
golongan orang yang dibandingkan dengan standar kehidupan berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi miskin antara lain hilangnya
atau berkurangnya penghasilan atau pendapatan (baik karena PHK, rugi atau pailit
usahanya, jatuh sakit berat, dan sebagainya), hilangnya atau berkurangnya aset yang
dimiliki (akibat bencana alam maupun bencana sosial), atau meningkatnya
pengeluaran (akibat tingginya biaya kesehatan, kecelakaan dan sebagainya). Jika
seseorang tidak lagi memiliki pendapatan maka dalam jangka waktu tertentu besar
kemungkinan orang tersebut akan jatuh miskin, tidak lagi mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya. Dari uraian di atas dapatlah dirangkum bahwa penduduk
tersebut adalah penduduk yang sangat berisiko menjadi miskin karena berbagai faktor
yang terjadi dalam jangka waktu relatif pendek. Mereka adalah orang yang
penghasilannya menurun atau hilang, mereka yang memiliki kemampuan
ekononomis tidak tinggi, orang yang memiliki tingkat kesehatan rendah.
5
5
Dengan melihat data dan fakta tersebut lansia perlu mendapatkan perhatian yang
khusus dalam hal kesejahteraan sosial dan kehidupan lansia sebagian besar adalah
tanggung jawab Pemerintah, termasuk berbagai kemudahan yang patut diterimanya
seperti potongan biaya perjalanan, aksebilitas umum, dana perlindungan hari tua,
potongan biaya pengobatan, dan lain-lain.6 Golongan penduduk ini memerlukan
perhatian khusus yang berkaitan dengan pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan
terutama ketika mereka mengalami kecacatan tertentu. Penduduk lansia umumnya
memerlukan bantuan dari keluarga (seperti anak, keponakan, cucu atau anggota
keluarga yang lain) dan sangat bergantung dalam hal perumahan dan pemenuhan
kebutuhan standar hidup.
Untuk mewujudkan kesejahteraan lanjut usia telantar, Dinas Sosial Kota Bandar
Lampung memiliki beberapa program untuk lansia yaitu Asistensi Sosial Lanjut Usia
Terlantar, Pelayanan Sosial Dalam Panti, Pelayanan Harian Lanjut Usia, Pelayanan
Sosial Bagi Lanjut Usia Dalam Keluarga, dan Usaha Ekonomis Produktif Bagi Lansia
Potensial. Berdasarkan analisis situasi Program pelayanan kesejahteraan bagi lanjut
usia yang diusung belum berjalan secara optimal. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
hal yang menyebabkan terhambatnya efektifitas program seperti kurang sosialisasi
dan kurangnya dana pemerintah untuk mencakup semua lanjut usia terlantar. Selain
itu ditemukan berita mengenai Pasien lelaki lanjut usia (lansia) tanpa identitas yang
ditelantarkan oleh mobil ambulans dengan keadaan tidak bernyawa di Jalan Raden
6
Yaumil C. Agoes Achir, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi Dari Bayi Sampai Lansia,
6
Imba Kesuma, Tanjungkarang Barat Kota Bandar Lampung.7 Dengan penjelasan
tersebut sudah jelas untuk lansia terlantar butuh perhatian khusus dalam mendapatkan
jaminan sosialnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar merupakan program perlindungan sosial bagi
lansia terlantar yang diusung oleh Dinas Sosial yang sudah dilaksanakan di Provinsi
Lampung sejak tahun 2009. Program ASLUT adalah serangkaian kegiatan
Pemerintah untuk memberikan jaminan sosial guna membantu lanjut usia telantar
dalam bentuk pemberian uang tunai melalui pendampingan sosial guna memenuhi
sebagian kebutuhan dasar hidupnya. Program ASLUT bertujuan membantu
pemenuhan sebagian kebutuhan dasar hidup lanjut usia telantar, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.8 Dalam program ini Kementerian
Sosial memberikan sejumlah dana sebesar Rp. 200.000,00. setiap bulannya melalui
Dinas Sosial untuk selanjutnya diberikan kepada lansia terlantar yang sudah terdaftar
sebagai Penerima Program ASLUT. Warga lansia yang berhak menerima bantuan
program Aslut, disesuaikan dengan persyaratan yang ditetapkan Kementerian Sosial,
yang mencakup dua kategori yang penyalurannya melalui kantor pos. Kategori
pertama, yakni lansia berusia 60 tahun ke atas, dalam keadaan sakit menahun dan
hidupnya tidak bergantung pada bantuan orang lain, namun hanya mampu berbaring
di tempat tidur (bridden), dan tidak mampu lagi melakukan aktivitas, meskipun
7
http://www.republika.co.id, diakses pada hari Kamis, 12 Juni 2014. 8
7
memiliki sumber penghasilan tetap tapi dikategori miskin dan telantar. Kategori
kedua, yakni lansia berusia 70 tahun ke atas, dan tidak potensial, tidak memiliki
sumber penghasilan tetap, miskin dan terlantar, terdata dan ditetapkan sebagai
penerima program aslut. Penerima bantuan tersebut, mesti memiliki KTP, surat
keterangan domisili atau kartu keluarga, surat keterangan miskin dari desa atau
kelurahan setempat serta memiliki foto diri terakhir. Penerima Program Aslut yang
sudah memenuhi syarat dan ketentuan akan diberikan Pendamping. Pendamping
adalah seseorang yang ditugaskan untuk memastikan dana asistensi sosial tepat
sasaran dan melaksanakan pendampingan seperti bimbingan psikososial, pelayanan
dan advokasi sosial. Pendamping dari Penerima Program ASLUT mesti memenuhi
beberapa syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan yaitu berusia paling sedikit 18
tahun, memiliki KTP, tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil/ Kepala Desa/
Lurah dan memiliki pengalaman sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial. Pendamping
selanjutnya akan dipilih oleh Dinas Sosial berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis perlu untuk membahas
penelitian ini dengan judul “Pelaksanaan Program Asistensi Sosial Lanjut Usia
Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial Kota Bandar
8
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah Pelaksanaan Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar
Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung?
2. Apakah faktor penghambat dalam Pelaksanaan Program Asistensi Sosial
Lanjut Usia Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial
Kota Bandar Lampung.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Program Asistensi Sosial Lanjut Usia
Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial Kota Bandar
Lampung?
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam Pelaksanaan Program Asistensi
Sosial Lanjut Usia Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas
9
1.4Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian adalah :
a. Kegunaan Teoretis
Adapun kegunaan teoretis dalam penelitian ini adalah:
Hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat guna
mengembangkan pengetahuan ilmu hukum yaitu Hukum Administrasi Negara
(HAN) khususnya yang berhubungan dengan Pelaksanaan Program Asistensi
Sosial Lanjut Usia Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas
Sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah:
1) Hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan masukan-masukan
terhadap Pelaksanaan dan dapat mengoptimalkan Program ASLUT dalam
Mewujudkan Kesejahteraan terhadap Masalah Lanjut Usia Terlantar di
Kota Bandar Lampung.
2) Hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan rekomendasi
strategis kepada Pemerintah (Dinas Sosial) untuk dijadikan referensi
Dalam Mewujudkan Kesejahteraan terhadap Masalah Lanjut Usia
10
3) Hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan rekomendasi
strategis bagi Masyarakat Dalam Mewujudkan Kesejahteraan terhadap
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pelaksanaan
Pelaksana berasal dari kata laksana yang berarti bautan, sifat, dan tanda. Ditambah
awalan pe- dan akhiran –an yang berfungsi membentuk kata benda menjadi
pelaksana. Sedangkan, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh
Poerwadarmita,9 mengemukakan batasan mengenai pelaksanaan tersebut dengan
terlebih dahulu mengemukakan pengertian pelaksanaan. Pelaksana adalah orang yang
mengerjakan atau melakukan rencana yang telah disusun. Sedangkan pelaksanaan
adalah perihal (perbuatan, usaha) melaksanakan rancangan. Berdasarkan batasan
dikemukakan oleh Purwadarmita diatas, maka jelas dapat dibedakan antara
pengertian pelaksanaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaksana. Jadi, dengan
demikian pengertian tersebut diatas mempunyai arti yang berbeda namun keduanya
berasal dari kata laksana. Sedangkan pengertian pelaksanaan menurut The Liang Gie
sebagai berikut: Usaha-usaha yang dijalankan untuk melaksanakan semua rencana
dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala
9
12
kebutuhan alat-alat yang diperlukan, dimana pelaksanaannya, kapan waktunya
dimulai dan berakhir, dan bagaimana cara dilaksanakan.10
Santoso Sastropoetro11, mengemukakan bahwa Pelaksanaan diartikan sebagai suatu
usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program
dalam kenyataannya.
Kemudian SP. Siagian,12 menyatakan bahwa jika suatu rencana terealisasi telah
tersusun dan jika program kerja yang “achievement oriented” telah dirumuskan maka
kini tinggal pelaksanaannya. Lebih lanjut, Siagian mengatakan bahwa dalam
pelaksanaan ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Membuat rencana detail, artinya merubah rencana strategis (jangka panjang)
menjadi rencana teknis (jangka pendek) dan mengorganisir sumber-sumber
dan staf dans elanjutnya menyusun peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur
tertentu.
2. Pemberian tugas artinya merubah rencana teknis menjadi rencana praktis, dan
tujuan selanjutnya melakukan pembagian tugas-tugas dan sumber-sumber.
3. Monitor artinya pelaksanaan dan kemajuan pelaksanaan tugas jangan sampai
terjadi hal-hal yang berhubungan dengan rencana praktis. Dalam hal ini
diperlukan untuk memeriksa hasil-hasil yang dicapai.
10
The Liang Gie, dan sutarto, Pengertian, Kedudukan dan Perincian Ilmu Administrasi, Yogyakarta: Karya Kencana, 1997, Hlm. 191.
11
Santoso Satroepoetro, Pelaksanaan Latihan, Jakarta: Gramedia, 1982, Hlm. 183. 12
13
4. Review artinya pelaporan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan, analisis
pelaksanaan tugas-tugas, pemeriksaan kembali dan penyusunan dan jadwal
waktu pelaksanaan selanjutnya dalam laporan diharapkan adanya saran dan
perbaikan bila ditemui adanya perbedaan penyimpangan.13
Faktor pelaksanaan menempati posisi paling penting dalam menentukan keberhasilan
suatu program untuk diwujudkan. Maka dalam proses kegiatannya menurut Bintoro14
perlu memerhatikan beberapa hal, antara lain:
1. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau badan/lembaga mana secara
fungsional akan diserahi wewenang mengkoordinasi program didalan suatu
sektor.
2. Perlu diperhatikan penyususnan program pelaksanaan yang jelas dan baik.
Dalam program pelaksanaan itu, dasar prinsip fungsional perlu dituangkan
kedalam rangkaian prosedur yangs serasi, jelas dan ditaati oleh semua pihak
yang terlibat dalam hubungan pelaksanaan program tersebut.
3. Perlu dikembangkan hubungan kerja yang lebih baik, antara lain dalam bentuk
badan kerjasama atau suatu panitia kerjasama dengan tanggung jawab dan
koordinas yang jelas.
4. Perlu diusahakan koordinasi melalui proses penyusunan anggaran dan
pelaksanaan pembiayaan.
13
Ibid, Hlm. 121. 14
14
Dari rumusan diatas, dapat dirangkum bahwa pelaksanaan itu adalah suatu kegiatan
dalam proses merealisasikan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga
tujuan dapat tercapai dengan memperhatikan kesesuaian, kepentingan dan
kemampuan implemantor dan suatu kelompok sasaran. Dengan demikian,
pelaksanaan sebagai suatu kegiatan untuk merealisasikan tujuan terhadap sebuah
sasaran sehingga suatu pelaksanaan akan mengarah kepada usaha yang sesuai dengan
kepentingan masyarakat.
2.2 Pengertian Perlindungan Sosial
Menurut Asikin, manusia dalam hidupnya menghadapi ketidakpastian, baik itu
ketidakpastian spekulatif maupun ketidakpastian murni yang selalu menimbulkan
kerugian. Ketidakpastian ini disebut dengan resiko15. Kebutuhan rasa aman
merupakan motif yang kuat dimana manusia menghadapi sejumlah ketidakpastian
yang cukup besar dalam kehidupan.
Sedangkan Menurut Teori Abraham Maslow kebutuhan akan rasa aman merupakan
tingkat kebutuhan yang kedua setelah kebutuhan psikologi seperti makan, minum,
sandang, papan, dan kebutuhan fisiologinya. Kebutuhan akan rasa aman ini
bermacam-macam, salah satunya yakni rasa akan aman masa depan dan sebagainya16.
Untuk menghadapi resiko ini diperlukan alat yang dapat mencegah atau mengurangi
timbulnya resiko itu yang disebut perlindungan sosial. Perlindungan Sosial adalah
15
Asikin, Zainal (ed), Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 1993, Hlm. 77.
16
15
upaya Pemerintah dan/atau masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan
bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup
yang wajar17.
Beberapa pengertian perlindungan sosial dari para ahli tersebut dapat dirangkum
bahwa perlindungan sosial adalah suatu sistem atau jaminan dimana yang berwenang
dapat memberikan kepastian akan rasa aman tenang terhadap resiko-resiko yang akan
dialami manusia saat ini atau masa mendatang. Perlindungan sosial merupakan
seperangkat kebijakan dan program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk
mengurangi kemiskinan. Perlindungan sosial juga berarti paket kebijakan negara
yang harus mencakup seluruh warga negara sejak berada dalam kandungan hingga
meninggal. Sebagai bagian dari kebijakan, perlindungan sosial harus diorganisir oleh
negara.
Pada kasus negara maju, perlindungan sosial dijamin sejak ibu hamil dan bayi dalam
kandungan karena negara ingin memastikan lahirnya generasi yang lebih baik.
Perlindungan sosial merupakan hak asasi dan hak warga negara. Atas dasar itulah,
warga berhak menagih dan meminta pertanggungjawaban penyelenggara negara
bilamana hak ini tidak dipenuhi. Pemerintah secara khusus telah merumuskan
berbagai peraturan yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyatnya. Pasal 28 (H)
UUD 45 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
17
16
berhak memperoleh pelayanan kesehetan, setiap orang berhak mendapat kemudahan
dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan serta setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Dengan demikian negara mengakui bahwa seluruh penduduk warga
negara berhak untuk mendapatkan perlindungan sosial dan menjadi sebuah tanggung
jawab negara.
2.3 Pengertian Lanjut Usia
Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun18. Usia
seperti ini juga dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia memiliki keadaan seperti yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda,
berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Proses menua merupakan proses yang
normal terjadi pada setiap manusia dan bukan merupakan suatu penyakit.19 Setiap
18
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
19
17
lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang
berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya20
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi21 batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) ialah di atas 90 tahun.
b. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi
tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old
( > 80 tahun)
Beberapa pengertian lanjut usia dari para ahli tersebut dapat dirangkum bahwa lanjut
usia adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang telah berusia 60 tahun ke
atas. Lansia dibagi menjadi empat kriteria yaitu, usia pertengahan (middle age) ialah
45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
20
Potter, P.A, Perry, A.G, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Alih Bahasa: Renata Komalasari, Jakarta: EGC, 2005.
21
18
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun. Lansia secara fisik memiliki
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Permasalahan lansia terlantar di Indonesia semakin banyak seiring bertambahnya
jumlah lansia. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemerintah bertugas mengarahkan,
membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Sedangkan pemerintah, masyarakat dan
keluarga bertanggung jawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia. Pada tahun 2010, jumlah lansia terlantar di Kota Bandar lampung
berjumlah 1.087 dan untuk Provinsi Bandar Lampung mencapai 36.973.
Perbaikan perawatan dan penyediaan fasilitas kesehatan serta semakin baiknya gizi
masyarakat selama tiga dekade terakhir berdampak pada meningkatnya usia harapan
hidup penduduk Indonesia yang membawa konsekuensi meningkatnya jumlah lanjut
usia dari tahun ke tahun. Dengan semakin panjangnya usia harapan hidup akan
berimplikasi pada permasalahan sosial yang berkaitan dengan kondisi fisik,
psikologis, sosial dan ekonomi dimana jumlah lanjut usia terlantar pun semakin
19
2.4 Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar
Permasalahan lansia terlantar di Indonesia semakin banyak seiring bertambahnya
jumlah lansia. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemerintah bertugas mengarahkan,
membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Sedangkan pemerintah, masyarakat dan
keluarga bertanggung jawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia. Tahun 2010, jumlah lansia terlantar di Kota Bandar lampung berjumlah
1.087 dan untuk Provinsi Bandar Lampung mencapai 36.973.
Program Aslut ini adalah salah satu bentuk perhatian dan tanggung jawab pemerintah
dalam mengangkat harkat dan martabat para lanjut usia yang sifatnya permanen.
Pengertian Program Aslut menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2013
tentang Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar adalah merupakan
serangkaian kegiatan Pemerintah untuk memberikan jaminan sosial guna membantu
lanjut usia telantar dalam bentuk pemberian uang tunai melalui pendampingan sosial
guna memenuhi sebagian kebutuhan dasar hidupnya.
Kriteria penerima program ASLUT diutamakan bagi lanjut usia telantar berusia 60
(enam puluh) tahun keatas, sakit menahun dan hidupnya sangat tergantung pada
bantuan orang lain, atau hanya bisa berbaring di tempat tidur, sehingga tidak mampu
20
miskin; atau lanjut usia yang telah berusia 70 (tujuh puluh) tahun keatas yang tidak
potensial, tidak memiliki penghasilan tetap, miskin, atau telantar.
Untuk mendapat dana bantuan Program ASLUT, berikut adalah persyaratan penerima
Program ASLUT:
1. Terdata dan ditetapkan sebagai penerima Program ASLUT;
2. Memiliki Kartu Tanda Penduduk/Surat Keterangan Domisili/Kartu Keluarga
dan Surat Keterangan Miskin yang dikeluarkan oleh kepala desa/lurah
setempat; dan
3. Melampirkan foto diri terakhir
Setiap penerima dana Program ASLUT diberikan pendamping. Pendamping yang
memiliki komitmen, tanggung jawab sosial, motivasi, dan disiplin yang tinggi dalam
melaksanakan tugasnya, diutamakan penduduk desa/kelurahan dimana penerima
Program ASLUT berada.
Bila terdapat penerima Program ASLUT yang tidak sesuai persyaratan, sehingga
menjadi temuan auditor internal maupun eksternal yang berisiko harus
mengembalikan ke negara, menjadi tanggung jawab dinas/instansi Sosial setempat.
Dalam hal terjadi pengembalian dana bantuan ke negara yang berdampak pada
capaian realisasi maka alokasi anggaran bantuan Program ASLUT akan dialihkan
pada provinsi/kabupaten/kota yang memiliki komitmen dan kosistensi terhadap
21
Jika hal-hal tersebut sudah terpenuhi maka Kementrian Sosial melalui Dinas Sosial
memberikan bantuan dana setiap bulannya kepada lansia. Lansia menerima bantuan
dana sampai yang bersangkutaan meninggal dunia. Penerima Program ASLUT yang
meninggal dunia, pindah tempat, atau kondisi sosial ekonominya sudah membaik,
dilakukan penggantian penerima dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
Pendamping Program ASLUT bersama-sama dengan dinas/instansi sosial
kabupaten/kota mengusulkan penggantian penerima Program ASLUT dan
menerbitkan kartu baru sesuai daftar tunggu penerima Program ASLUT. Usulan
nama penerima Program ASLUT yang diterima Kementerian Sosial merupakan
usulan yang telah direkomendasi oleh pejabat terkait secara berjenjang berdasarkan
kriteria dan persyaratan yang telah ditentukan. Dengan adanya Program ASLUT ini
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:22
1) Pendekatan normatif, adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji
peraturan-peraturan yang berlaku dan literatur yang erat kaitannya dengan
Kebijakan Pemerintah Daerah, yang dalam hal ini lebih khusus terhadap Kota
Bandar Lampung dalam hal ini Pelaksanaan Program Asistensi Sosial Lanjut
Usia Terlantar Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial.
2) Pendekatan empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui pengumpulan
informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya dan terhadap
pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan
Pelaksanaan Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar Dalam
Mewujudkan Kesejahteraan Oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung. Dalam
hal ini pihak-pihak yang terkait yaitu Dinas Sosial, Lansia terlantar penerima
Program ASLUT, Pendamping Penerima Program ASLUT.
22
23
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan
data sekunder.
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum
mengikat seperti peraturan perundang-perundangan dan peraturan-peraturan
lainnya.23 Beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan Pelaksanaan Program
Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar sebagai berikut :
1. Undang Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kesejahteraan Sosial
3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia
4. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial
7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2013 tentang Program
Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar
23
24
2) Bahan hukum sekunder, yaitu adalah bahan hukum yang diperoleh dari studi
kepustakaan terhadap buku-buku ilmu pengetahuan hukum, buku-buku yang
berkaitan dengan Hukum Administrasi Negara dan buku-buku yang berkaitan
dengan judul penelitian skripsi penulis.
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh
prosedur sebagai berikut:24
1) Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara
membaca, mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dengan dua sumber, yakni:
a) Sumber primer, yaitu undang-undang yang relevan dengan
permasalahan dan studi dokumen sebagai bukti perbuatan yang sudah
terjadi.
b) Sumber sekunder, yaitu buku-buku literatur ilmu hukum serta
tulisan-tulisan hukum lainnya yang relevan dengan permasalahan.
24
25
2) Studi Lapangan (Field Research)
Studi lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan
mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian, yaitu:
a) Dinas Sosial Kota Bandar Lampung, yang dalam hal ini akan dilakukan
terhadap Kepala Dinas Sosial Kota Bandar Lampung.
b) Lanjut Usia Terlantar yang menerima bantuan dana Program ASLUT
Kota Bandar Lampung.
c) Pendamping Penerima Program ASLUT Kota Bandar Lampung.
Dalam wawancara tersebut digunakan teknik wawancara dengan bertatap
muka langsung dengan menggunakan catatan yang berisi daftar pertanyaan
yang nantinya akan dikembangkan saat wawancara berlangsung
3.3.2 Prosedur Pengolahan Data
Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder
dilakukan pengolahan data dengan cara:
1) Seleksi Data, memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan
yang akan dibahas.
2) Pemeriksaan Data, yang meneliti kembali data yang diperoleh mengenai
kelengkapannya serta kejelasan dan kebenaran jawaban.
3) Klasifikasi Data, yaitu pengelompokkan data menurut pokok bahasan agar
26
4) Penyususan Data, yaitu data disusun menuurut aturan yang sistematis sebagai
hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang
diajukan.
3.4 Analisis Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara deskriptif
kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan memaparkan dalam bentuk
kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui
pembahasan tersebut diharapkan permasalahan tersebut dapat terjawab sehingga
memudahkan untuk dirangkum guna menjawab masalah yang dikemukakan
62
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Pelaksanaan Program ASLUT Dalam Mewujudkan Kesejahteraan oleh Dinas
Sosial Kota Bandar Lampung diatur dalam Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Program Asistensi Sosial Lanjut
Usia Terlantar. Dalam Penyelenggaraan Program ASLUT, Program ASLUT
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut yang diatur dalam pasal 7
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar yang meliputi: sosialisasi,
pendataan seleksi verifikasi dan validasi calon penerima, penetapan dan
penggantian penerima, pembinaan dan pemantapan pendamping, penerimaan
dana, penyaluran dana, pendampingan, dan monitoring evaluasi serta
63
2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan Program ASLUT dalam mewujudkan
kesejahteraan oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung adalah dalam
pelaksanaan sosialisasi Program ASLUT yang menjadi sasaran hanya dinas/
instansi sosial terkait bersama pendamping sedangkan masyarakat sendiri
tidak dilibatkan, kurang terjalinnya kerja sama yang baik antara dinas/
instansi sosial kota dengan pendamping sehingga menyebabkan tidak
terjalinnya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan Program ASLUT, belum
diaturnya peraturan yg konkrit seperti peraturan daerah di kota Bandar
Lampung mengenai kesejahteraan lansia, serta anggaran dana yang masih
dirasa sangat kurang untuk memenuhi bantuan dana Program ASLUT dan
penyaluran dana tidak tepat waktu yang mengakibatkan mundurnya jadwal
pemberian dana kepada penerima Program ASLUT.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan diatas, peneliti
mencoba memberikan saran-saran sebagai upaya untuk menunjang, meminimalisir
hambatan, kendala dan permasalahan yang ada dalam Program ASLUT adalah
64
1. Diharapkan kepada Dinas/ Instansi Sosial Kota Bandar Lampung dan pihak
penyelenggara pelaksanaan Program ASLUT dapat menjalin kerja sama yang
baik dengan Pendamping dalam melaksanakan tahapan-tahapan pelaksanaan
Program ASLUT, agar dalam pelaksanaannya dapat terlaksana sesuai dengan
peraturan yang ada.
2. Sebaiknya Pemerintah Daerah dapat membuat produk hukum baru yang
secara khusus menjamin kesejahteraan lansia, agar kesejahteraan lansia bisa
lebih diperhatikan lagi kesejahteraannya dan juga sebaiknya Kementerian
Sosial dapat mengadakan Sosialisasi Program ASLUT lebih luas lagi
jangkauan dan sasarannya. Agar tidak hanya pihak-pihak tertentu yang
mengetahui adanya Program ASLUT ini, melainkan semua pihak dan semua
lapisan masyarakat dapat bersama-sama memberikan kontribusinya dalam
DAFTAR PUSTAKA
Achir, Yaumil C, Agoes, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi Dari Bayi Sampai Lansia, UI Press, Jakarta, 2001.
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
Efendi, F, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam Keperawatan, Jilid 1, Salemba Medika, Jakarta, 2009.
Gie, The Liang dan Sutarto, Pengertian, Kedudukan dan Perincian Ilmu Administrasi, Karya Kencana, Yogyakarta, 1987.
Huda, Miftachul, Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1998.
Menno, S, dam Alwi Mustaslim, Antropologi Perkotaan, Rajawali Pers, 1992.
Nurdin, M Fadhil, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, Angkasa, Bandung, 1990.
Poerwaarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003.
Potter, P.A. Perry, A.G, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Alih Bahasa: Renata Komalasari, EGC, Jakarta, 2005.
Rudy, Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme Indonesia., Indepth Publishing, Bandar Lampung, 2012.
Satroepoetro, Santoso, Pelaksanaan Latihan, Gramedia, Jakarta, 1982.
Siagian, P. Sondang., Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta, 1985.
Siagian, P. Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2008.
Soekanto, Soerjono dan Sri mamudji, Penelitian hukum Normatif, Rajawali Press, , Jakarta, 2003.
Suharto, Edi, Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia, CV.Alfabeta, Bandung, 2009.
Suparlan, Parsudi., Kemiskinan di Perkotaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1984.
Tjokromidjojo, Bintoro, Teori Strategi Pembangunan Nasional, P.T. Gunung Agung, Jakarta, 2000.
Y, Caroline, Spiritualis, Kesehatan, dan Penyembuhan, Bina Media Perintis, Medan, 2007.
Zainal, Asikin. (ed), Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.
Undang Undang Dasar Tahun 1945
Undang Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial
Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2013 tentang Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar
http://www.bps.go.id
http://ciptakarya.pu.go.id
http://ham.go.id
http//id.m.wikipedia.org
http://www.republika.co.id