• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA GENOTIPE TETUA DAN HIBRID TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) BERPOLONG MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA GENOTIPE TETUA DAN HIBRID TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) BERPOLONG MERAH"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA GENOTIPE TETUA DAN HIBRID TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)

BERPOLONG MERAH

Oleh

Genadi Aryawan

Tanaman kacang panjang merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang memiliki potensi bagus untuk dikembangkan. Sampai sat ini telah dilakukan kegiatan pemuliaan terhadap kacang panjang, salah satunya pada kacang panjang berpolong merah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengevaluasi kualitas hasil produksi beberapa genotipe kacang panjang hibrid dan tetuanya; (2) Mendapatkan tanaman hibrid yang lebih unggul dari tetuanya: (3) Mengestimasi keragaman kacang panjang hasil persilangan antara genotipe Pm x Lu, Lu x Pm, Pm x Cm, Cm x Pm, genotipe tetua Lu, Cm, dan Pm. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juni 2015. Bahan utama penelitian berupa 7 genotipe kacang panjang yang terdiri dari 3 tetua dan 4 hibrid. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap

(2)

membandingkan ragam dengan standar deviasinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Genotipe Lu x Pm yang mewariskan karakter kedua tetuanya, yaitu rasa manis dari tetua Lu serta karakter polong berwarna merah dari tetua Pm; (2) Genotipe Lu x Pm merupakan genotipe yang lebih baik dari

tetuanya karena memiliki polong berwarna merah, memiliki kualitas rasa polong yang manis, dan panjang polong yang sesuai dengan selera konsumen; (3)

Keragaman genotipe dan fenotipe pada populasi yang terdiri atas genotipe F1 Pm x Lu, Lu x Pm, Pm x Cm, Cm x Pm, genotipe tetua Lu, Cm, dan Pm memiliki nilai yang luas untuk sebagian besar variabel yang diamati kecuali jumlah cabang, °Brix, dan kerenyahan yang memiliki nilai keragaman sempit.

(3)

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA GENOTIPE TETUA DAN HIBRID TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)

BERPOLONG MERAH

Oleh

GENADI ARYAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA GENOTIPE TETUA DAN HIBRID TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)

BERPOLONG MERAH (Skripsi)

Oleh

GENADI ARYAWAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak penelitian ... 16 2. Keragaan tujuh genotipe kacang panjang yang diuji: Lu, Cm,

(6)
(7)

v

3.4.4 Pemupukan ... 18

3.4.5 Pemasangan lanjaran ... 19

3.4.6 Pemeliharaan tanaman ... 19

3.4.7 Pemanenan ... 19

3.5 Pengamatan ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil Penelitian ... 22

4.1.1 Uji LSI (Least Significance Increase) ... 22

4.1.2 Pendugaan Nilai Keragaman Genotipe dan Fenotipe ... 27

4.2Pembahasan ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1Kesimpulan ... 36

5.2Saran ... 36

PUSTAKA ACUAN ... 37

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi masing-masing genotipe tetua yang akan diuji ... 15

2. Uji nilai tengah karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah bunga, jumlah tangkai, jumlah polong, panjang polong, jumlah biji per polong, nilai brix, dan kerenyahan polong per tanaman dengan pembanding tetua Lurik dan Polong Merah ... 24

3. Uji nilai tengah karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah bunga, jumlah tangkai, jumlah polong, panjang polong, jumlah biji per polong, nilai brix, dan kerenyahan polong per tanaman dengan pembanding tetua Coklat Muda dan Polong Merah ... 26

4. Ragam dan kriteria keragaman genotipe tanaman kacang panjang generasi F1 dan tetuanya. ... 27

5. Ragam dan kriteria keragaman fenotipe tanaman kacang panjang generasi F1 dan tetuanya ... 28

6. Rerata tinggi tanaman ... 40

7. Uji homogenitas tinggi tanaman ... 40

8. Analisis ragam tinggi tanaman ... 40

9. Transformasi log tinggi tanaman ... 41

10. Uji homogenitas transformasi tinggi tanaman ... 41

(9)

vii

12. Rerata jumlah daun ... 42

13. Uji homogenitas jumlah daun ... 42

14. Analisis ragam jumlah daun ... 42

15. Rerata jumlah cabang ... 43

16. Uji homogenitas jumlah cabang ... 43

17. Analisis ragam jumlah cabang ... 43

18. Rerata umur berbunga ... 44

19. Uji homogenitas umur berbunga ... 44

20. Analisis ragam umur berbunga ... 44

21. Rerata jumlah bunga ... 45

22. Uji homogenitas jumlah bunga ... 45

23. Analisis ragam jumlah bunga ... 45

24. Rerata jumlah tangkai ... 46

25. Uji homogenitas jumlah tangkai ... 46

26. Analisis ragam jumlah tangkai ... 46

27. Rerata jumlah polong ... 47

28. Uji homogenitas jumlah polong ... 47

29. Analisis ragam jumlah polong ... 47

30. Rerata panjang polong ... 48

31. Uji homogenitas panjang polong ... 48

32. Analisis ragam panjang polong ... 48

33. Rerata jumlah biji per polong ... 49

34. Uji homogenitas jumlah biji per polong ... 49

(10)

viii

36. Rerata °brix... 50

37. Uji homogenitas °brix ... 50

38. Analisis ragam °brix ... 50

39. Rerata kerenyahan ... 51

40. Uji homogenitas kerenyahan ... 51

41. Analisis ragam kerenyahan ... 51

42. Data hasil uji organoleptik rasa polong ... 52

43. Analisis ragam rasa polong ... 52

44. Data hasil uji organoleptik tekstur polong ... 53

45. Analisis ragam tekstur polong ... 53

46. Data hasil uji organoleptik warna polong ... 54

(11)
(12)
(13)

Those who want to live, let them fight, and those who do not want to

fight in this world of eternal struggle do not deserve to live.

(Adolf Hitler)

(14)

Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Kupersembahkan karya sederhana yang diiringi

rasa syukur dan bangga ini kepada

Ayah dan Ibu tercinta, adik-adikku Gata, Gifari, dan Gisti sebagai ungkapan

rasa kasih sayang dan hormat kepada kalian yang kucintai karena Allah SWT.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 2 Agustus 1994 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ir. Supriyanto dan Ibu Arnilayeti. Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Taman Siswa Bandar Lampung tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar 2 Bandar Lampung tahun 1999 − 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandar

Lampung tahun 2005 − 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung tahun 2008 − 2011, dan pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Program Studi

Agroteknologi melalui Penelusuran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN).

Penulis aktif di organisasi Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA-AGT) sebagai Anggota Bidang Kaderisasi pada tahun 2012/2013 dan pernah menjadi asisten mata kuliah Bahasa Inggris Dasar pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

(16)
(17)

SANWACANA

Skripsi dengan judul “EVALUASI KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA

GENOTIPE TETUA DAN HIBRID TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) BERPOLONG MERAH” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Skripsi ini dalam penulisannya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Ardian, M.P., selaku Pembimbing Pertama yang telah memberikan perhatian yang luar biasa, pemikiran, dan bimbingan yang sangat membangun selama penulis melakukan perkuliahan, penelitian, dan penyelesaian skripsi.

2. Ir. Yohannes C. Ginting, M.S., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan ilmu pengetahuan, saran, kritik, semangat, dan kesabaran yang tak terhingga saat membimbing dalam penelitian ini.

(18)

4. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., Ketua Jurusan Agroteknologi. 5. Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi dan dukungan.

6. Ayah tercinta Supriyanto, Ibu tersayang Arnilayeti, adik-adik tersayang Gata, Gifari, dan Gisti atas do’a dan semangat yang diberikan selama ini. 7. Sahabat-sahabat penulis, Reza, Dimas, Novindio, Frian, dan Mustika yang

selalu setia menemani penulis dikala senang maupun sedih dan terima kasih atas semangat, serta dukungan yang diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan penulis Tandaditya, Hafiz, Gede, Breri, Kemas, Noval, Wiwit, Putri, Shinta, Prayoga, Nisya, Daus, Tio dan teman-teman Agroteknologi 2011 lainnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis,

(19)
(20)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang memiliki potensi bagus untuk dikembangkan setelah kedelai dan kacang tanah. Budidaya kacang panjang umumnya masih dilakukan secara tradisional dan kurang intensif. Sampai saat ini, hasil rata-rata nasional masih rendah yaitu sekitar 2,21 ton polong muda/ha, padahal potensi hasil yang dapat dicapai oleh varietas unggul yang dikelola secara intensif dapat mencapai 20 ton polong muda/ha (Rukmana, 1995).

Tanaman kacang panjang biasanya dikonsumsi segar sebagai lalapan maupun sayuran dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat. Selain itu, buah atau polong muda bermanfaat antara lain sebagai bahan makanan dan sebagai bahan

pengobatan (terapi) yaitu, pengobatan anemia, antioksidan, serta salah satu sumber kandungan protein nabati yaitu, sebagai sumber serat alami yang tinggi (Haryanto, 2007).

(21)

2

yang tumbuh merambat, sehingga butuh lanjanran untuk dapat tumbuh. Sementara itu, kacang panjang tipe tegak merupakan kacang panjang panjang yang dapat tumbuh tegak tanpa menggunakan lanjaran. Sampai saat ini telah beredar beberapa varietas unggul kacang panjang yang sudah dilepas oleh pemerintah.

Pada umumya, kacang panjang memiliki polong berwarna hijau. Akan tetapi, belakangan ini telah dikembangkan kacang panjang yang menghasilkan polong berwarna merah. Kacang panjang jenis ini memang belum banyak diketahui masyarakat pada umumnya. Warna merah pada polong berasal dari kandungan antosianin yang terkandung di dalamnya. Menurut Stintzing et al. (2005), zat antosianin dapat ditransportasikan dalam tubuh sehingga bermanfaat bagi kesehatan manusia. Selain itu, antosianin menunjukkan aktivitas sebagai antitumor, antikanker, antivirus, mengurangi risiko penyakit jantung koroner, risiko stroke, menghambat agregasi trombosit, meningkatkan kekebalan tubuh, dan memperbaiki ketajaman mata. Menurut Kuswanto et al. (2007), kelebihan lain dari kacang panjang berpolong merah yaitu toleran terhadap hama dan

penyakit karena memiliki kulit polong yang tebal dan keras sehingga tidak disukai hama.

Penggunaan varietas unggul adalah salah satu dari upaya peningkatan produksi dan perbaikan kualitas hasil produksi kacang panjang. Suatu varietas

(22)

3

Pengembangan dan perbaikan genetik tanaman kacang panjang berpolong merah sampai saat ini masih terus dilakukan. Perbaikan genetik melalui kegiatan

persilangan dimaksudkan untuk mendapatkan tanaman hibrid yang mewarisi sifat tetuanya. Hal tersebut dilakukan dalam upaya memenuhi selera konsumen terhadap kacang panjang, baik dari segi rasa maupun kandungan gizi yang bermanfaat yang terkandung di dalamnya.

Evaluasi terhadap beberapa genotipe tanaman kacang panjang bertujuan untuk membandingkan karakter serta menguji kualitas hasil produksi tanaman kacang panjang hibrid dengan tetuanya. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan terdapat tanaman kacang panjang hibrid unggul yang mewarisi sifat-sifat tetuanya.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah kualitas hasil produksi benih hibrid lebih unggul dari tetuanya? 2. Apakah terdapat tanaman hibrid yang memiliki rasa manis serta berpolong

merah?

3. Berapa besaran keragaman kacang panjang genotipe hasil persilangan dan genotip tetua?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

4

2. Mendapatkan tanaman hibrid yang unggul dari tetuanya dengan sifat-sifat yang diinginkan.

3. Mengestimasi keragaman kacang panjang hasil persilangan antara genotipe Pm x Lu, Lu x Pm, Pm x Cm, Cm x Pm, genotipe tetua Lu, Cm, dan Pm.

1.3 Kerangka Pemikiran

Permintaan terhadap kacang-kacangan, terutama kacang panjang belakangan ini terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pengembangan dan perbaikan genetik tanaman kacang panjang saat ini masih terus dilakukan. Perbaikan genetik melalui kegiatan persilangan dimaksudkan untuk mendapatkan tanaman hibrid yang mewarisi sifat tetuanya. Salah satu upaya pengembangan genetik tanaman kacang panjang adalah dengan kegiatan persilangan. Kegiatan persilangan yang dilakukan adalah dengan menyilangkan kacang panjang berpolong merah dengan kacang panjang berpolong hijau tingkat kemanisannya cukup tinggi. Dalam kegiatan persilangan tersebut akan didapatkan banyak galur baru. Setiap galur akan memiliki sifat genetik dan karakter fenotipe yang

berbeda-beda. Fenotipe merupakan sifat yang tampak dan dapat diamati dari luar individu. Perbedaan fenotipe tiap galur tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Pada kondisi lingkungan yang berbeda, karakter fenotipe masing-masing galur dapat berbeda-beda pula.

(24)

5

kemanisan dan kerenyahan polong serta kadar antosianin dalam polong. Evaluasi terhadap genotipe tetua dan hibrid tanaman kacang panjang diharapkan dapat mendeskripsikan keragaan masing-masing genotipe sehingga dapat diketahui apakah terdapat karakter atau sifat-sifat unggul yang diinginkan.

Berdasarkan hal tersebut, dilakukan evaluasi terhadap tetua dan hibrid tanaman kacang panjang untuk mengetahui apakah terdapat sifat dan karakter yang diinginkan pada genotipe hibrid dan tetuanya. Evaluasi karakter agronomi ini dapat membantu dalam usaha meningkatkan produksi tanaman yang berkualitas. Oleh karena itu penelitian ini diarahkan untuk membandingkan karakter sifat dari benih hibrid dengan tetuanya.

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang dikemukakan, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat tanaman hibrid yang mewariskan karakter kedua tetuanya. 2. Terdapat tanaman hibrid yang lebih unggul dibanding tetuanya.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Panjang

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang

Menurut Haryanto (2007), tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Papilionaceae Genus : Vigna

Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk Vigna sinensisssp. Sesquipedalis

(26)

7

Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda (Hutapea et al., 1994).

2.1.2 Teknik Budidaya Tanaman Kacang Panjang

a) Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak sedalam 30 cm hingga tanah menjadi gembur. Buat parit keliling, biarkan tanah dikeringkan selama 15-30 hari. Setelah 30 hari buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm,

panjang tergantung lahan. Untuk sistem guludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara guludan 30-40 cm.

Pada saat pembentukan bedengan atau guludan tambahkan 10-20 ton/ha pupuk kandang, dengan dosis 4-5 ton/ha dicampur merata dengan tanah sambil dibalikkan

b) Persiapan Benih

Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah yang memiliki

(27)

8

Penanaman benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih dapat langsung tanam pada lubang tanam yang telah disiapkan.

c) Penanaman

Pembuatan jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Kedalaman lubang tanam jangan terlalu dalam karena bisa

menghambat pertumbuhan benih, cukup benih bisa tertutup oleh tanah saja sekitar 5 cm. Benih yang dimasukkan dalam lubang tanam cukup 2 biji saja. Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai.

Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari kemudian. Benih yang tidak tumbuh segera disulam.

d) Pemupukan

Pupuk dasar untuk tanaman kacang panjang dapat diberikan sesuai dengan dosis berikut:

Kacang panjang tipe merambat: Urea 150 kg + TSP 100 kg + 100 kg/ha. Kacang panjang tipe tegak: Urea 22,5 kg + TSP 45 kg + KCl 45 kg/ha. Kacang hibrida: 85 kg Urea + 310-420 kg TSP + 210 kg KCl/ha.

(28)

9

e) Panen Dan Pascapanen

Ciri-ciri kacang panjang yang siap dipanen adalah ukuran dan panjang polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol. Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan. Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat penampungan, lalu dicuci dan ditiriskan.

Kemudian disortir atau dipisahkan polong yang baik dengan yang rusak. Untuk sasaran pasar ekspor, kriteria mutu polong muda yaitu ukuran polong minimal 20 cm, tingkat ketuaan polong tergolong muda, penampakan biji tidak menonjol dan warna hijau dan segar. Untuk mempertahankan kesegaran polong, penyimpanan sementara sebelum dipasarkan sebaiknya di tempat teduh. Penggunaan remukan es/lemari pendingin, sedangkan polong tua disimpan di dalam kaleng dan diletakkan di tempat yang kering dan sirkulasi udara baik.

2.1.3 Kandungan dan Kegunaan Kacang Panjang

Sebagai salah satu sayuran polong, kacang panjang merupakan sumber protein nabati yang potensial. Menurut Haryanto dkk. (2007), kacang panjang sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Kacang panjang banyak

(29)

10

Kacang panjang adalah sayuran multiguna. Bagian utama yang berguna untuk bahan pangan yaitu buahnya. Sebagai bahan pangan, bagian yang dapat

dikonsumsi dari tanaman ini yaitu buah dan daun mudanya. Baik buah maupun daunnya banyak mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh. Kacang-kacangan berperan penting dalam penyediaan sumber protein nabati bagi manusia

(Haryanto, 2007). Selain itu kacang panjang yang masih muda dapat disayur atau dibuat lalapan. Daun kacang panjang juga dapat dibuat sayur. Daun kacang panjang sangat baik bagi wanita yang menyusui karena dapat memperbanyak air susu ibu (ASI) (Budi, 2003).

2.2 Pemuliaan Kacang Panjang

Pemuliaan kacang panjang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan perusahaan swasta. Kriteria seleksi penting adalah komponen hasil dan kualitas hasil. Komponen hasil berhubungan dengan panjang dan jumlah polong per tanaman. Selain komponen dan kualitas hasil, pemuliaan kacang panjang juga diarahkan pada ketahanan terhadap beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dan virus. Pemuliaan kacang panjang diawali dengan koleksi plasma nutfah, kemudian dilanjutkan persilangan dan seleksi (Syukur, 2012).

(30)

11

galur murni, silsilah (pedigree), seleksi bulk, turunan biji tunggal (single seed descend), dan silang balik (back cross) (Syukur, 2012).

2.3 Antosianin

Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan primer, chelator dan scavenger terhadap superoksida anion. Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada bentuk glikosidanya (Santoso, 2006).

Antosianin merupakan salah satu zat pewarna alami berwarna kemerah-merahan yang larut dalam air dan tersebar luas di dunia tumbuh-tumbuhan. Antosianin tergolong senyawa flavonoid yang memiliki fungsi sebagai antioksidan alami (Madhavi, 1996 dalam Nuciferani, 2004).

Antosianin mampu menghentikan reaksi radikal bebas dengan menyumbangkan hidrogen atau elektron pada radikal bebas dan menstabilkannya. Sifat antosianin sebagai antioksidan dikarenakan terdapatnya dua cincin benzena yang

dihubungkan dengan tiga atom C dan dirapatkan oleh satu atom O sehingga terbentuk cincin di antara dua cincin benzena pada antosianin (Francis,1985 dan Markakis,1982 dalam Nuciferani 2004).

2.4 Analisis Brix

(31)

12

yang terlarut dalam larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur, yaitu refraktometer (Risvan, 2007).

Pengukuran dengan refraktometer ditetapkan dalam satuan Brix. Brix ialah zat padat kering terlarut dalam suatu larutan (gram per 100 gram larutan) yang dihitung sebagai sukrosa. Zat yang terlarut seperti gula (sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lain), atau garam-garam klorida atau sulfat dari kalium, natrium, kalsium, dan lain-lain merespon dirinya sebagai brix dan dihitung setara dengan sukrosa (Risvan, 2007).

2.5 Uji LSI (Least Significance Increase)

(32)

13

2.6 Uji Organoleptik

Uji organoleptik adalah cara mengukur, menilai atau menguji komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra manusia, yaitu mata, hidung, mulut, dan ujung jari tangan. Uji organoleptik juga disebut pengukuran subjektif karena didasarkan pada respon subjektif manusia sebagai alat ukur (Soekarto, 1990).

(33)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juni 2015.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih tetua tanaman kacang panjang yaitu tetua Lurik, tetua Coklat Muda, dan tetua Polong Merah, benih F1 kacang panjang yang merupakan hasil persilangan antara tetua Lurik x tetua Polong Merah, tetua Coklat Muda x tetua Polong Merah, tetua Polong Merah x tetua Lurik, tetua Polong Merah x tetua Coklat Muda, yang disilangkan oleh Bapak Ir. Ardian, M.Agr., pupuk kandang, pupuk majemuk, Furadan, dan insektisida. Deskripsi ketiga genotipe tetua yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, kored, sabit, meteran, pisau, ajir bambu, tali rafia, selang air, ember, neraca elektrik,

(34)

15

Tabel 1. Deskripsi masing-masing genotipe tetua yang akan diuji.

No. Varietas Kode Benih

Deskripsi Asal

1 Parade Lu

(Lurik)

Warna polong hijau, rasa manis, panjang polong

Warna polong hijau, rasa manis

(35)

16

Data yang diperoleh dianalisis ragam untuk mendapatkan nilai KNTG (Kuadrat Nilai Tengah Galat). KNTG digunakan untuk menghitung besarnya nilai LSI

pada α = 5% yang dilanjutkan dengan membandingkan semua genotipe yang diuji

dengan uji LSI (Least Significance Increase) dan ditentukan keragaman genotipe dan fenotipenya. Uji LSI digunakan untuk membandingkan semua genotipe hasil persilangan dengan tetuanya, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

LSI =

t

α 2����

Keterangan:

t

α = Nilai tengah t-student pada α pada derajat bebas dari MSE pada eka arah n = Jumlah ulang genotipe yang diuji

KNTG = Kuadrat nilai tengah galat

(36)

17

Pendugaan keragaman genetik dan fenotipik dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Varians genetik (σ2g) = Varians lingkungan (σ2e) = M1

Varians fenotipik (σ2f) = (σ2g) + (σ2e)

Untuk mengetahui apakah keragaman genetic dan fenotipiknya luas atau sempit dilakukan dengan cara membandingkan ragam dengan standar deviasinya. Standar Deviasi (SD) dihitung menggunakan:

SD genetik =

SD fenotipik =

Apabila nilai ragam lebih besar dari dua kali standar deviasi, maka dinyatakan karakter yang diuji memiliki keragaman luas. Sebaliknya, apabila nilai ragam lebih kecil dari dua kali standar deviasi, dapat dinyatakan bahwa karakter yang diuji memiliki keragaman yang sempit.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1Pengolahaan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan

(37)

18

berukuran 4 m x 8 m. Pada petak tersebut terdapat 7 baris tanaman dan setiap baris terdapat 12 tanaman.

3.4.2 Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar

Penanaman benih dilakukan dengan menugal tanah sedalam 3-5 cm. Setiap lubang tanam diisi satu butir benih. Jarak tanam yang digunakan 30x100 cm. Pemberian pupuk dasar dilakukan seminggu sebelum tanam dengan menggunakan pupuk kandang sapi sebanyak 1 kg per m2.

3.4.3 Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila benih yang ditanam tidak berkecambah yaitu satu minggu setelah tanam. Setelah lebih dari dua minggu tidak dilakukan

penyulaman. Hal ini dilakukan agar tanaman tumbuh seragam.

3.4.4 Pemupukan

(38)

19

3.4.5 Pemasangan Lanjaran

Pemasangan lanjaran dilakukan 2 minggu setelah tanam. Lanjaran tersebut ditancapkan membentuk huruf A di samping setiap tanaman kemudian diikat dengan tali rafia sehingga tanaman akan melilit pada lanjaran.

3.4.6 Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan gulma, dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi tanah dan curah hujan. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis, yaitu dengan cara mencabut gulma atau menggunakan kored yang dilakukan pada saat gulma mulai tumbuh dan mulai mengganggu populasi tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dapat menggunakan insektisida.

3.4.7 Pemanenan

(39)

20

3.5 Pengamatan

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah: 1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur per genotipe saat tanaman mulai berbunga dan setelah panen terakhir. Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman.

2. Jumlah Daun Majemuk

Jumlah daun majemuk dihitung berdasarkan banyaknya daun majemuk pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah daun majemuk dilakukan hingga tanaman berbunga.

3. Umur Berbunga

Umur tanaman berbunga diamati berdasarkan jumlah hari sejak tanam sampai tanaman mulai berbunga.

4. Jumlah Bunga

Jumlah bunga dihitung berdasarkan banyaknya bunga pada setiap tanaman. 5. Jumlah Polong per tanaman

Pengamatan dilakukan sejak panen pertama hingga panen terakhir dengan menghitung jumlah polong yang muncul pada setiap tanaman.

6. Jumlah Biji Per Polong

Pengamatan dilakukan sejak panen pertama hingga panen terakhir dengan mengitung jumlah biji di setiap polong pada setiap tanaman.

7. Panjang Polong

(40)

21

8. Jumlah Tangkai Bunga

Pengamatan jumlah tangkai bunga dilakukan setelah panen terakhir dengan menghitung jumlah tangkai yang berbunga.

9. Tingkat Kerenyahan Polong

Pengamatan dilakukan pada polong yang dipanen muda menggunakan satu sampel polong per tanaman menggunakan Penetrometer disertai uji

organoleptik.

10.Tingkat Kemanisan Polong

Pengamatan dilakukan pada polong yang dipanen muda menggunakan satu sampel polong per tanaman menggunakan Refraktometer disertai dengan uji organoleptik.

11.Warna Polong

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Genotipe Lu x Pm merupakan genotipe yang mampu mewariskan sebagian sifat tetuanya, yaitu rasa manis dari tetua Lu serta karakter polong berwarna merah dari tetua Pm.

2. Genotipe Lu x Pm merupakan genotipe yang lebih baik dari tetuanya karena memiliki polong berwarna merah, memiliki kualitas rasa polong yang manis, dan panjang polong yang sesuai dengan selera konsumen. 3. Keragaman genotipe dan fenotipe pada populasi yang terdiri atas genotipe

F1 Pm x Lu, Lu x Pm, Pm x Cm, Cm x Pm, genotipe tetua Lu, Cm, dan Pm memiliki nilai yang luas untuk sebagian besar karakter yang diamati kecuali jumlah cabang, °Brix, dan kerenyahan yang memiliki nilai keragaman sempit.

5.2 Saran

(42)

PUSTAKA ACUAN

Ameriana, M. 1998. Perbaikan Kualitas Sayuran Berdasarkan Preferensi Konsumen. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 20 hlm. Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Sayuran di Indonesia, 1997-2012.

www.bps.go.id. Diakses 28 November 2014.

Budi, S. 2013. Usaha Tani Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta.

Ginting et al. 2014. Identifikasi Sifat Fisik, Kimia, dan Sensoris Klon-Klon Harapan Ubijalar Kaya Antosianin. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol.34 No.1 hlm 69-78.

Hapsari, R. T. 2014. Pendugaan Keragaman Genetik dan Korelasi Antara Komponen Hasil Kacang Hijau Berumur Genjah. Buletin Plasma Nutfah Vol.20 No.2 Th.2014: 51-58.

Haryanto, dkk. 2007. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta. Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III). Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan. Jakarta. Kartika,B.1992. Petunjuk Evaluasi Sensori Hasil Industri Produk Pangan.

Yogyakarta: Pav. Pangan dan Gizi

Kuswanto, B., L. Waluyo, A. Soetopo, Afandi. 2007. Evaluasi Keragaman Genetik Toleransi Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis (L). Fruwirth) Terhadap Hama Aphid.J. Akta Agrosia Edisi Khusus. No. 1 hlm.19-25. Kuswurj, Risvan. 2007. Penentuan Kadar Brix Dalam Contoh Nira Tebu.

http://www.risvank.com/tag/brix/(Diakses tanggal 13 Januari 2015). Lakitan, B. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali. Jakarta.

Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 79 hlm.

(43)

38

Nuciferani, N. M. 2004. Potensi Pigmen Antosianin Bunga Mawar (Rosa Sp) Sortiran sebagai Zat Warna dan Antioksidan Alami pada Produk Yoghurt dan Sari Buah Jeruk (Kajian Warna Bunga dan Umur Simpan).

http://digilib.umm.ac.id. Diakses pada 10 Desember 2014.

Oktarisna, F.A., A. Soegianto, A.N. Sugiharto. 2013. Pola Pewarisan Sifat Warna Polong Pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas Introduksi dan Varietas Lokal. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 2 hlm. 81-89

Petersen, G. 1994. Agricultural Field Experiment Desing and Analysis. Marcel Dekken, inc. New York.

Rukmana, R. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 48 hal. Santoso, U. 2006. Antioksidan. Yogyakarta. Yogyakarta: Sekolah Pasca Sarjana.

Universitas Gadjah Mada.

Satoto, B. Sutaryo, dan B. Suprihatno. 2009. Prospek Pengembangan Varietas Padi Hibrida. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Tersedia:

www.litbang.pertanian.go.id. Diakses 30 Oktober 2015.

Septeningsih, C., A. Soegianto, Kuswanto. 2013. Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur Harapan Tanaman Kacang Panjang (Vigna sesquidpedalis

L.Fruwirth) Berpolong Ungu. Jurnal Produksi Tanaman Vol.1 No.4 hlm. 314-324

Soekarto. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhatara Aksara.

Stintzing F.C., K.M. Herbach, M.R. Mosshammer, R. Carle, W. Yi, S. Sellappan, C.C. Akoh, R. Bunch and P. Felker. 2005. Color, Betalain Pattern, and Antioxidant Properties of Cactus Pear (Opuntia spp.) Clones. J. Agric. Food Chem., 53, Pp. 442–451

Sumpena, U., Y. Kusandriani, dan Luthfi. 2013. Uji daya hasil sembilan galur harapan kacang merah di Jawa Barat. Jurnal Agrotropika 18(1):12-15 Suprihanto, E. 2009. Uji Daya Hasil Genotipe Kacang Panjang (Vigna sinensis

var. sesquidpedalis (L) Koren) Keturunan Persilangan Galur Cokelat Putih, Cokelat, dan Hitam. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman.

Gambar

Tabel 1. Deskripsi masing-masing genotipe tetua yang akan diuji.
Gambar 1. Tata Letak Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Meski pun agama itu berbeda-beda tetapi ada hal yang universal dan mirip dalam setiap agama: adanya peribadatan, seruan untuk berbuat baik, dan eskatologi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan membaca data secara umum tentang Prophetic Intelligence (kecerdasan kenabian) dalam buku Hamdani Bakran Adz-Dzakiey yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran ganda ibu rumah tangga dalam menigkatkan kesejateraan keluarga di desa Allude kecamatan Kalongan kabupaten

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat perbedaan tingkat efektivitas antara model

Hasil Belajar siswa kelas V SD Negeri Sampaka dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia melalui pembelajaran metode diskusi kelompok secara efektif mengalami

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model pembelajaran CTL Berbantuan Media LKS dalam proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan

Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama., 1981, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam.. Bukhari (al), abu Abdillah Muh}amma>d bin

dari sebelumnya, pembelajaranpun berjalan semakin baik tampak lebih hidup dan menyenangkan. Interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa tetap nampaak