PERBANDINGAN EFEKTIVITAS Poly Aluminium Chloride
(PAC) DAN TAWAS DALAM MENURUNKAN KADAR
KHROMIUM (Cr) PADA TURBIDITY 590 NTU DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI DR/2400
TUGAS AKHIR
OLEH :
SUSANTI BARUS
NIM : 122410121
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan judul “Perbandingan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan
Tawas (Aluminium Sulfat) Dalam Menurunkan Kadar Khromium (Cr) dengan
Metode Spektrofotometer DR/2400” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak
melibatkan pihak-pihak yang memberikan saran serta bimbingan, maka dengan
ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.,selaku wakil dekan 1 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator Program
Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z Hsb, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas
6. Bapak Rivai Edward Sebayang, ST selaku dosen pembimbing dan seluruh
staff pegawai Laboratorium di IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak.
7. Tio, Tika dan Grace yang merupakan teman-teman seperjuangan saya selama
praktek kerja lapangan dan seluruh rekan mahasiswa/mahasiswi Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU yang tidak dapat namanya
dituliskan satu per satu.
Dengan segala kerendahan hati penulis terutama mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan
bantuan materil, moril, dukungan, kasih sayang, semangat dan doa yang telah
mereka berikan selama ini kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan
tugan akhir ini.
Dalam menyusun tugas akhir ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin, namun penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Tugas
Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Sekiranya Tugas Akhir ini dapat menambah wawasan serta bermanfaat
bagi penulis, rekan mahasiswa dan pembaca pada umumnya yang
memerlukannya. Sebagai penutup penulis banyak mengucapkan terima kasih.
Medan, 07 April 2015
Penulis
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS Poly Aluminium Chloride (PAC) DAN TAWAS DALAM MENURUNKAN KADAR KHROMIUM (Cr) PADA
TURBIDITY 590 NTU DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DR/2400
ABSTRAK
Air sungai adalah alternatif yang sampai saat ini masih digunakan sebagai sumber air yang dapat dikelola untuk masuk ke dalam proses pengolahan. Proses pendistribusian air bersih ke konsumen melalui IPA PDAM Tirtanadi yang berasal dari air sungai terlebih dahulu dilakukan beberapa tahap pengolahan dengan penambahan koagulan. Fungsi dari penambahan koagulan yaitu untuk mengurangi kekeruhan, warna dan bau dalam air yang mempengaruhi kualitas air. Sumber air baku adalah air permukaan berasal dari sungai belawan, yang berhulu di kecamatan Pancurbatu dan melintasi kecamatan Sunggal. Sungai Belawan digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat digunakan sebagai tempat pembuangan limbah dari berbagai kegiatan manusia. Limbah yang masuk ke sungai akan mengakibatkan pencemaran sungai. Salah satu pencemar sungai adalah terdapatnya logam berat. Banyak logam berat yang terdapat dalam air. Oleh karena itu air yang digunakan masih perlu dilakukan pengolahan untuk menurunkan kadar logam berat atau zat-zat yang tidak diinginkan.
Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran pernapasan pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai standar oleh Departemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l, angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service, WHO European maupun WHO Internasional. Logam kromium (Cr) merupakan logam berat yang bersifat toksik. Sifat toksik yang dibawa oleh logam ini dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. Logam kromium (Cr) terdapat dalam perairan disebabkan oleh adanya pembuangan limbah cair.
Pemeriksaan khromium (Cr) dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer DR 2400 dengan menambahkan 1 kandungan chromaver 3 di laboratorium IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Dari hasil analisis khromium (Cr) diperoleh kadar dalam air baku sebesar 0,34 mg/l dan di dalam air reservoir diperoleh sebesar 0,02 mg/l sehingga disimpulkan bahwa air yang dianalisis layak untuk dikonsumsi dan memenuhi persyaratan.
2.6 Jar Test ... 10
2.7 Spektrofotometer ... 11
BAB III METODE PERCOBAAN ... 29
3.1 Tempat Penelitian ... 12
3.2 Sampel ... 12
3.3 Alat ... 12
3.4 Bahan ... 13
3.5 Prosedur Pengujian ... 13
3.5.1 Penyiapan Sampel Air Baku (Air Sungai) ... 13
3.5.2 Pembuatan Koagulan PAC ... 13
3.5.3 Pembuatan Koagulan Tawas ... 13
3.5.4 Jar Test ... 14
3.5.5 Penetapan Kadar Khromium ... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1 Hasil Analisis ... 16
4.2 Pembahasan ... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 18
5.1 Kesimpulan ... 18
5.2 Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Gambar 7.1 Sampel+Koagulan ... 20
Gambar 7.2 Larutan PAC dan Tawas ... 20
Gambar 7.3 Indikator Chromaver ... 20
Gambar 7.4 Sampel+Indikator ... 20
Gambar 7.5 Kadar Cr pada Sampel ... 20
Gambar 7.6Kadar Cr +Tawas 25 ppm ... 20
Gambar 7.7 Kadar Cr+PAC 25 ppm ... 21
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS Poly Aluminium Chloride (PAC) DAN TAWAS DALAM MENURUNKAN KADAR KHROMIUM (Cr) PADA
TURBIDITY 590 NTU DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DR/2400
ABSTRAK
Air sungai adalah alternatif yang sampai saat ini masih digunakan sebagai sumber air yang dapat dikelola untuk masuk ke dalam proses pengolahan. Proses pendistribusian air bersih ke konsumen melalui IPA PDAM Tirtanadi yang berasal dari air sungai terlebih dahulu dilakukan beberapa tahap pengolahan dengan penambahan koagulan. Fungsi dari penambahan koagulan yaitu untuk mengurangi kekeruhan, warna dan bau dalam air yang mempengaruhi kualitas air. Sumber air baku adalah air permukaan berasal dari sungai belawan, yang berhulu di kecamatan Pancurbatu dan melintasi kecamatan Sunggal. Sungai Belawan digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat digunakan sebagai tempat pembuangan limbah dari berbagai kegiatan manusia. Limbah yang masuk ke sungai akan mengakibatkan pencemaran sungai. Salah satu pencemar sungai adalah terdapatnya logam berat. Banyak logam berat yang terdapat dalam air. Oleh karena itu air yang digunakan masih perlu dilakukan pengolahan untuk menurunkan kadar logam berat atau zat-zat yang tidak diinginkan.
Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran pernapasan pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai standar oleh Departemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l, angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service, WHO European maupun WHO Internasional. Logam kromium (Cr) merupakan logam berat yang bersifat toksik. Sifat toksik yang dibawa oleh logam ini dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. Logam kromium (Cr) terdapat dalam perairan disebabkan oleh adanya pembuangan limbah cair.
Pemeriksaan khromium (Cr) dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer DR 2400 dengan menambahkan 1 kandungan chromaver 3 di laboratorium IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Dari hasil analisis khromium (Cr) diperoleh kadar dalam air baku sebesar 0,34 mg/l dan di dalam air reservoir diperoleh sebesar 0,02 mg/l sehingga disimpulkan bahwa air yang dianalisis layak untuk dikonsumsi dan memenuhi persyaratan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut dokter dan ahli kesehatan manusia wajib minum air putih 8 gelas
per hari. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi.
Tumbuhan dan binatang juga membutuhkan air sehingga dapat dikatakan air
merupakan salah satu sumber kehidupan. Semua organisme hidup terdiri dari
sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas metaboliknya mengambil tempat
di larutan air (Kodoatie, 2005).
Air merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten,
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini.
Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar
peradaban manusia (Effendi, 2003).
Air sungai adalah alternatif yang sampai saat ini masih digunakan sebagai
sumber air yang dapat dikelola untuk masuk ke dalam proses pengolahan. Hal ini
disebabkan kondisi morfologis sungai yang memungkinkan untuk membuat
bendung dan mengarahkan air. Namun dalam penggunaanya sebagai air minum
harus mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai
Sungai Belawan digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat sebagai
tempat pembuangan limbah dari berbagai kegiatan manusia. Limbah yang masuk
ke sungai akan mengakibatkan pencemaran sungai. Salah satu pencemar sungai
adalah terdapatnya logam berat. Banyak logam berat yang terdapat dalam air.
Oleh karena itu, air yang digunakan masih perlu dilakukan pengolahan untuk
menurunkan kadar logam berat atau zat-zat yang tidak diinginkan (Darmono,
2001).
Menurut Widowati dkk (2008), logam berat di bagi atas 2 jenis yaitu logam
berat essensial (Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan sebagainya) dan logam berat tidak
esensial (Hg, Cr, Cd, Pb). Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan
terhadap kesehatan manusia. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi
kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi,
bersifat mutagen, teratogen ataupun karsinogen. Tingkat toksisitas logam berat
terhadap manusia, mulai yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn
sesuai dengan batas maksimum yang diperbolehkan untuk digunakan. Konsentrasi
khromium dalam air minum yang melebihi standar maksimum mungkin dapat
menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem pencernaan dan sistem
pernapasan sehingga penulis merasa tetarik untuk membahas kadar dari logam
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui:
- Perbandingan kadar dan koagulan mana yang lebih baik antara PAC dan
tawas dalam menurunkan kadar khromium pada air.
- Apakah kadar logam khromium (Cr) yang terdapat di dalam air IPA
PDAM Tirtanadi Hamparan Perak memenuhi syarat PERMENKES No.
492/MENKES/PER/IV/2010.
1.3 Manfaat Percobaan
Manfaat dari penelitiaan ini adalah dapat mengetahui dan memahami cara
menurunkan kadar khromium dari air baku, dengan penambahan koagulan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup, sehingga sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain. Air dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan yang paling
penting adalah sebagai sumber air minum (Effendi, 2003).
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan
yang dapat diminum. Menurut KEPMENKES R.I No. 1405/SK/XI/2002, yang
dimaksud dengan air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih yang dapat dikonsumsi apabila dimasak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Soedarto, 2013).
Air minum mengandung berbagai jenis mineral inorganik, antara lain
kalsium, natrium, klorida, seng, mangan, fosfat dan flourida. Kadar mineral
inorganik dalam air minum tergantung pada sumber air baku dan cara pengolahan
yang sudah dilakukan terhadap air baku tersebut. Natrium, kalium dan klorida
adalah elemen inorganik yang berperan dalam metabolisme tubuh dan umumnya
selalu dijumpai di air minum. Mineral inorganik flourida dalam kadar rendah
bermanfaat bagi tubuh tetapi dalam kadar yang tinggi dapat menimbulkan
Air bersih biasanya digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari
seperti kegiatan mencuci dan mandi. Beda halnya dengan air minum, air bersih
secara langsung dapat digunakan tanpa melalui proses pengolahan. Air bersih
harus memenuhi syarat kesehatan sesuai Permenkes No. 416/
MENKES/PER/IX/1990 yaitu memenuhi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologik
dan radioaktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Soedarto, 2013).
Di negara-negara yang sudah maju, air yang disalurkan oleh perusahaan air
minum (PAM) ke rumah-rumah penduduk, industri dan usaha mempunyai
kualitas sebagai air minum karena melalui proses pengolahan. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup sebagai air minum, air bersih jika diminum atau
digunakan secara langsung tidak menimbulkan akibat buruk pada kesehatan
peminumnya (Soedarto, 2013).
Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber daya
air dapat dikatakan layak minum jika unsur-unsur yang dikandungnya sudah
memenuhi standar baku mutu air layak minum yang bebas mineral-mineral yang
membahayakan bagi kesehatan manusia (Notoadmodjo, 1997).
2.2 Pencemaran air
Sumber alami pencemar air dapat berasal dari udara, mineral yang larut
dalam air. Mineral yang terlarut di dalam air akan menimbulkan kekeruhan yang
menghambat masuknya cahaya matahari ke dalam badan air sehingga
zat-zat kimia terurai yang memerlukan oksigen terlarut, yang jika berada dalam
perairan normal dalam waktu yang lama tidak dapat diuraikan seperti detergen
alkil sulfonat yang tertimbun secara akumulatif di dalam tubuh (Soedarto, 2013).
Masalah pencemaran air dapat diidentifikasikan melalui beberapa cara
antara lain dengan pengamatan langsung dan tidak langsung. Yang dimaksudkan
dengan pengamatan tidak langsung melalui keluhan penduduk pemakai air yang
berbau bahan kimia dan kematian ikan di perairan yang mereka gunakan untuk
keperluan rumah tangga. Sedangkan pengmatan langsung melalui indera untuk
mengidentifikasi bau busuk, rasa tidak enak, kekeruhan dan pertumbuhan algae.
Bahan pengotor air dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan makhluk hidup
lainnya karena adanya zat-zat persisten yang terkandung di dalam air dan bahan
radioaktif yang secara langsung menyebabkan penyakit (Soedarto, 2013).
2.3 Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan (Turbidity) menunjukkan sifat optimis air yang menyebabkan
pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan membatasi pencahayaan ke dalam air.
Sekalipun ada pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air
namun penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya.
Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat
tertentu seperti bahan organik yang melayang atau terapung dan sangat halus
(Gintings, 1992).
Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kekeruhan adalah
cahaya yang dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensity cahaya yang
dihamburkan oleh suatu larutan keruh standard pada kondisi yang sama. Makin
tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan makin tinggi pula kekeruhannya.
Metode nefelometrik lebih sensitif dan dapat dipergunakan untuk segala tingkat
kekeruhan (Nainggolan, 2011).
2.4. Khromium (Cr)
Khromium merupakan logam masif, berwarna putih perak dan lunak jika
dalam keadaan murni dengan titik leleh kira-kira 19000c dan titik didih kira-kira
26900c. Logam ini sangat tahan lama terhadap korosi (Sugiyarto, 2010).
Khromium banyak digunakan pada industri zat warna, industri cat, otomotif
dan pabrik kulit (Soedarto, 2013).
2.4.1 Toksisitas Khromium (Cr)
Kromium bersifat toksik dalam dosis tinggi. Kromium dibutuhkan untuk
metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi
kromium bisa menyebabkan hiperglisemia, glikosoria, meningkatnya cadangan
lemak tubuh, munculnya penyakit radiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan
menyebabkan infertilitas (Widowati, 2008).
Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran
pernapasan pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi unsur ini
dalam air minum yang melebihi standar maksimum yang mungkin dapat
menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem pencernaan dan sistem
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium memiliki
senyawa yang sangat iritan dan korosif, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit
dan selaput lender. Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung.
Di dalam paru-paru Cr ini dapat menimbulkan kanker (Soemirat, 2009).
2.4.2 Khromium (Cr) dalam air
Dalam perairan Cr dapat masuk melalui dua cara yaitu secara alamiah dan
nonalamiah. Masuknya Cr secara alamiah dapat terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Di samping itu debu
dan partikel Cr yang di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masuknya Cr
yang terjadi secara nonalamiah merupakan dampak atau efek dari aktifitas yang
dilakukan manusia. Sumber-sumber Cr yang berkaitan dengan aktifitas manusia
dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan limbah rumah tangga
(Gintings, 1992).
Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai
standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l, angka ini sesuai
dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service,
maupun WHO European, maupun WHO Internasional (Sutrisno, 2004).
2.5. Koagulan
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan air untuk membantu proses
pengendapan partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya
2.5.1 Poly Aluminium Chloride (PAC)
Poly Aluminium Chloride (PAC) adalah polimer komplek berantai panjang
Alm(OH)n(Cl)3m-n. Flok yang terbentuk lebih padat dan cepat mengendap.
Koagulan polimer adalah zat yang bisa terlarut dalam air dengan berat molekul
relatif (Mr) antara 1.000 – 5.000.000 gr/mol dalam proses komersil sering kali
sampai 1.000.000 gr/mol yang berbentuk pola kecil dinamik dengan ukuran
beberapa ratus nanometer (Alaerts, 1984).
Poly Aluminium Chloride merupakan bentuk polimerisasi kondensasi dari
garam aluminium, berbentuk cair dan merupakan koagulan yang sangat baik. Poly
Aluminium Chloride mempunyai daya koagulasi lebih besar daripada alum dan
dapat menghasilkan flok yang stabil walaupun pada suhu yang rendah dan
pengerjaannya pun mudah (Alaerts, 1984).
Bahan kimia flokulan polimer sering dipakai sebagai koagulan pembantu
dalam proses flokulasi di IPA, polimer berfungsi membantu membentuk
makroflok yang akan menahan abrasi setelah terjadi destabilisasi dan
pembentukan mikroflok disebabkan oleh koagulan. Adsorbsi koagulan pembantu
pada mikroflok penting, supaya makroflok dapat terbentuk. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh karakteristik batas permukaan antara molekul dan hal ini sangat
tergantung dari komposisi air (Alaerts, 1984).
2.5.2 Tawas (Aluminium Sulfat)
Tawas adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2SO4.11 H2O atau
14H2O atau 18 H2O, umumnya yang digunakan adalah 18 H2O. Tawas
paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya.
Bahan ini dapat berfungsi efektif pada pH antara 4-8. Jumlah pemakaian tawas
tergantung turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbidity air baku maka
semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak
terlepas dari sifat-sifat kimia yang terkandung oleh air baku tersebut. Semakin
banyak dosis tawas yang di tambahkan maka ph akan semakin turun, karena di
hasilkan asam sulfat sehingga di perlukan pencarian dosis tawas yang efektif
antara pH 5,8-7,4 (Nainggolan, 2011).
Koagulan yang berbasis aluminium seperti aluminium sulfat digunakan pada
pengolahan air minum untuk memperkuat penghilangan materi partikulat, koloidal
dan bahan-bahan terlarut lainnya melalui air, sehingga menimbulkan konsentrasi
aluminium yang lebih tinggi dalam air yang diolah dari pada dalam air mentah itu
sendiri (Nainggolan, 2011).
2.6 Jar tes
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis
optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan air bersih.
Apabila percobaan dilakuakan secara tepat, informasi yang berguna akan
diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimalkan
proses-proses koagulasi- flokulasi dan penjernihan (Satterfield, 2008).
Jar tes merupakan metode standar yang dilakukan untuk menguji proses
koagulasi. Data yang didapat dengan melakukan jar tes antara lain dosis optimum
Jar tes yang dilakukan adalah untuk membandingkan kinerja koagulan yang
digunakan untuk mengendapkan padatan tersuspensi yang terdapat pada air
limbah (Gozan, 2006).
Untuk proses koagulasi ini data yang didapat tidak bisa selalu dipakai untuk
proses koagulasi jika menginginkan kondisi yang optimal seperti biaya pemakaian
koagulan dan pemakaian kapur. Ada dua faktor utama yang menentukan
pemakaian koagulan dan kapur, yaitu kondisi kekeruhan air limbah dan debit air
limbah (Satterfield, 2008).
2.7 Spektrofotometer
Spektrofotometer DR 2400 adalah salah satu metode yang digunakan untuk
menganalisis kandungan nutrien di dalam air. Beberapa petunjuk yang
mengatakan bahwa dalam penggunaannya jangan menempatkan botol yang lebih
panas dari 100 ° C (212 ° F) ke salah satu adapter sel sampel dan jangan dalam
kondisi basah harus dalam konsisi kering (Khopkar, 1990).
Untuk memverifikasi kinerja fotometrik dari DR/ 2400 dengan standar,
instrumen nol harus dilakukan pada "seperti" standar untuk memperoleh
kemampuan kinerja maksimum dari instrumen. Contoh berikut memberikan
metode untuk memeriksa akurasi fotometri menggunakan standar kaca dengan DR
/ 2400 yang paling sesuai dengan kinerja yang diperoleh ketika kosong digunakan
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Tempat Penelitian
Pengujian Efektivitas koagulan Tawas dan PAC terhadap logam besi
menggunakan metode Jar Test dan Spektrofotometer DR 2400 dilaksanakan di
laboratorium PDAM Tirtanadi Instalai Pengolahan Air Hamparan Perak yang
berlokasi di desa Klambir V Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang.
3.2 Sampel
Air baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah air sungai yang berasal
dari sungai Belawan yang diambil pada jam 08.30 Wib.
3.3 Alat
a. Alat Jar test
b. Batang pengaduk
c. Beaker gelas 1000 ml
d. Erlenmeyer 500 ml
e. Kuvet 10 ml
f. Pipet volum 10 ml
3.4 Bahan
a. Sampel air baku
b. ChromaVer®3
c. Tisu
d. Akuades
e. Serbuk Koagulan PAC
f. Kristal Koagulan Tawas
3.5. Prosedur Pengujian
3.5.1 Penyiapan Sampel air baku (air sungai) a. Disiapkan 1 buah jerigen
b. Diambil air baku di sungai hulu belawan dengan cara berlawanan arah
sungai dan dengan jarak 5 m.
c. Dimasukkan air baku ke dalam 6 beaker gelas bervolume 1000 ml.
d. Air baku siap di lakukan penelitian
3.5.2 Pembuatan Koagulan PAC
a. Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan
b. Diambil serbuk pac sebanyak 10 mg dan di timbang dengan konsentrasi 1%
c. Dilarutkan dalam 1000 ml menggunakan aquades di homogenkan dengan
magnetik stirer sampai 5 menit.
3.5.3 Pembuatan Koagulan Tawas
b. Diambil granul Tawas sebanyak 10 mg dan di timbang dengan konsentrasi
1%
c. Dilarutkan dalam 1000 ml menggunakan aquades di homogenkan dengan
magnetik stirer sampai 5 menit.
3.5.4 Jar Test
a. Masing-masing beaker gelas yang berisi air baku 1000 ml di pastikan tidak
basah (kondisi luar kering).
b. Dimasukkan koagulan PAC kedalam 3 beaker glass dan tawas ke dalam 3
beaker glass sebanyak 5 ml, 5.4 ml dan 5.8 ml
c. Dimasukkan ke dalam alat Jar Test
d. Dihidupkan alat Jar Test dan lampu Jar Jest agar tampak jelas flok-flok yang
terbentuk
e. Diturunkan alat pengadukan pada Jar Test tepat di posisi tengah beaker
gelas
f. Tekan kecepatan mixer dengan kekuatan 140 rpm dan tekan tombol
kecepatan waktu selama 5 menit, setelah itu atur kembali kecepatan mixer
50 rpm dengan kecepatan 10 menit , kemudian matikan kecepatan mixer
dengan cara mengembalikan kecepatan keposisi nol terlebih dahulu
kemudian atur waktu selama 20 menit.
g. Dilihat flok yang terbentuk, kemudian diukur kekeruhannya.
h. Diukur kadar khromium dalam 6 beaker glass tersebut
3.5.5 Penetapan Kadar khromium
b. Tekan power pada alat spektrofotometer DR/2400
c. Tekan HACH Programs
d. Pilih program 90 chromium, tekan start layar akan menunjukan mg/L Cr+6
e. Isi cell pertama dengan 10 ml sampel air (sebagai sampel) dan cell ke dua
dengan 10 ml aquadest (sebagai blanko)
f. Tambahkan 1 kandungan chromaver 3 ke dalam cell (sebagai sampel)
dan aduk hingga homogen
g. Tekan tanda timer, tekan OK 5 menit masa reaksi akan di mulai, setelah
waktu tercapai layar akan menjukkan mg/L Cr6+
h. Dimasukkan botol blanko pada kedudukan cell, tutup
i. Tekan ZERO, pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/L Cr6+
j. Masukkan botol sampel pada kedudukan cell
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kadar khromium (Cr) yang diperoleh pada air baku yaitu 0,36 mg/L dan
pada air reservoir dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Efektifitas PAC dan Tawas terhadap penurunan kadar khromium (Cr) No Dosis (ppm) Volume
Koagulan (ml)
Kadar Khromium (mg/L)
PAC Tawas
1 25 5 0,04 0,08
2 27 5,4 0,02 0,06
4.2 Pembahasan
Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai
standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l, angka ini sesuai
dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service,
maupun WHO European, maupun WHO Internasional.
Dari tabel di atas diperoleh kadar khromium (Cr) pada air reservoir dengan
koagulan PAC yaitu 0,01 mg/L sedangkan kadar khromium (Cr) dengan koagulan
tawas diperoleh 0,04 mg/L dan masih memenuhi persyaratan dari PERMENKES
NO.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu
0,05 mg/L. Jadi air produksi Instalasi Pengolahan Air PDAM Hamparan Perak
layak untuk didistribusikan dan digunakan masyarakat.
Dari hasil yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa koagulan PAC (Poly
Aluminium Chloride) lebih baik dibandingkan tawas (Aluminium Sulfat) dalam
menurunkan kadar logam khromium (Cr) yang dapat dilihat pada tabel dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
- Kadar khromium (Cr) dengan koagulan PAC yaitu 0,01 mg/L
sedangkan kadar khromium (Cr) dengan koagulan tawas diperoleh 0,04
mg/L. Dari hasil yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa koagulan
PAC ( Poly Aluminium Chloride) lebih baik dibandingkan tawas
(Aluminium Sulfat) dalam menurunkan kadar logam khromium (Cr).
- Kadar khromium (Cr) dalam air dengan koagulan PAC sesuai dan
memenuhi syarat PERMENKES NO.492/MENKES/PER/2010 .
5.2 Saran
- Sebaiknya pada pembuatan larutan koagulan harus dilakukan dengan
teliti seperti perhitungan dosis dan penimbangan koagulan.
- Disarankan kepada PDAM Tirtandai agar mengelola permukiman yang
berada di sekitar aliran sungai Belawan agar tidak membuang sampah
rumah tangga maupun limbah industri rumah tangga kedalam aliran
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. (1984). Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Darmono. (2001). Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air. Yogyakarta: Kanisius.
Gintings, P. (1992). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Gozan, M. (2006). Pengolahan Air untuk Utilitas Pabrik. Depok: Departemen Teknik Kimia FTUI.
Khopkar. (1990). Elementary Consept Of Analytic Chemistry. Diterjemahkan oleh Saptoharjo, A., Konsep Dasar Kimia Analitik. (2007). Jakarta: UI Press.
Kodoatie, R.J. (2005). Tata Ruang Air Tanah. Yogyakarta: Andi.
Nainggolan, H. (2011). Pengelolahan Limbah Cair Industri Perkebunan Dan Air Air Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: USU Press.
Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rhineka Cipta.
Soedarto. (2013). Lingkungan Dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.
Soemirat, J. (2009). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiyarto, H. (2010). Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutrisno. (1987). Teknologi Pengolahan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno, T., dan Eni, S (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.
Widowati, W. (2008). Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Percetakan Andi.
Lampiran
Gambar 7.1 Sampel+Koagulan Gambar 7.2 Larutan PAC dan Tawas
Gambar 7.3 Indikator Chromaver Gambar 7.4 Sampel+Indikator