• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KURIKUKULUM PENDIDIKAN INKLUSI Manajemen Kurikukum Pendidikan Inklusi Di Mim Pk Kartasura.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN KURIKUKULUM PENDIDIKAN INKLUSI Manajemen Kurikukum Pendidikan Inklusi Di Mim Pk Kartasura."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KURIKUKULUM PENDIDIKAN INKLUSI DI MIM PK KARTASURA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

ENDAH RETNO HUTAMI A510130277

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN INKLUSI DI MIM PK KARTASURA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengelolaan kurikulum pendidikan inklusi di MIM PK Kartasura. (2) Keterlibatan stakeholder dalam penyusunan kurikulum pendidikan inklusi di MIM PK Kartasura. (3) Penerapan kurikulum pendidikan inklusi dalam pembelajaran di MIM PK Kartasura, (4) Jenis ABK yang terdapat di MIM PK Kartasura. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus yaitu menganalisa secara mendalam dan mengidentifikasi subyek-subyek dengan cara menyimpulkan sebagai hasil analis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi adalah kurikulum reguler yang di modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, (2) Stakeholder dalam penyusunan kurikulum pendidikan inklusi diantaranya adalah Terapis Happy House, Orangtua, Guru Kelas/ Guru mata pelajaran, Guru Pendamping khusus, dan Kepala Sekolah, (3) Pelakasanaan pembelajaran berupa sistem klasikal oleh guru pengajar dengan didampingi guru pendamping khusus pada masing-masing siswa berkebutuhan khusus, (4) Jenis ABK yang terdapat di MIM PK Kartasura adalah Autis, Down sydrom, Gangguan Praksis, Kesulitan belajar, dan Cerebral Palsy

Kata Kunci:inklusi, kurikulum,maanjemen, modifikasi, pembelajaran. Abstract

This study aims to determine (1) Management curriculum of inclusive education in MIM PK Kartasura. (2) Involvement of stakeholders in the planning curriculum of inclusive education in MIM PK Kartasura. (3) The implementation of inclusive education curriculum in the learningat MIM PK Kartasura, (4) ABK types contained in MIM PK Kartasura. Data collection methods in this study are by interview, observation and documentation. This research is a case study where an in-depth analysisi was performed and analysis result were concluded by a through subjects identification. The results of this study indicate that: (1) The curriculum used in the implementation of inclusive education is a regular curriculum which is modified in accordance with the needs and abilities of students, (2) Stakeholder curriculum development of inclusive education includies theHappy House therapist, Parents, Classrom Teachers/ subject Teachers, Special Aids, and Principal, (3) teaching learning is in front of classical learning taught by classroom/ subject teacher accompanied by special aids teacher for each special nedds student, (4) ABK types contained in MIM PK Kartasura are autist, Down sydrom, praksis disordes, slow learnen, and Celebral Palsy.

Keywords: inclusion, curriculum, management, modification, learning. A. PENDAHULUAN

Setiap orang mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang

(6)

golongan tertentu saja, melainkan untuk semua warga negara, termasuk warga negara

yang berkebutuhan khusus. Dadang (2015: 1) menyatakan bahwa “anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan

yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya”. Oleh karena itu, diperlukan

sebuah sistem pendidikan yang mampu menyediakan layanan pendidikan sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing anak.

Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus terus mengalami pembaharuan

sehingga muncul istilah pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi mencerminkan

pendidikan untuk semua, memberikan kesempatan bagi siswa berkebutuhan khusus

untuk dapat belajar bersama-sama dengan teman sebayanya di sekolah umum. Hal

tersebut sesuai dengan Permendiknas RI No. 70 Tahun 2009 Pasal 1 yang

menyatakan bahwa: Pendidikan inklusif merupakan penyelenggaraan pendidikan

yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan

dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti

pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara

bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya (Depdiknas, 2009: 2).

Tujuan pendidikan inkulsi dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang

dilakukan dapat berjalan optimal. Keberhasilan proses pembelajaran disebuah

lembaga pendidikan tidak terlepas dari kurikulum. Karena kurikulum memilki

kedudukan yang sentral dalam proses pendidikan karena kurikulum menggerakkan

segala bentuk aktifitas pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum

memberikan rancangan pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman dalam proses

pendidikan.

Selain kurikulum, keberhasilan suatu lembaga pendidikan juga ditentukan oleh

manajemen lembaga tersebut. Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sebuah instansi pendidikan akan berjalan baik

apabila dalam pelaksanaan kurikulumnya terdapat manajemen yang baik.

Pada dasarnya manajemen kurikulum pendidikan inklusi juga sama dengan

manajemen kurikulum yang terjadi pada sekolah umumnya. Manajemen

(7)

dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian untuk mencapai tujuan

pendidikan yang ingin dicapai. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai dalam

manajemen pembelajaran inklusi bagi anak berkebutuhan khusus adalah terwujudnya

pemerataan penyelenggaraan sistem pembelajaran yang layak dan berkualitas sesuai

dengan kondisi, potensi dan kebutuhan individu siswa agar terbentuknya manusia

sosial.

MIM PK Kartasura merupakan salah satu Sekolah penyelenggara Pendidikan

Inklusi di Surakarta. Dimana, siswa yang memiliki kebutuhan khusus dapat belajar

bersama di ruang yang sama dengan siswa regular. Namun, dalam

penyelenggaraannya masih terdapat beberapa kendala seperti yang telah disampaikan

oleh salah satu koordinator Guru Pendamping Khusus yang menyatakan bahwa

beberapa kendala tersebut adalah 1. Belum adanya kurikulum khusus untuk ABK di

Sekolah, 2. Masih minimnya fasilitas bagi ABK di Sekolah Inklusi, 3. Tidak adanya

pembinaan untuk Guru Pendamping Khusus dari dinas, 4. Kurang adanya kerjasama

yang relevan dengan Home Therapy ataupun organisasi ABK lainnya.

Tujuan untuk mengetahui (1) Pengelolaan kurikulum pendidikan inklusi di MIM

PK Kartasura. (2) Keterlibatan stakeholder dalam penyusunan kurikulum pendidikan

inklusi di MIM PK Kartasura. (3) Penerapan kurikulum pendidikan inklusi dalam

pembelajaran di MIM PK Kartasura.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif kualitatif. Penelitian yang melibatkan peneliti dalam proses penelitian dari

awal sampai akhir dengan hasil penelitian berupa laporan. Subyek pada penelitian ini

adalah Kepala Sekolah, Guru Pendamping Khusus dan Guru kelas sekaligus Kabid.

Akademik di MI Muhammadiyah PK Kartasura. Sedangkan, objek pada penelitian

(8)

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”Sugiyono (2015: 137).

Teknik pengumpulan data peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data yang

meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Menurut Sugiyono (2015: 336) analisis data dalam pnelitian kualitatif dilakukan

sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

lapangan.Teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman terdiri atas tiga

tahapan yang harus dilakukan yaitu : (1) Data reduction / reduksi data (2) Data

display / penyajian data (3) Conclusion drawing / verification

Dalam uji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kredibilitas. Uji kredibilitas

data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Sugiyono (2015: 372) menyatakan bahwa “triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu “. Triangulasi dalam penelitian ini

adalah triangulasi sumber.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dalam penelitian ini didasarkan pada hasil wawancara dan observasi yang

telah dilakukan peneliti secara langsung di MIM PK Kartasura. Berikut adalah

penjelasan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu:

Pengelolaan Kurikulum Pendidikan Inklusi

Pengelolaan kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi di MIM PK

Kartasura terbagi dalam tiga proses, yaitu:

1. Perencanaan Kurikulum

Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi di

MIM PK Kartasura masih sama dengan kurikulum yang digunakan siswa

reguler. Dalam hal perencanaan kurikulum proses yang terjadi adalah

perumusan PPI oleh masing-masing GPK melalui pertimbangan oleh

beberapa pihak yang terkait. Hal ini sesuai dengan pendapat Amri (2015: 18)

yang menyatakan bahwa Proses perencanaan manajemen kurikulum di

(9)

mengikutsertakan personel sekolah dalam semua tahap perencanaan itu.

Program Pembelajarn Individual sendiri mencakup beberapa aspek seperti

target yang harus dicapai pada masing-masing mata pelajaran, perkembangan

kognitif, perkembangan perilaku anak, serta perkembangan emosi anak.

Program pembelajaran individual disusun berdaasarkan kemampuan,

karakteristik, dan kebutuhan pada masing-masing siswa berkebutuhan

khusus.

2. Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum yang telah tertuang dalam program pembelajaran

individual ini berbeda pada masing-masing anak. Tidak semua siswa

berkebutuhan khusus memiliki alokasi waktu belajar, dan pencapaian target

yang berbeda dengan siswa reguler. Karena, terdapat siswa berkebutuhan

khusus yang mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan siswa reguler

hanya saja memerlukan bimbingan dari GPK. Oleh karena itu, dalam

penyususuan PPI harus disesuaikan dengan kemampuan, karakteristik, dan

kebutuhan pada masing siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Dadang (2015: 109) yang menyatakan bahwa “pada penyusuanan program pembelajaran individual hendaknya memerhatikan prinsip anak berkebutuhan khusus”.

3. Pengendalian kurikulum

Untuk mengetahui apakah suatu kurikulum telah berjalan sesuai dengan

yang direncanakan perlu adanya monitoring serta evaluasi. MIM PK

Kartasura melakukan monitoring melalui guru mata pelajaran dan GPK

mengenai perkembangan pada masing-masing ABK melalui pengamatan

pada kegiatan harian di kelas hal inis sesuai dengan pendapat Dadang (2015: 110) yang menyatakan bahwa “ melakukan penilaian selama kegiatan pembelajaran berlangsung setelah kegiatan pembelajaran selesai, baik secara lisan, tertulis, maupun melalui pengamatan”.

Keterlibatan Stakeholder dalam Penyusunan Kurikulum Pendidikan Inklusi.

Stakeholder merupakan segenap pihak yang terkait dalam suatu hal. Dalam

(10)

orang yang terlibat didalamnya. MIM PK Kartasura sebagai salah satu sekolah

penyelenggara pendidikan inklusi menggunakan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) dalam proses kegiatan pendidikan. Dalam penerapan KTSP MIM

PK Kartasura menerapkan kurikulum yang telah disedikan oleh pemerintah dengan

modifikasi pada beberapa hal dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi.Dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusi tidak ada kurikulum khusus bagi siswa

berkebutuhan khusus hanya saja kurikulum yang telah ada di modifikasi. Modifikasi

tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Dadang (2015: 83) yang menyebutkan bahwa “kurikulum yang digunakan di kelas inklusif adalah kurikulum anak normal (reguler) yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik”.

Bentuk modifikasi tersebut tertuang dalam PPI (Program Pembelajaran

Individual). Dalam penyusunana PPI masing-masing guru pendamping khusus harus

melihat pertimbangan dari beberapa pihak yang terkait. Pihak-pihak yang terkait

dalam penyusunan PPI adalah sebagai berikut: a. Guru Pendamping Khusus, selaku

orang yang bertugas melaksanakan PPI, b. Koordinator GPK, selaku pemberi

pertimbangan apakah program yang telah disusun telah sesuai atau belum, c. Wali

murid, selaku orangtua dari siswa berkebutuhan khusus yang mengetahui secara pasti

kemampuan dan karakteristik siswa, d. Happy house, selaku pemberi hasil

assessment awal siswa berkebutuhan khusus, e. Kepala Sekolah, selaku orang yang

memberikan pengesahan pada PPI.

Pertimbangan tersebut digunakan sebagai asesmen untuk mengetahui

kemampuan dan hambatan siswa dalam melakukan sesuatu. Karena, pada dasarnya

setiap guru harus mengetahui latar belakang dan kebutuhan masing-masing peserta

didik agar dapat memberikan pelayanan dan bantuannya dengan tepat. Seperti yang disebutkan oleh Dadang (2015: 82) bahwa “ada dua jenis asesmen yang biasa dilakukan, yaitu asesmen fungsional dan asesmen klinis”. Asesmen fungsional

dilakukan oleh guru pengajar/ kelas dan guru pendaming khusus di sekolah.

(11)

MIM PK kartasura sebagai salah satu sekolah penyelenggara pendidikan

inklusi selama ini menerima semua siswa berkebutuhan khusus. Rata-rata siswa yang

mendaftar adalah siswa autis, down sydrom, tuna grahita, dan lamban belajar. Hal ini

sesuai dengan pernyataan oleh Prastiyono (2013: 124) yang menyatakan bahwa “sekolah inklusif menerapkan model multiinput artinya tidak mengenal penolakan murid”. Dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh suatu sekolah. Sekolah tersebut perlu berpedoman pada silabus, kalender akademik serta program

semester, dan program tahunan. MIM PK Kartasura dalam pengembangan silabus

memberikan wewenang pada masing guru untuk mengembangkan

masing-masing indikator yang ada pada SK dan KD. Sedangkan dalam hal penyususnan

kalender akademik MIM PK Kartasura memberikan tanggungjawab tersebut kepada

salah seorang guru yang bertugas sebagai kepala bidang akademik. Dimana Kabid

Akademik mempunyai salah tugas untuk menyusun kalender akademik dan

pembagian jam pengajaran. MIM PK Kartasura tidak mewajibkan setiap guru untuk

membuat program tahuanan dan program semester.

Penerapan Kurikulum Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran

MIM PK Kartasura sebagai salah satu sekolah penyelenggara pendidikan

inklusi, dalam proses pembelajarannya menggunakan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) hanya saja dalam proses kegiatannya terdapat beberapa hal yang

dimodifikasi. Kurikulum yang digunakan di pendidikan inklusi disesuaikan dengan

kondisi anak sehinggan kurikulum yang ada hanya mempermudah atau memodifikasi

kurikulum yang ada (Evi, 2015: 64). Modifikasi tersebut dilakukan pada aspek

alokasi waktu belajar, dan materi atau target pembelajaran. Modifikasi ini dilakukan

dengan melihat pertimbangan kemampuan dan karakteristik siswa berkebutuhan

khusus. Sehingga, tidak semua siswa berkebutuhan khusus harus memperoleh alokasi

jam pembelajaran yang berbeda dengan siswa reguler pada umumnya. Modifikasi

atau pengurangan target pembelajaran juga tidak diterapkan pada semua siswa

berkebutuhan khusus, karena ada beberapa siswa berkebutuhan khusus yang masih

(12)

Dalam kegiatan pembelajaran MIM PK Kartasura juga memberikan beberapa

ketrampilan yang memang diperuntukan bagi siswa berkebutuhan khusus. Sehingga,

dalam waktu tertentu siswa berkebutuhan khusus berkumpul di ruang ABK untuk

menerima pembelajaran ketrampilan bagi siswa berkebutuhan khsusus. Dalam

kegiatan ketrampilan yang dilakukan terdapat kegiatan yang berbeda-beda pada

setiap pertemuananya. Kegiatan tersebut berupa kegiatan ketrampilan bermusik,

ketrampilan membuat karya ataupun ketrampilan jasmani atau olahraga. Kegiatan

tersebut dilakukan untuk memberikan bekal bagi siswa berkebutuhan khusus dalam

kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ishartiwi (2010: 7) menyatakan bahwa pembelajaran lebih ditekankan membantu

ABK bertahan hidup pasca sekolah, dengan tujuan agar ABK mampu beradaptasi di

lingkungannya sesuai dengan kemampuan dan berfungsi untuk mengembangkan

potensi anak.

Dalam proses kegiatan pembelajaran MIM PK Kartasura menggunakan

model pendidikan inklusi pull out, dimana dalam proses pembelajaran anak

berkebutuhan khusus belajar bersama anak non berkebutuhan khusus di kelas reguler

namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang lain untuk

belajar dengan guru pembimbing khusus. Pull out ini dilakukan sesuai dengan

kebutuhan yang terjadi di kelas. Jika suasana belajar tidak memungkinkan

pembelajaran anak berkebutuhan khusus, guru pendamping khusus berhak untuk

mengajak siswa belajar di ruang ABK yang telah disediakan oleh sekolah

Pernyataan diatas didukung oleh pendapat Dadang (2015: 51) yang

menyatakan bahwa kelas reguler dengan pull out adalah “ anak berkelainan belajar

bersama anak lain (normal) dikelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu

ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pendamping khusus”. Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di MIM PK Kartasura sama halnya dengan pembelajaran siswa reguler. Mata pelajaran yang

diajarkan pada siswa berkebutuhan khusus juga sama dengan siswa reguler. Hanya

terdapat modifikasi materi saja. Sehingga penggunaan kurikulum masih sama dengan

(13)

Salah satu hal yang dilakukan guru sebelum melakukan pembelajaran adalah

membuat RPP (Rancangan Proses Pembelajaran), hal ini juga dilakukan oleh guru

kelas atau guru yang bertugas mengajar. RPP yang dibuat sama seperti RPP pada

umumnya. Sedangkan, untuk guru pendamping khusus memiliki kewajiban untuk

membuat PPI (Program Pembelajaran Individual). PPI ini dibuat untuk 1 siswa

berkebutuhan khusus dalam kurun waktu satu semester dengan pertimbangan

kemampuan dan karakteristik siswa. Fokus utama dalam pendidikan inklusi adalah

untuk memenuhi pembelajaran individu dan kebutuhan perkembangan peserta didik

(Powell, 2012).

Kegiatan pembelajaran di dalam kelas selama ini sudah berjalan baik. Guru

bekerjasama dengan guru pendamping khusus. Bagi siswa berkebutuhan khusus yang

mampu mengikuti pembelajaran di kelas maka siswa tersebut mengikuti

pembelajaran di kelas secara klasikal. Namun, bagi siswa berkebutuhan khusus yang

memiliki kemampuan dibawah rata-rata menjadi tanggungjawab guru pendamping

khusus dalam memberikan penanganan, baik dalam segi modifikasi materi sampai

dengan evaluasi hasil belajar melalui pertimbanangan dengan guru masing-masing

mata pelajaran. Sehingga hal terpenting dalam praktek pendidikan inklusif adalah

pemenuhan kebutuhan siswa. Hal tersebut senada dengan pendapat yang di berikan

oleh Sunardi, dkk (2011: 6) yang bahwa menyatakan “One important point in

curriculum development in an inclusive setting is that a student’s individual needs are properly met”.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Praptiningrum (2010: 36) menyatakan bahwa “ Penggunaan berbagai metode dan strategi belajar yang digunakan dalam pendidikan inklusif mampu menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan fleksibel”. Cara menyampaikan materi guru kepada peserta didik juga akan menentuhkan keberhasilan proses pembelajaran. Dalam penyelenggaraan pendidikan

inklusi metode penyampaian yang digunakan juga sama dengan metode pada

umumnya hanya saja diperlukan pendekatan yang lebih pada tiap-tiap siswa

(14)

Mohammad (2013: 174) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran harus

berkaitan dengan sebagai berikut

Pelaksanaan pembelajaran lebih mengutamakan metode pembelajaran kooperatif dan partisipatif, member kesempatan yang sama dengan siswa lain, menjadi tanggung jawab bersama dan dilaksanakan secara kolaborasi antara guru khusus dan guru kelas, serta dengan menggunakan media, sumber daya, dan lingkungan yang beragam sesuai dengan keadaan.

Untuk mencapai tujuan mengajar yang telah ditentuhkan diperlukan bahan

ajar. Bahan ajar tersusun atas sub-sub topic tertentu. Bahan ajar bagi siswa

berkebutuhan khusus disesuaikan dengan kemampuan siswa tersebut. Di MIM PK

kartasura bagi siswa berkebutuhan khusus yang memiliki kemampuan relative

normal menggunakan materi yang sama dengan siswa reguler sedangkan bagi siswa

yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata menggunakan materi ajar yang

diturunkan tingkat kesulitannya atau kadang ada beberapa materi yang dihilangkan.

Guru dapat memodifikasi kurikulum sesuai dengan kemampuan dan karakteristik

peserta didik (Ery, 2014: 374).

Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik dan kebutuhan yang

berbeda-beda. Sehingga guru harus mampu memahami setiap anak. Seperti yang

disebutkan oleh Deborah (2015: 29) bahwa terdapat sepuluh Kemampuan Manusia

Central, yaitu: hidup; kesehatan tubuh; integritas tubuh; indra, imajinasi dan pikiran;

emosi; penalaran praktis; afiliasi; spesies lain; bermain; dan kontrol atas emosi

seseorang dapat digunakan sebagai lensa untuk menilai bagaimana kebutuhan belajar

siswa penyandang cacat dipenuhi. Penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah

masih terdapat beberapa kendala. Salah satu kendala yang terjadi dalam proses

kegiatan belajar adalah menurunnya tingkat kosentrasi siswa sehingga pembelajaran

menjadi tidak kondusif..

Jenis ABK yang terdapat di MIM PK Kartasura

Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi di kenal dengan istilah multi

input atau tidak ada penolakan murid ( Ishartiwi, 2010: 5). Hal tersebut juga

(15)

mampu menangani ABK tersebut. Tahun ajaran 2016/2017 terdapat beberapa jenis

ABK di MIM PK Kartasura yaitu: Down sydrom, Gangguan Praksis, autis, kesulitan

belajar, Cerebral Palsy.

Simpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggarakan pendidikan inklusi di MIM

PK Kartasura adalah kurikulum KTSP, dimana dalam penerapannya bagi siswa

berkebutuhan khusus terdapat modifikasi dalam beberapa aspek. Seperti: alokasi

waktu belajar, target pencapaian, serta beberapa kegiatan khusus yang

diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus.

2. Keterlibatan stakeholder dalam manajemen kurikulum pendidikan inklusi di

MIM PK Kartasura adalah sebagai berikut:

a. Terapis Happy House, selaku pemberi assessment awal pada siswa

berkebutuhan khusus.

b. Orangtua siswa, selaku orang yang paling dekat dengan siswa sehingga

mampu memberikan gambaran secara nyata mengenai perilaku,

perkembangan, karakteristik, dan kemampuan siswa.

c. Guru Kelas, selaku pembimbing siswa bekebutuhan khusus selama di kelas

secara klasikal.

d. Guru Pendamping khusus, selaku pembimbing utama siswa berkebutuhan

khusus selama di sekolah.

e. Kepala Sekolah, selaku orang yang mengesahkan, memberikan masukkan,

serta mengawasi berjalannya proses pembelajaran.

3. Kurikulum yang digunakan siswa berkebutuhan khusus masih sama dengan

siswa reguler. Hanya saja proses penerapan kurikulum dalam pembelajaran

disesuiakan dengan karakteristik, kebutuhan dan kemampuan siswa. Pelaksanaan

pembelajaran dilakukan secara klasikal oleh guru pengajaran dengan bimbingan

Guru pendamping khusus pada masing-masing siswa berkebutuhan khusus

(16)

4. Jenis ABK yang terdapat di MIM PK Kartasura adalah: Autis, Down sydrom,

Gangguan Praksis, Kesulitan belajar, dan Cerebral Palsy.

DAFTAR PUSTAKA

Amri. 2015. Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

Pelaksanaan Manajemen Kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar. Vol. 3 No. 1

Dadang. 2015. Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung: Refika Aditama

Mohammad. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Manejemn Pelaksanaan

dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Powell, Denise. 2012. Electronic Journal For Inclusive Education. A Review of Inclusive Education in New Zealand. Vol. 2, No. 10

Price, Deborah. 2015. Journal of Educational Enquiry.Pedagogies for inclusion of students with disabilities in a national curriculum: a central human capabilities approach. Vol. 14. No. 2

Praptiningrum. 2010. Jurnal Pendidikan Khusus. Fenomena Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Vol. 7, No. 2, November Setiawati, Evi. (2015). Profil Sekolah Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi di SD Negeri Tamansari 1 Yogyakarta.Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Pra

Sekolah dan Sekolah Dasar. Diakses dari

http://eprints.uny.ac.id/24718/SKRIPSI%2520SETIAWATI pada tanggal 20 September 2016, Jam 15.15

Sunardi, dkk. 2011. Excellence in Higher Education.The Implementation of Inclusive Education for Students with Special Needs in Indonesia.Volume 2, Number 1, June

Sugiyono. 2015a. Metode Penelitian:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Bandung:Alfabeta

…….. 2015b. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

q, s, A, B ) of meromorphic functions defined by using a meromorphic analogue of the Choi-Saigo-Srivastava operator for the generalized hypergeometric function and investigate a

[r]

This documents needed in the purchasing process: Prime contract. Purchase order

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, telah memberikan Rahmat dan HidayahNya

Sampai akhimya ketika pada hari Minggu tanggal 30 Maret 201,4 sekitar pukul 15.00 Wib, saksi Dede Gustianingsih melihat anaknya yaitu saksi korban KORBAN menangis

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Proses Persalinan Ibu Inpartu pada Kelompok yang Mendapat Hypnobirthing dan Kelompok Tanpa Hypnobirthing di Klinik Sumiariani

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air biji pepaya dapat menurunkan kadar kolesterol total dan SGPT secara signifikan jika

BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAYARAN. REKAPITULASI NILAI AKHIR DIKLAT DP- II PER 20