• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan, Motivasi, Dan Supervisi Dengan Kinerja Kader Posyandu Dalam Pencatatan Sistem Informasi Posyandu (Sip) Di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan, Motivasi, Dan Supervisi Dengan Kinerja Kader Posyandu Dalam Pencatatan Sistem Informasi Posyandu (Sip) Di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya

meningkatkan kesehatan masyarakat kearah yang lebih baik lagi dan yang

preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit dan agar terhindar dari

penyakit. Oleh sebab itu, pelayanan kesehatan masyarakat tidak hanya tertuju

pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah

upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif)

(DepKes RI, 2001).

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai

institusi, baik itu institusi formal maupun institusi non formal, seperti halnya

posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber

Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk

dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi (Depkes, RI, 2006).

Pelayanan posyandu mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak,

keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular dengan imunisasi,

(2)

posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita.

Program posyandu merupakan strategi jangka panjang untuk menurunkan Angka

Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI). Turunnya AKI dan AKB di

suatu daerah merupakan standart keberhasilan pelaksanaan program terpadu di

suatu wilayah tersebut (Sudarsono, 2010).

Seperti diketahui bahwa perkembangan posyandu di Indonesia sangat

pesat, sejak dicanangkan pada tahun 1986 tercatat sebanyak 25.000 posyandu, dan

pada tahun 2014 meningkat sekitar 86% menjadi 289.635 posyandu. Di Jawa

Tengah sendiri jumlah posyandu pada tahun 2014 adalah sebesar 48.293

posyandu. Namun bila ditinjau dari segi kualitas masih ditemukan beberapa

masalah, antara lain sebagian besar posyandu tidak memiliki jumlah kader yang

cukup bila dibandingkan dengan jumlah sasaran, kelengkapan sarana dan

ketrampilan kader yang belum memadai, serta sebagian kader belum mampu

mandiri karena tergantung dengan petugas puskesmas sebagai pembina sehingga

dapat mempengaruhi kinerja posyandu. Hasil analisis Profil UKBM menunjukkan

tingkat perkembangan posyandu di Jawa Tengah, tercatat 4.365 (9,04%)

Posyandu Strata Pratama, 14.778 (30,60%) Posyandu Strata Madya, 19.156

(39,66%) Posyandu Strata Purnama, dan 9.994 (20,69%) Posyandu Strata

Mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu meningkatkan jumlah posyandu

mandiri salah satunya dengan jalan pembinaan yang tentunya tidak terlepas dari

peran masyarakat sebagai Kader (Kemenkes. RI, 2015).

Sebagai bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)

(3)

maka keberhasilan dalam penyelenggaraan posyandu dipengaruhi oleh masyarakat

itu sendiri yang berperan sebagai kader. Bagaimana pun juga kader bertanggung

jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif, maka

pelaksanaan program posyandu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu

penting adanya kader-kader posyandu yang berkualitas sehingga mampu

menampilkan kinerja yang baik.

Salah satu indikator kader posyandu dikatakan memiliki kinerja baik

ditunjukkan dari kelengkapan pencatatan SIP (Sistem Informasi Posyandu) yang

idealnya mencapai 100%. SIP merupakan seperangkat alat pencatat yang

digunakan oleh kader, dan dapat memberikan informasi tentang kegiatan, kondisi

dan perkembangan di setiap posyandu. Kelengkapan data hasil kegiatan posyandu

dapat berfungsi sebagai salah satu acuan untuk memantau perkembangan

kesehatan ibu dan anak secara langsung, serta dapat dijadikan sebagai informasi

dalam memahami permasalahan yang terjadi di wilayah kerja posyandu, sehingga

dapat dikembangkan kegiatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan sasaran

posyandu (Kemenkes, 2012).

Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan posyandu juga dapat menunjang

pelayanan informasi publik di bidang kesehatan, sehingga dibutuhkan adanya

manajemen dan pengelolaan data dan informasi yang baik, akurat, lengkap, dan

tepat waktu. Secara umum pelaksanaan pencatatan dan pelaporan posyandu sudah

berjalan dengan baik, namun tidak semua posyandu di Indonesia menggunakan

format pencatatan dan pelaporan yang sama. Dari 34 Provinsi di Indonesia 33

(4)

terdapat di 314 kabupaten/kota. Di Provinsi Jawa Tengah sudah sebagian besar

posyandu melakukan pencatatan pelaporan posyandu dengan format SIP

(Kemenkes, 2015)

Berdasarkan survei yang dilakukan pada April 2016 di Kota Salatiga,

diperoleh data yang menunjukkan, bahwa dari 6 puskesmas yang ada, terdapat 1

puskesmas yang memiliki tingkat ketidaklengkapan dalam pencatatan SIP paling

tinggi, yaitu Puskesmas Cebongan. Dengan melihat kelengkapan pencatatan pada

setiap register pada bulan Januari hingga Desember 2015 terdapat 13 (35%)

Posyandu dengan SIP tidak lengkap, dan 24 (65%) Posyandu sudah mengisi SIP

dengan lengkap oleh kader. Ketidaklengkapan tersebut sebagian besar terdapat

pada pencatatan pasangan usia subur, wanita subur, pemberian tanda N/T pada

hasil penimbangan, serta umur bayi dan balita. Kondisi tersebut menyebabkan

gambaran kesehatan di wilayah Puskesmas Cebongan menjadi kurang sesuai

dengan keadaan sebenarnya, dan sangat berpengaruh pada perencanaan program

selanjutnya. Kondisi tersebut menunjukkan kinerja kader posyandu di Puskesmas

Cebongan rendah.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa kader di 8 posyandu

ditemukan, bahwa masalah tersebut timbul karena beberapa hal, yaitu masalah

keterbatasan pengetahuan kader tentang pengisian SIP sebanyak 5 posyandu

(62%), dimana hanya terdapat 1-2 orang kader dalam setiap posyandu yang

mampu mengisi SIP dengan benar. Dampaknya dalam pengisian buku register

(5)

Masalah lainnya adalah rendahnya motivasi kader untuk berperan aktif

dalam kegiatan posyandu. Setiap posyandu masing-masing memiliki kader

sebanyak 5 orang, namun saat kegiatan posyandu hanya 2 atau 3 orang saja yang

hadir. Hal ini seperti yang diutarakan oleh kader di 4 posyandu(50%).Sementara

masalah lainnya adalah pihak puskesmas sebagai pihak supervisor tidak

melakukan supervisi pada kader secara khusus. Supervisi hanya dilakukan

bersamaan dengan jadwal kunjungan rutin petugas kesehatan pada waktu hari

buka posyandu di setiap posyandu. Sedangkan pihak Pokja Posyandu sebagai

pihak pembina kader di tingkat desa tidak pernah melakukan supervisi untuk

kelengkapan SIP.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik

melakukan penelitian dengan mengambil judul ”Hubungan Tingkat Pengetahuan,

Motivasi, dan Supervisi dengan Kinerja Kader Posyandu dalam Pencatatan Sistem

Informasi Posyandu di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam pencatatan Sistem Informasi Posyandu di Puskesmas Cebongan Kota

Salatiga?

2. Apakah ada hubungan motivasi dengan kinerja kader posyandu dalam

pencatatan Sistem Informasi Posyandu di Puskesmas Cebongan Kota

(6)

3. Apakah ada hubungan supervisi dengan kinerja kader posyandu dalam

pencatatan Sistem Informasi Posyandu di Puskesmas Cebongan Kota

Salatiga?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, motivasi, dan supervisi dengan

kinerja kader posyandu dalam pencatatan Sistem Informasi Posyandu di

Puskesmas Cebongan Kota Salatiga.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, motivasi, dan supervisi

kader dalam pencatatan Sistem Informasi Posyandu di Puskesmas

Cebongan Kota Salatiga.

b. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kinerja kader

posyandu dalam pencatatan Sistem Informasi Posyandu di Puskesmas

Cebongan Kota Salatiga.

c. Mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja kader posyandu dalam

pencatatan Sistem Informasi Posyandu di Puskesmas Cebongan Kota

Salatiga.

d. Mengetahui hubungan supervisi dengan kinerja kader posyandu dalam

pencatatan Sistem Informasi Posyandu di Puskesmas Cebongan Kota

(7)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana implementasi ilmu yang diperoleh

selama diperkuliahan dengan kondisi nyata di lapangan, khususnya berkenaan

dengan hubungan tingkat pengetahuan, motivasi, dan supervisi dengan

kinerja kader posyandu dalam pencatatan Sistem Informasi Posyandu.

2. Bagi Dinas Kesehatan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah

posyandu terutama dalam sistem pencatatan dan pelaporan posyandu, serta

untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

3. Bagi Puskesmas

Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam memonitor hasil pencatatan dan

pelaporan SIP agar hasil yang disampaikan adalah benar, tepat waktu, dan

akurat.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi dan informasi bagi siapa

saja yang memerlukan, serta diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian akan dilaksanakan di sekolah dasar wilayah gugus 2 UPTD Pendidikan Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya yaitu SDN Cisayong 1, SDN Cisayong 2 dan SDN

[r]

Pada pembahasan metode kas kecil di PT Para Bathara Surya telah diketahui bahwa perusahaan telah menerapkan metode dana berfluktuasi sehingga saldo rekening kas kecil tidak tetap

Mengana-lisis gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabola dengan mengguna-kan vektor Menganalisis besaran perpin- dahan dan kece-patan pada ge-rak parabola de-

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi adalah kurang.. Adapun saran diharapkan agar lansia RW 05 Desa

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan perlokusi berupa kata dan kalimat yang diambil dari dialog tokoh- tokoh yang terdapat dalam novel Sang Pencerah karya

[r]

potensi pariwisata yang sangat besar/ sebagai salah satu sektor yang memberikan kontri busi yang besa/ dalam. produk Domistik Bruto Indonesia/ sudah tentu sektor ini memberikan