• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Penangkaran Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus) di Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Penangkaran Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus) di Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berdasarkan laporan International Red List-Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) tahun 2009 status merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) telah menaikkan dari vulnerable (VU atau ”rentan”) menjadi endangered (EN atau “genting”). Dalam status perdagangan CITES ( Convention for the International Trade in Endangered Spesies of Fauna end Flora ) merak hijau jawa termasuk dalam Appendix II yaitu satwa yang langka dan dilindungi dalam perdagangannya dengan pengaturan kuota (jumlah terbatas) dan berupa hasil penangkaran F2.

Kelangsungan hidup merak hijau pada saat ini sangat terancam. Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya populasi merak hijau antara lain berkurangnya habitat akibat penggunaan lahan dan kerusakan oleh manusia serta semakin besarnya tingkat perburuan liar baik untuk diambil meraknya, bulu maupun telurnya.

Merak hijau memiliki keindahan bentuk tubuh dan warna bulu. Kelebihan ini menjadikan merak hijau banyak diburu untuk diperdagangkan. Penangkapan anakan merak hijau yang dapat digunakan sebagai binatang peliharaan juga merupakan salah satu ancaman keberadaan merak hijau. Para petani yang berada di tepi hutan jati di Jawa seringkali mencari telur merak hijau di hutan dan mengkonsumsinya. Petani juga menetaskan telur merak hijau pada induk ayam buras untuk dipelihara atau dijual ke pasar secara sembunyi-sembunyi atau untuk dikonsumsi dagingnya (Tarigan, 2001).

Sebagian besar kebutuhan terhadap merak hijau untuk memenuhi permintaan pasar masih mengandalkan pada penangkapan dari alam. Perburuan yang terus berlangsung, terutama di Pulau Jawa, telah mengakibatkan populasi merak hijau merosot. Hal ini mendorong Bird Life International (2009) memasukkannya ke dalam status Endangered.

(2)

pengelolaan merak hijau di luar habitat alaminya yang dapat menunjang kelestariannya di alam. Keberhasilan kegiatan penangkaran merak hijau sangat ditentukan oleh pengetahuan mengenai cara hidup, pola perilaku, dan faktor-faktor lain. Melalui pengetahuan tersebut dapat memudahkan penentuan bentuk tindakan efektif yang diterapkan dalam penangkaran merak hijau. Berdasarkan pemikiran itu maka perlu dikaji praktek pengelolaan penangkaran merak hijau jawa di lokasi-lokasi penangkaran agar kelak dapat dijadikan dasar di dalam merumuskan upaya pengelolaannya secara optimal dengan efektif.

1.2 Tujuan

1. Mengidentifikasi pola pengelolaan penangkaran merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TB TMII).

2. Menganalisis tingkat keberhasilan penangkaran di TMR dan TB TMII dilihat dari reproduksi dan kondisi kesehatan dan/atau mortalitas (kematian).

3. Menganalisis faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di TMR dan TB TMII dilihat dari aspek pemberian pakan dan habitat (kandang).

1.3. Kegunaan

(3)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi

Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phyllum : Chordata Sub phyllum : Vertebrata

Klas : Aves

Sub klas : Neornithes Ordo : Galliformes Sub ordo : Galli Famili : Phasianidae Sub famili : Pavoninae

Genus : Pavo

Spesies : Pavo muticus Linnaeus 1766

Merak hijau termasuk dalam Ordo Galliformes yang mempunyai salah satu ciri yaitu kaki yang kuat, banyak aktivitas yang tergantung pada kakinya. Aktivitas tersebut antara lain berjalan, mencari makan, bertengger dan sampai pada saat akan tidur merak duduk di atas dadanya dengan jari kaki mencengkeram cabang atau ranting pohon tidur mereka (Palita, 2002).

2.1.2 Morfologi

Morfologi merak hijau berbeda-beda menurut umur dan jenis kelaminnya, yakni dapat dilihat dari ukuran tubuh dan warna bulu pada merak hijau.

a Merak jantan dewasa

(4)

Menurut Hernowo (1995), merak jantan dewasa memiliki ciri-ciri yang khas yaitu adanya bulu hias yang tersusun dari 100-150 lembar bulu yang besar, panjang dan kuat. Warnanya adalah campuran antara hijau emas dan hijau perunggu sehingga kelihatan berkilauan. Pada bagian permukaannya terdapat cincin oval (ocellus) yang besar dan komposisi warnanya banyak. Sub termal ocellus berwarna ungu dan dikelilingi oleh dua cincin yang berwarna hijau muda dan hijau tua yang merupakan lingkaran terakhir. Bulu yang terpanjang terletak di tengah dan tidak memiliki ocellus.

b Merak betina dewasa

Menurut Sativaningsih (2005), merak hijau betina dewasa mempunyai komposisi warna tubuh sama dengan jantan tetapi lebih lembut, tidak cerah, agak kusam, dan tidak mempunyai bulu hias. Merak hijau betina panjang tubuhnya berukuran 120 cm.

Delacour (1977) menyatakan bahwa secara umum bulu merak hijau betina sama dengan merak jantan, hanya warnanya lebih lembut dan agak kusam. Kaki bersisik dan warnanya hitam abu-abu dan bertaji sama dengan merak jantan. Perbedaan yang nyata terletak pada bulu hias, dimana merak betina tidak mempunyai bulu hias. Bagian atas dari penutup ekor, berwarna perunggu kehijauan dengan warna kuning keputihan.

c Merak anakan

Anak merak hijau mempunyai warna coklat kusam berbintik hitam. Warnanya sama dengan betina dewasa, tetapi lebih buram. Bagian dagu dan kepala tertutup oleh bulu berwarna putih. Jambul mulai tumbuh setelah anak merak berumur dua minggu. Pada umur dua bulan, anak merak sudah mempunyai bentuk tubuh dan bulu yang sempurna menyerupai merak betina dewasa tetapi ukurannya lebih kecil (Delacour, 1997).

2.1.3 Habitat dan pakan

(5)

digunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya satwa liar. Komponen habitat yang terpenting untuk kehidupan satwa liar terdiri dari makanan, pelindung dan air. Pelindung adalah bagian dari habitat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, beristirahat, atau tempat berkembangbiak. Satwa liar menempati habitat sesuai dengan keadaan lingkungan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Habitat yang sesuai untuk satu jenis satwa belum tentu sesuai untuk jenis satwa yang lain karena tiap jenis satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda. Keseluruhan fungsi habitat itu ditentukan oleh interaksi sejumlah komponen habitat baik fisik ataupun biotik: topografi, air, dan tanah maupun komponen biologis ataupun biotik: satwa liar, vegetasi, dan penggunaan lahan oleh manusia.

MacKinnon et al. (1992) menyatakan bahwa merak hijau mempunyai kebiasaan mengunjungi hutan terbuka dengan padang rumput, perkebunan teh dan berjalan-jalan di tanah. Hal ini dipertegas oleh King et al. (1975), bahwa habitat merak hijau adalah di hutan terbuka, hutan sekunder, pinggir sungai, dan tepi hutan. Dari pernyataan di atas terlihat bahwa merak hijau mempunyai kebiasaan mencari makan, berteduh dan berlindung di tempat-tempat terbuka dan juga lebih banyaknya fungsi habitat yang diperoleh merak hijau di daerah tersebut.

Jenis makanan merak hijau kebanyakan berasal dari tumbuhan seperti beberapa jenis rumput. Bagian dari tumbuhan yang dimakan yaitu biji dan daun. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, merak juga memakan serangga dan belalang kecil. Palita (2002) menjelaskan selain makan rumput-rumputan dan herba, merak juga memakan tumbuh-tumbuhan seperti gondang, lo dan bendo serta beberapa jenis serangga seperti semut dan ulat.

2.2 Perilaku Merak Hijau

2.2.1 Perilaku makan dan minum

(6)

Menurut Winarto (1993), cara makan merak hijau di Taman Nasional Baluran adalah dengan mematuk makanan menggunakan paruhnya, sedangkan pemilihan makanan di permukaan tanah dilakukan dengan cara mengais menggunakan kedua tungkai kakinya. Menurut Supratman (1998) merak hijau umumnya minum setelah melakukan aktivitas makan. Setelah makan merak hijau berjalan menuju tempat-tempat sumber air. Cara minumnya dengan menjulurkan lehernya ke air secara berulang.

2.2.2 Perilaku istirahat dan tidur

Hoogerwerf (1970) menyatakan bahwa merak hijau memilih tempat istirahat dan tidur pada pohon-pohon yang tidak terlalu lebat. Untuk mencapai tempat tersebut merak hijau terbang dari tanah secara tegak lurus dan kadang-kadang juga terbang dari satu pohon ke pohon lain.

Menurut Winarto (1993) perilaku istirahat merak hijau terbagi kedalam dua periode, yaitu periode setelah makan di pagi hari sampai menjelang sore hari disebut

istirahat ya g erupaka istirahat se e tara da periode setelah akti itas haria ya erakhir sa pai sesaat se elu akti itas haria ya di ulai ke ali ya g dise ut tidur

yang merupakan istirahat total. Selama periode istirahat merak hijau melakukan berbagai aktivitas, antara lain menyelisik bulu, berteduh, mandi debu, makan, minum, dan aktivitas sosial. Aktivitas sosial ini dilakukan di permukaan tanah maupun di atas pohon. Sedangkan periode tidur, merak hijau tidak melakukan aktivitas lainnya.

2.2.3 Perilaku terhadap gangguan

Merak hijau akan memberikan reaksi yang berbeda tergantung pada jarak sumber gangguan ketika mendapat gangguan dari manusia. Bila burung berada pada jarak yang jauh dari sumber bahaya maka dengan cepat lari menuju cover terdekat meskipun harus melewati daerah terbuka yang luas. Bila sumber gangguan pada jarak yang dekat, maka dengan cepat merak hijau akan melarikan diri.

2.2.4 Perilaku kawin

Merak adalah satwa poligami dan tidak ada hubungan yang permanen antara merak hijau dewasa jantan dan betina (Hoogerwrf, 1970). Musim kawin merak hijau di Jawa Barat dan Jawa Timur berlangsung dari bulan Agustus sampai Oktober (MacKinnon, 1995). Hernowo (1995) menyebutkan bahwa perkawinan merak hijau dimulai dengan

(7)

‘ geeeeeeeyao , geeeeeeyao ... seperti suara ku i g ee-waaoow, wee-waaoow

.... atau eewaaaoow,eewaaoow... Merak betina perlahan-lahan mendekati merak jantan. Merak hijau jantan menaikkan seluruh bulu hias dan didukung/ditopang oleh bulu-bulu ekornya yang kaku dan membentuk sebuah kipas. Sayapnya diturunkan dan melangkah mendekati betina. Selanjutnya merak jantan tersebut membalik secara tiba-tiba dengan memiringkan tubuhnya melirik ke arah merak betina. Gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang. Betina mengelilingi merak jantan berulang-ulang, sedangkan yang jantan sesekali mendekati betina sambil bulu hiasnya digetarkan.

Merak betina yang menerima bujukan tersebut, segera mendekam dan merak jantan segera naik ke punggung merak betina dan perkawinan pun berlangsung. Jika merak betina tidak menyukai merak jantan, merak betina akan menjauhi merak jantan itu dan menuju pejantan lainnya dan pejantan baru mulai menari (Hernowo,1995).

2.2.5 Perilaku bersarang

Menurut Winarto (1993) merak betina yang telah dikawini segera memisahkan diri dari kelompoknya untuk mencari tempat bersarang dan bertelur. Tiap sarang ditemukan tiga sampai enam butir telur. Sarang merak hijau berada pada areal terbuka yang sangat sedikit ditumbuhi vegetasi pada tingkat pohon dan sapihan. Dengan kondisi areal yang terbuka, cahaya matahari dapat secara langsung menyinari lokasi sarang. Aktivitas mengerami telur hanya dilakukan oleh merak betina setiap hari (siang-malam). Dalam mengerami telurnya, betina hanya 2-3 hari sekali meninggalkan sarangnya selama beberapa jam untuk mencari makan.

2.2.6 Perilaku mandi debu

(8)

2.3 Penggunaan/Pemanfaatan Merak Hijau Jawa

Merak hijau jawa banyak dimanfaatkan sebagai burung hias dan juga dimanfaatkan bulu hiasnya sebagai aksesoris reog ponorogo. Satu reog ponorogo menggunakan sedikitnya 1.000 helai bulu merak jawa hijau. Satu ekor merak jawa hijau diketahui memiliki sekitar 150 helai bulu (Hernowo, 2010), sehingga untuk membuat satu reog ponorogo memerlukan sekitar 9-10 ekor merak hijau.

2.4. Penangkaran Merak Hijau Jawa

Di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, terdapat beberapa penangkaran merak hijau jawa baik resmi maupun yang tidak resmi. Penangkaran yang resmi adalah penangkaran yang telah terdaftar oleh pemerintah. Beberapa lokasi penangkaran resmi merak hijau jawa yaitu Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Taman Margasatwa Ragunan, Taman Rekreasi Sengkaling Malang, Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, dan beberapa lokasi lainya.

2.5 Gangguan terhadap Merak Hijau Jawa

(9)

BAB 3

KONDISI UMUM LOKASI PENGAMATAN

3.1 Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah

Awalnya Taman Burung hanya memiliki satu kubah yang dibangun tahun 1975 dan diresmikan tanggal 19 Agustus 1976, namun kemudian dikembangkan menjadi sembilan kubah dan diresmikan pada tanggal 27 April 1987. Taman Burung terletak di bagian belakang kawasan TMII berdekatan dengan Pusat Peragaan IPTEK, menempati lahan seluas 6 hektar termasuk fasilitas umum berupa tempat parkir yang cukup luas dan rindang.

Koleksi ditempatkan dalam sangkar-sangkar raksasa (kubah); kubah paling besar bergaristengah 68 meter dengan ketinggian 30 meter, sedang yang paling kecil bergaristengah 20 meter dengan ketinggian 9 meter. Di setiap pinggir kubah dibuat sangkar-sangkar yang menyimpan koleksi, sehingga dapat dinikmati dari dalam ataupun luar kubah. Sebuah museum yang menjadi pelengkap Taman Burung menyimpan riwayat berbagai jenis burung langka maupun yang sangat terbatas penyebarannya.

Penataan koleksi berdasar zoogeografi atau pola sebaran binatang. Koleksi Taman dibagi menjadi dua belahan: barat dan timur, sesuai dengan Garis Wallace. Lingkungan vegetasinya pun mengikuti pola ini, di samping pemikiran pilihan jenis-jenis yang berguna dalam menghasilkan buah-buahan, biji, dan pucuk yang menjadi pakan burung.

Taman Burung berfungsi juga sebagai loka-bina masyarakat perburungan, sehingga taman ini sering dijadikan ajang lomba burung, lomba bagi anak-anak dan siswa untuk mengenal lebih dalam mengenai burung, serta tempat penelitian bagi para mahasiswa. Dari segi penangkaran dan pelestarian, taman ini telah berhasil mengembangbiakkan lebih dari 100 jenis, di antaranya sekitar 30 jenis merupakan jenis-jenis yang dilindungi dan langka. Untuk menjaga kesehatan hewan koleksi, taman dilengkapi sarana karantina sebagai tempat memisahkan burung-burung yang sakit untuk mendapatkan perawatan.

(10)

dari mancanegara. Elang Jawa, Elang Bondol, Cendrawasih, Jalak Bali, Maleo, Rangkong, Beo, Burung Onta, dan Onagadori merupakan beberapa koleksi yang menarik.

Bagi keluarga yang membawa anak-anak dapat beristirahat sebentar di kolam ikan sebelum melanjutkan penjelajahan semua kubah. Di samping itu kafetaria menjual makanan dan minuman ringan, termasuk untuk ikan-ikan di kolam: bagi anak-anak dapat memberi makan ikan sepuasnya sambil menyaksikan angsa berenang.

3.2 Taman Margasatwa Ragunan 3.2.1 Sejarah

Planten En Dierentuin merupakan nama kebun binatang pertama di Jakarta yang kala itu bernama Batavia. Kebun binatang ini secara resmi dibuka pada tahun 1864 di daerah yang dikenal Cikini, Jakarta Pusat. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1949 namanya dirubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Tempat di Cikini menjadi terlalu kecil dan tidak cocok untuk peragaan satwa. Sebuah tempat baru untuk kebun binatang kemudian dicarikan. Pada tahun 1964 pemerintah DKI Jakarta menghibahkan tanah seluas 30 hektar di selatan pinggiran Jakarta, Ragunan, pasar minggu.

Pada tanggal 22 Juni 1966 dibuka kebun binatang baru dengan nama Taman Margasatwa. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kota Jakarta yang ke 477, melalui Keputusan Gubernur Nomor DIII-2138/d/2/74 tanggal 19 Juni 1974, namanya berubah menjadi Kebun Binatang Ragunan Jakarta. Pada mulanya Kebun Binatang Ragunan Jakarta hanya memiliki areal seluas ± 30 Ha, yang terletak di atas sebagian tanah milik Kebun Percobaan Departemen Pertanian. Pada saat ini luas areal Kebun Binatang Ragunan Jakarta diperluas hingga mencapai 200 Ha.

3.2.2 Letak dan luas

(11)

wilayah kelurahan Ragunan, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Adapun atas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Barat dibatasi oleh jalan Kavling POLRI Dan Jati Padang 2. Sebelah Timur dibatasi oleh jalan Jati Padang

3. Sebelah Utara dibatasi oleh jalan Harsono RM, dan 4. Sebelah Selatan dibatasi oleh jalan Sagu.

Luas keseluruhan Kebun Binatang Ragunan saat ini adalah 135 ha. Tata guna lahan KBR ( Kebun Binatang Ragunan) meliputi lahan yang telah terbangun 52 %, kantor dan kandang 32 ha, taman 15 ha, danau 7 ha, lapangan parkir 5 ha dan saluran air 10 ha ( Noprianto, 2004).

3.2.3 Kondisi fisik

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan ferguson (1951), daerah Pasar Minggu termasuk dalam tipe iklim B dengan nilai Q 26,7. Kebun Binatang Ragunan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 50 mdpl dan memiliki kemiringan 20-60. sedangkan suhu harian di kebun binatang Ragunan berkisar antara 25,5 0– 28,50dan kelembaban udara sebesar 85 % serta curah hujan 2291 mm per tahun.

Jenis tanah di Kebun Binatang Ragunan Jakarta termasuk jenis tanah latosol merah. Tanah jenis ini memiliki sifat sebagai berikut: pH masam pada seluruh profil, kandungan bahan organik dan kadar nitrogen lapisan atas sedang yang semakin rendah pada lapisan yang semakin bawah, kadar pospat di seluruh profil rendah dan kadar kalsium di semua lapisan sangat rendah.

3.2.4 Kondisi vegetasi

Taman Margasatwa Ragunan Jakarta memiliki flora yang merupakan jenis yang ada sebelumnya seperti hutan wisata yang bersifat alami, jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Kebun binatang Ragunan adalah : Pohon Buah-buahan, Peneduh, Obat-obatan dan jenis Rumput yang masing-masing terdiri atas 2 Ordo, 56 Famili, 968 Spesies dengan jumlah spesies keseluruhan 47.499 pohon (Kamelia. 2004). Vegetasi di kebun Binatang Ragunan Jakarta merupakan vegetasi tanaman yang dapat digolongkan sebagai berikut:

(12)

2. Tanaman peneduh yang didominasi oleh kormis (Acacia auriculiformis) dan jeunjing (Albizzia falcata).

3. Tanaman buah-buahan yang didominasi oleh jambu monyet (Anacardium occidentale) dan rambutan (Nepheleum lapaceum).

4. Tanaman obat-obatan dan industri yang didominasi oleh salopat serat (Xylopia glauca) dan kemenyan (Styrax benzoe).

5. Tanaman hias yang dibuat dengan bentuk taman yang terdapat di hampir seluruh sudut kebun binatang.

3.2.5 Kondisi sarana dan prasarana

Daftar sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pengelola. No. Zona Jenis Sarana Yang Disediakan :

1. Pintu Gerbang utara Sarana parkir, loket, pos keamanan. stasiun monorail, terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman / view fungsi Taman Margasatwa.

2. Pintu Gerbang Barat Sarana parkir, loket, pos keamanan. terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman.

3. Pintu gerbang Timur Sarana parkir, loket, pos keamanan. stasiun monorail, terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman. 4. Gerbang Keluar Barat Daya Loket dan pos keamanan

5. Introduction Area Fasilitas pelayanan, pos keamanan, halte, pos bagian, pos antara, perkantoran TMR, pusat informasi, perpustakaan, ruang data, mushola, gudang, telepon umum, kios-kios, kantin, genzet dan taman bermain anak.

6. Rekreasi Utama Pos keamanan, halte / pos bagian, pos antara, peragaan satwa tertutup/terbuka, ruang keterampilan satwa, panggung terbuka, ruang P3K, kantin dan taman / ruang terbuka.

7. Rekreasi Sekunder (Rekreasi Satwa Campuran) Ruang peragaan satwa tertutup / terbuka, halte / pos bagian / loket, telepon umum, kantin dan taman / ruang terbuka.

(13)

9. Rekreasi AirPeragaan satwa air, telepon umum, kantin, ruang terbuka / taman pancing.

10.Rekreasi Spesial : - Children Zoo - Open Zoo - Taman Buah

Children play ground, halte / pos bagian / loket, ruang P3K, telepon umum, kios-kios, kantin, taman dan ruang terbuka hewan jinak. Halte / pos bagian / loket, ruang peragaan satwa terbuka/satwa khusus, taman bermain / ruang terbuka hewan jinak, mushola, ruang P3K, telepon umum, ruang pompa air dan kantin.

Pos keamanan, loket, ruang p3K, rumah pompa air dan kebun buah-buahan.

11.Service Area Ruang karantina hewan/tumbuhan, klinik hewan / tumbuhan, ruang laboratorium, menara tinjau, gudang bengkel khusus, ruang pompa air, kandang binatang surplus, genzet.

12.Camping Ground (Fokus apresiasi) Taman, ruang terbuka/ perkemahan, ruang P3K, ruang pompa air, pemandian alam, dll.

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kebun Binatang Ragunan Jakarta cukup memadai. Kebutuhan mengenai sarana dan prasana yang bersifat mendesak atau tidak tercukupi dengan baik. Keberadaan MCK, mushola, rumah makan cukup mudah didapatkan di dalam lokasi kebun binatang. Selain itu terdapat taman yang tersedia tempa untuk beristirahat sejenak.

3.2.6 Aktivitas dan perilaku pengunjung

(14)

3.2.7 Permasalahan

Permasalahan yang terjadi pada Taman Margasatwa Ragunan Jakarta merupakan masalah umum yang juga dialami oleh kebun binatang yang ada di Indonesia pada umumnya. Beberapa permasalahan yang sering menjadi kendala dalam pengelolaan satwaliar secara eks-situ di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta :

1. Pengunjung membludak (Booming)

Salah satu indikator keberhasilan suatu kebun binatang dalam mempromosikan satwa dapat dilihat dari animo masyarakat yang datang berkunjung. Akan tetapi, ketika kunjungan tersebut melebihi ambang batas, maka akan berpengaruh terhadap satwa tersebut. Beberapa satwa mampu dengan cepat beradaptasi oleh kehadiran manusia, tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lama dan dapat menyebabkan satwa tersebut stres bahkan mati. Berdasarkan keterangan dari beberapa jagawana setempat, pada saat lebaran, atau liburan sekolah tempat ini menjadi sangat ramai. Pengunjung bahkan ada yang membawa rombongan hingga menggunakan transportasi bus pariwisata hingga 5 unit.

2. Masalah sampah

Sampah merupakan masalah lama yang telah turun temurun menjadi permasalahan utama lingkungan tertentu. Terlebih pada suatu lokasi yang menjadi pusat keramaian seperti Taman Margasatwa Ragunan. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya sampah-sampah bergelatakan diatas tanah dan jalan aspal. Ketika hujan maka sampah tersebut akan menempel dan terlihat sangat kotor. Hal ini merusak pemandangan dan dampak ekologi yang ditimbulkan adalah jenis vegetasi tumbuhan bawah akan tertutupi oleh sampah–sampah yang sebagian besar terbuat dari plastik. Sampah-sampah tersebut berasal dari pengunjung yang membuang Sampah-sampah sembarangan.

3. Pencurian satwa

(15)

4. Gangguan pengunjung

Karakter beberapa pengunjung berbeda antara satu dan lainnya. Beberapa pengunjung hanya melihat, mengamati, atau sekadar memotret saja. Akan tetapi yang menjadi masalah apabila pengunjung berusaha untuk menggganngu satwa yang dapat berupa pengusiran, pelemparan, pemberian makanan tanpa seijin jagawana, dan sebagainya. Hal ini menjadi masalah karena apabila tidak terkontrol dengan baik maka akan berdampak buruk pada satwa tersebut.

5. Dana

Keberlansungan suatu proses pengelolaan satwaliar secara eks-situ tidak terlepas dari permasalahan dana. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan ini amatlah tidak sedikit. Misalnya saja pakan satwa, kebersihan, medis, gaji karyawan dan sebagainya. Namun, proses pemandirian terhadap hasil yang diperoleh belum mampu untuk memenuhi biaya yang dikeluarkan. Untuk itu, dana internasional yang bergerak dalam upaya pelestarian terhadap keanekaragaman hayati khususnya satwaliar yang peduli terhadap kegiatan ini sangat diperlukan.

6. Introduksi satwa

Proses introduksi satwa yang baru diterima baik dari masyarakat, PPS, ataupun lembaga lainnya untuk proses adaptasi terlebih dahulu membutuhkan waktu yang lama. Proses habituasi satwa akan membutuhkan tenaga, biaya yang mahal sehingga untuk jenis-jenis satwa yang mudah beradaptasi akan semakin sedikit biaya yang akan dikeluarkan.

7. Sumberdaya Manusia

(16)
(17)

BAB 4

METODA PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di dua tempat penangkaran yaitu, di kandang merak Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dan di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TB TMII) Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari September sampai Desember 2010.

4.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pita ukur untuk mengukur ukuran kandang 2. Kamera

3. Tape recorder

4. Alat tulis menulis untuk mencatat data dan informasi

4.3 Pengumpulan Data

4.3.1 Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian, sebagai berikut : a. Data primer

Data primer yang diambil terdiri dari : 1) Perkandangan, meliputi:

Bentuk, luas (ukuran kandang), komposisi habitat (tempat istirahat, tempat makan dan minum, tempat berjemur, tempat berteduh dan tempat mandi debu), tata letak dan pemeliharaan kandang. Data mengenai pekandangan ini dikumpulkan dalam tally sheet.

2) Makanan dan minuman, meliputi:

Jumlah, jenis, komposisi, berat dan frekuensi pemberian. Data mengenai makanan dan minuman ini dikumpulkan dalam tally sheet makan dan minum merak.

3) Pengelolaan Reproduksi, meliputi:

(18)

b. Teknik menjodohkan, awal berbiak, lamanya mengeram, jumlah telur, daya tetas telur, perawatan dan penyapihan.

Data mengenai reprodusi ini dikumpulkan dalam tally sheet perkawinan merak.

4) Penyakit, meliputi:

Jenis penyakit, cara pengobatan dan pencegahan penyakit. 5) Perilaku (aktivitas harian di kandang), meliputi:

Makan dan minum (merak tersebut akan mematuk

makanan/minuman hingga selesai), istirahat dan tidur (dimulai dari merak tersebut berdiam diri, melipat kakinya dan badan mendekam kaki seolah tidak terlihat karena ditutupi oleh bulu badan, memejamkan mata hingga merak tersebut berdiri/bergerak kembali), bersarang, interaksi sosial (saling mendekati atau saling mengejar sesama merak hijau), kawin/sexual behavior (mulai dari merak jantan menari, mengeluarkan suara hingga merak jantan menunggangi merak betina), memelihara anak dan mandi debu. 6) Gangguan, meliputi:

Jenis gangguan (predator dan pengunjung), besarnya gangguan, dan cara penanganan terhadap gangguan tersebut. Data mengenai gangguan dikumpulkan dalam tally sheet gangguan merak.

7) Ketenagakerjaan, meliputi:

Jenis pekerjaan, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan pekerja, sistem upah dan lamanya kerja.

b. Data sekunder

Data sekunder yang diambil terdiri dari letak, CH, dan kelembaban.

4.3.2 Teknik pengumpulan data a Data Primer

(19)

mulai pukul 06.00 hingga 17.00 dan dilanjutkan kembali dari pukul 19.00 hingga pukul 21.00 dengan pengulangan sebanyak 2 hari. Merak hijau yang diamati sebanyak 1 individu tiap jenis kelamin berdasarkan kelas umur. Jadi, total merak hijau jawa yang diamati adalah 5 ekor (anakan, betina remaja, betina dewasa, jantan remaja dan jantan dewasa untuk setiap kriteria jenis kelamin dalam kelas umur masing-masing).

Data mengenai makanan dan minuman diperoleh dengan dua cara, yaitu observasi langsung dan wawancara. Observasi langsung dilakukan untuk mengetahui proses pengumpulan bahan makanan hingga pembagian makanan ke kandang merak hijau. Wawancara dilakukan untuk mengetahui sumber pakan dan latar belakang pembagian pakan (komposisi dan berat). Wawancara dilakukan dengan pengelola dan keeper.

Data mengenai keadaan penyakit, reproduksi, gangguan, sejarah merak dan ketenagakerjaan dilakukan melalui wawancara. Daftar butir-butir panduan wawancara terlampir (Lampiran 1).

b Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber pustaka serta lembaga atau instansi yang berkaitan dengan penelitian.

4.4 Analisis Data 4.4.1 Analisis deskriptif

(20)

4.4.2 Analisis kuantitatif

a Daya tetas telur

DTT = ∑ telur yang menetas x 100 ∑ telur yang dihasilkan

b Mortalitas

M = ∑ merak mati x 100 ∑ merak hidup

c. Penyakit

M = ∑ merak sakit x 100

∑ merak sehat

c Keberhasilan Penangkaran:

Keberhasilan penangkaran ditentukan dengan melihat 3 kriteria utama yakni reproduksi, kondisi kesehatan, dan tingkat mortalitas anakan. Kriteria untuk menentukan keberhasilan penangkaran merak hijau jawa adalah:

1. Berhasil : jika merak hijau jawa betina berhasil bertelur, menetaskan telurnya dan anak berhasil bertahan hidup minimal 3 bulan. 2. Cukup berhasil : jika merak hijau jawa betina berhasil bertelur dan

menetaskan telurnya, tetapi anak tidak berhasil bertahan hidup hingga 3 bulan.

3. Kurang berhasil : jika merak hijau jawa betina berhasil bertelur tetapi telur-telurnya tidak ada yang menetas.

(21)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah

5.1.1.1 Kandang sebagai habitat buatan

Kandang merupakan tempat hidup habitat buatan satwa di penangkaran ( ex-situ). Kandang harus disesuaikan dengan jenis satwa serta menyerupai kondisi habitat asli di alam. Sistem perkandangan yang digunakan di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah adalah sistem kandang semi tertutup yaitu bagian depannya dipagari jeruji besi dan disekat dengan tembok atau kawat dan beratap. Atap kandang berupa kawat jeruji sama seperti dinding kandangnya (Gambar 1).

Bentuk kandang terdiri dari dua macam yaitu bentuk kubah setengah lingkaran dan bentuk persegi empat yang berada di dalam kubah. Kubah tempat tangkar merak hijau jawa di Taman Burung TMII ini disebut dengan Kubah Barat. Ukuran kandang bentuk kubah setengah lingkaran adalah panjang diameter 68 m dan tinggi 30 m. Kubah ini memiliki beberapa sub-kandang berbentuk persegi empat. Terdapat koridor dengan dua pintu utama yang digunakan untuk masuk atau keluar pengunjung. Pintu-pintu masuk ke dalam sub-kandang terbuat dari besi.

(22)

Gambar 1 Bentuk kawat ram kandang dan pondasi bawah dinding kandang.

Sebagai alas atau lantai kandang adalah tanah yang ditumbuhi oleh rumput dan sebagian ada tataan batu sungai berukuran kecil (Gambar 2 : a dan b). Sisi bagian atasnya juga ditutup dengan kawat ram yang ukurannya sama dengan ukuran dinding kandang (Gambar 2 : c).

(a) (b)

(c)

(23)

Suatu kandang satwa tidak hanya dilihat dari bahan penyususn kandang tetapi juga komponen yang ada di dalamnya. Dalam satu kandang merak hijau jawa terdapat beberapa komponen habitat buatan yang berfungsi untuk mendukung keberhasilan penangkarannya. Taman Burung TMII mendesain kandang merak hijau jawa dan burung-burung lainnya sedemikian rupa sesuai dengan habitat alaminya. Komponen habitat buatan yang ada di Kubah Barat Taman Burung TMII antara lain tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak (Tabel 1). Tabel 1 Komponen Habitat Buatan di Kubah Barat Taman Burung TMII

No Jenis Kandang Komponen Habitat Buatan

Keterangan

1. KB (3,7, dan 10) Tempat istirahat Ada 3 macam : batang pohon (1 buah),

lantai kandang (pasir dan rerumputan) dan bambu yang digantung melintang (2 buah)

Tempat tidur Berupa bambu yang digantung melintang

(juga digunakan sebagai tempat istirahat) berukuran panjang 3 meter, diameter 10 cm dan ketinggian dari lantai kandang 6 m. Di atasnya tedapat penutup berbahan seng dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter

Tempat makan Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah

dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter

Tempat minum Berupa kolam dengan panjang 2 meter,

lebar 1 meter dan dalam 30 sentimeter

Tempat berteduh Berupa semak-semak dan bambu yang

digantung dengan penutup diatasnya yang terbuat dari seng

Pasir (untuk mandi debu) Hampir menutupi lantai kandang (seluas kurang lebih 2x4 meter dengan campuran bebatuan kecil)

Padang rumput Sebagian menutupi lantai kandang

(rata-rata berukuran seluas 4x3 meter)

Semak Terletak di sisi ujung ruang kandang,

rata-rata luas 2x2 meter

2. Kubah besar Tempat istirahat Ada 3 macam : tanaman yang ada di

(24)

Tabel 1 (Lanjutan)

No. Jenis Kandang Komponen Habitat Buatan

Keterangan

Tempat tidur Pepohonan yang ada di dalam kubah

dengan ketinggian > 5 meter

Tempat makan Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah

dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter dan diletakkan di beberapa sudut halaman kubah

Tempat minum Berupa kolam-kolam yang ada di dalam

kubah dengan rata-rata ukuran panjang 3x3 meter dengan kedalaman kurang lebih 60 sentimeter

Tempat berteduh Berupa pepohonan dan semak yang ada

di dalam kubah.

Pepohonan tersebut menyebar rata di dalam kubah dan kandang persegi.

Pasir Ada 3 tempat, rata-rata berukuran 2x3

meter

Padang rumput Hampir penutup lantai kubah berupa

rerumputan

Semak Ada 3 plot utama yang digunakan merak

dengan rata-rata berukuran 2x3 meter

Di dalam kandang merak hijau jawa di Kubah Barat TMII, baik kandang persegi maupun kubah besar, terdapat beberapa jenis vegetasi. Merak hijau jawa banyak menggunakan vegetasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Vegetasi-vegetasi yang ada di dalam kandang beraneka macam tingkatan dan berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat tidur dan tempat berteduh bagi merak hijau jawa (Tabel 2).

Tabel 2 Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta fungsinya bagi merak hijau jawa

No Tingkat

Tempat istirahat dan

(25)

Tabel 2 (Lanjutan)

Tempat istirahat dan

tempat tidur

Jeruk kingkit Triphesia trifolia

Tempat berteduh

Lengkeng Euphoria lungan

Namnam Cynometra

cauliflora

Rukem Flacoutin rukam

2. Semak Drasenia Dracenia sp Tempat berteduh

3. Rumput Paitan Axonopus

compressus

Tempat istirahat, berjemur dan mencari makan

5.1.1.2 Pakan dan minum

Jenis-jenis makanan pokok (utama) yang diberikan kepada merak hijau jawa di Taman Burung TMII ada 2 (dua) jenis, yaitu pakan kering dan pakan segar/basah (Gambar 3 : a dan b).

(a) (b)

Gambar 3 Komposisi makanan merak hijau jawa : (a) kering, (b) segar

Komposisi bahan penyususn dan perbandingannya serta berat total yang diberikan per pasang burung per hari seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi dan perbandingan bahan pakan kering dan basah untuk merak hijau jawa di penangkaran TB TMII

Jrnis Pakan Komposisi Bahan

Pakan

Jumlah berat total 35

Pakan basah/segar 1. Tauge 1 15

2. Kangkung 1 15

(26)

Selain pakan pokok, setiap satu minggu merak hijau diberi makanan tambahan berupa kalsium yang berasal dari cangkang/kulit kerang dan food-dog (Gambar 4 : a dan b).

(a) (b)

Gambar 4 Makanan tambahan : (a) cangkang kerang dan (b) food-dog

Seluruh makanan disajikan dalam satu tempat berbentuk nampan atau baki terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter (Gambar 5).

Gambar 5 Nampan plastik yang berisi makanan merak hijau jawa

(27)

Gambar 6 Kolam tempat minum merak hijau jawa

5.1.1.3 Penyakit

Penyakit pulorum, tetelo, infeksi, dan gangguan saluran pencernaan pernah di jumpai di tempat penangkaran merak hijau jawa Taman Burung TMII. Jenis penyakit yang ditemukan menyerang merak hijau jawa selama penelitian adalah pulorum dan masuk angin (Tabel 4).

Tabel 4 Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun 2010-2011

No. Nama Penyakit Merak Hijau Jawa yang Terserang

Penyakit

Keterangan

1. Pulorum 1 ekor Betina dewasa berumur 3

tahun yang ada di kandang dalam kubah

2. Tetelo -

3. Infeksi -

4. Gangguan saluran pencernaan -

5. Masuk angin 1 ekor Anakan berumur 1 bulan

yang di lepas di dalam kubah

5.1.1.4 Populasi

5.1.1.4.5 Jumlah merak

(28)

5.1.2.2 Sex ratio

Merak hijau jawa yang berada di Kubah Barat terdiri dari 4 ekor betina dan 2 ekor jantan. Penempatan merak hijau jawa berdasarkan sex ratio di Kubah Barat Taman Burung TMII dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Penempatan merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII

Nomor Keterangan : KB = Kandang Burung

5.1.2.3 Struktur umur

Umur merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII tahun 2010-2011 beraneka macam. Menurut hasil penelitian sampai dengan bulan Januari 2011, 3 ekor merak hijau jawa betina berumur 2 tahun, 1 ekor merak hijau jawa betina berumur 3 tahun, 2 merak hijau jawa jantan berumur 3 tahun dan 4 ekor anakan masih berumur 2 bulan (Tabel 6).

Tabel 6 Struktur Umur Merak Hijau Jawa yang Ada di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun 2010-2011.

No. Struktur Umur Jumlah Merak Keterangan

1. Dewasa (>3 tahun) 3 ekor 1 ekor betina dan 2 ekor jantan

2. Remaja (1-3 tahun) 3 ekor Betina semua

3. Anakan (<1 tahun) 4 ekor -

5.1.3 Perilaku 5.1.3.1 Perkawinan

(29)

perhatian betina (Gambar 7). Musim kawin merak hijau jawa ini terjadi antara Agustus hingga November.

Gambar 7 Merak hijau jawa jantan

menari untuk menarik

perhatian merak hijau jawa betina.

5.1.3.2 Bertelur

Berdasarkan hasil penelitian, merak hijau jawa betina yang ada di Kubah Barat Taman Burung TMII ini bertelur antara September 2010 hingga Januari 2011. Sebelum bertelur, merak hijau tersebut menentukan lokasi sarang mereka berupa hamparan tanah berukuran kurang lebih 50 cm x 50 cm tanpa ditutupi rerumputan (gambar 8). Bila sudah saatnya untuk beretelur merak hijau jawa mengeluarkan dan mengumpulkan telur-telurnya pada satu lokasi. Ukuran rata-rata telur merak hijau jawa di TB TMII panjang 8 cm dan dimeter 5 cm.

(30)

Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh sepasang merak hijau jawa di tempat ini adalah 4-6 butir (Tabel 7). Di Kubah Barat Taman Burung Taman Burung TMII terdapat 3 pasang merak hijau jawa yang kawin dan berhasil bertelur. Piyik yang berhasil hidup hingga dewasa umumnya adalah 2-3 ekor. Tabel 7 Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di

Taman Burung TMII. TMII adalah 36,6 % (Tabel 8). Penetasan telur-telur tersebut terjadi secara alami, yaitu induk atau merak hijau jawa betina mengerami telur-telur mereka sendiri di lokasi mereka bertelur selama kurang lebih 28 hari.

Tabel 8 Persentase daya tetas telur di Taman Burung TMII

Merak Betina Jumlah Telur Menetas % Tetas

1 4 2 50

2 5 3 60

3 5 0 0

Jumlah 14 5 36,6

5.1.4 Gangguan

Selama penelitian berlangsung, gangguan yang terjadi pada merak hijau jawa di lokasi ini adalah pengunjung. Pengunjung membuat perilaku beberapa merak hijau jawa yang dilepas di dalam kubah besar menjadi tidak seperti di habitat alaminya yang peka terhadap manusian dari radius kurang lebih 5 meter. Mereka menjadi tidak begitu takut terhadap manusia yang jaraknya tidak jauh dari mereka. Bahkan, ada juga merak hijau yang biasa saja saat pengunjung melewatinya.

5.1.5 Pengelolaan 5.1.5.1 Pakan

(31)

jagung giling, beras merah, kacang hijau, dan gabah. Pakan tersebut ditakar oleh pengurus satwa yang telah diletakkan di nampan-nampan berukuran panjang 45 cm dan lebar 30 cm dan diberikan langsung kepada merak hijau jawa dengan diletakkan di dalam kandang. Pemberian pakan diberikian setiap pagi pukul 06.00 WIB sebelum pintu pengunjuk dibuka. Setiap sore pukul 17.00 WIB tempat pakan diambil lalu dicuci/dibersihkan dan kemudian digunakan lagi sebagai tempat pakan pada keesokan harinya.

Sumber pakan biasanya dipasok dari KopkarBiotek LIPI Bogor, selaku pemegang kontrak. Pasokan dilakukan setiap 2 hari sekali untuk papaya dan jagung, pembelian sayur-sayuran dilakukan 2 hari, untuk pakan yang tahan lama seperti biji-bijian dan pakan lainnya dibeli seminggu sekali.

Pakan tambahan yang diberikan berupa kerang tumbuk dan dogfood diberikan atau disiapkan setiap dua hari sekali. Pemberian vitamin dan antibiotik ini dilakukan secara ditaburkan pada pakan biji-bijian atau diolesi pada pakan buah-buahan.

5.1.5.2 Kubah

Pengelolaan kubah dilakukan untuk menjaga keindahan dan kebersihan tempat hidup merak hijau jawa. Kubah tersebut berukuran cukup luas (panjang 6 m, lebar 4 m, dan tinggi 10 m), di dalamnya dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang hidup merak hijau jawa, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan habitat aslinya. Fasilitas tersebut meliputi pepohonan, semak-semak, kolam, tempat istirahat dan beberapa tempat tenggeran untuk menaruh pakan berupa buah-buahan dan jagung, serta beberapa rumah-rumahan untuk menaruh pakan yang berbentuk biji.

Perawatan kubah dilakukan setiap hari dimulai dari pukul 07.00 WIB. Pengelolaan yang dilakukan meliputi pembersihan sangkar-sangkar, baik yang ada di dalam maupun di luar kubah, serta membersihkan jalan dari feses, sampah organik maupun anorganik. Pembersihan jalan dilakukan dengan cara menyapu dan menyikat kemudian disiram air.

(32)

Bagian ini berfungsi untuk mengawinkan atau mengembangbiakkan burung, menetaskan telur, merawat dan membesarkan anak (piyik). Perawatan anaknya (piyik) dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari gangguan dari burung lain dan anak yang tidak dirawat induknya. Perawatan anakan ini juga dilakukan pada anak burung lain.

5.1.5.4 Kesehatan

Semua kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan burung dipusatkan pada bagian kesehatan. Bagian ini meliputi karantina dan klinik. Perawatan yang dilakukan karantina dan klinik meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat.

Karantina merupakan tempat untuk menampung burung-burung yang baru masuk agar menyesuaikan diri dengan pakan dan lingkungan Taman Burung sebelum dilepas ke kubah. Selain itu karantina juga berfungsi sebagai tempat untuk mencegah tersebarnya penyakit yang mungkin terbawa oleh burung dari tempat aslinya.

Klinik merupakan tempat untuk menampung, merawat dan mengobati burung-burung yang sakit baik berasal dari kubah, penangkaran maupun karantina. Obat yang diberikan disuap langsung atau dicampurkan ke dalam pakan burung.

5.1.6 Faktor penentu keberhasilan penangkaran

(33)

Tabel 9 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di

- Kandang Luasan sangat mencukupi untuk

merak bergerak (minimal berukuran 2 m x 3 m x 4 m) dan komponen kandang sesuai dengan kebutuhan merak (terdapat tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, area pasir, padang rumput, dan semak) dimana ukuran dan jumlah komponen hijau jawa. Jenis kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, dan gabah) dengan komposisi 1:1 (kecuali gabah 2) total 35 gr/hari/sepasang merak. Jenis segar/basah (kangkung dan tauge) dengan komposisi 2:1. Kandungan protein dalam pakan tidak melebihi 50 %.

- Penyakit Terdapat 1 ekor anakan merak hijau

jawa yang mati karena kedinginan, 1 ekor anakan mati karena penyakit tetelo, dan 1 ekor merak hijau jawa betina remaja mati karena pulorum.

2. Populasi

- Jumlah

merak

Jumlah merak hijau yang ada sesuai dengan luasan kandang merak hijau jawa yaitu satu kandang terdapat sepasang merak hijau jawa dan sisanya di lepas di dalam kubah besar.

- Sex ratio Perbandingan jantan betina kurang

sesuai dengan perbandingan merak hijau di alam (1 jantan : 4 betina)

- Umur Perbandingan kelas umur sesuai

dalam upaya pelestarian populasi merak hijau jawa (dewasa 3 ekor, remaja 3 ekor, anakan 4 ekor).

3. Perilaku

- Reproduksi Musim kawin dan proses kawinnya

(34)

dilakukan oleh merak itu sendiri

Dari 3 ekor merak hijau jawa betina yang bertelur, hanya 1 ekor merak hijau jawa betina yang tidak berhasil menetaskan telur-telurnya. Semua jumlah telur yang dihasilkan tiap indukan sesuai dengan jumlah telur merak hijau jawa di alam.

- Gangguan Tidak ada gangguan yang menyerang

merak hijau jawa

4. Pengelolaan

- Pakan Pemberian pakan rutin (setiap hari

dan satu hari satu kali pemberian pakan setiap pagi hari) tetapi kuantitas pakan kurang sesuai kebutuhan merak (berat pakan seharusnya 20% dari berat badan) meskipun merak tidak kelaparan.

- Kandang/

kubah

Kandang selalu dibersihkan dan dirawat setiap hari dari pagi hingga sore

- Kesehatan Kesehatan merak dipantau setiap hari

tanpa menunggu ada merak yang sakit terlebih dahulu

5.2 Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Margasatwa Ragunan 5.2.1 Habitat

5.2.1.1 Kandang

(35)

(a) (b)

Gambar 9 Bentuk kandang merak hijau jawa : (a) kubah dan (b) persegi

Bahan kandang berbentuk persegi empat terdiri dari besi bulat sebagai rangka bangunan, sisi-sisinya ditutup dengan kawat ram dengan ukuran diameter kawat 0,3 cm (3 mm) dan jarak kotakan antar kawat 5 x 5 cm. Sebagai alas atau lantai kandang adalah tanah dan sebagian ada tataan batu berukuran kecil (Gambar 10). Sisi bagian atasnya juga ditutup dengan kawat ram. Sebagian atap kandang ditutupi oleh asbes.

Gambar 10. Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat

TMR mendesain kandang merak hijau jawa dan burung-burung lainnya sedemikian rupa sesuai dengan habitat alaminya. Komponen habitat buatan yang ada di tiap kandang merak hijau di TMR antara lain tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, dan pasir (Tabel 10).

Tabel 10 Komponen Habitat Buatan di TMR

No Jenis Kandang Komponen Habitat Buatan

lantai kandang (pasir dan rerumputan) dan bambu yang digantung melintang (2 buah)

Tempat tidur Berupa bambu yang digantung melintang

(juga digunakan sebagai tempat istirahat) berukuran panjang 3 meter, diameter 10 cm dan ketinggian dari lantai kandang 4,5 m

Tempat makan Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah

dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter

(36)

lebar 1 meter dan dalam 30 sentimeter

Tabel 10 (Lanjutan)

No Jenis Kandang Komponen Habitat Buatan

Keterangan

Tempat berteduh Berupa ruang kandang dan bambu yang

digantung dengan penutup atapnya yang terbuat dari asbes

Pasir (untuk mandi debu)

Setengan bagian dari lantai kandang

Di dalam kandang merak hijau jawa di TMR terdapat beberapa jenis vegetasi. Merak hijau jawa banyak menggunakan vegetasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Vegetasi-vegetasi yang ada di dalam kandang beraneka macam tingkatan dan fungsinya bagi merak hijau jawa (Tabel 11). Tabel 11 Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta

Drasenia Dracenia sp Tempat berteduh

Palm wregu Tempat berteduh

5.2.1.2 Pakan dan minum

Jenis-jenis makanan yang diberikan kepada merak hijau jawa di TMR ada 2 (dua) jenis, yaitu pakan kering dan pakan segar/basah (Gambar 11 a). Jumlah dan komposisi bahan penyusun pakan seperti Tabel 12.

Tabel 12 Jenis dan komposisi makanan merak hijau jawa di TMR

(37)

Gambar 11 (a) Komposisi makanan merak hijau jawa, dan (b) vitamin yang dicampur ke makanan merak hijau jawa

Seluruh makanan disajikan dalam satu tempat berbentuk baki terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 45 cm, lebar 30 cm dan tinggi 5 cm. Makanan tersebut diberikan satu kali per hari yaitu pukul 09.00 dan dimakan sampai habis (tanpa sisa). Minum disediakan dalam kolam berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan dalam 50 cm. Air minum diganti apabila sudah hampir habis/ pun kotor, berkisar antara 1-2 hari dengan mengosongkan kolam (menguras satu per satu tiap kandang) kemudian mengisinya dengan air yang baru dengan mengalirkan air melalui selang yang disalurkan dari sebuah kran air yang berada di belakang kandang (Gambar 12).

Gambar 12 Kolam minum merak hijau jawa yang sedang

diisi air

5.2.1.3 Perawatan kesehatan dan pengendalian

(38)

Tabel 13 Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di TMR Tahun 2010-2011

No. Nama Penyakit Merak Hijau Jawa yang Terserang Penyakit

Keterangan

1. Pulorum -

2. Tetelo -

3. Infeksi -

4. Gangguan saluran pencernaan -

5. Masuk angin -

5.2.2 Populasi

5.2.2.1 Jumlah merak

Jumlah merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan sebanyak 11 ekor. Sebanyak 6 ekor (3 pasang) merak hijau jawa terbagi ke dalam 3 kandang persegi dengan jumlah 1 pasang tiap kandangnya. Merak hijau jawa yang lain (5 ekor) berada di kandang yang berbentuk kubah.

5.2.2.2 Sex ratio

Merak hijau jawa yang berada di kubah TMR terdiri dari 4 ekor betina dan 1 ekor jantan (sex ratio 1 : 4). Pada kandang berbentuk persegi berisikan 1 ekor betina dan 1 ekor jantan di tiap kandang (sex ratio 1 : 1).

5.2.2.3 Umur

Umur merak hijau jawa di Kubah barat Taman Margasatwa Ragunan beraneka macam. Menurut hasil penelitian sampai dengan bulan Januari 2011, rata-rata merak hijau jawa berumur 3 tahun. Pembagian umur merak hijau jawa di TMR disajikan pada tabel 14.

(39)

tanpa ada proses pengenalan terlebih dahulu. Proses perkawinan terjadi secara alami. Sebelum terjadi proses kawin, merak jantan membentangkan bulu hiasnya dan kemudian melakukan tarian untuk menarik perhatian betina (Gambar 13). Musim kawin merak hijau jawa ini terjadi antara bulan Agustus hingga bulan November.

Gambar 13 Merak hijau jawa jantan sedang membentangkan bulu hiasnya di depan merak hijau jawa betina

5.2.3.2 Bertelur

Jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang merak hijau jawa di TMR adalah 3-10 butir (Gambar 14). Presentase penetasan telur secara secara alami 0% (tidak ada yang menetas).

(a)

(a) (b)

(40)

Jumlah merak yang bertelur dan telur yang menetas dapat dilihat pada tabel (Tabel 15). Ukuran telur merak hijau jawa di TMR ini rata-rata panjang 7 cm dan diameter 5 cm.

Tabel 15 Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Margasatwa Ragunan.

Persentase rata-rata daya tetas telur merak hijau jawa di TMR adalah 0 % (Tabel 16). Tidak ada satu butir telur yang menetas selama penelitian berlangsung. Pengeraman telur-telur tersebut dilakukan secara alami, yaitu induk atau merak hijau jawa betina mengerami telur-telur mereka sendiri di lokasi mereka bertelur (kandang). Merak hijau jawa tersebut mengerami telurnya selama 28 hari.

Tabel 16 Persentase daya tetas telur di TMR

Merak Betina Jumlah Telur Menetas % Tetas

1 5 0 0

2 9 0 0

3 3 0 0

Jumlah 17 0 0

5.2.4 Gangguan

Selama penelitian berlangsung, gangguan yang terjadi pada merak hijau jawa di lokasi ini adalah pengelolaan mengenai ukuran dan komponen kandang yang kurang sesuai untuk ukuran habitat merak hijau jawa, khususnya kandang berbentuk persegi. Burung yang ada di kandang tersebut terlihat stress karena ruang gerak terbatas dan komponen habitatnya ada yang belum mendukung. Merak hijau yang stress biasanya terlihat berdiam diri di pojokan kandang.

5.2.5 Pengelolaan 5.2.5.1 Pakan

(41)

tersebut masih dibagi-bagi lagi karena pasokan makanan yang dikirim dari gudang pakan adalah takaran secara kelompok wilayah kandang.

Pakan merak hijau jawa diberikan setiap satu hari sekali dan pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Pakan merak hijau jawa diletakkan pada nampan plastik kemudian diletakkan di lantai kandang merak hijau jawa. Tiap satu pasang merak diberi pakan dengan komposisi untuk pakan kering masing-masing 5 gram (1 :1) dan komposisi pakan segar tauge 5 gram, kangkung 4 gram, roti tawar 3 gram, tahu 5 gram, dan pepaya 20 gram.

5.2.5.2 Kandang/kubah

Jenis kandang merak hijau jawa yang digunakan di TMR ini adalah semi terbuka, dimana dinding dan atap kandang terbuat dari jeruji besi. Bentuk kandang merak hijau jawa adalah persegi panjang dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 4 meter dan tinggi 6 meter. Setiap satu kandang berkapasitas satu pasang merak hijau jawa.

Pengelolaan kandang/kubah merak hijau jawa di TMR dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat hidup merak hijau jawa. Di dalamnya dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang hidup merak hijau jawa, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan habitat aslinya. Fasilitas tersebut meliputi pohon, kolam, tempat istirahat dan beberapa tempat tenggeran (sebagai tempat istirahat dan tempat tidur).

Setiap hari dilakukan sanitasi kandang yaitu kegiatan pembersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang. Kegiatan sanitasi dilakukan mulai pukul 07.00-09.00 WIB yaitu sebelum pengunjung datang. Sanitasi kandang dilakukan oleh perawat burung (keeper).

5.2.5.3 Kesehatan

(42)

5.2.6 Faktor penentu keberhasilan penangkaran

Dilihat dari segi habitat, populasi, perilaku, dan pengelolaan, keberhasilan penangkaran di TMR ini sudah mencukupi kriteria-kriteria keberhasilan penangkaran. Merak hijau jawa yang ada di lokasi ini hidup dan dengan baik. Dari segi lain, keberhasilan penangkaran tersebut tidak tampak pada penetasan telur. Telur-telur tersebut sebagian besar tidak menetas. Menurut wawancara kepada perawat, hal tersebut mungkin terjadi karena kondisi cuaca dan atau karena kondisi merak hijau jawa betina yang belum siap untuk mengerami telur-telurnya. Tabel 17 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di

Taman Margasatwa Ragunan.

- Kandang Ada sebuah kandang yang kurang

memenuhi komposisi habitat yang dibutuhkan merak hijau jawa yaitu tidak ada semak dan segar/basah: tauge, kangkung dan papaya) dan komposisi pakannya. Kuantitas pakan tidak sesuai dengan perbandingan berat badan merak hijau jawa (berat pakan 20 % dari berat total merak hijau jawa) meskipun merak hijau jawa tidak kelaparan.

Jumlah merak hijau yang ada sesuai dengan luasan kandang merak hijau jawa yaitu setiap satu kandang terdapat sepasang merak hijau jawa

- Sex ratio Perbandingan jantan betina sesuai

dengan perbandingan merak hijau di alam (1 jantan : 4 betina)

3. Perilaku

- Reproduksi Musim kawin dan perilaku kawin

(43)

Tabel 17 (Lanjutan)

- Gangguan Pernah ada gangguan yang

menyerang merak hijau jawa

4. Pengelolaan

- Pakan Pemberian pakan rutin dan

banyaknya tidak sesuai kebutuhan merak untuk satu hari (total berat pakan 20 % dari berat tubuh merak hijau jawa)

- Kandang/

kubah

Untuk kandang yang komponen habitatnya kurang sesuai dengan habitat asli merak hijau jawa, pengelola tidak melakukan penambahan/perbaikan komponen habitat tersebut.

- Kesehatan Pengecekan kesehatan rutin

kepada merak hijau jawa masih kurang. Kesehatan merak hijau jawa diperhatikan jika hanya terdapat merak yang sakit.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Pengelolaan penangkaran di TMII dan TMR

Pengelolaan penangkaran di kedua lokasi penelitian tidak seluruhnya berbeda yang disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Perbedaan kondisi penangkaran di TMII dan TMR.

No. Komponen TMII TMR Keterangan

- Bentuk Persegi (balok) Persegi (balok) Sama

- Komponen tempat istirahat,

(44)

ma-Tabel 18 ter-dapat jenis pakan

segar berupa roti total keseluruhan 35 gr.

- Perawatan Pemberian vitamin

dan dipindahkan ke

- Musim kawin Agustus-Desember

(45)

Pengelolaan kandang merak hijau dari segi ukuran dan komponen kandang berbeda, tetapi dari segi bahan, bentuk dan letak kandang sama. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMII yaitu panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMR yaitu panjang 4 m, lebar 4 m, tinggi 6 m. Perbedaan kandang merak hijau jawa dari segi komponen kandang juga berbeda. Komponen kandang merak hijau jawa di TMII yaitu tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan & minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak. Komponen kandang merak hijau jawa di TMR hampir sama seperti di TMII, hanya saja di TMR tidak ada padang rumput dan semak. Tidak adanya padang rumput dan semak di TMR membuat salah satu perilaku merak hijau di alam berubah, yaitu dalam hal mengerami telurnya. Merak hijau jawa tersebut enggan untuk mengerami telurnya karena tempat sarangnya terlalu terbuka sehingga bisa dilihat oleh pengunjung dan merak hijau jawa tersebut jadi merasa terganggu.

Secara umum dari keseluruhan kandang yang diamati, bentuk kandang empat persegi panjang paling banyak digunakan oleh penangkar merak hijau jawa. Hal ini disebabkan dalam tahap pembuatan kandang lebih mudah dan efektif. Namun demikian bentuk kandang lain dapat dijadikan kandang merak hijau jawa asalkan di dalam kandang tersebut merak hijau jawa dapat hidup nyaman terutama pada masa reproduksi. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah kandang dibuat jauh dari gangguan aktivitas manusia unuk menghindari kebisingan dan stress. Lantai kandang diusahakan tetap bersih. Atap diatur sedemikian rupa agar dapat melindungi diri merak hijau jawa. Sebagian atap dibuat agak terbuka agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam kandang. Dengan demikian kandang terhindar dari kelembaban yang mengundang berkembangbiaknya bakteri atau virus penyakit. Anyaman kawat sebaiknya berukuran kecil untuk mencegah binatang pengganggu seperti tikus masuk ke dalam sarang dan diameter kawat harus cukup tebal agar kokoh karena merak hijau adalah satwa yang cukup kuat jadi ketika merak hijau jawa tersebut menabrakkan diri ke dinding kandang, kandang tersebut, dinding kandang tersebut tidak rusak.

(46)

yang keberadaannya ada di Taman Burung TMII maupun di TMR, yaitu pohon salam (Syzygium polyanthum).

Pakan merupakan unsur penting yang menempati komponen biaya terbesar dalam suatu usaha penangkaran, besarnya dapat mencapai 60 % atau

lebih dari keseluruhan biaya (Masy’ud et al, 2001). Bagi satwa sendiri, pakan

dapat mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan dan reproduksi.

Pengelolaan pakan merak hijau jawa dari segi jenis dan komposisi di kedua lokasi berbeda, yang sama hanya cara pengelolaan dan pemberiannya yaitu sama-sama satu kali setiap pagi hari. Di TMII jenis pakan yang diberikan adalah kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, gabah dan kacang hijau) dan basah/segar (kangkung dan tauge) dengan komposisi kering 1 : 1 (kecuali gabah 2), basah 1 : 2 (tauge : kangkung) dan berat total keseluruhan 35 gram. Di TMR jenis pakan yang diberikan adalah kering (gabah dan jagung giling) dan basah (tauge, kangkung,tahu, roti tawar dan pepaya) dengan jumlah dan komposisi basah masing-masing 10 gr (kecuali buah 20 gr) dan kering total 0,8 gr. Pemberian jumlah pakan dan jenisnya yang berbeda tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan merak hijau jawa, karena merak hijau jawa tidak kekurangan makanan dan gizi selama dalam penangkaran.

Pemberian pakan burung merak, sebaiknya diberikan untuk sekali habis (Suryawan, 2004). Artinya, untuk satu hari burung merak diberi pakan yang dapat habis dalam satu hari. Bila pemberian pakan terlalu banyak, maka pakan tersebut akan tidak habis dan akan membusuk. Burung merak yang memakan sisa-sisa pakan yang busuk akan mudah terserang penyakit sehingga menimbulkan kematian. Oleh sebab itu, pemberian pakan di Taman Burung TMII dan TMR jumlah dan kandungannya disesuaikan dengan kebutuhan dan jenisnya disamakan dengan pakan aslinya di alam.

(47)

adalah pulorum dan masuk angin. Di TMR tidak ada seekor pun merak hijau jawa yang terserang penyakit.

Umur merak hijau jawa di kedua lokasi penelitian dalam proses perkawinan dapat dibilang sudah mencukupi. Di Taman Burung TMII, rata-rata umur merak hijau jawa betina yang melakukan perkawinan diatas 2 tahun dan merak hijau jawa jantan berumur diatas 3 tahun. Telur yang dihasilkan dari tiap betina jumlahnya normal atau seperti di alam (4-6 butir) dan kondisi telurnya baik. Daya tetas telur merak hijau jawa tersebut rata-rata 36,6 %.

Di Taman Margasatwa Ragunan, rata-rata umur merak hijau jawa yang melakukan proses perkawinan sama seperti umur merak hijau jawa yang ada di Taman Burung TMII. Ada yang berbeda dari hasil telur yang dikeluarkan baik dari segi jumlah ataupun kondisi telur. Terdapat satu ekor merak hijau jawa betina yang mengeluarkan telur dengan jumlah cukup banyak yaitu hingga 9 butir telur dan terdapat satu ekor merak hijau jawa betina yang menghasilkan telur dengan kondisi fisik telur kurang baik (terdapat selaput darah pada cangkang telur dan warna telur kusam tidak segar). Dari semua telur yang dikeluarkan oleh tiap merak hijau jawa betina yang bertelur di TMR ini, tidak ada satupun telur yang menetas sehingga daya tetasnya 0%.

Gangguan adalah salah satu masalah yang sering dihadapi dalam penangkaran. Di penangkaran Taman Burung hampir tidak ada gangguan dari kondisi kandang ataupun pakan yang diberikan, hanya saja sifat alami merak hijau tersebut ada yang hilang yaitu tidak takut lagi terhadap manusia. Di penangkaran TMR gangguan yang muncul adalah pengelolaan terhadap merak hijau tersebut. Kandang yang mereka tempati kurang sedikit memberikan kenyamanan terhadap kondisi psikologis merak hijau tersebut. Ada komponen kandang yang kurang sesuai dengan kebutuhan merak hijau tersebut, seperti ketersediaan tempat istirahat dan bertengger.

5.3.1.2 Faktor penentu keberhasilan penangkaran

(48)

terlihat ada gejala penyakit merupakan tindakan penting yang perlu dilakukan untuk menghindari kematian dan meluasnya penyakit. Kesehatan merak hijau di penangkaran dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi lingkungan pemeliharaan, makanan, pola manajemen, bibit penyakit dan kelainan-kelainan metabolisme.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah adanya perbedaan dalam masalah penetasan telur. Telur-telur di TMR tidak ada yang menetas satu pun. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kandungan protein dalam makanan yang diberikan kepada merak hijau jawa terlalu tinggi atau karena tidak terjadi pembuahan. Menurut hasil wawancara, tidak menetasnya telur-telur tersebut diakibatkan karena cuaca yang kurang mendukung. Terjadinya hujan yang hampir setiap hari dengan frekuensi air hujan tinggi menyebabkan suhu disekitar sarang merak hijau jawa rendah dan tingkat kelembabannya tinggi.

Dalam usaha penangkaran ini masalah pengembangbiakkan memegang peranan yang penting, sebab pada dasarnya keberhasilan usaha penangkaran sangat ditentukan oleh keberhasilan reproduksinya. Dalam usaha penangkaran satwa dengan ketersediaan jumlah bibit yang terbatas, keberhasilan pengembangbiakkan merupakan kunci utama. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada produksi tanpa reproduksi ( Hardjanto, Masy’ud, Hero, 1991).

5.3.1.3 Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR

Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR berbeda dilihat dari segi kandang, pakan, kesehatan dan reproduksi (Tabel 19)

Tabel 19 Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR.

No. Kriteria TMII TMR Keterangan

1. Reproduksi Persentase berhasil

(49)

karena terserang penyakit

Penilaian tingkat keberhasilan penangkaran merak hijau jawa tersebut berdasarkan sesuai tidaknya kebutuhan kehidupan merak hijau jawa seperti di habitat alaminya. Dalam hal ukuran kandang, merak hijau jawa memerlukan luasan habitat atau tempat tinggal minimal seluas ukuran tubuh mereka dan tidak terlalu sempit untuk merak hijau jawa jantan melakukan tarian (melebarkan bulu hias) menarik perhatian betina saat musim kawin. Merak hijau jawa beristirahat di dahan pohon yang tinggi, jadi ketinggian kandang tersebut juga harus sesuai dengan kebutuhan merak hijau jawa di alam, minimal 5 meter, di mana di dalam kandang tersebut tersedia pohon atau gantungan melintang bambu atau kayu yang biasa digunakan merak hijau jawa untuk bertengger.

Merak hijau jawa di alam sering mencari makan, oleh sebab itu pengelola di TMII dan TMR memberikan jenis pakan dan jumlahnya tidak berbeda seperti di alam, dan yang paling utama merak hijau jawa di dalam penangkaran tidak kelaparan kan kekurangan gizi. Untuk lebih melengkapi kebutuhan pakan merak hijau jawa tersebut, pengelola juga memberikan pakan tambahan. Jenis pakan tambahan di TMII dan TMR tidak sama atau berbeda.

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Dalam pengelolaan penangkaran merak hijau jawa di TB TMII dan TMR menyangkut ukuran kandang yang mencukupi sebagai ruang gerak merak hijau jawa (panjang 4 meter, lebar 4 meter dan tinggi 6 meter); komponen habitat buatan dalam kandang (tempat istirahat, tempat untuk tidur, lahan berpasir, lahan berumput, semak, tempat makan, tempat minum); pakan yang jenis, jumlah dan komposisinya mencukupi kebutuhan merak hijau jawa tidak kekurangan makanan (terdiri dari pakan kering dan pakan segar); terhindar dari penyakit (dengan diberikannya vitamin dan sanitasi kandang); berhasil bertelur dan menetaskan telurnya; serta terhindar dari gangguan satwa lain (tikus).

2. Tingkat keberhasilan penangkaran digambarkan oleh tingkat keberhasilan menetaskan telur menjadi anakan (reproduksi).Di TB TMII berhasil menghasilkan anakan tetapi di TMR tidak ada anakan merak hijau jawa. Berdasarkan segi kesehatan dan/atau kematian di TB TMII belum berhasil karena masih dijumpai merak hijau jawa yang terserang penyakit dan mati tetapi di TMR berhasil karena tidak ada merak hijau jawa yang terserang penyakit maupun mati.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di TB TMII dan TMR adalah ukuran kandang, pakan, penyakit, penetasan telur, dan gangguan.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan pelatihan terhadap petugas yang menangani merak hijau jawa tentang pengetahuan bioekologi merak hijau jawa dan perawatan merak hijau jawa berdasarkan faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa.

(51)

FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN

PENANGKARAN MERAK HIJAU JAWA (

Pavo muticus

muticus

) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN

TAMAN BURUNG TAMAN MINI INDONESIA INDAH (TMII)

JAKARTA

SKRIPSI

DYAH AYU PURWANINGSIH

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

Gambar

Tabel 9 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Burung TMII
Tabel 5 (lanjutan)
Gambar 10. Bebatuan sungai berukuran kecil
Gambar 12 Kolam minum merak
+7

Referensi

Dokumen terkait