FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN
KERJA PADA PENDUDUK DI DESA DALAM PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT
(Kasus Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Kecamatan Rancabungur,
Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat)
Oleh :
Mery Purnamasarie
NRP. I34070022
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAC
Oilpalm is one of Indonesia’s agricultural commodities with rapid growth in the last two decades – annually size of plantation increased by 11% whereas production by 9.4%. One of the objective of oilpalm development is to generate employment opportunity – which is expected to be captured by community surrounding oilpalm plantation. This research is to describe and analyze employment opportunity by sectors (foodcrops-fisheries, plantation, secondary/manufacture, and tertiary/trade and services) and the internal and external factors that affect employment opportunity.
Cimulang and Bantarsari are two villages in West Java with 75% of its area inside a state-owned plantation, which undergone conversion from rubber to oilpalm in the year 2000. The research is done on 4 hamlets of these villages differentiated by geographical location and transportation access into two (2) Kampung Dalam which are inside plantation-area and limited transportation access and two (2) Kampung Luar which most area are outside plantation and easy transportation access.
The research indicated that all of the internal factors (gender, age, education, social status), affect employment opportunities. In general more men works in different sectors than women, and more workers (of young age group, higher education, and high social status) work in tertiary sector. Only a small percentage work in oilpalm plantation, and only those from Kampung Dalam, male, of medium age-group, with some education (Elementary, Junior High), and of poor social status.
Of the external factors (access to information of job, access of transportation), access to information affect employment opportunities in secondary and tertiary sectors. As the difference of employment opportunity seems to be more based on location (Kampung Dalam or Kampung Luar), which is indicated by access to transportation, access of transportation is seen as mediating factor that affect both internal and external factors.
RINGKASAN
MERY PURNAMASARIE, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Pada Penduduk Di Desa Dalam Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor . Provinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIR-SUNITO.
Tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebesar 237 juta jiwa dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 116,5 juta jiwa atau 49% dari total penduduk (BPS,2010). Berdasarkan pekerjaan utama sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian, antara Tahun 2005 ke Tahun 2010 persentase menurun dari 43% menjadi 38%, secara mutlak jumlahnya bertambah (BPS,2011). Salah satu tujuan pengembangan kelapa sawit adalah untuk membuka lapangan pekerjaan. Ekspansi lahan sebagai cara meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan, tidak saja melalui perluasan daerah tetapi juga perubahan komoditas tanaman perkebunan.
Berbeda dengan pulau-pulau di luar Jawa, pengembangan perkebunan kelapa sawit di Jawa diuntungkan oleh daerah dekat pusat pemerintahan, kemudahan akses informasi meningkatkan kesempatan akses trasportasi serta tersedianya tenaga kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan tentang; 1) Kesempatan kerja pada penduduk desa di dalam perkebunan di bidang pertanian dan non pertanian pinggiran perkebunan bagi laki-laki dan perempuan. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja penduduk desa dalam perkebunan.
Penelitian ini difokuskan pada dua desa yang berada di sekitar perkebunan yaitu Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari. Kemudian memilih kampung yang berada di dalam dan luar perkebunan untuk mengetahui kesempatan kerja penduduk. Kampung Dalam adalah Kampung Cimulang Ujung dan Gunung Leutik. Kampung Luar adalah Kampung Ciheleut dan Hulurawa. Penelitian dilakukan selama Maret – Mei 2011. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pemilihan informan dilakukan secara purposive dengan teknik snowball sampling. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik random sampling. Informan yang digunakan jumlahnya tidak terbatas selama informasi yang dibutuhkan sudah cukup memenuhi, sedangkan responden yang digunakan sebanyak 30 rumah tangga untuk setiap kampung jadi jumlah total responden adalah 120 rumah tangga. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dan primer yang diperoleh dari literature, pengamatan, wawancara mendalam dan kuesioner. Data yang diperoleh akan diolah dengan proses editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data dengan menggunakan program microsoft excel dan teknik tabulasi silang.
Kesempatan kerja penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur 15 tahun ke atas menunjukkan laki-laki lebih banyak berperan di sektor produktif sedangkan perempuan lebih banyak terlibat di sektor reproduktif. Tidak ada perempuan yang telibat dalam pekerjaan di sektor pertanian-perkebunan. Penduduk Kampung Dalam dan Kampung Luar memiliki kesempatan kerja tinggi di bidang non pertanian tersier dan pertanian pangan-perikanan.
Kampung yang lebih dekat dengan perkebunan lebih banyak yang bekerja di perkebunan dibandingkan dengan kampung yang berada jauh dari perkebunan. Setelah perubahan komoditas perkebunan (dari komoditas karet menjadi komoditas kelapa sawit) menunjukkan semua kampung tidak ada perempuan yang terlibat dalam kegiatan perkebunan, tetapi mengalami peningkatan kesempatan kerja perempuan di sektor pertanian pangan dan perikanan dan non pertanian tersier. Kesempatan kerja laki-laki tidak jauh berbeda dengan perempuan, hanya beberapa penduduk yang berada di dalam perkebunan masih bekerja.
Faktor faktor yang menpengaruhi kesempatan kerja meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kesempatan kerja penduduk dalam perkebunan sawit adalah jenis kelamin, Pendidikan umur dan status sosial. Kesempatan kerja laki-laki lebih beragam di beragam sektor dibanding perempuan, terlebih di sektor pertanian-perkebunan. Semakin tinggi tingkat pendidikan kesempatan kerja semakin beragam. Usia produktif muda (15-29 tahun) mayoritas bekerja di non pertanian tersier. Usia produktif tengah (30-44 tahun) memiliki kesempatan kerja yang lebih tersebar di beragam sektor. Usia produktif tua (45-59 tahun) bekerja di sektor pertanian pangan- perikanan. Kesempatan kerja pada status sosial tinggi dan rendah di Kampung Dalam dan Kampung Luar berbeda. Pada status sosial tinggi dan rendah antara Kampung Dalam dan Kampung Luar memiliki penyebaran kesempatan kerja berbeda.
Faktor ekternal yang mempengaruhi adalah akses informasi, sedangkan akses trasportasi menjadi faktor antara dari faktor-faktor lain dalam mempengaruhi kesemptan kerja. Berdasarkan letak geografis, akses trasportasi langsung dapat dibedakan Kampung Dalam dengan akses trasportasi sulit dan Kampung Luar dengan akses trasportasi mudah.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN
KERJA PADA PENDUDUK DESA DALAM PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT
(Kasus Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Kecamatan Rancabungur,
Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat)
Oleh : Mery Purnamasarie
NRP. I34070022
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi:
Nama Mahasiswa : Mery Purnamasarie
NIM : I34070022
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada
Penduduk di Desa Dalam Perkebunan Kelapa Sawit
(Kasus Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Kecamatan
Rancabungur, Kabupaten Bogor . Provinsi Jawa Barat)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, M.Sc NIP. 196030805 198903 2 003
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA PENDUDUK DI DESA DALAM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (KASUS DESA CIMULANG DAN DESA BANTAR SARI, KECAMATAN RANCABUNGUR, KABUPATEN BOGOR. PROVINSI JAWA BARAT)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH
GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA
SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN
PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA
BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Juli 2011
Mery Purnamasarie
RIWAYAT HIDUP
Mery Purnamasarie lahir di Jember, 01 Mei 1988. Penulis merupakan anak
kedua dari lima bersaudara yang terlahir dari pasangan Bapak Saputro dan Ibu
Tatik Herlina. Penulis merupakan keturunan dari 2 suku yang berbeda yaitu suku
Jawa dan suku Madura.
Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02
Kalisat pada Tahun 1995-2001. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 01
Kalisat pada Tahun 2001-2004, dan SMUN 01 Kalisat pada Tahun 2004-2007.
Banyak prestasi yang telah penulis raih selama sekolah, baik di lingkup sekolah
maupun luar sekolah. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMU, penulis
melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dengan studi di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Semenjak memasuki bangku kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa
organisasi dan ekstrakurikuler serta kegiatan kepanitiaan. Beberapa organisasi
yang pernah diikuti yaitu sekretaris umum Lembaga Struktural Bina Desa Badan
Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (LS Bina
Desa BEM KM IPB) dan Bendahara Umum Badan eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (BEM FEMA IPB). Kegiatan di luar
kampus pun aktif diikuti dengan bergabung bersama Lembaga Alam Tropika
Indonesia (LATIN) untuk belajar tentang pemberdayaan dan pendampingan
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
atau skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Penduduk di Desa dalam Perkebunan Sawit ini mengupas tentang kesempatan kerja penduduk desa pinggir dan dalam perkebunan terhadap sektor pertanian, perkebunan dan non
pertanian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Semoga penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
.
Bogor, Juli 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena rahmat
Allah SWT, pemilik semesta alam, penentu segala kebijakan, tempat mengadu,
tiada waktu terindah dan ternyaman selain curhat padaMu Ya Rabb. Skripsi ini
dapat diselesaikan atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya
kepada:
1. Ibunda tersayang dan tercinta Tatik Herlina yang telah mengiringi setiap
langkah dengan doa dan semangat, serta Ayahanda tercinta Saputro yang
selalu mendukung penulis baik moril maupun materil , dan
saudara-saudara kandung penulis Hesti widiartik, Oktovin Hermanto, Ririn
saputri, Nur Azizah Saputri yang selalu memberi motivasi untuk
berusaha dan memberikan yang terbaik.
2. Dosen Pembimbing Skripsi, Ir. Melani Abdulkadir-Sunito,M.Sc. yang
telah membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun, serta
motivasi kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Dosen Uji Petik Skripsi, Ir. Fredian Tony, MS. Dosen Penguji Utama
Sidang Skripsi, Martua Sihaloho, SP, MS. Dan Dosen Penguji Sidang
Skripsi, Sofyan Sjaf, Msi. Yang telah memberikan koreksi dan saran
yang membangun agar skripsi bisa terselesaikan dengan baik.
4. Keluarga-keluarga di Desa Cimulang dan Desa Bantar sari (Keluarga
Bapak Azis, Bapak Atang, Bapak Maja, Bapak Feri, Bapak Umang,
Bapak Roni, Bapak Safrudin, Bapak Istikhori, dan Bapak Engkus) yang
sangat membantu penulis untuk mendpatkan informasi yang dibutuhkan
dari warga serta bimbingan dan araha agar dapat berinteraksi baik
dengan masyarakat.
5. Selurus penduduk kampung (Cimulang Ujung, Ciheleut, Gunung Leutik
dan hulurawa) yang telah bersedia menjadi responden dengan sambutan
yang hangat dan meluangkan waktunya untuk penulis.
6. Anak-anak kampung (Edon, Eli, Nuri dan Bocin) yang telah bersedia
7. Aparat pemerintahan Kecamatan Rancabungur, Desa Bantar Sari dan
Desa Cimulang yang telah membantu memberikan informasi-informasi
sekunder mengenai masyarakat dan perkebunan.
8. Indra Dharmaswara sebagai salah satu orang yang paling direpotkan
dengan bantuan secara moril, materi, tenaga dan pikiran sehingga
penelitian bahkan skripsi ini terselesaikan
9. Sahabat terbaik penulis Maria Febri Cahyani, Erna Seniwati, Melia Dian
Fitriana, Isnian Adiwijaya, Dodik Hartanto, Rahmat Wageono dan
Miftahul Huda yang tak pernah letih untuk memahami serta menjadi
inspirasi dan memotivasi setiap langkah penulis.
10. Keluarga Kecil penulis di Bogor teman-teman ”Arsida 4”(Erna Piantari,
Hesti Paramita Sari, Rithoh Yahya,dan Switenia Wana Putri ) yang
selalu menjadi tempat berbagi duka dan senang bersama. Rasa
kekeluargaan untuk saling menopang dan mendorong selama menempuh
studi di IPB.
11. Sahabat-sahabat baru penulis di bangku kuliah Medal Lintas Perceka,
Genk Jojotik (Geidy Tiara Ariendi, Hardiyanti Darma Pertiwi, Isma
Rosyida, Lisbet Juwita Girsang dan Marika Veraria), Nendy Rizka
Halandevi, Puput Barbie,Ali Sulton, dan Eka Ariwijayanti untuk
persabahatan penuh warna dan semangat yang diberikan agar segera
menyelesaikan skripsi
12. Teman-teman KPM 44, Teman-teman OMDA Jember dan
teman-teman BEM FEMA yang memberikan banyak contoh pembelajaran
untuk menjadi insan yang lebih baik bagi penulis
13. Semua pihak yang terlewatkan dan tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu, menyemangati, dan mengisi hari-hari
DAFTAR ISI
1.4 Kegunaan Penelitian ..………. 6
BAB II PENDEKATAN TEORITIS ………. 7
2.1 Kesempatan Kerja .……….. 7
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja ……… 9
2.3 Kerangka Berpikir ……….. 13
2.4 Hipotesis Penelitian ……… 15
2.5 Definisi Operasional ………. 15
BAB III METODE PENELITIAN ………... 19
3.1 Lokasi dan Waktu ……….. 19
3.2 Pendekatan Penelitian ………. 19
3.3 Teknik Pemilihan Informan dan Responden ……… 20
3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ……… 21
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………... 22
BAB IV GAMBARAN UMUM ………. 24
4.1 Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari ……… 24
4.1.1 Kondisi Geografi ………. 24 5.1 Kondisi Keluarga Penduduk Desa Perkebunan dan Responden …… 36
5.2 Kesempatan Kerja Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 41 5.3 Kesempatan Kerja Penduduk Berdasarkan Perubahan Antar Waktu
BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PENDUDUK PINGGIR PERKEBUNAN ……….
48
6..1 Faktor Internal ………... 48
6.1.1 Jenis Kelamin ………..……… 48
6.1.2 Pendidikan ……….. 49
6.1.3 Umur ……… 50
6.1.4Status Sosial ………. 51
6.2 Faktor Ekstrnal ………. 52
6.2.1 Akses Informasi ……… 52
6.2.2 Akses Transportasi ……….. 54
BAB VII PENUTUP ………..………. 56
7.1 Kesimpulan ………..………. 56
7.2 Saran ……….. 57
DAFTAR PUSTAKA ………. 58
DAFTAR TABEL Cimulang Dan Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen) ………
25
4 Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen) …………..………..
26
5 Penduduk menurut Mata Pencaharian Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen) ………..
27
6 Penduduk menurut Tingkat Kesejahteraan Penduduk Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen) ...………
28
7 Penduduk menurut Kondisi Geografi di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) …………..………
29
8 Penduduk Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) …. 30
9 Penduduk menurut Kelompok Umur di Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ……..………..
30
10 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ………..…………..
32
11 Responden menurut Kondisi Umum di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ………...
37
12 Responden menurut Kegiatan Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ………...
38
13 Penduduk menurut Kepemilikan Dan Penguasaan Rumah Tangga di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ……….
16 Penduduk menurut Kepemilikan Dan Pengusaan Rumah Tangga di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ………
40
17 Kesempatan Kerja Perempuan Dan Laki-Laki Usia 15 Tahun ke Atas di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen) …..…
41
18 Kesempatan Kerja Perempuan Sebelum dan Setelah Sawit di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen) ………
44
19 Kesempatan Kerja Laki-Laki Sebelum dan Setelah Sawit di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen)………
45
20 Kesempatan kerja menurut Jenis Kelamin di Kampung Dalam da luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ………..
48
21 Kesempatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen) ………
50
22 Kesempatan Kerja menurut Umur di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ………
51
23 Kesempatan Kerja menurut Status Sosial di Kampung Dalam dan Luar, tahun 2011(dalam Persen) ………..……….
52
24 Kesempatan kerja menurut Akses Informasi di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) ………....
53
25 Kesempatan Kerja menurut Ragam informasi yang di Terima Penduduk di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen)..
54
26 Kesempatan Kerja menurut Akses Transportasi di Kampung Dalam dan Luar, tahun 2011(dalam Persen) ……….
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1 Kerangka Berpikir “ Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Pada Penduduk Desa Dalam Perkebunan Sawit” ………
14
2 Peta Desa Rancak Bungur ……….. 63
3 Peta Desa Cimulang ……….. 64
4 Peta Desa Bantar Sari ……….. 65
5 Fasilitas Pendidikan di Kampung Luar ………. 66
6 Fasilitas Kesehatan di Kampung Luar ……….. 66
7 Fasilitas Jalan di Kampung Luar ………. 66
8 Fasilitas Jalan di Kampung Dalam ………. 66
9 Kondisi Rumah Warga di Kampung Dalam ……… 66
10 Fasilitas Koperasi Pertanian di Kampung Luar ……….. 66
11 Pekerja Memanen Sawit ………. 67
12 Pupuk Kandang untuk Pertanian di Kampung Luar ………. 67
13 Ibu-Ibu Pulang Setelah Menjadi Buruh ………. 67
14 Penduduk Menjemur Hasil Panen ……….. 67
15 Perikanan di Kampung Dalam ……….. 67
16 Peternakan Kambing ………. 67
17 Membuat Sapu Lidi di Kampung Dalam ………. 67
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan
laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk
Indonesia adalah 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,11 persen
(BPS, 2011). Tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebesar 237 juta jiwa
dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 116,5 juta jiwa atau 49 persen dari total
penduduk (BPS, 2010). Disatu pihak jumlah penduduk dan tenaga kerja
menggambarkan potensi yang dapat digunakan untuk usaha produktif yang
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan penduduk, dilain
pihak hal ini menunjukkan besarnya tantangan yang dihadapi.
Keterbatasan lapangan pekerjaan juga dicerminkan oleh tingkat
pengangguran terbuka. Sekitar 13,8 juta jiwa penduduk Indonesia menganggur
baik pengangguran terbuka maupun pengangguran paruh waktu (terselubung).
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad pada tahun 2011
ada penambahan jumlah pengangguran 1,1 juta yakni dari tamatan perguruan
tinggi yang belum siap kerja.1 Tantangan yang dihadapi Indonesia dewasa ini
adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya manusia yang begitu banyak
menjadi potensi pendukung pembangunan (Simanjuntak, 1985). Persoalan
ketenaga kerjaan merupakan salah satu dari unsur utama dalam pengembangan
sumberdaya manusia (GBHN, 1993), oleh karena itu pembangunan di Indonesia
tidak akan terlepas dari masalah perluasan dan pemerataan kesempatan kerja.
Tabel 1. Penduduk Usia Produktif berdasarkan SUPAS 2005 dan SENSUS 2010, Tahun 2010.
Jenis Kegiatan SUPAS 2005 SENSUS 2010 Jumlah penduduk Indonesia 218.868.791 237.641.326 Jumlah Penduduk Usia 15 + a. Bekerja 93.958.387 108.207.767 b. Pengangguran
Berdasarkan pekerjaan utama sebagian besar penduduk bekerja di sektor
pertanian (termasuk perkebunan;lihat Tabel 2), antara tahun 2005 ke tahun 2010
persentase menurun dari 43 persen menjadi 38 persen, secara mutlak jumlahnya
bertambah. Pekerjaan yang menduduki posisi selanjutnya adalah perdagangan
dan industri pengolahan, secara signifikan mengalami kenaikan cukup besar
dalam penyerapan tenga kerja yaitu 1,73 persen dan 0,2 persen. Data berikut
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas berdasarkan Pekerjaan Utama di Indonesia, Tahun 2010.
Lapangan Pekerjaan
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia yang pertumbuhannya paling pesat pada dua dekade terakhir. Pada periode tersebut, areal meningkat dengan laju sekitar 11 persen per tahun, produksi meningkat 9.4
persen pertahun. Konsumsi domestik dan ekspor meningkat sebesar masing-masing 10 persen dan 13 persen per tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2005).
penunjang (pupuk, obat-obatan, alat-alat dan mesin) dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah CPO dan produk turunannya (Deptan, 2004). Pada tahun 2009 luas perkebunan kelapa sawit hampir 4.520.9 juta ha (BPS, 2009). Jumlah tenaga kerja di perkebunan sawit serta petani sawit dan keluarganya diperkirakan
mencapai 10 juta orang. Besarnya tenaga kerja yang terserap diharapkan bisa
menekan jumlah pengangguran yang masih menjadi masalah serius bagi
Indonesia (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008).
Ekspansi lahan sebagai cara meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan, tidak saja melalui perluasan daerah tetapi juga perubahan komoditas tanaman perkebunan. Hal terakhir ini terjadi di PTPN VII di Jawa Barat, dimana komoditas karet diganti dengan kelapa sawit. Pembangunan perkebunan sawit diipandang dapat menyelesaikan sebagian masalah yang sedang dihadapi oleh pemerintah dan penduduk, terutama akibat krisis ekonomi Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Kelapa sawit dan produk turunannya merupakan sumber pendapatan daerah yang besar dan dapat menyerap tenaga kerja (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008)
Berbeda dengan pulau-pulau di luar Jawa, pengembangan perkebunan kelapa sawit di Jawa diuntungkan oleh daerah dekat pusat pemerintahan, kemudahan akses informasi meningkatkan kesempatan akses transportasi serta tersedianya tenaga kerja. Hal-hal tersebut juga memperluas keragaman kerja yang tersedia pada penduduk desa sekitar perkebunan kelapa sawit di pulau Jawa. Menjadi menarik untuk mengetahui kesempatan kerja apa sajakah baik di sektor pertanian, perkebunan dan non pertanian yang tersedia bagi masyarakat desa sekitar perkebunan kelapa sawit di Jawa.
1.2Rumusan Masalah
memungkinkan adanya dampak yang nyata untuk aktivitas perkebunan termasuk aktivitas penduduk dalam perkebunan .
Letak geografis wilayah desa karena kedekatan dengan kota besar yang beri peluang kerja non pertanian dan akses terhadap fasilitas transportasi umum menjadi pembeda kesempatan kerja penduduk di kedua desa tersebut. Mereka yang menetap di Kampung Dalam area perkebunan, memiliki kesempatan kerja yang lebih terbatas. Apalagi umumnya Kampung Dalam juga terkendala dengan terbatasnya fasilitas transportasi umum. Penduduk yang menetap di Kampung Luar area perkebunan, memiliki kesempatan kerja yang di bidang pertanian dan non pertanian lebih beragam ditambah sarana transportasi umum yang lebih baik. Menarik untuk dilihat apakah benar faktor geografis dan fasilitas transportasi berpengaruh terhadap kesempatan kerja penduduk yang tinggal di dalam perkebunan. Kesempatan kerja juga diduga akan berbeda untuk laki-laki dan perempuan, sehingga menarik untuk diketahui kesempatan kerja laki-laki dan perempuan penduduk Kampung Dalam dan luar perkebunan masih berpusat di sekitar lingkungan rumah (perkebunan) atau mulai menggunakan kesempatan kerja di luar lingkungannya. Hal yang juga menarik untuk dikaji adalah apa sajakah selain akses transportasi, letak geografi dan jenis kelamin faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan bekerja di sektor pertanian dan non pertanian.
1.3Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan tentang:
1. Kesempatan kerja pada penduduk desa di dalam perkebunan di bidang pertanian dan non pertanian pinggiran perkebunan bagi laki-laki dan perempuan,
1.4Kegunaan Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan kependudukan dan ketenagakerjaan, khususnya kepada:
1.Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai kesempatan kerja penduduk desa dan perkebunan serta, melakukan penelitian lanjutan dan pengembangan dengan penelitian terkait yang sudah ada sebelumnya 2.Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam melakukan kajian
mengenai kesempatan kerja
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Kesempatan Kerja
Penduduk terbagi menjadi penduduk usia kerja dan bukan usia kerja.
Penduduk usia kerja terdiri atas angkatan kerja(15-64 tahun) dan bukan angkatan
kerja(< 15 tahun dan > 65 tahun). Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja
yang bekerja atau mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan angkatan kerja
angkatan kerja adalah mereka yang khusus melakukan kegiatan bersekolah,
mengurus rumah tangga atau lainnya dan sama sekali tidak bekerja atau mencari
pekerjaan (BPS, 1998). Golongan yang masih sekolah dan yang mengurus rumah
tangga dalam kelompok bukan angkatan kerja ini, sewaktu-waktu dapat masuk ke
pasar kerja. Oleh sebab itu, kelompok ini dapat juga disebut sebagai angkatan
kerja potensial (Simanjuntak, 1998).
Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian jumlah penduduk yang
berkerja (Rusli, 2007). Suroto dan Oloan berbeda dengan Rusli tentang
kesempatan kerja. Suroto (1992) menyebutkan bahwa dinamika pasar kerja adalah
bagaimana penawaran atau persediaan tenaga kerja dan permintaan atau
kebutuhan tenaga kerja dalam pasar kerja, berkembang dan menyusut. Dengan
demikian, dinamika kesempatan kerja dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan dalam pola penyerapan tenaga kerja. Istilah kesempatan kerja
mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk
bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian,
pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan perkerjaan yang sudah
diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan
yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti adanya kesempatan),
kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja (Oloan, 2009).
Pada tahun 1995, International Labor Organization (ILO) menyebutkan
bahwa penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia sama atau lebih dari
lima belas tahun sampai usia enam puluh tahun. Penduduk usia kerja tersebut
dikenal sebagai tenaga kerja. Indonesia tidak menganut batas maksimum usia
sebagian penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri dan
sebagian pegawai swasta. Untuk golongan ini pun, pendapatan yang diterima
tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh sebab itu, sebagian besar penduduk
dalam usia pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi dan tetap digolongkan
sebagai tenaga kerja (Simanjuntak, 1998)
Banyaknya pencari kerja dibandingkan dengan banyaknya angkatan kerja
adalah indikator tinggi rendahnya penggangguran di suatu wilayah dan waktu
tertentu. Lipsey, et.al., (1997) menyebutkan bahwa angka pengangguran akan
fluktuasi dari tahun ketahun karena perubahan pada angkatan kerja, tidak persis
diimbangi oleh perubahan pada kesempatan kerja. Kesempatan kerja berubah
karena adanya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan beberapa sektor dalam
perekonomian menurun dan sektor-sektor lain berkembang.
Novianto (1999), menyatakan bahwa kesempatan kerja pertanian di daerah
pedesaan semakin menurut akibat berkurangnya lahan dan daya tarik perkotaan
dengan beragam pekerjaan yang lebih nyaman dibandingkan di pedesaan.
Budiharsono (1996) yang melakukan penelitian tentang transformasi struktural
dan pertumbuhan ekonomi antar daerah di Indonesia 1967-1987 menyatakan
bahwa transformasi struktur produksi dan perubahan tenaga kerja antara daerah
berbeda dengan pola normalnya, hal ini disebabkan relatif kecilnya keterkaitan
antara sektor pertanian dengan sektor non pertanian baik dalam proses produksi
maupun penyerapan tenaga kerja. Selama proses transformasi, sektor industri (non
pertanian) sedikit menggunakan bahan baku dari sektor pertanian juga sektor
industri kurang dapat menyerap tenaga kerja yang bergeser dari sektor pertanian.
Swasono dan Sulistyaningsih (1993) menyatakan bahwa, pada umumnya
perubahan struktur di bidang ketenagakerjaan mempunyai dua arti, yaitu (1)
perubahan struktur tenaga kerja dalam arti sektoral (seperti halnya pada perubahan
struktur ekonomi); (2) perubahan struktur tenaga kerja dari sektor tradisional ke
sektor modern. Menurut konsep ini, perubahan struktur dalam arti yang pertama
diartikan sebagai distribusi kesempatan kerja pada setiap sektor dari waktu ke
waktu. Sedangkan dalam pengertian yang kedua dianggap bahwa perlu mencari
suatu titik yang dikenal sebagai dengan turning point, yang akan terjadi apabila
dapat memberi pilihan pada penduduk untuk mempunyai sikap indifferent untuk
bekerja di sektor pertanian atau non pertanian
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja.
Kesempatan kerja terkait dengan kehidupan ekonomi yang selalu dinamis,
dimana ada kegiatan-kegiatan yang baru timbul, ada yang maju berkembang,
meningkat, berpindah dan ada pula yang mundur dan hilang. Pergerakan dan
perubahan-perubahan tersebut merupakan proses simultan atau sering diistilahkan
dinamika.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan sinyal bahwa
pertumbuhan angkatan kerja semakin meningkat, dengan kata lain pertambahan
penduduk akan berimplikasi terhadap ketersediaan kesempatan baru. Kebutuhan
akan kesempatan kerja baru tidak hanya diperlukan bagi angkatan kerja baru akan
tetapi juga bagi angkatan kerja yang belum memperoleh pekerjaan pada
tahun-tahun sebelumnya. Sektor pertanian juga mengalami hal seperti ini, walaupun
kesempatan kerja bertambah, namun pertambahan ini tidak dapat menampung
semua angkatan kerja yang sudah bekerja di sektor tersebut, hal ini dapat
mendorong angkatan kerja yang sudah bekerja di sektor pertanian untuk pindah ke
sektor non pertanian.
Pada bidang pertanian pekerjaan produktif lebih banyak dilakukan oleh
laki-laki sehingga akses dan kontrol laki-laki di bidang produktif lebih besar.
Laki-laki melakukan kegiatan pengolahan lahan, penentuan tanaman dan masa
tanam, pemasaran dsb. Wanita lebih dominan beraktivitas di sektor
reprodukif/rumah tangga. Hanya sedikit waktu mereka terlibat dalam kegiatan
produktif, sesuai kebutuhan tenaga kerja untuk membantu. Akan tetapi, istri tidak
dibayar dari hasil pekerjaannya karena dianggap membantu pekerjaan suami
( Hastuti, 2003).
Hasil penelitian Santoso, et.al. (2003), melihat beberapa hal sebagai
berikut: (1) wanita walaupun melakukan usaha gula semut, namun harus tetap
melakukan kegiatan domestik yang dianggap menjadi tanggung jawab
disebabkan karena kegiatan memasak adalah kegiatan utama dan biasa dilakukan
oleh wanita.
Stereotipe penduduk tentang posisi dan kedudukan antara laki-laki yang
berbeda menimbulkan pembagian pekerjaan yang turun temurun di penduduk.
Laki-laki melakukan kegiatan produktif dan istri untuk melakukan kegiatan
reproduktif. Hartomo (2007) menyatakan bahwa kelembagaan yang ada di
penduduk didominasi oleh laki-laki karena perempuan tidak memiliki banyak
waktu setelah melakukan kegiatan reproduktif. Informasi yang diterima juga
berbeda karena laki-laki yang memiliki lahan dan melakukan kegiatan di bidang
pertanian mendapatkan penyuluhan hampir semuanya adalah laki-laki. Kondisi
perempuan yang terkadang lemah pada saat akan menstruasi, hamil bahkan
melahirkan menjadi alasan perusahaan perkebunan negara maupun swasta
mempertimbangkan pekerjaan yang akan mereka berikan kepada perempuan
(Sukesi, 2003). Alasan berkait kondisi perempuan juga berpengaruh terhadap
status mereka di perkebunan dengan mempekerjakan perempuan sebagai pekerja
harian lepas bukan menjadi pegawai tetap. Akibat dari itu fasilitas yang diterima
(pekerja harian lepas) terbatas.
Salah satu kendala di sektor pertanian adalah rendahnya produktivitas
tenaga kerja, sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan dan usia yang
sudah relatif tua. Sedangkan tenaga kerja muda yang enerjik, progresif, dan lebih
berpendidikan cenderung tidak bekerja di sektor pertanian (Suryana, 1989 dalam
Fudjaja, 2002) . Beberapa faktor yang diduga menyebabkan tenaga kerja muda
dan yang berpendidikan lebih tinggi tidak memilih sektor pertanian sebagai
lapangan kerja utama, antara lain: 1) terbatasnya kesempatan kerja bagi yang
berpendidikan lebih tinggi, 2) sektor pertanian pada umumnya tidak bisa
mendatangkan pendapatan dalam waktu singkat, 3) usaha pertanian mengandung
banyak resiko, 4) pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian lebih rendah
dari yang diharapkan, dan 5) kurangnya status sosial dan kenyamanan kerja
karena kesan usaha pertanian yang kumuh (Swastika dan Kustiari, 2000)
Faktor produksi tenaga kerja berkualitas (memiliki produktif tinggi) sangat
menentukan tingkat pendapatan. Pendapatan akan memberikan efek pengganda
diperkirakan akan berdampak positif terhadap kesempatan kerja. Hasil penelitian
Safrida (1999) dalam Fudjaja (2002) menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan
upah minimum terhadap permintaan tenaga kerja sektor pertanian dan jasa cukup
besar dan berpengaruh nyata, sedangkan terhadap permintaan tenaga kerja sektor
industri pengaruhnya kecil dan tidak nyata. Tingkat upah yang diterima seorang
pekerja erat kaitannya dengan produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Nurmanaf
(2000), menyatakan bahwa besar kecilnya pendapatan lebih dipengaruhi oleh
produktifitas faktor-faktor produksi yang ada, termasuk faktor produksi tenaga
kerja. Djauhari, et al (1998) dalam Nurmanaf (2000), memperkirakan bahwa
produktivitas dan tingkat upah buruh tani dipengaruhi oleh pergeseran permintaan
jenis tenaga kerja di sektor pertanian. Jenis penawaran dan permintaan tenaga
kerja pertanian juga dipengaruhi oleh pergeseran pasar tenaga kerja dan
pertumbuhan di luar sektor pertanian yang akan berdampak terhadap mobilitas
dan kesempatan kerja. Sementara yang dapat menciptakan kesempatan kerja
menurut Suroto (1992) hanyalah pembangunan sektor non pertanian dan saling
ketergantungan antar sektor pertanian dan non pertanian.
Menurut Sigit(1989) dalam Fudjaja (2002), faktor penyebab terjadinya
transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu:1) faktor pendorong dan 2) faktor penarik. Faktor
pendorong berasal dari sektor pertanian sedangkan faktor penarik berasal dari
sektor non pertanian. Secara umum penyebab perubahan pada tingkat pendidikan,
penduduk usia muda yang semakin meningkat, perubahan norma-norma yang
berhubungan dengan jenis dan situasi pekerjaan di kalangan pencari kerja dan
penduduk umumnya, adanya peluang untuk bekerja di luar sektor pertanian,
sempitnya pemilikan lahan pertanian (sawah) dan meningkatnya penggunaan
teknologi serta tingkat upah yang relatif tinggi di sektor non pertanian. Sementara
itu, Rachmad (1992) menyatakan transformasi tenaga kerja terjadi akibat adanya
perubahan sikap mental para tenaga kerja, upah tenaga kerja di sektor pertanian
cenderung tetap, timbulnya kesempatan kerja baru di sektor non pertanian,
kenyamanan bekerja di sektor non pertanian dan semakin meningkatnya atau
Penelitian Sutrisno (1985) menyimpulkan bahwa faktor yang paling
mempengaruhi keputusan mobilitas kerja adalah rasio upah atau pendapatan
sektor pertanian dibandingkan dengan sektor non pertania. Keputusan mobilitas
kerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pemilikan tanah, tuntutan terhadap status
sosial dimana mereka beranggapan bahwa bekerja di sektor non pertanian lebih
tinggi statusnya. Kesempatan kerja di pedesaan terutama juga dipengaruhi oleh
permintaan tenaga kerja pertanian dan sektor non pertanian, mobilitas tenaga kerja
dan pertumbuhan angkatan kerja (Yusdja,1985)
Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi kesempatan
kerja, yaitu: a) kondisi perekonomian, dimana pesatnya roda perekonomian suatu
daerah mencerminkan aktivitas produksi yang tinggi, kapasitas produksi yang
tinggi membutuhkan tingginya faktor produksi diantaranya adalah tenaga kerja.
Jadi banyak perusahaan yang menambah tenaga kerja baru. b) pertumbuhan
penduduk ; kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka
pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan
mengurangi kesempatan orang untuk bekerja. c) produktivitas/kualitas sumber
daya manusia; tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan
mendorong tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas sumber
daya manusia yang rendah akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang
diinginkannya. d) tingkat upah; kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan
kenaikan kapasitas produksi akan menyebabkan pihak perusahaan akan
mengurangi jumlah karyawannya, hal tersebut akan menurunkan tingkat
kesempatan kerja. e) struktur umur penduduk; semakin besar struktur umur
penduduk yang digolongkan mudah (usia <15 tahun), maka kesempatan kerja
akan menurun dan sebaliknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka diduga kesempatan kerja secara
keseluruhan dipengaruhi oleh faktor-faktor: tingkat pendidikan, usia,
norma-norma, peluang pekerjaan, teknologi, upah/pendapatan, permintaan tenaga kerja,
mobilitas tenaga kerja, pertumbuhan angkatan kerja, kondisi perekonomian,
pertumbuhan penduduk,kepemilikan lahan, kualitas sumberdaya manusia, dan
2.2 Kerangka Pemikiran
Kesempatan kerja penduduk dapat digolongkan menjadi berbagai sektor
yaitu ; pertanian pangan dan perikanan, pertanian-perkebunan, non pertanian
sekunder, dan non pertanian tersier. Kesempatan kerja dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan Sukesi, 2003; Fudjaja,
2002; Swastika dan Kustiarii, 2000; Simanjuntak, 2001 Faktor internal meliputi :
jenis kelamin, pendidikan, umur, dan status sosial, sedangkan faktor eksternal
meliputi akses informasi tenaga kerja, dan akses transportasi. Kemungkinan ada
keterkaitan hubungan antara faktor internal dan eksternal dalam mempengaruhi
kesempatan kerja masyarakat di sektor Pertanian pangan dan perikanan,
pertanian-perkebunan, non pertanian sekunder dan non pertanian tersier.
Faktor internal; 1) jenis kelamin berdasarkan Hastuti(2003) dan Santoso,
et.al. (2003), laki-laki bekerja disektor produktif dan perempuan disektor non
produktif. 2) pendidikan menunjukan kualitas sumberdaya seseorang akan
mendorong tingginya tingkat kesempatan kerja diberbagai sektor. 3) struktur
umum penduduk yang digolongkan muda semakin besar maka kesempatan kerja
akan menurun atau sebaliknya. 4) status sosial mampu membuka kesempatan
kerja penduduk diberbagai sektor akibat kekuatan individu. Faktor eksternal;1)
akses informasi membuka peluang mempermudah penduduk memperoleh
kesempatan kerja di berbagai sektor terutama di sektor non pertanian; 2) akses
transportasi mempermudah penduduk memilih pekerjaan yang diinginkan karena
Gambar 1. Kerangka Berpikir “ Faktor- faktor yang mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Penduduk Desa dalam Perkebunan Sawit”
Keterangan :
: Terdapat hubungan Faktor Internal
Faktor Eksternal a. Jenis Kelamin b. Umur
c. Pendidikan d. Status sosial
a. Akses Informasi tentang kerja b. Akses transportasi
Kesempatan Kerja Beragam Sektor a. Pertanian pangan dan
2.4 Hipotesis Penelitian
1. Penduduk Kampung Dalam dan penduduk Kampung Luar memiliki
kesempatan kerja yang berbeda di bidang pertanian pangan dan perikanan,
pertanian-perkebunan, pertanian sekunder dan pertanian tersier.
2. Faktor internal yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan dan status sosial
mempengaruhi kesempatan kerja penduduk Kampung Dalam dan
Kampung Luar di bidang pertanian pangan dan perikanan,
pertanian-perkebunan, pertanian sekunder dan pertanian tersier
3. Faktor eksternal yaitu akses informasi tentang kerja dan akses transportasi
mempengaruhi kesempatan kerja penduduk Kampung Dalam dan
Kampung Luar di bidang pertanian pangan dan perikanan,
pertanian-perkebunan, pertanian sekunder dan pertanian tersier
2.5 Definisi Operasional
1. Kesempatan kerja adalah jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bekerja di sektor pertanian pangan dan perikanan, pertanian-perkebunan,
non pertanian sekunder dan non pertanian tersier
a. Kesempatan kerja pertanian pangan dan perikanan dan perikanan
adalah jumlah penduduk yang pekerjaan utama di pertanian pangan
dan perikanan atau perikanan baik lahan kering maupun lahan
sawah/basah yang ditanami untuk tanaman pangan atau perikanan
baik lahan milik sendiri ataupun milik orang lain (petani pemilik
lahan, buruh tani, petani sawah dan petani ikan).
b. Kesempatan kerja pertanian-perkebunan adalah jumlah penduduk
yang bekerja di perkebunan baik perkebunan milik Negara atau
perkebunan milik swasta (pegawai perkebunan dan buruh
perkebunan).
c. Kesempatan kerja non pertanian sekunder adalah jumlah penduduk
yang bekerja di industri manufactur/pengolahan (indudtri, pabrik).
d. Kesempatan kerja non pertanian tersier adalah jumlah penduduk
yang bekerja di pemerintahan; industri pengolahan; listrik, gas,
akomodasi dan penyediaan makan minum; transportasi,
pergudangan, dan komunikasi; perantara keuangan; real estate,
usaha persewaan dan jasa perusahaan; administrasi pemerintahan,
pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa
kesehatan dan kegiatan sosial; jasa kependudukan, sosial, budaya,
dan perorangan; jasa perorangan yang melayani rumah tangga;
badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya (PNS,
POLRI/TNI, buruh bangunan, pedagang, supir/ojeg, penjaga toko,
pembantu rumah tangga).
2. Faktor Internal adalah pengaruh yang berasal dari individu sendiri
a) Jenis kelamin adalah merupakan penandaan berdasar biologis,
yang dikategorikan ke dalam laki-laki dan perempuan.
b) Pendidikan adalah capaian tertinggi dalam pendidikan formal yaitu
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama atau sederajat, Sekolah
Menengah Atas atau sederajat, Diploma atau Sarjana.
c) Umur adalah Jumlah tahun seseorang dari lahir hingga saat
penelitian dalam satuan tahun
d) Status sosial adalah kedudukan rumah tangga dalam masyarakat
ditunjukkan dengan ukuran kumulatif penguasaan lahan, luas
rumah, kelayakan rumah atau kepemilikan barang mewah (seperti:
tv, kulkas, sepeda motor), dan hewan ternak besar (seperti
kambing, sapi, kerbau, ayam).
Penguasaan lahan adalah total penguasaan lahan kering, basah (empang) ataupun sawah dengan luas
tertentu yang dikuasai (milik, sewa, gadai
dll)
Luas ( kode = 2) : luas >1500 m2
Sempit (kode = 1) : luas ≤1500 m2
Luas Rumah adalah total luas rumah yang dimiliki dihitung dalam satuan meter persegi
Sempit (kode = 1) : luas ≤ 42 m2
Kelayakan rumah adalah keadaan ada atau tidak ada kondisi dinding tembok, , lantai plaster/keramik dan
atap
Layak (kode = 2) : kondisi dinding tembok, lantai plaster atau
keramik dan atap genteng
Tidak layak (kode = 1) : bila salah satu atau lebih kondisi (dinding
tembok, lantai plaster atau keramik dan atap
genteng) tidak terpenuhi.
Kepemilikan barang mewah adalah kepemilikan pribadi/ rumah tangga dari barang mewah seperti;
audio/visual, radio, alat komunikasi, alat
trasportasi
Banyak (kode = 2) :memiliki keempat jenis barang mewah
Sedikit (kode = 1) : memiliki kurang dari empat jenis barang
mewah
Hewan ternak adalah hewan besar yang dimiliki atau dipelihara oleh penduduk dengan jumlah tertentu
(kambing, sapi, kerbau).
Banyak (kode = 2) : > 2 ekor untuk kambing, sapi atau kerbau
Sedikit (kode = 1) : ≤ 2 ekor untuk kambing, sapi atau kerbau
Status sosial tinggi bila kode berjumlah ≥7 Status sosial rendah bila kode berjumlah < 7
3. Faktor Eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar individu
a. Akses informasi adalah kemudahan untuk mendapatkan info
tentang adanya lowongan kerja yang dibutuhkan penduduk untuk
memperoleh pekerjaan
Mudah : Banyak teman dan kerabat bekerja diluar kampung
tentang pekerjaan di luar maupun di dalam kampung,
serta responden menjelaskan secara komplek
sumber-sumber informasi yang didapat (teman/kerabat/orang lain
sekampung dan di luar kampung, media cetak,dan media
elektronik).
Sulit : Sedikit teman dan kerabat yang dikenal dekat sehingga
informasi yang diperoleh sedikit, serta responden
menjelaskan secara sederhana sumber informasi yang
diperoleh mengenai pekerjaan.
b. Akses transportasi adalah kemudahan untuk memanfaatkan sarana
transportasi yang ada untuk melaksanakan tujuan yang diinginkan
yang diukur dari biaya dan lamanya waktu tempuh berjalan kaki
untuk menuju transportasi umum.
Mudah : Bila sarana transportasi umum menjangkau kawasan
kampung dengan mudah selama 24 jam dengan ongkos
maksimal Rp. 8000,00 dan menjangkau sarana
transportasi umum tidak lebih dari 10 menit
Sulit : Bila sarana transportasi umum tidak menjangkau
kawasan kampung, dengan ongkos trasportasi umum
melebihi Rp. 8000,00 dan jarak tempuh untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam serta rinci tentang suatu peristiwa atau gejala sosial strategi dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pemilihan studi kasus didasarkan atas pertimbangan bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian yang memiliki sifat multi metode (wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen) (Sitorus, 1998). Pada penelitian ini pendekatan kualitatif dilakukan dengan mewawancarai penduduk yang dianggap mengetahui kondisi penduduk secara umum serta memberikan gambaran kesempatan kerja penduduk kampung. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas penduduk di dalam kampung maupun di luar kampung, serta penelusuran dokumen-dokumen yang terkait dengan penduduk yang berasal dari media cetak, data desa, data kecamatan dan data perkebunan. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur besarnya kesempatan kerja penduduk di bidang pertanian, perkebunan dan non pertanian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan di bidang-bidang tersebut
Pendekatan kuantitatif diperoleh menggunakan kuesioner yang telah disediakan. Kuesioner berisi tentang kondisi umum penduduk dan kesempatan kerja penduduk kampung. Data yang diperoleh dari kuesioner tersebut menjadi data kuantitatif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
yang terkait dengan keberadaan PTPN VIII dan berdiskusi pihak-pihak praktis PTPN VIII
Pemilihan kampung dari setiap desa ditentukan secara purposive dengan mempertimbangkan letak kampung apakah di dalam atau di luar perkebunan (letak geografis) dan juga akses terhadap transportasi umum. Hal tersebut digunakan untuk melihat kesempatan kerja masyarakat yang berada dalam perkebunan atau pinggir perkebunan. Kampung Dalam perkebunan adalah Kampung Cimulang Ujung di Desa Cimulang dan Kampung Gunung Leutik di Desa Bantar Sari. Kampung Luar perkebunan adalah Kampung Ciheleut di Desa Cimulang dan Kampung Hulurawa di Desa Bantar Sari.
3.3. Teknik Pemilihan Informan dan Responden
Terdapat dua subjek dalam penelitian ini, yaitu informan dan responden.
Informan adalah pihak yang memberikan keterangan tentang diri sendiri,
keluarga, pihak lain dan lingkungannya. Responden adalah sebagai pihak yang
memberi keterangan tentang diri dan kegiatan yang dilaksanakannya. Pemilihan
informan dilakukan secara purposive dengan teknik snowball sampling (teknik
bola salju). Informan kunci yang dipilih adalah pihak PTPN VIII. Tokoh
masyarakat (kampung Cimulang ujung, kampung Ciheleut, kampung Gunung
Leutik, kampung Hulurawa) beserta aparat pemerintah Desa Cimulang dan Desa
Bantar sari Kecamatan Rangkas Bungur yang mendapat manfaat dari perkebunan
sawit PTPN VIII. Informal awal dipilih dari tokoh masyarakat kemudian aparat
desa dan kecamatan. Setelah informasi umum dari masyarkat diperoleh informal
selanjutnya adalah dari pihak PTPN VIII yaitu kepala afdeling dan pekerja
harian tetap kantor untuk mengetahui kesempatan kerja penduduk di perkebunan.
Jumlah Informan yang digunakan adalah 12 orang, laki-laki 7 orang dan
perempuan 5 orang. Hampir setiap informan didatangi untuk dimintai informasi
sebanyak 2 kali untuk menguatkan dan memastikan informasi yang mereka
berikan. Tidak jarang informasi awal yang diberikan berbeda dengan informasi
kedua meskipun dengan inti pertanyaan sama.
Pemilihan responden dilakukan dengan teknik pengambilan sampel acak
rumah jumlah KK dan pekerjaan penduduk dari Kampung Cimulang Ujung,
Kampung Ciheleut, Kampung Gunung Leutik dan Kampung Hulurawa
(informasi dari RT atau RW). Berdasarkan data tersebut dipilih secara acak 30
rumah tangga di setiap kampung sehingga total responden 4 kampung sebanyak
120 rumah tangga. Pada 120 rumah tangga tersebut seluruh anggota rumah tangga
berusia 15+ tahun yang berdomisili di kampung lokasi wawancara. Total 120
responden adalah 120 orang yang terdiri dari 46 laki-laki dan 74 perempuan.
Selain responden yang telah diwawancarai, anggota rumah tangga yang berusia
15+ tahun dan bekerja juga di wawancarai untuk memastikan kebenaran informasi
tentang kesempatan kerja individu. Proses pengambilan data untuk setiap
responden dilakukan 2 kali yaitu 1) berbincang-bincang santai untuk mengetahui
kondisi umum rumah tangga; 2) melengkapi data yang kurang lengkap dari
responden atau anggota keluarga. Proses pengambilan data responden dimulai dari
Kampung Cimulang Ujung, Kampung Gunung Leutik, Kampung Ciheleut dan
terakhir Kampung Hulurawa. Peneliti mengisi sendiri kuesioner berdasarkan
informasi yang diberikan responden. Pengambilan data disesuaikan dengan
kondisi luang penduduk di kampung-kampung tersebut, umumnya antara pukul
10.00-17.00 WIB
3.4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini, terdapat dua data yang diperlukan, yaitu data primer dan data sekunder. Metode triangulasi merupakan metode yang dipilih untuk pengumpulan data dalam penelitian kualitatif agar diperoleh kombinasi yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan berperanserta dan penelusuran dokumen.
1. Penelusuran Dokumen atau Literatur
2. Pengamatan Berperanserta dan Observasi
Pengamatan berperanserta bersifat participant as observer dimana peneliti hadir sebagai pengamat dinamika subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melihat dan mengamati kejadian, dan proses sosial yang terjadi di sekitar informan, maka peneliti juga ikut mengobservasi kegiatan penduduk dalam bekerja.
3. Wawancara Mendalam dan Kuesioner
Teknik wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan data primer dan deskriptif dari informan. Pemilihan informan pada awalnya dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mendatangi staf Perkebunan Sawit PTPN VIII dan pejabat desa untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan. Penggalian informasi dari informan mengacu pada daftar pertanyaan yang telah disusun untuk menseragamkan dan mempermudah peneliti mengumpulkan data.
Kuesioner dilakukan kepada rumah tangga yang telah dipilih secara acak di setiap kampung. Proses pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti, responden memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan isi kuesioner dengan mengobrol santai dengan respoden. Hasil obrolan tersebut kemudian ditulis pada kuesioner yang telah disediakan. Data yang dikumpulkan dari responden meliputi kondisi umum rumah tangga(jumlah individu,jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan dan pekerjaan), perubahan pekerjaan sebelum dan setelah sawit, kepemilikan terhadap barang-barang, dan penguasaan lahan
wawancara dalam bentuk catatan harian. Catatan harian atau catatan lapangan adalah instrumen utama yang melekat pada metode-metode pengumpulan data kuantitatif (Sitorus, 1998).
3.5.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif baik primer maupun sekunder yang telah didapatkan diolah dan dianalisis secara kuantitatif. Analisis data primer dan sekunder diolah menggunakan tiga tahapan kegiatan analisis data dan dilaukan secara bersamaan, yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sitorus, 1998).
1. Mereduksi data, pada bagian pertama penulis menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan mengeliminasi data primer maupun sekunder yang telah diperoleh dilapang. Melalui tahap ini data yyang tidak dibutuhkan langsung di eliminasi dan mengorganisir data sedemikian sehingga di dapat kesimpulan
2. Data yang telah direduksi kemudain di atur sehingga menjadi data yang bisa disajikan secara deskriptif maupun tabel (tabulasi silang) sehingga data tersebut lebih mudah untuk dipahami dan dianalisi.
3. Kesimpulan, menarik simpulan melalui verifikasi dilakukan peneliti sebelum menarik kesimpulan akhir, dimana proses menyimpulkan tentang penelitian ini dilakukan bersama dengan para informan dan responden yang merupakan subjek dalam penelitian ini yang telah menyumbangkan data dan informasi terhadap penelitian.
BAB IV GAMBARAN UMUM
Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari merupakan dua desa dari tujuh desa
yang berada dalam Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor.
4.1 Desa Cimulang dan Bantar Sari 4.1.1 Kondisi Geografi
Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari merupakan desa pemekaran.
Sebelumnya Cimulang merupakan bagian Desa Pasirgaok, sedang Bantar Sari
merupakan hasil pemekaran dari Desa Bantar Jaya yang saat ini berubah menjadi
Desa Bantar Sari dan Bantar Kambing. Desa Cimulang berjarak 3 Km dari
kecamatan Rancabungur, 22 Km dari Cibinong sebagai pusat pemerintah
Kabupaten Bogor. Desa Bantar Sari lebih jauh ke Kecamatan Rancabungur
namun lebih dekat ke Cibinong.
Kedua desa tersebut memiliki ketinggian di atas permukaan laut ±165
diatas permukaan laut (dpl) dan curah hujan kurang lebih 200 mm/tahun2)
rata-rata suhu udara 28º-32º, bentuk wilayah rata-rata-rata-rata datar karena wilayah berombak
hanya sekitar 1persen. Suhu dua desa tersebut tergolong panas sedang dan
berbagai tanaman seperti sayuran tumbuh dengan subur.
Desa Cimulang terbagi dalam ; 3 dusun,8 Rukun warga/RW dan 28
Rukun Tetangga/RT. Desa Bantar Sari terbagi dalam 3 wilayah administratif
yaitu: 3 dusun, 7 RW dan 27 RT. Desa Bantar Sari berbatasan di bagian Utara
dengan Desa Cimulang, dan berdekatan dengan landasan udara Atang Sanjaya.
Batas-batas kedua desa di kemukakan pada peta (Gambar 2 hal 75 ) Pusat Desa
Cimulang terletak di tengah desa dengan kantor desa berada dipinggir
perkebunan dan bersebelahan dengan kantor perkebunan PTPN VIII. Kantor Desa
Bantar Sari berada di luar perkebunan di tepi jalan kabupaten.
2
Luas wilayah Desa Cimulang 434 hektar lebih besar dibandingkan Desa
Bantar Sari 343,41 Ha. Sekitar 75 persen luas tanah di kedua desa itu (300 hektar
di Cimulang dan 256 Ha di Bantar Sari) merupakan tanah HGU (Hak Guna
Usaha) dari PTPN VIII untuk perkebunan sawit. Dari luas itu di Cimulang tidak
ada perkebunan milik rakyat sedang di Bantar Sari ada seluas 23,23 hektar namun
diperkirakan luas sawah dalam 10 tahun terakhir telah berkurang karena berubah
fungsi menjadi rumah warga. Desa Bantar Sari memiliki sawah lebih luas (60,9
hektar) dibandingkan lahan kering (3,28 hektar).
4.1.2 Kondisi Sosial
Jumlah penduduk Bantar Sari dan Cimulang hampir sebanding, yaitu
Bantar Sari 5.986 jiwa (3.105 laki-laki dan 2.881 perempuan) dan Cimulang 5.388
jiwa (2.893 laki-laki dan 2.549 perempuan. Penduduk kedua desa hampir
seluruhnya beragama Islam (99 persen)dan suku Sunda (85 persen).
Tabel 3. Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011(dalam Persen).
Golongan Umur
Sumber: Kantor Desa Cimulang dan Bantar Sari 2011
Berdasarkan data kelompok umur dari dua desa tersebut dapat dilihat
jumlah persentase usia anak-anak (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), usia
Cimulang lebih sedikit dibandingkan Bantar Sari ( 31 persen dibanding 36
persen). Sebaliknya pada usia 30-44 tahun dan usia 45-59 tahun Cimulang lebih
besar dibandingkan Bantar Sari.
Tabel 4. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen).
Tingkat Pendidikan Cimulang %
Bantar Sari %
Belum Sekolah 20,8 18,7
Tidak tamat sekolah 10,4 6,2
Tamat SD/Sederajat 27,7 26,5
Tamat SLTP/Sederajat 27,4 26,3
Tamat SLTA/Sederajat 12,8 21,1
Tamat Perguruan Tinggi 0,9 1,3
Jumlah 100 100
Sumber: Kantor Desa Cimulang dan Bantar Sari 2011
Tingkat pendidikan penduduk terutama pada jumlah tamatan SMA Desa
Bantar Sari secara signifikan lebih baik di bandingkan dengan Desa Cimulang
(21,1 persen persen berbanding 12,8 persen). Hal ini dikarenakan Bantar Sari
sarana pendidikan yang lebih baik dengan 5 sekolah dasar/sederajat, dan 2
sekolah menengah pertama/sederajat, sedangkan Cimulang hanya memiliki 4
sekolah dasar/sederajat dan hanya 1 sekolah menengah pertama/sederajat. Posisi
Desa Bantar Sari yang lebih dekat ke arah kabupaten mempermudah akses
pendidikan ke luar desa. Meskipun besarnya ongkos angkutan umum yang harus
dikeluarkan hampir sama (Rp. 8.000/Pulang-Pergi), tetapi yang membedakan
adalah jauhnya jarak jalan kaki yang harus ditempuh untuk mencapai angkutan
umum.
4.1.3 Kondisi Ekonomi
Proporsi penduduk Cimulang yang bekerja di bidang pertanian pangan
dan perikanan hampir sama dengan yang bekerja di jasa (34,5 persen
dibandingkan 31,6 persen ). Proporsi penduduk Bantar Sari yang bekerja di
bidang jasa lebih besar dibandingkan dengan pertanian pangan dan perikanan
pertanian, di Cimulang sebagian besar adalah buruh tani sedangkan di Bantar Sari
hampir seimbang antara petani pemilik dan buruh tani.
Persentase penduduk yang bekerja di bidang pertanian perkebunan sedikit
lebih banyak di Desa Cimulang di banding Bantar Sari. Namun dari data
keduannya jumlah buruh dan pergawai tetap dari masing-masing desa tersebut
relatif sama.Demikian juga persentase penduduk Cimulang yang bekerja pabriki.
10,8 persen dibanding 4,5 persen persentase jumlah pengangguran Bantar Sari
labih kecil dibandingkan Cimulang. Hal tersebut menunjukkan pekerja serabutan
di Cimulang lebih besar di bandingkan.
Tabel 5. Penduduk menurut Mata Pencaharian Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen).
*Sumber: Kantor Desa Cimulang dan Bantar Sari 2011
Pada konteks lokal kesempatan kerja di desa di bagi menjadi pertanian
pangan dan perikanan, pertanian non pangan, pabrik, dan jasa, sedangkan pada Jenis Mata Pencaharian Cimulang Bantar Sari
% %
Pertanian pangan dan perikanan 34.5 30.7
a. Petani Pemilik lahan 8.8 15.5
b.Petani penggarap tanah 5.7 0
c. Buruh tani 20.0 15.2
Pertanian Non Pangan 5.0 2.3
a. Pegawai tetap perkebunan 1.7 0.5
b.Buruh perkebunan 3.3 1.8
d.Pegawai Negeri Sipil/ perusahaan 2.6 3.4
Lain-Lain 18.1 13.8
a. Pensiunan 1.7 1.3
b.Penganguran/serabutan 16.4 12.5
penelitian di bagi menjadi pertanian pangan-perikanan, pertanian-perkebunan, non
pertanian sekunder dan non pertanian primer. Pada dasarnya kesempatan kerja
tersebut adalah sama yaitu pertanian non pangan dengan pertanian-perkebunan,
pabrik dengan non pertanian sekunder, dan jasa dengan non pertanian.
Kondisi mata pencaharian, faktor pendidikan dan lainnya dari penduduk
tersebut berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan penduduk. Secara umum
Penduduk Bantar Sari lebih sejahtera dibandingkan penduduk Cimulang. Sekitar
75 persen penduduk Cimulang berada pada tingkat kesejahteraan pra KS dan KS
1.
Tabel 6. Penduduk menurut Tingkat Kesejahteraan Penduduk Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen).
Jenis Mata Pencaharian Cimulang Bantar Sari
% %
Pra KS 33.5 28.9
KS I 42.1 27.2
KS II 20.2 20.9
KS III 3.7 22.4
KS III+ 0.5 0.5
Jumlah 100 100
Sumber: Kantor Desa Cimulang dan Bantar Sari 2011 Keterangan : KS = Kesejahteraan
4.2 “Kampung Luar” dan “Kampung Dalam” Perkebunan
Kampung Dalam dan Kampung Luar merupakan istilah yang digunakan
oleh peneliti untuk mempermudah pengelompokan kampung-kampung yang akan
diamati. Perbedaan dari Kampung Dalam dan Kampung Luar telah dijelaskan
pada rumusan masalah yaitu berdasarkan letak geografi dan akses transportasi.
Kampung Luar meliputi Ciheleut dan Hulurawa, sedangkan Kampung Dalam
meliputi Cimulang Ujung dan Gunung Leutik. Kampung Dalam berada dalam
perkebunan merupakan kampung tertinggal karena sulitnya sarana transportasi