1
1.1 Latar Belakang KKL
Reformasi birokrasi dalam penyelengaraan kegiatan pemerintahan
dalam pelayanan publik diarahkan untuk menciptakan kinerja birokrasi yang
profesional dan akuntabel. Birokrasi dalam melakukan kegiatan perbaikan
pelayanan diharapkan lebih berorientasi kepada kepuasan pelanggan,yakni
masyarakat pengguna jasa. Kepuasan total dari masyarakat pengguna jasa
tersebut dapat dicapai apabila birokrasi pelayanan menempatkan masyarakat
sebagai pengguna jasa dalam pemberian pelayanan.
Anak sebagai salah satu bagian pengguna jasa dari sisi kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah masa depan bangsa dan generasi penerus
cita-cita bangsa, sehingga Negara berkewajiban memenuhi hak setiap anak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi,
perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak, karena anak dari sisi
perkembangan fisik dan psikis manusia merupakan pribadi yang lemah,
belum dewasa dan masih membutuhkan perlindungan.
yang identitasnya tidak/belum tercatat dalam akta kelahiran, secara
de jure
keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak
yang lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya
serta tidak terlindungi keberadaanya. Banyak permasalahan yang terjadi
berpangkal dari manipulasi identitas anak. Semakin tidak jelas identitas
seorang anak, maka semakin mudah terjadi eksploitasi terhadap anak seperti
anak menjadi korban perdagangan bayi dan anak, tenaga kerja dan
kekerasan. Oleh karenanya diharapkan kepada seluruh masyarakat di
Indonesia jangan takut dan enggan untuk mendaftarkan segera kelahiran
anaknya, untuk memberikan perlindungan terbaik bagi anak dan mencegah
munculnya segala bentuk eksploitasi bagi anak, beban tugas kepada
pemerintah tidaklah mudah dan harus melibatkan semua pihak oleh
karenanya harus ada kerjasama dan koordinasi yang sinergi untuk
melahirkan kebijakan-kebijakan yang terbaik bagi anak-anak di Indonesia.
Terdapat sejumlah manfaat atau arti penting dari kepemilikan akta
kelahiran, yakni :
1. menjadi bukti bahwa negara mengakui atas identitas seseorang yang
menjadi warganya.
3. menjadi bukti yang sangat kuat bagi anak untuk mendapatkan hak
waris dari orangtuanya, mencegah pemalsuan umur, perkawinan di
bawah umur, tindak kekerasan terhadap anak, perdagangan anak,
adopsi ilegal dan eksploitasi seksual, anak secara yuridis berhak
untuk
mendapatkan
perlindungan,
kesehatan,
pendidikan,
pemukiman, dan hak-hak lainnya sebagai warga negara.
masyarakat adat terpencil. Departemen Dalam Negeri dan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) memberikan alternative,
bahwa seorang anak yang lahir dari perkawinan siri tanpa dokumen maka
dianggap sebagai anak dari orang tua tunggal (ibu), tetapi masih diberikan
catatan pinggir bagian kiri ”anak diluar nikah” ini yang kita inginkan agar
dihapus. Ini memberikan labelisasi pada seorang anak, yang menurut
perlindungan anak tidak pas, karena memberikan stigmanisasi pada anak.
Anak yang diangkat oleh orangtua asuh juga diharapkan dapat
mempunyai akta. Tetapi memang kita tidak boleh menghilangkan hubungan
darah antara orangtua dan anaknya, sehingga masih tetap dicantumkan
orangtua biologisnya. Fungsi akta kelahiran dapat memberikan legalitas
tentang anak tsb. baik formal maupun material ini sangat penting untuk
mencegah terjadinya pemalsuan identitas, Fungsi lainnya untuk kepastian
umur untuk sekolah, paspor, KTP, dan hak politik pada Pemilu.
Hambatan Pembuatan Akta Kelahiran Gratis :
1. Masih rendahnya pemahaman para orang tua dan keluarga, mengenai
nilai guna dari Akta Kelahiran serta kewajiban pelaporan kelahiran
tepat waktu (kurang dari 60 hari kerja), sehingga pendaftaran kelahiran
baru dilakukan ketika anak usia sekolah.
2. Kurangnya kepemilikan persyaratan untuk pelaporan kelahiran (tidak
adanya bukti kelahiran dari penolong kelahiran, tidak dimilikinya Buku
Nikah/Akta Perkawinan Orang Tua).
3. Masih rendahnya komitmen Kepala Daerah, para pembuat kebijakan
publik dan petugas pencatatan sipil dalam mengimplementasikan
proses Akta Kelahiran bebas biaya, sehingga disebagian pemerintah
daerah masih menjadikan Akta Kelahiran sebagai sumber pendapatan
daerah.
4. Masih terbatas dan belum terpenuhinya baik alokasi anggaran,
kelembagaan, ketatalaksanaan dan SDM, baik ditingkat pusat maupun
daerah yang memadai dalam proses pemberian layanan pembuatan
Akta Kelahiran supaya tidak dikenai biaya.
Mencermati permasalahan-permasalahan dalam pencatatan kelahiran
tersebut, maka persoalan-persoalan dalam pencatatan kelahiran bukan
semata akta kelahiran telah gratis saja, namun lebih jauh dari itu perlu
peningkatan kinerja pelayanan pencatatan kelahiran secara lebih luas
meliputi kelembagaan, ketatalaksanaan, alokasi anggaran, Sumber Daya
Manusia (SDM). Oleh karena itu pemberian Akta Kelahiran adalah menjadi
tanggung jawab negara dalam hal ini pemerintah pusat maupun daerah
khususnya Disdukcapil Kota Cimahi dalam pembuatan akta kelahiran gratis
untuk masyarakat di Kota Cimahi,karena di dalam Akta Kelahiran terdapat
Hak Asasi Manusia (HAM) dan sesungguhnya merupakan pelaksanaan
amanat UUD 1945, UU No. 23 Tahun 2002 yang berkaitan keperdataan
seseorang berupa hak identitas dan kewarganegaraan.
Kinerja Aparatur dalam pembuatan akta kelahiran gratis diharapkan
lebih efektif dan terorganisir dengan baik sehingga pencapaian visi dan misi
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dapat tercapai.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengambil judul
“KINERJA APARATUR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN
SIPIL (DISDUKCAPIL) KOTA CIMAHI DALAM PEMBUATAN AKTA
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan yang telah disajikan dalam latar belakang
masalah di atas, maka peneliti kemudian merumuskan suatu identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana produktivitas Aparatur Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil)
Kota Cimahi dalam pembuatan akta
kelahiran gratis ?
2. Bagaimana kualitas layanan Aparatur Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cimahi dalam pembuatan akta
kelahiran gratis ?
3. Bagaimana responsivitas Aparatur Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cimahi dalam pembuatan akta
kelahiran gratis ?
4. Bagaimana responsibilitas Aparatur Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cimahi dalam pembuatan akta
kelahiran gratis ?
1.3 Maksud dan Tujuan Laporan kuliah Kerja Lapangan
Kuliah kerja lapangan ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja
Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cimahi dalam
pembuatan akta kelahiran gratis.
Sedangkan tujuan dari KKL ini adalah:
1. Untuk mengetahui produktivitas Aparatur Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cimahi dalam pembuatan
akta kelahiran gratis.
2. Untuk mengetahui kualitas layanan Aparatur Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cimahi dalam pembuatan
akta kelahiran gratis.
3. Untuk mengetahui responsivitas Aparatur Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cimahi dalam pembuatan
akta kelahiran gratis.
4. Untuk mengetahui responsibilitas Aparatur Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cimahi dalam pembuatan
akta kelahiran gratis.
1.4 Kegunaan KKL
Sesuatu yang dikerjakan tentunya mempunyai kegunaan dan juga
diharapkan membawa manfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Berkaitan dengan hal tersebut maka KKL ini diharapkan berguna bagi
pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
KKL ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penyusun mengenai Kinerja Aparatur Disdukcapil Kota Cimahi Dalam
Pembuatan Akta Kelahiran Gratis.
2. Secara teoritis
KKL ini untuk mengembangkan teori-teori yang penulis gunakan yang
relevan dengan permasalahan dalam laporan KKL ini dan dapat
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan
serta dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi
yang melaksanakan KKL mengenai pembahasan Kinerja Aparatur
Disdukcapil Kota Cimahi Dalam Pembuatan Akta Kelahiran Gratis.
3. Secara praktis
Diharapkan KKL ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Disdukcapil Kota Cimahi
1.5 Kerangka Pemikiran
Kinerja pada dasarnya digunakan untuk penilaian atas keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan kegiatan, program, dan atau kebijakan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
misi dan visi instansi pemerintahan daerah serta guna mengukur kinerja dan
penetapan capaian indikator kinerja. Penilaian kinerja merupakan evaluasi
keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Amstrong dan Baron yang kemudian dikutip Wibowo dalam
bukunya Manajemen Kinerja, mengatakan bahwa:
“kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan
dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil
pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi
(dalam Wibowo,2007:2)”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa kinerja hasil yang
dicapai dengan cara bagaimana melaksanakan pekerjaan tersebut serta
mempunyai hubungan dengan tujuan organisasi dan kepuasan konsumen.
efesiensi kinerja dalam memberikan suatu pelayanan, dengan hasil akhir
dapat memuaskan konsumen maupun organisasi tersebut, baik pemberi
ataupun penerima pelayanan itu sendiri.
diberikan kepadanya.
Berdasarkan pendapat di atas kinerja adalah hasil yang dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan tanggung
jawabnya Kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan kerja,
prestasi yang diperlihatkan atau yang dicapai.
Penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan
mengunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu,seperti
efesiensi dan efektifitas tetapi harus dilihat juga indikator yang melekat pada
pengguna jasa seperti kepuasan pengguna jasa,akuntabilitas, dan
responsivitas. Ada beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk
mengukur kinerja birokrasi publik.
Teori kinerja dari Agus Dwiyanto dalam buku Reformasi Birokrasi Publik
di Indonesia terdapat indikator kinerja, yaitu:
1. Produktivitas
karaktaristik-karaktaristik kepribadian individu yang muncul dalam
bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya
individu
yang
selalu
berusaha
untuk
meningkatkan
kualitas
kehidupannya.
2. Kualitas layanan
Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi public,
muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanaan
yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian kepuasan dari
masyarakat bisa mejadi parameter untuk menilai kinerja organisasi
publik.
3. Responsivitas
masyarakat. Responsivitas perlu dimasukan ke dalam indikator kinerja
karena menggambarkan secara langsung kemampuan organisasi
pemerintah dalam menjalankan misi dan tujuannya.
4. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi,baik yang eksplisit
maupun implisit.
5. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjukkan pada berapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh
rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan
untuk melihat berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu
konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.
(Dwiyanto, 2008:50-51).
Berdasarkan pengertian kinerja pemerintahan di atas, maka kinerja
pemerintahan berarti sekelompok orang dalam organisasi dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan atau
sekumpulan orang dan individu yaitu pegawai negeri yang berada pada
badan atau lembaga pemerintah yang menjalankan fungsi atau tugas
pemerintahan, sedangkan kemampuan aparat pemerintah merupakan
kecapakan atau kematangan dalam pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan teknologi yang dimiliki oleh aparat pemerintah untuk
melaksanakan tugasnya.
Pengertian Aparatur menurut Soewarno handayaningrat adalah :
“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk
mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama
ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian”
Aparatur merupakan sesuatu yang dimiliki seorang pegawai yang
berkemampuan untuk melakukan pekerjaan yang telah dibebankan
kepadanya sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi.
Sumber daya aparatur merupakan faktor penting untuk meningkatkan kinerja
suatu pemerintahan,aparatur Disdukcapil merupakan pegawai negeri yang
selanjutnya istilah Pegawai Negeri dalam artian normatif di Indonesia
dijumpai dalam UU No. 18 Tahun 1961 dan diperbaharui dengan UU No. 8
Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian RI, pada pasal 1 disebutkan
bahwa:
“Pegawai Negeri adalah mereka setelah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlangku,
diangkat oleh pejabat yang berwenang disertai tugas dalam sesuatu
jabatan negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu
peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
(UU/ No 8/Ps 1/1974).
Empat faktor yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dikategorikan
sebagai pegawai negeri, yakni:
1. Memenuhi syarat yang ditentukan;
2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
3. Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri;
4. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dibebankan kepada APBN dan bekerja pada Departemen-departemen,
Lembaga-lembaga, Pemerintah non Departemen, dan lain-lain; Pegawai
Negeri Sipil Daerah, yang gajinya berasal dari APBD, Pegawai Negeri Sipil
Pusat yang diperbantukan pada daerah otonom.
Akta kelahiran merupakan salah satu bukti kewarganegaraan
seseorang. Adapun pengertian Akta kelahiran menurut Darpan Ariawinagun
yaitu :
Akta Kelahiran adalah sebuah akta yang dikeluarkan negara melalui
pejabat yang berwenang yang berisi identitas anak yang dilahirkan,
yaitu nama, tanggal lahir, nama orang tua serta tanda tangan pejabat
yang berwenang” (Ariawinagun, 2003:9)
Berdasarkan pendapat di atas akta kelahiran adalah akta yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, yang berkaitan dengan adanya
kelahiran dalam rangka memperoleh atau mendapat kepastian terhadap
kedudukan hukum seseorang, maka perlu adanya bukti-bukti yang otentik.
Adapun bukti-bukti otentik tersebut dapat digunakan untuk mendukung
kepastian, tentang kedudukan seorang itu adalah adanya akta yang
dikeluarkan oleh suatu lembaga, dimana lembaga inilah yang berwenang
untuk mengeluarkan akta-
akta mengenai kedudukan hukum seseorang.
isi akta kelahiran tersebut, maka akta kelahiran anak sah Akta kelahiran
adalah dokumen pengakuan resmi orang tua kepada anaknya dan negara.
Akta kelahiran dicatat dan disimpan di Disdukcapil. Akta kelahiran juga
mempunyai arti penting bagi diri seorang anak, tentang kepastian hukum si
anak itu tersendiri.
Pengertian Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil menurut
Peraturan Presiden No. 25 Tahun 2008 adalah :
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan
dan
penertiban
dalam
penerbitan
dokumen
dan
Data
Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil,
pengelolaan
informasi
Administrasi
Kependudukan
serta
pendayagunaan
hasilnya
untuk
pelayanan
publik
dan
pembangunan sektor lain.
(Kepres/No.25/Pasal 51/2008)
Menurut Kepres No.5 Tahun 2008 Pencatatan Sipil adalah
pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam register
Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana. Berdasarkan pernyataan di atas
Dinas kpendudukan dan pencatatan sipil merupkan unsur pelaksana yang
menyelengarakan
sebagian
urusan
pemerintah
daerah
dibidang
hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Sedangkan
pengertian Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia. Dalam dimensi tersebut penduduk dipahami
sebagai orang yang bertempat tinggal dalam batas wilayah Negara Republik
Indonesia dalam jangka waktu tertentu serta mempunyai hak dan kewajiban
dibidang administrasi kependudukan.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti membuat
definisi operasional sebagai berikut:
1. Kinerja adalah kemampuan aparatur Disdukcapil Kota Cimahi dalam
pembuatan akta kelahiran gratis.
2. Aparatur adalah orang-orang yang menduduki jabatan dalam menjalankan
salah satu pekerjaan, kewajiban, tugas, jabatan di Disdukcapil Kota
Cimahi.
3. Akta kelahiran gratis adalah bukti otentik yang dikeluarkan atau dibuat oleh
pejabat yang berwenang dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dengan tidak memungut biaya,dalam rangka memperoleh atau
mendapat kepastian terhadap kedudukan hukum seseorang.
4.
Dinas kpendudukan dan pencatatan sipil merupakan unsur pelaksana
yang menyelengarakan sebagian urusan pemerintah daerah dibidang
kependudukan dan pencatatan sipil
mengarah pada sasaran yang sama,guna memudahkan masyarakat
dalam pembuatan akta secara gratis maka kinerja aparatur yang efektif
dan efisien harus didukung dengan indikator sebagai berikut:
1) Produktivitas adalah kegiatan yang muncul dalam bentuk sikap
mental dan mengandung makna keinginan oleh Disdukcapil Kota
Cimahi yang selalu berusaha untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat.
2) Kualitas layanan adalah Pelayanan Disdukcapil Kota Cimahi
yang merupakan tugas dan fungsi utamanya. Hal ini berkaitan
dengan fungsi dan tugas pemerintahan secara umum, yaitu
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan pemberian
pelayanan yang baik kepada masyarakat.
3) Responsivitas adalah Kemampuan Aparatur Disdukcapil Kota
Cimahi untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Responsivitas perlu dimasukan ke dalam indikator kinerja karena
menggambarkan secara langsung kemampuan organisasi
pemerintah dalam menjalankan misi dan tujuannya.
4) Responsibilitas adalah keselarasan antara Aparatur Disdukcapil
Kota Cimahi dalam program pembuatan akta kelahiran gratis
dengan aspirasi masyarakat untuk mencapai tujuannya.
dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau konsisten dengan
kehendak masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas maka peneliti membuat model kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1.1
Model Kerangka Pemikiran
1.Produktivitas
Kinerja Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Dalam Pembuatan Akta Kelahiran Gratis
Meningkatkan Kinerja yang ideal
4.Responsibilitas 2.Kualitas
Pelayanan
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Metode Penelitian
KKL ini menggunakan metode KKL kualitatif dan menggunakan jenis
KKL deskriptif karena tujuan KKL ini adalah untuk mendeskripsikan kinerja
aparatur Disdukcapil Kota Cimahi dalam pembuatan akta kelahiran gratis.
Pengertian metode penelitian deskriptif menurut pendapat Mohammad Nazir
dalam bukunya
Metode Penelitian Sosial yang mendefinisikan metode
deskriptif adalah :
“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kasus peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, atau
lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktor-faktor,
sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki”
(Nazir, 1998:63).
Penulis menggunakan metode deskriptif, karena penelitian ini
dimaksudkan untuk meneliti suatu objek dan memberikan gambaran tentang
Kinerja Aparatur Disdukcapil Kota Cimahi dalam pembuatan akta kelahiran
gratis. Berdasarkan metode tersebut, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif.
Berdasarkan penjelasan dari definisi di atas, penelitian kualitatif
merupakan pendekatan yang mempelajari manusia dengan mengamati
tingkah lakunya khususnya orang-orang yang diteliti. Pemahaman terhadap
orang yang diteliti mengenai tingkah laku manusia, peneliti harus dapat
mamahami proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut
pandang yang diteliti.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pungumpulan data dapat diartikan sebagai berikut :
“Pengumpulan data adalah unsur metode KKL yang sangat
menentukan dan semestinya diusahakan semua persyaratan untuk
melakukan pengumpulan data serta analisis data harus terpenuhi
dalam konteks penemuan”.
(Unaradjan,2000:11)
Teknik pengumpulan data merupakan persyaratan melakukan
pengumpulan data dan menganalisis suatu objek, di dalam KKL ini yang
menjadi objeknya adalah lembaga/organisasi yaitu aparatur Disdukcapil Kota
Cimahi. Untuk memperoleh data-data dalam KKL ini penulis melakukan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
2. Studi Lapangan, yaitu melakukan KKL secara langsung ke
lapangan/lokasi yang menjadi objek KKL dengan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
(1) Observasi, yaitu metode pengumpulan data untuk mengamati
data empiris di mana peneliti mencatat informasi sebagaimana
yang disaksikan selama KKL, yaitu ke lokasi Disdukcapil Kota
Cimahi.
(2) Wawancara, yaitu metode pengumpulan data di mana terdapat
komunikasi langsung melalui tatap muka dan tanya jawab
antara peneliti dan responden. Adapun respondennya adalah
Kepala Disdukcapil Kota Cimahi dan Aparatur bagian
Pencatatan Sipil Kota Cimahi.
(3) Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dari
catatan-catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada
waktu yang lalu yaitu catatan-catatan tertulis tentang berbagai
peristiwa dalam pembuatan akta kelahiran gratis di Disdukcapil
Kota Cimahi.
1.6.3 Teknik Penentuan Informan
Lincoln dan Guba pengertian
Snowball
yang dikutip oleh Sugiyono dari
bukunya Memahami KKL Kualitatif, antara lain:
“Snowball
yaitu dimana seorang peneliti memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari nara sumber
sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan nara sumber lainnya yang
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit nara
sumber yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin
terarahnya fokus KKL”.
(Lincoln dan Guba dalam Sugiyono, 2007:54-55)
Pengambilan informan berdasarkan
snowball, penentuan informan
dalam KKL ini berdasarkan sumber data yang akan dijadikan sebagai
informan KKL, yaitu Kepala Disdukcapil Kota Cimahi sebagai orang pertama
yang dijadikan sumber data. Informan awal ini kemudian memberikan rujukan
untuk mencari informasi kepada Kepala seksi Pencatatan Sipil dipilih karena
orang yang dapat memberikan informasi tentang akta kelahiran gratis.
1.6.4 Teknik Analisis Data
Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono dalam bukunya Memahami
KKL Kualitatif
menyebutkan ada tiga unsur dalam kegiatan proses analisa
data, sebagai berikut:
1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisis
dengan bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur
data sehingga dapat disimpulkan.
2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang
memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.
3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu
kesimpulan
yang
diverifikasi
dengan
cara
melihat
dan
mempertanyakan kembali, dengan meninjau kembali secara
sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman
yang lebih cepat.
(Sugiyono, 2007:92-99).
1.7 Lokasi dan Jadwal KKL
Lokasi yang diambil sebagai tempat KKL di Disdukcapil Kota Cimahi
Perkantoran Jl. Raden Demang Kusumah Gedung B Lantai 1 Kota Cimahi
40513 Telp (022) 6631883 . Adapun penjadwalan untuk KKL ini melewati
beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1
Jadwal Kuliah Kerja Lapangan
Waktu
Kegiatan
Tahun 2011
April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Observasi lokasi KKL
Pengajuan Judul KKL Penyusunan Usulan Penelitian
Bimbingan Laporan KKL Pelaksanaan KKL
25 2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, pegawai
bisa belajar seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informasi
seperti komentar baik dari mitra kerja. Namun demikian penilaian kinerja
yang mengacu kepada suatu sistem formal dan terstruktur yang
mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para pegawai negri sipil
sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala
sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering para pegawai tidak mengetahui
betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga organisasi dalam suatu
instansi pemerintahan menghadapi krisis yang serius. Teori kinerja dari
Agus Dwiyanto dalam buku Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia
terdapat indikator kinerja, yaitu:
1. Produktivitas
karaktaristik-karaktaristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.
Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi public, muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanaan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian kepuasan dari masyarakat bisa mejadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.
3. Responsivitas
kemampuan organisasi untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas perlu dimasukan ke dalam indikator kinerja karena menggambarkan secara langsung kemampuan organisasi pemerintah dalam menjalankan misi dan tujuannya. 4. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan
organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan
organisasi,baik yang eksplisit maupun implisit. 5. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjukkan pada berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.
(Dwiyanto, 2008:50-51).
Berdasarkan pengertian kinerja pemerintahan di atas, maka
kinerja pemerintahan berarti sekelompok orang dalam organisasi dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai
tujuan atau sekumpulan orang dan individu yaitu pegawai negeri yang
berada pada badan atau lembaga pemerintah yang menjalankan fungsi
atau tugas pemerintahan .
Kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan
mengabaikan tanda -tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
Sementara itu Prawirosentono mengartikan kinerja (performance) adalah
sebagai berikut:
dengan tanggung jawab dan wewenang masing-masing. Dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika”. (Prawirosentono, 1999:2).
Berdasarkan definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud kinerja atau performance adalah hasil kerja oleh pegawai di
Disdukcapil Kota Cimahi dilihat pada aspek moral dan etika dan kerja
sama dengan tidak melanggar hukum untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan oleh organisasi. Kinerja merupakan hasil kerja oleh pegawai
atau aparatur disdukcapil dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan
wewenang masing-masing yang bisa dipertanggung jawabkan dan
dilaksanakan sesuai prosedur dan perundang-undangan dengan tujuan
untuk mencapai suatu organisasi.
Pengertian lain menurut Maluyu S.P. Hasibuan bahwa:
“Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.
(Hasibuan, 2001:34)
Pengertian kinerja menurut Hasibuan diatas bahwa untuk mencapai
sebuah kinerja, seorang aparatur harus memiliki kecakapan, pengalaman,
kesungguhan dan waktu agar dapat barjalan seperti yang diharapkan di
dalam suatu oraganisasi atau instansi pemerintahan untuk digunakan
dalam menjelaskan tujuan dan standar kinerja dan memotivasi kinerja
para pegawai.
Sadu Wasistiono dalam bukunya yang berjudul Menata Ulang
organisasi pemerintah dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai
berikut:
a) Indikator Produktivitas.
Hubungan antara tingkat pencapaian hasi implementasi dari wewenang dan tugas dari organisasi pemerintah atas sumber daya dan dana yang tersedia.
b) Indikator Kualitas Layanan
Kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diterima dari organisasi pemerintah.
c) Indikator Responsivitas
Sejauhmana kepekaan organisasi pemerintah untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
d) Indikator Responsibilitas
Apakah pelaksanaan kegiatan organisasi pemerintah itu dilakukan dengan prinsip-prinsip organisasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit maupun yang eksplisit. (Wasistiono, 2002:48-49).
Berdasarkan pendapat tersebut diatas penulis menyimpulkan
bahwa kinerja birkorasi pemerintahan adalah hasil kerja yang dicapai
secara kolektif oleh aparatur birokrasi pemerintahan berupa
tindakan-tindakan atau aktivitas-aktivitas aparatur birokrasi pemerintahan yang
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam rangka
melaksanakan kegiatan organisasi pemerintahan pada kurun waktu
tertentu
Melalui pengukuran dan evaluasi kinerja dapat ditentukan tingkat
keberhasilan dan kegagalan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Pentingnya penilaian dari suatu kinerja organisasi pemerintah
dikemukakan oleh Yeremias T. Keban, sebagai berikut:
kurun waktu tertentu. Penilaian tersebut juga input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi selanjutnya”
(Keban, 1995:1).
Ukuran keberhasilan pencapaian tujuan suatu organisasi dapat
dilakukan melalui penilaian kinerja. Baik itu penilaian kinerja anggota,
maupun penilaian kinerja organisasi. Kinerja anggota pada akhirnya akan
bermuara pada kinerja organisasi. Untuk menilai suatu kinerja anggota
dibutuhkan indikator-indikator kinerja.
Menurut Sedarmayanti, “performance diterjemahkan menjadi
kinerja, juga berarti prestasi kerja, pencapaian kerja/hasil kerja/untuk
kerja/penampilan kerja (2001:50).” kinerja merupakan hasil pencapaian kerja di mana para pegawai atau aparatur dituntut untuk berupaya
semaksimal mungkin menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Sebagai
seorang profesional maka tugas aparatur Disdukcapil Kota Cimahi
sebagai aparatur birokrasi dalam memberikan pelayanan hendaknya
dapat memberikan kepuasan. Dalam hal pembuatan akta kelahiran gratis
hendaknya dapat meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan modal
bagi keberhasilan. Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 :
223)“Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha
dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”.
Setelah mengetahui hasil dari Penilaian Prestasi Kerja, maka
sudah sewajarnya instansi pemerintah khususnya Disdukcapil Kota
Cimahi juga memberikan apresiasi kepada para pegawai atau aparatur
memberikan kemajuan yang berarti bagi masyarakat dan pemerintah
tersebut sehinga para pegawai merasa dihargai dan akan memunculkan
kembalimotivasi bekerja yang lebih dari pada sebelumnya. Adapun salah
satu tindakan yang tepat dalam memberikan apreasiasi kepada pegawai
yang telah berdedikasi terhadap pemerintah adalah dengan memberikan
sebuah promosi.
menurut Josef Riwu Kaho Untuk mewujudkan kinerja yang baik
maka harus ada pembagian kerja yang merupakan asas selanjutnya yang
harus diterapkan pada setiap organisasi termasuk pemerintahan
daerah.(kaho 1988:289).
Adanya pembagian kerja kepada aparatur ditujukan untuk
melakukan tugas-tugasnya sesuaii tugas, kewajiban dan tanggung
jawabnya,dengan demikian kekacauan,konflik kewenangan,timpang tindih
ataupun kecenderungan menghindari tanggung jawab yang dapat
dielakan.
2.2 Pengertian Aparatur
Pengertian Aparatur menurut Dharma Setyawan Salam dalam buku
Manajemen Pemerintahan Indonesia menyebutkan bahwa ”aparatur
pemerintahan sebagai social servant yaitu pekerja yang digaji oleh
pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan
Keberhasilan pencapaian tujuan dari setiap pelaksanaan kegiatan
yang dilaksanakan oleh setiap instansi pemerintah pada dasarnya sangat
tergantung dari tingkat kemampuan sumberdaya aparat yang dimilikinya
sebagai pelaksana dari setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah, oleh sebab itu maka faktor sumberdaya manusia sangat
berperan penting dalam pencapaian tujuan kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah. sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerwono
Handayaningrat yang mengatakan bahwa:
“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai
alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek
administrasi itu terutama ialahkelembagaan atau organisasi dan kepegawaian”(Handayaningrat,1982:154).
Aparatur pemerintahan sebagai alat untuk mencapai tujuan
organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara. Maka
diperlukan aspek-aspek administrasi terutama kelembagaan atau
organisasi dan kepegawaian. Selanjutnya Suwarno mengemukakan lebih
jauh tentang aparatur pemerintahan bahwa yang dimaksud tentang
aparatur pemerintahan ialah orang-orang yang menduduki jabatan dalam
kelembagaan pemerintahan.
Hasil kerja aparatur tidak lepas dari apa yang dinamakan dengan
sumber daya manusia. SDM merupakan salah satu faktor utama dalam
menjalankan tugas kepegawaian bagi aparatur. Setiap aparatur
mempunyai tugas menjalankan fungsi organisasi dan pemerintahan
Sumber daya aparatur menurut Badudu dan Sutan dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia,
adalah terdiri dari kata sumber yaitu, tempat asal dari mana sesuatu datang, daya yaitu usaha untuk meningkatkan kemampuan, sedangkan aparatur yaitu pegawai yang bekerja di pemerintahan. Jadi, sumber daya aparatur adalah kemampuan yang dimilki oleh pegawai untuk melakukan sesuatu. (Badudu dan Sutan, 1996:1372).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
sumber daya aparatur merupakan sesuatu yang dimiliki seorang pegawai
yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang telah
diberikan kepadanya. Sumber daya aparatur merupakan faktor penting
untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan oleh pemerintahan. Untuk
itu sumber daya aparatur perlu dikelola melalui pemberian pendidikan dan
latihan serta pengalihan tugas dinas yang diterapkan oleh pemerintah
maupun lembaga organisasi lainnya, dalam mengembangkan sumber
daya aparatur. Sehingga pelayanan yang diberikan pemerintah khususnya
Disdukcapil Kota Cimahi dapat meningkatkan profesionalisme dan
aparatur yang berkompeten.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,
1995:103) aparat adalah alat, perkakas, badan/instansi pemerintah,
pegawai negeri, atau alat Negara. Sedangkan aparatur adalah:
1. Perangkat alat (negara, pemerintah).
2. Alat kelengkapan negara yang utama meliputi bidang
mempunyai tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan
sehari-hari.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa aparatur adalah perangkat
negara atau pemerintah yang mempunyai tugas dan wewenang yang bisa
dipertanggung jawabkan. Apabila aparatur memberikan pelayanan secara
profesional yang berarti kinerja seseorang sesuai dengan jabatan yang
diberikan kepadanya.
Tugas yang diberikan kepada orang tersebut harus
dipertanggungjawabkan, karena merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan serta pekerjaan yang diberikan kepadanya tidak boleh
ditinggalkan sebelum pekerjaan itu selesai. Untuk meningkatkan
kemampuan aparatur pemerintah,maka suatu langkah sistematis harus
diambil Untuk memperlancar jalannya penyelenggaraaan tugas aparatur
maka diperlukan peralatan yang cukup memadai baik dalam kuantitas
maupun kualitasnya peralatan merupakan instrumen perantara dan
pembantu bagi aparatur pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya.
2.3 Kinerja Aparatur
Kinerja Aparatur instansi pemerintah adalah :
“gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strateji instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan / kegagalan pelaksanaan kegiatan- kegiatan sesuai dengan program, kebijakan yang ditetapkan”
Kinerja aparatur yang profesional jika instansi pemerintah, ditata
secara benar, dengan memperhatikan sasaran atau tujuan organisasi
yang mempunyai visi dan misi dengan jelas dan baik, maka akan dapat
mempermudah instansi pemerintah dalam memberikan segala pelayanan
terhadap masyarakat pada umumnya. Keadaan seperti ini tentunya akan
menciptakan pelayanan kepada publik dapat menjadi lebih mudah, cepat,
dan akurat. Sehingga pelayanan pembuatan akta kelahiran gratis ini
penerapannya berjalan dengan baik. Agar kinerja aparatur lebih baik,
Disdukcapil Kota Cimahi membuat perencanaan kinerja.”perencanaan
kinerja (Renja) adalah suatu proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan sasaran,kebijakan dan program, yang telah
ditetapkan ”.(dokumen Renja Disdukcapil).
Kinerja aparatur pemerintahan daerah harus lebih ditingkatkan,
terutama dengan adanya perencanaan program pemerintahan yang
dinamakan renja dalam hal pelayanan. Oleh karena itu kesiapan aparatur
perlu diseimbangkan dengan kualitas sumber daya manusia yang mampu
menjalankan pembuatan akta kelahiran dengan kesiapan yang lebih baik
lagi. Renja memuat sasaran dan rencana capaiannya, program, kegiatan
serta kelompok indikator kinerja (inputs, outputs, outcomes, benefit,
impacts) dan rencana capaiannya.Indikator Perencanaan Kinerja yaitu :
1. Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau untuk menghasilkan
2. Output adalah sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu
kegiatan dan program berdasarkan masukan.
3. Outcome (hasil) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya dari outputs kegiatan pada jangka waktu menengah
(misal : meningkatnya pengetahuan, kualitas pelayanan lebih baik).
4. Benefits (manfaat) adalah kegunaan/manfaat suatu keluaran
(outputs) yang dirasakan langsung oleh masyarakat atau dapat
berupa tersedianya fasilitas yang diakses oleh publik.
5. Impacts (dampak) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan atau kepentingan umum yang ditimbulkan manfaat baik
positif maupun negatif.
Renja memuat sasaran dan rencana pembinaan karier pegawai negeri
sipil berdasarkan UU No 8 Tahun 1974 sebagai berikut :
1. Sistem Karier adalah suatu sistem kepegawai di mana untuk
pengangkatan pertama berdasarkan kecakapan yang
bersangkutan, sedang dalam pengembangan lebih lanjut, masa
kerja, kesetiaan, pengabdian, dan syarat-syarat obyektif lainnya
juga menentukan.
2. Sistem Prestasi Kerja adalah suatu sistem kepegawaian di mana
pengangkatan seseorang untuk menduduki sesuatu jabatan atau
untuk naik pangkat didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang
dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas, dan prestasi dibuktikan
secara nyata.
3. Prestasi Kerja Merupakan hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan,
keterampilan, pengalaman, kesungguhan dan lingkungan
kerja,dengan ciri-ciri prestasi kerja sebagai berikut :
1) Menguasai seluk beluk bidang tugas dan bidang lain yang
terkait.
2) Mempunyai ketrampilan yang amat baik dalam
melaksanakan tugas
3) Mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang tugasnya
dan bidang lain yang terkait.
4) Bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam
melaksanakan tugas
5) Melaksanakan tugas secara berdayaguna dan berhasil guna.
6) Mempunyai kesegaran jasmani dan rohani yang baik.
Hasil kerja yang dicapai oleh seorang aparatur, yang menjalankan
tugas penuh tanggung jawab, dapat mempermudah arah penataan
organisasi pemerintahan. Akibatnya akan tercapai peningkatan kinerja
2.4 Pengertian Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Dalam peraturan pemerintah pada Undang-undang No. 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan yang dimaksud dengan
Administrasi kependudukan adalah :
”Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui program pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain ”. (UU No. 23 Tahun 2006 : 4).
Administrasi kependudukan berdasarkan Undang-Undang
tersebut merupakan rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil, pengelolaan informasi penduduk serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan
sektor lain. Sedangkan penduduk menurut Peraturan Daerah Kota Cimahi
No.4 Tahun 2010 ”adalah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang
masuk secara sah serta bertempat tinggal di wilayah Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan”(Perda/No.4/Ps 1/Thn2010) .
Penduduk adalah warga negara Indonesia atau orang asing yang
telah masuk secara sah sesuai dengan ketentuan untuk menjadi warga
negara dan bertempat tinggal di Indonesia untuk mengabdi kepada
bangsa dan negara. Penduduk merupakan modal dasar dalam
pembangunan, oleh karena itu setiap penduduk mempunyai hak untuk
1. pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil
2. dokumen kependudukan;
3. perlindungan atas data pribadi;
4. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
5. informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan
6. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat
penyalahgunaan data pribadi oleh Instansi Penyelenggara.
Pencatatan Sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cimahi Pasal
1 No.4 Tahun 2010 “adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami
oleh seseorang pada register catatan sipil oleh Instansi Penyelenggara”
(Perda/No.4/Ps 1/Thn2010).
kepemilikan Akta Kelahiran adalah hak setiap warganegara dan
negara melalui pegawai catatan sipilnya berkewajiban menjamin
terlaksananya hak tersebut. anak akan didaftarkan segera setelah
kelahiran dan sejak lahir berhak atas sebuah nama, berhak memperoleh
kewarganegaraan dan berhak mengetahui dan dipelihara oleh
orangtuanya. Merupakan kewajiban negaralah untuk menjamin
2.5 Pengertian Akta Kelahiran
Akta catatan sipil menurut Peraturan Daerah Kota Cimahi No.4
Tahun 2010 pasal 1 ”Akta Catatan Sipil adalah akta autentik yang
memuat catatan lengkap seseorang mengenai kelahiran, perkawinan,
perceraian, kematian, pengangkatan anak, pengakuan dan pengesahan
anak”(Perda/No.4/Ps 1/Tahun 2010).
Akta merupakan catatan pristiwa penting yang dibuat oleh pejabat
yang diberi wewenang menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
sebagai alat bukti autentik yang bisa dijadikan sebagai alat hukum.
Kutipan Akta adalah catatan pokok yang dikutip dari Akta Ctatan Spil dan merupakan alat bukti sah bagi diri yang bersangkutan maupun pihak lain mengenai kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, pengangkatan anak, pengakuan dan pengesahan anak, status kewarganegaraan, ganti nama dan pembatalan Akta.
(Perda/No.4/Ps 1/Tahun2010).
Kutipan akta merupakan salinan akta yang dibuat oleh petugas
yang berwenang yang akan diberikan kepada pemohon atau pelapor yang
telah mengajukan pembuatan akta kelahiran,perkawinan,perceraian dan
status kewarganegaraan sebagai alat bukti yang sah dalam
kewarganegaraannya.
Kelahiran Menurut Kasdu dalam bukunya yang berjudul Info
Lengkap Kehamilan dan Persalinan mengemukakan sebagai berikut :
“Kelahiran merupakan tiga tahap yang harus dilalui, diawali dengan dari
mulainya pembukaan jalan lahir, keluarnya kepala janin, sampai keluarnya
Berdasarkan pendapat di atas kelahiran merupakan keluar atau
lahirnya seorang anak yang diawali dengan pembukaan jalan lahir
kemudian keluarnya kepala anak atau bayi sampai keluarnya ari-ari bayi
tersebut.
Akta kelahiran merupakan salah satu bukti kewarganegaraan
seseorang. Adapun pengertian Akta kelahiran menurut Darpan
Ariawinagun yaitu :
Akta Kelahiran adalah sebuah akta yang dikeluarkan negara melalui pejabat yang berwenang yang berisi identitas anak yang dilahirkan, yaitu nama, tanggal lahir, nama orang tua serta tanda tangan pejabat yang berwenang”(Ariawinagun, 2003:9)
Akta kelahiran merupakan catatan otentik yang dibuat oleh pegawai
catatan sipil selaku pejabat yang berewenang berupa catatan resmi
tentang tempat dan waktu kelahiran anak, nama anak dan nama orang tua
anak secara lengkap dan jelas, yang dilegalkan dengan memberikan tanda
tangan dari pejabat yang berwenang dengan tujuan untuk memperoleh
status kewarganegaraan anak.
Dalam UU No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (ADMINDUK) di disebutkan bahwa:
1) Jika selama 60 (enam puluh) hari sejak terjadi peristiwa kelahiran,
namun anda belum mencatatkan peristiwa tersebut maka anda akan
diberi batas waktu toleransi sampai dengan 1 (satu) tahun sejak
tanggal kelahiran, pencatatan tersebut dilaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.
2) Sedangkan pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1
(satu) tahun, dapat dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan
negeri tempat peristiwa kelahiran.(Pasal 32 ayat 2)
3) Pencatatan peristiwa kelahiran yang terjadi diluar wilayah Republik
Indonesia wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang bersangkutan
kembali ke Indonesia. (Pasal 29)
4) Pencatatan peristiwa kelahiran yang terjadi di atas kapal laut atau
pesawat terbang wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara
42 BAB III
OBJEK LAPORAN KKL
3.1 Gambaran Umum Kota Cimahi 3.1.1 Sejarah Kota Cimahi
Cimahi mulai dikenal pada tahun 1811, Gubernur Jendral Willem
Daendels membuat jalan Anyer-Panarukan, dengan dibuatnya pos
penjagaan (loJi) di Alun-alun Cimahi sekarang. Tahun 1874-1893,
dilaksanakan pembuatan jalan kereta api Bandung-Cianjur sekaligus
pembuatan stasiun kereta api Cimahi.Tahun 1886 dimulainya
pembangunan pusat pendidikan militer dan fasilitas lainnya (RS Dustira,
rumah tahanan militer, dll). Tahun 1935, Cimahi menjadi kecamatan
(lampiran staat blad tahun 1935). Tahun 1962 dibentuk setingkat
kewedanaan, meliputi 4 kecamatan : Cimahi, Padalarang, Batujajar dan
Cipatat. Tahun 1975, ditingkatkan menjadi kota administratip (pp no. 29
tahun 1975), diresmikannya pada tanggal 29 Januari 1976, merupakan
Kotif pertama di Jawa Barat dan ketiga di Indonesia. Tahun 2001
ditingkatkan statusnya menjadi kota otonom.
Cimahi yang berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah
Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya
maka berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi Daerah dan Peraturan
Administratif, Cimahi dapat ditingkatkan statusnya dari Kecamatan
menjadi Kota Administratif yang berada di wilayah Kabupaten Bandung
yang dipimpin oleh Walikota Administratif yang bertanggungjawab kepada
Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bandung. Kota Administratif Cimahi
dengan luas wilayah keselurahan mencapai 4.025,73 Ha, yang
merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Utara sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi
Jawa Barat.
Cimahi telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya
dibidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk,
yang pada tahun 1990 berjumlah 290.202 jiwa dan pada tahu 2000
meningkat menjadi 352.005 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2,12 %
per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan
Wewenang kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat
diperlukan adanya peningkatan dibidang penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan dalam
rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di
wilayah Cimahi.Kota Administratif Cimahi, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1975 tentang Pembentukan Kota
Secara Geografis wilayah Kota Administratif Cimahi mempunyai
kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari
segi potensi, industri dan perdagangan, perhubungan serta pendidikan.
Kota Administratif mempunyai prospek yang baik bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat berdasarkan hal tersebut di atas dan
memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang.
Wilayah Kota Administratif Cimahi yang meliputi Kecamatan Cimahi
Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan, perlu
dibentuk menjadi Kota Cimahi sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Republik Indonesia nomor 9 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Cimahi.
Pada tanggal 21 juni 2001 dibentuklah Kota Cimahi yang disahkan
oleh Menteri Dalam Negeri dengan melalui proses penelitian dari lima
perguruan tinggi negeri dan swasta yaitu Universitas Padjadjaran (Unpad),
Institut Tekhnologi Bandung (ITB), Sekolah Tinggi Pemerintah Dalam
Negeri (STPDN ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas
Jend. Ahmad Yani (Unjani). Dimana proses tersebut meneliti tentang
persyaratan Daerah Otonom yaitu luas wilayah, Pendapatan Asli Daerah
(PAD), jumlah penduduk serta kehidupan sosial politik ekonomi dan
budaya.
Kota Cimahi adalah Daerah Otonom yang berwenang mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
Republik Indonesia, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah..
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Thn. 2001 tentang
Pembentukan Kota Cimahi, maka pada 21 Juni 2001 dibentuklah Kota
Cimahi yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri. Melalui proses
penelitian, tentang persyaratan Daerah Otonom yang berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sendiri berasaskan
desentralisasi tentang aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan kesesuaian dengan Undang-Undang No. 32 Thn.
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan penyempurnaan
dari Undang-Undang No. 22 Thn. 1999.
Kewenangan Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom mencakup
seluruh kewenangan di bidang pemerintahan, termasuk kewenangan
wajib yaitu pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayan,
perhubungan, industri, perdagangan, penanaman modal, lingkungan
hidup serta kewenangan di bidang lainnya sesuai dengan Peraturan
Daerah No. 1 Thn. 2003 tentang Kewenangan Kota Cimahi sebagai
Daerah Otonom.
Sejak terbentuknya Kota Cimahi, keberadaannya telah
menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat, sehingga
menuntut pengelolaan serta pengendalian urusan bidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan yang lebih cepat dan terarah,
Pembangunan Kota Cimahi tersebut ditandai dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan ekonomi
masyarakat, besarnya potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta
suasana kondusif dari masyarakat Kota Cimahi.
3.1.2 Letak Geografis Kota Cimahi
Kota Cimahi yang secara geografis berbatasan langsung dengan
pusat ibu kota Provinsi Jawa Barat serta memliki fungsi sebagai pusat
pertumbuhan regional Bandung Raya sangat terpengaruhi oleh setiap
perkembangan yang terjadi di Kota Bandung sehingga hal tersebut
menyebabkan tingginya arus pergerakan dari maupun ke Cimahi. Guna
memahami mengapa, bagaimana dan dimana Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Cimahi melaksanakan fungsinya, perlu membahas
kondisi lingkungan di Kota Cimahi sebagai berikut :
Kota Cimahi secara geografis, terletak pada koordinat 1060 40” BT dan 60
55” LS, denagan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : KecamatanParongpong, Kecamatan Cisarua,
dan Kecamatan Ngamprah ( Kab Bandung
Barat ).
2. Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi,
Kecamatan Cicendo, dan Kecamatan Andir
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Marga Asih ( Kab Bandung ) dan
Kecamatan Bandung Kulon (Kota Bandung ).
4. Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang dan Kecamatan
Batujajar ( Kab Bandung Barat ).
Luas wilayah Kota Cimahi seluruhnya adalah 4.025,73 Ha, yang
secara administrasi terdiri atas 3 Kecamatan dan 15 kelurahan, dengan
topografi wilayah merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah
selatan.
3.1.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kota Cimahi
Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu faktor terpenting dalam
pelaksanaan pembangunan Nasional, khususnya dalam penyelesaian
beban tugas negara serta dalam pelaksanaan penyelenggaraan tugas
pemerintahan. Untuk menjamin penyelenggaran tersebut sangatlah
diperlukan para Pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur dan
adil melalui pembinaan pegawai yang dilaksanakan berdasarkan sistem
dan mekanisme prestasi kerja dan karir yang dititikberatkan pada prestasi
kerja, sehingga peranaannya akan sangat membantu dalam penyelesaian
seluruh tugas Pemerintahan.
Menurut UU No.08 tahun 1974 tentang pokok- pokok kepegawaian,
Pegawai Negeri Sipil adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat
berlaku dan dipekerjakan dalam suatu Jabatan Negeri atau Badan Negara
yang berwenang.
Berdasarkan data yang diperoleh Jumlah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Daerah di Kota Cimahi pada tahun 2011 adalah sebanyak 5709
orang. Jumlah tersebut terdiri atas Golongan I sebanyak 148 orang,
golongan II sebanyak 1.208 orang, golongan III sebanyak 2.207 orang dan
golongan IV sebanyak 2.146 orang. Jika dirinci menurut usia jumlah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Daerah di Kota Cimahi yang terbanyak adalah
pada usia 41 – 45 tahun yaitu sebanyak 1.397 orang dan yang paling
sedikit adalah pada usia 19 – 25 tahun hanya berjumlah 97 orang.
3.1.4 Keadaan Kependudukan Kota Cimahi
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang meliputi segala
aspek kehidupan, pemerintah pusat maupun daerah dituntut untuk
menjadikan masyarakatnya sebagai bagian dari proses tersebut.
Keberhasilan penyelenggaran pemerintahan tidak terlepas dari adanya
partisipasi dari masyarakat atau penduduk daerah yang bersangkutan.
Salah satu wujud dari rasa tanggung jawabnya adalah dengan adanya
sikap yang mendukung terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Kota
Cimahi sebagai bagian dari Pemerintah daerah harus mampu memberikan
perhatian khusus terhadap penduduknya, baik dari segi pelayanan
maupun dari segi pemberdayaan yang dapat menunjang kehidupan
3.2 Gambaran Umum Disdukcapil Kota Cimahi 3.2.1 Sejarah Singkat Disdukcapil Kota Cimahi
Disdukcapil Kota Cimahi yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Kota Cimahi
merupakan dinas teknis yang melaksanakan sebagian kewenangan
pemerintah daerah dalam bidang Kependudukan, Pencatatan Sipil dan
Sosial.
3.2.2 Visi dan Misi Dinas Disdukcapil Kota Cimahi
Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cimahi
adalah sebagai berikut :
3.2.2.1 Visi Dinas Disdukcapil Kota Cimahi
Sejalan dengan Visi Kota Cimahi, Dinas Kependudukan Pencatatan
Sipil Sosial dan Tenaga Kerja Kota Cimahi mempunyai Visi Dinas yaitu
“Terwujudnya Penduduk yang teridentitas, masyarakat yang sejahtera
yang berbasis informasi dan teknologi“.
3.2.2.2 Misi Dinas Disdukcapil Kota Cimahi
Dalam mewujudkan Visi Dinas tersebut, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Cimahi mempunyai 5 (lima) Misi Dinas yaitu :
2. Meningkatkan pelayanan di bidang Pencatatan Sipil
3. Meningkatkan pelayanan di bidang Informasi Data dan
Kependudukan.
4. Meningkatkan kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana.
5. Meningkatkan Pelayanan e-KTP.
Sesuai dengan Misi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,
sasaran yang akan dicapai pada Tahun Anggaran 2011 adalah:
1. Meningkatkan Pemerataan penyebaran penduduk dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
2. Mewujudkan database kependudukan yang tepat, akurat dan up to
date.
3. Meningkatkan kesadaran kepemilikan bukti identitas
kependudukan.
4. Meningkatkan kesadaran dan kepemilikan bukti hukum
kependudukan masyarakat Kota Cimahi.
5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan sosial.
6. Meningkatkan rehabilitas dana kesejahteraan sosial.
7. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat baik melalui
3.2.3 Struktur Organisasi Disdukcapil Kota Cimahi
Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Sosial
Kota Cimahi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 dapat
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Disdukcapil Kota Cimahi
Sumber: Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 2 Tahun 2011, tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Dinas Daerah Kota Cimahi. KEPALA
Erick Yudha Bhuan., SE., M.Si
SEKERTARIAT
Drs. Wawan Suryawan
SUB BAGIAN PROGRAM DAN
PELAPORAN Agus Hapriyadi, ST
SUB BAGIAN KEUANGAN
Sri Surya Ekawati, SE
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN Isnendi, S.Sos BIDANG KEPENDUDUKAN Drs. Herry Zainy, MM
BIDANG PENCATATAN SIPIL
Drs. Heri Herdiani
BIDANG DATA DAN INFORMASI
Drs. Toto Suharto
UPTD SEKSI PENGENDALIAN
MIGRASI DAN URBANISASI
Deden Rachmat, S.Sos. SEKSI PENDAFTARAN PENDUDUK Yulianty, S.Sos. SEKSI PENCATATAN PERKAWINAN, PERCERAIAN, PENGAKUAN
DAN PENGESAHAN ANAK Sopandi, Sh SEKSI PENCATATAN
KELAHIRAN DAN KEMATIAN Rita Surhayati, S.S.os.
SEKSI PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN DATA
KEPENDUDUKAN
M.Nur Efendy Ap,Msi. SEKSI SISTEM INFORMASI
KEPENDUDUKAN Wawan Haryana, S.Sos. KELOMPOK
Disdukcapil Kota Cimahi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 terdiri dari 1 orang Kepala Dinas, 1 orang
Sekretariat, 3 orang Sub Bagian, 3 orang Kepala Bidang, dan 6 orang
Kepala Seksi dengan susunan sebagai berikut:
1. Kepala Dinas : Erik Yudha Bhuana, SE ,MSI
2. Sekretaris : Drs Wawan Suryawan Sekretaris membawahi :
a. Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan.
Agus Hapriyadi
b. Kepala Sub Bagian Keuangan
Sri Surya Ekawati, SE
c. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Isnendi S.SOS
3. Kepala Bidang Kependudukan : Drs.Herry Zainy. Z,MM
Kepala Bidang Kependudukan membawahi :
a. Kepala Seksi Pendaftaran Kependudukan.
Yulianty S.SOS
b. Kepala Seksi Pengendalian Migrasi dan Urbanisasi.
Deden Rahmat
a. Kepala Seksi Pencatatan Kelahiran dan Kematian.
Rita Suharyanti S.SOS
b. Seksi Pencatatan Perkawinan, Perceraian, Pengakuan dan Pengesahan Anak.
Sopandi , SH
5. Kepala Bidang Data dan Informasi: Drs.Toto Suharto
Kepala Bidang Data dan Informasi membawahi :
a. Kepala Seksi Sistim Inforamasi Kependudukan.
Wawan Heryana S.SOS
b. Kepala Seksi Pengolahan dan Penyimpanan Data Kependudukan.
Muhammad Nur Efendi AP , MSI
3.2.4 Deskripsi Tugas Disdukcapil Kota Cimahi
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 2 Tahun
2011 tentang Dinas Daerah Kota Cimahi, mempunyai tugas pokok dan
fungsi sebagai berikut:
a. Tugas Pokok
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah, yaitu di bidang
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas,
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kependudukan dan
Pencatatan Sipil.
2. Penyelenggaraan sebagai urusan pemerintahan dalam
pelayanan umum di bidang Kependudukan dan Catatan Sipil.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Kependudukan dan
Catatan Sipil meliputi Kependudukan, Pencatatan Sipil serta
Data dan Informasi Kependudukan.
4. Pelaksanaan urusan kesekretariatan.
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.
Adapun deskripsi tugas dari 1 orang Kepala Dinas, 1 orang
Sekretariat, 3
orang Kepala Bidang.
1. Deskripsi Tugas Kepala Dinas Adalah Sebagai Berikut :
Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Sosial dan Tenaga Kerja
mempu