• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING KELAPA PARUT

(DESICCATED COCONUT)

SKRIPSI

OLEH :

KARTEN MALAU 100308068

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING KELAPA PARUT

(DESICCATED COCONUT)

SKRIPSI

OLEH :

KARTEN MALAU

100308068/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Program Studi keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si Achwil Putra Munir, STP, M.Si Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

KARTEN MALAU : Rancang bangun alat pengering kalapa parut, dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Tanaman kelapa merupakan tanaman serba guna, yang keseluruhan bagiannya dapat dimanfaatkan manusia untuk menghasilkan keuntungan. Salah satu pemanfaatannya adalah daging buah diparut kemudian dikeringkan untuk menghindari perkembangan bakteri dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan roti, biskuit, permen, diambil santannya dan bahan pembuatan tepung kelapa. Untuk itu penulis membuat alat Pengering Kelapa Parut. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan cara studi literatur, pembuatan alat, pengujian alat dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati adalah kapasitas alat, analisis ekonomi, break event point, net present value, internal rate of return. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas alat 0,67kg/jam, biaya pokok Rp. 15.391,36 pada tahun ke-1, Rp. 13.739,39 pada tahun ke-2, Rp. 13.189,49 pada tahun ke-3, Rp. 12.915,02 pada tahun ke-4, dan Rp. 12.750,68 pada tahun ke-5, break event point 752,21 kg/tahun pada tahun ke-1, 405 kg/tahun pada tahun ke-2, 290 kg/tahun pada tahun ke-3, 232,52 kg/tahun pada tahun ke-4, dan 198,03 kg/tahun pada tahun ke-5, net present value

Rp. 118.963.293,2, internal rate of return 43,56%, berarti alat ini layak untuk dijalankan.

kata kunci: alat pengering, daging buah kelapa, kelapa parut kering.

ABSTRAK

Karten Malau: Design and construction of grated coconut drier, supervised by: Lukman Adlin Harahap and Achwil Purta Munir.

Coconut is one of multifuction plant, every parted of it was usefu. One of its usage is fruit flesh grating and thendrying to avoid bacteria’s growth, so it can be used to prepair bread, biscuit, candy, taking the coconut milk and ingredient of coconut flour. Therefore, the writer was design and construction. This research has been done since April to August 2014 in Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan by literature study, construct testing and observing the equipment. The parameters observed were effective capacity, tested of the equipment, analyzed the economic value. Based on this research it was summarized that the effective capacity of the equipment was 0,67 kg/hour, basic costs were Rp.15.391,36 for the first year, Rp. 13.739,39 for the second year, Rp. 13.189,49 for the third year, Rp. 12.915,02 for the fourth year and Rp. 12.750,65 for the fifth year, break event point was 752,21 kg/year for the first year, 405 kg/year for the second year, 290 kg/year for the third year, 232,52 kg/year for the fourth year and 198,03 kg/year for the fifth year, net present value was Rp. 118,963.293,2, internal rate of return was 43,56%, its mean that this equipment was worthy to made.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Karten Malau dilahirkan di Simallopuk, pada tanggal 15 Desember 1990

dari ayah alm. Saudin Malau dan ibu alm. Masnur Sinaga. Penulis merupakan

anak kelima dari tujuh bersaudara.

Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Parbuluan dan tahun

2010 masuk ke Fakultas Pertanian USU melaluli jalur Mandiri. Penulis memilih

Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai anggota, IMK (Ikatan

Mahasiswa Katolik) St. Fransiskus Xaverius FP USU sebagai sekretaris pada

masa jabatan 2012/2013, dan KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) St. Albertus

Magnus USU sebagai anggota. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten

Laboratorium Mesin dan Peralatam pada tahun 2012/2013.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa

Sawit di PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II) Sawit Seberang, Kab. Langkat

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Rancang Bangun Alat Pengering Kelapa Parut

(Desiccated Coconut)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan

penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan

kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si., selaku anggota komisi

pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2014

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Sejarah Kelapa ... 5

Botani Kelapa ... 5

Bagian - Bagian Tanaman Kelapa dan Kegunaannya ... 6

Kondisi Perkelapaan di Indonesia ... 7

Pengeringan Bahan Pangan ... 8

Kelapa Parut Kering ... 10

Peranan Mekanisasi Pertanian... 14

Elemen Mesin ... 15

Mekanisme Pembuatan Alat ... 21

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 21

Analisis Ekonomi ... 22

Biaya pemakaian alat ... 22

Break even point ... 24

Net present value ... 26

Internal rate of return ... 27

BAHAN DAN METODE ... 28

Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

Bahan dan Alat ... 28

Metode Penelitian ... 28

Prosedur Penelitian ... 30

Persiapan ... 30

Pembuatan alat ... 31

Pengujian alat ... 31

Parameter yang Diamati ... 32

(7)

Break even point ... 34

Net present value ... 34

Internal rate of return ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

Alat Pengering Kelapa Parut ... 35

Proses Pengeringan ... 39

Kapasitas Efektif Alat ... 39

Analisis Ekonomi ... 41

Biaya Pengeringan Kelapa Parut ... 41

Net Present Value ... 44

Internal Rate of Return ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

Kesimpulan ... 45

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(8)

DAFTAR TABEL

1. Spesifikasi kelapa parut kering (desiccated coconut). ... 11

2. Data hasil pengeringan kelapa parut kering (desiccated coconut). ... 40

3. Biaya pokok pengeringan kelapa parut ... 42

(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik biaya pokok pengeringan kelapa parut ... 42

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Flowchart penelitian ... 48

2. Perhitungan alat... 50

3. Spesifikasi alat ... 51

4. Analisis ekonomi... 52

5. Break event point ... 55

6. Net present value ... 56

7. Internal rate of return ... 58

8. Gambar teknik alat ... 60

9. Diagram kontrol alat ... 64

10. Gambar kelapa parut ... 65

(11)

ABSTRAK

KARTEN MALAU : Rancang bangun alat pengering kalapa parut, dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Tanaman kelapa merupakan tanaman serba guna, yang keseluruhan bagiannya dapat dimanfaatkan manusia untuk menghasilkan keuntungan. Salah satu pemanfaatannya adalah daging buah diparut kemudian dikeringkan untuk menghindari perkembangan bakteri dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan roti, biskuit, permen, diambil santannya dan bahan pembuatan tepung kelapa. Untuk itu penulis membuat alat Pengering Kelapa Parut. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan cara studi literatur, pembuatan alat, pengujian alat dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati adalah kapasitas alat, analisis ekonomi, break event point, net present value, internal rate of return. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas alat 0,67kg/jam, biaya pokok Rp. 15.391,36 pada tahun ke-1, Rp. 13.739,39 pada tahun ke-2, Rp. 13.189,49 pada tahun ke-3, Rp. 12.915,02 pada tahun ke-4, dan Rp. 12.750,68 pada tahun ke-5, break event point 752,21 kg/tahun pada tahun ke-1, 405 kg/tahun pada tahun ke-2, 290 kg/tahun pada tahun ke-3, 232,52 kg/tahun pada tahun ke-4, dan 198,03 kg/tahun pada tahun ke-5, net present value

Rp. 118.963.293,2, internal rate of return 43,56%, berarti alat ini layak untuk dijalankan.

kata kunci: alat pengering, daging buah kelapa, kelapa parut kering.

ABSTRAK

Karten Malau: Design and construction of grated coconut drier, supervised by: Lukman Adlin Harahap and Achwil Purta Munir.

Coconut is one of multifuction plant, every parted of it was usefu. One of its usage is fruit flesh grating and thendrying to avoid bacteria’s growth, so it can be used to prepair bread, biscuit, candy, taking the coconut milk and ingredient of coconut flour. Therefore, the writer was design and construction. This research has been done since April to August 2014 in Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan by literature study, construct testing and observing the equipment. The parameters observed were effective capacity, tested of the equipment, analyzed the economic value. Based on this research it was summarized that the effective capacity of the equipment was 0,67 kg/hour, basic costs were Rp.15.391,36 for the first year, Rp. 13.739,39 for the second year, Rp. 13.189,49 for the third year, Rp. 12.915,02 for the fourth year and Rp. 12.750,65 for the fifth year, break event point was 752,21 kg/year for the first year, 405 kg/year for the second year, 290 kg/year for the third year, 232,52 kg/year for the fourth year and 198,03 kg/year for the fifth year, net present value was Rp. 118,963.293,2, internal rate of return was 43,56%, its mean that this equipment was worthy to made.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia akan selalu memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan tidak hanya

menyangkut kebutuhan pokok atau primer, tetapi juga kebutuhan lain yang

dinamakan kebutuhan sekunder. Semakin lama kebutuhan ini semakin meningkat

dan bervariasi sejalan dengan perkembangan zaman. Itulah sebabnya manusia

dituntut untuk selalu berusaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Salah

satu usahanya adalah mengembangkan perekonomiannya dengan cara berproduksi

yang erat hubungannya dengan distribusi sebagai tindak lanjut dari produksi

tersebut. Di dalam berproduksi dan mendistribusikan hasil tersebut, manusia

membutuhkan seperangkat alat mulai dari yang sederhana hingga peralatan yang

modern.

Produksi mencakup setiap usaha manusia untuk menambah mempertinggi

atau mengadakan nilai atas barang dan jasa, hingga barang-barang itu berfaedah

bagi manusia. Atau dengan perkataan lain: usaha orang yang akhirnya dapat

menanmbah faedah dari barang. Sedangkan alat produksi dapat dikategorikan

sebagai barang produksi yakni barang yang dipergunakan untuk menghasilkan

barang lain yang lebih berguna. Jadi dalam hal ini barang produksi tidak langsung

untuk komsumsi, melainkan dipergunakan sebagai sarana dalam melaksanakan

atau memperlancar proses produksi (Depdikbud, 1991).

Seperti halnya negara-negara di Samudera Pasifik, Indonesia merupakan

penghasil kelapa utama di dunia. Hal ini memungkinkan karena tanaman kelapa

(13)

kawasan pantai. Disebut pohon kehidupan karena seluruh bagian tanamannya

sangat bermamfaat bagi manusia. Buah kelapa yang terdiri atas sabut kelapa,

tempurung, daging buah dan air kelapa tidak ada yang terbuang dan dapat

dimamfaatkan untuk menghasilkan produk industri, antara lain sabut kelapa dapat

dibuat coir fibre, keset, sapu dan matras (Sukamto, 2001).

Tanaman kelapa merupakan salah satu penghasil bahan makanan yang

sangat penting dalam kehidupan rakyat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

kenyataan bahwa 75% dari minyak nabati dan 8% dari komsumsi protein

bersumber dari kelapa. Selain itu tanaman kelapa merupakan tanaman serba guna,

yang keseluruhan bagiannya dapat dimamfaatkan bagi kehidupan manusia dan

menghasilkan keuntungan (Palungkun, 2001).

Salah satu pemamfaatan buah kelapa adalah daging buah kelapa atau

kopra dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dengan menggunakan alat pemarut

mekanis yang sudah ada kemudian dikeringkan segera untuk menghindari

perkembangan bakteri pada kelapa parut. Kelapa parut yang sudah dikeringkan

dapat dimamfaatkan untuk pembuatan roti, permen, biskuit, manisan ataupun

dapat diambil santannya dan bahan pembuatan tepung kelapa.

Jenis-jenis pengeringan meliputi penjemuran, pengeringan matahari,

pengeringan udara panas, pengeringan kabinet, pengeringan terowongan,

pengeringan ban berjalan, pengeringan semprot, pengeringan drum, pengeringan

vakum, pengeringan beku, pengeringan gelombang mikro dan vakum gelombang

(14)

Pada pengeringan rotari (drum drying) dapat diproses berbagai jenis

produk butiran dengan bentuk, ukuran dan distribusi yang beragam, melalui

perancangan yang tepat terhadap pengambang (flights) dan pengangkat (lifters)

internalnya. Bagian-bagian internal khusus sering dibutuhkan bagi bahan yang

cenderung membentuk gumpalan besar dan harus dipecahkan untuk menghindari

masalah pada tahap akhir pengeringan. Bahan diangkat ke bagian atas drum oleh

pengangkat dan mencurahkannya seperti air terjun. Proses pindah panas dan

massa terutama berlangsung selama pengangkutan partikel dari atas ke bawah

secara gravitasi di dalam drum. Media pengering bergerak pada arah berlawanan

dengan arah jatuhnya partikel. Jelasnya, partikel dengan laju akhir dibawah laju

aliran gas yang berlawanan akan terkumpul pada peralatan pembersih gas. Aksi

gelombang tersebut dapat menyebabkan keausan yang parah pada bahan yang

ringkih, terutama bila diameter drum sangat besar (Devahastin, 2001).

Alat yang akan digunakan penulis dalam mengeringkan kelapa parut ini

adalah berbentuk tabung silinder. Dalam pengeringan tabung silinder, bahan

pangan dimasukkan melalui hopper dan dikeringkan oleh heater yang dipasang

pada permukaan tabung silinder. Tabung silinder dalam keadaan statis dan di

dalam tabung dibuat as pengaduk berputar yang bertujuan mengaduk dan

mencampur kelapa supaya dalam kering merata. Pengeringan di dalam tabung

silinder menggunakan aliran panas konduksi yaitu pengeringan yang terjadi akibat

kontak bahan dengan dinding tabung silinder yang dialirkan melalui media yang

berupa logam stainless steel.

Dalam pengeringan menggunakan alat ini, bahan kelapa parut yang akan

(15)

dikeringkan menggunakan pemanas elektrik (heater) dengan suhu dan lama

pengeringan tertentu. Selanjutnya bahan kelapa parut yang sudah dikeringkan

dikeluarkan melalui saluran pengeluaran alat dan ditampung dengan wadah

penampung, dimana hasil kelapa parut kering yang dihasilkan memiliki warna

putih dan aroma khas kelapa.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat dan menguji alat

pengering kelapa parut (desiccated coconut) dengan menggunakan kelapa parut

sebagai bahan bakunya.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi

Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai bahan pendukung untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai alat pengering kelapa parut (desiccated coconut).

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Kelapa

Tanaman kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis dan dapat

ditemukan di seluruh wilayah Indonesia mulai daerah pesisir pantai hingga daerah

pegunungan yang agak tinggi. Bagi rakyat Indonesia kelapa merupakan salah satu

komoditas terpenting sesudah padi dan merupakan sumber pendapatan yang dapat

diandalkan dari pemamfaatan tanah pekarangan. Tanaman kelapa diperkirakan

berasal dari Amerika Selatan. Tanaman kelapa telah dibudidayakan di sekitar

Lembah Andes di Kolumbia, Amerika Selatan sejak ribuan tahun sebelum masehi.

Catatan lain menyatakan bahwa tanaman kelapa berawal dari kawasan Asia

Selatan atau Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat. Selanjutnya, tanaman kelapa

menyebar dari pantai yang satu ke pantai yang lain. Cara penyebaran buah kelapa

bisa melalui aliran sungai dan lautan, atau dibawa oleh para awak kapal yang

sedang berlabuh dari pantai yang satu ke pantai yang lain (Warisno, 1998).

Botani Kelapa

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa di golongkan menjadi :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

(17)

Penggolongan varietas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan-perbedaan

umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat

khusus yang lain (Suhardiman, 1999).

Bagian - Bagian Tanaman Kelapa dan Kegunaannya

Kelapa merupakan salah satu anggota keluarga Palmae. Kelapa dikenal

sebagai tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman ini bermamfaat bagi

kehidupan manusia. Berikut adalah bagian-bagian dan kegunaan dari tanaman

kelapa

1. Batang

Batang kelapa yang sudah tua dapat digunakan untuk bahan bangunan,

jembatan, kerangka papan perahu, atau kayu bakar. Agar dapat digunakan

sebagai bahan bangunan, batang kelapa dibelah dulu menjadi beberapa

bagian. Kemudian dihaluskan menyerupai balok-balok atau silinder.

2. Daun

Daun-daun yang mudah kering dipakai sebagai hiasan janur atau bungkus

ketupat, sedangkan daun yang tua dijadikan atap, lidinya untuk sapu, tusuk

sate, dan lain-lain.

3. Buah

Buah kelapa terdiri atas:

-sabut kelapa yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, seperti:

karpet, sikat, keset, bahan pengisi jok mobil, tali dan lain-lain selain itu

sabut kalapa dapat dimamfaatkan juga sebagai pupuk dengan cara

(18)

-tempurung kelapa dapat dimamfaatkan untuk berbagai industri seperti:

arang tempurung dan karbon aktif yang berfungsi untuk mengabsorbsi

gas dan uap.

-daging buah dapat diolah untuk keperluan rumah tangga, seperti bumbu

dapur, santan, kopra, minyak kelapa dan parut kering.

-air kelapa dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Selain sebagai

penyegar tenggorokan, juga dapat diolah menjadi sirup, nata de coco,

dan lain-lain.

(Piggot, 1964).

Kondisi Perkelapaan di Indonesia

Tanaman kelapa bagi Indonesia merupakan tanaman yang sangat penting,

karena taman ini sangat bermamfaat dalam kehidupan sehari-hari, menjadi salah

satu komoditif usaha tani rakyat, dan merupakan komoditi ekspor. Dengan luas

pertanaman yang meliputi 2,5 juta hektar, diperkirakan tidak kurang dari 1,2 juta

keluarga petani memperoleh pendapatan utamanya dari usaha tani kelapa.

Walaupun demikian, posisi Indonesia yang secara tradisional menjadi produsen

kopra, minyak dan bungkil, dewasa ini tengah mengalami kemunduran. Dengan

produksinya yang rata-rata 0,624 ton/hektar/tahun ekuivalen kopra,

mengakibatkan realisasi ekspor komoditi ini terus menurun dari tahun ke tahun

(Setyamidjaja, 1991).

Saat ini kelapa diusahakan di seluruh provinsi di Indonesia. Bentuk dan

skala usaha taninya berbeda-beda, tergantung ketersediaan sumber daya dan

(19)

berkembang lebih dari 200%. Di tahun 1969 luas areal kelapa hanya seluas

1.680.536 ha. Namun, di tahun 1997 luasnya sudah menjadi 3.668.233 ha

sehingga Indonesia merupakan negara yang memiliki areal kelapa terluas di dunia.

Hal ini berarti sepertiga areal kelapa dunia terdapat di Indonesia yang sebagian

besarnya terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu Jawa dan Bali, Sumatera, serta

Sulawesi.

Di indonesia, pengusahaan tanaman umumnya dilakukan di lahan sempit.

Sekitar 97% dari luas areal yang ada diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat

dengan sistem penanaman monokultur atau hanya di tanami kelapa saja.

Sementara usaha tani dengan sistem polikultur (beberapa jenis dalam satu areal)

dengan kelapa sebagai tanaman pokok belum sepenuhnya diterapkan sesuai

teknologi anjuran. Intensitas pemeliharaan dilakukan sangat minim dan umumnya

hanya berupa penyiangan gulma atau panen tanaman sela setiap 2 - 3 bulan sekali.

Usaha perbaikan kesuburan tanah di sekitar tanaman kelapa seperti pemupukan

belum memasyarakat (Sukamto, 2001).

Pengeringan Bahan Pangan

Pengeringan pangan berarti pemindahan air dengan sengaja dari bahan

pangan. Pengeringan berlangsung dengan penguapan air yang terdapat di dalam

bahan pangan dan untuk ini panas laten penguapan harus diberikan. Pengeringan

pangan merupakan suatu metoda pengawetan. Pangan kering dapat disimpan

untuk waktu yang lama mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan oleh karena

jasat renik yang dapat membusukkan dan memecahkan pangan tidak dapat

(20)

enzim yang dapat menyebabkan perubahan kimia yang tidak dikehendaki, tidak

dapat berfungsi tanpa adanya air (Earle, 1969).

Bahan pangan kering matahari dan kering buatan adalah lebih pekat

daripada setiap bentuk bahan pangan awetan yang lain. Dalam bahan pangan

kering biaya produksinya lebih murah, diperlukan tenaga yang lebih sedikit,

peralatan pengolahan terbatas, kebutuhan penyimpanan untuk bahan pangan

kering minimal, dan besarnya biaya distribusi berkurang (Desrosier, 1988).

Mesin pengering yang sederhana terdiri atas satuan baling-baling kipas

angin, satuan alat pemanas, satuan alat pengering, dan satuan motor penggerak.

Ada mesin penggerak yang bekerja secara terus-menerus dan ada pula yang

terputus-putus; sedangkan kontak panas dengan bahan yang dikeringkan dapat

secara langsung (konduksi) atau tidak langsung (konveksi)

(Hardjosentono, dkk, 1990).

Dalam pengeringan dengan cara konduksi, panas dipindahkan dari

permukaan yang panas ke bahan yang akan dikeringkan. Panas ini melengkapi

panas laten penguapan air, dan pengeringan berlangsung bebas dari udara.

Keseimbangan panas tercipta antara perpindahan panas ke dalam bahan pangan

dan panas hilang oleh penguapan air serta oleh konveksi dan konduksi ke udara

(Earle, 1969).

Informasi kuantitatif berikut, sekurang-kurangnya dalam menentukan

mesin pengering yang sesuai:

a. Kapasitas mesin pengering : mode produksi bahan umpan

(21)

b. Sifat fisik, kimia dan biokimia bahan umpan basah serta spesifikasi

hasil bahan yang diinginkan ; keragaman karakteristik umpan yang

diharapkan

c. Operasi pengolahan hulu dan hilir

d. Kadar air umpan dan hasil pengeringan

e. Kinetika pengeringan ; isotermi sorpsi padatan basah

f. Parameter mutu ; (fisik, kimia, biokimia)

g. Aspek keamanan, misal kebakaran, ledakan, dan keracunan

h. Nilai produk

i. Kebutuhan akan kendali otomatis

j. Sifat keracunan produk

k. Rasio pengembalian modal, kelenturan dalam kebutuhan kapasitas

l. Jenis dan biaya bahan bakar, biaya listrik

m. Peraturan lingkungan

n. Ruang dalam pabrik

(Devahastin, 2001).

Kelapa Parut Kering

Kelapa parut kering (dessicated coconut) merupakan salah satu

pemanfaatan buah kelapa, dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut

kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih (Buda, 1981).

Sebenarnya produk kelapa parut kering sudah lama digunakan oleh konsumsen di

Indonesia. Mengingat Indonesia memiliki sumber daya tanaman kelapa yang

melimpah, maka produk kelapa parut kering akan menjadi peluang bagi

(22)

Warna kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dengan

aroma atau rasa yang tidak berubah sehingga nantinya dalam pemanfaatannya

dapat dihasilkan produk dengan kualitas yang baik (Grinwoods; 1985). Kelapa

parut kering sendiri bisa dimanfaatkan untuk pembuatan roti, biskuit, manisan

ataupun dapat diambil santannya. Kelapa parut kering (desiccated coconut)

berwarna putih, memiliki rasa dan bau khas kelapa. Penamaan produk desiccated

coconut berhubungan erat dengan ukuran partikel yaitu extra fine, fine

(macaroon), medium, coarse, shreds and treads dan sliced. Namun yang paling

umum diperdagangkan adalah medium, macaroon dan extra fine.

Tabel 1. Spesifikasi desiccated coconut

Woodroof, 1979 Banzon & Velasco,

1982 Anonim, 1999 Kadar Lemak

Kadar Asam lemak bebas Bakteri (Salmonella) Warna Sumber : Balai Penelitian Tanaman Palma

Proses pengolahan produk kelapa parut kering (desiccated coconut)

prinsipnya adalah mengeringkan daging buah kelapa pada kondisi yang sangat

higienis. Tahap-tahap pengolahan desiccated coconut meliputi seleksi bahan

baku, pengeluaran tempurung dan kulit ari, pencucian dan stabilisasi,

penggilingan/pemarutan, pengeringan, pendinginan dan pengemasan. Tahapan

pengolahan desiccated coconut diuraikan sebagai berikut :

1. Seleksi bahan baku

Seleksi bahan baku sangat penting untuk dilakukan, karena dalam

(23)

mutu produk akhir yang akan dihasilkan. Butiran kelapa tanpa sabut yang layak

dijadikan bahan baku berdiameter antara 11,5 – 13,5 cm dengan berat rata-rata

850 g/butir. Syarat bahan baku kelapa yang digunakan yaitu kelapa dalam umur

buah 10 bulan, segar dan tidak pecah. Apabila akan menggunakan kelapa Hibrida,

sebaiknya buah berumur 11 – 12 bulan, karena kalau umur buah 10 bulan

kandungan galaktomanan dan fosfolipida masih cukup tinggi sehingga akan

menghasilkan produk dengan warna kecoklatan dan agak menggumpal.

2. Pengeluaran tempurung dan kulit ari

Pengeluaran tempurung dan kulit ari dapat dilakukan secara manual

ataupun mekanis yang dijalankan oleh operator. Pada industri pengolahan

desiccated coconut pengeluaran tempurung biasanya dilakukan oleh tenaga kerja

pria menggunakan pisau khusus yang disebut shelling knife ataupun mesin

pengupas tempurung (shelling machine), sedangkan pengeluaran kulit ari (paring)

dilakukan oleh tenaga kerja wanita menggunakan pisau khusus yang disebut

paring knife. Pengeluaran tempurung dilakukan oleh tenaga kerja yang trampil

sehingga dapat diperoleh buah kelapa tanpa tempurung yang utuh/tidak pecah.

Selanjutnya paring yang dipisahkan dari daging buah kelapa dapat dimanfaatkan

untuk diolah menjadi minyak kelapa.

3. Pencucian dan stabilisasi

Pencucian dilakukan selama kurang lebih 5 menit dalam tangki yang telah

diberi klorin dengan kandungan 3 – 5 ppm khlor. Selanjutnya dilakukan stabilisasi

atau sulfurisasi. Stabilisasi dalam pengolahan desiccated coconut bertujuan untuk

(24)

mencegah pertumbuhan mikroba. Proses ini berperan untuk pemutihan produk

dan mencegah kerja enzim dalam bahan yang diproses. Stabilisasi daging buah

dapat dilakukan dengan menggunakan pengawet di antaranya sulfit dioksida dan

senyawa-senyawa sulfit seperti kalsium sulfit, natrium bisulfit, kalium bisulfit,

natrium metabisulfit dan kalium metabisulfit.

4. Penggilingan/pemarutan dan pengeringan

Penggilingan daging buah kelapa dilakukan sesuai ukuran partikel yang

diinginkan. Selanjutnya daging kelapa yang telah digiling dikeringkan. Agar

proses pengeringannya seragam, tebal lapisan berkisar 1.5 – 2.0 inci. Pengeringan

dilakukan secara bertahap dengan suhu menurun. Palungkun (2001) menyatakan

bahwa kadar air yang terbaik untuk kelapa parut kering adalah 1,8% dan masih

bisa ditoleransi ketika kadar air mencapai 3,65 %, lebih dari 3,65 % kondisi

kelapa parut kering sudah tidak baik lagi.

5. Pendinginan dan pengemasan

Pendinginan produk dilakukan agar desiccated coconut yang akan

dikemas mengandung uap air yang relatif kecil. Jika produk yang dikemas masih

mengandung uap air yang cukup besar, maka uap air akan diserap oleh produk

sehingga akan meningkatkan kadar air desiccated coconut. Kadar air yang tinggi

akan mempercepat kerusakan sehingga mempersingkat masa simpan produk.

Setelah proses pendinginan dilanjutkan dengan pengemasan. Pengemasan produk

akhir didisain sedemikian rupa agar produk yang dihasilkan higienis sehingga

akan memiliki masa simpan yang cukup lama.

(25)

Peranan Mekanisasi Pertanian

Ilmu mekanisasi pertanian adalah ilmu yang mempelajari penguasaan dan

pemamfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya kerja manusia

dalam bidang pertanian, demi untuk kesejahteraan manusia. Pengertian pertanian

dalam hal ini adalah pertanian dalam arti yang seluas-luasnya (Sukirno, 1999).

Peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia

adalah:

1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia

2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani

3. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi

4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani, yaitu dari tipe pertanian

untuk kebutuhan keluarga (subsistence farming) menjadi tipe pertanian

perusahaan (commercial farming)

5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari bersifat agraris

menjadi bersifat industri

(Hardjosentono, dkk, 1990).

Pemilihan tingkat teknologi alat dan mesin pertanian harus didasarkan

pada:

- Teknologi yang tepat guna, yang lebih sesuai dengan tingkat

perkembangan masyarakat dengan lebih baik menekankan kepada

appropriate technology

- Alat dan mesin pertanian yang dikembangkan harus dapat mendorong

terbentuknya industri pembuatan alat dan mesin pertanian dalam negeri

(26)

Elemen Mesin

Motor listrik

Motor listrik adalah mesin yang mengubah energy listrik menjadi energi

mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor

litrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk

menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas

angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996).

Tenaga listrik merupakan ubahan dari tenaga lain. Tenaga listrik melalui

motor listrik dapat menghasilkan tenaga listrik dapat menghasilkan tenaga

mekanik lainnya. Keuntungan penggunaan tenaga listrik antara lain:

a. Motor listrik konstruksinya sederhana dan kompak

b. Pengembalian tenaga listrik mudah terutama setelah listrik masuk desa

c. Membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang sederhana

d. Cara mengoprasikannya sangat mudah, yaitu hanya memutar kontak

e. Tidak menimbulkan suara, bersih

f. Menghasilkan tenaga yang halus dan seragam

g. Dapat menyesuaikan dengan beban

(Rizaldi, 2006).

Sabuk-V

Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.

Tenunan teteron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk

membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan di keliling alur puli yang

(27)

lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan

juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan

transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan

salah satu keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata

(Sularso dan Suga, 2004).

Pada perpindahan Sabuk, gerak putarnya dipindahkan dari puli sabuk yang

satu ke puli sabuk yang lain, supaya terdapat suatu gesekan yang cukup kuat

antara sabuk dan pulinya sabuknya dipasang sekencang- kencangya pada

puli-pulinya, atau diberi puli pengencang, tetapi pada sabuk bentuk V tidak perlu

dipasang sekencang sabuk rata (Daryanto, 2007).

Speed reducer

Speed reducer adalah jenis motor yang mempunyai reduksi yang besar.

Gearbox bersinggungan ke dalam motor, tetapi secara bersamaan rangkaian ini

mengurangi kecepatan keluaran (output speed).

Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini

perbandingan speedreducer putarannya dapat cukup tinggi.

i = �1 �2

dimana:

i = perbandingan reduksi

N1 = input putaran (rpm)

N2 = output putaran (rpm)

(28)

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan

panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta

elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan

baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak bekerja secara

semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan perananya dengan

pondasi pada gedung (Sularso dan Suga, 2004).

Berbagai macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan

menjadi:

- Bantalan luncur

- Bantalan gelinding (bantalan peluru dan bantalan rol)

- Bantalan dengan beban radial

- Bantalan dengan beban aksial

- Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial)

(Daryanto, 2007).

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama

dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros

(29)

1. Kekuatan poros

Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan

antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau

tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila

diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai

alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga

cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan

atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian

(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping

kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikanan disesuaikan

dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran Kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu

dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran

kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan

bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih

rendah dari puataran krititisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang

berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida

yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan

(30)

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik

dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang

dihasilkan dari ingot yang di kill (baja yang dideoksidasikan dengan

ferrosilikon dan dicor; kadar karbon terjamin). Meskipun demikian, bahan

ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena

tegangan yang kurang seimbang. Tetapi penarikan dingin membuat

permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.

(Sularso dan Suga, 2004).

Elemen Bahan

Stainless steel

Stainless steel dapat bertahan dari serangan karat berkat interaksi

bahan-bahan campurannya dengan alam. Stainless steel terdiri dari besi, krom, mangan,

silikon, karbon dan seringkali nikel dan molibdenum dalam jumlah yang cukup

banyak. Elemen-elemen ini bereaksi dengan oksigen yang ada di air dan udara

membentuk sebuah lapisan yang sangat tipis dan stabil yang mengandung produk

dari proses karat atau korosi yaitu metal oksida dan hidroksida. Krom, bereaksi

dengan oksigen, memegang peranan penting dalam pembentukan lapisan korosi

ini. Pada kenyataannya, semua stainless steel mengandung paling sedikit 10%

krom. Keberadaan lapisan korosi yang tipis ini mencegah proses korosi

berikutnya dengan berlaku sebagai pelindung yang menghalangi oksigen dan air

bersentuhan dengan permukaan logam. Hanya beberapa lapisan atom saja cukup

(31)

tersebut terbentuk dengan sangat rapat. Lapisan korosi ini lebih tipis dari panjang

gelombang cahaya sehingga tidak mungkin untuk melihatnya tanpa bantuan

instrumen moderen. Besi biasa, berbeda dengan stainless steel, permukaannya

tidak dilindungi apapun sehingga mudah bereaksi dengan oksigen dan membentuk

lapisan Fe2O3 atau hidroksida yang terus menerus bertambah seiring dengan

berjalannya waktu. Lapisan korosi ini makin lama makin menebal dan kita kenal

sebagai karat (Widiantara, 2010).

Aluminium

Bahan ini berupa logam putih dengan sedikit warna kebiru-biruan dan

tahan terhadap korosi dan berbagai bahan kimia. Biarpun demikian bahan ini

dapat larut dalam alkali dan asam hidroklorida. Bahan ini sering digunakan

sebagai campuran dengan besi dan tembaga. Aluminium digunakan secara luas

sebagai bahan cor yang ringan untuk jenis-jenis peralatan usaha tani tertentu dan

sebagai pelapis tangki bahan kimia (Smith dan Wilkes, 1990).

Besi

Besi adalah logam putih seperti perak, dapat di poles, keras, dapat

ditempa, dapat dilengkungkan, dan bersifat magnetik. Besi adalah unsur yang

sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak kedelapan di bumi setelah silikon,

juga merupakan unsur logam terbanyak ketiga pada lapisan kulit bumi setelah

aluminium dan silikon. Bijih besi yang banyak dikenal diantaranya Magnetite

(32)

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan

dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan

sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,

antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin

asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani

bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk

pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi

peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti

dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan

biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat

sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan

yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan

dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan

alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha. Kg, lt) persatuan

waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan

produk per kW per jam, bila alat atau mesin itu menggunakan daya penggerak

motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW

(33)

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan.

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang

dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin

banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak

tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan

(Soeharno, 2007).

Untuk menilai kelayakan finansial, diperlukan semua data yang menyangkut

aspek biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk pengukuran

kelayakan tersebut meliputi data tenaga kerja, sarana produksi, hasil produksi,

harga, upah, dan suku bunga (Nastiti, dkk, 2008).

Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan

biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok BTT C...(1)

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x = total jam kerja per tahun (jam/tahun)

(34)

1. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

- Biaya penyusutan (metode sinking fund)

Metode ini memungkinkan untuk memperkirakan penyusutan yang lebih

mendekati dengan penyusutan yang aktual terjadi bagi mesin/alat pada tiap

tahun umurnya.

Dt = (P – S) (A/F, i%, N) (F/P, i%, t–1) ... (2)

dimana :

Dt = Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun)

P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)

S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

N = perkiraan umur ekonomis (tahun)

t = tahun ke-t

i = tingkat bunga modal (6% tahun)

- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya:

I = �(�)(�+1)

2� ... (3)

dimana :

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (8% pertahun)

- Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk

mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur

menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2%

(35)

- Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata

diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun.

2. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

- Biaya perbaikan dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi = 1,2%(�−�)

1495��� ... (4)

- Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau

gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

- Biaya bahan bakar adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar)

pada kondisi kerja per jam. Satuannya adalah liter per jam, sedangkan

harga per liter yang digunakan adalah harga lokasi.

(Darun, 2002).

Break even point

Break even point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri

(self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri BEP maka kegiatan usaha

akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan BEP akan memperoleh

(36)

Analisis BEP juga digunakan untuk :

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi

(kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldiyono, 2008).

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi

minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak

untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk

menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk menentukan produksi BEP maka dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

(

R V

)

F N

= ...(5)

dimana:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

F : biaya tetap per tahun (rupiah)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah)

V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak

tetap per tahun (rupiah/unit)

(37)

Net present value

Net present value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi

dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan

datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan

metode analisis finansial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang

digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan.

Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount

factor

Secara singkat rumusnya :

CIF – COF ≥ 0………...……...(6)

dimana : CIF = cash inflow

COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan

(dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n)...(7)

Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)………...(8)

Kriteria NPV yaitu :

− NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;

− NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan;

− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

(38)

Internal rate of return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan

tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh:

B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV=

Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR

dengan menggunakan rumus berikut:

(39)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus

2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : kelapa parut, tabung

silinder terbuat dari plat stainless steel, besi UNP, besi siku, baut dan mur, motor

listrik, V-belt, pully, bearing, speed reducer, as pengaduk, heater, thermostat,

steker, push buttom, lampu indikator, aluminum foil, glasswool, plat aluminium,

kabel, lem, thinner, kuas dan cat.

Adapun alat-alat yang digunakan adalah meteran, jangka sorong, mesin

bubut, mesin bor, mata bor, mesin gerinda, mesin las, palu, tang, kunci pas dan

ring, obeng, tespen, multitester, stopwatch, kalkulator, komputer, kamera dan alat

tulis.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur

(kepustakaan), kemudian dilakukan perancangan bentuk dan

pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pengering kelapa (dessicated

(40)

Komponen Alat

Alat pengering kelapa parut (desiccated coconut) ini mempunyai beberapa

bagian penting yaitu:

1. Kerangka alat

Kerangka alat ini berfungsi sebaga pendukung komponen lainnya, yang

terbuat dari besi UNP dan besi siku. Kerangka alat ini mempunyai panjang

80 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 70 cm.

2. Tabung silinder

Tabung silinder terbuat dari plat stainless stell dengan ketebalan 3 mm, pada

dinding silinder dipasang tubular heater (pemanas elektrik) kemudian dilapisi

oleh isolasi aluminum foil, glasswool, dan plat aluminium. Panjang dari

tabung silinder ini 50 cm dan berdiameter 30 cm.

3. As pengaduk

As pengaduk ini berfungsi untuk mengaduk dan mengangkat kelapa parut

pada dinding tabung silinder supaya kelapa parut dalam keadaan kering

merata.

4. Motor listrik

Motor listrik berguna sebagai tenaga penggerak yang dihubungkan dengan

listrik. Motor listrik yang digunakan berdaya 0,25 HP dengan putaran 1400

rpm.

5. Speed reducer

Speed reducer digunakan untuk mengurangi kecepatan putaran. Speed

(41)

6. Dial Thermostat

Dial Termometer berfungsi untuk mengatur suhu pada yang diinginkan. Alat

ini dapat mengatur suhu 0 – 3200 C.

7. Tubular Heater

Alat ini dipasang pada dinding luar tabung silinder merupakan penukar kalor

yang bertujuan untuk memanaskan (menaikkan suhu) pada dinding tabung

silinder. Alat ini terdiri dari 2 buah kompenen tubular heater yang

masing-masing mempunyai tegangan 230 V dan daya 1000 W dipasang secara

paralel.

8. Saluran masukan (hopper)

Saluran ini berfungsi untuk memasukkan bahan yang akan dikeringkan ke

dalam tabung silinder dan juga digunakan saluran pengeluaran uap air.

9. Saluran pengeluaran

Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan bahan yang telah dikeringkan pada

tabung silinder ke tempat penampungan yang telah disediakan.

Prosedur Penelitian

Persiapan

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan

untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat alat pengering kelapa

parut, mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan

(42)

Pembuatan alat

Adapun langkah pembuatan alat pengering kelapa parut (desiccated

coconut) adalah:

1. Dirancang bentuk alat pengering kelapa parut (desiccaated coconut)

kemudian dibuat gambar tekniknya.

2. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pengering kelapa

(desiccated coconut).

3. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan.

4. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

5. Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat

6. Dibuat saluran pemasukan bahan dan saluran pengeluaran bahan

7. Dihaluskan permukaan yang terlihat kasar bekas pengelasan

8. Dirangkai komponen alat pengering kelapa parut kering

9. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan

menambah daya tarik alat pengering kelapa parut (dessicated coconut)

Pengujian alat

Adapun prosedur pengujian alat adalah:

1. Disiapkan kelapa parut 1 kg.

2. Dihubungkan steker ke sumber arus kemudian diatur suhu 1200C pada

thermostat dan ditekan tombol “ON” untuk memanaskan heater dengan

waktu sekitar 7 menit.

(43)

4. Dihidupkan motor listrik.

5. Dibuka bagian hopper alat sekitar 300 sebagai saluran pengeluaran uap air.

6. Ditunggu selama 90 menit.

7. Dimatikan heater dan dibuka bagian hooper untuk mendinginkan kelapa

selama 5 menit.

8. Dikeluarkan bahan melalui saluran pengeluaran.

9. Ditimbang bahan yang tertampung pada alat

10.Ditimbang bahan yang tertinggal pada alat dan dilakukan pembersihan alat

11.Diulangi perlakuan sebanyak 3 kali.

12.Dilakukan pengamatan parameter.

Parameter yang Diamati

Kapasitas efektif alat

Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi massa kelapa yang

akan dikeringkan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengeringan.

Kapasitas alat =

Rumus yang dipakai untuk membuat analisis ekonomi alat ini dapat dilihat

pada persamaan (1). Kemudian dilanjutkan dengan menghitung biaya tetap dan

biaya tidak tetap sebagai berikut:

Biaya tetap

(44)

1) Biaya penyusutan (metode sinking fund) dapat dilihat pada

Persamaan (2)

Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan,

besarnya dapat dihitung melalui Persamaan (3)

2) Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus

untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa

literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian

diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

3) Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%,

rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun.

Biaya tidak tetap

Menurut Darun (2002), biaya tidak tetap terdiri dari :

1) Biaya perbaikan yang dapat dihitung dengan menggunakan

Persamaan (4)

2) Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya

ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji

bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

3) Biaya bahan motor listrik adalah jumlah daya yang digunakan

dalam satuan jam (KWh) dikalikan dengan lama pemakaian (h)

(45)

Break even point

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi

minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak

untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk

menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk menentukan

produksi BEP maka dapat digunakan rumus dalam Persamaan (5).

Net present value

Dalam perhitungan NPV ini, umur ekonomi alatnya diperkirakan 5 tahun,

besarnya discount rate yang diharapkan sebesar 6% serta discount rate yang

diprediksi sebesar 8%. Penetapan umur ekonomi alat ini disebabkan antara lain:

keausan dan keusangan dari alat tersebut, biaya perbaikan makin naik sampai

akhirnya tidak lagi ekonomis untuk memperbaikinya serta teknologi yang

semakin berkembang yang membuat unjuk kerja dari alat ini lebih kecil

dibandingkan alat yang dibuat dimasa yang akan datang. Penetapan discount rate

yang diharapkan harus lebih kecil daripada yang diprediksi, hal ini bertujuan agar

usaha masih tetap layak untuk dijalankan.

Internal rate of return

Dalam perhitungan IRR ini, suku bunga atraktif (p) sebesar 6% dan suku

bunga coba-coba (q) sebesar 8%. Besarnya suku bunga yang ditetapkan ini

diharapkan mampu menghasilkan perhitungan IRR yang lebih besar dari bunga

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pengering Kelapa Parut

Alat pengering kelapa parut ini adalah alat yang dirancang untuk

mengeringkan kelapa yang sudah diparut atau di potong kecil-kecil untuk

mengurangi kadar air kelapa parut agar dapat di simpan lebih tahan lama. Dalam

pengeringan kelapa parut ini, proses pengeringan dilakukan dengan aliran panas

secara konduksi dan alat pengaduk untuk mengaduk kelapa supaya kelapa kering

merata, dengan tidak mengubah warna kelapa tersebut. Alat ini dirancang dengan

sistem yang di lengkapi engsel agar kelapa parut yang tertinggal di dalam alat

dapat dibersihkan. Alat pengering kelapa parut ini terdiri 7 dari bagian utama

yaitu:

1. Rangka alat

2. Tabung silinder

3. As pengaduk

4. Pemanas (Heater)

5. Glasswool

6. Motor listrik

7. Speed reducer

Selain itu, alat ini juga dilengkapi dengan alat thermostat untuk menentukan suhu

pengeringan yang dipasang elemen heater sebagai sumber panas secara paralel

pada dinding tabung silinder yang kemudian dilapisi dengan aluminum foil,

glasswool, dan plat aluminium untuk mengurangi panas dibagian luar tabung

(47)

Bahan yang dipilih pada pembuatan alat akan sangat mempengaruhi

kinerja mesin saat beroperasi. Bahan-bahan teknik yang dipilih pada alat ini harus

memenuhi persyaratan yang diinginkan yaitu kokoh dan mampu mendukung

kinerja mesin serta mudah diperoleh. Selain bahan yang berkualitas, pemilihan

bahan juga mempertimbangkan nilai ekonomi atau harga bahan tersebut. Harga

bahan harus terjangkau sehingga biaya pembuatan alat tidak terlalu mahal. Pada

alat ini kerangka alat yang digunakan besi UNP dan besi siku. Pemilihan bahan ini

didasari karena beban yang di topang adalah tabung silinder yang terbuat dari

stainless steel dan speed reducer hingga pada saat pemasangan tabung silinder

dan speed reducer tersebut pada kerangka alat masih tetap kokoh. Pemilihan baut,

mur dan ring berjenis besi dikarenakan oleh putaran dari as pengaduk tidak

terlalu besar maka digunakan pemilihan bahan baut, mur, dan ring yang dapat

mendukung kinerja alat dan juga tahan lama. Bahan yang digunakan pada

dudukan mesin dan speed reducer adalah besi UNP dan besi siku memiliki

ketebalan 2 mm ini bertujuan untuk menghindari terjadi bengkok dan mesin serta

speed reducer tidak mudah bergeser pada posisinya.

Pentingnya dilakukan pengukuran dimensi alat dan massa dari alat

bertujuan apabila ada usaha untuk memproduksi alat dalam jumlah besar dan

kemudian menjualnya. Biasanya alat-alat pertanian yang akan dijual baik ekspor

maupun impor dikemas dalam bentuk box yang terbuat dari kayu. Dengan

mengetahui dimensi dan massa alat tersebut, dapatlah diketahui ukuran box yang

sesuai untuk mengemas alat tersebut dan bagi produsen serta konsumen, hal ini

(48)

memindahkan alat tersebut dari suatu tempat ke tempat yang lain. Alat ini

memiliki panjang 80 cm, lebar 50 cm, tinggi 110 cm dan massa 108 kg.

Tabung silinder terbuat dari bahan stainlees steel dengan ketebalan 3 mm,

diameter 27 cm dan panjang 35 cm. Tabung silinder ini dibagi menjadi 2 bagian

sama rata yaitu bagian bawah dan atas. Hal ini bertujuan untuk proses

membersihkan pada tabung silinder bagian dalam alat setelah proses pengeringan

selesai. Pada dinding tabung silinder bagian bawah dipasang elemen heater

kemudian dilapisi dengan aluminum foil, glasswool, dan plat aluminium yang

berfungsi untuk mengurangi panas ke bagian luar. Di dalam tabung silinder

terdapat as pengaduk yang berfungsi untuk mengangkat kelapa pada saat

pengeringan berlangsung supaya kelapa kering merata. Jarak antara kisi

pengaduk dengan dinding tabung silinder adalah 0,5 cm untuk proses pengadukan

tidak bergesekan dengan dinding tabung silinder.

Proses pengeringan kelapa tidak lepas dari penggunaan pemanas dalam

prosesnya. Menurut Hardjosentono (1990) bahwa mesin pengering yang

sederhana terdiri atas satuan baling-baling kipas angin, satuan alat pemanas,

satuan alat pengering, dan satuan motor penggerak, sedangkan kontak panas

dengan bahan yang dikeringkan dapat secara langsung (konduksi) atau tidak

langsung (konveksi). Pemanasan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada

bahan pangan. Pada umumnya pengeringan kelapa parut menggunakan sinar

matahari atau menngunakan pengering tipe rak dimana kelapa yang dikeringkan

harus dgn ketebalan lapisan berkisar 1,5 – 2,0 inci (Balai Penelitian Tanaman

Palma, 2010). Pada alat ini, pemanasan dilakukan dengan cara memasang

(49)

thermostat. Thermostat digunakan untuk mengatur suhu pengeringan, dimana

suhu yang digunakan 1200 C. Sebelum heater dihidupkan, terlebih dahulu diatur

suhu pada thermostat. Setelah suhu pada elemen heater mencapai 1200 C (lampu

indikator hidup), maka thermostat secara langsung akan memutuskan aliran listrik

ke heater apabila suhu di bawah 1200 C sehingga lampu indikator mati. Setelah

suhu pada elemen heater mulai kurang dari dari 1200 C, maka secara otomatis

thermostat mengalirkan listrik kembali ke heater.

Pada alat pengering kelapa parut ini digunakan pulley dan V-belt untuk

mentransmisikan tenaganya. Penggunaan pulley dan V-belt karena tenaga yang

disalurkan tidak terlalu besar dan bahan yang dikempa tidak terlalu keras, oleh

karena tidak dibutuhkan tenaga yang besar. Penggunaan pulley dan V-belt tipe

A-46 pada kecepatan 35 rpm dapat terhindar dari slip yang mungkin terjadi selama

proses pengeringan.

Pemakaian speed reducer dengan rasio 1 : 20 pada alat ini bertujuan untuk

mengurangi kecepatan putaran yang dihasilkan oleh motor listrik, dimana

kecepatan putar maksimum motor bensin sebesar 0,25 HP yaitu 1400 rpm

sehingga output kecepatan putar dari speed reducer menjadi kecil. Kecepatan

putar yang dibutuhkan untuk alat ini tidak besar, karena putaran pada alat ini

berfungsi untuk mengangkat dan menjatuhkan kelapa supaya kering merata.

Speed reducer pada alat ini mengurangi kecepatan putaran maksimal motor listrik

(50)

Proses Pengeringan

Proses pengeringan kelapa parut dilakukan dengan cara terlebih dahulu

memanaskan tabung silinder dengan cara menghubungkan steker ke sumber arus

dan selanjutnya menekan tombol ”ON HEATER” dengan lampu indikator heater

menyala pada suhu 00 C kemudian mengatur suhu pada thermostat sebesar 1200 C

(lampu indikator mati). Lama pemanasan ini rata-rata 8 menit. Setelah mencapai

suhu 1200 C lampu indikator akan hidup kembali. Motor listik kemudian

dihidupkan dengan menekan tombol “ON” pada motor listrik dan bahan kelapa

parut dimasukkan ke dalam tabung silinder melalui saluran pemasukan (hopper).

Saat proses pengeringan berlangsung kelapa parut dalam tabung diangkat dan

dijatuhkan oleh as pengaduk dengan tujuan kelapa parut supaya kering merata.

Selama proses pengeringan berlangsung bagian hopper alat dibuka sebesar 300

dengan tujuan sebagai saluran keluarnya uap air dari dalam tabung silinder.

Setelah mencapai lama pengeringan selama 1,5 jam ditekan tombol “OFF

HEATER” untuk mematikan proses pemanasan, kemudian hopper dibuka 1800

untuk melepaskan uap air dalam tabung silinder selama 5 menit. Setelah itu

diletakkan wadah penampung pada bagian saluran pengeluaran kemudian dibuka

pintu saluran pengeluaran alat.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat didefinisikan sebagai kemampuan alat dan mesin

menghasilkan suatu produk (kg) persatuan waktu (jam). Dalam hal ini kapasitas

efektif alat dihitung dari perbandingan antara bahan kelapa parut yang akan

(51)

Tabel 2. Data hasil pengeringan kelapa parut kering (desiccated coconut)

Pada penelitian ini, lama waktu pengeringan dihitung mulai bahan

dimasukkan ke dalam tabung silinder yaitu pada pada suhu 1200 C dengan lama

pengeringan 1,5 jam. Dari hasil penelitian ulangan I dengan bahan 1 kg diperoleh

massa yang tertampung pada alat adalah 0,42 kg dan massa bahan yang tersisa

pada alat adalah 0,16 kg sehingga total massa bahan setelah dikeringkan sebesar

0,58 kg. Pada ulangan II dengan bahan 1 kg diperoleh massa yang tertampung

pada alat adalah 0,44 kg dan massa bahan yang tersisa pada alat adalah 0,17 kg

sehingga total massa bahan setelah dikeringkan sebesar 0,61 kg. Pada ulangan III

dengan bahan 1 kg diperoleh massa yang tertampung pada alat adalah 0,43 kg dan

massa bahan yang tersisa pada alat adalah 0,17 kg sehingga total massa bahan

setelah dikeringkan sebesar 0,60 kg. Dari data di atas diperoleh rataan dengan

bahan 1 kg diperoleh massa yang tertampung pada alat adalah 0,43 kg dan massa

bahan yang tersisa pada alat adalah 0,167 kg sehingga total massa bahan setelah

dikeringkan sebesar 0,597 kg. Dari data di atas diperoleh kapasitas efektif alat

adalah 0,67 kg/jam. Artinya dalam 1 jam alat ini mengeringkan kelapa parut

(52)

Pada proses pengeringan kelapa parut yang dihasilkan diperoleh warna

kelapa parut kering (desiccated coconut) dengan warna putih. Menurut Grinwoods

(1985) warna kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dengan

aroma atau rasa yang tidak berubah sehingga nantinya dalam pemanfaatannya

dapat dihasilkan produk dengan kualitas yang baik.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,

misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk

kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Biaya Pengeringan Kelapa Parut

Dari penelitian yang dilakukan (Lampiran 4) diperoleh biaya untuk

mengeringkan kelapa parut berbeda tiap tahun. Harga bahan baku kelapa parut

adalah Rp.10.000/kg. Diperoleh biaya pengeringan kelapa parut sebesar

Rp. 15.391,36/kg pada tahun pertama, Rp. 13.739,39/kg pada tahun ke-2,

Rp. 13.189,49/kg pada tahun ke-3, Rp.12.915,02/kg pada tahun ke-4, dan

(53)

Tabel 3. Biaya pokok pengeringan kelapa parut

Gambar 1. Grafik biaya pokok alat pengeringan kelapa parut

Dari grafik dapat dilihat terjadi penurunan biaya pokok tiap tahunnya

untuk pengeringan kelapa parut. Hal ini dipengaruhi oleh biaya penyusutan (biaya

tetap) pada alat yang semakin tinggi tiap tahunnya.

Break Even Point

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self

growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan

titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai

0,00

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Biaya Pokok (Rp/kg)

(54)

dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada

kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional

tanpa adanya keuntungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan

(Lampiran 5), alat pengering kelapa parut ini akan mencapai BEP berbeda tiap

tahunnya. Alat ini akan mencapai titik impas apabila telah mengeringkan kelapa

pada sebesar 752,21 kg/tahun pada tahun pertama, 405 kg/tahun pada tahun

kedua, 290 kg/tahun pada tahun ketiga, 232,52 kg/tahun pada tahun keempat, dan

198,03 kg/tahun pada tahun kelima.

Tabel 4. BEP alat pengering kelapa parut

Gambar 2. Grafik break event point alat pengeringan kelapa parut

Dari grafik dapat dilihat terjadi penurunan BEP tiap tahunnya untuk

mengeringkan kelapa parut. Hal ini dipengaruhi oleh biaya tetap (biaya

0

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Break event point

(Rp/tahun)

BEP (Rp/tahun)

Tahun BEP (kg/tahun)

1 752,21

2 405,52

3 290,12

4 232,52

Gambar

Tabel 1. Spesifikasi desiccated coconut
Tabel 2. Data hasil pengeringan kelapa parut kering (desiccated coconut)
Tabel 3. Biaya pokok pengeringan kelapa parut
Gambar 2. Grafik break event point alat pengeringan kelapa parut
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The data RT-PCR analysis was performed to examine expression described herein demonstrate that RH-I / SkM2 mRNA was of the hH1 / SCN5A cardiac sodium channel gene in fetal expressed

[r]

Stigma kerap kali muncul dari pemikiran individu atau masyarakat yang mempercayai bahwa penyakit HIV/AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak

Kedua, kondisi perekonomian pada masyarakat Dusun Tegalrejo yang mayoritas bekerja sebagai petani, yang mana setiap pagi berangkat ke ladang kemudian sore hari baru

melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,

Angket atau kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk

objek wawancara untuk mengetahui tingkat metakognisi siswa. c.) Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti pada saat kegiatan. belajar matematika dan pada saat