• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Kasus Demonstrasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Oleh Anggota Markas Komando Brigade Mobil Resimen Ii Pelopor (Analisis Uu No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penanganan Kasus Demonstrasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Oleh Anggota Markas Komando Brigade Mobil Resimen Ii Pelopor (Analisis Uu No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia)."

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Pratiwi Wulandari Meiliana NIM : 1111048000063

K O N S E N T R A S I H U K U M K E L E M B A G A A N N E G A R A

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

F A K U L T A S S Y A R I A H D A N H U K U M

U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I

S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H

J A K A R T A

(2)
(3)
(4)
(5)

BAKAR MINYAK OLEH ANGGOTA MARKAS KOMANDO BRIGADE

MOBIL RESIMEN II PELOPOR (Analisis UU No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi

Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437H/2016M.

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan penemuan sebuah kasus penanganan

demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh anggota Markas Komando

Brigade Mobil Satuan II Pelopor merujuk kepada pasal 2 Undang-Undang No. 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bagaimana

implementasi sebuah fungsi kepolisian yang digambarkan oleh Negara dengan

kejadian nyata di masyarakat. Penelitian ini penting untuk melihat bagaimana

bentuk pelayanan oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam

penanganan kasus demonstrasi, mekanisme pengamanan demonstrasi yang

dilakukan oleh anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dan faktor yang

mempengaruhi anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam melakukan

penanganan demonstrasi.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris normatif dengan

menerapkan pendekatan perundang-undangan (statute approachi), pendekatan

kasus (case approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach)

menggunakan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan Penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga

bahan bakar minyak oleh Markas Komando Brigade Mobil Resimen II Pelopor

untuk membuktikan bentuk pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan

fungsi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia sendiri.

Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pelayanan yang dilakukan

(6)

pengamanan kepada Kapolda setelah melakukan pengamanan. Mekanisme

penanganan demonstrasi dimulai pada persiapan apel penunjukan personel yang

akan ditugaskan untuk melakukan pengamanan sampai pada persiapan di tempat

dilakukannya demonstrasi, kemudian tindakan yang dilakukan dalam menghadapi

demonstran yang mulai melakukan tindakan yang berstatus Ancaman Gangguan

sampai dengan berstatus anarkis sampai pada tahap akhir dimana kondisi sudah

kondusif dan penyerahan tanggung jawab pemeliharaan situasi kamtibmas

kembali kepada satuan kewilayahan.

Kemudian Faktor yang mempengaruhi pengamanan demonstrasi harga

bahan bakar minyak yang dilakukan oleh anggota Satuan II Pelopor Mako Brimob

terbagi menjadi 2 faktor yaitu Faktor Internal, dimana sikap mental berupa

ketidaksiapan dan pengendalian diri atau emosi yang berlebihan dari masyarakat

dalam menerima perubahan situasi menyebabkan masyarakat cenderung

menimbulkan aksi anarkis. Faktor Eksternal, yaitu Kesigapan anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia dalam melayani masyarakat sebagai salah satu bentuk

perwujudan dari salah satu fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia terlebih

lagi bentuk pendidikan yang diberikan kepada Anggota Brimob yang tergolong

keras dan dituntut untuk menguasai berbagai bidang salah satunya dalam hal

menembak lawan dalam keadaan diam maupun didalam kendaraan bergerak

sampai pada keahlian penjinakan bom. Hal ini dilakukan karena tugas yang

diemban tergolong cukup berat apabila disetarakan dengan fungsi satuan polisi

Dalmas.

Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH

(7)

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat,

nikmat serta anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PELAYANAN MARKAS KOMANDO BRIGADE MOBIL RESIMEN II

PELOPOR DALAM PENANGANAN DEMONSTRASI KASUS KENAIKAN

HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2014”. Sholawat serta salam

penulis sampaikan kepada junjungan alam semesta Nabi Muhammad SAW, yang

telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang

benderang ini.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat

bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan

kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang

terhormat :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH dan Drs. Abu Thamrin, SH.,

M.Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Sekretaris Program

Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah

(8)

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya Bapak Nur Habibi, SH.I., MH dan Bapak Nur Rohim

Yunus, LL.M yang telah memberikan banyak bantuan dan ilmu dengan

tulus dan ikhlas.

5. Staff pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani

dengan kesungguhan hati.

6. Staff dan pegawai perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

7. Kepada Ibunda Elida Suprini dan Ayahanda Tohari yang terkasih dan

selalu dalam lindungan Allah SWT. Terima kasih atas segalanya yang

telah diberikan, tiada kata yang dapat menggambarkan perjuangan Ibunda

dan Ayahanda untukku.

8. Kepada Adikku Dinda Septiarini, terima kasih telah memberi semangat

agar menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Bapak Tan Siang Surya, Bapak Slamet Haryadi, Bapak Hengky

Marindo, terima kasih atas kesediaannya mengizinkan saya bekerja sambil

(9)

11. Kepada teman – teman KKN Al-Fatih, Sunan Parera, S.Kom , Rahmat Juniawan, S.Kom , Dennis, Ahmad Subhan, Andhika, Raka Bella Rifky,

Nur Aslihah, Khridmadanty Angelita, Siti Sarah Anggraini, Utami Nur

Kholifah, Eni Rahayu, Ningrum Lestary terima kasih atas perkenalan

indah dan semangat yang tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Kepada sahabat karib, Ade Citra Armeed dan Ika Rachmawati, terima

kasih atas dukungan moril yang diberikan untuk penulis agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada teman – teman Team Support Royal Agency of Universe, Mba Sri Tari, Jeanneth Arttia Absal, Mba Aan Arafah, Ari Irawan, Mba Dwi

Octorianie, Bapak Usmajaji, terima kasih atas nasihat yang membangun

sehingga penulis tetap optimis dalam menyelesaikan skripsi ini

14. Kepada Kakak Zulpan, terima kasih telah mengajar dan membimbing saya

dalam belajar Bahasa Arab.

15. Kepada kekasihku Egi Suwardiyanto, terima kasih telah memberikan saran

dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

yang membaca. Sekian dan terima kasih.

Jakarta, 25 Juli 2016

(10)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 12

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ... 16

F. Metode Penelitian ... 19

G. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II. PELAYANAN PRIMA LEMBAGA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA A. Pengertian Pelayanan Prima ... 24

B. Ruang Lingkup Pelayanan Prima ... 30

C. Perihal Tugas Pokok Kepolisian... 36

D. Pengertian Pelayanan Demonstrasi... 40

(11)

Indonesia... 51

B. Visi, Misi, Tugas, Wewenang dan Struktur Kepolisian Negara

Republik Indonesia ... 60

C. Kedudukan Brimob di Dalam Lingkup Kepolisian Negara Republik

Indonesia ... 64

BAB IV. PENGAMANAN DEMONSTRASI DALAM KASUS KENAIKAN

HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARKAS

KOMANDO BRIGADE MOBIL RESIMEN II PELOPOR

A. Bentuk Pelayanan Dalam Pengamanan Kasus Demonstrasi Kenaikan

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Oleh Satuan Brigade Mobile

Resimen II Pelopor... 67

B. Mekanisme Pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar

minyak oleh anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor …… 85 C. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamanan Demonstrasi Kenaikan

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Tahun

2014... 90

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 96

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi

sebagaimana dicantumkan didalam pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Kedaulatan berada ditangan rakyat

dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.1 Secara eksplisit Indonesia telah memiliki prinsip dalam bernegara yaitu memberikan kekuasaan penuh kepada rakyat

terutama untuk memilih kepala negara beserta jajaran dibawahnya yang nantinya

dapat menjalankan pemerintahan sesuai dengan keinginan rakyat.

Namun dalam sistem demokrasi memiliki 2 macam bentuk, yaitu :2

1. Demokrasi Langsung, yaitu semua warga negara secara langsung memilih serta

ikut memikirkan jalannya pemerintahan, bahkan semua orang ikut memerintah.

2. Demokrasi Perwakilan, yaitu tidak semua orang warga negaranya diikutsertakan

secara langsung dalam pemerintahan, tetapi mereka itu memilih perwakilan

diantara mereka yang duduk didalam badan-badan perwakilan atau parlemen.

Apabila berpedoman dari pengertian diatas tentang bentuk demokrasi, Indonesia

masuk kedalam kategori sistem demokrasi perwakilan dimana rakyat diberikan kuasa

1

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2 Titik Triwulan Tutik,

(13)

untuk memilih beberapa perwakilannya, diantaranya dijelaskan pada Pasal 22E ayat

(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Presiden, Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.”.

Rakyat hanya dapat memilih perwakilan anggota DPR, DPD, Presiden, Wakil

Presiden dan anggota DPRD, sedangkan badan perwakilan lainnya dipilih tidak

secara langsung oleh rakyat, beberapa diantaranya adalah Ketua dan Wakil ketua

Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dipilih oleh Hakim Agung, Hakim

Agung dipilih atas persetujuan Komisi Yudisial dan anggota Komisi Yudisial dipilih

oleh presiden dengan persetujuan DPR.3

Didalam pembagian kekuasaan negara pada mulanya yaitu semasa pra konstitusi

kekuasaan negara umumnya dipegang oleh satu tangan, yaitu Raja. Lambat laun

dengan adanya perkembangan kehidupan kenegaraan kekuasaan yang terdapat dalam

tangan raja, secara perlahan diserahkan kepada badan kenegaraan lain.4 Dapat dikatakan pula dalam hal ini pemikiran setiap manusia yang dinamis dari masa ke

masa tak terkecuali dalam sistem pembagian kekuasaan, dimana pada awalnya

kekuasaan penuh berada di tangan Raja, kemudian berproses menjadi lebih baik yaitu

3

Pasal 24A ayat (4) dan Pasal 24B ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4

(14)

dengan memberikan pemisahan kekuasaan yang diserahkan kepada badan kenegaraan

lain.

Dalam pembagian kekuasaan negara, beberapa nama yang memiliki andil dalam

memberikan teori ini yaitu John Locke dan Montesquieu. Dimana dalam terori

pembagian kekuasaan John Lock membaginya menjadi 3 kekuasaan masing-masing

yaitu kekuasaan legislatif (kekuasaan membuat undang-undan), yudikatif (pelaksana

undang-undang) dan kekuasaan federatif (kekuasaan meliputi perang dan damai,

membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan

badan-badan diluar negeri.

Namun pemikiran John Locke ini kemudian dikembangkan oleh Montesquieu.

Menurut Montesquieu, kekuasaan negara itu dibagi kedalam tiga kekuasaan dan

masing-masing kekuasaan dipegang oleh satu badan kenegaraan yang terpisah antara

satu dengan lainnya. Ketiga kekuasaan tersebut adalah kekuasaan legislatif

(kekuasaan membuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang) dan

kekuasaan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang). Teori Montesquieu

juga dikenal dengan “Pemisahan Kekuasaan” (Separation of Power).5

Namun didalam sistem pemerintahan Indonesia dilihat dari pembagian

kekuasaannya, pada dasarnya tidak menganut sistem pemisahaan kekuasaan (Trias

Politika) sebagaimana diajarkan oleh Montesquieu, melainkan menganut sistem

pembagian kekuasaannya, karena :

5

(15)

1. UUD 1945 tidak membatasi secara tajam, bahwa setiap kekuasaan itu harus

dilakukan oleh satu organ/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan;

2. UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas tiga bagian saja dan juga

tidak membatasi pembagian kekuasaan dilakukan oleh tiga orang/badan saja;

3. UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh MPR,

Pasal 1 ayat 2, kepada lembaga negara lainnya6

Oleh karena itu penerapan kekuasaan negara di Indonesia tidak sepenuhnya

mengikuti ajaran Montesquieu, tetapi lebih dikembangkan lagi dari segi pengertian

dan pembagiannya. Dapat dikatakan pula teori Montesquieu ini merupakan asal

muasal penerapan kekuasaan negara di Indonesia.

Dalam perjalanannya, sistem ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan

yang sangat mendasar sejak adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan oleh

MPR pada tahun 1999 hingga 2002. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya

kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratis dengan Check and

Balances yang setara dan seimbang diantara cabang – cabang kekuasaan,

mewujudkan supremasi hukum dan keadilan, serta menjamin dan melindungi hak

asasi manusia.7

6

Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Ngara,(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), Cet. Ke I, h. 106-107

7 Mahkamah Konstitusi,

(16)

Berkaitan dengan kelembagaan negara, perubahan pertama UUD 1945 memuat

pengendalian kekuasaan presiden, tugas serta wewenang DPR dan Presiden dalam hal

pembentukan undang-undang. Perubahan kedua, UUD 1945 menata ulang

keanggotaan, fungsi, hak, maupun cara pengisiannya. Perubahan ketiga, membahas

ulang kedudukan dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berkaitan dengan tata

cara pemilihan dan pemilihan secara langsung, pembentukan lembaga negara baru

meliputi Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Daerah, dan Komisi Yudisial

serta Pengaturan tambahan BPK. Perubahan keempat UUD 1945, meliputi

keanggotaan MPR, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua dan

kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap serta kewenangan

presiden.8

Secara lengkap hasil perubahan kelembagaan negara diperlihatkan dalam bagan

berikut :

Struktur Kelembagaan Negara Sebelum Amandemen UUD 1945

MPR UUD 1945

8

Tutik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, h. 123-124

(17)

Strukur Kelembagaan Negara Setelah Perubahan UUD 19459

UUD 1945

Berdasarkan bagan diatas, terlihat bahwa UUD 1945 setelah dilakukan

amandemen menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga negara. Berikut hasil

pemahaman penulis mengenai 4 bentuk kekuasaan tersebut :

1. Kekuasaan Eksaminatif

Merupakan kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan atas

pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Pengertian ini didasari

pada pasal 23E, 23F dan 23G UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang

mengatur tentang hal ini. Pada pasal 23E UUD NRI 1945 menyatakan bahwa :

Ayat (1) : “Untuk memeriksa pengelolaan tanggung jawab tentang kekuasaan

(18)

Ayat (2) : “Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan

rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai

kewwenangannya.

Ayat (3) : “Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga

perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.”

2. Kekuasaan Legislatif

Merupakan kekuasaan yang memiliki fungsi untuk membuat atau

menciptakan produk undang-undang. Oleh karena itu terciptalah lembaga negara

yang masuk kedalam kategori legislatif ini, antara lain Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah

(DPD). Diatur didalam pasal 2, pasal 3, pasal 19, pasal 20, pasal 22C, dan 22D UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Kekuasaan Eksekutif10

Merupakan lembaga negara yang berfungsi sebagai pelaksana

undang-undang. Dimana lembaga negara yang menjadi kedalam kategori ekskutif ini adalah

Presiden, Wakil Presiden serta jajaran cabinet dalam pemerintahan. Sebagaimana

dijelaskan dalam pasal 4 UUD 1945 ;

Ayat (1) : “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan

menurut Undang-Undang dasar.

Ayat (2) : “Dalam melaksanakan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu

orang Wakil Presiden.”

10

(19)

4. Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan ini memiliki peran untuk mengawal serta memantau jalannya

perundang-undangan atau penegakkan hukum di Indonesia. Diatur didalam BAB IX

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana lembaga yang masuk dalam

kategori yudikatif adalah Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK) dan

Komisi Yudisial (KY).

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah kepolisian nasional yang

bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan

tugas tugas lainnya, Polri harus berhubungan baik dengan pihak-pihak luar, baik di

tingkat nasional maupun daerah. Hubungan kerja Polri dalam ruang lingkup

administrasi negara (termasuk DPR dan BPK) dalam sistem peradilan pidana

(Kejaksaan dan peradilan) dan pertahanan (TNI) memerlukan keserasian. Disamping

itu hubungan dengan partai politik dan organisasi kemasyarakatan lainnya juga perlu

diperhatikan tak terkecuali dengan media massa.11

Polri merupakan institusi yang tergabung kedalam kekuasaan eksekutif

dimana dalam hal tugas pokok yang dijalankannya dijelaskan secara rinci oleh UUD

NRI 1945 dan UU dibawahnya. UUD yang mengatur tentang Polri ini pada pasal 30

ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi, “Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat

11 Awaloedin Djamin,

(20)

bertugas mempertahankan, melindungi mengayomi, melayani masyarakat serta

menegakkan hukum.

Jika diperhatikan pada tugasnya dalam hal menjaga keamanan dan ketertiban

masyarakat serta melayani dan mengayomi masyarakat, tentunya Polri langsung

bersentuhan dengan masyarakat. Disnilah peran Polri terlihat dari beberapa kasus

demonstrasi yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang memiliki kepentingan lain,

sejauh mana sikap Polri dalam hal ini.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan ini, maka permasalahan penelitian ini akan

dibatasi. Pelayanan publik disini memiliki lingkup yang sangat luas, oleh karena

itu disini difokuskan kepada bentuk pelayanan prima oleh Anggota Markas

Komando (Mako) Brigade Mobile (Brimob) Resimen II Pelopor dalam

penanganan demonstrasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tahun

2014. Dimana lokasi dari Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob)

Resimen II Pelopor berada di Kedunghalang Bogor, Jawa Barat.

2. Rumusan Masalah

Menurut peraturan perundang-undangan dari terbentuknya Kepolisian, dimana

salah satu tugas dan fungsi kepolisian adalah memberikan pelayanan dalam

bidang hukum kepada masyarakat. Disinilah dalam prakteknya dapat diketahui

(21)

Polri kepada masyarakat. Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Anggota Mako Brimob

Resimen II Pelopor dalam penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga

bahan bakar minyak (BBM) ?

b. Bagaimana Mekanisme pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan

bakar minyak oleh anggota Mako Brimon Resimen II Pelopor ?

c. Apa faktor yang mempengaruhi anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor

dalam melakukan penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga Bahan

Bakar Minyak ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka penelitian ini bertujuan:

a. Memberikan informasi perihal bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota

Mako Brimob Resimen II pelopor dalam penanganan demonstrasi kenaikan

harga bahan bakar minyak (BBM).

b. Memberikan informasi perihal mekanisme penanganan yang dilakukan

anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam kasus demonstrasi kenaikan

(22)

c. Memberikan informasi tentang apa saja faktor yang mempengaruhi anggota

Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam menangani kasus demonstrasi

kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Secara teoritis, penelitian ini memberikan penjelasan tentang Bentuk

Pelayanan Prima di Lingkungan Markas Komando Brigade Mobile Resimen

II Pelopor.

b. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada para peminat

hukum tata negara dan praktisi ketatanegaraan dalam melihatseperti apa

bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota Mako Brimob Resimen II

Pelopor dan faktor apa saja yang mempengaruhi dalam penanganan

kasusdemonstrasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun

2014.

c. Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana

Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif

(23)

D.Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Dimulai dengan mengutip alinea ketiga dari pembukaan UUD NRI Tahun

1945 bahwa, “...untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia...”. Dilanjutkan pada pasal 18A ayat (2)

dijelaskan “Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya

alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.”

disini dapat dilihat bahwa Negara menginginkan warga negaranya terlindungi dan

salah satu bentuk perlindungannya dengan memberikan pelayanan kepada setiap

individunya

Kemudian didalam Undang – Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik difokuskan kembali pada standar pelayanan dalam memberikan

sebuah pelayanan, terdapat pada pasal 20 ayat (1), (2), (3), (4) dan pasal 21. Disini

sebuah lembaga negara diberikan kemudahan untuk memberikan pelayanan prima

yaitu dengan adanya standarisasi pelayanan, agar tujuan dari pelayanan terhadap

masyarakat ini tepat sasaran dan segera terwujudnya keamanan dan ketertiban

masyarakat.

Hasil dari kolaborasi kedua pedoman diatas maka terciptalah tugas dan

wewenang dari Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Undang – Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu pada pasal

(24)

2. Kerangka Konseptual

Pada bagian ini akan dikemukakan konsep dasar yang digunakan

sebagai dasar operasional dalam penelitian ini, antara lain adalah pelayanan prima,

kepolisian Republik Indonesia, Kedudukan Brimob dalam struktur Kepolisian.

a. Pelayanan Prima

Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah ”excellent service” yang

secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik

atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki

instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian

pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban

aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Agenda perilaku pelayanan

sektor publik menyatakan bahwa pelayanan prima adalah:

a) Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau

pengguna jasa.

b) Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan.

c) Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar.

Pelayanan prima pun tidak luput dari bagian Pelayanan publik, Seperti

dijelaskan di dalam pasal 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, dimana yang dimaksud pelayanan publik adalah Kegiatan

atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai

(25)

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Selanjutnya pada pasal 2 pun lebih

dispesifikasikan penyelenggara pelayanan publik ini merupakan institusi

penyelenggaraan negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk

berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan

hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

b. Kepolisian Negara Republik Indonesia

Pelayanan prima bisa dalam hal apa saja seiring dengan keinginan dan

pemikiran masyarakat yang semakin bervariasi, salah satu pembahasan

pelayanan prima disini adalah pelayanan dalam bentuk hukum yang dilakukan

oleh salah satu bagian dari lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia,

yaitu Brigade Mobile (Brimob).

Pelayanan yang harus diemban oleh anggota Polri ini secara legal

diperjelas didalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, dimana pada pasal 2 dijelaskan secara umum

fungsi kepolisian adalah sebagai fungsi pemerintahan negara dalam bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat , penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat diikuti dengan

(26)

mendukung tugas polri untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat

demi keamanan dan ketertiban dapat ditegakkan.

c. Brimob Polri Sebagai Bagian Dari Institusi Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Tugas dan Wewenang Brimob diatur dalam Lampiran “I” Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/10/IX/1996 tanggal 16 September 1996 tentang

Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Korp Brimob Polri pasal 1, yang menyebutkan

bahwa Korp Brimob Kepolisian Negara Indonesia disingkat Korbrimob adalah

badan pelaksana pada tingkatMarkas Besar Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang berkedudukan dibawah Kapolri.

Pada pasal 2 dijelaskan bahwa Korbrimob bertugas membina

kemampuan dan mengerahkan kekuatan Brimob guna menanggulangi

gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat berkadar tinggi, terutama pada

kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak dan

bersama-sama dengan unsur pelaksana operasional kepolisian lainnya

mewujudkan tertib hukum dan ketentraman masyarakat.12 d. Lembaga Negara

Lembaga Negara adalah lembaga pemerintahan atau "Civilizated

Organization" dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan

12Veri Triyanto dalam Skripsinya yang berjudul, “Hubungan Motif Afiliasi Dengan Sikap

(27)

untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.

Lembaga negara terbagi dalam beberapa macam dan mempunyai tugas

masing-masing.

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

No. Aspek Perbandingan Studi Terdahulu

1. a. Judul Skripsi

b. Fokus

Hubungan Motif Afiliasi Dengan Sikap

Anggota Polri Dalam Memberikan

Pelayanan Kepolisian .

Apakah ada perbedaan motif afiliasi yang

signifikan antara anggota Yanmas dengan

anggota Brimob, Apakah ada perbedaan

sikap dalam memberikan pelayanan

kepolisian yang signifikan antara anggota

Yanmas dengan anggota Brimob, Apakah

motif afiliasi mempunyai hubungan yang

signifikan dengan anggota Polri dalam

(28)

c. Waktu/Tempat Universitas Indonesia, Depok 2003

2. a. Judul Skripsi

b. Fokus

c. Waktu/Tempat

Upaya Humas Polri Dalam Membangun

Kepercayaan Masyarakat

Sejauh mana tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap Polri, Upaya – upaya apa saja yang dilakukan Humas Polri dalam

membangun kepercayaan masyarakat

Universitas Indonesia, Depok 2005

3. a. Judul Skripsi

b. Fokus

Perbandingan Persepsi Antara Polisi dan

Mahasiswa Terhadap Perilaku Agresif

Dalam Aksi Demonstrasi

Apakah ada perbedaan persepsi antara Polisi

dan Mahasiswa terhadap perilaku agresif

yang terjadi dalam aksi demonstrasi,

Bagaimana persepsi Polisi dan Mahasiswa

(29)

c. Waktu/Tempat

aksi demonstrasi berlangsung.

Universitas Indonesia, Depok 2003

Dari ketiga studi terdahulu yang penulis paparkan, terdapat persamaan dan

perbedaan dengan penulisan skripsi yang penulis buat. Dimulai pada studi

pertama, dalam penulisannya objek yang dibahas memiliki kemiripan yaitu

mengambil objek anggota kepolisian Republik Indonesia, namun yang

membedakan adalah objek yang penulis paparkan lebih spesifik dan satu jenis saja,

yaitu Anggota Mako Brimob Polri Resimen II Pelopor. Didalam tulisan ini penulis

lebih memfokuskan pembahasan kepada bentuk penanganan demonstrasi sebagai

upaya pelayanan prima yang diberikan oleh Anggota Mako Brimob Resimen II

Pelopor.

Pada studi kedua, yang difokuskan untuk dibahas adalah upaya humas Polri

dalam membangun kepercayaan masyarakat. Dimana kemiripannya hanya terdapat

pada objek yang dibahas saja, dari segi pembahasan isi sangatlah berbeda, dimana

pada studi kedua pembahasan tertuju kepada upaya humas Polri dalam

membangun kepercayaan masyarakat sedangkan skripsi yang penulis buat

pembahasan tertuju pada upaya yang dilakukan oleh Anggota Mako Brimob

Resimen II Pelopor dalam penanganan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar

(30)

Masuk kepada studi ketiga, kemiripan terlihat pada pembahasan

demonstrasinya saja. Dimana pada studi ketiga pembahasan difokuskan pada

perbandingan persepsi antara polisi dan mahasiswa terhadap perilaku demonstrasi,

tidak dispesifikasikan demonstrasi dalam bentuk apa, sedangkan skripsi yang

penulis buat difokuskan kepada bentuk penanganan demonstrasi kenaikan harga

bahan bakar minyak yang dilakukan anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor

pada tahun 2014 sebagai upaya pelayanan prima Anggota Brimob.

Pada intinya skripsi ini memfokuskan kepada bentuk pelayanan dalam

penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh Anggota

Mako Brimob Resimen II Pelopor dan faktor apa saja yang mempengaruhi

Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam penanganan kasus demonstrasi

sebagai upaya pemberian pelayanan prima kepada masyarakat.

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian jenis ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan

perundang-undangan atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma

yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.13Penelitian

13 Amirudin dan Zainal Asikin,

(31)

ini berlandaskan norma-norma hukum yang berlaku yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan.

2. Pendekatan Masalah

Dalam penelitian hukum normatif terdapat beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan ini, Penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek

mengenai isu yang akan dibahas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

hukum normatif yaitu:14 pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus,

pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan konseptual. Dalam

penelitian ini pendekatan yang Penulis gunakan adalah pendekatan

perundang-undangan, pendekatan kasus dan pendekatan konseptual.

3. Bahan Hukum

b. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum bersifat

otoritatif.Artinya sumber-sumber hukum yang dibentuk oleh pihak yang

berwenang.Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan,

catatan resmi dalam pembuatan perundang-undangan.15 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

14

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cet.VI,(Jakarta: Kencana,2010),h.93.

15

(32)

Negara Republik Indonesia, Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Sistem Operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia, Peraturan Kapolri

Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak

Dalam Penanggulangan Huru Hara, Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009

tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian,

PROTAP/1/X/2010 tentang Penanggulangan Anarki.

c. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer.16 Terdiri dari buku-buku teks, jurnal hukum,

kamus hukum, hasil penelitian yang berkaitan dengan Pelayanan publik

terlebih pelayanan dalam bidang hukum oleh bagian dari lembaga Kepolisian

Negara Republik Indonesia, yaitu Brimob.

4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum

primermaupun bahan hukum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang

akan dibahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk mendapatkan

penjelasan yang sistematis.Pengolahan bahan hukum bersifat deduktif yaitu

menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan secara umum ke

permasalahan yang khusus atau lebih konkret.

16

(33)

Setelah bahan hukum itu diolah dan diuraikan kemudian Penulis

menganalisisnya (melakukan penalaran ilmiah) untuk menjawab isu hukum yang

telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

5. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet. 1. 2012.”

G.Sistematika Penulisan

Pada bagian ini, penulis akan mensistematisasi persoalan-persoalan yang akan

dibahas dengan membagi ke dalam beberapa bab sebagai langkah sistematisasi. Pada

setiap bab terdiri dari sub-sub bab akan membuat tulisan lebih terarah, saling

mendukung dan menjadi satu kesatuan yang utuh, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kerangka teoritis dan konseptual, tinjauan (review), metode penelitian, pedoman

(34)

BAB II Pelayanan Prima Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia

Terdiri dari pengertian dan ruang lingkup dari pelayanan prima secara

keseluruhan dari berbagai aspek maupun spesifikasi terhadap pelayanan prima Polri

serta perihal tugas pokok Kepolisian.

BAB III Brimob sebagai bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia

Terdiri dari Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Kedudukan Brimob di dalam lingkup Kepolisian Negara Republik Indonesia

dilengkapi pula dengan tinjauan terhadap Undang – Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BAB IV Pengamanan Demonstrasi Dalam Kasus Kenaikan Harga Bahan Bahar

Minyak (BBM) Markas Komando Brigade Mobil Resimen II Pelopor

Terdiri dari bentuk penanganan, mekanisme penanganan dan faktor yang

mempengaruhi pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh

Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor.

BAB V Penutup

Berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian.

Dilengkapi juga dengan saran saran yang dapat membantu untuk dapat menjadikan

pelayanan prima di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadi lebih

(35)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS MENGENAI PELAYANAN PRIMA

LEMBAGA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Pengertian Pelayanan Prima

Perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini cenderung semakin

kompleks. Hal ini ditandai dengan semakin beragam dan meningkatnya

harapan masyarakat atas terpenuhinya kebutuhan pokok. Namun seringkali

upaya pemenuhan harapan masyarakat tersebut dihadapkan dengan semakin

terbatasnya sumber-sumber daya yang ada.

Pemenuhan harapan masyarakat ini pun dapat dikatakan sebagai

bentuk sebuah pelayanan terhadap masyarakat tersebut agar tercapainya

sebuah kepuasan dalam interaksi sosial. Standarisasi sebuah pelayanan yang

baik adalah pelayanan yang memberikan kepuasan terhadap masyarakat

sebagai tujuan pelayanan tersebut dibentuk dan meminimalisir kesalahan yang

dibuat oleh si pemberi pelayanan. Semakin banyak respon kepuasan yang

diberikan, maka dapat dikatakan pelayanan tersebut berhasil diterapkan dan

untuk mencapai hal tersebut maka pelayanan yang diberikan harus bersifat

maksimal atau dengan kata lain disebut dengan pelayanan prima.1

1

(36)

Sebelum masuk kedalam pengertian pelayanan prima, terlebih dahulu

menelaah pengertian dari sebuah pelayanan itu sendiri. Apa sebenarnya arti

dari sebuah pelayanan ? maka jawabannya akan beraneka ragam dari banyak

sumber, dan disini penulis akan menelaah sedikit demi sedikit pengertian

yang beraneka ragam tersebut dan merangkumnya dalam sebuah kesimpulan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti pelayanan adalah :2(1) Perihal atau cara melayani, (2) Usaha melayani kebutuhan orang lain, (3)

Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.

Kemudian pengertian lain dari pelayanan adalah setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan

kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik3. Pengertian pelayanan pun dapat dikaitkan dengan istilah

S.E.R.V.I.C.E :

1.Istilah pertama,

a. Self awarness : Menanamkan kesadaran diri, menanamkan

pelayanan dengan benar

b. Enthusiasm : Pelayanan dengan penuh gairah

c. Reform : Memperbaiki kinerja pelayanan

d. Value : Pelayanan dengan nilai tambah

2

Kbbi.web.id, diunduh pada tanggal 10 November 2015 pukul 22.12 wib

3

(37)

e. Impressive : Penampilan menarik

f. Evaluation : Mengevaluasi layanan

2. Istilah kedua,

a. Self Esteem : Nilai pada diri sendiri

b. Exceed Expectation : Melampaui harapan pelanggan

c. Recover : Merebut kembali

d. Vision : Visi

e. Improve : Peningkatan

f. Care : Perhatian

3. Istilah ketiga,

a. Self Awareness & Self Esteem : Kesadaran dalam tugas dan menjaga

martabat diri dan pelanggan

b. Emphaty & Enthusiasm : Empati dan gairah

c. Vision & Victory : Visi dan kemenangan semua pihak

d. Initiative & Impressive : Inisiatif dan mengesankan

e. Care & Cooperative : Pengertian dan kerjasama yang baik

f. Empowerment & Evaluation : Pemberdayaan diri dan evaluasi4

Dalam suatu pelayanan, tentulah kualitas pelayanan merupakan hal

yang penting untuk dipertahankan. Kualitas pelayanan berhubungan erat

4

(38)

dengan pelayanan yang sistematis dan komprehensif yang lebih dikenal

dengan konsep pelayanan prima.Pelayanan primaadalah5 pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan (masyarakat) minimal sesuai denganstandar

pelayanan (cepat, tepat, akurat, murah, ramah).

Adapun beberapa pendapat para ahli dalam mengemukakan pengertian

dari pelayanan prima sendiri, diantaranya:

1) Menurut Philip Kottler6, “ Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atau beberapa

pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan

yang pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan menimbulkan

kepemilikan apapun kepada yang menerimanya.

2) Menurut AS. Moenir7, “ Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima. Dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan tindakan yang dilakukan

orang lain agar masing-masing memperoleh keuntungan yang diharapkan

dan mendapat kepuasan

5

Sedarmayanti,Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan (mewujudkan pelayanan prima dan kepemerintahan yang baik,(Bandung : Refika Aditama, 2009),h. 248

6

Philip Kottler, Marketing Management : Analisis Planning, Implementation and Control, Eight Edition, New Jersey,(Prentice Hall, 1994), h. 446

7

(39)

3) Sedangkan menurut H.N. Casson8, mendefinisikan pelayanan sebagai tindakan yang dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari

petunjuk atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan

menciptakan good will atau nama baik serta peningkatan penjualan serta

pendapatan

4) Pelayanan menurut Atep Adya Brata9 adalah segala usaha penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon pembeli atau

pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya transaksi

5) Definisi pelayanan menurut Ivancevich, Corenzi, Skinner dan Erosby

(1997 : 448)10“ Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata 6) Sedangkan definisi pelayanan yang lebih rinci diberikan Gronross11 adalah

“ Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat

tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi

antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh

perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan

permasalahan konsumen atau pelanggan.

8

Herbert N. Casson, Petunjuk Praktis Dalam Berusaha, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h.13

9

Atep Adya Brata, Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK,(Bandung: Armico, 1999), h. 93

10

Ratminto & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pengembangan: Model Konseptual,Penerapan Citizens Character & Standar Pelayanan Minimal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-1, h.2

11

(40)

Adapun pendapat lain yang mendefinisikan bahwa pelayanan prima

merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau

instansi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana diharapkan

masyarakat dapat puas terhadap layanan yang diberikan. Sehingga dapat dikatakan

bahwa pelayanan prima dapat ditandai dengan adanya pengabdian kepada masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat.12 Hal yang melekat dalam pelayanan prima yaitu diantaranya:

Keramahan

a. Kredibilitas

b. Akses

c. Penampilan Fasilitas

d. Kemampuan Dalam Menyajikan Pelayanan.

Pelayanan prima dilakukan tidak lain untuk memberikan kepuasan bagi pengguna

jasa, karena itu penyelenggaraannya membutuhkan asas-asas pelayanan. Dimana

pelayanan prima pun berpedoman kepada asas-asas pelayanan publik menurut

KEPMENPAN Nomor 63 Tahun 2003 sebagai berikut:

a. Transparansi.

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membu-tuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

12

(41)

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

per-undang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masya-rakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

dengan memperhatikan aspirasi, kebu-tuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan,

gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban

masing-masing pihak.13

B. Ruang Lingkup Pelayanan Prima

Sebuah pelayanan prima masih masuk kedalam lingkup pelayanan

publik, hanya saja pelayanan prima lebih ditingkatkan kepada bentuk

pelayanan publik dengan memfokuskan kepada kinerja yang maksimal. Ruang

lingkup pelayanan prima pun dapat dilihat pada pasal 5 Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dimana ruang lingkup pelayanan

13

(42)

publik terdiri dari pelayanan barang publik, pelayanan jasa dan pelayanan

administratif. Untuk mengetahui lebih lanjut masing-masing penjelasan dari

pelayanan barang publik, pelayanan jasa dan pelayanan administratif dapat

dilihat sebagai berikut :14

1. Pelayanan Barang Publik :

a. Meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,

komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan

sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata

dan sektor strategis lainnya

b. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi

pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah

c. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu

badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya

bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang

dipisahkan

d. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan

14

(43)

negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi

kesediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan15 2. Pelayanan Jasa Publik :

a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau

seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah

b. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara

dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan

c. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan

belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian

atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan

daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara

yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan16 3.Pelayanan Administratif :

a. Tindakan administrasi pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan

diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan

15

Pasal 5 ayat (1), (2), (3), Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

16

(44)

perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda

warga negara

b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan

oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta

diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan17

Apabila ditelaah lebih dalam ruang lingkup pelayanan publik menurut

Undang-Undang Pelayanan Publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa

publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Dalam ruang lingkup tsb, termasuk pendidikan, pengajaran, pekerjaan

dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup,

kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,

pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

Dari ketiga kategori ruang lingkup pelayanan publik diatas, ruang lingkup

pelayanan prima masuk kedalam golongan pelayanan jasa publik dan pelayanan

administrasi. Dimana penyedia dalam pelayanan jasa bisa dari instansi

pemerintah ataupun badan usaha yang modal pendirian sebagian ataupun

seluruhnya bersumber dari kekayaan negara atau kekayaan daerah yang

kekayaannya terpisah dari kekayaan negara.

Dalam melaksanakan pelayanan, pemerintah membentuk Organisasi

Penyelenggara. Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,

17

(45)

korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undangundang untuk

kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata

untuk kegiatan pelayanan. Penyelenggara dan seluruh bagian organisasis

penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan

kegagalan penyelenggaraan pelayanan.

Selanjutnya secara lebih rinci Lembaga Administrasi Negara menyebutkan

bahwa sebagai suatu disiplin dan sistem, ruang lingkup pelayanan publik yang

bersifat prima meliputi hal-hal berikut :18

1. Tata Nilai

Menyangkut nilai kultural, spiritual, etika, falsafah hidup yang

menjadi dasar dan tujuan serta acuan prilaku dari sistem dan proses

adminstrasi pubik.

2. Organisasi Pemerintahan Negara

Terdiri dari organisasi lembaga eksekutif (pemerintah), legislatif

(badan perwakilan rakyat), yudikatif (badan peradilan),dan

lembaga-lembaga negara lainnya yang diperlukan serta saling berhubungan

dalam rangka penyelenggaraan negara, termasuk organisasi

kesekretariatan lembaga-lembaga tersebut.

18

Wirman Syafri, Studi Tentang Administrasi Publik, (Jatinangor : Erlangga, 2012), cet.ke 1,

(46)

3. Manajemen Pemerintahan Negara

Meliputi kegiatan pengelolaan pelaksanaan tugas pemerintahan

umum dan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan dan wilayah

pemerintahan, merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen

pemerintahan, seperti pengelolaan kebijakan, perencanaan, pembiayaan,

pelaksanaan, pengendalian, pelayanan, pengawasan, dan

pertanggungjawaban hasil-hasilnya dari setiap atau keseluruhan

organisasi pemerintahan negara.

4. Sumber Daya Aparatur

Sumber daya manusia sebagai unsur dominan dalam

penyelenggaraan tugas pemerintahan negara, pengelolaan dan

pembinaannya mendapat perhatian dalam keseluruhan aspek dan

dimensinya, mulai dari recruitmen, pengembangan kompetensi,

pengembangan karier, dan kesejahteraan serta pemensiunannya.

5. Sistem dan Proses Kebijakan Negara19

Sistem dan Proses Kebijakan negara, peran administrasi publik

terutama dalam fungsi dan proses: (a) perumusan kebijakan, (b)

penetapan kebijakan, (c) pelaksanaan kebijakan, (d) pengawasan dan

pengendalian pelaksanaan kebijakan, (e) penilaian hasil (evaluasi

kinerja) pelaksanaan berbagai kebijakan dalam berbagai aspek

19

(47)

kehidupan masyarakat (sosial, ekonomi, politik, hukum, agama,

lingkungan hidup, dan lain sebagainya

6. Posisi, Kondisi, dan Peran Masyarakat Bangsa Dalam Bernegara

Negara didirikan oleh rakyat bangsa untuk mencapai tujuan

bersama sehingga rakyatlah pemilik kedaulatan. Dengan demikian,

organisasi dan manajemen pemerintah tidak dapat mengabaikan aspirasi

dan peran masyarakat atau rakyat dalam penyelenggaraan pemerintah

negara.

7. Hukum Administrasi Publik

Menyangkut dimensi hukum yang bertalian dengan pengaturan

sistem dan proses penyelenggaraan negara, termasuk mengenai

eksistensi, tugas, fungsi lembaga – lembaga pemerintahan negara, saling berhubungan satu sama lain dimaksudkan agar kelembagaan negara

tersusun dan terselenggara secara efisien, proporsional, efektif dan

legitimate.20

C. Tugas Pokok Kepolisian

Tugas pokok kepolisian negara Republik Indonesia telah jelas

dicantumkan didalam pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pada amandemen ketiga yang berbunyi, “ Kepolisian

Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan

20

(48)

ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani

masyarakat, serta menegakan hukum.” Kemudian lebih dispesifikasikan

kembali tugas kepolisian didalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Tugas pokok Kepolisian seperti tercantum pada pasal 13

Undang-Undang Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan

pada masyarakat. Kemudian dijelaskan lebih rinci mengenai tugas pokok

Kepolisian, dimana Kepolisian bertugas :21

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dan menjamin keamanan, ketertiban

dan kelancaran lalu lintas dijalan.

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan.

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

6. Melakukan kordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil,dan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa.

21

(49)

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya.

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik, dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian.

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak

asasi manusia.

10.Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.

11.Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian.

12.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Lebih dalam lagi kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

menyelenggarakan tugasnya, diantaranya :22

1. Menerima laporan dan/atau pengaduan

2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum

22 Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

(50)

3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat

4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa

5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administratif kepolisian

6. Melaksanakan pemeriksaan khsusus sebagai bagian dari tindakan

kepolisian dalam rangka pencegahan

7. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian

8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya saat memotret seseorang

9. Mencari keterangan dan barang bukti

10.Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional

11.Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat

12.Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat

13.Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu23

Dari pemaparan tugas Kepolisian sendiri dapat dilihat bahwa keseluruhan

tugas yang dicantumkan adalah untuk kepentingan masyarakat demi tercapainya

keamanan dan ketertiban masyarakat. Dan secara nyata pun dapat terlihat bahwa

fungsi kepolisian yang tertulis didalam Undang-Undang Kepolisian telah sesuai

23 Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

(51)

dengan keinginan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

D. Pengertian Pelayanan Demonstrasi

Sebelum masuk kepada pengertian atau maksud dari pelayanan demonstrasi,

terlebih dahulu akan dipaparkan pengertyian dari pelayanan dan demonstrasi itu

sendiri. Di awal pembahasan skripsi ini, penulis telah memberikan beberapa

pengertian tentang 91pelayanan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pelayanan adalah : (1) Perihal atau cara melayani, (2) Usaha melayani kebutuhan

oranglain, (3) Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang

dan jasa. Kemudian pengertian lain dari pelayanan adalah setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan

meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Masuk kedalam pengertian dari Demonstrasi atau Unjuk Rasa yang terdapat

pada Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan

Pendapat di Muka Umum, yaitu “Unjuk Rasa atau Demonstrasi adalah kegiatan

yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran.24

Selain itu pengertian lain dari Unjuk Rasa atau Demonstrasi adalah sebuah

gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang didepan umum. Biasanya

dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau menentang

24 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan

(52)

kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai

sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.25

Dapat disimpulkan bahwa sebuah pelayanan demonstrasi merupakan kegiatan

yang dilakukan oleh sekumpulan orang didepan umum untuk menyatakan

pendapat sebagai upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.

Pada 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan

harga BBM. Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, sedangkan solar dari

Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Menurut pemerintah, pengurangan subsidi

BBM akan memberikan ruang fiskal hingga Rp 100 triliun. Menurut menteri

keuangan Bambang Brodjonegoro, pemerintah akan memberikan kompensasi

berpa bantuan langsung senilai Rp 200 ribu per bulan yang akan disalurkan

kepada 15,5 juta keluarga. Kenaikan ini terjadi beriringan dengan turunnya harga

minyak dunia secara drastis sejak Juni 2014.26

E. Satuan II Pelopor dari Masa ke Masa

1. Awal Berdirinya Satuan Brimob (Korps Baret Biru)

Pasukan semi militer dan militer serta polisi tugas khusus awal

mulanya dibentuk oleh Jepang yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan

tenaga manusia untuk mendukung kepentingan perangnya. Kekurangan tenaga

25

https://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa , diunduh pada tanggal 24 April 2016 Pukul 22.56 WIB.

26

(53)

ini disebabkan karena kekalahan pada perang sejak awal tahun 1943 dalam

pertempuran laut di sekitar Midway dan laut karang. Jatuhnya kepulauan

Saipan ke tangan Ameria menimbulkan keresahan masyarakat Jepang serta

hilangnya kapal-kapal angkut dan kapal perang Jepang seiring dengan

terpukul mundurnya mereka dari Paua Nugini, Kepulauan Salomon dan

Kepulauan Marshall.27

Atas dasar kekalahan tersebutlah pada awal Maret 1943 akhirnya

diresmikan berdirinya Seinendan atau Barisan Pemuda, Gakutotai atau

Barisan Pelajar, Keibodan atau Barisan Bantu Polisi, Pembantu Prajurit

Jepang (Heiho) dan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Peta). Pada zaman

pendudukan Jepang ini, Kepolisian (Keisatsutai) mempunyai pasukan polisi

dengan tugas-tugas khusus, yang dinamakan Tokubetsu Keisatsu Tai (Polisi

Istimewa) dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berubah nama

menjadi Polisi Istimewa (PI) atau Pasukan Polisi Perjuangan (P-3) yang

dibentuk di tiap-tiap Karesidenan.

Polisi istimewa ini merupakan satu-satunya badan kepolisian bentukan

Jepang yang tetap dipertahankan untuk memegang senjata, memainkan

peranannya memperkuat Barisan Perjuangan Rakyat menentang penjajahan

dan menjadi cikal bakal terbentuknya Mobrig atau yang dikenal dengan

Brigade Mobil Polri (Brimob). Pada tanggal 14 November 1946 Perdana

27 Hari Supriyadi,

(54)

Menteri Sutan Sjahrir membentuk Mobile Brigade (Mobrig) sebagai ganti

pasukan Polisi Istimewa dan tanggal ini pula ditetapkan sebagai hari jadi

Korps Baret Biru.28

Dalam kapasitasnya ini Mobrig telah banyak menghadapi berbagai

gejolak didalam negeri, diantaranya menumpas pelaku Peristiwa Madiun di

Madiun dan Blitar Selatan dakam Operasi Trisula, Penumpasan DI/TII di

Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo dan di Sulawesi Selatan

dan Aceh dipimpin oleh Kahar Muzakar dan Daud Beureh, APRA ditahun

1950, Penumpasan Andi Azis ditahun 1950, PRRI ditahun 1953 dan Operasi

Mena pada 11 Maret 1958.29

2. Perubahan Mobile Brigade menjadi Brigade Mobil Polri

Sesuai dengan perkembangan keadaan saat peringatan HUT Mobrig

tangal 14 November 1961 saat itu, sebutan Korps Mobile Brigade telah

diganti sendiri oleh Presiden Soekarno selaku Kepala Negara dengan sebutan

Korps Brigade Mobil (berdasar kepada Ejaan Bahasa Indonesia yang baku ).

Dan pada saat itu pula Korps Brimob Polri mendapat Penghargaan “Nugraha

Sakanti Jana Utama” berdasar kepada sikap bakti dan berdama guna

kepentingan tugas kepolisian selama 15 tahun sejak didirikannya sehingga

sebagai kesatuan yang terpercaya patut menjadi tauladan yang dapat

28

Hari Supriyadi, Satuan II Pelopor : Pengawal Setia yang Tangguh dan Dapat Diandalkan, h. 40-41

29

(55)

memajukan sifat-sifat Kepolisian Sejati (Surat Keputusan Presiden RI no. 591

Tahun 1961). Dengan penghargaan ini Korps Brimob adalah satu-satunya

kesatuan yang pertama mendapatkan penghargaan dari pemerintah.30

Peristiwa penting yang telah dilewati Brimob adalah Peristiwa Trikora

Brimob mempersiapkan sejumlah Resimen Tim Pertempuran (RTP) di

pulau-pulau Provinsi Maluku yang terdekat dengan Irian Barat sebagai respon atas

perintah Presiden Soekarno untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.31

3. Brimob di Wilayah Kedunghalang Bogor

Keberadaan Mobrig di wilayah Kedunghalang Bogor Jawa barat

berawal dari peristiwa pemberontakan APRA yang dipimpin oleh Kapten

Raymond Westerling. Peristiwa kudeta APRA merupakan peristiwa yang

terjadi pada 23 Januari 1950 dimana segerombolan orang bersenjata dibawah

Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan pasukan

khusus (Korps Speciaale Troepen), masuk menyerbu kota Bandung dan

membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui.32

Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya

oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer

Belanda. Sebanyak 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut

30

Hari Supriyadi, h. 52

31 Hari Supriyadi, h. 53 32

Referensi

Dokumen terkait