Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
Pratiwi Wulandari Meiliana NIM : 1111048000063
K O N S E N T R A S I H U K U M K E L E M B A G A A N N E G A R A
P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M
F A K U L T A S S Y A R I A H D A N H U K U M
U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I
S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H
J A K A R T A
BAKAR MINYAK OLEH ANGGOTA MARKAS KOMANDO BRIGADE
MOBIL RESIMEN II PELOPOR (Analisis UU No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi
Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437H/2016M.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan penemuan sebuah kasus penanganan
demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh anggota Markas Komando
Brigade Mobil Satuan II Pelopor merujuk kepada pasal 2 Undang-Undang No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bagaimana
implementasi sebuah fungsi kepolisian yang digambarkan oleh Negara dengan
kejadian nyata di masyarakat. Penelitian ini penting untuk melihat bagaimana
bentuk pelayanan oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam
penanganan kasus demonstrasi, mekanisme pengamanan demonstrasi yang
dilakukan oleh anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dan faktor yang
mempengaruhi anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam melakukan
penanganan demonstrasi.
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris normatif dengan
menerapkan pendekatan perundang-undangan (statute approachi), pendekatan
kasus (case approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach)
menggunakan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan Penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga
bahan bakar minyak oleh Markas Komando Brigade Mobil Resimen II Pelopor
untuk membuktikan bentuk pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan
fungsi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia sendiri.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pelayanan yang dilakukan
pengamanan kepada Kapolda setelah melakukan pengamanan. Mekanisme
penanganan demonstrasi dimulai pada persiapan apel penunjukan personel yang
akan ditugaskan untuk melakukan pengamanan sampai pada persiapan di tempat
dilakukannya demonstrasi, kemudian tindakan yang dilakukan dalam menghadapi
demonstran yang mulai melakukan tindakan yang berstatus Ancaman Gangguan
sampai dengan berstatus anarkis sampai pada tahap akhir dimana kondisi sudah
kondusif dan penyerahan tanggung jawab pemeliharaan situasi kamtibmas
kembali kepada satuan kewilayahan.
Kemudian Faktor yang mempengaruhi pengamanan demonstrasi harga
bahan bakar minyak yang dilakukan oleh anggota Satuan II Pelopor Mako Brimob
terbagi menjadi 2 faktor yaitu Faktor Internal, dimana sikap mental berupa
ketidaksiapan dan pengendalian diri atau emosi yang berlebihan dari masyarakat
dalam menerima perubahan situasi menyebabkan masyarakat cenderung
menimbulkan aksi anarkis. Faktor Eksternal, yaitu Kesigapan anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam melayani masyarakat sebagai salah satu bentuk
perwujudan dari salah satu fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia terlebih
lagi bentuk pendidikan yang diberikan kepada Anggota Brimob yang tergolong
keras dan dituntut untuk menguasai berbagai bidang salah satunya dalam hal
menembak lawan dalam keadaan diam maupun didalam kendaraan bergerak
sampai pada keahlian penjinakan bom. Hal ini dilakukan karena tugas yang
diemban tergolong cukup berat apabila disetarakan dengan fungsi satuan polisi
Dalmas.
Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH
Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat,
nikmat serta anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PELAYANAN MARKAS KOMANDO BRIGADE MOBIL RESIMEN II
PELOPOR DALAM PENANGANAN DEMONSTRASI KASUS KENAIKAN
HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2014”. Sholawat serta salam
penulis sampaikan kepada junjungan alam semesta Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang ini.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan
kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH dan Drs. Abu Thamrin, SH.,
M.Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Sekretaris Program
Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah
4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya Bapak Nur Habibi, SH.I., MH dan Bapak Nur Rohim
Yunus, LL.M yang telah memberikan banyak bantuan dan ilmu dengan
tulus dan ikhlas.
5. Staff pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani
dengan kesungguhan hati.
6. Staff dan pegawai perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Kepada Ibunda Elida Suprini dan Ayahanda Tohari yang terkasih dan
selalu dalam lindungan Allah SWT. Terima kasih atas segalanya yang
telah diberikan, tiada kata yang dapat menggambarkan perjuangan Ibunda
dan Ayahanda untukku.
8. Kepada Adikku Dinda Septiarini, terima kasih telah memberi semangat
agar menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Bapak Tan Siang Surya, Bapak Slamet Haryadi, Bapak Hengky
Marindo, terima kasih atas kesediaannya mengizinkan saya bekerja sambil
11. Kepada teman – teman KKN Al-Fatih, Sunan Parera, S.Kom , Rahmat Juniawan, S.Kom , Dennis, Ahmad Subhan, Andhika, Raka Bella Rifky,
Nur Aslihah, Khridmadanty Angelita, Siti Sarah Anggraini, Utami Nur
Kholifah, Eni Rahayu, Ningrum Lestary terima kasih atas perkenalan
indah dan semangat yang tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Kepada sahabat karib, Ade Citra Armeed dan Ika Rachmawati, terima
kasih atas dukungan moril yang diberikan untuk penulis agar dapat
menyelesaikan skripsi ini.
13. Kepada teman – teman Team Support Royal Agency of Universe, Mba Sri Tari, Jeanneth Arttia Absal, Mba Aan Arafah, Ari Irawan, Mba Dwi
Octorianie, Bapak Usmajaji, terima kasih atas nasihat yang membangun
sehingga penulis tetap optimis dalam menyelesaikan skripsi ini
14. Kepada Kakak Zulpan, terima kasih telah mengajar dan membimbing saya
dalam belajar Bahasa Arab.
15. Kepada kekasihku Egi Suwardiyanto, terima kasih telah memberikan saran
dalam pembuatan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
yang membaca. Sekian dan terima kasih.
Jakarta, 25 Juli 2016
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 12
E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ... 16
F. Metode Penelitian ... 19
G. Sistematika Penulisan ... 22
BAB II. PELAYANAN PRIMA LEMBAGA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA A. Pengertian Pelayanan Prima ... 24
B. Ruang Lingkup Pelayanan Prima ... 30
C. Perihal Tugas Pokok Kepolisian... 36
D. Pengertian Pelayanan Demonstrasi... 40
Indonesia... 51
B. Visi, Misi, Tugas, Wewenang dan Struktur Kepolisian Negara
Republik Indonesia ... 60
C. Kedudukan Brimob di Dalam Lingkup Kepolisian Negara Republik
Indonesia ... 64
BAB IV. PENGAMANAN DEMONSTRASI DALAM KASUS KENAIKAN
HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARKAS
KOMANDO BRIGADE MOBIL RESIMEN II PELOPOR
A. Bentuk Pelayanan Dalam Pengamanan Kasus Demonstrasi Kenaikan
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Oleh Satuan Brigade Mobile
Resimen II Pelopor... 67
B. Mekanisme Pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar
minyak oleh anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor …… 85 C. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamanan Demonstrasi Kenaikan
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Tahun
2014... 90
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 96
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi
sebagaimana dicantumkan didalam pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Kedaulatan berada ditangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.1 Secara eksplisit Indonesia telah memiliki prinsip dalam bernegara yaitu memberikan kekuasaan penuh kepada rakyat
terutama untuk memilih kepala negara beserta jajaran dibawahnya yang nantinya
dapat menjalankan pemerintahan sesuai dengan keinginan rakyat.
Namun dalam sistem demokrasi memiliki 2 macam bentuk, yaitu :2
1. Demokrasi Langsung, yaitu semua warga negara secara langsung memilih serta
ikut memikirkan jalannya pemerintahan, bahkan semua orang ikut memerintah.
2. Demokrasi Perwakilan, yaitu tidak semua orang warga negaranya diikutsertakan
secara langsung dalam pemerintahan, tetapi mereka itu memilih perwakilan
diantara mereka yang duduk didalam badan-badan perwakilan atau parlemen.
Apabila berpedoman dari pengertian diatas tentang bentuk demokrasi, Indonesia
masuk kedalam kategori sistem demokrasi perwakilan dimana rakyat diberikan kuasa
1
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2 Titik Triwulan Tutik,
untuk memilih beberapa perwakilannya, diantaranya dijelaskan pada Pasal 22E ayat
(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden, Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.”.
Rakyat hanya dapat memilih perwakilan anggota DPR, DPD, Presiden, Wakil
Presiden dan anggota DPRD, sedangkan badan perwakilan lainnya dipilih tidak
secara langsung oleh rakyat, beberapa diantaranya adalah Ketua dan Wakil ketua
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dipilih oleh Hakim Agung, Hakim
Agung dipilih atas persetujuan Komisi Yudisial dan anggota Komisi Yudisial dipilih
oleh presiden dengan persetujuan DPR.3
Didalam pembagian kekuasaan negara pada mulanya yaitu semasa pra konstitusi
kekuasaan negara umumnya dipegang oleh satu tangan, yaitu Raja. Lambat laun
dengan adanya perkembangan kehidupan kenegaraan kekuasaan yang terdapat dalam
tangan raja, secara perlahan diserahkan kepada badan kenegaraan lain.4 Dapat dikatakan pula dalam hal ini pemikiran setiap manusia yang dinamis dari masa ke
masa tak terkecuali dalam sistem pembagian kekuasaan, dimana pada awalnya
kekuasaan penuh berada di tangan Raja, kemudian berproses menjadi lebih baik yaitu
3
Pasal 24A ayat (4) dan Pasal 24B ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4
dengan memberikan pemisahan kekuasaan yang diserahkan kepada badan kenegaraan
lain.
Dalam pembagian kekuasaan negara, beberapa nama yang memiliki andil dalam
memberikan teori ini yaitu John Locke dan Montesquieu. Dimana dalam terori
pembagian kekuasaan John Lock membaginya menjadi 3 kekuasaan masing-masing
yaitu kekuasaan legislatif (kekuasaan membuat undang-undan), yudikatif (pelaksana
undang-undang) dan kekuasaan federatif (kekuasaan meliputi perang dan damai,
membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan
badan-badan diluar negeri.
Namun pemikiran John Locke ini kemudian dikembangkan oleh Montesquieu.
Menurut Montesquieu, kekuasaan negara itu dibagi kedalam tiga kekuasaan dan
masing-masing kekuasaan dipegang oleh satu badan kenegaraan yang terpisah antara
satu dengan lainnya. Ketiga kekuasaan tersebut adalah kekuasaan legislatif
(kekuasaan membuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang) dan
kekuasaan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang). Teori Montesquieu
juga dikenal dengan “Pemisahan Kekuasaan” (Separation of Power).5
Namun didalam sistem pemerintahan Indonesia dilihat dari pembagian
kekuasaannya, pada dasarnya tidak menganut sistem pemisahaan kekuasaan (Trias
Politika) sebagaimana diajarkan oleh Montesquieu, melainkan menganut sistem
pembagian kekuasaannya, karena :
5
1. UUD 1945 tidak membatasi secara tajam, bahwa setiap kekuasaan itu harus
dilakukan oleh satu organ/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan;
2. UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas tiga bagian saja dan juga
tidak membatasi pembagian kekuasaan dilakukan oleh tiga orang/badan saja;
3. UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh MPR,
Pasal 1 ayat 2, kepada lembaga negara lainnya6
Oleh karena itu penerapan kekuasaan negara di Indonesia tidak sepenuhnya
mengikuti ajaran Montesquieu, tetapi lebih dikembangkan lagi dari segi pengertian
dan pembagiannya. Dapat dikatakan pula teori Montesquieu ini merupakan asal
muasal penerapan kekuasaan negara di Indonesia.
Dalam perjalanannya, sistem ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan
yang sangat mendasar sejak adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan oleh
MPR pada tahun 1999 hingga 2002. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya
kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratis dengan Check and
Balances yang setara dan seimbang diantara cabang – cabang kekuasaan,
mewujudkan supremasi hukum dan keadilan, serta menjamin dan melindungi hak
asasi manusia.7
6
Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Ngara,(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), Cet. Ke I, h. 106-107
7 Mahkamah Konstitusi,
Berkaitan dengan kelembagaan negara, perubahan pertama UUD 1945 memuat
pengendalian kekuasaan presiden, tugas serta wewenang DPR dan Presiden dalam hal
pembentukan undang-undang. Perubahan kedua, UUD 1945 menata ulang
keanggotaan, fungsi, hak, maupun cara pengisiannya. Perubahan ketiga, membahas
ulang kedudukan dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berkaitan dengan tata
cara pemilihan dan pemilihan secara langsung, pembentukan lembaga negara baru
meliputi Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Daerah, dan Komisi Yudisial
serta Pengaturan tambahan BPK. Perubahan keempat UUD 1945, meliputi
keanggotaan MPR, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua dan
kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap serta kewenangan
presiden.8
Secara lengkap hasil perubahan kelembagaan negara diperlihatkan dalam bagan
berikut :
Struktur Kelembagaan Negara Sebelum Amandemen UUD 1945
MPR UUD 1945
8
Tutik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, h. 123-124
Strukur Kelembagaan Negara Setelah Perubahan UUD 19459
UUD 1945
Berdasarkan bagan diatas, terlihat bahwa UUD 1945 setelah dilakukan
amandemen menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga negara. Berikut hasil
pemahaman penulis mengenai 4 bentuk kekuasaan tersebut :
1. Kekuasaan Eksaminatif
Merupakan kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan atas
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Pengertian ini didasari
pada pasal 23E, 23F dan 23G UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang
mengatur tentang hal ini. Pada pasal 23E UUD NRI 1945 menyatakan bahwa :
Ayat (1) : “Untuk memeriksa pengelolaan tanggung jawab tentang kekuasaan
Ayat (2) : “Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan
rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai
kewwenangannya.”
Ayat (3) : “Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.”
2. Kekuasaan Legislatif
Merupakan kekuasaan yang memiliki fungsi untuk membuat atau
menciptakan produk undang-undang. Oleh karena itu terciptalah lembaga negara
yang masuk kedalam kategori legislatif ini, antara lain Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD). Diatur didalam pasal 2, pasal 3, pasal 19, pasal 20, pasal 22C, dan 22D UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Kekuasaan Eksekutif10
Merupakan lembaga negara yang berfungsi sebagai pelaksana
undang-undang. Dimana lembaga negara yang menjadi kedalam kategori ekskutif ini adalah
Presiden, Wakil Presiden serta jajaran cabinet dalam pemerintahan. Sebagaimana
dijelaskan dalam pasal 4 UUD 1945 ;
Ayat (1) : “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang dasar.”
Ayat (2) : “Dalam melaksanakan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu
orang Wakil Presiden.”
10
4. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan ini memiliki peran untuk mengawal serta memantau jalannya
perundang-undangan atau penegakkan hukum di Indonesia. Diatur didalam BAB IX
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana lembaga yang masuk dalam
kategori yudikatif adalah Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK) dan
Komisi Yudisial (KY).
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah kepolisian nasional yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan
tugas tugas lainnya, Polri harus berhubungan baik dengan pihak-pihak luar, baik di
tingkat nasional maupun daerah. Hubungan kerja Polri dalam ruang lingkup
administrasi negara (termasuk DPR dan BPK) dalam sistem peradilan pidana
(Kejaksaan dan peradilan) dan pertahanan (TNI) memerlukan keserasian. Disamping
itu hubungan dengan partai politik dan organisasi kemasyarakatan lainnya juga perlu
diperhatikan tak terkecuali dengan media massa.11
Polri merupakan institusi yang tergabung kedalam kekuasaan eksekutif
dimana dalam hal tugas pokok yang dijalankannya dijelaskan secara rinci oleh UUD
NRI 1945 dan UU dibawahnya. UUD yang mengatur tentang Polri ini pada pasal 30
ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi, “Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
11 Awaloedin Djamin,
bertugas mempertahankan, melindungi mengayomi, melayani masyarakat serta
menegakkan hukum.”
Jika diperhatikan pada tugasnya dalam hal menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat serta melayani dan mengayomi masyarakat, tentunya Polri langsung
bersentuhan dengan masyarakat. Disnilah peran Polri terlihat dari beberapa kasus
demonstrasi yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang memiliki kepentingan lain,
sejauh mana sikap Polri dalam hal ini.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan ini, maka permasalahan penelitian ini akan
dibatasi. Pelayanan publik disini memiliki lingkup yang sangat luas, oleh karena
itu disini difokuskan kepada bentuk pelayanan prima oleh Anggota Markas
Komando (Mako) Brigade Mobile (Brimob) Resimen II Pelopor dalam
penanganan demonstrasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tahun
2014. Dimana lokasi dari Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob)
Resimen II Pelopor berada di Kedunghalang Bogor, Jawa Barat.
2. Rumusan Masalah
Menurut peraturan perundang-undangan dari terbentuknya Kepolisian, dimana
salah satu tugas dan fungsi kepolisian adalah memberikan pelayanan dalam
bidang hukum kepada masyarakat. Disinilah dalam prakteknya dapat diketahui
Polri kepada masyarakat. Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Anggota Mako Brimob
Resimen II Pelopor dalam penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) ?
b. Bagaimana Mekanisme pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan
bakar minyak oleh anggota Mako Brimon Resimen II Pelopor ?
c. Apa faktor yang mempengaruhi anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor
dalam melakukan penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka penelitian ini bertujuan:
a. Memberikan informasi perihal bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota
Mako Brimob Resimen II pelopor dalam penanganan demonstrasi kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM).
b. Memberikan informasi perihal mekanisme penanganan yang dilakukan
anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam kasus demonstrasi kenaikan
c. Memberikan informasi tentang apa saja faktor yang mempengaruhi anggota
Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam menangani kasus demonstrasi
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Secara teoritis, penelitian ini memberikan penjelasan tentang Bentuk
Pelayanan Prima di Lingkungan Markas Komando Brigade Mobile Resimen
II Pelopor.
b. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada para peminat
hukum tata negara dan praktisi ketatanegaraan dalam melihatseperti apa
bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota Mako Brimob Resimen II
Pelopor dan faktor apa saja yang mempengaruhi dalam penanganan
kasusdemonstrasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun
2014.
c. Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana
Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif
D.Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Dimulai dengan mengutip alinea ketiga dari pembukaan UUD NRI Tahun
1945 bahwa, “...untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia...”. Dilanjutkan pada pasal 18A ayat (2)
dijelaskan “Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.”
disini dapat dilihat bahwa Negara menginginkan warga negaranya terlindungi dan
salah satu bentuk perlindungannya dengan memberikan pelayanan kepada setiap
individunya
Kemudian didalam Undang – Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik difokuskan kembali pada standar pelayanan dalam memberikan
sebuah pelayanan, terdapat pada pasal 20 ayat (1), (2), (3), (4) dan pasal 21. Disini
sebuah lembaga negara diberikan kemudahan untuk memberikan pelayanan prima
yaitu dengan adanya standarisasi pelayanan, agar tujuan dari pelayanan terhadap
masyarakat ini tepat sasaran dan segera terwujudnya keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Hasil dari kolaborasi kedua pedoman diatas maka terciptalah tugas dan
wewenang dari Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Undang – Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu pada pasal
2. Kerangka Konseptual
Pada bagian ini akan dikemukakan konsep dasar yang digunakan
sebagai dasar operasional dalam penelitian ini, antara lain adalah pelayanan prima,
kepolisian Republik Indonesia, Kedudukan Brimob dalam struktur Kepolisian.
a. Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah ”excellent service” yang
secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik
atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki
instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian
pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban
aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Agenda perilaku pelayanan
sektor publik menyatakan bahwa pelayanan prima adalah:
a) Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau
pengguna jasa.
b) Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan.
c) Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar.
Pelayanan prima pun tidak luput dari bagian Pelayanan publik, Seperti
dijelaskan di dalam pasal 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, dimana yang dimaksud pelayanan publik adalah Kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Selanjutnya pada pasal 2 pun lebih
dispesifikasikan penyelenggara pelayanan publik ini merupakan institusi
penyelenggaraan negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
b. Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pelayanan prima bisa dalam hal apa saja seiring dengan keinginan dan
pemikiran masyarakat yang semakin bervariasi, salah satu pembahasan
pelayanan prima disini adalah pelayanan dalam bentuk hukum yang dilakukan
oleh salah satu bagian dari lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia,
yaitu Brigade Mobile (Brimob).
Pelayanan yang harus diemban oleh anggota Polri ini secara legal
diperjelas didalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, dimana pada pasal 2 dijelaskan secara umum
fungsi kepolisian adalah sebagai fungsi pemerintahan negara dalam bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat , penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat diikuti dengan
mendukung tugas polri untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat
demi keamanan dan ketertiban dapat ditegakkan.
c. Brimob Polri Sebagai Bagian Dari Institusi Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Tugas dan Wewenang Brimob diatur dalam Lampiran “I” Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/10/IX/1996 tanggal 16 September 1996 tentang
Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Korp Brimob Polri pasal 1, yang menyebutkan
bahwa Korp Brimob Kepolisian Negara Indonesia disingkat Korbrimob adalah
badan pelaksana pada tingkatMarkas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang berkedudukan dibawah Kapolri.
Pada pasal 2 dijelaskan bahwa Korbrimob bertugas membina
kemampuan dan mengerahkan kekuatan Brimob guna menanggulangi
gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat berkadar tinggi, terutama pada
kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak dan
bersama-sama dengan unsur pelaksana operasional kepolisian lainnya
mewujudkan tertib hukum dan ketentraman masyarakat.12 d. Lembaga Negara
Lembaga Negara adalah lembaga pemerintahan atau "Civilizated
Organization" dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan
12Veri Triyanto dalam Skripsinya yang berjudul, “Hubungan Motif Afiliasi Dengan Sikap
untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.
Lembaga negara terbagi dalam beberapa macam dan mempunyai tugas
masing-masing.
E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
No. Aspek Perbandingan Studi Terdahulu
1. a. Judul Skripsi
b. Fokus
Hubungan Motif Afiliasi Dengan Sikap
Anggota Polri Dalam Memberikan
Pelayanan Kepolisian .
Apakah ada perbedaan motif afiliasi yang
signifikan antara anggota Yanmas dengan
anggota Brimob, Apakah ada perbedaan
sikap dalam memberikan pelayanan
kepolisian yang signifikan antara anggota
Yanmas dengan anggota Brimob, Apakah
motif afiliasi mempunyai hubungan yang
signifikan dengan anggota Polri dalam
c. Waktu/Tempat Universitas Indonesia, Depok 2003
2. a. Judul Skripsi
b. Fokus
c. Waktu/Tempat
Upaya Humas Polri Dalam Membangun
Kepercayaan Masyarakat
Sejauh mana tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap Polri, Upaya – upaya apa saja yang dilakukan Humas Polri dalam
membangun kepercayaan masyarakat
Universitas Indonesia, Depok 2005
3. a. Judul Skripsi
b. Fokus
Perbandingan Persepsi Antara Polisi dan
Mahasiswa Terhadap Perilaku Agresif
Dalam Aksi Demonstrasi
Apakah ada perbedaan persepsi antara Polisi
dan Mahasiswa terhadap perilaku agresif
yang terjadi dalam aksi demonstrasi,
Bagaimana persepsi Polisi dan Mahasiswa
c. Waktu/Tempat
aksi demonstrasi berlangsung.
Universitas Indonesia, Depok 2003
Dari ketiga studi terdahulu yang penulis paparkan, terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penulisan skripsi yang penulis buat. Dimulai pada studi
pertama, dalam penulisannya objek yang dibahas memiliki kemiripan yaitu
mengambil objek anggota kepolisian Republik Indonesia, namun yang
membedakan adalah objek yang penulis paparkan lebih spesifik dan satu jenis saja,
yaitu Anggota Mako Brimob Polri Resimen II Pelopor. Didalam tulisan ini penulis
lebih memfokuskan pembahasan kepada bentuk penanganan demonstrasi sebagai
upaya pelayanan prima yang diberikan oleh Anggota Mako Brimob Resimen II
Pelopor.
Pada studi kedua, yang difokuskan untuk dibahas adalah upaya humas Polri
dalam membangun kepercayaan masyarakat. Dimana kemiripannya hanya terdapat
pada objek yang dibahas saja, dari segi pembahasan isi sangatlah berbeda, dimana
pada studi kedua pembahasan tertuju kepada upaya humas Polri dalam
membangun kepercayaan masyarakat sedangkan skripsi yang penulis buat
pembahasan tertuju pada upaya yang dilakukan oleh Anggota Mako Brimob
Resimen II Pelopor dalam penanganan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar
Masuk kepada studi ketiga, kemiripan terlihat pada pembahasan
demonstrasinya saja. Dimana pada studi ketiga pembahasan difokuskan pada
perbandingan persepsi antara polisi dan mahasiswa terhadap perilaku demonstrasi,
tidak dispesifikasikan demonstrasi dalam bentuk apa, sedangkan skripsi yang
penulis buat difokuskan kepada bentuk penanganan demonstrasi kenaikan harga
bahan bakar minyak yang dilakukan anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor
pada tahun 2014 sebagai upaya pelayanan prima Anggota Brimob.
Pada intinya skripsi ini memfokuskan kepada bentuk pelayanan dalam
penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh Anggota
Mako Brimob Resimen II Pelopor dan faktor apa saja yang mempengaruhi
Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor dalam penanganan kasus demonstrasi
sebagai upaya pemberian pelayanan prima kepada masyarakat.
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.
Penelitian jenis ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan
perundang-undangan atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma
yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.13Penelitian
13 Amirudin dan Zainal Asikin,
ini berlandaskan norma-norma hukum yang berlaku yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan.
2. Pendekatan Masalah
Dalam penelitian hukum normatif terdapat beberapa pendekatan. Dengan
pendekatan ini, Penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu yang akan dibahas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
hukum normatif yaitu:14 pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus,
pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan konseptual. Dalam
penelitian ini pendekatan yang Penulis gunakan adalah pendekatan
perundang-undangan, pendekatan kasus dan pendekatan konseptual.
3. Bahan Hukum
b. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum bersifat
otoritatif.Artinya sumber-sumber hukum yang dibentuk oleh pihak yang
berwenang.Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan,
catatan resmi dalam pembuatan perundang-undangan.15 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cet.VI,(Jakarta: Kencana,2010),h.93.
15
Negara Republik Indonesia, Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Sistem Operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia, Peraturan Kapolri
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak
Dalam Penanggulangan Huru Hara, Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian,
PROTAP/1/X/2010 tentang Penanggulangan Anarki.
c. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer.16 Terdiri dari buku-buku teks, jurnal hukum,
kamus hukum, hasil penelitian yang berkaitan dengan Pelayanan publik
terlebih pelayanan dalam bidang hukum oleh bagian dari lembaga Kepolisian
Negara Republik Indonesia, yaitu Brimob.
4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum
primermaupun bahan hukum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang
akan dibahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk mendapatkan
penjelasan yang sistematis.Pengolahan bahan hukum bersifat deduktif yaitu
menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan secara umum ke
permasalahan yang khusus atau lebih konkret.
16
Setelah bahan hukum itu diolah dan diuraikan kemudian Penulis
menganalisisnya (melakukan penalaran ilmiah) untuk menjawab isu hukum yang
telah dirumuskan dalam rumusan masalah.
5. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet. 1. 2012.”
G.Sistematika Penulisan
Pada bagian ini, penulis akan mensistematisasi persoalan-persoalan yang akan
dibahas dengan membagi ke dalam beberapa bab sebagai langkah sistematisasi. Pada
setiap bab terdiri dari sub-sub bab akan membuat tulisan lebih terarah, saling
mendukung dan menjadi satu kesatuan yang utuh, sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teoritis dan konseptual, tinjauan (review), metode penelitian, pedoman
BAB II Pelayanan Prima Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia
Terdiri dari pengertian dan ruang lingkup dari pelayanan prima secara
keseluruhan dari berbagai aspek maupun spesifikasi terhadap pelayanan prima Polri
serta perihal tugas pokok Kepolisian.
BAB III Brimob sebagai bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia
Terdiri dari Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Kedudukan Brimob di dalam lingkup Kepolisian Negara Republik Indonesia
dilengkapi pula dengan tinjauan terhadap Undang – Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
BAB IV Pengamanan Demonstrasi Dalam Kasus Kenaikan Harga Bahan Bahar
Minyak (BBM) Markas Komando Brigade Mobil Resimen II Pelopor
Terdiri dari bentuk penanganan, mekanisme penanganan dan faktor yang
mempengaruhi pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh
Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor.
BAB V Penutup
Berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian.
Dilengkapi juga dengan saran saran yang dapat membantu untuk dapat menjadikan
pelayanan prima di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadi lebih
BAB II
TINJAUAN TEORITIS MENGENAI PELAYANAN PRIMA
LEMBAGA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
A. Pengertian Pelayanan Prima
Perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini cenderung semakin
kompleks. Hal ini ditandai dengan semakin beragam dan meningkatnya
harapan masyarakat atas terpenuhinya kebutuhan pokok. Namun seringkali
upaya pemenuhan harapan masyarakat tersebut dihadapkan dengan semakin
terbatasnya sumber-sumber daya yang ada.
Pemenuhan harapan masyarakat ini pun dapat dikatakan sebagai
bentuk sebuah pelayanan terhadap masyarakat tersebut agar tercapainya
sebuah kepuasan dalam interaksi sosial. Standarisasi sebuah pelayanan yang
baik adalah pelayanan yang memberikan kepuasan terhadap masyarakat
sebagai tujuan pelayanan tersebut dibentuk dan meminimalisir kesalahan yang
dibuat oleh si pemberi pelayanan. Semakin banyak respon kepuasan yang
diberikan, maka dapat dikatakan pelayanan tersebut berhasil diterapkan dan
untuk mencapai hal tersebut maka pelayanan yang diberikan harus bersifat
maksimal atau dengan kata lain disebut dengan pelayanan prima.1
1
Sebelum masuk kedalam pengertian pelayanan prima, terlebih dahulu
menelaah pengertian dari sebuah pelayanan itu sendiri. Apa sebenarnya arti
dari sebuah pelayanan ? maka jawabannya akan beraneka ragam dari banyak
sumber, dan disini penulis akan menelaah sedikit demi sedikit pengertian
yang beraneka ragam tersebut dan merangkumnya dalam sebuah kesimpulan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti pelayanan adalah :2(1) Perihal atau cara melayani, (2) Usaha melayani kebutuhan orang lain, (3)
Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.
Kemudian pengertian lain dari pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik3. Pengertian pelayanan pun dapat dikaitkan dengan istilah
S.E.R.V.I.C.E :
1.Istilah pertama,
a. Self awarness : Menanamkan kesadaran diri, menanamkan
pelayanan dengan benar
b. Enthusiasm : Pelayanan dengan penuh gairah
c. Reform : Memperbaiki kinerja pelayanan
d. Value : Pelayanan dengan nilai tambah
2
Kbbi.web.id, diunduh pada tanggal 10 November 2015 pukul 22.12 wib
3
e. Impressive : Penampilan menarik
f. Evaluation : Mengevaluasi layanan
2. Istilah kedua,
a. Self Esteem : Nilai pada diri sendiri
b. Exceed Expectation : Melampaui harapan pelanggan
c. Recover : Merebut kembali
d. Vision : Visi
e. Improve : Peningkatan
f. Care : Perhatian
3. Istilah ketiga,
a. Self Awareness & Self Esteem : Kesadaran dalam tugas dan menjaga
martabat diri dan pelanggan
b. Emphaty & Enthusiasm : Empati dan gairah
c. Vision & Victory : Visi dan kemenangan semua pihak
d. Initiative & Impressive : Inisiatif dan mengesankan
e. Care & Cooperative : Pengertian dan kerjasama yang baik
f. Empowerment & Evaluation : Pemberdayaan diri dan evaluasi4
Dalam suatu pelayanan, tentulah kualitas pelayanan merupakan hal
yang penting untuk dipertahankan. Kualitas pelayanan berhubungan erat
4
dengan pelayanan yang sistematis dan komprehensif yang lebih dikenal
dengan konsep pelayanan prima.Pelayanan primaadalah5 pelayanan yang
diberikan kepada pelanggan (masyarakat) minimal sesuai denganstandar
pelayanan (cepat, tepat, akurat, murah, ramah).
Adapun beberapa pendapat para ahli dalam mengemukakan pengertian
dari pelayanan prima sendiri, diantaranya:
1) Menurut Philip Kottler6, “ Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atau beberapa
pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
yang pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan menimbulkan
kepemilikan apapun kepada yang menerimanya.
2) Menurut AS. Moenir7, “ Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan tindakan yang dilakukan
orang lain agar masing-masing memperoleh keuntungan yang diharapkan
dan mendapat kepuasan
5
Sedarmayanti,Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan (mewujudkan pelayanan prima dan kepemerintahan yang baik,(Bandung : Refika Aditama, 2009),h. 248
6
Philip Kottler, Marketing Management : Analisis Planning, Implementation and Control, Eight Edition, New Jersey,(Prentice Hall, 1994), h. 446
7
3) Sedangkan menurut H.N. Casson8, mendefinisikan pelayanan sebagai tindakan yang dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari
petunjuk atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan
menciptakan good will atau nama baik serta peningkatan penjualan serta
pendapatan
4) Pelayanan menurut Atep Adya Brata9 adalah segala usaha penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon pembeli atau
pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya transaksi
5) Definisi pelayanan menurut Ivancevich, Corenzi, Skinner dan Erosby
(1997 : 448)10“ Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata 6) Sedangkan definisi pelayanan yang lebih rinci diberikan Gronross11 adalah
“ Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat
tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen atau pelanggan.
8
Herbert N. Casson, Petunjuk Praktis Dalam Berusaha, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h.13
9
Atep Adya Brata, Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK,(Bandung: Armico, 1999), h. 93
10
Ratminto & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pengembangan: Model Konseptual,Penerapan Citizens Character & Standar Pelayanan Minimal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-1, h.2
11
Adapun pendapat lain yang mendefinisikan bahwa pelayanan prima
merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau
instansi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana diharapkan
masyarakat dapat puas terhadap layanan yang diberikan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pelayanan prima dapat ditandai dengan adanya pengabdian kepada masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat.12 Hal yang melekat dalam pelayanan prima yaitu diantaranya:
Keramahan
a. Kredibilitas
b. Akses
c. Penampilan Fasilitas
d. Kemampuan Dalam Menyajikan Pelayanan.
Pelayanan prima dilakukan tidak lain untuk memberikan kepuasan bagi pengguna
jasa, karena itu penyelenggaraannya membutuhkan asas-asas pelayanan. Dimana
pelayanan prima pun berpedoman kepada asas-asas pelayanan publik menurut
KEPMENPAN Nomor 63 Tahun 2003 sebagai berikut:
a. Transparansi.
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membu-tuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas
12
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
per-undang-undangan.
c. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan
dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif
Mendorong peran serta masya-rakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dengan memperhatikan aspirasi, kebu-tuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan,
gender, dan status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak.13
B. Ruang Lingkup Pelayanan Prima
Sebuah pelayanan prima masih masuk kedalam lingkup pelayanan
publik, hanya saja pelayanan prima lebih ditingkatkan kepada bentuk
pelayanan publik dengan memfokuskan kepada kinerja yang maksimal. Ruang
lingkup pelayanan prima pun dapat dilihat pada pasal 5 Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dimana ruang lingkup pelayanan
13
publik terdiri dari pelayanan barang publik, pelayanan jasa dan pelayanan
administratif. Untuk mengetahui lebih lanjut masing-masing penjelasan dari
pelayanan barang publik, pelayanan jasa dan pelayanan administratif dapat
dilihat sebagai berikut :14
1. Pelayanan Barang Publik :
a. Meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,
komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan
sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata
dan sektor strategis lainnya
b. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi
pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah
c. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu
badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan
d. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
14
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi
kesediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan15 2. Pelayanan Jasa Publik :
a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
b. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara
dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan
c. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan16 3.Pelayanan Administratif :
a. Tindakan administrasi pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan
diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan
15
Pasal 5 ayat (1), (2), (3), Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
16
perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
warga negara
b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan
oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan17
Apabila ditelaah lebih dalam ruang lingkup pelayanan publik menurut
Undang-Undang Pelayanan Publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa
publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Dalam ruang lingkup tsb, termasuk pendidikan, pengajaran, pekerjaan
dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup,
kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,
pariwisata, dan sektor strategis lainnya.
Dari ketiga kategori ruang lingkup pelayanan publik diatas, ruang lingkup
pelayanan prima masuk kedalam golongan pelayanan jasa publik dan pelayanan
administrasi. Dimana penyedia dalam pelayanan jasa bisa dari instansi
pemerintah ataupun badan usaha yang modal pendirian sebagian ataupun
seluruhnya bersumber dari kekayaan negara atau kekayaan daerah yang
kekayaannya terpisah dari kekayaan negara.
Dalam melaksanakan pelayanan, pemerintah membentuk Organisasi
Penyelenggara. Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,
17
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undangundang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata
untuk kegiatan pelayanan. Penyelenggara dan seluruh bagian organisasis
penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan
kegagalan penyelenggaraan pelayanan.
Selanjutnya secara lebih rinci Lembaga Administrasi Negara menyebutkan
bahwa sebagai suatu disiplin dan sistem, ruang lingkup pelayanan publik yang
bersifat prima meliputi hal-hal berikut :18
1. Tata Nilai
Menyangkut nilai kultural, spiritual, etika, falsafah hidup yang
menjadi dasar dan tujuan serta acuan prilaku dari sistem dan proses
adminstrasi pubik.
2. Organisasi Pemerintahan Negara
Terdiri dari organisasi lembaga eksekutif (pemerintah), legislatif
(badan perwakilan rakyat), yudikatif (badan peradilan),dan
lembaga-lembaga negara lainnya yang diperlukan serta saling berhubungan
dalam rangka penyelenggaraan negara, termasuk organisasi
kesekretariatan lembaga-lembaga tersebut.
18
Wirman Syafri, Studi Tentang Administrasi Publik, (Jatinangor : Erlangga, 2012), cet.ke 1,
3. Manajemen Pemerintahan Negara
Meliputi kegiatan pengelolaan pelaksanaan tugas pemerintahan
umum dan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan dan wilayah
pemerintahan, merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
pemerintahan, seperti pengelolaan kebijakan, perencanaan, pembiayaan,
pelaksanaan, pengendalian, pelayanan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban hasil-hasilnya dari setiap atau keseluruhan
organisasi pemerintahan negara.
4. Sumber Daya Aparatur
Sumber daya manusia sebagai unsur dominan dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan negara, pengelolaan dan
pembinaannya mendapat perhatian dalam keseluruhan aspek dan
dimensinya, mulai dari recruitmen, pengembangan kompetensi,
pengembangan karier, dan kesejahteraan serta pemensiunannya.
5. Sistem dan Proses Kebijakan Negara19
Sistem dan Proses Kebijakan negara, peran administrasi publik
terutama dalam fungsi dan proses: (a) perumusan kebijakan, (b)
penetapan kebijakan, (c) pelaksanaan kebijakan, (d) pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan kebijakan, (e) penilaian hasil (evaluasi
kinerja) pelaksanaan berbagai kebijakan dalam berbagai aspek
19
kehidupan masyarakat (sosial, ekonomi, politik, hukum, agama,
lingkungan hidup, dan lain sebagainya
6. Posisi, Kondisi, dan Peran Masyarakat Bangsa Dalam Bernegara
Negara didirikan oleh rakyat bangsa untuk mencapai tujuan
bersama sehingga rakyatlah pemilik kedaulatan. Dengan demikian,
organisasi dan manajemen pemerintah tidak dapat mengabaikan aspirasi
dan peran masyarakat atau rakyat dalam penyelenggaraan pemerintah
negara.
7. Hukum Administrasi Publik
Menyangkut dimensi hukum yang bertalian dengan pengaturan
sistem dan proses penyelenggaraan negara, termasuk mengenai
eksistensi, tugas, fungsi lembaga – lembaga pemerintahan negara, saling berhubungan satu sama lain dimaksudkan agar kelembagaan negara
tersusun dan terselenggara secara efisien, proporsional, efektif dan
legitimate.20
C. Tugas Pokok Kepolisian
Tugas pokok kepolisian negara Republik Indonesia telah jelas
dicantumkan didalam pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada amandemen ketiga yang berbunyi, “ Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
20
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakan hukum.” Kemudian lebih dispesifikasikan
kembali tugas kepolisian didalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tugas pokok Kepolisian seperti tercantum pada pasal 13
Undang-Undang Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
pada masyarakat. Kemudian dijelaskan lebih rinci mengenai tugas pokok
Kepolisian, dimana Kepolisian bertugas :21
1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
2. Menyelenggarakan segala kegiatan dan menjamin keamanan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas dijalan.
3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan.
4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
6. Melakukan kordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil,dan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa.
21
7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya.
8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik, dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian.
9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia.
10.Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.
11.Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya
dalam lingkup tugas kepolisian.
12.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Lebih dalam lagi kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
menyelenggarakan tugasnya, diantaranya :22
1. Menerima laporan dan/atau pengaduan
2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum
22 Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat
4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa
5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian
6. Melaksanakan pemeriksaan khsusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan
7. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian
8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya saat memotret seseorang
9. Mencari keterangan dan barang bukti
10.Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional
11.Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat
12.Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat
13.Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu23
Dari pemaparan tugas Kepolisian sendiri dapat dilihat bahwa keseluruhan
tugas yang dicantumkan adalah untuk kepentingan masyarakat demi tercapainya
keamanan dan ketertiban masyarakat. Dan secara nyata pun dapat terlihat bahwa
fungsi kepolisian yang tertulis didalam Undang-Undang Kepolisian telah sesuai
23 Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
dengan keinginan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
D. Pengertian Pelayanan Demonstrasi
Sebelum masuk kepada pengertian atau maksud dari pelayanan demonstrasi,
terlebih dahulu akan dipaparkan pengertyian dari pelayanan dan demonstrasi itu
sendiri. Di awal pembahasan skripsi ini, penulis telah memberikan beberapa
pengertian tentang 91pelayanan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pelayanan adalah : (1) Perihal atau cara melayani, (2) Usaha melayani kebutuhan
oranglain, (3) Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang
dan jasa. Kemudian pengertian lain dari pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Masuk kedalam pengertian dari Demonstrasi atau Unjuk Rasa yang terdapat
pada Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum, yaitu “Unjuk Rasa atau Demonstrasi adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran.24
Selain itu pengertian lain dari Unjuk Rasa atau Demonstrasi adalah sebuah
gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang didepan umum. Biasanya
dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau menentang
24 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan
kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai
sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.25
Dapat disimpulkan bahwa sebuah pelayanan demonstrasi merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh sekumpulan orang didepan umum untuk menyatakan
pendapat sebagai upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.
Pada 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan
harga BBM. Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, sedangkan solar dari
Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Menurut pemerintah, pengurangan subsidi
BBM akan memberikan ruang fiskal hingga Rp 100 triliun. Menurut menteri
keuangan Bambang Brodjonegoro, pemerintah akan memberikan kompensasi
berpa bantuan langsung senilai Rp 200 ribu per bulan yang akan disalurkan
kepada 15,5 juta keluarga. Kenaikan ini terjadi beriringan dengan turunnya harga
minyak dunia secara drastis sejak Juni 2014.26
E. Satuan II Pelopor dari Masa ke Masa
1. Awal Berdirinya Satuan Brimob (Korps Baret Biru)
Pasukan semi militer dan militer serta polisi tugas khusus awal
mulanya dibentuk oleh Jepang yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan
tenaga manusia untuk mendukung kepentingan perangnya. Kekurangan tenaga
25
https://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa , diunduh pada tanggal 24 April 2016 Pukul 22.56 WIB.
26
ini disebabkan karena kekalahan pada perang sejak awal tahun 1943 dalam
pertempuran laut di sekitar Midway dan laut karang. Jatuhnya kepulauan
Saipan ke tangan Ameria menimbulkan keresahan masyarakat Jepang serta
hilangnya kapal-kapal angkut dan kapal perang Jepang seiring dengan
terpukul mundurnya mereka dari Paua Nugini, Kepulauan Salomon dan
Kepulauan Marshall.27
Atas dasar kekalahan tersebutlah pada awal Maret 1943 akhirnya
diresmikan berdirinya Seinendan atau Barisan Pemuda, Gakutotai atau
Barisan Pelajar, Keibodan atau Barisan Bantu Polisi, Pembantu Prajurit
Jepang (Heiho) dan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Peta). Pada zaman
pendudukan Jepang ini, Kepolisian (Keisatsutai) mempunyai pasukan polisi
dengan tugas-tugas khusus, yang dinamakan Tokubetsu Keisatsu Tai (Polisi
Istimewa) dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berubah nama
menjadi Polisi Istimewa (PI) atau Pasukan Polisi Perjuangan (P-3) yang
dibentuk di tiap-tiap Karesidenan.
Polisi istimewa ini merupakan satu-satunya badan kepolisian bentukan
Jepang yang tetap dipertahankan untuk memegang senjata, memainkan
peranannya memperkuat Barisan Perjuangan Rakyat menentang penjajahan
dan menjadi cikal bakal terbentuknya Mobrig atau yang dikenal dengan
Brigade Mobil Polri (Brimob). Pada tanggal 14 November 1946 Perdana
27 Hari Supriyadi,
Menteri Sutan Sjahrir membentuk Mobile Brigade (Mobrig) sebagai ganti
pasukan Polisi Istimewa dan tanggal ini pula ditetapkan sebagai hari jadi
Korps Baret Biru.28
Dalam kapasitasnya ini Mobrig telah banyak menghadapi berbagai
gejolak didalam negeri, diantaranya menumpas pelaku Peristiwa Madiun di
Madiun dan Blitar Selatan dakam Operasi Trisula, Penumpasan DI/TII di
Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo dan di Sulawesi Selatan
dan Aceh dipimpin oleh Kahar Muzakar dan Daud Beureh, APRA ditahun
1950, Penumpasan Andi Azis ditahun 1950, PRRI ditahun 1953 dan Operasi
Mena pada 11 Maret 1958.29
2. Perubahan Mobile Brigade menjadi Brigade Mobil Polri
Sesuai dengan perkembangan keadaan saat peringatan HUT Mobrig
tangal 14 November 1961 saat itu, sebutan Korps Mobile Brigade telah
diganti sendiri oleh Presiden Soekarno selaku Kepala Negara dengan sebutan
Korps Brigade Mobil (berdasar kepada Ejaan Bahasa Indonesia yang baku ).
Dan pada saat itu pula Korps Brimob Polri mendapat Penghargaan “Nugraha
Sakanti Jana Utama” berdasar kepada sikap bakti dan berdama guna
kepentingan tugas kepolisian selama 15 tahun sejak didirikannya sehingga
sebagai kesatuan yang terpercaya patut menjadi tauladan yang dapat
28
Hari Supriyadi, Satuan II Pelopor : Pengawal Setia yang Tangguh dan Dapat Diandalkan, h. 40-41
29
memajukan sifat-sifat Kepolisian Sejati (Surat Keputusan Presiden RI no. 591
Tahun 1961). Dengan penghargaan ini Korps Brimob adalah satu-satunya
kesatuan yang pertama mendapatkan penghargaan dari pemerintah.30
Peristiwa penting yang telah dilewati Brimob adalah Peristiwa Trikora
Brimob mempersiapkan sejumlah Resimen Tim Pertempuran (RTP) di
pulau-pulau Provinsi Maluku yang terdekat dengan Irian Barat sebagai respon atas
perintah Presiden Soekarno untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.31
3. Brimob di Wilayah Kedunghalang Bogor
Keberadaan Mobrig di wilayah Kedunghalang Bogor Jawa barat
berawal dari peristiwa pemberontakan APRA yang dipimpin oleh Kapten
Raymond Westerling. Peristiwa kudeta APRA merupakan peristiwa yang
terjadi pada 23 Januari 1950 dimana segerombolan orang bersenjata dibawah
Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan pasukan
khusus (Korps Speciaale Troepen), masuk menyerbu kota Bandung dan
membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui.32
Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya
oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer
Belanda. Sebanyak 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut
30
Hari Supriyadi, h. 52
31 Hari Supriyadi, h. 53 32