• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Sarana dan Prasarana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Sarana dan Prasarana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN SARANA DAN PRASARANA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKIRPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Faiz Izzat Muttaqin 1110018200083

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i ABSTRAK

Faiz Izzat Muttaqin (NIM: 1110018200083). Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Sarana dan Prasarana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana yang meliputi lima dimensi yaitu Responsiveness, Assurance, Tangibles, Empathy, dan Realibility dengan empat aspek sarana dan prasarana yang dimiliki Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yaitu ruang kelas, elevator, perpustakaan, dan toilet. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan November 2015 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif metode analisis deskriptif.

Data kepuasan siswa diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh 100 mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan angkatan 2013. Penentuan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dilanjutkan dengan random sampling.

Hasil perhitungan diperoleh nilai akhir perdimensi yaitu, Responsiveness 57,97%, Assurance 58,22%, Tangibles 59,68%, Empathy 57%, dan Realibility 58,1%. Skor akhir penelitian dengan jumlah 58,32% menunjukan bahwa layanan sarana dan prasaran yang diberikan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dianggap kurang memuaskan mahasiswa. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terutama dalam memberikan layanan sarana dan prasarana di tingkat fakultas.

(8)

ii ABSTRACT

Faiz Izzat Muttaqin (NIM: 1110018200083). The Student’s Satisfaction Of Facilities And Infrastructure Service Faculty Of Tarbiya’ And Teaching Training Islamic State University.

This research was aim to explain the student’s satisfaction of facilities and

infrastructure service which contain 5 dimension of Responsiveness, Assurance, Tangibles, Empathy, and Realibility. These dimension consist four aspect of facility and infrastructure that Faculty of Tarbiya’ and Teaching Training have they are class room, elevator, library and toilet. This research was conduct on November 2015 in

Faculty of Tarbiya’ and Teaching Training Islamic State University by Quantitative approach with descriptive analysis method.

Student satisfaction’s datum was obtained through Questionnaire filled by 100

Faculty of Tarbiya’ and Teaching Training student’s batch 2013. Sample

determination engaged stratified random sampling technic also followed by random sampling.

Calculation result on each dimension was Responsiveness 57,97%, Assurance 58,22%, Tangibles 59,68%, Empathy 57%, and Realibility 58,1%. which obtained final score at 58,32%. It was shown that the facilities and infrastructure was given by

Faculty of Tarbiya’ and Teaching Training considered less satisfying students. This research expected to be useful for increasing facilities and infrastructure quality specifically on providing facilities and infrastructures in faculty grade.

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan nikmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada jurusan Manajemen Pendidikan. Dalam hal ini penulis mengangkat judul yaitu “KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN SARANA DAN PRASARANA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”

Terimakasih penulis ucapkan atas segala dukungan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis dari berbagai pihak sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dukungan dan motivasi dari berbagai pihak tersebut sangat membantu penulis dalam melalui hambatan selama proses penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd selaku Kepala Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen Pembimbing, Ibu Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd dan Bapak Dr. Zahruddin, Lc, M. Pd yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang memberikan waktu luang untuk memberikan bimbingan, arahan, nasihat. Semoga kebaikannya menjadi amal ibadah. Amin

(10)

5. Kepada orang tua saya, Mama Leli dan Bapak Zarkasih serta Abah Iyus dan Mak Atik, malaikat yang dikirim oleh Allah yang telah memperjuangkan jiwa dan raganya demi anaknya dalam menempuh pendidikan, terima kasih banyak mama, bapak, abah dan mak jasa-jasamu tak ada tandingannya.

6. Kepada wanita yang selalu menjadi lentera saat gelap, menjadi pohon rindang saat panas terik, Dara Atika Suri yang selalu memotivasi dan mengiringi perjalanan penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada kawan-kawan seperjuangan dan adek-adek Keluaga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Tarbiyah Cab. Ciputat dan distrik Manajemen Pendidikan, penulis ucapkan terima kasih motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kawan-kawan seperjuangan MP B 2010 terima kasih atas dukungannya, kalian semua takkan terlupakan yang sudah belajar bersama-sama disaat suka maupun duka.

9. Kepada dulur-dulur Viking UIN Jakarta yang selalu memberikan hiburan disaat penat mengerjakan tugas akhir.

10.Kepada kawan-kawan HMI Komisariat Tarbiyah 2010 yang sudah memberikan motivasinya dan kawan-kawan lain yang tak bisa saya ucapkan satu persatu. Dan penulis mohon maaf kepada semua pihak yang sudah membantu dan tidak sempat disebutkan masing-masing penulis ucapkan terima kasih banyak, atas dukungan kalian semua Skripsi ini dapat diselesaikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 23 Mei 2016

(11)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II Kajian Teori A. Layanan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 7

1. Pengertian Layanan ... 7

2. Kualitas Layanan ... 9

3. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan... 12

4. Fungsi, Jenis, dan Sifat Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 14

B. Kepuasan ... 18

1. Pengertian Kepuasan ... 18

2. Indikator Kepuasan ... 20

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan ... 21

4. Pengukuran Tingkat Kepuasan... 23

C. Kerangka Berfikir ... 24

D. Hipotesis ... 25

BAB III Metode Penelitian ... 26

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian ... 26

(12)

1. Populasi ... 27

2. Teknik Sampling ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 27

F. Teknik Pengolahan Data, Analisis Data, dan Intepretasi Data... 29

1. Teknik Pengolahan Data ... 29

2. Teknik Analisis Data ... 29

G. Interpretasi Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

A. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 32

1. Sejarah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ... 32

2. Visi dan Misi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 34

3. Perangkat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 36

B. Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 38

1. Deskripsi Data ... 38

2. Analisis dan Interpretasi Data ... 56

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

(13)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 3.1 Rencana penyusunan skripsi 25

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian 27

Tabel 4.1 Daftar dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan uin

syarif hidayatullah jakarta 1957-2015 32

Tabel 4.2 Daftar pimpinan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan uin

syarif hidayatullah jakarta periode 2015-2019 35 Tabel 4.3 Jajaran pusat administrasi fakultas ilmu tarbiyah dan

keguruan uin syarif hidayatullah jakarta 36 Tabel 4.4 Jumah mahasiswa aktif angkatan 2013 fakutas ilmu

tarbiyah dan keguruan uin syarif hidayatullah jakarta 37 Tabel 4.5 Data sarana dan prasarana fakultas ilmu tarbiyah dan

keguruan uin syarif hidayatullah jakarta 37

Tabel 4.6 Ruang kelas selalu bersih 39

Tabel 4.7 Kerapian tata letak kursi 39

Tabel 4.8 Alat pendingin ruangan selalu berfungsi saat perkuliahan

berlangsung 40

Tabel 4.9 Penyediaan media pembelajaran yang berfungsi dengan

baik 40

Tabel 4.10 Elevator berfungsi saat digunakan 41

Tabel 4.11 Elevator dapat menampung kebutuhan seluruh mahasiswa 41

Tabel 4.12 Elevator terlihat bersih dan nyaman 42

Tabel 4.13 Perpustakaan menyediakan sumber bacaan yang aktual 42 Tabel 4.14 Petugas perpustakaan mengatur tata letak susunan buku 43

Tabel 4.15 Toilet tampak bersih dan nyaman 44

Tabel 4.16 Petugas cepat dan tanggap saat terjadi kerusakan di toilet 44

(14)

Tabel 4.18 Alat pendingin ruangan membuat perkuliahan menjadi

nyaman dan kondusif 45

Tabel 4.19 Petugas melakukan pengecekan kondisi ruangan kelas 46 Tabel 4.20 Petugas melakukan pengecekan yang terjadwal terhadap

kondisi elevator 46

Tabel 4.21 Petugas melakukan pengawasan langsung terhadap fungsi

kerja elevator 47

Tabel 4.22 Daftar buku perpustakaan menjamin memenuhi kebutuhan

referensi mahasiswa 47

Tabel 4.23 Petugas mengawasi kebersihan toilet setiap hari 47 Tabel 4.24 Petugas selalu mengontrol kondisi toilet secara berkala 48 Tabel 4.25 Petugas kebersihan cakap dalam membersihkan ruang

kelas 48

Tabel 4.26 Media pembelajaran terjamin kualitas dan mutunya 49 Tabel 4.27 Alat pendingin ruangan terjamin kualitas dan mutunya 49 Tabel 4.28 Petugas kebersihan cakap dalam membersihkan elevator 50 Tabel 4.29 Elevator terjamin kualitas dan mutunya 50 Tabel 4.30 Petugas perpustakaan cakap dalam menjaga ketertiban

susunan tata letak buku 50

Tabel 4.31 Petugas kebersihan cakap dalam membersihkan toilet 51 Tabel 4.32 Peralatan toilet terjamin kualitas dan mutunya 51 Tabel 4.33 Petugas peduli terhadap kondisi peralatan di ruang kelas 52 Tabel 4.34 Petugas selalu memeriksa elevator sebelum terjadinya

kerusakan 52

Tabel 4.35 Petugas peduli terhadap kondisi buku-buku maupun

ruangan perpustakaan 53

(15)

pembelajaran berlangsunng kecuali hari libur

Tabel 4.38 Kerusakan yang terjadi terhadap media pembelajaran

dapat diperbaiki dengan cepat 54

Tabel 4.39 Kerusakan yang terjadi terhadap elevator dapat diperbaiki

dengan cepat 55

Tabel 4.40 Perpustakaan menyediakan sumber bacaan sesuai dengan

kebutuhan mahasiswa 55

Tabel 4.41 Kerusakan yang terjadi terhadap toilet dapat diperbaiki

dengan cepat 55

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia semakin meluas, terbukti dari tahun ke tahun semakin banyak berdirinya lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal. Perkembangan tersebut dirasakan diseluruh satuan pendidikan tidak terkecuali pendidikan tinggi, hampir disetiap daerah diseluruh Indonesia mempunyai Perguruan Tinggi sebagai salah satu bukti kemajuan daerah tersebut.

Sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 49 tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan tinggi dalam pasal 1 nomor 7, pengertian pendidikan tinggi yaitu:

jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, program profesi, program spesialis yang diselenggarahakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.1

Perguruan tinggi menjadi buruan masyarakat Indonesia sebagai wadah untuk meningkatkan kompetensinya dalam salah satu bidang ilmu pengetahuan. Serta menjadi batu loncatan yang memberikan pelayanan jasa pendidikan untuk pendidikan jenjang tinggi. Selain itu perguruan tinggi mempunyai legitimasi bagi para lulusannya untuk dapat bekerja disuatu instansi sesuai dengan jurusan yang ditekuni.

Program pemerintah mewajibkan belajar 9 tahun untuk masyarakat Indonesia nampaknya harus mulai diperbaharui, melihat tuntutan dari dunia pekerjaan dan kebutuhan masyarakat untuk menaikan derajat hidupnya. Dalam ajaran Islam Allah memberikan keutamaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu, dalam firman-Nya surat Al-Mujaadilah ayat 11:



1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Standar Nasional Pendidikan

(17)

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujaadilah:11)2

Semangat menuntut ilmu dari masyarakat mengharuskan Perguruan Tinggi terus melakukan pengembangan layanan jasa pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Dengan semakin bertambahnya jumlah perguruan tinggi di Indonesia baik swasta ataupun negeri, mengindikasikan adanya persaingan yang semakin kompetitif. Persaingan ini menuntut para aparatur organisasi perguruan tinggi harus terus berbenah untuk menarik minat para konsumen (mahasiswa). Perbaikan tersebut harus memenuhi segala aspek, termasuk sarana dan prasaran pendidikan.

Dunia persaingan juga mengharuskan perguruan tinggi seminimal mungkin dapat memenuhi standar nasional pendidikan tinggi. Ada delapan standar nasional yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi di Indonesia terdiri dari; standar kompetensi lulusan, standar isi pembelajaran, satandar proses pembelajaran, standar penilaian pembelajaran, standar dosen dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana pemebelajaran, standar pengelolaan pembelajaran, dan standar pembiayaan.

Salah satu yang menjadi perhatian konsumen yaitu mengenai standar sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pihak perguruan tinggi, dimana hal tersebut dapat menunjang perkuliahan yang lebih efektif, efisien. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang maksimal serta dengan layanan yang berkualitas untuk terus menjaga dan memelihara sarana dan prasarana tersebut, secara tidak langsung akan mempengaruhi kenyamanan dan memberikan rasa puas bagi konsumen perguruan tinggi (mahasiswa).

Lembaga pendidikan yang kurang memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan dalam menunjang pembelajran, akan cenderung berdampak negatif terhadap proses dan hasil belajar peserta didik, sebagai contoh tidak adanya

(18)

teknologi yang membantu proses pembelajaran akan mengurangi efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Menggunakan teknologi dalam pembelajaran akan mempermudah pendidik memberikan materi kepada peserta didik, dan membuat pembelajaran menjadi efektif karena peserta didik akan mudah memahami materi dengan bantuan media visual dengan alat proyektor.

SNPT atau standar nasional pendidikan tinggi menjadi acuan setiap perguruan tinggi untuk menyusun penyelenggaran perusahaan jasa pendidikan. Salah satu poin dari SNPT ini yaitu standar sarana dan prasarana pembelajaran. Dalam Peraturan Menteri tahun 2014 nomor 49 pasal 30 menyebutkan bahwa standar sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.3

Kebijakan tersebut merupakan sebuah aturan yang mengikat bagi seluruh perguruan tinggi yang berada dibawah wilayah hukum Republik Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) yang berada dibawah wilayah hukum Republik Indonesia yang harus memenuhi SNPT. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai 12 Fakultas, salah satunya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang merupakan fakultas tertua dengan 12 Jurusan/Program Studi yaitu Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Manajemen Pendidikan, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Pendidikan Guru Raudatul Atfal, Pendidikan Matematika, PendidikanBiologi, Pendidikan Kimia, Pendidikan Fisika, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Serta fakultas ini mempunyai mahasiswa terbanyak di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Standar sarana dan prasarana pembelajaran yang ditetapkan SNPT ada 11 dimensi yaitu lahan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat berolahraga, ruang untuk berkesenian, ruang unit kegiatan mahasiswa, ruang pimpinan perguruan tinggi, ruang dosen, ruang tata usaha, dan fasilitas umum (jalan, air, listrik, jaringan komunikasi suara dan data).

3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Standar Nasional Pendidikan

(19)

Sebelas dimensi tersebut dikerucutkan menjadi tujuh dimensi yang berhubungan langsung dengan kepuasan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yaitu lahan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, ruang berkesenian, ruang unit kegiatan mahasiswa, dan fasilitas umum,yang dimaksud dengan lahan yaitu lingkungan yang nyaman serta sehat untuk melaksanakan proses pembelajaran. Kondisi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan berada didalam komplek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terletak di Kota Tangerang Selatan sebagai kota penyanggah Ibu Kota negara. Macet dan bisingnya suara mesin kendaraan bermotor sudah menjadi pemandangan biasa bagi mahasiswa UIN Jakarta, terlebih gedung Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan berada paling depan komplek kampus UIN Jakarta.

Lebih dari seribu mahasiswa berada dalam dua belas program studi disatu gedung berlantai tujuh, membuat pengelola Fakultas dan Jurusan/Program Studi harus mengatur pembagian ruang kelas setiap program studi. Setiap jadwal perkuliahan sudah mempunyai ruangan masing-masing sesuai dengan jadwal perkuliahan oleh pengurus jurusan/program studi. Namun kerap masih terjadi tarik menarik kursi belajar mahasiswa dari satu ruangan ke ruangan kelas yang lain. Hal tersebut menunjukan ada ketidak sesuaian antara jumlah mahasiswa dengan fasilitas kursi belajar yang ada di dalam ruang kelas. Bahkan ada beberapa program studi yang melaksanakan perkuliahan diluar komplek Fakultas.

Keterbatasan ruang ibadah (mushola), toilet, kekurangan air, elevator macet, ketersediaan buku refrensi di perpustakaan fakultas yang masih sedikit, ruang unit kegiatan mahasiswa yang terbatas, menjadi fenomena yang biasa terjadi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

(20)

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B.Identifikas Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah-masalah penelitian sebagai berikut:

1. Rendahnya perhatian terhadap kelengkapan sarana dan prasarana. 2. Rendahnya perhatian layanan sarana dan prasarana pembelajaran.

3. Sarana dan prasarana yang tersedia belum mengakomodasi jumlah mahasiswa yang ada.

4. Kurang puasnya mahasiswa terhadap pemakaian sarana dan prasarana pembelajaran.

C.Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini difokuskan pada masalah “Kepuasan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terhadap layanan sarana dan prasarana di Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Layanan sarana dan prasarana dalam penelitian ini hanya mencakup yakni ruang kelas, elevator, perpustakaan, dan toilet yang dapat dirasakan oleh seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka dalam penelitian ini difokuskan untuk mengetahui berapa besar tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

(21)

2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak antara lain:

1. Bagi staf fakultas/tenaga kependidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan layanan kepada mahasiswa.

2. Bagi Dekanat, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam kebijakan pelayanan sarana dan prasarana.

(22)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A.LAYANAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

Dengan semakin bertambahnya jumlah perguruan tinggi di Indonesia baik swasta ataupun negeri, mengindikasikan adanya persaingan yang semakin kompetitif. Persaingan ini menuntut para aparatur organisasi perguruan tinggi harus terus berbenah untuk menarik minat para konsumen (mahasiswa). Perbaikan tersebut harus memenuhi segala aspek, termasuk sarana dan prasaran pendidikan.

Dunia persaingan juga mengharuskan perguruan tinggi seminimal mungkin dapat memenuhi standar nasional pendidikan tinggi. Ada delapan standar nasional yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi di Indonesia terdiri dari; standar kompetensi lulusan, standar isi pembelajaran, satandar proses pembelajaran, standar penilaian pembelajaran, standar dosen dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana pemebelajaran, standar pengelolaan pembelajaran, dan standar pembiayaan.1

Salah satu yang menjadi perhatian konsumen yaitu mengenai standar sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pihak perguruan tinggi, dimana hal tersebut dapat menunjang perkuliahan yang lebih efektif, efisien. Sehingga dengan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan akan mempengaruhi tingkat kepuasan mahasiswa.

1. Pengertian Layanan

Esensi dari konsep layanan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus. Menurut kamus bahasa Indonesia: “pelayanan” kata dasarnya adalah “layanan” dan kata kerjanya “melayani” yang artinya menolong, menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan pelayanan diartikan: 1) perihal atau cara melayanai, 2) servis atau jasa, dan 3) kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.

1Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Standar Nasional Pendidikan

(23)

Secara sederhana pelayanan dapat diartikan melakuakan sesuatu untuk orang lain. Pelayanan identik dengan proses pemenuhan kebutuhan kepada pelanggan yang dilakukan oleh organisasi.

Beberapa ahli memberikan pendapatnya mengenai konsep layanan, diantaranya sebagai berikut:

a. H.A.S. Moenir, Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan orang lain melalui aktivitas yang diterima langsung.2

b. Fandy Tjiptono menyatakan bahwa setidaknya ada empat lingkup definisi konsep service:

1) Service menggambarkan berbagai sub-sektor dalam kategorisasi aktivitas ekonomi, seperti transportasi, finansial, perdagangan ritel, personal service, kesehatan, pendidikan, dan layanan publik.

2) Service dipandang sebagai produk intangible yang hasilnya lebih berupa aktivitas ketimbang objek fisik, meskipun dalam kenyataannya bisa saja produk fisik dilibatkan umpamanya makanan dan minuman direstoran dan pesawat di penerbangan.

3) Service merefleksikan proses, yang mencakup pencapaian produk utama, interaksi personal, kinerja dalam arti luas termasuk di dalamnya drama dan keterampilan, serta pengalaman layanan.

4) Service juga dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama, yakni service operation yang kerap kali tidak tampak atau tidak diketahui keberadaannya oleh pelangan (back office atau backstage) dan service delivery yang biasanya tampak (visible) atau diketahui pelanggan (sering disebut pula front office atau frontstage).3

Definisi konsep pelayanan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berlangsung rutin dan berkesinambungan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.

Ada beberapa jenis layanan yang diberikan oleh penyedia layanan kepada konsumen, terdiri dari berbagai macam layanan yaitu:

a. Pemberi jasa-jasa saja,

b. Layanan yang berkaitan dengan penyediaan dan distribusi barang-barang saja, atau

2 H.A.S. Moenir, Manajemen Layanan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 170.

3 Fandy Tjiptono, Service management: Mewujudkan Layanan Prima (Yogyakarta: Andi, 2012), h.

(24)

c. Layanan ganda yang berkaitan dengan keduanya-duanya.4

Jenis-jenis layanan tersebut harus diberikan kepada pelanggan internal dan eksternal tergantung kepada kebutuhan, keinginan, dan kemampuan pihak penyedia layanan. Jenis pelayanan perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan penyedia layanan seperti dosen sebagai pendidik memberikan pengajaran kepada mahasiswa serta staf sivitas kampus yang berperan sebagai karyawan perguruan tinggi di tingkat jurusan, fakultas, dan universitas bertugas memberikan layanan jasa kepada konsumen perguruan tinggi dalam konteks ini yaitu mahasiswa.

2. Kualitas Layanan

Kepuasan konsumen perusahan jasa berbeda dengan kepuasan konsumen perusahaan produk. Kepuasan konsumen jasa ditentukan oleh kualitas layanan yang diberikan oleh perusahaan jasa tersebut. Kualitas layanan mempunyai karakteristik tidak nyata (intangible) dan dalam penilaian kualitas layanan, konsumen terlibat langsung serta ikut di dalam proses layanan tersebut.

Penilaian konsumen terhadap kualitas layanan terjadi selama proses penyampaian jasa tersebut. Setiap kontak yang terjadi antara penyedia layanan/jasa dengan konsumen merupakan gambaran mengenai suatu “moment of truth”, yaitu suatu peluang untuk memuaskan atau tidak memuaskan. Kualitas layanan harus berawal dari kebutuhan konsumen dan berujung pada persepsi konsumen. Hal tersebut menandakan bahwa kualitas layanan yang baik bukan berdasarkan dari sudut pandang atau persepsi penyedia layanan/jasa, melainkan berdasarkan persepsi konsumen. Pelayanan yang berkualitas memberikan nilai tambah berupa motivasi bagi para konsumen untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan pihak penyelenggara jasa. Dengan ikatan emosional tersebut memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan.

Banyak persepsi yang berbeda dalam mendefinisikan kualitas, karena setiap orang mempunyai pendapatnya masing-masing. Menurut Goetsh dan davis, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

4 Atep Adya Brata, Dasar-dasar Pelayanan Prima, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003),

(25)

manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.5 Sehingga yang dimaksud dengan kualitas layanan adalah bagaimana tanggapan konsumen terhadap jasa atau layanan yang dikonsumsi atau yang dirasakan dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Gronroos memaparkan ada enam kriteria kualitas jasa/layanan yang dipersepsikan baik, yakni sebagai berikut:

a. Profesionalism and Skills. Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa, karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka secara profesional (out come-related criteria).

b. Attitudes and Behavior. Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa (customer contact personnel) menaruh perhatian besar pada mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah (process-related criteria).

c. Accessibility and Flexibility. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam operasi, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengakses jasa tersebut dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat menyesuaikan perminataan dan keinginan pelanggan secara luwes(procces-related criteria)

d. Reliability and Trustworthiness. Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan peyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya dalam memenuhi janji dan melakukan segala sesuatu dengan mengutamakan kepentingan pelanggan (process-related criteria).

e. Recovery. Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu yang tidak diharapkan dan tidak dapat diprediksi, maka penyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari solusi yang tepat (process-related criteria).

f. Reputation and Credibility. Pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai/imbalan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan (image-related criteria)6.

Menurut Parasuraman terdapat 10 (sepuluh) faktor utama yang menentukan kualitas jasa yaitu :

a. Realibility

Mencakup 2 (dua) pokok yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan memberikan jasa secara tepat semenjak saat pertama. Selain itu juga berarti

5 Tjiptono, op. cit., h. 24.

(26)

bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan yang disepakati.

b. Responsiveness

Yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk memberikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati.

c. Competence

Artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu.

d. Access

Meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti lokasi fasilitas yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahan mudah dihubungi, dan lain-lain.

e. Courtesy

Meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian dan keramahan yang dimiliki para contact personnel seperti resepsionis, operator telepon dan lain-lain. f. Communication

Artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. g. Credibility

Yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi, contact personnel dan interaksi dengan pelanggan.

h. Security

Yaitu aman dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Aspek ini meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial (financial safety) dan kerahasiaan (confidentiality).

i. Uderstanding/Knowing The Customer

Yaitu usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan j. Tangibles

Yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa.7

Kualitas layanan perguruan tinggi harus dimulai dari kebutuhan mahasiswa dan berakhir pada persepsi mahasiswa. Sebagai pihak yang membeli dan mengonsumsi jasa maka pelanggan atau mahasiswalah yang menilai tingkat kualitas layanan sebuah perusahaan atau perguruan tinggi. Dalam layanan terkadang terjadi inkonsistensi dikarenakan karakter layanan yang variability. Hal ini menyebabkan pelanggan atau mahasiswa menggunakan isyarat intrinsik (output dan penyampaian jasa) dan isyarat ekstrinsik (unsur-unsur pelengkap jasa) sebagai acuan/pedoman dalam mengevaluasi kualitas layanan. Konsekuensinya, layanan yang sama bisa dinilai berlainan oleh konsumen atau mahasiswa yang berbeda.

(27)

Perguruan tinggi merupakan perusahaan jasa, karena perguruan tinggi salah satu pelayanan publik yang bergerak dalam bidang pendidikan yang dapat dipegang oleh pemerintah maupun swasta. Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003, “pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”.8 Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, “pelayanan publik didefinisikan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggaran pelayanan publik”.9

Dari dua pengertian pelayanan publik diatas didapatkan suatu esensi bahwa ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan. Menurut Fajar Ariyanti “kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkannya”10

Pelayanan yang diberikan di perguruan tinggi bukanlah memberikan pelayanan semata, tetapi pelayanan yang dibutuhkan oleh mahasiswa dimana hasil dari terciptanya pemenuhan kebutuhan dan harapan mahasiswa adalah kepuasan mahasiswa.

3. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

Asumsi sebagian masyarakat menilai bagus atau tidaknya sebuah lembaga pendidikan berawal dari bentuk fisik lembaga pendidikan tersebut seperti bentuk bangunan, serta berbagai fasilitas yang terlihat secara kasat mata. Bentuk fisik dari lembaga pendidikan termasuk dalam dimensi-dimensi sarana dan prasarana, maka tidak dapat disalahkan apabila terdapat asumsi seperti itu. Karena sarana dan

8 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia, Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik, 2003, h. 4, (http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/kepmenpan-rb/file/216-kepmenpan-2003-no-063)

9 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25, Pelayanan Publik, 2009, h. 3

(http://dki.kemenag.go.id/file/file/Undangundang/jcls1363200676.pdf)

10 Fajar Ariyanti, Manajemen Pelayanan Rumah Sakit, (Ciputat: UIN Press Syarif Hidayatullah

(28)

prasarana pendidikan/pembelajaran salah satu faktor yang menentukan kepuasan konsumen jasa pendidikan dan dapat diibaratkan sebagai sebuah kebutuhan pokok yang harus dimiliki oleh perguruan tinggi (lembaga pendidikan) dalam rangka memberikan layanan terbaik kepada konsumen jasa dalam bidang pendidikan.

Secara etimologis sarana adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan dan sebagainya.11 Menurut tim penyusun pedoman pembakuan media pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.12

Menurut E. Mulyasa Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususya proses belajar-mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pembelajaran.13

Dari berapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah berbagai peralatan/perlengkapan yang dipergunakan secara langsung di lingkungan kampus untuk menunjang proses perkuliahan agar dapat berjalan dengan lancar, efektif, efisien dan berkelanjutan guna mencapai tujuan pendidikan.

Sedangkan pengertian dari prasarana pendidikan adalah alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya bangunan sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya.14 Menurut Ibrahim Bafadal prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.15

11 Yusak Burhanudin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 76-77

12 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 2, h. 81-82

13 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 7,

h.49

14 Yusak Burhanudin. Loc. cit.

15 Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Manajemen

(29)

Menurut ahli lain secara etimologis prasana pendidikan adalah alat tidak langsung untuk mencapai tujuan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa prasarana pendidikan adalah alat yang tidak langsung yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan seperti bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan sebagainya.16

Dilihat dari pengertian di atas, prasarana pendidikan memberikan kontribusi secara tidak langsung dalam menunjang proses pendidikan, seperti elevator merupakan prasarana yang memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk menuju lantai atas, mushola sebagai prasarana bagi mahasiswa untuk menjalankan ibadah, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang menunjang proses pendidikan di kampus.

Menurut Suryadi sarana dan prasarana pendidikan yang disebutnya sebagai fasilitas pendidikan, menyebutkan bahwa:

sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara langsung dipergunakan dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti : gedung, ruang belajar/kelas, alat-alat/media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan seperti : halaman, kebun/taman sekolah, jalan menuju ke sekolah.17

Maka jika di lihat dari berbagai pengertian di atas, sarana dan prasarana pendidikan merupakan faktor krusial dalam jenjang pendidikan. Termasuk jenjang pendidikan tinggi, sarana dan prasarana pendidikan menjadi salah satu daya pikat bagi konsumen jasa pendidikan.

4. Fungsi, Jenis, dan Sifat Sarana dan Prasarana Pendidikan

Ditinjau dari fungsinya dalam proses pembelajaran, sarana dapat memliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi langsung terhadap proses belajar mengajar, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan.18

Alat pelajaran adalah semua benda yang dapat digunakan secara langsung oleh guru maupun murid dalam proses belajar mengajar. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat

16 Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV. Multi

Karya Mulia, 2007), Cet. 1 h.7

17 Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Sarana Panca

Karya Nusa, 2009), h.124

18 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT Rineka

(30)

berupa benda ataupun perbuatan dari tingkatannya paling kongkrit sampai paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian kepada murid. Media pendidikan adalah semua sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisiensi.19

b. Fungsi tidak langsung dalam pembelajaran, seperti meja, kursi, lemari, rak, dan sebagainya.20

Sedangkan prasarana pendidikan jika ditinjau dari fungsinya terhadap proses belajar mengajar, prasarana pendidikan memiliki fungsi tidak langsung, seperti halaman sekolah, kantin, toilet, dan sebagainya.21

Sarana dan prasarana pendidikan dalam jenisnya dapat dibedakan menjadi dua jenis fasilitas, fisik dan non fisik:

a. Fasilitas fisik

Fasilitas fisik atau fasilitas material adalah segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya.

b. Fasilitas non fisik

Fasilitas non fisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat disebut benda atau dibedakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.22

Untuk mempermudah memahami jenis dari sarana dan prasarana pendidikan yaitu, sarana dan prasarana pendidikan fisik berupa benda dan sarana prasarana pendidikan non fisik bukan merupakan sebuah benda.

Sarana dan prasarana pendidikan memiliki sifat yang dapat dibedakan menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai/tahan lama, dan barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung kegiatan di kampus.

a. Barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.

19 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 2, h. 82-83

20 Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV. Multi

Karya Mulia, 2007), Cet. 1 h.10

21 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT Rineka

(31)

1) Barang habis pakai meliputi semua barang yang susut sampai habis atau tidak berfungsi lagi, serta tidak diinventariskan seperti tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan tanggal 13 April 1971 nomor 225/MK/V/1971.23 Barang habis pakai juga dapat diartikan sebagai segala alat yang apabila digunakan dapat habis dalam waktu singkat.24 2) Barang tidak habis pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai

berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya.25

b. Barang bergerak dan barang tidak bergerak.

1) Barang bergerak adalah barang yang dapat digerakan/dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakainya.26 Contoh dari barang bergerak/dipindahkan yaiut seperti kursi kuliah dalam ruang kelas yang dapat diubah posisi sesuai dengan kebutuhan posisi duduk mahasiswa. 2) Barang yang tidak bisa bergerak barang yang tidak berpindah-pindah

letaknya atau tidak bisa dipindahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur, taman, dan sebagainya.27

Barang habis pakai dan barang tidak habis pakai serta barang bergerak dan tidak bergerak merupakan elemen-elemen pendukung yang berperan penting dalam proses berlangsungnya pendidikan. Namun yang terpenting dari hal tersebut adalah pengadaan dan pengelolaannya, diawali dari proses pemilihan barang, kemudian pembelian, pemakaian, serta perawatan, harus terkelola dengan baik.

Penjelasan mengenai jenis, fungsi, dan sifat sarana dan prasarana pendidikan yang telah dipaparkan diatas, semuanya sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional

23 Piet Sehartian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet. 1, h.170

(32)

Pendidikan Tinggi (SNPT) yang mejelaskan berbagai jenis standar sarana dan prasarana pendidikan. Dan dalam peraturan yang sama setiap perguruan tinggi wajib menyediakan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh mahasiswa berkebutuhan khusus seperti:

pelabelan dengan tulisan Braille dan informasi dalam bentuk suara, lerengan (ramp) untuk pengguna kursi roda, jalur pemandu (guiding block) di jalan atau koridor di lingkungan kampus, peta/denah kampus atau gedung dalam bentuk peta/denah timbul, dan toilet atau kamar mandi untuk pengguna kursi roda.28 Kebutuhan terhadap pendidikan tidak hanya untuk mahasiswa normal secara fisik, namun mahasiswa berkebutuhan khusus pun membutuhkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu sarana dan prasarana yang tersedia harus lebih memfasilitasi seluruh kebutuhan mahasiswa yang menunjang proses pembelajaran/perkuliahan.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan fasilitas yang dipersyaratkan untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan. Bidang garapan ini biasanya bidang pelayanan umum yang bersifat “Conditio Sine Qua Non” dalam penyelenggaran lembaga pendidikan. Dalam bidang garapan tersebut memakan manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam istilah asing terkenal dengan istilah “school plant administration”, yang mencakup lahan (site), bangunan (building), perabot (furniture) dan perlengkapan pendidikan(equipment). Menurut Hadari Nawawi yang dikutip oleh Sri Minarti dalam buku Manajemen Sekolah mendefinisikan manajemen perbekalan sebagai usaha pelayanan dalam bidang material dan fasilitas kerja lainnya bagi personal dalam satuan kerja di lingkungan suatu organisasi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.29 B.KEPUASAN

Pasca proses pengambilan keputusan, konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi, konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap

28 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Standar Nasional Pendidikan

Tinggi, 2015, h. 7, (http://www.kopertisi12.or.id)

29 Sri Minarti, Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri, (Jogjakarta:

(33)

konsumsi yang telah dilakukannya, inilah yang disebut sebagai evaluasi alternatif pasca pembelian atau pasca konsumsi.

Dalam konteks ini, konsumen adalah mahasiswa yang bertransaksi dengan pihak perguruan tinggi untuk konsumsi layanan pendidikan yang diberikan oleh produsen/perguruan tinggi. Menurut Ujang Suwarman “proses ini bisa disebut sebagi proses evaluasi alternatif tahap kedua. Hasil dari proses evaluasi pascakonsumsi adalah konsumen puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau merek yang telah dilakukannya. Setelah mengkonsumsi suatu produk atau jasa, konsumen akan memiliki perasaan puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya”.30

1. Pengertian Kepuasan

Terdapat bermacam-macam definisi yang muncul terkait dengan istilah kepuasan dan hal tersebut dipengaruhi oleh banyaknya beberapa pendapat para ahli mengenai definisi kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kepuasan berasal dari kata “puas” yang memiliki arti merasa senang atau merasa cukup. Sedangkan arti kepuasan intu sendiri meupakan perihal yang bersifat kesenangan ataupun keinginan.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, kepuasan berarti merasa senang (gembira, senang, dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasrat hatinya), yang artinya harapan tinggi sementara unjuk kerjanya biasa-biasa saja, maka kepuasan tidak akan tercapai. Sebaliknya, apabila unjuk kerja melebihi dari harapan maka kepuasan akan tercapai.

Kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa latin “satis” artinya cukup baik, memadai dan “factio” artinya melakukan atau membuat. Secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.

Berikut merupakan definisi menurut berbagai ahli mengenai konsep kepuasan yakni sebagai berikut:

30 Ujang Suwarman, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, (Bogor:

(34)

a. Howard dan Sheth (1969) megungkapkan bahwa kepuasan adalah situasi kognitif pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau ketidaksepadanan antara hasil yang didapatkan dibanding dengan pengirbanan yang dilakukan. Swan et al. (1980) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan/pemakaiannya. Olier (1981) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi terhadap surprise yang inheren atau melekat pada perolehan produk dan/atau pengalaman terhadap konsumsi. Chrurchill dan Surprenant (1982) merumuskan kepuasan pelanggan sebagai hasil pembelian dan pemakaian yang didapatkan dari perbandingan antara reward dan biaya pembelian dengan konsekuensi yang diantisipasi sebelumnya.

b. Westbrook dan Reilly (1983) berpendapat bahwa kepuasan pelanggan merupak respon emosional terhadap pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan. Respon emosional dipicu oleh proses evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan, keinginan dan hasrat) individual.

c. Definisi kepuasan berdasarkan disconfirmation paradigm (Oliver, 1997), kepuasan pelanggan dirumuskan sebagai evaluasi purnabeli, di mana persepsi terhadap kinerja alternatif produk/jasa yang dipilih memenuhi atau melibihi harapan sebelum pembelian.31

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard yang dikutip oleh Ujang Suwarman mendefinisikan kepuasan sebagai: “satisfaction is defined here as a post-consumption evaluation that a chosen alternative at least meets or exceeds expectations” dan menurut Mowen dan Minor mengartikan kepuasan sebagai “consumer satisfaction is defined as the overall attitude consumers have toward a good or service after they have acquired and used it. It is a postchoice evaluative judgement resulting from a spesific purchase selection and the experience of using/consuming it”.32

Menurut Nasution, kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kerja atau hasil yang dirasakan karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil produk seseorang.33

31 Fandi Tjiptono, op. Cit., h. 349-350 32 Suwarman. loc. cit.

(35)

Sedangkan menurut Philip Kotler L, kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kerja (atau hasil) yang dia rasakan dibanding dengan harapannya.34

Dari berbagai pengertian mengenai kepuasan yang telah dijelaskan di atas, maka kepuasan adalah perasaan emosional seseorang yang menyatakan rasa senang terhadap tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.

Dalam hal ini penulis menekankan pada kepuasan pelanggan (mahasiswa) yang meinikmati jasa pendidikan. Kepuasan tersebut merupakan keadaan psikologis mahasiswa terhadap layanan saranan dan prasana pendidikan dalam ruang lingkup kampus.

2. Indikator Kepuasan

Indikator dari kepuasan mahasiswa yang digunakan untuk melaksanakan penelitian terhadap pelayanan jasa yang diberikan oleh pihak fakultas dapat menentukan mutu layanan. Parasuraman mengemukakan konsep layanan yang berkaitan dengan kepuasan ditentukan oleh lima dimensi yang biasa dikenal dengan istilah kualitas layanan “RATER” (responsiveness, assurance, tangible, empathy, dan relibility). Lima dimensi kualitas layanan RATER bertujuan untuk membentuk sikap perilaku dari penyedia layanan/jasa supaya dapat memberikan bentuk pelayanan yang kuat dan mendasar agar mendapat penilaian sesuai kualitas layanan yang diterima oleh konsumen.

Lebih jelasnya dapat diuraikan mengenai bentuk-bentuk aplikasi kualitas layanan dengan menerapkan konsep lima dimensi kualitas layanan RATER sebagai berikut:

a. Responsiveness (Daya Tanggap) Kemampuan atau keinginan para karyawan untuk membantu dan memberikan jasa yang dibutuhkan konsumen.

b. Assurance (Jaminan) meliputi pengetahuan, kemampuan, ramah, sopan, dan sifat dapat dipercaya dari kontak personel untuk menghilangkan sifat keragu-raguan konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan risiko. c. Tangibles (Bukti Fisik) tersedianya fasilitas fisik, perlengkapan dan sarana

komunikasi, dan lain lain yang dapat dan harus ada dalam proses pelayanan/jasa.

34 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran; Analisi, Perncanaan, Implementasi dan Pengendalian,

(36)

d. Empathy (Empati) yang meliputi sikap personel maupun perusahaan untuk memahami kebutuhan maupun kesulitan, konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, kemudahan dalam melakukan komunikasi atau hubungan. e. Reliability (Kehandalan) kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan kemampuan untuk dipercaya, terutama memberikan layanan secara tepat waktu, dengan cara yang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan tanpa melakukan kesalahan setiap kali.35 Dari uraian lima dimensi tersebut, maka dapat dipahami bahwa kepuasan pelanggan ditunjukan oleh kehandalan suatu perusahaan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bentuk-bentuk karakteristik yang dimiliki oleh perseonel, sesuai dengan jenis perusahaan jasa tersebut.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Seluruh kegiatan perusahaan produksi barang dan jasa pada akhirnya akan mendapatkan penilaian dari para konsumen. Adapun faktor yang menentukan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produksi perusahaan menurut Zheitaml dan Bitner yang dikutip dalam buku manajemen pemasaran bank, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, antara lain:

a. Fitur Produk dan Jasa

Kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa secara signifikan dipengaruhi oleh evaluasi pelanggan terhadap fitur produk atau jasa. b. Emosi Pelanggan

Emosi juga dapat mempengaruhi emosi pelanggan terhadap produk atau jasa. Emosi ini dapat stabil, seperti keadaan pikiran atau perasaan atau kepuasan hidup. Pikiran atau perasaan pelanggan (good mood atau bad mood) dapat mempengaruhi respon pelanggan terhadap jasa.

c. Atribusi Untuk Keberhasilan atau Kegagalan Jasa

Atribusi – penyebab yang dirasakan dari suatu peristiwa – mempengaruhi persepsi dari kepuasan. Ketika pelanggan dikejutkan dengan hasil (jasa lebih baik atau lebih buruk dari yang diharapkan), pelanggan cenderung untuk melihat alasan, dan penilaian mereka terhadap alasan dapat mempengaruhi kepuasan.

d. Persepsi Terhadap Kewajaran dan Keadilan (equity and fairness)

Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh persepsi pelanggan terhadap kewajaran dan keadilan. Pelanggan bertanya kepada diri mereka: apakah saya diperlakukan secara baik dibandingkan dengan pelanggan lain? Dugaan mengenai equity dan fairness adalah penting bagi persepsi kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa.

e. Pelangga Lain, Keluarga, dan Rekan Kerja

(37)

Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh orang lain misalnya, kepuasan terhadap perjalanan liburan keluarga adalah fenomena yang dinamis, dipengaruhi oleh reaksi dan ekspresi oleh anggota keluarga selama liburan. Kemudian, apakah ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan anggota keluarga terhadap perjalanan dipengaruhi oleh cerita yang diceritakan kembali di antara keluarga dan memori mengenai suatu peristiwa.36

4. Pengukuran Tingkat Kepuasan

Dalam buku Pemasaran Jasa, Fandy Tjiptono mengutip pendapat kotler yang mengungkapan bahwa ada empat metode pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu:

a. Sistem Keluhan dan Saran

Merupakan metode untuk memantau kepuasan pelanggan dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnnya kepada pelanggan untuk menyampaikan saran, kartu komentar dan lain-lain.

b. Ghost Shopping

Dalam metode ini dilakukan dengan cara memperkerjakan orang untuk berpura-pura menjadi pelanggan, kemudian pembeli bayangan tersebut menyampaikan temuan-temuannya mengenai kelemahan dan kelebihan dalam melayani pelanggan.

c. Lost Costumer Analysis

Merupakan metode pemantau kepuasan dengan cara menghubungi pelanggan yang telah berhenti menjadi pelanggan atau beralih ke tempat pesaing. Mereka dihubungi untuk memperoleh informasi tentang penyebab berhenti menjadi pelanggan.

d. Survei Kepuasan Pelanggan

Pada umumnya, penelitian ini banyak dilakukan melalui metode survei dengan pos, telepon atau wawancara langsung. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan menanti perhatian terhadap pelanggan.37 Mutu suatu produk atau kualitas produk baik barang atau jasa akan sangat menentukan tingkat kepuasan pelanggan. Suatu produk dikatakan berkualitas bagi konsumennya jika produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Mutu suatu produk harus tetap diperhatikan oleh pemilik perusahaan, pengukuran mutu suatu produk tergantung dari sikap pelangganya. Cara untuk mengukur mutu produk dapat menggunakan kuisoner. Sebuah perusahaan harus mendesain kepuasan pelanggan yang secara akurat dapat memperkirakan persepsi tentang mutu barang atau jasa.

36 Sentot Imam Wahyono, Manajemen Pemasaran Bank¸(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 19-21

37 Fandy Tjiptono dan Anastsia Diana, Pemasaran Jasa, (Malang: Bayu Media Publishing,

(38)

Dalam dunia pendidikan, tujuan Total Quality Management (TQM) adalah memberikan layanan mutu pendidikan untuk menjamin kepuasan pada mahasiswa. Kepuasan mahasiswa terhadap sarana dan prasarana pendidikan akan terlihat dari tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia di perguruan tingi.

Berbagai pendekatan dilakukan dalam rangka menghadapi perkembangan persaingan dunia pendidikan saat ini yang paling mendasar dalam meningkatkan pelayanan pada dunia pendidikan adalah faktor infrastruktur dan saran prasarana penunjang proses perkuliahan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus memusatkan perhatian lebih dalam memberikan pelayanan dalam proses pembelajaran yang masuk kepada layanan sarana dan prasarana supaya mahasiswa dapat merasa puas menimba ilmu di perguruan tinggi tersebut.

Kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana pendidikan dapat dirasakan ketika mahasiswa tersebut terfasilitasi dalam segala fasilitas srana prasarana sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.

C.HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian tentang kepuasan konsumen sebelumnya telah dilakukan oleh Irma Dwi Rahmawati (2008) melalui penelitian yang berjudul “Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Mutu Layanan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Hasil penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Layanan Perpustakaan yang memuaskan akan meningkatkan motivasi kegiatan akademik mahasiswa

2. Kepuasan mahasiswa secara individu menanamkan pengalaman bagi masing-masing mahasiswa dalam menjalankan setiap kegiatan akademiknya di perguruan tinggi

3. Nilai rata-rata skor analisis kepuasan siswa terhadap layanan perpustakaan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ada pada interpretasi puas.

(39)

Kritik dan Koreksi terhadap hasil penelitian sebelumnya. Setidaknya terdapat 5 (lima) point yangg membedakan untuk menghindari plagiasi dan duplikasi, yakni:

1. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2008 dengan Menteri dan Kebijakan Pendidikan Nasional yang berbeda.

2. Penelitian sebelumnya menggunakan objek layanan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang dijadikan fokus utama penelitian. 3. Pengambilan sampel penelitian sebelumnya hanya terbatas pada 100

mahasiswa yang memiliki kartu tanda anggota perpustakaan.

4. Penelitian ini menggunakan daftar referensi yang lebih kaya dan lebih tepat dalam menjelaskan teori.

5. Penelitian ini menganalisis kepuasan mahasiswa bukan secara teoritis melainkan lebih realistis.

D.KERANGKA BERFIKIR

Dari berbagai konsep tentang kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana pendidikan adalah tingkat terpenuhinya keinginan mahasiswa terhadap serangkaian fasilitas yang ada di perguruan tinggi yang dirasakan ditingkat Fakultas dan Universitas.

E.HIPOTESIS

Hi : Mahasiswa merasa puas dengan layanan sarana dan prasarana pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa ditingkat Fakultas.

(40)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitan

Penelitian ini bertempat di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia. Adapun waktu penelitian direncanakan mulai dari bulan Juni tahun 2015 – April tahun 2016 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Rencana Penyusunan Skripsi

No. KEGIATAN BULAN KET

6 7 8 9 10 11-4

1 Observasi pendahuluan 2 Penyusunan proposal skripsi 3 Seminar proposal skripsi 4 Proses penyusun skripsi 4 Penyerahan izin penelitian 5 Penyebaran angket kepada

mahasiswa

6 Penyusunan laporan hasil penelitian

B.Metode Penelitian

(41)

C.Populasi dan Teknik Sampling 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selanjutnya disebut populasi target. Untuk populasi terjangkau peneliti mengklasifikasikan sesuai tahun angkatan masuk. Populasi terjangkau dari penelitian ini yaitu angkatan tahun masuk 2013 yang merupakan mahasiswa yang sudah cukup lama menikmati fasilitas kampus.

Populasi terjangkau pada penelitian ini merupakan seluruh mahasiswa program studi yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjumlah 11 program studi yaitu, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Manajemen Pendidikan, Pendidikan Matematika, Pendidikan Kimia, Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari seluruh jumlah mahasiswa angkatan 2013 yang berada di seluruh program studi tersebut, peneliti hanya mengambil sekitar 10% dari setiap program studi.

2. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu teknik acak terlapis (Stratified Random Sampling), maksudnya populasi dalam penelitian ini tidak bersifat homogen, tetapi heterogen yaitu populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang bervariasi. Populasi target mencapai 755 mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan angkatan 2013, dan selanjutnya menggunakan teknik Random Sampling atau sampel acak untuk menentukan responden dengan jumlah total 100 sampel, peneliti mengambil teknik ini dengan alasan efektifitas dan efisiensi peneltian.

Sampel1= Pal la i�����x Total sampel1 D.Teknik Pengumpulan Data

1Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif “Teori dan Aplikasi” (Jakarta: Raja Grafindo

(42)

Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik angket, digunakan untuk memperoleh data primer mengenai tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana. Angket ini disebarkan kepada responden yang telah dipilih sesuai teknik sampling. Angket ini berbentuk pernyataan tertutup dengan menggunakan skala 4 tingkatan pengukuran, yaitu sangat puas (1), puas (2), kurang puas (3), dan tidak puas (4) disebut juga skala rating. Data hasil angket digunakan sebagai jawaban terhadap pernyataan penelitian.

E.Instrumen Pengumpulan Data

Sesuai dengan teknik pengumpulan data maka instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner.

1. Definisi konseptual

Secara konseptual yang dimaksud dengan kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana pendidikan adalah perasaan senang atau tidak senang seorang mahasiswa terhadap serangkaian fasilitas umum yang ada di perguruan tinggi yang dirasakan ditingkat Fakultas meliputi: ruang kelas, elevator, perpustakaan, dan toilet.

2. Definisi Operasional

Secara operasional yang dimaksud dengan kepuasan mahasiswa terhadap layanan sarana dan prasarana adalah skor yang diperoleh responden dalam menjawab angket tentang perasaan senang atau tidak senang seorang mahasiswa terhadap serangkaian fasilitas yang ada di perguruan tinggi yang dirasakan di tingkat

(43)

1 A. Responsivness

A. Ruang Kelas 1-4

B. Elevator 5-7

C. Perpustakaan 9 dan 8

D. Toilet 10 dan 11

2 B. Assurance

A. Ruang Kelas 1-3

B. Elevator 4 dan 5

C. Perpustakaan 6

D. Toilet 7 dan 8

3 C. Tangibles

A. Ruang Kelas 1-3

B. Elevator 4 dan 5

C. Perpustakaan 6

D. Toilet 7 dan 8

4 D. Empathy

A. Ruang Kelas 1

B. Elevator 2

C. Perpustakaan 3

D. Toilet 4

5 E. Realibility

A. Ruang Kelas 1 dan 2

B. Elevator 3

C. Perpustakaan 4

D. Toilet 5

F. Teknik Pengolahan Data, Analisis Data, dan Intepretasi Data 1. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil angket selanjutnya akan diolah dan dianalisa melaui tahap editing, tabulasi, skoring dan persentase.

a. Editing adalah memeriksa instrumen yang telah diisi tentang kebenaran dan kelengkapannya, kemudian dikelompokkan sesuai dengan isinya.

(44)

Untuk menentukan skor hasil dari penelitian ditetapkan bahwa untuk jawaban setiap item pernyataan diberi skor:

 Sangat puas (yang setara) = skor 4

 Puas (yang setara) = skor 3

 Kurang Puas (yang setara) = skor 2  Tidak puas (yang setara) = skor 1 2. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan, agar data yang terkumpul itu dapat dianalisa kemudian diambil kesimpulan. Dalam proses ini penulis, menggunakan teknik analisa secara deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh.

Dalam menghitung data-data yang didapatkan penulis menggunakan rumus persentase, sebagai berikut :

3.

%

100

x

N

F

P

Keterangan : P = Persentase

F = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden.2

Nilai rata-rata (mean) merupakan jumlah dari sekelompok data dibagi banyaknya data. Selain menghitung persentase data frekuensi, maka perlu dicari nilai rata- rata (mean) pada suatu data dari masing-masing indikator digunakan rumus sebagai berikut 3:

�� � − �� � = �� �� �� �� �ℎ �� �

G.Interpretasi Data

2Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. XIV, h. 43

(45)

Untuk memberikan interprestasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interprestasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, yaitu sebagai berikut:

1. Sangat Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81 - 100%. 2. Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61 - 80%.

3. Kurang Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 - 60% 4. Tidak Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval <40%. Untuk menentukan presentase, digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengkalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.

 Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.

 Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P = Presentase

NS = Nilai Skor, dapat diketahui dengan membagi skor dengan jumlah responden

NH = Nilai Harapan dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.

%

100

x

NH

Gambar

Tabel 3.1 Rencana Penyusunan Skripsi
Tabel. 3.2
Tabel 4.1 Daftar Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Tabel 4.3 Jajaran Pusat Administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kisah Mahabharata, terdapat Senjata Pusaka yang diberikan oleh para dewa kepada manusia yang disebut dengan Astra. Manusia yang telah dianugerahi Astra tersebut

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil

1) Kualitas produk, yaitu konsumen akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. 2) Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda, dan uji keberartian koefisien regresi linear ganda (uji t) serta uji F.

coping behavior to analyze Frank William Abagnale as the major character. in coping his problems in Catch Me If

2) pengujian aksi objek pesawat berdasarkan kemungkinan yang dihasilkan. Prosedur pengujian pertama selengkapnya dijelaskan pada Tabel 5. Pengujian dilakukan untuk

PARAMETER PERHITUNGAN Hasil perhitungan yang akan dilakukan adalah melakukan perhitungan link budget komunikasi radio pada navigasi udara Non Direction Beacon

[r]