• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan sistem Informasi Georafis kebakaran : studi kasus suku dinas pemadam kebakaran jakarta timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan sistem Informasi Georafis kebakaran : studi kasus suku dinas pemadam kebakaran jakarta timur"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEBAKARAN

( STUDI KASUS SUKU DINAS PEMADAM

KEBAKARAN JAKARTA TIMUR )

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Linggo Murti

103093029710

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PERANCANGAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEBAKARAN

( STUDI KASUS SUKU DINAS PEMADAM

KEBAKARAN JAKARTA TIMUR )

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Komputer

Pada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Linggo Murti

103093029710

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. Eko Syamsudin Hasrito, M.Eng

NIP.

Pembimbing II

Zainul Arham, M.Si

NIP. 19740730 200710 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sistem Informasi

(3)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :

Nama

: Linggo Murti

NIM :

103093029710

Program Studi : Sistem Informasi

Judul Skripsi : Perancangan Sistem Informasi Geografis Kebakaran (

Studi Kasus Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta

Timur )

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

pada Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,

Agustus

2010

Menyetujui

Penguji I

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis

NIP. 150 317 956

Penguji II

Aang Subiyakto, M.Kom

NIP. 150411252

Mengetahui

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis

NIP. 150 317 956

Ketua Program Studi Sistem Informasi

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Agustus 2010

(5)

ABSTRAK

LINGGO MURTI, Perancangan Sistem Informasi Geografis Kebakaran pada Suku

Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur, (dibawah bimbingan Bapak Eko

Syamsudin Harsito, dan Bapak Zainul Arham )

Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Timur yang berwenang

menanggulangi masalah Kejadian Kebakaran di wilayah Jakarta Timur, harus siaga

dalam menangani masalah ini . Dari hasil penelitian penulis, proses pengolahan data

kebakaran dan pelaporan kasus kejadian kebakaran masih dilakukan secara

sederhana. Untuk itu diperlukan suatu aplikasi untuk memaksimal proses

penanganan kebakaran dan meningkatkan kualitas informasi penyebaran kasus

kebakaran di wilayah Jakarta Timur. Dalam penelitiannya penulis merancang sebuah

aplikasi berbasis SIG dalam mengolah data kebakaran

(mencari lokasi, menentukan

pos penanganan kebakaran terdekat dan pembuatan laporan penyebaran kebakaran)

. Dalam mengembangkan Sistem Informasi Geografis Kebakaran pada Wilayah

Jakarta Timur ini, penulis menggunakan metode terstruktur dari siklus hidup

pengembangan sistem (

system development life cycle

-SDLC) dengan model

pendekatan waterfall, dan pengembangan aplikasi ini menggunakan bahasa

pemrograman Avenue pada ArcView 3.3. Harapannya, hasil penelitian ini mampu

memaksimalkan proses penanganan kebakaran, pengolahan data dan pelaporan data

penyebaran kasus kebakaran di wilayah Jakarta Timur oleh SUDIN Pemadam

Kebakaran Jakarta Timur.

V Bab + 121 halaman + Daftar Pustaka + Lampiran, 2009

Kata kunci

: perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG), Penanganan

Kebakaran, pengolahan data kebakaran.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan

Ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisa dan

Perancangan Sistem Informasi Geografis Kebakaran (study kasus: Suku Dinas

Pemadam Kebakaran Jakarta Timur)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan arahan yang diberikan

kepada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu izinkanlah penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1.

Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Aang Subiyakto, M.Kom serta Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI selaku

Ketua dan Sekertaris Program Studi Sistem Informasi

3.

Bapak Dr. Eko Syamsudin M.Eng selaku Dosesn Pembimbing I dan Bapak

Zainul Arham M.Si selaku Dosen Pembimbing II.

4.

Bapak Munadi S.Sos selaku Pimpinan SUDIN Kebakaran Jakarta Timur dan

seluruh staf SUDIN Kebakaran Jakarta Timur, terima kasih atas bantuan dan

kerjasamanya.

(7)

6.

Teman-teman seperjuangan di Program Studi Sistem Informasi angkatan 2003 .

annep, makasih banyak waktunya dan teman-teman lainnya yang telah

mambantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7.

Ristty Wara Ariestyadi terima kasih atas semua rasa yang kau berikan.

8.

Teman-teman dekat yang telah mendukung, mendoakan dan memberikan

motifasi kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dengan segala

kerendahan hati, saran dan kritik akan sangat membantu untuk proses perbaikan

selanjutnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Agustus 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...i

Lembar Persetujuan Pembimbing... ii

Lembar Pengesahan Ujian... iii

Lembar Pernyataan... iv

Abstrak...v

Kata Pengantar...vi

Daftar Isi... viii

Daftar Gambar... xiv

Daftar Tabel... xvii

Daftar Simbol...xix

BAB I

: PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang... 1

1.2

Perumusan Masalah... 4

1.3

Batasan Masalah... 5

1.4

Tujuan dan Manfaat... 6

1.4.1

Tujuan...6

1.4.2

Manfaat...6

1.5

Metodologi... 7

(9)

BAB II

: LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi... 10

2.1.1 Pengertian Sistem...10

2.1.2 Karakteristik Sistem... 11

2.1.3 Pengertian Data dan Informasi... 12

2.1.4 Pengertian Sistem Informasi...

13

2.2 Sistem Informasi Geografis...

2.2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis...

2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis...

13

14

13

2.2.3 Komponen Sistem Informasi Geografis...

15

2.2.4 Subsistem Sistem Informasi Geografis...

16

2.2.5 Model Data pada Sistem Informasi Geografis...

17

2.2.6 Kemampuan Sistem Informasi Geografis...

19

2.2.7 Fungsi Analisis pada Sistem Informasi Geografis...

20

2.2.8 Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografis...

21

2.3 Proses Pengembangan Sistem ...

23

2.3.1 Model SDLC

(System Development Life Cycle)

... 24

2.3.2 Waterfall Model...

25

2.4 Alat/Tools Perancangan Sistem ...

27

2.4.1 Flowchart

(Diagram Alir)...

27

2.4.2 DFD

(Data Flow Diagram)

...

29

2.4.3 ERD

(Entity Relationship Diagram)...

...

29

(10)

2.4.5 STD

(State Transition Diagram)

...

31

2.4.6 Kamus Data...

32

2.5 Kebakaran...

32

2.5.1 Konsep Dasar Kebakaran... 32

2.5.2 Kelas-Kelas Kebakaran...

32

2.5.3 Konsep Dasar Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta

Timur ...

33

2.5.4 Konsep Dasar Fungsi Pendukung...

35

2.5.5 Konsep Dasar Jalan ...

37

BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...

38

3.2 Peralatan dan Bahan...

38

3.2.1 Peralatan... 38

3.2.2 Bahan...

39

3.3 Ruang Lingkup Penelitian...

39

3.4 Metode Pengumpulan Data...

41

3.4.1 Studi Pustaka...

42

3.4.2 Observasi Lapangan...

42

3.4.3 Wawancara...

43

3.5 Metode Pengembangan Sistem...

44

(11)

3.5.2 Analisis Sistem (Kebutuhan)...

45

3.5.3 Perancangan

(Design

)...

45

3.5.4 Penulisan Program

(Coding)

...

45

3.5.5 Pengujian

(Testing)

...

..46

3.5.6 Operasi dan Pemeliharaan...

..46

BAB IV

: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Sistem Informasi Geografis Kebakaran...

..47

4.2 Metode Pengembangan Sistem...

42

4.2.1 Rekayasa dan Pemodelan Sistem.... ...

42

48

4.2.1.1 Latar Belakang Dinas Pemadam Kebakaran

Jakarta Timur ...

49

4.2.1.2 Tugas dan Fungsi Dinas Pemadam Kebakaran

Jakarta Timur...

50

4.2.1.3 Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran

Jakarta Timur ...

50

4.2.1.4 Rekayasa Sistem...

51

4.2.2 Analisis Sistem (Kebutuhan)...

52

4.2.2.1 Sistem yang Sedang Berjalan...

52

4.2.2.2 Kebutuhan Sistem yang Sedang Berjalan...

55

4.2.2.3 Usulan Pemecahan Masalah...

56

4.2.3 Perancangan

(Design

)...

58

(12)

4.2.3.2 Perancangan Kamus Data SIGK...

68

4.2.3.3 Perancangan Basis Data SIGK ...

70

4.2.3.4 Perancangan Input / Output SIGK...

85

4.2.4 Penulisan Program

(Coding)

...

..99

4.2.4.1 Spesifikasi program untuk modul pembuka..

..99

4.2.4.2 Spesifikasi program untuk modul layar

utama... ...99

4.2.4.3 Spesifikasi program untuk sub menu

Menu

Utama

………..…...…...…. 102

4.2.4.4 Spesifikasi program untuk sub menu

Informasi

……...……..………...

103

4.2.4.5 Spesifikasi program untuk sub menu

Peta

Tematik

...…………... 103

4.2.4.6 Spesifikasi program untuk sub menu

Penanganan Kebakaran

……...

104

4.2.4.7 Spesifikasi program untuk sub menu

Pemeliharaan Data

………... 105

4.2.4.8 Spesifikasi program untuk sub menu

Laporan

...……… 107

4.2.4.9 Spesifikasi program untuk sub menu

Petunjuk

...………

108

4.2.5 Pengujian

(Testing)

...

109

(13)

4.2.6.1 Pemakaian SIGK...

112

4.2.6.2 Evaluasi...

112

4.2.6.3 Kelebihan SIGK...

118

4.2.6.4 Kekurangan SIGK...

119

BAB V

: PENUTUP

5.1 Kesimpulan...120

5.2 Saran...121

DAFTAR PUSTAKA... 169

LAMPIRAN I WAWANCARA... 170

LAMPIRAN II DOKUMEN-DOKUMEN... 171

LAMPIRAN III TATA CARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGK... 172

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik kejadian kebakaran, tahun 2000 – 2008 di wilayah jakarta

Timur... 2

Gambar 1.2 Grafik Kerugian yang disebabkan kebakaran, tahun 2000 – 2008 di

wilayah jakarta timur... 2

Gambar 2.1 Subsistem SIG... 16

Gambar 2.2 Data Raster... 18

Gambar 2.3 Data Vektor... 19

Gambar 2.4 Pengembangan Sistem dengan Model Waterfall... 25

Gambar 3.1 Pengembangan Sistem dengan Model Waterfall... 44

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur... 50

Gambar 4.2 Diagram Alir Dokumen Sistem Yang Berjalan... 54

Gambar 4.3 Diagram Alir Dokumen Sistem Usulan... 57

Gambar 4.4 Diagram Konteks... 58

Gambar 4.5 Diagram Nol... 59

Gambar 4.6 Diagram Rinci 1.0 ( Pengolahan Data Geografis ) ... 62

Gambar 4.7 Diagram Rinci 2.0 (Pengolahan Data Kebakaran) ... 64

Gambar 4.8 ERD Sebelum di Normalisasikan... 70

Gambar 4.9 ERD SIGK Sesudah Di Normalisasikan... 75

Gambar 4.10 STD Layar Utama SIGK... 85

Gambar 4.11 STD Menu Utama... 86

Gambar 4.12 STD Menu Informasi... 86

(15)

Gambar 4.14 STD Menu Penanganan Kebakaran... 87

Gambar 4.15 STD Menu Pemeliharaan Data... 88

Gambar 4.16 STD Menu Laporan... 89

Gambar 4.17 STD Menu Petunjuk... 89

Gambar 4.18 Perancangan Layar Utama... 90

Gambar 4.19 Perancangan Layar Menu Utama... 91

Gambar 4.20 Perancangan Layar Menu Informasi... 92

Gambar 4.21 Perancangan Layar Menu Peta Tematik... 93

Gambar 4.22 Perancangan Menu Penanganan Kebakaran... 93

Gambar 4.23 Perancangan Layar Menu Pemeliharaan Data... 94

Gambar 4.24 Perancangan Layar Menu Laporan... 95

Gambar 4.25 Perancangan Layar Menu Petunjuk... 95

Gambar 4.26 Rancangan Dialog Login... 96

Gambar 4.27 Dialog Seleksi Wilayah... 96

Gambar 4.28 Dialog Print... 96

Gambar 4.29 Dialog Print Setup... 97

Gambar 4.30 Rancangan Dialog Pemeliharaan Data Pos dan RS... 97

Gambar 4.31 Rancangan Dialog Entri Data Kebakaran... 97

Gambar 4.32 Rancangan Dialog Pemeliharaan data ”Kasus Kebakaran” ... 98

Gambar 4.33 Tabel hasil kuisioner tampilan aplikasi... 114

Gambar 4.34 Tabel hasil kuisioner fasilitas aplikasi... 115

Gambar 4.35 Tabel hasil kuisioner penggunaan fasilitas... 115

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Pembagian Kantor Polisi……….... 36

Tabel 4.1 Kamus Data SIGK... 68

Tabel 4.2 Bentuk Tidak Normal... 71

Tabel 4.3 Bentuk 1NF... 72

Tabel 4.4 Bentuk 2 NF... 73

Tabel 4.5 Bentuk 3 NF... 74

Tabel 4.6 Tabel Provinsi... 76

Tabel 4.7 Tabel Kotamadya... 76

Tabel 4.8 Tabel Kecamatan... 76

Tabel 4.9 Tabel Kelurahan... 77

Tabel 4.10 Tabel Pos Polisi... 77

Tabel 4.11 Tabel pos pemadam... 77

Tabel 4.12 Tabel Rumah sakit... 78

Tabel 4.13 Tabel Jalan... 78

Tabel 4.14 Tabel Sungai... 79

Tabel 4.15 Tabel Data kebakaran.dbf... 79

Tabel 4.16 Tabel Pelapor.dbf ... 80

Tabel 4.17 Tabel Penyebab kebakaran per kecamatan.dbf ... 80

Tabel 4.18 Tabel Waktu kebakaran per kecamatan.dbf ... 80

Tabel 4.19 Tabel Benda terbakar per kecamatan.dbf ... 81

(18)

Tabel 4.22 Tabel Penyebab kebakaran per kelurahan.dbf ... 82

Tabel 4.23 Tabel Waktu kebakaran per kelurahan.dbf ... 83

Tabel 4.24 Tabel Benda terbakar per kelurahan.dbf... 83

Tabel 4.25 Tabel Kejadian Kebakaran per kelurahan.dbf... 83

Tabel 4.26 Tabel Kej Keb bulanan per kelurahan.dbf... 84

Tabel 4.27 Hasil Pengujian... 109

(19)

DAFTAR SIMBOL

DAFTAR SIMBOL DFD (

Data Flow Diagram

)

Menurut Jourdan dan DeMarco (Ladjamudin, p64 -70)

No Jourdan dan DeMarco

Keterangan

a.

External entity

(kesatuan luar)

merupakan

entity

di lingkungan luar

sistem yang dapat berupa orang,

organisasi atau sistem lain yang berada di

lingkungan luarnya yang akan

memberikan masukkan (

input

) atau

menerima keluaran (

output

) dari sistem.

External entity

(kesatuan luar)

disimbolkan dengan suatu kotak.

b.

Proses adalah pekerjaan yang dilakukan

oleh sistem sebagai respon terhadap

aliran data yang masuk menjadi aliran

data yang keluar. Suatu proses

ditunjukkan dengan simbol lingkaran.

c.

Arus data adalah data yang menjadi

masukkan (input) atau keluaran (output)

menuju atau dari proses. Arus data diberi

simbol dengan suatu panah.

d.

(20)

STATE TRANSITION DIAGRAM (STD)

Menurut Roger, S. Pressman

Nama Notasi

Keterangan

Keadaan Sistem

(State)

Setiap kotak mewakili suatu keadaan dimana

sistem mungkin berada didalam

state

Perubahan

sistem

Untuk memungkinkan suatu keadaan dengan

keadaan lain, jika sistem melakukan transisi

dalam perilakunya maka suatu keadaan berubah

menjadi keadaan tertentu.

Kondisi dan

aksi

Untuk melengkapi STD dibutuhkan dua hal

tambahan, yaitu kondisi sebelum keadaan.

Gambar disamping adalah ilustrasi dari kondisi

dan aksi yang ditampilkan disebelah anak panah

yang menghubungkan dua keadaan.

Condition Action

Keadaan 1

Keadaan 2

DAFTAR SIMBOL ERD (

Entity Relationship Diagram

)

Menurut Ladjamudin (2005, p 142)

No Simbol

Keterangan

a.

Persegi

panjang

Entitas/tipe entitas

menyatakan

kelompok orang, tempat, objek, kejadian atau

konsep tentang apa yang kita perlukan untuk

menangkap dan menyimpan data.

b.

Ellips menyatakan atribut-atribut

entity set

(21)

c.

Belah ketupat (

Diamond

) menggambarkan

hubungan bisnis alami yang ada diantara satu atau

lebih entitas.

d.

Garis, menghubungkan antara

entity set

dengan

atribut-atributnya dan antara

entity set

dengan

relationship setnya

.

Notasi

Derajat Relasi Minimum dan

Maksimum

1 : 1

1 : M

1 : N

DAFTAR SIMBOL FLOW CHART

Menurut Ladjamudin (2005, p263)

Flow Directions Symbols

(simbol Penghubung )

No Simbol

Arti

Keterangan

1.

Simbol

flow

atau arus

Untuk menyatakan jalannya arus suatu

proses

2.

Simbol

communication

Link

Untuk menyatakan bahwa adanya

transisi suatu data atau informasi dari

satu lokasi ke lokasi lainnya.

3. Simbol

connector

Untuk menyatakan sambungan dari satu

proses ke proses lainnya dalam halaman

yang sama

4. Simbol

offline

Connector

Untuk menyatakan sambungan dari satu

proses ke proses lainnya dalam halaman

yang berbeda.

m 1 1

(22)

Process Symbols

(simbol proses)

No Simbol

Arti

Keterangan

1. Simbol

Process

Untuk menunjukan proses yang

dilakukan secara komputerisasi

2. Simbol

Manual

Menunjukkan pekerjaan manual

3. Simbol

Decision /

Logical

Simbol keputusan

4. Simbol

Predefined

Process

menyatakan penyediaan tempat

penyimpanan suatu pengolahan untuk

memberi harga awal.

5. Simbol

Terminal

Untuk menyatakan permulaan atau akhir

suatu program.

6. Simbol

Keying

Operation

Untuk menyatakan segala jenis operasi

yang diproses menggunakan suatu

mesin yang berkeyboard.

7. Simbol

Off-line Storage

Untuk menunjukan bahwa data dalam

simbol ini akan disimpan ke suatu media

tertentu.

8. Simbol

Manual Input

Untuk memasukan data secara manual

dengan online keyboard.

Input-output Symbols

(simbol input-output)

No Simbol

Arti

Keterangan

1.

Simbol

Input-output

Untuk menyatakan proses input dan

output tanpa tergantung dengan jenis

peralatannya.

2.

Simbol

Punched Card

Untuk menyatakan input berasal dari

kartu atau output ditulis ke kartu.

(23)

4.

Simbol

Disk Storage

Untuk menyatakan input berasal dari

disk atau output disimpan ke disk.

5.

Simbol

Magnetic-tape unit

Untuk menyatakan input berasal dari

pita magnetic atau output disimpan ke

pita magnetic.

6.

Simbol

Display

Untuk menyatakan peralatan output

yang digunakan berupa layar komputer.

DAFTAR SIMBOL KAMUS DATA

Menurut Ladjamudin (2005)

No Simbol

Uraian

1 =

Terdiri dari, mendefinisikan, diuraikan menjadi, artinya

2 +

Dan

3 ( )

Opsional (boleh ada atau boleh tidak)

4 { }

Pengulangan data

5 [ ]

Memilih salah satu dari sejumlah alternative, seleksi

6 **

Komentar

7 @

Identifikasi attribut kunci

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah kotamadya Jakarta Timur yang merupakan bagian dari kota

Jakarta yang telah memainkan peranan penting dalam menunjang

pembangunan kota Jakarta. Kotamadya Jakarta Timur telah berperan sebagai

kawasan perdagangan dan jasa baik dalam skala pelayanan nasional maupun

regional, serta telah berfungsi sebagai kawasan hunian. Berbagai peran dan

fungsi tersebut mengakibatkan perkembangan wilayah tersebut menjadi

sangat pesat, baik dari perkembangan fisik dan aktifitasnya.

Resiko dari perkembangan yang pesat adalah munculnya berbagai

macam masalah sosial yang tidak dapat dihindari, misalnya kejahatan,

kesehatan serta salah satu hal yang terpenting adalah ancaman bahaya

kebakaran.

Di kota-kota besar seperti Jakarta khususnya kotamadya Jakarta

Timur tidak akan luput dari musibah kebakaran, karena sebagaian wilayahnya

sudah berfungsi sebagai kawasan hunian padat penduduk, banyak berdirinya

pabrik-pabrik dan gedung-gedung. Yang dalam pendiriannya tidak

memperhatikan aturan tata ruang kota yang baik, banyaknya pencurian listrik

dari tiang listrik di pinggir jalan. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang

berpengaruh dalam terciptanya kebakaran.

Kotamadya Jakarta Timur sebagai wilayah terbesar di ibukota Jakarta

(25)

lainnya, yaitu dengan jumlah 20 unit pos pemadam kebakaran yang tersebar

diseluruh wilayah kotamadya Jakarta Timur. Namun dengan melihat luasnya

wilayah kotamadya Jakarta Timur akan menjadi suatu masalah apabila terjadi

kebakaran di suatu wilayah tapi lamban dalam penanganannya.

G ra fik K e ja d ia n K e b a k a ra n T a h u n 2 0 0 0 -2 0 0 8

1 0 6 9 6

8 3 1 8 7

5 3 1 4 0

1 8 8

1 4 5 1 6 1

0 5 0 1 0 0 1 5 0 2 0 0

2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8

Gambar 1.1 Grafik Kejadian Kebakaran tahun 2000– 2008 di wilayah

Jakarta Timur

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tahun 2000

Tahun 2001

Tahun 2002

Tahun 2003

Tahun 2004

Tahun 2005

Tahun 2006

Tahun 2007

Tahun 2008

Bangunan Perumahan Bangunan Industri Bangunan Umum Kendaraan Lain-lain

Gambar 1.2 Grafik Kerugian yang disebabkan Kebakaran, tahun 2000–

2008 di wilayah Jakarta Timur

Keterbatasan informasi tentang lokasi kebakaran merupakan salah

satu penyebab pengolahan data dalam penanganan kejadian kebakaran

menjadi lamban, sehingga membuat pengambil keputusan mengalami

kesulitan untuk mengetahui lokasi kebakaran dan ketika menugaskan

(26)

menjadi fungsi pendukung dalam penanganan kejadian kebakaran menjadi

masalah penting, karena lembaga seperti polisi dan rumah sakit sangat

berperan dalam proses penanganan kebakaran.

Penyajian laporan kebakaran yang sederhana dan belum terotomasi,

membuat kebutuhan informasi pada Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya

Jakarta Timur kurang, sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat menjadi kurang optimal.

Berdasarkan hal tersebut, pengolahan data kebakaran yang baik

merupakan salah satu jenis pelayanan yang perlu ada di Dinas Pemadam

Kebakaran Kotamadya Jakarta Timur. Sebagai instansi yang bertanggung

jawab pada kejadian kebakaran di wilayahnya merasa perlu adanya dukungan

sistem informasi yang dapat membantu dalam pengolahan data kebakaran.

Pesatnya kemajuan teknologi informasi yang diikuti oleh pesatnya

perkembangan piranti lunak membawa perubahan di berbagai bidang, yang

meningkatkan kebutuhan akan kemudahan untuk mendapatkan informasi.

Mengingat perlu adanya pengolahan data yang baik pada Dinas

Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Timur, mendorong penulis untuk

membuat suatu sistem informasi yang mempermudah proses pengolahan

data dalam penanganan kebakaran yaitu mencari lokasi kebakaran dan

menentukan unit pemadam kebakaran serta fungsi-fungsi pendukung terdekat

dengan lokasi atau wilayah terjadinya kebakaran, dan mempermudah proses

pengolahan data untuk menghasilkan laporan penyebaran kebakaran yaitu

(27)

Penulis berharap sistem informasi ini dapat bermanfaat bagi Suku

Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur dalam menangani kebakaran dan

berkoordinasi dengan lembaga-lembaga yang terkait dalam melakukan

penanganan kebakaran, serta pengolahan data kebakaran lanjut yang berguna

untuk mengolah laporan penyebaran kebakaran sehingga dapat memenuhi

kebutuhan informasi bagi Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur.

Dengan dukungan sistem informasi geografis kebakaran, Sebagai

instansi yang bertanggung jawab pada kejadian kebakaran di wilayahnya

diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan pada Sudin

Kebakaran Jakarta Timur maka permasalahan yang penulis angkat dalam

penulisan ini adalah:

a. Bagaimana memperbaiki proses pencarian lokasi atau wilayah terjadinya

kebakaran pada penanganan kebakaran.

b. Bagaimana memperbaiki proses pencarian lokasi atau wilayah pos

pemadam kebakaran serta fungsi-fungsi pendukung (pos polisi, rumah

sakit) yang terdekat dengan lokasi atau wilayah terjadinya kebakaran.

c. Bagaimana memperbaiki kualitas laporan kebakaran yang dihasilkan dari

pengolahan data kebakaran, menggunakan pendekatan yang bersifat

(28)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Perancangan aplikasi sistem informasi geografis kebakaran dikhususkan

di wilayah kelurahan, kecamatan pada Kotamadya Jakarta Timur.

b. Fasilitas untuk menentukan pos pemadam kebakaran serta fungsi-fungsi

pendukung (pos polisi, rumah sakit) yang terdekat dengan lokasi atau

wilayah terjadinya kebakaran menggunakan fungsi analisis spasial dengan

operasibuffering.

c. Penggambaran tentang lokasi kebakaran hanya melalui jaringan jalan dan

batas wilayah.

d. Aplikasi Sistem Informasi Geografis kebakaran ini dibangun dengan

menggunakan program aplikasi SIG ArcView 3.3 dengan bahasa

pemrogramanAvenue.

e. Aplikasi yang dibuat berbasis desktop dan hanya tersedia dan dapat

diakses di SUDIN pemadam kebakaran Jakarta Timur.

f. Pada tahapan pengembangan sistem menggunakan metode terstruktur

dengan model waterfall hanya sampai pada tahap pengujian dan tidak

(29)

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan

Tujuan penulisan ini adalah menganalisis dan merancang suatu

aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) yang ditujukan untuk

membantu tugas Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur pada

pengolahan data kebakaran, antara lain dengan cara :

a. Mengolah informasi kejadian kebakaran, sehingga mempermudah

si pengambil keputusan dalam mencari wilayah terjadinya

kebakaran, mencari pos pemadam kebakaran dan fungsi-fungsi

pendukung yang terdekat dengan wilayah terjadinya kebakaran.

b. Mengolah data-data kebakaran per wilayahnya yang

menghasilkan laporan pola sebaran kebakaran yang berguna untuk

memenuhi kebutuhan informasi bagi Dinas Pemadam Kebakaran

Jakarta Timur.

1.4.2 Manfaat

Manfaat yang didapat dari penulisan ini adalah:

a. Bagi Penulis :

1. Menerapkan seluruh ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah,

melalui pembuatan aplikasi berbasis SIG.

2. Mengetahui kondisi dan memahami masalah-masalah yang

dihadapi dalam bidang sosial, khususnya tentang musibah

(30)

b. Bagi Sudin Kebakaran Jakarta Timur :

1. Sebagai fasilitas pengolah informasi bagi Dinas Pemadam

Kebakaran Jakarta Timur untuk meningkatkan kinerja dan

koordinasi dengan lembaga lainnya dalam proses penanganan

kebakaran.

2. Tersedianya aplikasi berbasis SIG yang dapat menghasilkan

informasi yang bersifat spasial tentang pola penyebaran

kebakaran pada Kotamadya Jakarta Timur.

1.5 Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan sistem ini terdiri dari

metode pengumpulan data dan metode perancangan sistem, adapun

kegiatannya terdiri dari :

a. Metode Pengumpulan Data, yaitu mendapatkan data dengan cara :

1. Studi Pustaka

Membaca dan mempelajari buku-buku, literatur dan website, yang

dapat dijadikan pendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Wawancara

Serangkaian diskusi dan tanya jawab kepada Kepala Sudin Kebakaran

Jakarta Timur untuk mendapatkan informasi tentang proses

penanganan kebakaran dan pengolahan data kebakaran yang

(31)

3. Observasi

Mengamati kegiatan penanganan dan pengolahan data yang

dilakukan oleh seksi operasi sudin kebakaran kotamadya jakarta

timur, untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

pelaksanaan sistem yang berjalan. Kegiatan ini di perlukan guna

mencari dan mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan

langsung dari sumbernya.

b. Metode perancangan sistem

Metode yang digunakan untuk perancangan dan pengembangan

sistem yang akan dibuat ini menggunakan metode terstruktur yang

didasari pada pengembanganModel Waterfall , yang urutan kegiatannya

terdiri dari enam tahap yaitu rekayasa sistem, analisa sistem,

perancangan sistem, pemrograman sistem, pengujian, operasi dan

(32)

1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulisan ini dibagi menjadi 5 Bab. Adapun isi

dari masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini mengemukakan latar belakang dibuatnya penulisan skripsi,

perumusan masalah dan batasan masalah yang diangkat dalam

penulisan, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi yang

digunakan serta sistematika penulisan.

Bab 2 : Landasan Teori

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan sebagai

landasan berfikir dalam penulisan skripsi ini.

Bab 3 : Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang objek yang diteliti dan

metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

mengembangkan sistem dalam penelitian tersebut.

Bab 4 : Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang hasil yang didapatkan dari

pengembangan sistem yang dilakukan.

Bab 5 : Penutup

Bab ini menguraikan kesimpulan dari apa yang telah dibahas dalam

bab-bab sebelumnya dan memberikan saran-saran untuk perbaikan

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Terdapat beberapa pengertian mengenai definisi sistem,

diantaranya menurut Menurut Hanif al Fatta (2007, p3) mendefinisikan

sistem sebagai Sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan

berinteraksi, serta hubungan antar objeknya bisa dilihat sebagai satu

kesatuan yang dirancang untuk mencapai satu tujuan

Menurut Ladjamudin (2005, p2) Sistem adalah kumpulan

komponen yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai

suatu tujuan tertentu.

Sementara dalam hanif al fatah (2005, p4) menurut Scott, sistem

terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input), pengolahan

(processing), serta keluaran (output).

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen

yang saling terintegrasi, yang menerima masukan (input) dan dengan

melalui pengolahan (processing) yang terorganisasi sehingga

menghasilkan keluaran (output) yang diharapkan untuk mencapai satu

(34)

2.1.2 Karakteristik Sistem

Menurut Ladjamudin (2005, p3) suatu sistem mempunyai karakteristik

atau sifat-sifat tertentu, yaitu :

a. Komponen Sistem

Sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan

bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen atau elemen

sistem dapat berupa subsistem atau beberapa bagian sistem.

b. Batasan Sistem

Daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang

lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem inilah yang

membuat sistem dipandang sebagai satu kesatuan.

c. Lingkungan Luar Sistem

Apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi

sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan

sistem atau merugikan sistem.

d. Penghubung Sistem

Media yang menghubungkan antara satu subsistem dengan

subsistem yang lainnya. Penghubung inilah yang menyebabkan

beberapa subsistem berintegrasi dan membentuk satu kesatuan.

e. Masukan Sistem

Adalah energi yang dimasukan ke dalam sistem.

f. Keluaran Sistem

(35)

g. Pengolahan Sistem

Sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu

sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah akan merubah masukan

menjadi keluaran.

h. Sasaran atau tujuan Sistem

Sesuatu yang menyebabkan mengapa sistem itu dibuat atau ada.

Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau

tujuannya.

2.1.3 Pengertian Data dan Informasi

Hanif al Fatta (2007, p9) mendefinisikan data sebagai suatu nilai,

keadaan atau sifat yang berdiri sendiri lepas dari konteks apapun.

Sedangkan informasi menurut Mc Leod dalam Hanif al Fatta (2007,

p9) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses atau

data yang memiliki arti.

Sedangkan menurut Ladjamudin (2005, p8) data merupakan

kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian - kejadian dan

kesatuan nyata, dan menurut Davis dalam Ladjamudin (2005, p8)

informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih

berarti dan berguna bagi penerimanya untuk mengambil keputusan

masa kini maupun yang akan datang.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa data adalah

(36)

yang telah diproses dan menjadi bentuk yang lebih berarti bagi

penggunanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan.

2.1.4 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Ladjamudin (2005, p13), definisi Sistem informasi yaitu,

a. Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari

komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu

menyajikan informasi.

b. Sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan

memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan atau untuk

mengendalikan organisasi.

Sistem informasi menurut Budihar dalam prahasta (2002, p40)

dapat diartikan sebagai suatu sistem manusia-mesin yang terpadu untuk

menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen,

dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

Dari pendapat beberapa pendapat diatas, secara singkat dapat

disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sistem yang berguna untuk

menghasilkan informasi dari data yang tersedia, dan digunakan untuk

mendukung tindakan dalam mengambil keputusan dalam organisasi.

2.2 Sistem Informasi Geografis

2.2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (SIG)

(37)

baik sebagai alat presentasi maupun tempat penyimpanan data

geografis. Tetapi media peta ini memiliki kelemahan atau keterbatasan

informasi-informasi yang tersimpan dalam peta yang telah diproses dan

dipresentasikan dengan suatu cara tertentu, dan biasanya untuk tujuan

tertentu pula, yang sudah dimanipulasi sehingga bersifat statis.

Bila dibandingkan dengan peta, SIG memiliki keunggulan yang

melekat karena penyimpanan data dan presentasinya dipisahkan.

Dengan demikian, data dapat dipresentasikan dalam berbagai cara dan

bentuk. Berbeda dengan sistem informasi lainnya, SIG membantu

pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan bidang-bidang spasial dan

geo-informasi. Salah satu keuntungan teknologi SIG adalah

kemampuannya dalam menyediakan data atau informasi berkaitan

dengan keruangan (spasial). Hasil analisis data geografi dapat disajikan

dalam media peta, laporan atau keduanya. Peta dipakai untuk

menampilkan hubungan geografi suatu data, sementara itu laporan

sangat tepat untuk merangkum data tabular dan mendokumentasikan

suatu nilai hasil perhitungan atau analisis. Secara singkat, SIG mampu

mengolah gambar visual sekaligus mengolah basisdata.

2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)

SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan

(capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, menganalisa,

(38)

SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat

lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang

digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan

menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di

permukaan bumi. Chrisman dalam prahasta (2002, p55)

2.2.3 Komponen Sistem Informasi Geografis

Menurut prahasta (2002, p58) Sistem Informasi Geografis terdiri

dari empat komponen utama yang terintergrasi menjadi satu kesatuan,

yaitu:

a. Perangkat keras, Perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG

adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer dan plotter (untuk

pengolahan), dan scanner. untuk konversi data ke dalam bentuk

digital.

b. Perangkat lunak, Perangkat lunak SIG menyediakan fungsi untuk

masukan, menyimpan, menganalisis dan menampilkan data dalam

bentuk geografis. Perangkat lunak SIG yang umum digunakan

adalah Mapinfo, ArcView, Autocad Map.

c. Data dan informasi geografis, SIG dapat mengumpulkan dan

menyimpan data yang diperlukan baik secara langsung dengan cara

[image:38.611.116.524.130.513.2]

dijitasi data spasial dari peta dan masukan data atributnya dari

tabel, laporan dengan menggunakan keyboard, maupun secara tidak

(39)

lainnya. Data geografis juga dapat diperoleh dengan membelinya

dari penyedia jasa peta.

d. User, proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan

dikerjakan oleh orang-orang yang memilki keahlian untuk setiap

tahapan implementasi SIG.

2.2.4 Subsistem Sistem Informasi Geografis

Subsistem SIG merupakan seluruh kesatuan cara kerja SIG yang

dapat merepresentasikan kondisi dunia nyata ke dalam komputer

seperti pada peta yang mampu merepresentasikan keadaan dunia nyata

diatas kertas. Adapun proses untuk merepresentasikannya adalah

sebagai berikut

Menurut prahasta (2002, p56) Sistem Informasi Geografis dapat

diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut:

a. Data Input, Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan data dan

mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber dan

[image:39.611.111.522.127.550.2]
(40)

format-format data-data aslinya ke dalam format yang dapat

digunakan oleh SIG.

b. Data output, Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan

keluaran seluruh atau sebagian basis data, baik dalam bentuk

softcopy maupun bentuk hardcopy seperti tabel, grafik dan peta.

c. Data Management, Subsistem ini mengorganisasikan data spasial

maupun data atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa

sehingga mudah dipanggil, di-update dan di-edit.

d. Data Manipulation dan Analysis, Subsistem ini menentukan

informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG dan melakukan

manipulasi serta pemodelan data untuk menghasilkan informasi

yang diharapkan.

2.2.5 Model Data pada Sistem Informasi Geografis

Menurut prahasta (2002, p146) dalam pengolahan data SIG,

terdapat 2 jenis data, yaitu data spasial dan data non-spasial (atribut)

yang saling melengkapi.

Data spasial (keruangan), yaitu data yang menunjukkan ruang,

lokasi atau tempat-tempat di permukaan bumi. Data spasial berasal dari

peta analog, foto udara dan penginderaan jauh dalam bentuk cetak

kertas atau digital.

Data atribut (deskriptis), yaitu data yang terdapat pada ruang atau

(41)

Data atribut diperoleh dari catatan lapangan, statistik, sensus dan

tabular (data yang disimpan dalam bentuk tabel) lainnya.

Pada SIG, data spasial dan data atribut disajikan dalam bentuk

titik (node), garis (arc), dan bidang (polygon) melalui 2 model, yaitu :

a. Model Data Raster

Menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial

menggunakan struktur matriks atau pixel (picture cell) yang

tersusun membentuk grid. Umumnya sel-sel berbentuk bujur

sangkar atau empat persegi panjang, tetapi bisa juga berupa segitiga

atau persegi enam. Akurasi pada model raster sangat bergantung

pada resolusi (jumlah pixel yang termuat dalam suatu gambar) yang

[image:41.611.114.520.162.555.2]

digunakan.

Gambar 2.2 Data Raster

b. Model Data Vektor

Menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial

menggunakan titik-titik, garis, dan polygon beserta atributnya.

(42)

data vektor didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua

[image:42.611.113.521.146.693.2]

dimensi (x,y).

Gambar 2.3 Data Vektor

2.2.6 Kemampuan Sistem Informasi Geografis

Menurut prahasta (2002, p72) Secara jelas, kemampuan SIG

juga dapat dilihat dari pengertian atau definisinya.

Kemampuan-kemampuan SIG yang diambil dari beberapa definisi SIG yaitu:

a. Memasukan dan mengumpulkan data geografi

b. Mengintegrasikan data geografi

c. Memeriksa, meng-update data geografi

d. Menyimpan dan memanggil kembali data

e. Mempresentasikan atau menampilkan data geografi

f. mengelola data geografi

g. Memanipulasi data geografi

(43)

i. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk peta

tematik (view dan layout), table, grafik (chart), laporan (report),

dan lainnya baik dalam bentuksoftcopy ataupunhardcopy.

2.2.7 Fungsi Analisis pada Sistem Informasi Geografis

Menurut prahasta (2002, p73) Kemampuan SIG dapat juga

dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Secara

umum, terdapat dua jenis fungsi analisis dalam SIG yaitu fungsi

analisis atribut dan fungsi analisis spasial.

Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem

pengelolaan basisdata (DBMS) dan perluasannya:

a. Operasi dasar basisdata mencakup : 1) Membuat basisdata baru, 2)

[image:43.611.115.527.134.536.2]

Menghapus basisdata, 3) Membuat tabel basisdata, 4) Menghapus

tabel basisdata, 5) Mengisi dan menyisipkan data ke dalam tabel, 6)

Membaca dan mencari data dari tabel basisdata, 7) mengubah dan

meng-edit data yang terdapat di dalam tabel basisdata, 8)

Menghapus data dari tabel basisdata, 9) Membuat indeks untuk

setiap tabel basisdata.

b. Perluasan operasi basisdata seperti : 1) Membaca dan menulis

basisdata dalam sistem basisdata yang lain, 2) Dapat berkomunikasi

dengan sistem basisdata yang lain, 3) Dapat menggunakan bahasa

basisdata standar, 4) Operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang

(44)

Sedangkan fungsi analisis spasial terdiri dari operasi seperti berikut ini:

a. Klasifikasi: fungsi ini mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan

kembali suatu data spasial (atau atribut) menjadi data spasial yang

baru dengan menggunakan kriteria tertentu.

b. Network : fungsi ini merujuk data spasial titik-titik (point) atau

garis-garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan.

c. Overlay: menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data

yang menjadi masukannya.

d. Buffer: menghasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon

atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi

masukannya.

e. 3D analysis: fungsi ini terdiri dari sub-sub fungsi yang

berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi.

2.2.8 Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografis

a. Arcview 3.3

Perangkat lunak merupakan salah satu dari empat komponen

utama SIG. Perangkat lunak SIG harus dapat menyediakan fungsi

untuk masukan, menyimpan, menganalisis dan menampilkan data

dalam bentuk geografis. ArcView 3.3 merupakan salah satu dari

sekian banyak perangkat lunak SIG yang dapat menyediakan

(45)

Perangkat lunak ArcView adalah alat (tools) yang paling

banyak digunakan pada saat ini karena kemudahan yang

dimilikinya. ArcView memungkinkan kita untuk melakukan

organisasi, menyusun, menggambarkan dan menganalisis peta atau

informasi spasial. ArcView menyediakan sebuah perangkat kerja

guna pembuatan keputusan spasial, dan mempunyai kemampuan

untuk menggambarkan, menyelidiki, atau mengevaluasi,

melakukan query, dan menganalisis data spasial. Pekerjaan

mengubah simbol peta, menambah gambar citra atau grafik,

menempatkan tanda arah utara, skala batang dan judul, serta

mencetak peta yang kualitasnya baik, dapat dilakukan secara cepat

dengan menggunakan ArcView. ArcView bekerja dengan data

tabular, citra, textfile data spreadsheet dan data grafik. Selain itu

ArcView juga dapat melakukan komunikasi dengan produk

perangkat lunak lain, dimana kita dapat mengganti data tanpa

melakukan konversi dan tanpa perlu meninggalkan atau keluar dari

area kerja ArcView. (Nuarsa 2005 p1-23)

b. Bahasa Pemrograman Avenue

Menurut prahasta (2004, p1) Avenue merupakan bahasa

pemrograman yang hadir bersama dengan ArcView (terintegrasi

dengan paket standar). Bahasa pemrograman script ini merupakan

(46)

untuk meng-customize dan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang

dibuat dengan perangkat SIG Arcview. Dengan Avenue, secara

umum para pengguna dapat melakukan aktifitas-aktifitas sebagai

berikut ;

1. Meng-customizetampilan Arcview (menyembunyikan dan atau

memunculkan control dari para penggunannya).

2. Memodifikasi menu dantools standar Arcview.

3. membuat menu dan tools baru (untuk memenuhi kebutuhan

pengguna).

4. Mengotomasikan proses integrasi aplikasi-aplikasi Arcview

dengan aplikasi-aplikasi lain.

5. Mengembangkan fungsi dan prosedur (baris-baris kode yang

membentuk suatu proses yang lebih besar) yang diperlukan di

dalam aplikasi.

2.3 Proses Pengembangan Sistem

Menurut Whitten (2004, p81) System Development Process adalah

Proses pengembangan terstandarisasi yang mendefinisikan suatu aktivitas,

metode, praktik terbaik, dan perangkat terotomasi yang akan digunakan oleh

para pengembang sistem untuk mengembangkan dan secara berkesinambungan

memperbaiki sistem informasi dan perangkat lunak.

Dalam pengembangan sistem informasi, perlu melewati beberapa

(47)

mengikuti tahapan-tahapan ini diharapkan pengembangan sistem dapat

diselesaikan dengan baik. Tahap-tahap tersebut dinamakan SDLC (System

Development Life Cycle).

2.3.1 Model SDLC (System Development Life Cycle)

Di dalam pengembangan sistem informasi, masalah yang muncul

tidak langsung dapat dihilangkan tetapi harus dikenali terlebih dahulu

sebelum solusinya dibuat. Biasanya pengembang menggunakan

pendekatan atau model tahapan yang berbeda dalam pengembangan

suatu sistem informasi.

Menurut prahasta (2002, p222) telah dikembangkan beberapa

model proses rekayasa piranti lunak atau sistem informasi,

masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, akan tetapi seluruhnya

memiliki serangkaian tahapan yang sama dalam mengembangkan suatu

sistem informasi. Berikut adalah beberapa jenis model SDLC yang

umum digunakan :

a. Waterfall Model

b. Prototyping Model

c. RAD Model

(48)
[image:48.611.114.510.107.555.2]

2.3.2 Waterfall Model

Gambar 2.4 Pengembangan Sistem dengan Model Waterfall

Penulis menggunakan model ini dalam pengembangan sistemnya

Menurut Prahasta (2002, p223) Metode ini membutuhkan pendekatan

sistematis dan sekuensial dalam pengembangan perangkat lunak,

dimulai dari tingkat sistem, analisis, desain, coding, pengujian dan

pemeliharaan. Pada model ini terdapat aktivitas- aktivitas sebagi

berikut :

a. Rekayasa Sistem Informasi (System Information Engineering).

Karena perangkat lunak adalah bagian dari sistem yang lebih besar,

pekerjaan dimulai dari pembentukan kebutuhan-kebutuhan dari

semua elemen sistem dan mengalokasikan suatu subset ke dalam

pembentukan perangkat lunak. Hal ini penting, ketika perangkat Rekayasa Sistem

Analisis Sistem

Perancangan

Pemrograman

Pengujian

(49)

lunak harus berkomunikasi dengan hardware, manusia dan basis

data. Rekayasa dan pemodelan sistem menekankan pada

pengumpulan kebutuhan pada level sistem dengan sedikit

perancangan dan analisis. Tahap ini juga kadang disebut dengan

Project Definition.

b. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (Software Requirements

Analysis). Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan ke

perangkat lunak. Harus dapat dibentuk domain informasi, fungsi

yang dibutuhkan, performansi dan antarmuka.

c. Perancangan (Design). Proses mengubah kebutuhan-kebutuhan

menjadi bentuk karakteristik yang dimengerti perangkat lunak

sebelum dimulai penulisan program. Desain ini harus

didokumentasikan dengan baik dan menjadi bagian konfigurasi

perangkat lunak.

d. Pemrograman (Coding). Desain pada tahap sebelumnya harus

diubah menjadi bentuk yang dimengerti mesin (komputer). Maka

dilakukan langkah penulisan program. Jika desain-nya detil, maka

coding dapat dicapai secara mekanis.

e. Pengujian (Testing). Setelah kode program selesai dibuat, dan

program dapat berjalan, testing dapat dimulai. Testing difokuskan

pada logika internal dari perangkat lunak, fungsi eksternal, dan

mencari segala kemungkinan kesalahan. Dan memeriksa apakah

(50)

f. Operasi dan Pemeliharaan (Support/Maintenance). Perangkat lunak

setelah diberikan pada pelanggan, mungkin ditemukan error ketika

dijalankan di lingkungan pelanggan. Atau mungkin pelanggan

meminta penambahan fungsi, hal ini menyebabkan faktor

maintenance (pemeliharaan) ini menjadi penting dalam penggunaan

metode ini. Pemeliharaan ini dapat berpengaruh pada semua

langkah yang dilakukan sebelumnya.

2.4 Alat Perancangan Sistem

2.4.1 Flowchart (Diagram Alir)

Menurut Ladjamudin (2005, p263) Flowchart adalah

bagan-bagan yang mempunyai arus yang menggambarkan langkah-langkah

penyelesaian masalah.

Flowchart disusun dengan simbol. simbol ini dipakai sebagai alat

bantu dalam menggambarkan proses, simbol dapat dibagi menjadi tiga

kelompok, yakni sebagai berikut.

a. Flow Direction Symbols(Simbol penghubung atau alur)

Simbol yang digunakan untuk menghubungkan antara simbol yang

satu dengan simbol yang lain.

b. Processing Symbols (Simbol proses)

Simbol yang menunjukkan jenis operasi pengolahan dalam suatu

(51)

c. Input-output Symbols (simbol input-output)

Simbol yang menunjukkan jenis peralatan yang digunakan sebagai

media input-output.

2.4.2 DFD ( Data Flow Diagram )

DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada

alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk

penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah

dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun

pembuat program.

DFD menurut Jouran dan DeMarco dalam buku analisa dan desain

sistem informasi (Ladjamudin, p64 -70).

Data flow diagram merupakan model dari sistem untuk

menggambarkan pembagian sistem ke modul yang lebih kecil. Salah

satu keuntungan menggunakan Data flow diagram adalah memudahkan

pemakai atau user yang kurang menguasai bidang komputer untuk

mengerti sistem yang akan dikerjakan. Adapun tahapan dalam

menggambarkan sistem menggunakan DFD adalah sebagai berikut :

a. Diagram Konteks ( Level 0 )

Merupakan diagram paling atas yang terdiri dari suatu proses dan

menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks

(52)

b. Diagram Zero atau Nol ( Level 1 )

Merupakan diagram yang berada diantara diagram konteks dan

diagram detail, serta menggambarkan proses utama dari DFD.

Diagram Nol memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai

sistem yang ditangani.

c. Diagram Rinci (Level 2, Level 3, dan seterusnya)

Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam Diagram Zero

atau diagram level diatasnya. Diagram yang paling rendah dan

tidak dapat diuraikan lagi.

2.4.3 ERD ( Entity Relationship Diagram)

Menurut ladjamudin (2005, p 142)Entity Relationship Diagram

(ERD) adalah notasi grafik dari sebuah model jaringan data yang

menekankan pada struktur-struktur dan relationship data yang disimpan

dalam sistem secara abstrak.

Kardinalitas adalah menunjukan jumlah maksimum dan

minimum tupel yang dapat berelasi dengan entitas pada entitas lainnya.

Kardinalitas relasi antar entitas dapat di katagorikan dalam tiga jenis,

yaitu :

a. Derajat hubungan 1 : 1 (One to one)

Derajat hubungan antar entitas 1 : 1 terjadi bila entitas A hanya

boleh berpasangan dengan satu anggota dari entitas B. Demikian

(53)

b. Derajat hubungan 1 : m (One to many) atau m :1 (Many to one)

Derajat hubungan ini terjadi bila tiap anggota entitas A boleh

berpasangan dengan lebih dari satu anggota entitas B. Sebaliknya

setiap anggota entitas B hanya boleh berpasangan dengan satu

anggota entitas A.

c. Derajat hubungan m : n (Many to many)

Terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan dengan lebih

dari satu anggota entitas B. Demikian pula sebaliknya.

2.4.4 Normalisasi

Menurut Ladjamudin (2005, p169) normalisasi adalah proses

pengelompokan data ke dalam bentuk tabel, relasi atau file untuk

menyatakan entitas dan hubungan mereka sehingga terwujud satu

bentuk database yang mudah untuk dimodifikasi.

Bentuk dan tahapan dalam proses normalisasi adalah sebagai

berikut:

a. Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form)

Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada

keharusan mengikuti suatu format tertentu, dapat saja data tidak

(54)

b. Bentuk Normal Kesatu (1NF atauFirst Normal Form)

Secara sederhana entitas berada pada dalam bentuk normal

pertama, yaitu jika tidak ada atribut yang dapat memiliki lebih dari

satu nilai untuk contoh entitas tunggal.

c. Bentuk Normal Kedua (2NF atauSecond Normal Form)

Bentuk normal kedua mempunyai syarat yaitu tabel sudah berada

pada bentuk normal pertama. Atribut bukan kunci haruslah

bergantung secara fungsional pada kunci utama atau primary key.

sehingga untuk membentuk normal kedua haruslah sudah

ditentukan kunci field.

d. Bentuk Normal Ketiga (3NF atauThird Normal Form)

Untuk menjadi bentuk normal ketiga maka relasi harus sudah

termasuk dalam bentuk normal kedua dan semua atribut bukan

primer tidak punya hubungan transitif. Dengan kata lain, setiap

atribut yang bukan kunci haruslah bergantung pada primary key

dan pada primary key secara keseluruhan.

2.4.5 STD (State Transition Diagram)

Menurut Pressman (2001, p317), STD menggambarkan

kebiasaan dari suatu sistem dengan menggambarkan kondisi dan

kejadian yang menyebabkan perubahan suatu kondisi. Selain itu, dapat

dikatakan STD menunjukan tindakan yang diambil sebagai akibat dari

[image:54.611.110.527.123.528.2]

suatu kejadian. Notasi yang digunakan dalam STD dapat dilihat pada

(55)

2.4.6 Kamus Data

Menurut Ladjamudin (2005) kamus data adalah katalog fakta

tentang data dan kebutuhan - kebutuhan informasi dari suatu sistem

informasi.

2.5 Kebakaran

2.5.1 Konsep Dasar Kebakaran

Dalam situs resmi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI

Jakarta http://www.jakartafire.com/dpk07/pengetahuan/index.php?act=

detil&idb=297) Pengertian kebakaran adalahsuatu nyala api, baik kecil

atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada

umumnya sukar dikendalikan.

2.5.2 Kelas-Kelas Kebakaran

Dalam situs resmi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI

Jakartahttp://www.jakartafire.com/dpk07/pengetahuan/index.php?act=

detil&idb=297),Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas,

yaitu:

a. Kelas A

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya

kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media

(56)

goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau

racun api tepung kimia kering.

b. Kelas B

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar

berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus,

alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas

ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun

api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini

karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas

sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar

kemana-mana.

c. Kelas C

Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman

kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat Pemadam Kebakaran

(APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber

listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.

2.5.3 Konsep Dasar Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur

Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta Timur adalah

unsur pelaksana pemerintah daerah (Pemda) yang diberi tanggung

jawab dalam melaksanakan tugas-tugas melakukan usaha pencegahan

dan pemadaman kebakaran serta penyelamatan akibat kebakaran dan

(57)

Pemadam Kebakaran ini merupakan perwujudan tanggung jawab

pemerintah daerah (Pemda) dalam rangka memberikan perlindungan

kepada warganya dari ancaman bahaya kebakaran dan bencana lainnya.

Dalam mewujudkan rasa aman serta memberikan perlindungan

kepada warga, Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur pada buku

laporan kegiatan tahunan 2006, dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya berpedoman pada :

a. Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 9 tahun

2002, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam

Kebakaran Propinsi DKI Jakarta,

b. Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 673 tahun

2002, tanggal 18 April 2002 tentang pembentukan dan pembagian

Wilayah Kerja Sektor Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta.

Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta Timur

Mempunyai 3 tugas pokok yakni :

1. Pencegahan Kebakaran.

2. Pemadaman Kebakaran.

(58)

2.5.4 Konsep Dasar Fungsi Pendukung

Fungsi-fungsi pendukung dalam proses pemadaman kebakaran

mempunyai pengertian yaitu semua lembaga yang terlibat langsung

dalam proses pemadaman kebakaran. Yang bertugas dalam pemberian

pelayanan secara cepat, akurat dan efisien mulai dari informasi

kebakaran diterima sampai api padam. Yang termasuk dalam

fungsi-fungsi pendukung dalam proses pemadaman kebakaran yang dibahas

dalam penelitian ini adalah Rumah sakit, polisi (kantor polisi).

a. Rumah Sakit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001), rumah

sakit adalah :

1. Gedung tempat merawat orang sakit.

2. Gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan

kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No :

159b/MEN.KES/PER/II/1998 (Bab I Pasal 1 Ayat 1), rumah sakit

adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat serta dapat dimanfaatkan

untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

b. Kantor Polisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001), polisi

(59)

1. Badan pemerintah yang bertugas untuk memelihara keamanan

dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar

Undang-Undang dan sebagainya).

2. Anggota badan pemerintah (pegawai Negara yang bertugas

menjaga keamanan dan sebagainya).

Sedangkan kantor memiliki pengertian :

1. Balai (gudang, rumah, ruang) tempat melaksanakan suatu

pekerjaan (perusahaan dan sebagainya)

2. Tempat bekerja.

Maka, kantor polisi merupakan kantor tempat polisi melakukan

urusan kepolisian dan melaksanakan pekerjaannya. Pembagian

kantor polisi berdasarkan tingkat kewenangan dan tanggung

jawabnya, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.8 Tabel Pembagian Kantor Polisi

No Nama Wilayah Tingkat Kewenangan Dan

Tanggung Jawab

1 Markas Besar Polisi RI

(Mabes)

Kepolisian seluruh wilayah RI dan

luar negeri (Interpol)

2 Kepolisian Daerah (Polda) Kepolisian propinsi tertentu

3 Kepolisian Wilayah (Polwil) Kepolisian pada karesidenan tertentu

4 Kepolisian Resort (Polres) Kepolisian pada kabupaten/kotamadya

tertentu

5 Kepolisian Sektor (Polsek) Kepolisian pada kecamatan tertentu

6 Pos polisi Kepolisian pada lokasi tertentu yang

(60)

2.5.5 Konsep Dasar jalan

Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,

ditetapkan pengertian jalan adalah suatu prasarana transportasi darat

yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada

permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air serta di atas

permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Yang

selanjutnya ditetapkan pula pengertian jalan umum dan jalan khusus.

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan jalan adalah

dalam pengertian jalan umum sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980, yaitu jalan yang diperuntukkan bagi

lalu lintas umum.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam undang-undang ini

pengertian jalan tidak termasuk jalan khusus, yaitu jalan yang tidak

diperuntukkan bagi lalu lintas umum, antara lain jalan inspeksi

pengairan, jalan inspeksi minyak atau gas, jalan perkebunan, jalan

pertambangan, jalan kehutanan, jalan komplek bukan untuk umum,

(61)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan

dalam pembuatan sistem ini, selain itu pada tahap ini kita bisa mengetahui

proses sistem yang sedang berjalan. Sehingga kita bisa menganalisa

kekurangan dan kelebihan dari sistem yang sedang berjalan. Dari hal tersebut

kita dapat mengetahui permasalahan yang terjadi kemudian dibuat suatu

pemecahan masalahnya.

Dalam metode pengumpulan data ini terdiri dari tiga tahap meliputi

studi pustaka, observasi lapangan dan wawancara.

3.1.1 Studi Pustaka

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah dengan

mempelajari dan meneliti 12 buku teori tahun 1996 sampai 2007, 1

buku laporan tahunan kegiatan Sudin Kebakaran Jakarta Timur, 1

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1 keputusan mentri dan 5 sumber

bacaan dari internet, yang mempunyai hubungan dengan permasalahan

yang dihadapi dan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian

ini. Adapun sumber bacaan yang dibaca dapat dilihat pada daftar

(62)

3.1.2 Observasi Lapangan

Berikut adalah deskripsi lokasi dan waktu penelitian yang dilakukan

untuk mengembangkan sistem informasi geografis kebakaran (SIGK) :

Lokasi : Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta

Timur (Seksi Operasi Kotamadya Jakarta Timur).

Alamat : JL. Matraman Raya No.132

Waktu : 14 Desember 2007 - 25 Januari 2008

Pada tahap ini yang dilakukan penulis adalah dengan mengamati

kegiatan pencatatan laporan kebakaran dan pengolahan data kebakaran

serta proses penanganan kasus kejadian kebakaran yang dilakukan oleh

Seksi Operasi Kotamadya Jakarta Timur, untuk mendapatkan gambaran

yang jelas mengenai pelaksanaan sistem yang berjalan.

Selain itu, kegiatan ini di perlukan guna mencari dan

mengumpulkan data-data sekunder yang di butuhkan langsung dari

sumbernya. Berikut adalah data-data yang diperoleh dari observasi

lapangan:

a. Laporan kasus kejadian kebakaran.

b. Data Statistik, terdiri dari data kejadian kebakaran per kelurahan dan

kecamatan.

c. Data Statistik kejadian kebakaran yang dipengaruhi beberapa faktor.

(63)

3.1.3 Wawancara

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah dengan membuat

serangkaian diskusi dan tanya jawab kepada Kepala Sudin Kebakaran

Jakarta Timu

Gambar

tabel, laporan dengan menggunakan keyboard, maupun secara tidak
Gambar 2.1 Subsistem SIG
Gambar 2.2  Data Raster
Gambar 2.3  Data Vektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemikiran itulah maka peneliti akan melakukan penelitian pengembangan untuk mengembangkan bahan ajar yang berbasis integrasi interkoneksi untuk

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa umur tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan KBR di Kota Banjarbaru..

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan tentang fenomena penyimpangan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah, kompetensi PPK tidak hanya diukur dengan kepemilikan

Karls Kost menyediakan fasilitas sesuai dengan iklan yang tertera di internet (kaskus, OLX, twitter &

Suatu perairan dikatakan dalam kondisi baik/tidak tercemar jika tidak memiliki jenis yang mendominasi sehingga nilai keanekaragaman akan tinggi dan jumlah

Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya, maka diperoleh simpulan sebagai bentuk dari komunikasi anggota DPRD Kabupaten Badung Fraksi

Sebagai bahan penilaian dan pertimbangan bagi pengurus dalam menentukan kebijaksanaan penjualan secara kredit sehubungan dengan efisiensi dan efektivitas

Mereka percaya bahwa feng shui dapat dijadikan acuan dalam memilih lokasi bisnis sehingga lokasi yang baik mendatangkan keuntungan bagi bisnis, misalnya lebih banyak