PERANCANGAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEBAKARAN
( STUDI KASUS SUKU DINAS PEMADAM
KEBAKARAN JAKARTA TIMUR )
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Linggo Murti
103093029710
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
PERANCANGAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEBAKARAN
( STUDI KASUS SUKU DINAS PEMADAM
KEBAKARAN JAKARTA TIMUR )
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Linggo Murti
103093029710
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. Eko Syamsudin Hasrito, M.Eng
NIP.
Pembimbing II
Zainul Arham, M.Si
NIP. 19740730 200710 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sistem Informasi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama
: Linggo Murti
NIM :
103093029710
Program Studi : Sistem Informasi
Judul Skripsi : Perancangan Sistem Informasi Geografis Kebakaran (
Studi Kasus Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta
Timur )
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
pada Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Agustus
2010
Menyetujui
Penguji I
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis
NIP. 150 317 956
Penguji II
Aang Subiyakto, M.Kom
NIP. 150411252
Mengetahui
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis
NIP. 150 317 956
Ketua Program Studi Sistem Informasi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Agustus 2010
ABSTRAK
LINGGO MURTI, Perancangan Sistem Informasi Geografis Kebakaran pada Suku
Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur, (dibawah bimbingan Bapak Eko
Syamsudin Harsito, dan Bapak Zainul Arham )
Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Timur yang berwenang
menanggulangi masalah Kejadian Kebakaran di wilayah Jakarta Timur, harus siaga
dalam menangani masalah ini . Dari hasil penelitian penulis, proses pengolahan data
kebakaran dan pelaporan kasus kejadian kebakaran masih dilakukan secara
sederhana. Untuk itu diperlukan suatu aplikasi untuk memaksimal proses
penanganan kebakaran dan meningkatkan kualitas informasi penyebaran kasus
kebakaran di wilayah Jakarta Timur. Dalam penelitiannya penulis merancang sebuah
aplikasi berbasis SIG dalam mengolah data kebakaran
(mencari lokasi, menentukan
pos penanganan kebakaran terdekat dan pembuatan laporan penyebaran kebakaran)
. Dalam mengembangkan Sistem Informasi Geografis Kebakaran pada Wilayah
Jakarta Timur ini, penulis menggunakan metode terstruktur dari siklus hidup
pengembangan sistem (
system development life cycle
-SDLC) dengan model
pendekatan waterfall, dan pengembangan aplikasi ini menggunakan bahasa
pemrograman Avenue pada ArcView 3.3. Harapannya, hasil penelitian ini mampu
memaksimalkan proses penanganan kebakaran, pengolahan data dan pelaporan data
penyebaran kasus kebakaran di wilayah Jakarta Timur oleh SUDIN Pemadam
Kebakaran Jakarta Timur.
V Bab + 121 halaman + Daftar Pustaka + Lampiran, 2009
Kata kunci
: perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG), Penanganan
Kebakaran, pengolahan data kebakaran.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
Ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisa dan
Perancangan Sistem Informasi Geografis Kebakaran (study kasus: Suku Dinas
Pemadam Kebakaran Jakarta Timur)”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan arahan yang diberikan
kepada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu izinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Aang Subiyakto, M.Kom serta Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI selaku
Ketua dan Sekertaris Program Studi Sistem Informasi
3.
Bapak Dr. Eko Syamsudin M.Eng selaku Dosesn Pembimbing I dan Bapak
Zainul Arham M.Si selaku Dosen Pembimbing II.
4.
Bapak Munadi S.Sos selaku Pimpinan SUDIN Kebakaran Jakarta Timur dan
seluruh staf SUDIN Kebakaran Jakarta Timur, terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya.
6.
Teman-teman seperjuangan di Program Studi Sistem Informasi angkatan 2003 .
annep, makasih banyak waktunya dan teman-teman lainnya yang telah
mambantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Ristty Wara Ariestyadi terima kasih atas semua rasa yang kau berikan.
8.
Teman-teman dekat yang telah mendukung, mendoakan dan memberikan
motifasi kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik akan sangat membantu untuk proses perbaikan
selanjutnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Agustus 2010
DAFTAR ISI
Halaman Judul...i
Lembar Persetujuan Pembimbing... ii
Lembar Pengesahan Ujian... iii
Lembar Pernyataan... iv
Abstrak...v
Kata Pengantar...vi
Daftar Isi... viii
Daftar Gambar... xiv
Daftar Tabel... xvii
Daftar Simbol...xix
BAB I
: PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang... 1
1.2
Perumusan Masalah... 4
1.3
Batasan Masalah... 5
1.4
Tujuan dan Manfaat... 6
1.4.1
Tujuan...6
1.4.2
Manfaat...6
1.5
Metodologi... 7
BAB II
: LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi... 10
2.1.1 Pengertian Sistem...10
2.1.2 Karakteristik Sistem... 11
2.1.3 Pengertian Data dan Informasi... 12
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi...
13
2.2 Sistem Informasi Geografis...
2.2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis...
2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis...
13
14
13
2.2.3 Komponen Sistem Informasi Geografis...
15
2.2.4 Subsistem Sistem Informasi Geografis...
16
2.2.5 Model Data pada Sistem Informasi Geografis...
17
2.2.6 Kemampuan Sistem Informasi Geografis...
19
2.2.7 Fungsi Analisis pada Sistem Informasi Geografis...
20
2.2.8 Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografis...
21
2.3 Proses Pengembangan Sistem ...
23
2.3.1 Model SDLC
(System Development Life Cycle)
... 24
2.3.2 Waterfall Model...
25
2.4 Alat/Tools Perancangan Sistem ...
27
2.4.1 Flowchart
(Diagram Alir)...
27
2.4.2 DFD
(Data Flow Diagram)
...
29
2.4.3 ERD
(Entity Relationship Diagram)...
...
29
2.4.5 STD
(State Transition Diagram)
...
31
2.4.6 Kamus Data...
32
2.5 Kebakaran...
32
2.5.1 Konsep Dasar Kebakaran... 32
2.5.2 Kelas-Kelas Kebakaran...
32
2.5.3 Konsep Dasar Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta
Timur ...
33
2.5.4 Konsep Dasar Fungsi Pendukung...
35
2.5.5 Konsep Dasar Jalan ...
37
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...
38
3.2 Peralatan dan Bahan...
38
3.2.1 Peralatan... 38
3.2.2 Bahan...
39
3.3 Ruang Lingkup Penelitian...
39
3.4 Metode Pengumpulan Data...
41
3.4.1 Studi Pustaka...
42
3.4.2 Observasi Lapangan...
42
3.4.3 Wawancara...
43
3.5 Metode Pengembangan Sistem...
44
3.5.2 Analisis Sistem (Kebutuhan)...
45
3.5.3 Perancangan
(Design
)...
45
3.5.4 Penulisan Program
(Coding)
...
45
3.5.5 Pengujian
(Testing)
...
..46
3.5.6 Operasi dan Pemeliharaan...
..46
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan Sistem Informasi Geografis Kebakaran...
..47
4.2 Metode Pengembangan Sistem...
42
4.2.1 Rekayasa dan Pemodelan Sistem.... ...
42
48
4.2.1.1 Latar Belakang Dinas Pemadam Kebakaran
Jakarta Timur ...
49
4.2.1.2 Tugas dan Fungsi Dinas Pemadam Kebakaran
Jakarta Timur...
50
4.2.1.3 Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran
Jakarta Timur ...
50
4.2.1.4 Rekayasa Sistem...
51
4.2.2 Analisis Sistem (Kebutuhan)...
52
4.2.2.1 Sistem yang Sedang Berjalan...
52
4.2.2.2 Kebutuhan Sistem yang Sedang Berjalan...
55
4.2.2.3 Usulan Pemecahan Masalah...
56
4.2.3 Perancangan
(Design
)...
58
4.2.3.2 Perancangan Kamus Data SIGK...
68
4.2.3.3 Perancangan Basis Data SIGK ...
70
4.2.3.4 Perancangan Input / Output SIGK...
85
4.2.4 Penulisan Program
(Coding)
...
..99
4.2.4.1 Spesifikasi program untuk modul pembuka..
..99
4.2.4.2 Spesifikasi program untuk modul layar
utama... ...99
4.2.4.3 Spesifikasi program untuk sub menu
Menu
Utama
………..…...…...…. 102
4.2.4.4 Spesifikasi program untuk sub menu
Informasi
……...……..………...
103
4.2.4.5 Spesifikasi program untuk sub menu
Peta
Tematik
...…………... 103
4.2.4.6 Spesifikasi program untuk sub menu
Penanganan Kebakaran
……...
104
4.2.4.7 Spesifikasi program untuk sub menu
Pemeliharaan Data
………... 105
4.2.4.8 Spesifikasi program untuk sub menu
Laporan
...……… 107
4.2.4.9 Spesifikasi program untuk sub menu
Petunjuk
...………
108
4.2.5 Pengujian
(Testing)
...
109
4.2.6.1 Pemakaian SIGK...
112
4.2.6.2 Evaluasi...
112
4.2.6.3 Kelebihan SIGK...
118
4.2.6.4 Kekurangan SIGK...
119
BAB V
: PENUTUP
5.1 Kesimpulan...120
5.2 Saran...121
DAFTAR PUSTAKA... 169
LAMPIRAN I WAWANCARA... 170
LAMPIRAN II DOKUMEN-DOKUMEN... 171
LAMPIRAN III TATA CARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGK... 172
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik kejadian kebakaran, tahun 2000 – 2008 di wilayah jakarta
Timur... 2
Gambar 1.2 Grafik Kerugian yang disebabkan kebakaran, tahun 2000 – 2008 di
wilayah jakarta timur... 2
Gambar 2.1 Subsistem SIG... 16
Gambar 2.2 Data Raster... 18
Gambar 2.3 Data Vektor... 19
Gambar 2.4 Pengembangan Sistem dengan Model Waterfall... 25
Gambar 3.1 Pengembangan Sistem dengan Model Waterfall... 44
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur... 50
Gambar 4.2 Diagram Alir Dokumen Sistem Yang Berjalan... 54
Gambar 4.3 Diagram Alir Dokumen Sistem Usulan... 57
Gambar 4.4 Diagram Konteks... 58
Gambar 4.5 Diagram Nol... 59
Gambar 4.6 Diagram Rinci 1.0 ( Pengolahan Data Geografis ) ... 62
Gambar 4.7 Diagram Rinci 2.0 (Pengolahan Data Kebakaran) ... 64
Gambar 4.8 ERD Sebelum di Normalisasikan... 70
Gambar 4.9 ERD SIGK Sesudah Di Normalisasikan... 75
Gambar 4.10 STD Layar Utama SIGK... 85
Gambar 4.11 STD Menu Utama... 86
Gambar 4.12 STD Menu Informasi... 86
Gambar 4.14 STD Menu Penanganan Kebakaran... 87
Gambar 4.15 STD Menu Pemeliharaan Data... 88
Gambar 4.16 STD Menu Laporan... 89
Gambar 4.17 STD Menu Petunjuk... 89
Gambar 4.18 Perancangan Layar Utama... 90
Gambar 4.19 Perancangan Layar Menu Utama... 91
Gambar 4.20 Perancangan Layar Menu Informasi... 92
Gambar 4.21 Perancangan Layar Menu Peta Tematik... 93
Gambar 4.22 Perancangan Menu Penanganan Kebakaran... 93
Gambar 4.23 Perancangan Layar Menu Pemeliharaan Data... 94
Gambar 4.24 Perancangan Layar Menu Laporan... 95
Gambar 4.25 Perancangan Layar Menu Petunjuk... 95
Gambar 4.26 Rancangan Dialog Login... 96
Gambar 4.27 Dialog Seleksi Wilayah... 96
Gambar 4.28 Dialog Print... 96
Gambar 4.29 Dialog Print Setup... 97
Gambar 4.30 Rancangan Dialog Pemeliharaan Data Pos dan RS... 97
Gambar 4.31 Rancangan Dialog Entri Data Kebakaran... 97
Gambar 4.32 Rancangan Dialog Pemeliharaan data ”Kasus Kebakaran” ... 98
Gambar 4.33 Tabel hasil kuisioner tampilan aplikasi... 114
Gambar 4.34 Tabel hasil kuisioner fasilitas aplikasi... 115
Gambar 4.35 Tabel hasil kuisioner penggunaan fasilitas... 115
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Pembagian Kantor Polisi……….... 36
Tabel 4.1 Kamus Data SIGK... 68
Tabel 4.2 Bentuk Tidak Normal... 71
Tabel 4.3 Bentuk 1NF... 72
Tabel 4.4 Bentuk 2 NF... 73
Tabel 4.5 Bentuk 3 NF... 74
Tabel 4.6 Tabel Provinsi... 76
Tabel 4.7 Tabel Kotamadya... 76
Tabel 4.8 Tabel Kecamatan... 76
Tabel 4.9 Tabel Kelurahan... 77
Tabel 4.10 Tabel Pos Polisi... 77
Tabel 4.11 Tabel pos pemadam... 77
Tabel 4.12 Tabel Rumah sakit... 78
Tabel 4.13 Tabel Jalan... 78
Tabel 4.14 Tabel Sungai... 79
Tabel 4.15 Tabel Data kebakaran.dbf... 79
Tabel 4.16 Tabel Pelapor.dbf ... 80
Tabel 4.17 Tabel Penyebab kebakaran per kecamatan.dbf ... 80
Tabel 4.18 Tabel Waktu kebakaran per kecamatan.dbf ... 80
Tabel 4.19 Tabel Benda terbakar per kecamatan.dbf ... 81
Tabel 4.22 Tabel Penyebab kebakaran per kelurahan.dbf ... 82
Tabel 4.23 Tabel Waktu kebakaran per kelurahan.dbf ... 83
Tabel 4.24 Tabel Benda terbakar per kelurahan.dbf... 83
Tabel 4.25 Tabel Kejadian Kebakaran per kelurahan.dbf... 83
Tabel 4.26 Tabel Kej Keb bulanan per kelurahan.dbf... 84
Tabel 4.27 Hasil Pengujian... 109
DAFTAR SIMBOL
DAFTAR SIMBOL DFD (
Data Flow Diagram
)
Menurut Jourdan dan DeMarco (Ladjamudin, p64 -70)
No Jourdan dan DeMarco
Keterangan
a.
External entity
(kesatuan luar)
merupakan
entity
di lingkungan luar
sistem yang dapat berupa orang,
organisasi atau sistem lain yang berada di
lingkungan luarnya yang akan
memberikan masukkan (
input
) atau
menerima keluaran (
output
) dari sistem.
External entity
(kesatuan luar)
disimbolkan dengan suatu kotak.
b.
Proses adalah pekerjaan yang dilakukan
oleh sistem sebagai respon terhadap
aliran data yang masuk menjadi aliran
data yang keluar. Suatu proses
ditunjukkan dengan simbol lingkaran.
c.
Arus data adalah data yang menjadi
masukkan (input) atau keluaran (output)
menuju atau dari proses. Arus data diberi
simbol dengan suatu panah.
d.
STATE TRANSITION DIAGRAM (STD)
Menurut Roger, S. Pressman
Nama Notasi
Keterangan
Keadaan Sistem
(State)
Setiap kotak mewakili suatu keadaan dimana
sistem mungkin berada didalam
state
Perubahan
sistem
Untuk memungkinkan suatu keadaan dengan
keadaan lain, jika sistem melakukan transisi
dalam perilakunya maka suatu keadaan berubah
menjadi keadaan tertentu.
Kondisi dan
aksi
Untuk melengkapi STD dibutuhkan dua hal
tambahan, yaitu kondisi sebelum keadaan.
Gambar disamping adalah ilustrasi dari kondisi
dan aksi yang ditampilkan disebelah anak panah
yang menghubungkan dua keadaan.
Condition Action
Keadaan 1
Keadaan 2
DAFTAR SIMBOL ERD (
Entity Relationship Diagram
)
Menurut Ladjamudin (2005, p 142)
No Simbol
Keterangan
a.
Persegi
panjang
Entitas/tipe entitas
menyatakan
kelompok orang, tempat, objek, kejadian atau
konsep tentang apa yang kita perlukan untuk
menangkap dan menyimpan data.
b.
Ellips menyatakan atribut-atribut
entity set
c.
Belah ketupat (
Diamond
) menggambarkan
hubungan bisnis alami yang ada diantara satu atau
lebih entitas.
d.
Garis, menghubungkan antara
entity set
dengan
atribut-atributnya dan antara
entity set
dengan
relationship setnya
.
Notasi
Derajat Relasi Minimum dan
Maksimum
1 : 1
1 : M
1 : N
DAFTAR SIMBOL FLOW CHART
Menurut Ladjamudin (2005, p263)
Flow Directions Symbols
(simbol Penghubung )
No Simbol
Arti
Keterangan
1.
Simbol
flow
atau arus
Untuk menyatakan jalannya arus suatu
proses
2.
Simbol
communication
Link
Untuk menyatakan bahwa adanya
transisi suatu data atau informasi dari
satu lokasi ke lokasi lainnya.
3. Simbol
connector
Untuk menyatakan sambungan dari satu
proses ke proses lainnya dalam halaman
yang sama
4. Simbol
offline
Connector
Untuk menyatakan sambungan dari satu
proses ke proses lainnya dalam halaman
yang berbeda.
m 1 1
Process Symbols
(simbol proses)
No Simbol
Arti
Keterangan
1. Simbol
Process
Untuk menunjukan proses yang
dilakukan secara komputerisasi
2. Simbol
Manual
Menunjukkan pekerjaan manual
3. Simbol
Decision /
Logical
Simbol keputusan
4. Simbol
Predefined
Process
menyatakan penyediaan tempat
penyimpanan suatu pengolahan untuk
memberi harga awal.
5. Simbol
Terminal
Untuk menyatakan permulaan atau akhir
suatu program.
6. Simbol
Keying
Operation
Untuk menyatakan segala jenis operasi
yang diproses menggunakan suatu
mesin yang berkeyboard.
7. Simbol
Off-line Storage
Untuk menunjukan bahwa data dalam
simbol ini akan disimpan ke suatu media
tertentu.
8. Simbol
Manual Input
Untuk memasukan data secara manual
dengan online keyboard.
Input-output Symbols
(simbol input-output)
No Simbol
Arti
Keterangan
1.
Simbol
Input-output
Untuk menyatakan proses input dan
output tanpa tergantung dengan jenis
peralatannya.
2.
Simbol
Punched Card
Untuk menyatakan input berasal dari
kartu atau output ditulis ke kartu.
4.
Simbol
Disk Storage
Untuk menyatakan input berasal dari
disk atau output disimpan ke disk.
5.
Simbol
Magnetic-tape unit
Untuk menyatakan input berasal dari
pita magnetic atau output disimpan ke
pita magnetic.
6.
Simbol
Display
Untuk menyatakan peralatan output
yang digunakan berupa layar komputer.
DAFTAR SIMBOL KAMUS DATA
Menurut Ladjamudin (2005)
No Simbol
Uraian
1 =
Terdiri dari, mendefinisikan, diuraikan menjadi, artinya
2 +
Dan
3 ( )
Opsional (boleh ada atau boleh tidak)
4 { }
Pengulangan data
5 [ ]
Memilih salah satu dari sejumlah alternative, seleksi
6 **
Komentar
7 @
Identifikasi attribut kunci
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah kotamadya Jakarta Timur yang merupakan bagian dari kota
Jakarta yang telah memainkan peranan penting dalam menunjang
pembangunan kota Jakarta. Kotamadya Jakarta Timur telah berperan sebagai
kawasan perdagangan dan jasa baik dalam skala pelayanan nasional maupun
regional, serta telah berfungsi sebagai kawasan hunian. Berbagai peran dan
fungsi tersebut mengakibatkan perkembangan wilayah tersebut menjadi
sangat pesat, baik dari perkembangan fisik dan aktifitasnya.
Resiko dari perkembangan yang pesat adalah munculnya berbagai
macam masalah sosial yang tidak dapat dihindari, misalnya kejahatan,
kesehatan serta salah satu hal yang terpenting adalah ancaman bahaya
kebakaran.
Di kota-kota besar seperti Jakarta khususnya kotamadya Jakarta
Timur tidak akan luput dari musibah kebakaran, karena sebagaian wilayahnya
sudah berfungsi sebagai kawasan hunian padat penduduk, banyak berdirinya
pabrik-pabrik dan gedung-gedung. Yang dalam pendiriannya tidak
memperhatikan aturan tata ruang kota yang baik, banyaknya pencurian listrik
dari tiang listrik di pinggir jalan. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang
berpengaruh dalam terciptanya kebakaran.
Kotamadya Jakarta Timur sebagai wilayah terbesar di ibukota Jakarta
lainnya, yaitu dengan jumlah 20 unit pos pemadam kebakaran yang tersebar
diseluruh wilayah kotamadya Jakarta Timur. Namun dengan melihat luasnya
wilayah kotamadya Jakarta Timur akan menjadi suatu masalah apabila terjadi
kebakaran di suatu wilayah tapi lamban dalam penanganannya.
G ra fik K e ja d ia n K e b a k a ra n T a h u n 2 0 0 0 -2 0 0 8
1 0 6 9 6
8 3 1 8 7
5 3 1 4 0
1 8 8
1 4 5 1 6 1
0 5 0 1 0 0 1 5 0 2 0 0
2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8
Gambar 1.1 Grafik Kejadian Kebakaran tahun 2000– 2008 di wilayah
Jakarta Timur
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Tahun 2000
Tahun 2001
Tahun 2002
Tahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Bangunan Perumahan Bangunan Industri Bangunan Umum Kendaraan Lain-lain
Gambar 1.2 Grafik Kerugian yang disebabkan Kebakaran, tahun 2000–
2008 di wilayah Jakarta Timur
Keterbatasan informasi tentang lokasi kebakaran merupakan salah
satu penyebab pengolahan data dalam penanganan kejadian kebakaran
menjadi lamban, sehingga membuat pengambil keputusan mengalami
kesulitan untuk mengetahui lokasi kebakaran dan ketika menugaskan
menjadi fungsi pendukung dalam penanganan kejadian kebakaran menjadi
masalah penting, karena lembaga seperti polisi dan rumah sakit sangat
berperan dalam proses penanganan kebakaran.
Penyajian laporan kebakaran yang sederhana dan belum terotomasi,
membuat kebutuhan informasi pada Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya
Jakarta Timur kurang, sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat menjadi kurang optimal.
Berdasarkan hal tersebut, pengolahan data kebakaran yang baik
merupakan salah satu jenis pelayanan yang perlu ada di Dinas Pemadam
Kebakaran Kotamadya Jakarta Timur. Sebagai instansi yang bertanggung
jawab pada kejadian kebakaran di wilayahnya merasa perlu adanya dukungan
sistem informasi yang dapat membantu dalam pengolahan data kebakaran.
Pesatnya kemajuan teknologi informasi yang diikuti oleh pesatnya
perkembangan piranti lunak membawa perubahan di berbagai bidang, yang
meningkatkan kebutuhan akan kemudahan untuk mendapatkan informasi.
Mengingat perlu adanya pengolahan data yang baik pada Dinas
Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Timur, mendorong penulis untuk
membuat suatu sistem informasi yang mempermudah proses pengolahan
data dalam penanganan kebakaran yaitu mencari lokasi kebakaran dan
menentukan unit pemadam kebakaran serta fungsi-fungsi pendukung terdekat
dengan lokasi atau wilayah terjadinya kebakaran, dan mempermudah proses
pengolahan data untuk menghasilkan laporan penyebaran kebakaran yaitu
Penulis berharap sistem informasi ini dapat bermanfaat bagi Suku
Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur dalam menangani kebakaran dan
berkoordinasi dengan lembaga-lembaga yang terkait dalam melakukan
penanganan kebakaran, serta pengolahan data kebakaran lanjut yang berguna
untuk mengolah laporan penyebaran kebakaran sehingga dapat memenuhi
kebutuhan informasi bagi Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur.
Dengan dukungan sistem informasi geografis kebakaran, Sebagai
instansi yang bertanggung jawab pada kejadian kebakaran di wilayahnya
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan pada Sudin
Kebakaran Jakarta Timur maka permasalahan yang penulis angkat dalam
penulisan ini adalah:
a. Bagaimana memperbaiki proses pencarian lokasi atau wilayah terjadinya
kebakaran pada penanganan kebakaran.
b. Bagaimana memperbaiki proses pencarian lokasi atau wilayah pos
pemadam kebakaran serta fungsi-fungsi pendukung (pos polisi, rumah
sakit) yang terdekat dengan lokasi atau wilayah terjadinya kebakaran.
c. Bagaimana memperbaiki kualitas laporan kebakaran yang dihasilkan dari
pengolahan data kebakaran, menggunakan pendekatan yang bersifat
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Perancangan aplikasi sistem informasi geografis kebakaran dikhususkan
di wilayah kelurahan, kecamatan pada Kotamadya Jakarta Timur.
b. Fasilitas untuk menentukan pos pemadam kebakaran serta fungsi-fungsi
pendukung (pos polisi, rumah sakit) yang terdekat dengan lokasi atau
wilayah terjadinya kebakaran menggunakan fungsi analisis spasial dengan
operasibuffering.
c. Penggambaran tentang lokasi kebakaran hanya melalui jaringan jalan dan
batas wilayah.
d. Aplikasi Sistem Informasi Geografis kebakaran ini dibangun dengan
menggunakan program aplikasi SIG ArcView 3.3 dengan bahasa
pemrogramanAvenue.
e. Aplikasi yang dibuat berbasis desktop dan hanya tersedia dan dapat
diakses di SUDIN pemadam kebakaran Jakarta Timur.
f. Pada tahapan pengembangan sistem menggunakan metode terstruktur
dengan model waterfall hanya sampai pada tahap pengujian dan tidak
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah menganalisis dan merancang suatu
aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) yang ditujukan untuk
membantu tugas Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur pada
pengolahan data kebakaran, antara lain dengan cara :
a. Mengolah informasi kejadian kebakaran, sehingga mempermudah
si pengambil keputusan dalam mencari wilayah terjadinya
kebakaran, mencari pos pemadam kebakaran dan fungsi-fungsi
pendukung yang terdekat dengan wilayah terjadinya kebakaran.
b. Mengolah data-data kebakaran per wilayahnya yang
menghasilkan laporan pola sebaran kebakaran yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi Dinas Pemadam Kebakaran
Jakarta Timur.
1.4.2 Manfaat
Manfaat yang didapat dari penulisan ini adalah:
a. Bagi Penulis :
1. Menerapkan seluruh ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah,
melalui pembuatan aplikasi berbasis SIG.
2. Mengetahui kondisi dan memahami masalah-masalah yang
dihadapi dalam bidang sosial, khususnya tentang musibah
b. Bagi Sudin Kebakaran Jakarta Timur :
1. Sebagai fasilitas pengolah informasi bagi Dinas Pemadam
Kebakaran Jakarta Timur untuk meningkatkan kinerja dan
koordinasi dengan lembaga lainnya dalam proses penanganan
kebakaran.
2. Tersedianya aplikasi berbasis SIG yang dapat menghasilkan
informasi yang bersifat spasial tentang pola penyebaran
kebakaran pada Kotamadya Jakarta Timur.
1.5 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam pengembangan sistem ini terdiri dari
metode pengumpulan data dan metode perancangan sistem, adapun
kegiatannya terdiri dari :
a. Metode Pengumpulan Data, yaitu mendapatkan data dengan cara :
1. Studi Pustaka
Membaca dan mempelajari buku-buku, literatur dan website, yang
dapat dijadikan pendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Wawancara
Serangkaian diskusi dan tanya jawab kepada Kepala Sudin Kebakaran
Jakarta Timur untuk mendapatkan informasi tentang proses
penanganan kebakaran dan pengolahan data kebakaran yang
3. Observasi
Mengamati kegiatan penanganan dan pengolahan data yang
dilakukan oleh seksi operasi sudin kebakaran kotamadya jakarta
timur, untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
pelaksanaan sistem yang berjalan. Kegiatan ini di perlukan guna
mencari dan mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan
langsung dari sumbernya.
b. Metode perancangan sistem
Metode yang digunakan untuk perancangan dan pengembangan
sistem yang akan dibuat ini menggunakan metode terstruktur yang
didasari pada pengembanganModel Waterfall , yang urutan kegiatannya
terdiri dari enam tahap yaitu rekayasa sistem, analisa sistem,
perancangan sistem, pemrograman sistem, pengujian, operasi dan
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan ini dibagi menjadi 5 Bab. Adapun isi
dari masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini mengemukakan latar belakang dibuatnya penulisan skripsi,
perumusan masalah dan batasan masalah yang diangkat dalam
penulisan, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi yang
digunakan serta sistematika penulisan.
Bab 2 : Landasan Teori
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan sebagai
landasan berfikir dalam penulisan skripsi ini.
Bab 3 : Metodologi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang objek yang diteliti dan
metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
mengembangkan sistem dalam penelitian tersebut.
Bab 4 : Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang hasil yang didapatkan dari
pengembangan sistem yang dilakukan.
Bab 5 : Penutup
Bab ini menguraikan kesimpulan dari apa yang telah dibahas dalam
bab-bab sebelumnya dan memberikan saran-saran untuk perbaikan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem
Terdapat beberapa pengertian mengenai definisi sistem,
diantaranya menurut Menurut Hanif al Fatta (2007, p3) mendefinisikan
sistem sebagai Sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan
berinteraksi, serta hubungan antar objeknya bisa dilihat sebagai satu
kesatuan yang dirancang untuk mencapai satu tujuan
Menurut Ladjamudin (2005, p2) Sistem adalah kumpulan
komponen yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Sementara dalam hanif al fatah (2005, p4) menurut Scott, sistem
terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input), pengolahan
(processing), serta keluaran (output).
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen
yang saling terintegrasi, yang menerima masukan (input) dan dengan
melalui pengolahan (processing) yang terorganisasi sehingga
menghasilkan keluaran (output) yang diharapkan untuk mencapai satu
2.1.2 Karakteristik Sistem
Menurut Ladjamudin (2005, p3) suatu sistem mempunyai karakteristik
atau sifat-sifat tertentu, yaitu :
a. Komponen Sistem
Sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan
bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen atau elemen
sistem dapat berupa subsistem atau beberapa bagian sistem.
b. Batasan Sistem
Daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang
lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem inilah yang
membuat sistem dipandang sebagai satu kesatuan.
c. Lingkungan Luar Sistem
Apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi
sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan
sistem atau merugikan sistem.
d. Penghubung Sistem
Media yang menghubungkan antara satu subsistem dengan
subsistem yang lainnya. Penghubung inilah yang menyebabkan
beberapa subsistem berintegrasi dan membentuk satu kesatuan.
e. Masukan Sistem
Adalah energi yang dimasukan ke dalam sistem.
f. Keluaran Sistem
g. Pengolahan Sistem
Sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu
sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah akan merubah masukan
menjadi keluaran.
h. Sasaran atau tujuan Sistem
Sesuatu yang menyebabkan mengapa sistem itu dibuat atau ada.
Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau
tujuannya.
2.1.3 Pengertian Data dan Informasi
Hanif al Fatta (2007, p9) mendefinisikan data sebagai suatu nilai,
keadaan atau sifat yang berdiri sendiri lepas dari konteks apapun.
Sedangkan informasi menurut Mc Leod dalam Hanif al Fatta (2007,
p9) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses atau
data yang memiliki arti.
Sedangkan menurut Ladjamudin (2005, p8) data merupakan
kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian - kejadian dan
kesatuan nyata, dan menurut Davis dalam Ladjamudin (2005, p8)
informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih
berarti dan berguna bagi penerimanya untuk mengambil keputusan
masa kini maupun yang akan datang.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa data adalah
yang telah diproses dan menjadi bentuk yang lebih berarti bagi
penggunanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Ladjamudin (2005, p13), definisi Sistem informasi yaitu,
a. Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari
komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu
menyajikan informasi.
b. Sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan
memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan atau untuk
mengendalikan organisasi.
Sistem informasi menurut Budihar dalam prahasta (2002, p40)
dapat diartikan sebagai suatu sistem manusia-mesin yang terpadu untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen,
dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
Dari pendapat beberapa pendapat diatas, secara singkat dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sistem yang berguna untuk
menghasilkan informasi dari data yang tersedia, dan digunakan untuk
mendukung tindakan dalam mengambil keputusan dalam organisasi.
2.2 Sistem Informasi Geografis
2.2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (SIG)
baik sebagai alat presentasi maupun tempat penyimpanan data
geografis. Tetapi media peta ini memiliki kelemahan atau keterbatasan
informasi-informasi yang tersimpan dalam peta yang telah diproses dan
dipresentasikan dengan suatu cara tertentu, dan biasanya untuk tujuan
tertentu pula, yang sudah dimanipulasi sehingga bersifat statis.
Bila dibandingkan dengan peta, SIG memiliki keunggulan yang
melekat karena penyimpanan data dan presentasinya dipisahkan.
Dengan demikian, data dapat dipresentasikan dalam berbagai cara dan
bentuk. Berbeda dengan sistem informasi lainnya, SIG membantu
pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan bidang-bidang spasial dan
geo-informasi. Salah satu keuntungan teknologi SIG adalah
kemampuannya dalam menyediakan data atau informasi berkaitan
dengan keruangan (spasial). Hasil analisis data geografi dapat disajikan
dalam media peta, laporan atau keduanya. Peta dipakai untuk
menampilkan hubungan geografi suatu data, sementara itu laporan
sangat tepat untuk merangkum data tabular dan mendokumentasikan
suatu nilai hasil perhitungan atau analisis. Secara singkat, SIG mampu
mengolah gambar visual sekaligus mengolah basisdata.
2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan
(capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, menganalisa,
SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat
lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan
menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di
permukaan bumi. Chrisman dalam prahasta (2002, p55)
2.2.3 Komponen Sistem Informasi Geografis
Menurut prahasta (2002, p58) Sistem Informasi Geografis terdiri
dari empat komponen utama yang terintergrasi menjadi satu kesatuan,
yaitu:
a. Perangkat keras, Perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG
adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer dan plotter (untuk
pengolahan), dan scanner. untuk konversi data ke dalam bentuk
digital.
b. Perangkat lunak, Perangkat lunak SIG menyediakan fungsi untuk
masukan, menyimpan, menganalisis dan menampilkan data dalam
bentuk geografis. Perangkat lunak SIG yang umum digunakan
adalah Mapinfo, ArcView, Autocad Map.
c. Data dan informasi geografis, SIG dapat mengumpulkan dan
menyimpan data yang diperlukan baik secara langsung dengan cara
[image:38.611.116.524.130.513.2]dijitasi data spasial dari peta dan masukan data atributnya dari
tabel, laporan dengan menggunakan keyboard, maupun secara tidak
lainnya. Data geografis juga dapat diperoleh dengan membelinya
dari penyedia jasa peta.
d. User, proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan
dikerjakan oleh orang-orang yang memilki keahlian untuk setiap
tahapan implementasi SIG.
2.2.4 Subsistem Sistem Informasi Geografis
Subsistem SIG merupakan seluruh kesatuan cara kerja SIG yang
dapat merepresentasikan kondisi dunia nyata ke dalam komputer
seperti pada peta yang mampu merepresentasikan keadaan dunia nyata
diatas kertas. Adapun proses untuk merepresentasikannya adalah
sebagai berikut
Menurut prahasta (2002, p56) Sistem Informasi Geografis dapat
diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut:
a. Data Input, Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan data dan
mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber dan
[image:39.611.111.522.127.550.2]format-format data-data aslinya ke dalam format yang dapat
digunakan oleh SIG.
b. Data output, Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan
keluaran seluruh atau sebagian basis data, baik dalam bentuk
softcopy maupun bentuk hardcopy seperti tabel, grafik dan peta.
c. Data Management, Subsistem ini mengorganisasikan data spasial
maupun data atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa
sehingga mudah dipanggil, di-update dan di-edit.
d. Data Manipulation dan Analysis, Subsistem ini menentukan
informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG dan melakukan
manipulasi serta pemodelan data untuk menghasilkan informasi
yang diharapkan.
2.2.5 Model Data pada Sistem Informasi Geografis
Menurut prahasta (2002, p146) dalam pengolahan data SIG,
terdapat 2 jenis data, yaitu data spasial dan data non-spasial (atribut)
yang saling melengkapi.
Data spasial (keruangan), yaitu data yang menunjukkan ruang,
lokasi atau tempat-tempat di permukaan bumi. Data spasial berasal dari
peta analog, foto udara dan penginderaan jauh dalam bentuk cetak
kertas atau digital.
Data atribut (deskriptis), yaitu data yang terdapat pada ruang atau
Data atribut diperoleh dari catatan lapangan, statistik, sensus dan
tabular (data yang disimpan dalam bentuk tabel) lainnya.
Pada SIG, data spasial dan data atribut disajikan dalam bentuk
titik (node), garis (arc), dan bidang (polygon) melalui 2 model, yaitu :
a. Model Data Raster
Menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial
menggunakan struktur matriks atau pixel (picture cell) yang
tersusun membentuk grid. Umumnya sel-sel berbentuk bujur
sangkar atau empat persegi panjang, tetapi bisa juga berupa segitiga
atau persegi enam. Akurasi pada model raster sangat bergantung
pada resolusi (jumlah pixel yang termuat dalam suatu gambar) yang
[image:41.611.114.520.162.555.2]digunakan.
Gambar 2.2 Data Raster
b. Model Data Vektor
Menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial
menggunakan titik-titik, garis, dan polygon beserta atributnya.
data vektor didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua
[image:42.611.113.521.146.693.2]dimensi (x,y).
Gambar 2.3 Data Vektor
2.2.6 Kemampuan Sistem Informasi Geografis
Menurut prahasta (2002, p72) Secara jelas, kemampuan SIG
juga dapat dilihat dari pengertian atau definisinya.
Kemampuan-kemampuan SIG yang diambil dari beberapa definisi SIG yaitu:
a. Memasukan dan mengumpulkan data geografi
b. Mengintegrasikan data geografi
c. Memeriksa, meng-update data geografi
d. Menyimpan dan memanggil kembali data
e. Mempresentasikan atau menampilkan data geografi
f. mengelola data geografi
g. Memanipulasi data geografi
i. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk peta
tematik (view dan layout), table, grafik (chart), laporan (report),
dan lainnya baik dalam bentuksoftcopy ataupunhardcopy.
2.2.7 Fungsi Analisis pada Sistem Informasi Geografis
Menurut prahasta (2002, p73) Kemampuan SIG dapat juga
dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Secara
umum, terdapat dua jenis fungsi analisis dalam SIG yaitu fungsi
analisis atribut dan fungsi analisis spasial.
Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem
pengelolaan basisdata (DBMS) dan perluasannya:
a. Operasi dasar basisdata mencakup : 1) Membuat basisdata baru, 2)
[image:43.611.115.527.134.536.2]Menghapus basisdata, 3) Membuat tabel basisdata, 4) Menghapus
tabel basisdata, 5) Mengisi dan menyisipkan data ke dalam tabel, 6)
Membaca dan mencari data dari tabel basisdata, 7) mengubah dan
meng-edit data yang terdapat di dalam tabel basisdata, 8)
Menghapus data dari tabel basisdata, 9) Membuat indeks untuk
setiap tabel basisdata.
b. Perluasan operasi basisdata seperti : 1) Membaca dan menulis
basisdata dalam sistem basisdata yang lain, 2) Dapat berkomunikasi
dengan sistem basisdata yang lain, 3) Dapat menggunakan bahasa
basisdata standar, 4) Operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang
Sedangkan fungsi analisis spasial terdiri dari operasi seperti berikut ini:
a. Klasifikasi: fungsi ini mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan
kembali suatu data spasial (atau atribut) menjadi data spasial yang
baru dengan menggunakan kriteria tertentu.
b. Network : fungsi ini merujuk data spasial titik-titik (point) atau
garis-garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan.
c. Overlay: menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data
yang menjadi masukannya.
d. Buffer: menghasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon
atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi
masukannya.
e. 3D analysis: fungsi ini terdiri dari sub-sub fungsi yang
berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi.
2.2.8 Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografis
a. Arcview 3.3
Perangkat lunak merupakan salah satu dari empat komponen
utama SIG. Perangkat lunak SIG harus dapat menyediakan fungsi
untuk masukan, menyimpan, menganalisis dan menampilkan data
dalam bentuk geografis. ArcView 3.3 merupakan salah satu dari
sekian banyak perangkat lunak SIG yang dapat menyediakan
Perangkat lunak ArcView adalah alat (tools) yang paling
banyak digunakan pada saat ini karena kemudahan yang
dimilikinya. ArcView memungkinkan kita untuk melakukan
organisasi, menyusun, menggambarkan dan menganalisis peta atau
informasi spasial. ArcView menyediakan sebuah perangkat kerja
guna pembuatan keputusan spasial, dan mempunyai kemampuan
untuk menggambarkan, menyelidiki, atau mengevaluasi,
melakukan query, dan menganalisis data spasial. Pekerjaan
mengubah simbol peta, menambah gambar citra atau grafik,
menempatkan tanda arah utara, skala batang dan judul, serta
mencetak peta yang kualitasnya baik, dapat dilakukan secara cepat
dengan menggunakan ArcView. ArcView bekerja dengan data
tabular, citra, textfile data spreadsheet dan data grafik. Selain itu
ArcView juga dapat melakukan komunikasi dengan produk
perangkat lunak lain, dimana kita dapat mengganti data tanpa
melakukan konversi dan tanpa perlu meninggalkan atau keluar dari
area kerja ArcView. (Nuarsa 2005 p1-23)
b. Bahasa Pemrograman Avenue
Menurut prahasta (2004, p1) Avenue merupakan bahasa
pemrograman yang hadir bersama dengan ArcView (terintegrasi
dengan paket standar). Bahasa pemrograman script ini merupakan
untuk meng-customize dan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang
dibuat dengan perangkat SIG Arcview. Dengan Avenue, secara
umum para pengguna dapat melakukan aktifitas-aktifitas sebagai
berikut ;
1. Meng-customizetampilan Arcview (menyembunyikan dan atau
memunculkan control dari para penggunannya).
2. Memodifikasi menu dantools standar Arcview.
3. membuat menu dan tools baru (untuk memenuhi kebutuhan
pengguna).
4. Mengotomasikan proses integrasi aplikasi-aplikasi Arcview
dengan aplikasi-aplikasi lain.
5. Mengembangkan fungsi dan prosedur (baris-baris kode yang
membentuk suatu proses yang lebih besar) yang diperlukan di
dalam aplikasi.
2.3 Proses Pengembangan Sistem
Menurut Whitten (2004, p81) System Development Process adalah
Proses pengembangan terstandarisasi yang mendefinisikan suatu aktivitas,
metode, praktik terbaik, dan perangkat terotomasi yang akan digunakan oleh
para pengembang sistem untuk mengembangkan dan secara berkesinambungan
memperbaiki sistem informasi dan perangkat lunak.
Dalam pengembangan sistem informasi, perlu melewati beberapa
mengikuti tahapan-tahapan ini diharapkan pengembangan sistem dapat
diselesaikan dengan baik. Tahap-tahap tersebut dinamakan SDLC (System
Development Life Cycle).
2.3.1 Model SDLC (System Development Life Cycle)
Di dalam pengembangan sistem informasi, masalah yang muncul
tidak langsung dapat dihilangkan tetapi harus dikenali terlebih dahulu
sebelum solusinya dibuat. Biasanya pengembang menggunakan
pendekatan atau model tahapan yang berbeda dalam pengembangan
suatu sistem informasi.
Menurut prahasta (2002, p222) telah dikembangkan beberapa
model proses rekayasa piranti lunak atau sistem informasi,
masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, akan tetapi seluruhnya
memiliki serangkaian tahapan yang sama dalam mengembangkan suatu
sistem informasi. Berikut adalah beberapa jenis model SDLC yang
umum digunakan :
a. Waterfall Model
b. Prototyping Model
c. RAD Model
2.3.2 Waterfall Model
Gambar 2.4 Pengembangan Sistem dengan Model Waterfall
Penulis menggunakan model ini dalam pengembangan sistemnya
Menurut Prahasta (2002, p223) Metode ini membutuhkan pendekatan
sistematis dan sekuensial dalam pengembangan perangkat lunak,
dimulai dari tingkat sistem, analisis, desain, coding, pengujian dan
pemeliharaan. Pada model ini terdapat aktivitas- aktivitas sebagi
berikut :
a. Rekayasa Sistem Informasi (System Information Engineering).
Karena perangkat lunak adalah bagian dari sistem yang lebih besar,
pekerjaan dimulai dari pembentukan kebutuhan-kebutuhan dari
semua elemen sistem dan mengalokasikan suatu subset ke dalam
pembentukan perangkat lunak. Hal ini penting, ketika perangkat Rekayasa Sistem
Analisis Sistem
Perancangan
Pemrograman
Pengujian
lunak harus berkomunikasi dengan hardware, manusia dan basis
data. Rekayasa dan pemodelan sistem menekankan pada
pengumpulan kebutuhan pada level sistem dengan sedikit
perancangan dan analisis. Tahap ini juga kadang disebut dengan
Project Definition.
b. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (Software Requirements
Analysis). Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan ke
perangkat lunak. Harus dapat dibentuk domain informasi, fungsi
yang dibutuhkan, performansi dan antarmuka.
c. Perancangan (Design). Proses mengubah kebutuhan-kebutuhan
menjadi bentuk karakteristik yang dimengerti perangkat lunak
sebelum dimulai penulisan program. Desain ini harus
didokumentasikan dengan baik dan menjadi bagian konfigurasi
perangkat lunak.
d. Pemrograman (Coding). Desain pada tahap sebelumnya harus
diubah menjadi bentuk yang dimengerti mesin (komputer). Maka
dilakukan langkah penulisan program. Jika desain-nya detil, maka
coding dapat dicapai secara mekanis.
e. Pengujian (Testing). Setelah kode program selesai dibuat, dan
program dapat berjalan, testing dapat dimulai. Testing difokuskan
pada logika internal dari perangkat lunak, fungsi eksternal, dan
mencari segala kemungkinan kesalahan. Dan memeriksa apakah
f. Operasi dan Pemeliharaan (Support/Maintenance). Perangkat lunak
setelah diberikan pada pelanggan, mungkin ditemukan error ketika
dijalankan di lingkungan pelanggan. Atau mungkin pelanggan
meminta penambahan fungsi, hal ini menyebabkan faktor
maintenance (pemeliharaan) ini menjadi penting dalam penggunaan
metode ini. Pemeliharaan ini dapat berpengaruh pada semua
langkah yang dilakukan sebelumnya.
2.4 Alat Perancangan Sistem
2.4.1 Flowchart (Diagram Alir)
Menurut Ladjamudin (2005, p263) Flowchart adalah
bagan-bagan yang mempunyai arus yang menggambarkan langkah-langkah
penyelesaian masalah.
Flowchart disusun dengan simbol. simbol ini dipakai sebagai alat
bantu dalam menggambarkan proses, simbol dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yakni sebagai berikut.
a. Flow Direction Symbols(Simbol penghubung atau alur)
Simbol yang digunakan untuk menghubungkan antara simbol yang
satu dengan simbol yang lain.
b. Processing Symbols (Simbol proses)
Simbol yang menunjukkan jenis operasi pengolahan dalam suatu
c. Input-output Symbols (simbol input-output)
Simbol yang menunjukkan jenis peralatan yang digunakan sebagai
media input-output.
2.4.2 DFD ( Data Flow Diagram )
DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada
alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk
penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah
dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun
pembuat program.
DFD menurut Jouran dan DeMarco dalam buku analisa dan desain
sistem informasi (Ladjamudin, p64 -70).
Data flow diagram merupakan model dari sistem untuk
menggambarkan pembagian sistem ke modul yang lebih kecil. Salah
satu keuntungan menggunakan Data flow diagram adalah memudahkan
pemakai atau user yang kurang menguasai bidang komputer untuk
mengerti sistem yang akan dikerjakan. Adapun tahapan dalam
menggambarkan sistem menggunakan DFD adalah sebagai berikut :
a. Diagram Konteks ( Level 0 )
Merupakan diagram paling atas yang terdiri dari suatu proses dan
menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks
b. Diagram Zero atau Nol ( Level 1 )
Merupakan diagram yang berada diantara diagram konteks dan
diagram detail, serta menggambarkan proses utama dari DFD.
Diagram Nol memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai
sistem yang ditangani.
c. Diagram Rinci (Level 2, Level 3, dan seterusnya)
Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam Diagram Zero
atau diagram level diatasnya. Diagram yang paling rendah dan
tidak dapat diuraikan lagi.
2.4.3 ERD ( Entity Relationship Diagram)
Menurut ladjamudin (2005, p 142)Entity Relationship Diagram
(ERD) adalah notasi grafik dari sebuah model jaringan data yang
menekankan pada struktur-struktur dan relationship data yang disimpan
dalam sistem secara abstrak.
Kardinalitas adalah menunjukan jumlah maksimum dan
minimum tupel yang dapat berelasi dengan entitas pada entitas lainnya.
Kardinalitas relasi antar entitas dapat di katagorikan dalam tiga jenis,
yaitu :
a. Derajat hubungan 1 : 1 (One to one)
Derajat hubungan antar entitas 1 : 1 terjadi bila entitas A hanya
boleh berpasangan dengan satu anggota dari entitas B. Demikian
b. Derajat hubungan 1 : m (One to many) atau m :1 (Many to one)
Derajat hubungan ini terjadi bila tiap anggota entitas A boleh
berpasangan dengan lebih dari satu anggota entitas B. Sebaliknya
setiap anggota entitas B hanya boleh berpasangan dengan satu
anggota entitas A.
c. Derajat hubungan m : n (Many to many)
Terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan dengan lebih
dari satu anggota entitas B. Demikian pula sebaliknya.
2.4.4 Normalisasi
Menurut Ladjamudin (2005, p169) normalisasi adalah proses
pengelompokan data ke dalam bentuk tabel, relasi atau file untuk
menyatakan entitas dan hubungan mereka sehingga terwujud satu
bentuk database yang mudah untuk dimodifikasi.
Bentuk dan tahapan dalam proses normalisasi adalah sebagai
berikut:
a. Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form)
Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada
keharusan mengikuti suatu format tertentu, dapat saja data tidak
b. Bentuk Normal Kesatu (1NF atauFirst Normal Form)
Secara sederhana entitas berada pada dalam bentuk normal
pertama, yaitu jika tidak ada atribut yang dapat memiliki lebih dari
satu nilai untuk contoh entitas tunggal.
c. Bentuk Normal Kedua (2NF atauSecond Normal Form)
Bentuk normal kedua mempunyai syarat yaitu tabel sudah berada
pada bentuk normal pertama. Atribut bukan kunci haruslah
bergantung secara fungsional pada kunci utama atau primary key.
sehingga untuk membentuk normal kedua haruslah sudah
ditentukan kunci field.
d. Bentuk Normal Ketiga (3NF atauThird Normal Form)
Untuk menjadi bentuk normal ketiga maka relasi harus sudah
termasuk dalam bentuk normal kedua dan semua atribut bukan
primer tidak punya hubungan transitif. Dengan kata lain, setiap
atribut yang bukan kunci haruslah bergantung pada primary key
dan pada primary key secara keseluruhan.
2.4.5 STD (State Transition Diagram)
Menurut Pressman (2001, p317), STD menggambarkan
kebiasaan dari suatu sistem dengan menggambarkan kondisi dan
kejadian yang menyebabkan perubahan suatu kondisi. Selain itu, dapat
dikatakan STD menunjukan tindakan yang diambil sebagai akibat dari
[image:54.611.110.527.123.528.2]suatu kejadian. Notasi yang digunakan dalam STD dapat dilihat pada
2.4.6 Kamus Data
Menurut Ladjamudin (2005) kamus data adalah katalog fakta
tentang data dan kebutuhan - kebutuhan informasi dari suatu sistem
informasi.
2.5 Kebakaran
2.5.1 Konsep Dasar Kebakaran
Dalam situs resmi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI
Jakarta http://www.jakartafire.com/dpk07/pengetahuan/index.php?act=
detil&idb=297) Pengertian kebakaran adalahsuatu nyala api, baik kecil
atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada
umumnya sukar dikendalikan.
2.5.2 Kelas-Kelas Kebakaran
Dalam situs resmi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI
Jakartahttp://www.jakartafire.com/dpk07/pengetahuan/index.php?act=
detil&idb=297),Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas,
yaitu:
a. Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya
kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media
goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau
racun api tepung kimia kering.
b. Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar
berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus,
alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas
ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun
api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini
karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas
sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar
kemana-mana.
c. Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman
kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat Pemadam Kebakaran
(APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber
listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.
2.5.3 Konsep Dasar Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur
Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta Timur adalah
unsur pelaksana pemerintah daerah (Pemda) yang diberi tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas-tugas melakukan usaha pencegahan
dan pemadaman kebakaran serta penyelamatan akibat kebakaran dan
Pemadam Kebakaran ini merupakan perwujudan tanggung jawab
pemerintah daerah (Pemda) dalam rangka memberikan perlindungan
kepada warganya dari ancaman bahaya kebakaran dan bencana lainnya.
Dalam mewujudkan rasa aman serta memberikan perlindungan
kepada warga, Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur pada buku
laporan kegiatan tahunan 2006, dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya berpedoman pada :
a. Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 9 tahun
2002, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam
Kebakaran Propinsi DKI Jakarta,
b. Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 673 tahun
2002, tanggal 18 April 2002 tentang pembentukan dan pembagian
Wilayah Kerja Sektor Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta Timur
Mempunyai 3 tugas pokok yakni :
1. Pencegahan Kebakaran.
2. Pemadaman Kebakaran.
2.5.4 Konsep Dasar Fungsi Pendukung
Fungsi-fungsi pendukung dalam proses pemadaman kebakaran
mempunyai pengertian yaitu semua lembaga yang terlibat langsung
dalam proses pemadaman kebakaran. Yang bertugas dalam pemberian
pelayanan secara cepat, akurat dan efisien mulai dari informasi
kebakaran diterima sampai api padam. Yang termasuk dalam
fungsi-fungsi pendukung dalam proses pemadaman kebakaran yang dibahas
dalam penelitian ini adalah Rumah sakit, polisi (kantor polisi).
a. Rumah Sakit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001), rumah
sakit adalah :
1. Gedung tempat merawat orang sakit.
2. Gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan
kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No :
159b/MEN.KES/PER/II/1998 (Bab I Pasal 1 Ayat 1), rumah sakit
adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat serta dapat dimanfaatkan
untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
b. Kantor Polisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001), polisi
1. Badan pemerintah yang bertugas untuk memelihara keamanan
dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar
Undang-Undang dan sebagainya).
2. Anggota badan pemerintah (pegawai Negara yang bertugas
menjaga keamanan dan sebagainya).
Sedangkan kantor memiliki pengertian :
1. Balai (gudang, rumah, ruang) tempat melaksanakan suatu
pekerjaan (perusahaan dan sebagainya)
2. Tempat bekerja.
Maka, kantor polisi merupakan kantor tempat polisi melakukan
urusan kepolisian dan melaksanakan pekerjaannya. Pembagian
kantor polisi berdasarkan tingkat kewenangan dan tanggung
jawabnya, adalah sebagai berikut:
Tabel 2.8 Tabel Pembagian Kantor Polisi
No Nama Wilayah Tingkat Kewenangan Dan
Tanggung Jawab
1 Markas Besar Polisi RI
(Mabes)
Kepolisian seluruh wilayah RI dan
luar negeri (Interpol)
2 Kepolisian Daerah (Polda) Kepolisian propinsi tertentu
3 Kepolisian Wilayah (Polwil) Kepolisian pada karesidenan tertentu
4 Kepolisian Resort (Polres) Kepolisian pada kabupaten/kotamadya
tertentu
5 Kepolisian Sektor (Polsek) Kepolisian pada kecamatan tertentu
6 Pos polisi Kepolisian pada lokasi tertentu yang
2.5.5 Konsep Dasar jalan
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,
ditetapkan pengertian jalan adalah suatu prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Yang
selanjutnya ditetapkan pula pengertian jalan umum dan jalan khusus.
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan jalan adalah
dalam pengertian jalan umum sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980, yaitu jalan yang diperuntukkan bagi
lalu lintas umum.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam undang-undang ini
pengertian jalan tidak termasuk jalan khusus, yaitu jalan yang tidak
diperuntukkan bagi lalu lintas umum, antara lain jalan inspeksi
pengairan, jalan inspeksi minyak atau gas, jalan perkebunan, jalan
pertambangan, jalan kehutanan, jalan komplek bukan untuk umum,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan
dalam pembuatan sistem ini, selain itu pada tahap ini kita bisa mengetahui
proses sistem yang sedang berjalan. Sehingga kita bisa menganalisa
kekurangan dan kelebihan dari sistem yang sedang berjalan. Dari hal tersebut
kita dapat mengetahui permasalahan yang terjadi kemudian dibuat suatu
pemecahan masalahnya.
Dalam metode pengumpulan data ini terdiri dari tiga tahap meliputi
studi pustaka, observasi lapangan dan wawancara.
3.1.1 Studi Pustaka
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah dengan
mempelajari dan meneliti 12 buku teori tahun 1996 sampai 2007, 1
buku laporan tahunan kegiatan Sudin Kebakaran Jakarta Timur, 1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1 keputusan mentri dan 5 sumber
bacaan dari internet, yang mempunyai hubungan dengan permasalahan
yang dihadapi dan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian
ini. Adapun sumber bacaan yang dibaca dapat dilihat pada daftar
3.1.2 Observasi Lapangan
Berikut adalah deskripsi lokasi dan waktu penelitian yang dilakukan
untuk mengembangkan sistem informasi geografis kebakaran (SIGK) :
Lokasi : Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta
Timur (Seksi Operasi Kotamadya Jakarta Timur).
Alamat : JL. Matraman Raya No.132
Waktu : 14 Desember 2007 - 25 Januari 2008
Pada tahap ini yang dilakukan penulis adalah dengan mengamati
kegiatan pencatatan laporan kebakaran dan pengolahan data kebakaran
serta proses penanganan kasus kejadian kebakaran yang dilakukan oleh
Seksi Operasi Kotamadya Jakarta Timur, untuk mendapatkan gambaran
yang jelas mengenai pelaksanaan sistem yang berjalan.
Selain itu, kegiatan ini di perlukan guna mencari dan
mengumpulkan data-data sekunder yang di butuhkan langsung dari
sumbernya. Berikut adalah data-data yang diperoleh dari observasi
lapangan:
a. Laporan kasus kejadian kebakaran.
b. Data Statistik, terdiri dari data kejadian kebakaran per kelurahan dan
kecamatan.
c. Data Statistik kejadian kebakaran yang dipengaruhi beberapa faktor.
3.1.3 Wawancara
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah dengan membuat
serangkaian diskusi dan tanya jawab kepada Kepala Sudin Kebakaran
Jakarta Timu