• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan Periode SImpan terhadap Viabilitas Benih Suren (Toona sureni Merr)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan Periode SImpan terhadap Viabilitas Benih Suren (Toona sureni Merr)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr)

ANDY RISASMOKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

Andy Risasmoko. E14201067. 2006. Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Suren (Toona sureni Merr). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, M.For.Sc dan Dra. Dharmawati F. Djam’an.

Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan bahan baku industri kayu menuntut semakin besarnya penyediaan kayu, sehingga mendorong timbulnya konversi hutan, perambahan hutan, penebangan liar, dan sebagainya yang mengancam kelestarian hutan. Salah satu upaya untuk mengatasi ketimpangan penyediaan kayu yang menurun serta permintaan yang besar yaitu dengan mengembangkan hutan rakyat. Pembangunan hutan rakyat memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Suren (T. sureni) merupakan salah satu jenis pohon yang dapat dikembangkan untuk pembangunan hutan rakyat. Suren memiliki nilai ekonomi tinggi, memiliki daur pendek dan disukai oleh masyarakat untuk bahan bangunan. Di perkebunan teh tanaman suren digunakan sebagai tanaman penyekat angin (wind break) dan tanaman sela, sedangkan masyarakat menanam tanaman ini di tepi sawah maupun di antara tanaman palawija yang berfungsi sebagai penangkal hama dan penyakit.

Untuk memperoleh tanaman yang baik maka perlu digunakan benih berkualitas baik. Mutu benih mencakup tiga hal yang tidak terpisahkan yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu genetik. Benih suren merupakan salah satu benih yang sulit untuk disimpan, daya berkecambahnya mudah turun dan rendah persentase tumbuhnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan, yaitu: kadar air awal, wadah dan periode simpan yang optimal untuk benih suren (T. sureni).

Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan, Bogor dengan waktu penelitian dari April sampai Juli 2005. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih suren yang diunduh dari areal tegakan suren milik masyarakat di Cianjur, Jawa Barat. Media perkecambahan berupa campuran pasir dan tanah dengan perbandingan 1 : 1, sedangkan alat yang digunakan adalah wadah simpan benih berupa aluminium foil, kantong terigu dan besek, bak kecambah, desikator dan timbangan analitik. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 x 5 dengan 3 ulangan dan masing-masing unit percobaan terdiri dari 100 benih. Faktor kadar air benih (faktor A) terdiri 2 taraf yaitu kadar air benih 11,38% (A0) dan 5,64% (A1), faktor wadah simpan (faktor B) terdiri dari 3 taraf yaitu wadah simpan besek (B0), aluminium foil (B1) dan kantong terigu (B2). Faktor periode simpan terdiri dari 5 taraf yaitu periode simpan 0 minggu (C0), 2 minggu (C1), 4 minggu (C2), 6 minggu (C3) dan 8 minggu (C4). Persiapan penelitian meliputi ekstraksi dan seleksi benih, analisis kemurnian, pengukuran kadar air benih, pengujian berat 1000 butir dan persiapan media perkecambahan. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah, vigor, keserempakan perkecambahan, batas 50% perkecambahan dan batas 80% perkecambahan.

(3)

terhadap peubah daya berkecambah, vigor, keserempakan perkecambahan dan batas 80% perkecambahan. Pada kadar air 11,38% rata-rata daya berkecambah benih suren adalah 81,00%, sedangkan pada kadar air 5,64% rata-rata daya berkecambahnya hanya 76,67%. Daya berkecambah benih sangat ditentukan oleh kadar air yang dikandung oleh benih, sehingga benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal.

Analisis ragam terhadap wadah simpan benih suren berpengaruh sangat nyata (α=5%) terhadap daya berkecambah, vigor dan keserempakan perkecambahan. Wadah simpan aluminium foil memiliki rata-rata daya berkecambah (58,34%) dan keserempakan perkecambahan (22,60%) paling tinggi daripada wadah simpan besek (55,17% dan 20,60%) maupun kantong terigu (52,90% dan 18,93%). Hal ini dapat disebabkan oleh aluminium foil yang dapat menahan kelembaban relatif cukup tinggi, sehingga fluktuasi suhu dapat dikurangi. Kelembaban relatif yang tinggi menyebabkan pengeluaran kadar air benih relatif kecil, sehingga masa dormansi benih dapat diperpanjang.

Interaksi kadar air benih dengan periode simpan berpengaruh sangat nyata (α=5%) terhadap daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan. Pada kadar air 11,38% dengan periode simpan 4 minggu rata-rata daya berkecambah 68,11% dan rata-rata keserempakan perkecambahan 24,44%. Kombinasi tersebut merupakan kombinasi terbaik untuk penyimpanan, karena setelah periode simpan 6 minggu daya berkecambah benih suren hanya 47,11%.

Interaksi wadah simpan dengan periode simpan sangat nyata(α=5%) terhadap daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan. Benih suren dengan wadah simpan aluminium foil memiliki rata-rata daya berkecambah 67,67% dan rata-rata keserempakan perkecambahan 23,84% pada periode simpan 4 minggu. Kombinasi tersebut merupakan kombinasi terbaik, karena setelah periode simpan 6 minggu daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan hanya 44,17% dan 14,34%.

(4)

PENGARUH KADAR AIR AWAL, WADAH DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr)

Karya Ilmiah

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

ANDY RISASMOKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Dosen Pembimbing I,

Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc NIP : 131.878.498

PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr)

Nama Mahasiswa : ANDY RISASMOKO Nomor Pokok : E14201067

Menyetujui :

Tanggal Lulus :

Dosen Pembimbing II,

Dra. Dharmawati F. Djam’an NIP : 710.020.186

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Oktober 1981 di Kebumen Jawa Tengah, dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Warisman dan Ibu Sri Andiyah.

Penulis mulai masuk pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Trikarso I pada tahun 1987. Pada tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri I Trikarso dan lulus pada tahun 1994. Tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Karanganyar dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri I Kebumen pada tahun 1997 sampai lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Fakultas Kehutanan Program Studi Budidaya Hutan.

Pada tahun 2004 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Gunung Kamojang dan Sancang, kegiatan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Ciamis Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Tahun 2005 penulis menyelesaikan Praktek Kerja Lapang di HPH Intracawood Mfg. Kalimantan Timur. Selain itu, penulis juga menjadi ketua umum RIMPALA Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 2004. Tahun 2003 dan 2004 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Silvikultur dan Silvika.

(7)

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam skripsi ini, penulis ingin memberikan informasi mengenai faktor-faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan sehingga dapat digunakan dalam prosedur penyimpanan benih suren yang paling tepat.

Skripsi ini merupakan laporan akhir dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Suren (Toona sureni Merr)”. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penanganan benih suren dari tahap pengunduhan benih, ekstraksi dan seleksi, analisis kemurnian, penentuan berat 1000 butir, pengujian kadar air, penyimpanan dan pengecambahan. Benih suren berasal dari hutan masyarakat di Cianjur, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor mulai April sampai dengan Juli 2005.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2006

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran pelaksanaan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak, Ibu dan kakakku serta saudaraku yang telah memberikan perhatian dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc sebagai pembimbing skripsi I dan Ibu Dra. Dharmawati F. Djam’an sebagai pembimbing skripsi II yang telah memberikan dukungan, arahan dan nasehat dalam penyelesaian tugas akhir ini.

3. Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Bapak Ir. Rachmad Hermawan, M.ScF sebagai dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 4. Pimpinan dan pegawai Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Perbenihan Bogor yang telah memberikan tempat dan waktu untuk melaksanakan penelitian.

5. Rekan-rekan RIMPALA Fakultas Kehutanan IPB dan kost MANGGALA atas kerja sama dan kekeluargaannya

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Hipotesis ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kayu Suren (T. sureni Merr.) ... 4

2.2. Biologi Benih ... 5

2.3. Benih Rekalsitran dan Ortodoks ... 6

2.4. Kadar Air Benih ... 7

2.5. Penyimpanan Benih ... 7

2.6. Wadah Simpan Benih ... 9

2.7. Viabilitas Benih ... 10

2.8. Vigor Benih ... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2. Bahan dan Alat ... 11

3.3. Metode Penelitian ... 11

3.3.1. Ekstraksi dan Seleksi Benih ... 13

... A nalisis Kemurnian ... 13

Pengukuran Kadar Air Benih ... 14

(10)

ii

3.3.5. Penyimpanan Benih ... 16

3.3.6. Pengecambahan ... 16

3.3.7. Analisis Data ... 16

3.3.7.1. Daya Berkecambah ... 16

3.3.7.2. Vigor Benih ... 16

3.3.7.3. Keserempakan Perkecambahan ... 17

3.3.7.4. Batas 50% Perkecambahan ... 17

3.3.7.5. Batas 80% Perkecambahan ... 17

3.3.8. Rancangan Percobaan ... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik ... 20

4.1.1. Kadar Air Awal ... 20

4.1.2. Analisis Kemurnian ... 21

4.1.3. Berat 1000 Butir Benih ... 21

4.2. Sifat Fisiologis ... 22

4.2.1. Kadar Air Benih ... 23

4.2.2. Wadah Simpan ... 26

4.2.3. Periode Simpan ... 29

4.2.4. Pengaruh Interaksi Kadar Air Benih dengan Wadah Simpan ... 32

4.2.5. Pengaruh Interaksi Kadar Air Benih dengan Periode Simpan ... 33

4.2.6. Pengaruh Interaksi Wadah dengan Periode Simpan ... 35

4.3. Kondisi Perkecambahan ... 36

4.4. Implikasi Sifat Fisik-Fisiologis Benih Suren ... 38

4.4.1. Penanganan Benih Suren (T. sureni) ... 35

4.4.2. Pengadaan Benih Untuk Penanaman ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 40

5.2. Saran ... 41

(11)

TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr)

ANDY RISASMOKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

Andy Risasmoko. E14201067. 2006. Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Suren (Toona sureni Merr). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, M.For.Sc dan Dra. Dharmawati F. Djam’an.

Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan bahan baku industri kayu menuntut semakin besarnya penyediaan kayu, sehingga mendorong timbulnya konversi hutan, perambahan hutan, penebangan liar, dan sebagainya yang mengancam kelestarian hutan. Salah satu upaya untuk mengatasi ketimpangan penyediaan kayu yang menurun serta permintaan yang besar yaitu dengan mengembangkan hutan rakyat. Pembangunan hutan rakyat memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Suren (T. sureni) merupakan salah satu jenis pohon yang dapat dikembangkan untuk pembangunan hutan rakyat. Suren memiliki nilai ekonomi tinggi, memiliki daur pendek dan disukai oleh masyarakat untuk bahan bangunan. Di perkebunan teh tanaman suren digunakan sebagai tanaman penyekat angin (wind break) dan tanaman sela, sedangkan masyarakat menanam tanaman ini di tepi sawah maupun di antara tanaman palawija yang berfungsi sebagai penangkal hama dan penyakit.

Untuk memperoleh tanaman yang baik maka perlu digunakan benih berkualitas baik. Mutu benih mencakup tiga hal yang tidak terpisahkan yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu genetik. Benih suren merupakan salah satu benih yang sulit untuk disimpan, daya berkecambahnya mudah turun dan rendah persentase tumbuhnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan, yaitu: kadar air awal, wadah dan periode simpan yang optimal untuk benih suren (T. sureni).

Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan, Bogor dengan waktu penelitian dari April sampai Juli 2005. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih suren yang diunduh dari areal tegakan suren milik masyarakat di Cianjur, Jawa Barat. Media perkecambahan berupa campuran pasir dan tanah dengan perbandingan 1 : 1, sedangkan alat yang digunakan adalah wadah simpan benih berupa aluminium foil, kantong terigu dan besek, bak kecambah, desikator dan timbangan analitik. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 x 5 dengan 3 ulangan dan masing-masing unit percobaan terdiri dari 100 benih. Faktor kadar air benih (faktor A) terdiri 2 taraf yaitu kadar air benih 11,38% (A0) dan 5,64% (A1), faktor wadah simpan (faktor B) terdiri dari 3 taraf yaitu wadah simpan besek (B0), aluminium foil (B1) dan kantong terigu (B2). Faktor periode simpan terdiri dari 5 taraf yaitu periode simpan 0 minggu (C0), 2 minggu (C1), 4 minggu (C2), 6 minggu (C3) dan 8 minggu (C4). Persiapan penelitian meliputi ekstraksi dan seleksi benih, analisis kemurnian, pengukuran kadar air benih, pengujian berat 1000 butir dan persiapan media perkecambahan. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah, vigor, keserempakan perkecambahan, batas 50% perkecambahan dan batas 80% perkecambahan.

(13)

terhadap peubah daya berkecambah, vigor, keserempakan perkecambahan dan batas 80% perkecambahan. Pada kadar air 11,38% rata-rata daya berkecambah benih suren adalah 81,00%, sedangkan pada kadar air 5,64% rata-rata daya berkecambahnya hanya 76,67%. Daya berkecambah benih sangat ditentukan oleh kadar air yang dikandung oleh benih, sehingga benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal.

Analisis ragam terhadap wadah simpan benih suren berpengaruh sangat nyata (α=5%) terhadap daya berkecambah, vigor dan keserempakan perkecambahan. Wadah simpan aluminium foil memiliki rata-rata daya berkecambah (58,34%) dan keserempakan perkecambahan (22,60%) paling tinggi daripada wadah simpan besek (55,17% dan 20,60%) maupun kantong terigu (52,90% dan 18,93%). Hal ini dapat disebabkan oleh aluminium foil yang dapat menahan kelembaban relatif cukup tinggi, sehingga fluktuasi suhu dapat dikurangi. Kelembaban relatif yang tinggi menyebabkan pengeluaran kadar air benih relatif kecil, sehingga masa dormansi benih dapat diperpanjang.

Interaksi kadar air benih dengan periode simpan berpengaruh sangat nyata (α=5%) terhadap daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan. Pada kadar air 11,38% dengan periode simpan 4 minggu rata-rata daya berkecambah 68,11% dan rata-rata keserempakan perkecambahan 24,44%. Kombinasi tersebut merupakan kombinasi terbaik untuk penyimpanan, karena setelah periode simpan 6 minggu daya berkecambah benih suren hanya 47,11%.

Interaksi wadah simpan dengan periode simpan sangat nyata(α=5%) terhadap daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan. Benih suren dengan wadah simpan aluminium foil memiliki rata-rata daya berkecambah 67,67% dan rata-rata keserempakan perkecambahan 23,84% pada periode simpan 4 minggu. Kombinasi tersebut merupakan kombinasi terbaik, karena setelah periode simpan 6 minggu daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan hanya 44,17% dan 14,34%.

(14)

PENGARUH KADAR AIR AWAL, WADAH DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr)

Karya Ilmiah

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

ANDY RISASMOKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Dosen Pembimbing I,

Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc NIP : 131.878.498

PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr)

Nama Mahasiswa : ANDY RISASMOKO Nomor Pokok : E14201067

Menyetujui :

Tanggal Lulus :

Dosen Pembimbing II,

Dra. Dharmawati F. Djam’an NIP : 710.020.186

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Oktober 1981 di Kebumen Jawa Tengah, dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Warisman dan Ibu Sri Andiyah.

Penulis mulai masuk pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Trikarso I pada tahun 1987. Pada tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri I Trikarso dan lulus pada tahun 1994. Tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Karanganyar dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri I Kebumen pada tahun 1997 sampai lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Fakultas Kehutanan Program Studi Budidaya Hutan.

Pada tahun 2004 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Gunung Kamojang dan Sancang, kegiatan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Ciamis Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Tahun 2005 penulis menyelesaikan Praktek Kerja Lapang di HPH Intracawood Mfg. Kalimantan Timur. Selain itu, penulis juga menjadi ketua umum RIMPALA Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 2004. Tahun 2003 dan 2004 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Silvikultur dan Silvika.

(17)

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam skripsi ini, penulis ingin memberikan informasi mengenai faktor-faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan sehingga dapat digunakan dalam prosedur penyimpanan benih suren yang paling tepat.

Skripsi ini merupakan laporan akhir dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Suren (Toona sureni Merr)”. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penanganan benih suren dari tahap pengunduhan benih, ekstraksi dan seleksi, analisis kemurnian, penentuan berat 1000 butir, pengujian kadar air, penyimpanan dan pengecambahan. Benih suren berasal dari hutan masyarakat di Cianjur, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor mulai April sampai dengan Juli 2005.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2006

(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran pelaksanaan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak, Ibu dan kakakku serta saudaraku yang telah memberikan perhatian dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc sebagai pembimbing skripsi I dan Ibu Dra. Dharmawati F. Djam’an sebagai pembimbing skripsi II yang telah memberikan dukungan, arahan dan nasehat dalam penyelesaian tugas akhir ini.

3. Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Bapak Ir. Rachmad Hermawan, M.ScF sebagai dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 4. Pimpinan dan pegawai Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Perbenihan Bogor yang telah memberikan tempat dan waktu untuk melaksanakan penelitian.

5. Rekan-rekan RIMPALA Fakultas Kehutanan IPB dan kost MANGGALA atas kerja sama dan kekeluargaannya

(19)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Hipotesis ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kayu Suren (T. sureni Merr.) ... 4

2.2. Biologi Benih ... 5

2.3. Benih Rekalsitran dan Ortodoks ... 6

2.4. Kadar Air Benih ... 7

2.5. Penyimpanan Benih ... 7

2.6. Wadah Simpan Benih ... 9

2.7. Viabilitas Benih ... 10

2.8. Vigor Benih ... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2. Bahan dan Alat ... 11

3.3. Metode Penelitian ... 11

3.3.1. Ekstraksi dan Seleksi Benih ... 13

... A nalisis Kemurnian ... 13

Pengukuran Kadar Air Benih ... 14

(20)

ii

3.3.5. Penyimpanan Benih ... 16

3.3.6. Pengecambahan ... 16

3.3.7. Analisis Data ... 16

3.3.7.1. Daya Berkecambah ... 16

3.3.7.2. Vigor Benih ... 16

3.3.7.3. Keserempakan Perkecambahan ... 17

3.3.7.4. Batas 50% Perkecambahan ... 17

3.3.7.5. Batas 80% Perkecambahan ... 17

3.3.8. Rancangan Percobaan ... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik ... 20

4.1.1. Kadar Air Awal ... 20

4.1.2. Analisis Kemurnian ... 21

4.1.3. Berat 1000 Butir Benih ... 21

4.2. Sifat Fisiologis ... 22

4.2.1. Kadar Air Benih ... 23

4.2.2. Wadah Simpan ... 26

4.2.3. Periode Simpan ... 29

4.2.4. Pengaruh Interaksi Kadar Air Benih dengan Wadah Simpan ... 32

4.2.5. Pengaruh Interaksi Kadar Air Benih dengan Periode Simpan ... 33

4.2.6. Pengaruh Interaksi Wadah dengan Periode Simpan ... 35

4.3. Kondisi Perkecambahan ... 36

4.4. Implikasi Sifat Fisik-Fisiologis Benih Suren ... 38

4.4.1. Penanganan Benih Suren (T. sureni) ... 35

4.4.2. Pengadaan Benih Untuk Penanaman ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 40

5.2. Saran ... 41

(21)
(22)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Daftar Toleransi Kadar Air ... 15 2. Rancangan Percobaan Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan

Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Suren (T. sureni) ... 18 3. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kadar Air Benih Suren (T. sureni) ... 20 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Kemurnian Benih Suren (T. sureni) ... 21 5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam terhadap Parameter yang Diamati ... 22 6. Pengaruh Interaksi Kadar Air Benih dengan Wadah Simpan

terhadap Keserempakan Perkecambahan Benih Suren (T. sureni) ... 32 7. Pengaruh Interaksi Kadar Air Benih dengan Periode Simpan

terhadap Daya Berkecambah, Keserempakan Perkecambahan

dan Batas 50% Perkecambahan Benih Suren (T. sureni) ... 34 8. Pengaruh Interaksi Wadah dengan Periode Simpan

terhadap Daya Berkecambah dan Keserempakan Perkecambahan

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Toona sureni (Blume) Merr.; perawakan pohon; ranting berbunga;

penampang bunga; perbuahan; benih ... 5 2. Pohon Suren (T. sureni) ... 5 3. Bentuk dan bagian-bagian benih ... 6 4. Bagan Prosedur Pengujian Benih ... 12 5. Benih Suren (T. sureni) ... 21 6. Buah Suren (T. sureni) ... 21 7. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih

terhadap Daya Berkecambah Benih Suren (T. sureni) ... 23 8. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih

terhadap Vigor Benih Suren (T. sureni) ... 24 9. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih

terhadap Keserempakan Perkecambahan Benih Suren (T. sureni) ... 25 10. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih

terhadap Batas 80% Perkecambahan Benih Suren (T. sureni) ... 25 11. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Wadah Simpan

terhadap Daya Berkecambah Benih Suren (T. sureni) ... 26 12. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Wadah Simpan

terhadap Vigor Benih Suren (T. sureni) ... 27 13. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Wadah Simpan

terhadap Keserempakan Perkecambahan Benih Suren (T. sureni) ... 28 14. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Periode Simpan

terhadap Daya Berkecambah Benih Suren (T. sureni) ... 29 15. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Periode Simpan

terhadap Vigor Benih Suren (T. sureni) ... 29 16. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Periode Simpan

terhadap Keserempakan Perkecambahan Benih Suren (T. sureni) ... 30 17. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Periode Simpan

(24)

v

19. Pertumbuhan kecambah benih suren (T. sureni) pada perlakuan kadar air awal 11,38% (A0) dan 5,64% (A1) dengan wadah simpan besek (B0), aluminium foil (B1) dan kantong terigu (B2)

pada periode simpan 8 minggu (C4) (A0B0C4, A0B1C4,A0B2C4,

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. ... R ekapitulasi Hasil Pengamatan Kecambah Harian

Benih Suren (T. sureni) ... 45 2. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kecambah Harian Kumulatif

(26)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan bahan baku industri kayu menuntut semakin besarnya penyediaan kayu, sehingga mendorong timbulnya konversi hutan, perambahan hutan, penebangan liar, dan sebagainya yang mengancam kelestarian hutan. Salah satu upaya untuk mengatasi ketimpangan penyediaan kayu yang menurun serta permintaan yang besar yaitu dengan mengembangkan hutan rakyat. Oleh karena itu, pembangunan hutan rakyat memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan (Suryandari dan Puspitojati, 2003).

Jenis pohon yang diusahakan untuk pembangunan hutan rakyat adalah jenis pohon yang memiliki hasil lainnya selain kayu sebagai hasil utama. Keinginan itu mendorong untuk memilih jenis-jenis pohon yang memberikan manfaat serbaguna (multi purpose tree species). Hutan rakyat diharapkan mampu menghasilkan berbagai komoditi yang dibutuhkan masyarakat, baik berupa bahan pangan, pakan ternak, tanaman obat, kayu bakar, maupun kayu untuk pembangunan tempat tinggal dan berbagai peralatan rumah tangga (Sumarna, 2001).

Suren (Toona sureni) merupakan salah satu jenis pohon yang dapat dikembangkan untuk pembangunan hutan rakyat. Suren memiliki nilai ekonomi tinggi, memiliki daur pendek dan disukai oleh masyarakat untuk bahan bangunan. Oleh karena itu, pohon suren telah banyak dikembangkan oleh petani hutan rakyat terutama di Jawa Barat sebagai salah satu jenis pohon untuk pembangunan hutan rakyat (Suryandari dan Puspitojati, 2003). Menurut Djam’an (2000), di perkebunan teh tanaman suren digunakan sebagai tanaman penyekat angin (wind break) dan tanaman sela. Sedangkan masyarakat menanam tanaman ini di tepi sawah maupun di antara tanaman-tanaman palawija yang berfungsi sebagai penangkal hama dan penyakit. Oleh karena itu, budidaya pohon ini sangat dianjurkan untuk pemenuhan kebutuhan kayu masyarakat.

(27)

tidak terpisahkan yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu genetik. Benih bermutu fisik yang baik adalah benih yang bersih dan menunjukkan perwujudan yang seragam. Mutu fisiologis benih mencerminkan kemampuan benih untuk bisa hidup normal dalam kisaran keadaan alam yang cukup luas, mampu tumbuh cepat dan merata, serta dapat disimpan. Mutu genetis benih menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan tanaman atau tingkat keterwakilan keragaman genetik suatu sumber benih.

Benih suren merupakan benih yang sulit untuk disimpan, daya berkecambahnya mudah turun dan rendah persentase tumbuhnya (Djam’an, 2000). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mempelajari karakteristik penyimpanan benih suren agar mampu mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi sehingga kebutuhan bibit pada musim tanam tersedia dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan, yaitu: kadar air awal, wadah dan periode simpan yang optimal untuk benih suren (T. sureni Merr).

1.3. Hipotesis

1. Perbedaan tingkat kadar air benih akan mempengaruhi viabilitas benih yang berbeda sehingga akan mengetahui kadar air optimal untuk penyimpanan benih suren (T. sureni).

2. Perbedaan wadah simpan benih akan mempengaruhi viabilitas benih yang berbeda sehingga akan mengetahui wadah simpan benih yang paling baik untuk penyimpanan benih suren (T. sureni).

(28)

3

1.4. Manfaat Penelitian

(29)

2.1. Deskripsi Kayu Suren (T. sureni Merr)

Pohon suren atau kibeureum dalam ilmu tumbuh-tumbuhan disebut Toona sureni Merr. yang termasuk dalam suku Meliaceae. Pohon suren memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, diantaranya di daerah Sunda disebut kibeureum atau suren, di daerah Kerinci disebut Ingu, di Madura disebut soren, di Sumba disebut horeni dan linu sedangkan di Halmahera orang mengenalnya dengan nama kuru (Heyne, 1987). Pohon ini berbatang besar dan berbanir pada bagian bawahnya. Pohonnya dapat mencapai tinggi 40 m dan diameter sampai 200 cm. Kulit batangnya beralur dangkal, berwarna abu-abu tua sampai abu-abu kecoklatan, berbau seperti kayu cendana. Batangnya mengeluarkan getah yang tak berbau. Tajuknya lebar, lebat dan agak ramping setengah kerucut. Perakarannya bercabang dan terdapat dekat permukaan tanah (Heyne, 1987).

Menurut Martawijaya dan Kartasujana (1977), pohon suren biasanya ditanam sebagai tanaman pinggir jalan dan baik untuk hutan tanaman. Tumbuhnya cepat dan pada tanah yang basah tumbuhan ini biasanya tidak pernah menggugurkan daun. Pada penanaman monokultur suren biasanya diserang hama penggerek, tetapi bila tumbuhan ini ditanam bersama-sama pohon buah-buahan dan palma atau sebagai tanaman pelindung di perkebunan, serangan hama dapat dikurangi.

(30)

5

Menurut Mandang dan Pandit (1997), kegunaan kayu suren antara lain untuk bahan bangunan ringan, perabot rumah tangga (termasuk lemari), dinding hias, langit-langit, peti teh, kotak cerutu, bangunan kapal dan perahu, dayung, alat musik (piano), vinir lapisan muka kayu lapis, ukiran. Sedangkan menurut Heyne (1987), kulit batangnya yang merah digunakan sebagai obat demam, pembengkakan limpa, diare dan disentri karena kandungan zat penyamaknya. Menurut Sutisna (1998), daunnya yang harum dan menyengat hidung menghasilkan zat bahan anti serangga.

[image:30.612.336.506.297.436.2] [image:30.612.134.266.299.436.2]

Gambar bunga, buah, benih dan bentuk pohon suren disajikan pada Gambar 1, sedangkan Gambar 2 memperlihatkan pertumbuhan pohon suren.

Gambar 1. Toona sureni (Blume) Merr. Gambar 2. Pohon Suren (T. sureni) 1. perawakan pohon; 2. ranting berbunga;

penampang bunga; 4. perbuahan; 5. benih (sumber: Mandang, 1997)

2.2. Biologi Benih

(31)
[image:31.612.236.405.86.225.2]

Gambar 3. Bentuk dan bagian-bagian benih (sumber: Baker, 1997)

2.3. Benih Rekalsitran dan Ortodoks

Menurut Schmidt (2000), benih rekalsitran adalah benih yang memiliki viabilitas cepat turun dengan daya simpan yang rendah sehingga hanya dapat diperpanjang dengan penyimpanan pada kondisi yang terkendali. Benih rekalsitran tetap mempertahankan kadar air tinggi sampai masak (sering 30-50%) dan peka terhadap pengeringan di bawah 12-30%, tergantung pada jenisnya.

Benih ortodoks adalah benih-benih yang kadar airnya dapat diturunkan sampai kadar air 2-5% dan dapat disimpan pada suhu rendah. Viabilitas dapat diperpanjang dengan menurunkan kelembaban dan suhu penyimpanan. Benih ortodoks merupakan benih yang mempunyai daya simpan pada kondisi penyimpanan yang sesuai (Schmidt, 2000).

(32)

7

2.4. Kadar Air Benih

Kadar air benih menentukan aktifitas fisiologis dan biokimia benih. Oleh karena itu, penentuan kadar air benih menjadi suatu faktor penting pada kebanyakan kegiatan penanganan benih (Stubsgaard, 1990 dalam Poulsen, 1994). Kadar air penting dalam hubungannya dengan penyimpanan dan daya hidup. Karena kadar air cenderung bervariasi terhadap kelembaban atmosfer, maka perlu dipertimbangkan agar penempatan benih pada kelembaban yang bervariasi diminimumkan sebelum pengujian. Oleh karena itu, benih sebaiknya dikemas dalam wadah kedap udara secepat mungkin setelah pengambilan sampel (Schmidt, 2000).

Kadar air benih semakin tinggi maka semakin cepat proses kemunduran viabilitas benih. Kaidah Harrington menyatakan bahwa pada kisaran kadar air benih antara 5% sampai 14%, penurunan kadar air benih sebanyak 1% akan menggandakan periode simpan tanpa resiko kehilangan daya kecambahnya (Harrington, 1972 dalam Laporan Peneliti 1991).

Kadar air benih selalu berubah tergantung dengan kadar air lingkungannya karena benih memiliki sifat selalu mencapai kondisi yang equilibrium/setimbang dengan keadaan lingkungannya. Keadaan ini sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju kerusakan benih yang pada akhirnya akan mempengaruhi viabilitas benih (Kuswanto, 1997 dalam Murti, 2000).

Benih intermediet dapat dikeringkan sampai 12-17% dan disimpan selama berbulan-bulan. Benih intermediet juga menunjukkan peningkatan daya simpan pada suhu yang lebih rendah (Schmidt, 2000).

2.5. Penyimpanan Benih

Penyimpanan benih adalah usaha pelestarian benih yang berdaya hidup, semenjak pengumpulan hingga penggunaannya di persemaian. Penyimpanan benih merupakan salah satu cara yang praktis untuk melestarikan sumber benih, karena dengan cara ini dapat diperoleh persediaan benih untuk penanaman dan dapat digunakan untuk pelestarian plasma nutfah (Manan, 1976).

(33)

a. Menjaga agar benih dapat mempertahankan energi dan daya kecambahnya selama jangka waktu di antara pengumpulan hingga penyebaran di persemaian atau di lapangan.

b. Melindungi benih dari kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit. c. Digunakan pada saat persediaan benih untuk musim tanam tersedia dalam

jumlah sangat sedikit.

Untuk penyimpanan benih yang lebih lama diusahakan pengurangan kegiatan metabolisme benih. Penurunan kadar air benih akan menurunkan metabolisme sehingga respirasi juga berkurang. Proses pernafasan yang berlangsung terus menerus dengan kecepatan besar akan menghabiskan energi yang tersedia sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam biji semakin tinggi. Akhirnya benih akan kehabisan cadangan makanan pada jaringan-jaringan penting sehingga viabilitas benih menurun dengan cepat. Akibatnya daya berkecambah sangat rendah pada saat diperlukan untuk penaburan di persemaian (Manan, 1978).

Lamanya benih dapat bertahan hidup pada lingkungan alaminya tergantung pada sifat benih itu sendiri dan lingkungan sekitarnya. Beberapa tipe benih tidak mempunyai ketahanan hidup untuk waktu yang lama (Schmidt, 2000).

Beberapa hal yang berhubungan dengan penyimpanan benih rekalsitran dan intermediet menurut Schmidt (2000), yaitu :

1. Peka pengeringan

Kadar air terendah yang aman adalah 60-70% untuk beberapa jenis rekalsitran ekstrim dan 12-14% untuk beberapa jenis intermediate.

2. Peka suhu rendah

3. Metabolisme aktif pada saat penyebaran 4. Tanpa dormansi

(34)

9

• Mencegah pengeringan

• Menekan kontaminasi mikroba

• Mencegah perkecambahan

• Memelihara persediaan oksigen yang memadai

2.6. Wadah Simpan Benih

Kondisi tempat penyimpanan benih tergantung pada sifat benih. Jika benih disimpan dengan kadar air relatif tinggi (10-12%) pada suhu kamar, proses metabolisme masih berlangsung. Panas dan air yang dihasilkan oleh respirasi (baik dari benih itu sendiri atau organisme lainnya) harus disingkirkan dengan ventilasi. Oleh karena itu, kantong atau kotak kedap udara kurang baik digunakan atau sebaiknya benih disimpan dalam kantong kain (katun, karung) yang memiliki ventilasi udara yang baik. Kantong yang tembus udara dapat digunakan untuk penyimpanan jangka pendek jika kelembaban udara rendah (Schmidt, 2000).

Menurut Tompsett (1992) dalam Schmidt (2000), benih aktif bermetabolisme sehingga kotak dengan ventilasi atau pertukaran udara sangat diperlukan. Karung goni, katun dan lain-lain cocok untuk penyimpanan benih intermediate dengan kadar air relatif rendah tetapi kurang baik untuk benih rekalsitran pada kadar air tinggi.

Menurut Stubsgaard (1992) dalam Schmidt (2000), wadah benih harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Kedap udara

Kedap udara dapat diperoleh dengan menggunakan karet penyekat atau bahan lainnya. Karet cenderung rusak jika lama dipakai dan kering sehingga tidak kedap udara lagi. Penggunaan pelumas dapat memperpanjang umur karet. 2. Mudah mengisi, mengosongkan dan membersihkan

Lubang yang kecil akan menyulitkan pengisian, pembersihan dan pengosongan. Oleh karena itu, harus dipilih wadah dengan lubang yang besar untuk memudahkan pekerjaan.

3. Volume yang memadai

(35)

diambil secara rutin maka akan lebih baik membagi menjadi lot benih ke dalam ukuran-ukuran kecil sebelum dimasukkan ke wadah.

4. Cukup kuat dan terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak

Wadah penyimpanan dapat digunakan berulang kali jika terbuat dari bahan yang kuat. Kotak kaleng harus dilindungi dari karat. Bahan gelas harus cukup tebal. Kantong plastik umumnya digunakan di dalam wadah yang lebih kuat.

2.7. Viabilitas Benih

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme dan gejala pertumbuhannya. Viabilitas benih dapat dicerminkan oleh dua informasi yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Selama penyimpanan, viabilitas benih diharapkan dapat dipertahankan tetapi tidak dapat ditingkatkan karena daya berkecambah benih menurun sebanding dengan waktu penyimpanan (Sadjad, 1972).

Berdasarkan standar daya kecambah yang telah ditetapkan oleh International Seed Testing Association (ISTA, 1993) dalam Poulsen (1994), kriteria kecambah normal adalah :

1. Akar tumbuh dan berkembang dengan baik, termasuk akar primer dan sekunder.

2. Jaringan pembuluh berkembang dengan baik dan tidak terdapat kerusakan. 3. Plumula tumbuh dalam koleoptil, yang panjangnya lebih dari setengah

koleoptil atau telah tersembul keluar dari koleoptil. Plumula harus tumbuh dengan utuh serta berwarna hijau.

4. Kecambah kelihatan sehat atau tidak ada kerusakan yang berat, baik oleh cendawan maupun bakteri.

Kriteria kecambah abnormal adalah : 1. Tidak ada akar primer maupun akar sekunder.

2. Tidak ada plumula dalam koleoptil ataupun plumula tumbuh tetap pendek atau panjangnya hanya setengah dari koleoptil atau kurang.

(36)

11

2.8. Vigor Benih

(37)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan, Bogor. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan mulai April sampai dengan Juli 2005.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah benih suren (T. sureni),

sedangkan areal pengunduhan benih berasal dari tegakan suren milik masyarakat di Cianjur, Jawa Barat pada bulan Mei 2005. Media perkecambahan berupa campuran tanah dengan pasir dengan perbandingan 1 : 1. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah wadah simpan berupa aluminium foil, kantong terigu, besek, bak kecambah, oven, desikator, dan timbangan analitik.

3.3. Metode Penelitian

[image:37.612.151.460.416.650.2]

Metode penelitian ini meliputi kegiatan penanganan dan pengujian benih. Tahap-tahap pengujian benih disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagan Prosedur Pengujian Benih

Pengunduhan Benih

Ekstraksi dan Seleksi

Pengukuran Kadar Air Penentuan Berat 1000 butir

Penyimpanan

(38)

13

3.3.1. Ekstraksi dan Seleksi Benih

Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Ekstraksi dilakukan secara manual dengan cara menjemur buah di bawah sinar matahari dan mengeluarkan benih dari buahnya. Benih-benih yang telah dikeluarkan dari buahnya kemudian dilakukan seleksi yaitu, pemisahan benih dari kotoran-kotoran serta memilih benih-benih yang bermutu fisik yang baik.

3.3.2. Analisis Kemurnian

Tujuan dari analisis kemurnian adalah untuk mengetahui persentase dari komposisi benih murni, spesies/jenis lain dan kotoran benih dari contoh yang diuji sehingga menggambarkan komposisi dari kelompok benih. Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang berasal dari satu jenis yang sedang diuji. Termasuk dalam kategori benih murni adalah benih mengkerut, benih belah atau rusak dengan ukuran lebih besar dari setengah ukuran asli. Benih tanaman lain adalah biji dari semua jenis yang tidak termasuk ke dalam jenis yang diuji. Kotoran lain adalah semua bahan yang bukan biji utuh, biji hampa, sekam, pasir, dll.

Cara kerja analisis kemurnian yaitu, dengan membagi contoh kiriman secara bertahap sampai didapat contoh kerja paling sedikit 2.500 benih atau dengan cara menimbang 100 butir benih kemudian dikalikan 25 sehingga didapat berat minimum contoh kerja (ISTA, 1993). Benih-benih tersebut kemudian diletakkan di atas meja kemurnian untuk memisahkan komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih dari contoh kerja dengan bantuan pinset atau spatula. Menimbang masing-masing komponen dengan timbangan analitik.

Penghitungan persen tiap komponen adalah sebagai berikut :

(39)

x100% 3 K 2 K 1 K 3 K benih Kotoran % + + = Keterangan :

K1 : Berat benih murni K2 : Berat benih tanaman lain K3 : Berat kotoran benih

3.3.3. Pengukuran Kadar Air Benih

Pengukuran kadar air benih dilakukan pada dua kondisi yaitu sebelum dan sesudah penyimpanan benih. Metode yang digunakan yaitu dengan cara langsung menggunakan oven temperatur rendah (konstan). Menggunakan temperatur 103±1°C dan dikeringkan selama 17±1 jam. Periode pengeringan dimulai pada waktu oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh benih sebanyak 3 ulangan masing-masing 5 gram beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk pendinginan kemudian benih ditimbang beserta wadahnya (ISTA, 1993).

Kadar air dihitung dalam persen berat yang dinyatakan melalui rumus :

Keterangan :

M1 : Berat cawan beserta tutupnya

M2 : Berat cawan dengan tutup dan isinya sebelum dikeringkan dalam oven

M3 : Berat cawan dengan tutup dan isinya setelah dikeringkan

Benih tanaman hutan dapat dibedakan ke dalam benih kecil dan benih besar. Benih kecil apabila jumlah/kg >5.000 butir, dan benih besar apabila jumlah/kg <5.000 butir. Setelah diketahui kelompok benih tersebut kemudian dilakukan pengujian kadar air awal.

Pengujian kadar air menggunakan 3 ulangan sehingga nilai kadar air ketiga ulangan itu harus dibandingkan. Jika selisih dari ketiga nilai kadar air itu tidak masuk batas toleransi seperti pada Tabel 1, maka uji diulang lagi.

100% 1 M 2 M 3 M 2 M (%) Air

Kadar ×

(40)
[image:40.612.133.509.98.155.2]

15

Tabel 1. Daftar Toleransi Kadar Air Benih

Jumlah Benih/kg Kadar Air Awal

<12% 12-25% >25% >5.000 0,3% 0,5% 0,5% <5.000 0,4% 0,8% 2,5%

3.3.4. Penentuan Berat 1000 butir

Penentuan berat 1000 butir dapat dipergunakan untuk mengetahui jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan standar dalam perencanaan kebutuhan benih untuk persemain maupun penanaman. Berat 1000 butir benih adalah berat benih 1000 butir yang dinyatakan dalam satuan gram.

Cara kerja penentuan berat 1000 butir yaitu dengan cara menghitung benih dengan jumlah 100 butir sebanyak 8 ulangan kemudian masing-masing ditimbang dalam gram. Hasil penimbangan tersebut kemudian dihitung nilai keragaman (S2), simpangan baku (S) dan koefisien keragaman (CV).

Keterangan :

CV (%) : koefisien keragaman

x : nilai rata-rata penimbangan berat 100 butir benih n : banyaknya ulangan penimbangan berat 100 butir benih

Jika koefisien keragaman (CV) >4% maka benih dihitung lagi 100 butir sebanyak 8 ulangan sehingga jumlah ulangan menjadi 16 ulangan (ISTA).

Menurut ISTA (1993) dalam Poulsen (1994) perhitungan berat 1000 butir adalah sebagai berikut :

∑ ×

= berat dari8ulangan 1,25 benih

butir 1000 Berat

∑ ×

= berat dari16ulangan 0,625 benih butir 1000 Berat 2 S (S) Baku

Simpangan =

1) (n n 2 x) ( ) 2 x ( n ) 2 (S Keragaman − ∑ − ∑ = 100% x S

(41)

3.3.5. Penyimpanan Benih

Benih disimpan dengan menggunakan tiga wadah simpan yaitu, wadah simpan besek, wadah simpan aluminium foil serta wadah simpan kantong terigu. Pada setiap periode simpan dengan tingkat kadar air benih 11,38% dan kadar air benih 5,64% serta tiga wadah simpan terdiri atas unit percobaan 100 benih dengan 3 kali ulangan. Setiap periode simpan dua minggu dilakukan uji perkecambahan dan pengukuran kadar air benih setelah penyimpanan. Penyimpanan dilakukan pada ruang ber-AC dengan suhu 18-20°C dengan kelembaban (RH) 40-50%.

3.3.6. Pengecambahan

Pengecambahan benih dilakukan pada bak kecambah dengan media campuran pasir dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 yang telah disangrai. Benih ditabur pada media bak kecambah. Setelah benih ditabur, dilakukan penyiraman dan pengamatan perkecambahan setiap hari. Pengamatan dilakukan selama 14 hari setelah benih ditabur.

3.3.7. Analisis Data

3.3.7.1. Daya Berkecambah

Daya berkecambah adalah tolak ukur untuk peubah viabilitas potensial benih.

Daya berkecambah menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih pada kondisi lingkungan tertentu (Sutopo, 2000).

3.3.7.2. Vigor Benih

Vigor benih ditentukan berdasarkan jumlah benih yang tumbuh normal dibagi dengan jumlah kecambah kumulatif (Sutopo, 1985). Vigor benih dihitung dengan rumus :

x100% B

Kn h

berkecamba Daya

%

∑ ∑ =

x100% K

Kn benih

Vigor %

(42)

17

3.3.7.3. Keserempakan Perkecambahan (Kst)

Ditentukan berdasarkan jumlah kecambah yang muncul pada saat puncak perkecambahan terjadi.

3.3.7.4. Batas 50% (T 50%) Perkecambahan

T 50% adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 50% perkecambahan relatif.

3.3.7.5. Batas 80% (T 80%) Perkecambahan

T 80% adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 80% perkecambahan relatif.

Keterangan :

∑Kn : Jumlah kecambah normal yang tumbuh ∑B : Jumlah benih yang ditanam

∑K : Jumlah kecambah kumulatif

∑Km : Jumlah kecambah terbanyak yang muncul

3.3.8. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 2 x 3 x 5. Faktor yang diuji yaitu: 2 tingkat kadar air, 3 tingkat wadah simpan dan 5 tingkat periode simpan. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Tiap unit percobaan terdiri atas 100 benih.

Faktor-faktor yang diuji adalah : 1. Kadar air benih

A0 : kadar air 11,38% A1 : kadar air 5,64% 2. Wadah simpan

B0 : besek

B1 : aluminium foil B2 : kantong terigu

x100% B

Km K

% ST

(43)

3. Periode simpan

[image:43.612.133.528.267.470.2]

C0 : penyimpanan 0 minggu C1 : penyimpanan 2 minggu C2 : penyimpanan 4 minggu C3 : penyimpanan 6 minggu C4 : penyimpanan 8 minggu

Tabel 2. Rancangan Percobaan Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Suren (T. sureni Merr.)

TINGKAT KADAR AIR

BENIH

WADAH SIMPAN

PERIODE SIMPAN (Minggu) 0 (C0) 2 (C1) 4 (C2) 6 (C3) 8 (C4) 11,38 %

(Kondisi benih segar/Kontrol)

(A0)

Besek (Kontrol) (B0)

A0B0C0 A0B0C1 A0B0C2 A0B0C3 A0B0C4 Aluminium Foil

(B1)

A0B1C0 A0B1C1 A0B1C2 A0B1C3 A0B1C4 Kantong Terigu

(B2) A0B2C0 A0B2C1 A0B2C2 A0B2C3 A0B2C4

5,64 % (A1)

Besek (Kontrol) (B0)

A1B0C0 A1B0C1 A1B0C2 A1B0C3 A1B0C4 Aluminium Foil

(B1)

A1B1C0 A1B1C1 A1B1C2 A1B1C3 A1B1C4 Kantong Terigu

(B2) A1B2C0 A1B2C1 A1B2C2 A1B2C3 A1B2C4

Model Rancangan Percobaan :

Model umum rancangan acak lengkap pola faktorial tersebut adalah : Yijkl = μ + Ai + Bj + Ck + (AB)ij + (AC)ik + (BC)jk + (ABC)ijk + δijkl

Keterangan : i : 1, 2 j : 1, 2, 3 k : 0, 1, 2, 3, 4 l : 1, 2, 3

Yijkl : Nilai pengamatan ulangan ke-l pada tingkat kadar air benih ke-i, wadah simpan ke-j, serta periode simpan ke-k.

μ : Nilai rata-rata umum Ai : Tingkat kadar air benih ke-i Bj : Wadah simpan ke-j

(44)

19

(AB)ij : Pengaruh interaksi antara tingkat kadar air benih ke-i dengan wadah simpan ke-j

(AC)ik : Pengaruh interaksi antara tingkat kadar air benih ke-i pada periode simpan ke-k

(ABC)ijk : Pengaruh interaksi antara tingkat kadar air benih ke-i dengan wadah simpan ke-j dan perode simpan ke-k

δijkl : Pengaruh galat percobaan periode simpan ke-k, wadah simpan ke-j, tingkat kadar air benih ke-i, ulangan ke-l.

(45)

4.1. Sifat Fisik

4.1.1. Kadar Air Awal

Kadar air merupakan salah satu faktor penting selama penyimpanan dan penanganan benih. Kadar air menentukan aktifitas fisiologis dan biokimia benih. Oleh karena itu, penentuan kadar air benih menjadi suatu faktor penting pada kegiatan penanganan benih (Stubsgaard, 1990 dalam Poulsen, 1994).

Dari hasil perhitungan berat benih sebelum dan setelah dioven diperoleh kadar air awal benih suren 11,38%. Hasil pengukuran kadar air benih suren disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kadar Air Benih Suren (T. sureni)

Kadar Air Ulangan (x ±s) Rata-rata

(x ±s) 1 2 3 Kadar Air

Awal/Segar (%) 11,62±0,08 11,36±0,17 11,16±0,38 11,38±0,06 Kadar Air Setelah

Diturunkan (%) 5,80±0,35 5,43±0,28 5,68±0,09 5,64±0,04

Keterangan : x : rata-rata pengukuran S : simpangan baku

Pada pengujian kadar air awal benih surendiperoleh kadar air awal/segar 11,38%. Selanjutnya untuk penyimpanan, kadar air awal tersebut diturunkan dengan menggunakan desikator vakum menjadi 5,64%. Kompresor menyerap kadar air benih dalam desikator, sehingga berat benih menjadi turun. Penurunan kadar air dengan cara menghitung target berat yang sesuai dengan kadar air 5,64%. Pada penelitian ini, penurunan kadar air menjadi 5,64% dengan desikator vakum membutuhkan waktu 5 jam.

(46)

21

4.1.2. Analisis Kemurnian

[image:46.612.135.505.255.305.2]

Tujuan dari analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih melalui berat contoh yang diuji (Poulsen, 1994). Berdasarkan pengujian analisis kemurnian dengan cara seleksi terhadap benih suren diperoleh kemurnian benih 94,17%. Pada pengujian analisis kemurnian ini tidak ditemukan benih tanaman lain tetapi hanya berupa kotoran benih sebesar 5,83%. Hasil pengujian analisis kemurnian benih suren dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Kemurnian Benih Suren (T. sureni)

Jenis Contoh Uji Berat (g) Berat (%)

Benih murni 24,30 94,17

Kotoran benih 1,51 5,83

Dalam pedoman standarisasi mutu benih menurut Balai Teknologi Perbenihan (2000), kemurnian benih dapat menjadi salah satu kriteria untuk menentukan mutu fisik benih. Semakin besar persentase kemurnian benih maka mutu fisik benih tersebut semakin baik. Oleh karena itu, benih suren pada penelitian ini dengan kemurnian 94,17% dan kotoran benih 5,83% memiliki mutu fisik yang baik.

4.1.3. Berat 1000 Butir Benih

Tujuan uji ini adalah untuk menentukan berat 1000 butir benih. Uji ini bermanfaat untuk menghitung jumlah benih per kg yang merupakan informasi penting pada persemaian dan target jumlah bibit (Poulsen, 1994).

Hasil perhitungan uji ini diperoleh informasi berat 1000 butir benih suren adalah 8,10 gram. Untuk itu, dapat diperkirakan jumlah per kilogram benih suren ada1ah 123.408 benih. Gambar benih dan buah suren disajiakan pada Gambar 5 dan 6.

[image:46.612.137.485.604.695.2]
(47)

4.2. Sifat Fisiologis

Penyimpanan terhadap benih suren (T. sureni) dilakukan selama 8 minggu dan setiap 2 minggu dilakukan pengujian perkecambahan. Hasil pengamatan perkecambahan diperoleh data persentase daya berkecambah, persentase vigor, persentase keserempakan perkecambahan, batas 50% perkecambahan dan batas 80% perkecambahan. Selanjutnya untuk melakukan sidik ragam, data hasil pengamatan daya berkecambah, vigor dan keserempakan perkecambahan

ditransformasikan ke dalam Arcsin % kecambah normal dan rekapitulasi hasil

[image:47.612.133.508.314.440.2]

sidik ragam dari kelima parameter di atas disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam terhadap Parameter yang Diamati (P≤0,05 dan P≤0,01)

Sumber

Nilai P Derajat

bebas DB VIGOR KST T 50% T 80%

Kadar Air ( A ) 1 0,000** 0,011* 0,000** 0,086ns 0,036* Wadah Simpan ( B ) 2 0,000** 0,009** 0,000** 0,363ns 0,309ns Periode Simpan ( C ) 4 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** A*B 2 0,072ns 0,140ns 0,049* 0,313ns 0,761ns A*C 4 0,000** 0,584ns 0,001** 0,002* 0,003* B*C 8 0,001** 0,266ns 0,005** 0,151ns 0,429ns A*B*C 8 0,982ns 0,490ns 0,063ns 0,162ns 0,964ns

Keterangan :

*). Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% **). Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 95% ns). Berpengaruh tidak nyata pada selang kepercayaan 95% P : Nilai F-hitung

DB : Daya berkecambah

KST : Keserempakan perkecambahan

T 50% : Batas 50% perkecambahan normal dari seluruh benih yang ditanam pada t (hari)

T 80% : Batas 80% perkecambahan normal dari seluruh benih yang ditanam pada t (hari)

(48)

23

vigor, keserempakan perkecambahan, batas 50% perkecambahan (T 50%) dan batas 80% perkecambahan (T 80%).

4.2.1. Kadar Air Benih

Hasil pengamatan daya berkecambah benih suren pada perlakuan kadar air awal 11,38% dengan periode simpan 0 minggu mempunyai daya berkecambah 81,00% sedangkan pada kadar air 5,64% dengan periode simpan 0 minggu daya berkecambah 76,67%. Dari kedua kondisi kadar air tersebut, benih suren mulai berkecambah rata-rata pada hari ke-6 dan ke-7.

[image:48.612.162.478.314.470.2]

Hasil uji Tukey pengaruh perlakuan kadar air benih terhadap daya berkecambah disajikan pada Gambar 7.

Gambar 3. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih terhadap Daya Berkecambah Benih Suren (T. sureni).

Gambar 7. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih terhadap Daya Berkecambah Benih Suren (T. sureni)

Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa benih suren dengan kadar air awal 11,38% (A0) dengan rata-rata daya berkecambah 59,67% berbeda nyata dengan kadar air 5,64% (A1) yang memiliki rata-rata daya berkecambah 51,27%.

Selain berpengaruh terhadap daya berkecambah, kadar air juga berpengaruh nyata terhadap vigor. Gambar 8 menyajikan pengaruh perlakuan kadar air benih terhadap vigor.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 Kadar Air D aya B e rke cam b ah ( % ) 0 10 20 30 40 50 60 70 59.67a 51.27b

A0 : Kadar Air 11,38% A1 : Kadar Air 5,64%

(49)
[image:49.612.154.487.101.259.2]

Gambar 8. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih terhadap Vigor Benih Suren (T. sureni)

Hasil uji Tukey pada Gambar 8 menunjukkan benih suren yang disimpan pada kadar air awal 11,38% (A0) memiliki vigor 95,40% berbeda nyata dengan benih yang disimpan pada kadar air 5,64% (A1) dengan vigor 94,55%. Hal ini membuktikan benih suren yang disimpan dengan kadar air awal 11,38% mempertahankan vigor lebih tinggi daripada benih suren yang disimpan dengan kadar air 5,64%.

Pengaruh perlakuan kadar air benih terhadap keserempakan perkecambahan benih suren disajikkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih

terhadap Keserempakan Perkecambahan Benih Suren (T. sureni) 95.40a 94.55b 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 1 2 Kadar Air Vi g o r ( % ) 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

A0 : Kadar Air 11,38% A1 : Kadar Air 5,64%

A0 A1 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 Kadar Air K e ser em p a k a n P e rk ec am b a h a n ( % ) 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 22.58a 18.45b

A0 : Kadar Air 11,38% A1 : Kadar Air 5,64%

[image:49.612.162.483.485.629.2]
(50)

25

Gambar 9 menunjukkan hasil uji Tukey benih suren yang disimpan pada kadar air awal 11,38% (A0) memiliki keserempakan perkecambahan 22,58% berbeda nyata dengan benih yang disimpan pada kadar air 5,64% (A1) dengan keserempakan perkecambahan 18,45%. Hal ini membuktikan penyimpanan benih suren pada kadar air awal 11,38% lebih baik daripada disimpan dengan kadar air benih 5,64%.

[image:50.612.164.478.282.437.2]

Kadar air benih selain berpengaruh terhadap daya berkecambah, vigor dan keserempakan perkecambahan juga berpengaruh nyata terhadap parameter batas 80% perkecambahan. Gambar 10 menyajikan pengaruh perlakuan kadar air benih terhadap batas 80% perkecambahan benih suren.

Gambar 10. Histogram Hasil Uji Tukey Pengaruh Kadar Air Benih terhadap Batas 80% Perkecambahan Benih Suren (T. sureni)

Hasil pengamatan terhadap rata-rata batas 80% perkecambahan benih suren tercapai pada hari ke-13 sampai hari ke-14. Akan tetapi batas 80% perkecambahan hanya tercapai pada perlakuan penyimpanan dengan kadar air awal 11,38% (A0) dengan kadar air 5,64% (A1) pada periode simpan 0 minggu.

Hasil uji Tukey pada Gambar 6 menunjukkan bahwa benih suren yang disimpan pada kadar air awal 11,38% (A0) memiliki batas 80% perkecambahan 13,33 berbeda nyata dengan benih suren dengan kadar air 5,64% (A1) yang mencapai batas 80% pada hari ke-13.

Menurut Stubsgaard (1990) dalam Poulsen (1994), kadar air merupakan salah satu faktor penting selama penyimpanan dan penanganan benih. Kadar air menentukan aktifitas fisiologis dan biokimia benih. Oleh karena itu, penentuan

13.33a 13.00b 10 11 12 13 14 15 A0 A1 Kadar Air B a ta s 80 % P e rkec am b a h a n (H a ri ) 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15

(51)

kadar air benih menjadi suatu faktor penting pada kebanyakan kegiatan penanganan benih.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian kadar air awal benih suren. Kadar air awal diperoleh sebesar 11,38% (A0). Kadar air tersebut lebih rendah daripada hasil penelitian Djam’an (2000) terhadap benih suren dengan kadar air awal 15,79%. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu pengunduhan benih yang berbeda. Pada penelitian ini pengunduhan benih suren dilakukan pada bulan Mei dengan kondisi tidak terjadi hujan atau musim kering sehingga kadar air benih menjadi rendah.

Begitu juga pengaruhnya dengan parameter keserempakan perkecambahan dan batas 80% perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Robert (1973)

dalam Syamsuwida (2002), kelompok benih rekalsitran apabila disimpan dalam waktu yang lama tidak dapat diturunkan kadar airnya karena mempercepat penurunan viabilitas benih.

4.2.2. Wadah Simpan

[image:51.612.164.477.491.639.2]

Pada penelitian ini penyimpanan benih suren (T. sureni) dilakukan dengan menggunakan 3 macam wadah simpan yaitu, besek (B0), aluminium foil (B1) dan kantong terigu (B2). Pengaruh wadah simpan terhadap daya berkecambah benih suren disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Wadah Simpan terhadap Daya Berkecambah Benih Suren (T. sureni)

55.17b 58.34a 52.90c

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3

Wadah Simpan D aya B e rkeca m b ah ( % ) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

B0 B1 B2

(52)

27

Gambar 11 menunjukkan bahwa wadah simpan benih suren berupa aluminium foil (B1) dengan rata-rata daya berkecambah 58,34% berbeda nyata dengan wadah simpan besek (B0) maupun kantong terigu (B2) yang memiliki rata-rata daya berkecambah masing-masing 55,17% dan 52,90%. Hal ini membuktikan bahwa wadah simpan aluminium foil (B1) mempertahankan daya berkecambah benih suren lebih tinggi daripada wadah simpan jenis lain.

[image:52.612.160.481.276.426.2]

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa wadah simpan berpengaruh sangat nyata terhadap vigor benih suren. Pengaruh wadah simpan terhadap vigor disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Wadah Simpan terhadap Vigor Benih Suren (T. sureni)

Hasil uji Duncan pada Gambar 12 menunjukkan benih suren yang disimpan dengan wadah simpan besek (B0) memiliki rata-rata vigor 95,23% tidak berbeda nyata dengan benih yang disimpan dengan wadah simpan aluminium foil (B1) dengan rata-rata vigor 95,41%. Akan tetapi, berbeda nyata dengan benih suren yang disimpan dengan wadah simpan kantong terigu (B2) memiliki rata-rata vigor 94,28%. Hal ini membuktikan wadah simpan aluminium foil dan besek dapat mempertahankan vigor benih suren.

Wadah simpan benih suren selain berpengaruh terhadap daya berkecambah dan vigor, juga berpengaruh sangat nyata terhadap keserempakan perkecambahan. Pengaruh wadah simpan terhadap keserempakan perkecambahan disajikan pada Gambar 13.

95.41a 94.28b 95.23a 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

1 2 3

Wadah Simpan Vi g o r ( % ) 90 91 92 93 94 95 96

B0 B1 B2

(53)
[image:53.612.169.475.79.250.2]

Gambar 13. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Wadah Simpan

terhadap Keserempakan Perkecambahan Benih Suren (T. sureni)

Gambar 13 merupakan hasil uji Duncan penyimpanan benih suren dengan wadah simpan besek (B0) yang memiliki rata-rata keserempakan perkecambahan 20,60% berbeda nyata dengan benih yang disimpan dengan wadah simpan aluminium foil (B1) dengan rata-rata keserempakan perkecambahan 22,60% maupun benih suren dengan wadah simpan kantong terigu (B2) yang memiliki rata-rata keserempakan perkecambahan 18,93%. Hal ini membuktikan bahwa penyimpanan benih suren dengan wadah simpan aluminium foil akan lebih baik daripada wadah simpan besek maupun kantong terigu.

Menurut Byrd (1983), penyimpanan benih dapat dilakukan pada kondisi wadah simpan kedap uap air atau resisten terhadap kelembaban dengan cara mengeringkan benih sampai kadar air yang rendah.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suripatty dan Maai (1994) di Puslitbang Bioteknologi LIPI Cibinong dari Juni sampai dengan Agustus 1993, wadah simpan aluminium foil mampu memperpanjang masa dormansi benih P. pinnata. Alumunium foil dapat menahan kelembaban ruang simpan sehingga kelembaban relatif cukup tinggi dan fluktuasi suhu dapat dikurangi. Kelembaban relatif yang tinggi menyebabkan pengeluaran kadar air benih relatif kecil, sehingga masa dormansi benih dapat diperpanjang.

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Djam’an (2000), wadah simpan berupa bak plastik terbuka dapat mempertahankan rata-rata daya berkecambah benih suren 56,60% dengan periode simpan sampai 5 bulan.

18.93c 22.00a 20.60b 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 2 3

Wadah Simpan Keserem p akan P e rkecam b a han ( % ) 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

B0 B B2

(54)

29

Hal ini dapat disebabkan oleh kadar air benih suren yang lebih tinggi yaitu, 15,79% daripada kadar air benih pada penelitian ini yaitu 11,38%.

4.2.3. Periode Simpan

[image:54.612.159.483.274.420.2]

Hasil pengamatan perkecambahan benih suren (T. sureni) terhadap parameter daya berkecambah, bahwa benih yang disimpan pada periode simpan 0 minggu (C0) memiliki rata-rata daya berkecambah tertinggi 79,72% dan berbeda nyata dengan penyimpanan benih suren dengan periode simpan 2 sampai 8 minggu. Pengaruh periode simpan terhadap daya berkecambah benih suren disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Periode Simpan terhadap Daya Berkecambah Benih Suren (T. sureni)

[image:54.612.161.479.524.666.2]

Gambar 15 menyajikan pengaruh perlakuan periode simpan terhadap vigor benih suren.

Gambar 15. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Periode Simpan terhadap Vigor Benih Suren (T. sureni)

21.33e 41.00d 64.33c 70.95b 79.72a 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

1 2 3 4 5

Periode Simpan (Minggu)

D aya B e rkecam b a h ( % ) 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85

C0 C1 C2 C3 C4

C0 : 0 Minggu C1 : 2 Minggu C2 : 4 Minggu C3 : 6 Minggu C4 : 8 Minggu

97.57a 97.25a 96.11b 92.61c 90.70d 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

1 2 3 4 5

Periode Simpan (M inggu)

V igor ( % ) 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

C0 C1 C2 C3 C4

(55)

Hasil uji Duncan Gambar 15 menggambarkan penyimpanan benih suren pada periode simpan 0 minggu (C0) memiliki rata-rata vigor 97,57% tidak berbeda nyata dengan benih yang disimpan pada periode simpan 2 minggu (C1) dengan rata-rata vigor 97,25%. Akan tetapi, berbeda nyata dengan penyimpanan benih suren dengan periode simpan 4 sampai 8 minggu. Vigor benih suren pada periode simpan 0 minggu memiliki rata-rata vigor tertinggi meskipun tidak berbeda nyata dengan penyimpanan 2 minggu, sehingga benih suren dengan periode simpan sampai 2 minggu dapat mempertahankan vigor benih suren lebih tinggi.

[image:55.612.163.480.291.427.2]

Pengaruh periode simpan terhadap keserempakan perkecambahan benih suren disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Periode Simpan terhadap Keserempakan Perkecambahan Benih Suren (T. sureni).

Gambar 16 menunjukkan bahwa benih suren yang disimpan dengan periode simpan 0 minggu (C0) memiliki rata-rata keserempakan perkecambahan 30,72% berbeda nyata dengan periode simpan 2 sampai 8 minggu. Dengan demikian, benih suren akan mencapai keserempakan perkecambahan tertinggi pada saat benih tidak dilakukan penyimpanan (0 minggu).

Gambar 17 menyajikan pengaruh perlakuan periode simpan terhadap batas 50% perkecambahan benih suren.

30.72a 28.00b 22.67c 13.34d 7.83e 0 5 10 15 20 25 30 35

1 2 3 4 5

Periode Simpan (Minggu)

K e se re m p ak an P e rk eca m b ah an (% ) 0 5 10 15 20 25 30 35

C0 C1 C2 C3 C4

(56)
[image:56.612.162.479.80.225.2]

31

Gambar 17. Histogram Hasil Uji Duncan Pengaruh Periode Simpan terhadap Batas 50% Perkecambahan Benih Suren (T. sureni).

Hasil uji Duncan Gambar 17 menunjukkan bahwa penyimpanan benih suren pada periode simpan 0 minggu (C0) mencapai rata-rata batas 50% perkecambahan 10,44 hari tidak berbeda nyata dengan periode simpan 2 minggu (C1). Akan tetapi, berbeda nyata dengan periode simpan 4 minggu (C2) dan 6 minggu (C3) yaitu, batas 50% perkecambahan dicapai pada hari ke-12 dan ke-13. Bahkan pada periode simpan 8 minggu (C4) batas 50% perkecambahan tidak tercapai sampai akhir pengamatan.

Faktor periode simpan benih suren selain berpengaruh terhadap daya berkecambah, vigor, keserempakan perkecambahan dan batas 50% perkecambahan juga berpengaruh sangat nyata terhadap batas 80% perkecambahan. Hasil pengamatan terhadap rata-rata batas 80% perkecambahan benih suren tercapai pada hari ke-13 sampai hari ke-14. Akan tetapi, batas 80% perkecambahan hanya tercapai pada perlakuan periode simpan 0 minggu (C0). Setelah benih suren disimpan 2 sampai 8 minggu, batas 80% perkecambahan tidak tercapai.

Hasil pengamatan perkecambahan benih suren terhadap parameter daya berkecambah, vigor, keserempakan perkecambahan, batas 50% perkecambahan dan batas 80% perkecambahan, bahwa benih suren yang disimpan dengan periode simpan lebih lama relatif memiliki nilai yang semakin menurun terhadap parameter tersebut. Hal ini terjadi karena penyimpanan benih mengakibatkan proses respirasi karbohidrat yang berlangsung terus di dalam benih sehingga sejumlah kalori telah dilepaskan. Akibatnya kekurangan energi untuk

10.44c 11.28bc 12.00b 13.00b 10 11 12 13 14

1 2 3 4

Periode Simpan (Minggu)

B a tas 50 % P e rkec am b a h a n (H a ri ) 10 11 12 13 14

C0 C1 C2 C3

(57)

menumbuhkan embrio. Di samping itu dapat juga dipengaruhi oleh lemak, protein dan air. Semakin lama benih disimpan maka

Gambar

Gambar 2. Pohon Suren (T. sureni)
Gambar 3. Bentuk dan bagian-bagian benih (sumber: Baker, 1997)
Gambar 4. Bagan Prosedur Pengujian Benih
Tabel 1. Daftar Toleransi Kadar Air Benih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam dunia pendidikan terutama di sekolah dasar dalam sebuah sistem yang saling berinteraksi secara fungsional yang memproses masukan siswa menjadi keluaran (kelulusan).Disini

kepatuhan diet diabetes melitus pada penderita diabetes melitus di Desa Gonilan ”, skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar S1 Keperawatan di

UU 1989 dan 2003 memang dilengkapi dengan ayat bahwa hal-hal yang belum jelas akan dirincikan dalam PP, namun PP terakhir tentang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang

Promosi sebagai salah satu komponen dari bauran pemasaran memiliki peranan penting dalam mengkomunikasikan suatu produk dan dapat menciptakan preferensi konsumen atau calon

and the author of De‐ coding the IT Value Problem (Wiley, 2013) puts it succinctly: “For quite a while, IT has been called ‘the office of no.’ Smart CIOs work hard at

(1) Mendeskripsikan perbedaan motivasi belajar PKn siswa kelas III pada materi Bangga sebagai bangsa Indonesia antara yang memperoleh pembelajaran dengan strategi

[r]

Aplikasi ini dapat dimanfaatkan oleh seseorang yang ingin mengirimkan suatu informasi rahasia kepada orang lain melalui SMS tanpa takut informasi dari pesan tersebut akan