DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Shylvia Dewi
Tempat/tanggal lahir : Pulo Pitu Marihat, 11 Desember 1994 JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Stella 1 No 85 Medan Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 098024 P.P. Marihat 1999-2005 2. SMP Dharma Pancasila Medan 2005-2008 3. SMA Kemala Bhayangkari I Medan 2008-2011 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2011- sekarang Riwayat Organisasi :
1. HMI Komisariat FK USU 2. PHBI FK USU
Riwayat Pelatihan :
Lembar Penjelasan Penelitian
“Identifikasi Mikroorganisme pada Kuku Anak SDN 060922 Jl. Kemuning Kel. Tj. Rejo Kec. Sunggal Tahun 2014”
Saya, Shylvia Dewi, mahasiswi stambuk 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Identifikasi Mikroorganisme pada Kuku Anak SDN 060922 Jl. Kemuning Kel. Tj. Rejo Kec. Sunggal Tahun 2014”.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada kuku anak SDN 060922 Medan Tahun 2014. Sedangkan manfaatnya adalah untuk memberikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan kuku dan memotongnya secara rutin jika sudah panjang.
Partisipasi Saudara/i disini telah dipilih dengan cara acak. Pada penelitian ini identitas Saudara/i akan dirahasiakan. Kerahasiaan data Saudara/i akan dijamin sepenuhnya. Walaupun hasil penelitian ini nantinya dipublikasikan, tetapi kerahasiaan data dan identitas Saudara/i akan dijaga. Apabila Saudara/i bersedia mengikuti penelitian ini, maka akan dilakukan pemotongan kuku pada salah satu jari tangan kanan Saudara/i.
Apabila Saudara/i bersedia ikut dalam penelitian ini, maka saya akan memohon kesediaannya untuk dapat menandatangani surat persetujuan menjadi peserta penelitian:
“IDENTIFIKASI MIKROORGANISME pada KUKU ANAK SDN 060922 JL. KEMUNING KEL. TJ. REJO KEC. SUNGGAL TAHUN 2014”
Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada Saudara/i, silahkan menghubungi saya Shylvia Dewi (HP: 083197364467). Demikianlah informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara/i sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Surat Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan Mengikuti Penelitian (Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Usia :
Alamat :
Kelas :
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta saya memahami sepenuhnya tentang penelitian,
Judul Penelitian : “Identifikasi Mikroorganisme pada Kuku Anak SDN 060922 Jl. Kemuning Kel. Tj. Rejo Kec. Sunggal Tahun 2014”
Nama Peneliti Utama : Shylvia Dewi
Jenis Penelitian : Deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan uji laboratorium
Jangka Waktu Penelitian : September – Oktober 2014 Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran USU
Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut karena terpilih secara acak sebagai subjek penelitian.
Mengetahui, Medan, ...2014 Penanggung Jawab Penelitian: Yang Menyetujui
dr. Sri Amelia, M.Kes. ( ……….. ) Nama dan Tanda Tangan Saksi:
Hasil Pewarnaan Gram
Kode Media Hasil Identifikasi
Agar Darah Mc Conkey S1. Batang gram (-) Batang gram (-)
S2. Coccus gram (+) - Staphylococcus epidermidis S3. Batang gram (-) Batang gram (-)
S4. Batang gram (-) Batang gram (-) S5. Batang gram (-) Batang gram (-)
S6. Batang gram (-) Coccus gram (+) Staphylococcus epidermidis S7. Coccus gram (+) - Staphylococcus epidermidis S8. Batang gram (-) Batang gram (-)
S9. Batang gram (-) Batang gram (-)
S10. Batang gram (-) Coccus gram (+) Staphylococcus epidermidis S11. Batang gram (-) Batang gram (-)
S12. Batang gram (-) Batang gram (-)
S13. Batang gram (-) Coccus gram (+) Staphylococcus epidermidis S14. Coccus gram (+) Batang gram (-) Staphylococcus epidermidis S15. - Batang gram (-)
S16. - Coccus gram (+) Staphylococcus aureus S17. Batang gram (-) Batang gram (-)
S18. Batang gram (-) Batang gram (-)
S19. - Coccus gram (+) Staphylococcus epidermidis S20. Batang gram (-) Coccus gram (+) Staphylococcus epidermidis S21. Batang gram (-) Coccus gram (+) Staphylococcus epidermidis S22. Batang gram (-) Batang gram (-)
S26. Batang gram (-) Batang gram (-)
S27. Batang gram (-) Coccus gram (+) Staphylococcus epidermidis S28. Batang gram (-) Batang gram (-)
Hasil Uji Biokimia
Ko de
Uji Uji TSI Fermentasi Hasil Identifikasi
Indol Methyl Red Voges-Proskauer Simmon’s Citrat Urease Motilita
s
Slant/Butt Gas H2
S
Glukosa Laktosa Maltosa Manitol Sukrosa
S1 - + - + + + al/a + + + - - - - Proteus vulgaris
S3 - + - + + + al/a + + + - - - - Proteus vulgaris
S4 + - + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella oxytoca
S5 - + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S6 + + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia S8 - + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia S9 - + + + + + a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia S
10
+ - + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 11
+ - + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 12
S 13
- + - + + + a/a + - + + + + + Klebsiella oxytoca
S 14
+ - + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 15
+ - + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 17
- + + + + + al/a + - + - - - + Proteus mirabilis
S 18
- - - + - + al/a l
- - + - - - - Pseudomonas sp.
S 20
- + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 21
+ - + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 22
- + + + + + al/a + - + - - - - Proteus mirabilis
S 23
+ + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 24
S 25
- + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 26
- + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 27
- + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 28
- + + + + - a/a + - + + + + + Klebsiella pneumonia
S 29
- + + + + + al/a + + + - - - + Proteus vulgaris
S 30
Gambar 1 Agar Darah Gambar 2 Mc Conkey
Gambar 3 Pseudomonas sp. Gambar 4 Media BHI
Gambar 6 Indol, Methyl Red, VP, SC, Urease, dan Motilitas
Gambar 7 Uji TSI
DAFTAR PUSTAKA
Association for European & Infection Control in Dentistry, 2010. Hand Hygiene and Personal Protection. p.1.
Baran, R., Dawber, R. PR., Haneke, E., Tosti, A. and Bristow, I., 2003. A Text Atlas of Nail Disorders. 3rd ed. USA: Taylor & Francis.
Baron S., 1996. Medical Microbiology. 4th ed. Galveston: University of Texas Medical Branch at Galveston. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7617/?report=printable. [Accesed 12 April 2014].
Brooks, G.F., Butel, J.S. and Morse, S.A., 2005. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. 22nd ed. Jakarta: Salemba Medika.
Chuku, A. and Nwantiki, O.O., 2013. Association of Bacteria with fungal Infection of Skin and Soft Tissue Lesions in Plateau State, Nigeria. British Microbiology Research Journal, 3(4), p.473.
Dagnew, M., Tiruneh, M., Moges, F. & Gizachew, M., 2013. Bacterial Profile and Antimicrobial Susceptibility Pattern among Food Handlers at Gondar University Cafeteria, Northwest Ethiopia. 1(2), p.1.
Dzen, S.M., Roekistiningsih, Santoso, S. and Winarsih, S., 2003. Bakteriologi Medik. 1st ed. Malang: Bayumedia Publishing.
Fagernes, M., Lingaas, E., 2010. Factors Interfering with The Microflora on Hands: A Regression Analysis of Samples from 465 Healthcare Workers. Journal of Advanced Nursing, 67(2), p.297.
Food Doctors., 2008. Food Doctors, Your Partners in Microbe Control. p.2. Ghaidaa, M., Yanchang, W. & Abdallah, H., 2013. The Effect of
p-nitrophenylglycerol on Swarming and The Production of some Virulence Factors in Proteus vulgaris. 6(9), p.8.
Griffis, C., Ford, G. M., Gold, E. M., Karlet, M. C. and Mani, M., 2013. Infection Control Guide for Certified Registered. American Assiciation of Nurse Anesthetists, p.6.
Harahap, L.S., 2010. Gambaran Gejala Gangguan Kulit pada Nelayan di Lingkungan 30 Gudang Arang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan Tahun 2010. Available from:
Igbinosa, Isoken H., Nwodo, Uchechukwu U., Sosa, Anibal., Tom, Mvuyo., and Okoh, Anthony I., 2012. Commensal Pseudomonas Species Isolated from Wastewater and Freshwater Milieus in the Eastern Cape Province, South Africa, as Reservoir of Antibiotic Resistant Determinants. 9, p.2538. Junqueira, L.C. and Carneiro, J., 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. 10th ed.
Jakarta: EGC.
Kosuge, D.D., Teare, L. and MacDowell, A., 2010. Corynebacterium Septic Arthritis of The Knee Presenting as a Ruptured Septic Popliteal Cyst. 36, p.598.
Mufida, D.C. & Suswati, E., 2007. Protein Hemaglutinin 35,2 kda Pili Proteus mirabilis P355 sebagai Adhesin pada Epitel Vesika Urinaria Kelinci. Jurnal Ilmu Dasar, 8, p.68.
Prahatamaputra, A., 2009. Karakteristik Jamur Candida albicans Berbasis Fermentasi Karbohidrat Pada Air Bak WC Sekolah Menengah di Kelurahan Alalak Utara. Wahana Bio, (2), p.2.
Public Health England., 2014. Identification of Streptococcus Species, Enterococcus Species, and Morphologically Similar Organism. p.8.
Puspanadan, S. et al., 2012. Detection of Klebsiella pneumonia in raw vegetables using Most Probable Number-Polymerase Chain Reaction (MPN-PCR). 19(4), p.1757.
Rao, S. et al., 2011. Study of Nail Changes and Nail Disorders in The Elderly. Indian Journal of Dermatology, 56(5), p.604.
Riyanto, A., 2012. Efektifitas Tisu Basah Antiseptik Sebagai Alternatif Cuci Tangan Biasa Dalam Menurunkan Jumlah Bakteri Telapak Tangan. p.11.
Sastroasmoro, S. and Ismael, S., 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Jakarta: Sagung Seto.
Sikarwar, A.S. & Batra, H.V., 2011. Identification of Klebsiella Pneumoniae by Capsular Polysaccharide Polyclonal Antibodies. 2, p.130.
Simatupang, M. M., 2009. Candida albicans. Available from:
http://repository.usu.ac.id./handle/123456789/1935. [Accesed 02 March 2014].
Sinaga, J., 2011. Hygiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli Pada Sop Buah yang Dijual di Pasar Kabanjahe Karo Tahun 2011. Available from:
Syahrurachman, A. et al., 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.
Syaifuddin, 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. 2nd ed. Jakarta: Salemba Medika.
The Center for Food Security & Public Health and Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2014. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. p.1.
Thoyib, H., Setyaningsih, R. and Suranto., 2007. Seleksi dan Identifikasi Bakteri Alkafilik Penghasil Xilanase dari Tanah Bukit Krakitan, Bayat, Klaten. 4(1), pp.10-11.
Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2014. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Basic Biomedical Science. Medan: USU Press.
Tresna, P. P., 2010. Modul 4 Tata Rias Merawat Tangan, Kaki, dan Rias Kuku. pp.7-8.
W, R., 2011. Pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun. Gemari: 53.
Wegener, E.E. and Johnson, W. R., 2010. Identification of Common Nail and Skin Disorders. p.188.
Yandepitte, J., Yerhaegen, J,. Engbaek, K., Rohne, P., Piot, T. and Heuck, C. C., 2005. Prosedur Laboratorium Dasar untuk Bakteriologi Klinis. 2nd ed. Jakarta: EGC.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Kerangka konsep
3.2. Definisi Operasional
1. Kuku adalah lempeng tanduk yang bertugas melindungi ujung-ujung jari
tangan dan kaki (Tresna, 2010). Kuku yang dipilih untuk penelitian ini
adalah kuku anak SDN 060922 Jl. Kemuning Kel. Tj. Rejo Kec. Medan
Sunggal.
2. Identifikasi mikroorganisme adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
adanya bakteri pada sampel. Uji dapat dilakukan dengan kultur,
pewarnaan gram dan reaksi biokimia.
a. Kultur
- Hasil positif jika terdapat pertumbuhan bakteri pada media kultur dan
uji reaksi biokimia menunjukkan identifikasi dari bakteri-bakteri
yang terdapat pada kuku.
Staphylococcus epidermidis: koloni berwarna abu-abu sampai putih.
Staphylococcus aureus: koloni berwarna abu-abu hingga kuning emas.
Micrococcus sp.: koloni berwarna kuning atau merah. Diphteroid sp.: koloni berwarna keabu-abuan sampai hitam. Streptococcus sp.: koloni berwarna bening sampai opaque.
Kuku Identifikasi
- Hasil negatif jika tidak ada pertumbuhan bakteri pada media kultur dan
uji reaksi biokimia tidak menunjukkan identifikasi dari bakteri.
b. Pewarnaan gram adalah metode untuk membedakan spesies bakteri
gram positif dan gram negatif. Dikatakan bakteri gram positif apabila
bakteri mampu menahan zat warna ungu terhadap zat peluntur sehingga
bakteri berwarna ungu. Sedangkan dikatakan bakteri gram negatif apabila
bakteri melepaskan zat warna ungu lalu mengambil warna counter stain
sehingga bakteri berwarna merah.
c. Reaksi Biokimia untuk melihat karakteristik bakteri.
Tabel 3.1. Reaksi Biokimia
Uji Fermentasi Gula-Gula +
-
Terjadi perubahan warna media menjadi
warna kuning.
Tidak terjadi perubahan warna media.
Uji Indol +
-
Terbentuk cincin merah pada permukaan
biakan.
Tidak ada pembentukan cincin merah
pada permukaan biakan.
Uji Methyl Red +
-
Adanya perubahan warna merah.
Tidak ada perubahan warna menjadi
warna merah.
Uji Voges-Proskauer +
-
Adanya perubahan warna menjadi warna
merah bata.
Tidak ada perubahan warna menjadi
warna merah bata.
Uji Citrat +
-
Bila terjadi perubahan warna medium
dari hijau menjadi warna biru tua.
Bila tidak terjadi perubahan warna
tua.
Uji Urease +
-
Bila terjadi perubahan warna kuning
menjadi warna merah muda.
Bila tidak terjadi perubahan warna
kuning menjadi merah muda.
Uji Motilitas +
-
Bila terlihat adanya penyebaran
pertumbuhan bakteri ke sekitar daerah
tusukan sehingga bekas tusukan tidak
jelas.
Bila pertumbuhan bakteri terbatas pada
tempat tusukan dan bekas tusukan masih
terlihat jelas. Uji TSI Gas H2S + - + -
Naiknya Kristal pada permukaan uji
glukosa.
Kristal tetap berada pada dasar uji
glukosa.
Adanya warna hitam (black butt) pada
dasar tabung.
Tidak terlihat warna hitam (black butt)
pada dasar tabung.
3. Skala pengukuran : Nominal
4. Cara pengukuran : Identifikasi bakteri
5. Alat ukur : Hasil uji biokimia dan hasil kultur pada media
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dan dianalisis dengan
menggunakan uji laboratorium untuk mengetahui mikroorganisme apa saja yang
terdapat di kuku tangan.
4.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober
2014 dengan mengambil sampel dari kuku tangan anak SDN 060922 Jl.
Kemuning Kel. Tj. Rejo Kec. Medan Sunggal.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i SDN 060922 Jl.
Kemuning Kel. Tj. Rejo Kec. Medan Sunggal.
4.3.2. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari siswa/i SDN O60922
Medan, dengan perhitungan yang sudah ada. Perkiraan besar sampel pada
penelitian ini diambil berdasarkan perhitungan dengan rumus menurut
Keterangan :
n : Besarnya sampel
Zα : Nilai standar deviasi normal sesuai dengan α yang ditetapkan
P : Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari. Apabila proporsi
sebelumnya tidak diketahui maka dipergunakan
P : 0,50
Q : 1,0-P
d : Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki
n : besar sampel yang diinginkan
Zα : 1,96
P : 0,50
Q : 1,0 - 0,50= 0,50
d : 0,010
= 97
Tetapi agar tidak menghabiskan waktu terlalu lama, peneliti menggunakan
minimal sampling dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 30.
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Metode
Peneliti mendatangi sekolah SDN 060922 Medan dan
mengambil/memotong sampel kuku siswa/i sekolah tersebut. Setelah itu seluruh
sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara untuk diperiksa, bakteri-bakteri apa saja yang terdapat pada kuku
4.4.2. Cara Pengambilan Sampel
a. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling.
b. Sampel yang diuji adalah kuku sebanyak 30.
c. Persiapkan alat seperti tabung reaksi yang berisi media BHI, sarung
tangan, penjepit/pemotong kuku.
d. Memotong kuku satu per satu dan memasukkannya pada media BHI lalu
diberi kode.
e. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk diteliti.
4.4.3. Alat dan Bahan 4.4.3.1. Alat
Spidol
Object glass
Mikroskop
Cawan petri
Inkubator
Sengkelit/ose
Lab culture
Tabung reaksi
Bunsen
Kapas
Rak tabung
4.4.3.2. Bahan
Agar
- Agar darah - TSIA agar
- Mc conkey - Motility test medium
- Eosin-Methylen Blue (EMB) - Citrat media
Pewarnaan gram
- Zat ungu Kristal ataupun gentian violet
- Lugol
- Alkohol 96%
- Safranin
Aquadest
Reagensia covac
Reagensia methyl red
Naphtol 5%
KOH 40%
BHI (Brain Heart Infusion)
4.4.4. Cara Pemeriksaan Laboratorium
a. Penanaman Sampel pada Media Agar Darah dan Mc Conkey
Keluarkan sampel (kuku yang telah dimasukkan ke dalam BHI) dari
dalam inkubator.
Panaskan ose sampai pijar, dinginkan sebentar.
Ambil sampel (kuku yang telah dimasukkan ke dalam BHI) lalu
tanam ke lempeng agar dan mc conkey degan cara digores.
Inkubasi dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 18-24 jam.
b. Pewarnaan Gram
Bersihkan gelas objek sehingga bersih dari lemak dan debu. Letakkan 1 tetes aquadest di gelas objek.
Ambil 1 ose biakan agar darah dan mc conkey lalu ratakan. Setelah itu fiksasi di atas nyala api.
Tuangkan gentian violet dan tunggu selama 5 menit.
Cuci sediaan dengan air mengalir/air kran.
Kemudian genangi sediaan dengan lugol selama 1 menit.
Cuci kembali sediaan dengan air mengalir/air kran.
Genangi lagi dengan alkohol 96% selama 30 detik.
Genangi safranin selama 1-2 menit.
Cuci kembali sediaan dengan air mengalir/air kran, lalu keringkan di udara.
Setelah kering lihat di bawah mikroskop. c. Penanaman Bakteri pada MSA dan EMB
Setelah dilakukan pewarnaan gram dan dilihat di bawah mikroskop,
maka diketahuilah bakteri tersebut gram positif atau gram negatif.
Sehingga bakteri yang ditanam pada MSA dan EMB adalah bakteri
batang gram positif dan batang gram negatif. Panaskan ose sampai pijar, lalu dinginkan.
Ambil bakteri dari biakan agar darah atau mc conkey.
Inkubasikan dalam inkubator selama 18-24 jam.
d. Uji Indol
Panaskan ose sampai pijar, lalu dinginkan.
Ambil satu ose biakan dari satu koloni terpisah pada EMB atau MSA.
Lalu masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi medium cair yang
kaya akan triptofan dan dikocok sampai bakteri terlepas dari ose.
Inkubasi pada inkubator dengan suhu 37° selama 24 jam.
Setelah diinkubasi, tetesi dengan 3 tetes regensia covac, apabila hasil positif maka akan terbentuk cincin warna merah pada permukaan
biakan.
e. Uji Methyl Red
Sterilkan ose dengan memanaskannya sampai pijar, lalu dinginkan.
Ambil satu ose biakan bakteri dari satu koloni terpisah pada EMB
atau MSA.
Lalu masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi medium MR/VP.
Kocok sampai bakteri terlepas dari ose.
Inkubasi pada inkubator selama 24 jam dengan suhu 37°C.
Setelah diinkubasi, tetesi dengan reagensia methyl red sebanyak 5
f. Uji Voges-Proskauer
Panaskan ose sampai pijar, lalu dinginkan.
Ambil satu ose biakan bakteri dari satu koloni terpisah pada EMB
atau MSA.
Lalu masukkan ke dalam tabung yang berisi medium MR/VP. Kocok
sampai bakteri terlepas dari ose.
Inkubasi pada inkubator selama 24 jam dengan suhu 37°C.
Setelah diinkubasi, teteskan 3 tetes naphtol 5% dan 1 tetes KOH 40%. Tunggu selama 15 menit.
Hasil dikatakan positif apabila terjadi perubahan warna menjadi warna merah bata.
g. Uji Citrat
Panaskan ose sampai pijar, lalu dinginkan.
Ambil satu ose bakteri dari koloni terpisah pada EMB atau MSA. Tanamlah bakteri pada tabung reaksi yang berisi agar miring
simmon’s citrate. Caranya digoreskan satu garis di atas agar miring. Inkubasi pada inkubator selama 24 jam dengan suhu 37°C.
Setelah diinkubasi, bacalah hasilnya. Hasil dikatakan positif apabila ada perubahan warna agar dari hijau menjadi biru tua.
h. Uji Urease
Panaskan ose sampai pijar, lalu dinginkan.
Ambil satu ose bakteri dari koloni terpisah pada EMB atau MSA. Tanamlah bakteri pada tabung reaksi yang berisi medium urease
dengan cara digoreskan secara zig-zag pada bagian yang miring. Inkubasikan pada inkubator selama 24 jam dengan suhu 37°C.
Setelah diinkubasi, bacalah hasilnya. Hasil dikatakan positif apabila ada perubahan warna pada medium menjadi warna merah muda.
i. Uji Motilitas
Panaskan ose sampai pijar, lalu dinginkan.
Tanamlah bakteri pada medium semisolid dengan cara ditusukkan tegak lurus.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.
Setelah diinkubasi, baca hasilnya. Dikatakan positif apabila ada
penyebaran pertumbuhan bakteri dan bekas tusukan tidak jelas.
j. Uji TSI
Panaskan ose sampai pijar, lalu dinginkan.
Ambil satu ose bakteri dari koloni terpisah pada EMB atau MSA.
Tanamlah bakteri pada tabung reaksi yang berisi agar miring TSI
dengan cara ditusukkan sampai dasar kemudian digoreskan secara
zig-zag pada bagian yang miringnya.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.
Setelah diinkubasi, baca hasilnya. k. Uji Fermentasi Gula-Gula
Sterilkan ose di atas bunsen sampai pijar, lalu dinginkan.
Ambil satu ose biakan dari koloni terpisah pada MSA atau EMB.
Lalu masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi glukosa, kocok
sampai bakteri terlepas dari ose.
Panaskan kembali ose sampai pijar.
Ambil satu ose biakan dari satu koloni terpisah pada MSA atau EMB.
Lalu masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi laktosa, kocok
sampai bakteri terlepas dari ose.
Setelah itu lakukan hal yang sama seperti memanaskan ose,
mengambil biakan dari koloni terpisah lalu masukkan ke dalam
tabung yang berisi maltosa, manitol, dan sukrosa.
Lalu inkubasikan pada inkubator selama 18-24 jam dengan suhu
Table 4.1. Identifikasi bakteri menggunakan uji biokimia
Famili Enterobacte riaceae
Uji Uji TSI Fermentasi
Indol Methyl Red Voges-proskauer Simmon’s c
itrat
urease Motilita
s
Slant/Butt Gas H2
S
Glukosa Laktosa Maltosa Manitol Sukrosa Enterobacter spp. - - + + - + a/ a + - + + + + + Klebsiella spp. +/- - + + +/- - a/ a + - + + + + +
Proteus spp. +/- + - + + +
al /a + + + - - - +/- Escherichia coli + + - - - + al /a + - + + + + + Salmonella spp. - + - +/- - + al /a +/- +/- + - + + -
Shigella spp. -/+ + - - - -
al
/a
- - + - - +/- -
Sumber: Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2014. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Basic Biomedical Science. Medan: USU Press.
Keterangan:
A : Acid (asam) + : positif
Al : Alkali (basa) - : negatif
+/- : positif atau negatif
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah diuji di laboratorium dan mendapatkan hasil, maka hasilnya akan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sumatera
Utara dengan sampel yang berasal dari kuku siswa/i SDN 060922 Medan. SDN
069922 Medan berada di jalan Kemuning, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan
Sunggal. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober
2014.
5.2. Deskripsi Karakteristik Subjek
Subjek penelitian ini adalah kuku siswa/i SDN 060922. Jumlah sampel
yang akan diperiksa adalah 30 potong kuku dari 30 siswa/i. Setelah dipotong,
kuku tersebut dimasukkan terlebih dahulu pada BHI (Brain Heart Infusion) yang
merupakan media untuk sensitive test. Setelah itu, sampel yang sudah dimasukkan
ke dalam BHI diinkubasi selama 18-24 jam dalam inkubator. Lalu cairan BHI
yang berisi kuku tersebut ditanam di dalam media agar, dilakukan pewarnaan
gram, dan uji biokimia. Setelah itu dilakukan identifikasi jenis bakteri.
5.3. Identifikasi Bakteri
Berdasarkan uji bakteriologis yang dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Sumatera Utara, ditemukan beberapa jenis bakteri. Dari
30 sampel kuku yang ditanam pada medium agar darah dan Mc Conkey serta
dilakukan pewarnaan gram, ditemukan 37 koloni yang dapat dilihat pada tabel
[image:31.595.104.493.642.725.2]5.1.
Tabel 5.1. Hasil pewarnaan gram
Bakteri Jumlah sampel Jumlah koloni
Batang gram (-) 19 19
Coccus gram (+) 4 4
Coccus gram (+) dan batang gram (-) 7 14
Tabel 5.1. menunjukkan hasil pewarnaan gram yang dilihat di bawah
mikroskop. Didapatkan hasil batang gram positif jika pada preparat terlihat
bakteri berwarna ungu dengan bentuk batang. Didapatkan hasil batang gram
negatif jika pada preparat terlihat bakteri berwarna merah dengan bentuknya
batang. Sedangkan jika hasilnya coccus gram positif, jika pada preparat dijumpai
bakteri berwarna ungu dan berbentuk bulat.
Dari 30 sampel yang ditanam, hasil yang didapatkan adalah 37 koloni
(100%) yang tumbuh, yaitu bakteri batang gram negatif 26 koloni (70,27%), dan
coccus gram positif 11 koloni (29,73%). Dimana bakteri coccus gram positif yang
ditemukan adalah Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, untuk
lebih jelasnya dapat dlihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Bakteri coccus gram positif
Coccus Gram (+) Jumlah koloni
Staphylococcus epidermidis 10
Staphylococcus aureus 1
Jumlah 11
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 37 koloni (100%) yang tumbuh,
didapatkan 11 koloni (29,73%) coccus gram positif. Bakteri coccus gram positif
yang dijumpai adalah Staphylococcus epidermidis sebanyak 10 koloni (27,03%)
dan Staphylococcus aureus hanya 1 koloni (2,7%).
Identifikasi bakteri batang gram negatif dilakukan penanaman kembali di
media MSA (Mannitol Salt Agar) dan EMB (Eosin Methylen Blue) untuk
mendapatkan hasil koloni murni. Setelah ditanam pada media MSA dan EMB,
maka dilakukan uji biokimia untuk menentukan jenis dari bakteri batang gram
negatif yang berjumlah 26 koloni. Berdasarkan uji biokimia, diperoleh hasil
Tabel 5.3. Hasil uji biokimia
Bakteri Jumlah Koloni
Proteus vulgaris 4
Proteus mirabilis 2
Pseudomonas sp. 1
Klebsiella oxytoca 3
Klebsiella pneumonia 16
26
Dari hasil uji biokimia pada 26 koloni (70,27%) bakteri batang gram
negatif ditemukan Proteus vulgaris sebanyak 4 koloni (10,81%), Proteus
mirabilis 2 koloni (5,4%), Pseudomonas sp. 1 koloni (2,7%), Klebsiella oxytoca 3 koloni (8,12%), dan Klebsiella pneumonia 16 koloni (43,24%).
Dari hasil penelitian ini didapatkan bakteri yang paling banyak ditemukan
adalah Klebsiella pneumonia (43,24%) dan bakteri yang paling sedikit ditemukan
adalah Pseudomonas sp. (2,7%) dan Staphylococcus aureus (2,7%).
5.4. Pembahasan
Dari hasil penelitian ini didapatkan bakteri-bakteri yang tinggal pada kuku
sebagian besar merupakan flora normal pada kuku, tetapi ada satu bakteri yang
bukan flora normal pada kuku yaitu Pseudomonas sp.. Pseudomonas sp. ini
merupakan famili dari Pseudomonaceae, merupakan bakteri batang gram negatif
yang motil dan dapat hidup pada rentang suhu yang ekstrim yaitu 4°C sampai
43°C (Igbinosa, Nwodo, Sosa, Tom, dan Okoh, 2012).
Kemungkinan ditemukannya Pseudomonas sp. pada kuku karena
kemampuannya dapat beradaptasi pada berbagai macam lingkungan. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Igbinosa, Nwodo, Sosa, Tom, dan Okoh
(2012) menemukan bahwa Pseudomonas sp. dapat hidup pada air tawar, dimana
spesies dari Pseudomonas sp. tersebut yaitu: P. putida (71,42%), P. fluorescens
mengandung Pseudomonas sp. oleh responden, sehingga bakteri ini bisa terdapat di kuku responden.
Menurut Association for European Safety & Infection Control in Destistry
(2010) mengatakan bahwa mikroorganisme yang terjadi di kulit dan kuku tangan
merupakan flora normal atau flora tetap kulit. Bakteri tersebut adalah
Staphylococcus epidermidis, Stphylococcus aureus, Micrococcus luteus, Diphteroids, Streptococcus sp., dan bakteri gram negatif (Baron S, 1996). Pada penelitian ini didapatkan bakteri gram negatif yang paling banyak dijumpai adalah
Klebsiella pneumonia (43,24%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dagnew, Tiruneh, Moges, dan Gizachew (2013) yang mendapatkan bakteri
Klebsiella sp. (1,67%) dari isolasi bantalan kuku jari. Walaupun pada penelitian tersebut bukan merupakan bakteri yang terbanyak tapi membuktikan bahwa
Klebsiella sp. merupakan flora normal yang ada di kuku.
Klebsiella pneumonia merupakan flora normal kulit, mulut, dan usus. Famili Enterobacteriaceae dan genus Klebsiella. Bakteri ini merupakan bakteri
anaerobik fakultatif, berbentuk batang gram negatif, non motil, dan dapat
memfermentasi laktosa (Puspnadan et al., 2012). Pada keadaan lain, Klebsiella sp.
merupakan bakteri patogen oportunistik yang dapat menyebabkan infeksi saluran
nafas, mukosa hidung, faring, dan pneumonia (Sikarwar dan Batra, 2011). Selain
Klebsiella pneumonia, bakteri batang gram negatif lain yang ditemukan adalah Klebsiella oxytoca (8,12%). Klebsiella pneumonia dan Klebsiella oxytoca dapat menyebabkan infeksi di rumah sakit atau yang biasa dikenal infeksi nosokomial
(Brooks, Butel, dan Morse 2005).
Selanjutnya, bakteri Proteus sp. merupakan bakteri batang gram negatif
dari famili Enterobacteriaceae. Pada penelitian ini jenis bakteri Proteus sp. yang
dijumpai adalah Proteus vulgaris (10,81%) dan Proteus mirabilis (5,4%).
Menurut Ghaidaa, Yanchang, dan Abdallah (2013) Proteus sp. merupakan
penyebab infeksi salurah kemih. Proteus vulgaris merupakan bakteri batang gram
negatif kemoheterotrof, yang memiliki flagela agar bisa bergerak aktif (motil).
Bakteri ini tinggal di tanah, daging mentah, air yang kotor, dan debu. Sama halnya
hidup di tanah dan air, dan bakteri ini merupakan flora normal pada saluran
pencernaan manusia. Proteus vulgaris dan Proteus mirabilis dijumpai pada
penelitian ini kemungkinan besar karena adanya kontak responden dengan tanah,
air, dan debu yang terpapar setiap hari.
Bakteri coccus gram positif juga ditemukan pada penelitian ini. Bakteri
coccus gram positif yang ditemukan adalah Staphylococcus epidermidis (27,03%)
dan Staphylococcus aureus (2,7%). Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang lebih banyak dijumpai daripada Staphylococcus aureus. Sesuai
dengan Baron S (1996) menyatakan bahwa Staphylococcus epidermidis
merupakan penduduk paling banyak di kulit dan pada beberapa tempat dapat
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa
mikroorganisme yang ditemukan pada kuku anak SDN 060922 Medan adalah
Klebsiella pneumonia 43,24%, Staphylococcus epidermidis 27,03%, Proteus vulgaris 10,81%, Klebsiella oxytoca 8,12%, Proteus mirabilis 5,4%, Staphylococcus aureus 2,7%, dan Pseudomonas sp. 2,7%.
6.2. Saran
Saran yang ingin disampaikan peneliti sehubungan dengan penelitian ini
adalah:
1. Menjaga kebersihan kuku agar flora normal kuku tidak berubah menjadi
patogen yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Membiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan.
3. Bagi para guru SDN 060922 Medan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa/i tentang pentingnya menjaga kebersihan kuku dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Kuku
Kuku sebagai tambahan dari kulit, merupakan lempeng tanduk yang
bertugas melindungi ujung-ujung jari tangan dan kaki (Tresna, 2010). Selain itu, sepanjang evolusi manusia, kuku berfungsi untuk menggaruk dan pertahanan,
serta untuk fungsi tangan optimal. Tanpa kuku, sensitifitas jari dapat berkurang
sebanyak 50%, dan kemampuan memegang sulit, karena tidak ada tekanan kuku
terhadap jari (Wegener dan Johnson, 2010).
Struktur kuku yang terdapat dalam Syaifuddin (2009) dasar kuku
mengandung lapisan-lapisan epidermis dan dermis, di bawahnya mempunyai
rabung memanjang. Di sini terdapat kelenjar keringat dan folikel. Sel-selnya
banyak mengandung fibril sitoplasma yang hilang pada tahap akhir setelah sel
menjadi homogen (berstruktur sama) lalu menjadi zat tanduk, dan menyatu
dengan lempeng kuku. Pada lapisan dalam matriks kuku mengandung melanosit
sehingga lempeng kuku mungkin berpigmen pada ras hitam. Lempeng kuku
terdiri atas sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas, badan kuku
berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler
darah di dalam dasar kuku. Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke
permukaan lempeng kuku sebagai epikondrium atau kutikula.
Di dalam Junqueira dan Carneiro (2007) juga disebutkan bahwa lempeng
kuku yang hampir transparan dan epitel tipis dari dasar kuku merupakan “jendela
petunjuk” yang berguna untuk mengetahui jumlah oksigen dalam darah dengan
melihat warna darah dalam pembuluh dermis.
Menurut Rao et al. (2011) perubahan kuku juga dapat terjadi secara umum
biasanya pada orang tua, yaitu termasuk warna, kontur, pertumbuhan, permukaan,
ketebalan, dan histologi. Pada saat terjadi penuaan kuku, yang meningkat adalah
Menurut Baran, Dawber, Haneke, Toste, dan Bristow (2003) anatomi
mikroskopis kuku adalah sebagai berikut:
1. Lipatan Kuku (Nail Fold)
Lipatan kuku proksimal mirip dengan struktur kulit tetapi biasanya tidak
memiliki kelenjar sebasea. Dari area distal sampai proksimal lipatan
kuku, kutikula menggambarkan atau mencerminkan permukaan lempeng
kuku. kutikula terdiri dari modifikasi stratum korneum dan berfungsi
untuk melindungi struktur di dasar kuku, khususnya matriks
germinativum dari lingkungan tidak baik seperti iritasi, alergi, serta
bakteri dan jamur patogen.
2. Matriks Kuku (Nail Matrix)
Proksimal (dorsal) dan distal (intermediet) matriks kuku menghasilkan
bagian yang penting bagi kuku. seperti halnya epidermis kulit, matriks
memiliki lapisan pemisah basal yang menghasilkan keratinosit.
Keratinosit inilah yang mengeras lalu mati, serta memberikan kontribusi
pada lempeng kuku. Matriks kuku juga mengandung melanosit yang
menyebabkan pigmentasi pada keratinosit. Dalam keadaan normal,
pigmen tidak terlihat pada orang berkulit putih. Tetapi pada kebanyakan
orang yang berkulit hitam menunjukkan melanogenesis yang tidak
sempurna.
3. Palung Kuku (Nail Bed)
Palung kuku terdiri dari epidermis dan bagian dermis yang mendasari
penutupan periosteum falang distal. Terdapat pembuluh darah, limfatik,
dan sel-sel lemak.
4. Lempeng atau Badan Kuku (Nail Plate)
Terdiri dari 3 lapisan horizontal, yaitu: lamina dorsal tipis, lamina
intermediet tebal, dan lapisan ventral dari palung kuku. Dilihat dari
mikroskopisnya, terdiri dari sel-sel skuamus yang mati, pada orang tua
biasanya tampak massa acidophilic yang disebut tubuh pertinaks.
Lempeng kuku kaya kalsium, ditemukan sebagai fosfat dalam kristal
tembaga, mangan, seng, dan besi. Konsentrasi kalsium pada kuku 10 kali
lipat dari pada rambut. Kalsium tidak secara signifikan berkontribusi
untuk membuat kuku menjadi keras. Kekerasan kuku terutama
dikarenakan adanya protein belerang yang padat dari matriks.
Kelengkungan normal kuku berkaitan dengan bentuk tulang falang yang
mendasari lempeng kuku, yang secara langsung diikat oleh jaringan ikat
antara epitel subungual dan periosteum.
Adapun bagian-bagian kuku menurut Tresna (2010) yaitu sebagai berikut:
1. Badan kuku atau lempeng kuku (nail plate) yaitu bagian yang kelihatan
dari kuku yang berada di atas palung kuku mulai dari atas batas akar
sampai tepi ujung lepas.
2. Akar kuku (free edge) yaitu akar kuku berada pada dasar kuku dan
tersembunyi dibawah kulit, akar kuku berasal dari jaringan yang tumbuh
yaitu matriks atau kandungan kuku.
3. Ujung lepas yaitu merupakan bagian yang berbatasan dengan badan kuku
dan ujung jari.
Selain itu Tresna (2010) juga menjelaskan jaringan-jaringan yang
berbatasan dengan kuku, yaitu :
1. Palung Kuku
Bagian dari kulit tempat kuku berada. Palung kuku banyak terdapat
pembuluh darah yang menyediakan makanan untuk pertumbuhan yang
terus-menerus bagi kuku. Palung kuku juga terdapat urat syaraf.
2. Kandungan kuku
Bagian palung kuku yang berada di bawah akar kuku dan banyak terdapat
urat syaraf, getah bening, dan pembuluh darah. Bulan sabit (lanula)
kelihatan keputih-putihan, yang berada di dasar (bawah) badan kuku.
Warna pucat pada lanula disebabkan pemberian darah berkurang di
sekitar perkandungan kuku.
3. Kulit kuku (cuticle) yaitu bagian epidermis yang menutupi pinggir
4. Eponychium yaitu sambungan dari cusificle, yaitu badan kuku yang menutupi lanula.
5. Hyponichium yaitu bagian dari epidermis yang berada di bawah ujung lepas.
6. Mantel atau penutup kuku yaitu lipatan yang berada di kulit dan tempat
akar kuku.
7. Dinding kuku yaitu lipatan-lipatan kecil kulit yang menutupi
pinggir-pinggir kuku.
[image:40.595.163.528.329.501.2]8. Alur kuku yaitu lipatan yang dalam di kedua samping badan kuku.
Gambar 2.1. Anatomi Kuku
Sumber: Baran, Dawber, Haneke, Toste dan Bristow, 2003
2.2. Pertumbuhan Kuku
Menurut Syaifuddin (2010) dengan bertambahnya sel-sel baru dalam akar
kuku menghasilkan geseran lambat lempeng kuku di atas dasar kuku. Laju
pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm perminggu. Pertumbuhan ini lebih pesat pada
jari tangan daripada jari kaki dan bila lempeng kuku dicabut paksa asalkan
matriksnya tidak rusak kuku akan tumbuh kembali. Sedangkan menurut Tresna
(2010) kuku tumbuh dengan arah ke depan, mulai dari kandungan kuku dan
dibandingkan pada musim dingin. Kuku anak-anak tumbuh lebih cepat daripada
orang dewasa. Kuku jari tengah tumbuh paling cepat sedangkan kuku jari jempol
tumbuhnya paling lambat. Walaupun kuku jari kaki tumbuhnya lebih lambat
daripada kuku jari tangan, namun lebih tebal dan lebih keras. Adapun menurut
Rao et al. pertumbuhan kuku berkurang sekitar 0,5% pertahun antara usia 20
tahun sampai 100 tahun.
Untuk proses pertumbuhan kuku menurut Junqueira dan Carneiro (2007)
dimulai dari epitel lempeng kuku yang timbul dari matriks kuku. Ujung proksimal
matriks meluas ke dalam akar kuku. Sel-sel matriks membelah, bergeser ke distal,
dan akhirnya mengalami kornifikasi yang membentuk bagian proksimal lempeng
kuku. Lempeng kuku kemudian bergeser ke depan di atas dasar kuku. Ujung distal
lempeng menjadi bebas dari dasar kuku.
2.3. Histologi Kuku
Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap
falang distal. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alur kuku adalah
akar kuku. Stratum korneum epitel kuku membentuk eponikium atau kutikula.
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di dasar
epidermis yang disebut dasar kuku. Hanya stratum basal dan stratum spinosum
yang terdapat dalam dasar kuku (Junqueira dan Carneiro, 2007).
Kutikula terdiri dari stratum korneum yang dimodifikasi dan untuk
melindungi struktur dasar kuku, khususnya matriks germinativum, dari
lingkungan yang buruk seperti iritasi, alergen, bakteri patogen dan jamur patogen
(Baran, Dawber, Haneke, Tosti, dan Bristow, 2003).
2.4. Flora Normal Kuku
Menurut Baron S (1996) mikrobiologi normal pada kuku umumnya sama
dengan yang terdapat pada kulit, yaitu Staphylococcus sp., Micrococcus sp.,
2.4.1. Staphylococcus sp. ORDO : Eubacteriales
FAMILI : Micrococcaceae
GENUS : Staphylococcus
Untuk spesies, bakteri ini memiliki sedikitnya 30 spesies, tetapi yang akan
dibahas hanya Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.
Staphylococcus sp. merupakan gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur, berdiameter 1 µm, bersifat
nonmotil dan tidak membentuk spora. Dibawah pengaruh obat seperti penisilin,
bakteri ini mengalami lisis. Staphylococcus sp. hidup bebas di lingkungan dan
membentuk kumpulan yang teratur terdiri atas empat atau delapan kokus (Brooks,
Butel, dan Morse, 2005).
Staphylococcus sp. tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada
temperatur 37°C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada
temperatur kamar (20°C-35°C). Staphylococcus sp. memfermentasi karbohidrat,
menghasilkan asam laktat dan tidak menghasilkan gas. Bakteri ini tahan terhadap
kondisi kering, panas (temperatur 50°C selama 30 menit), dan natrium klorida
9%, tetapi dapat dihambat oleh bahan kimia tertentu seperti heksaklorofen 3%
Tabel 2.1. Perbedaan sifat dari Spesies Staphylococcus sp.
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis Warna koloni Kuning-putih Putih
Hemolisis (agar darah) + ±
Pertumbuhan (anaerob) + +
Koagulase + -
Peragian glukosa + +
Peragian manitol + -
Endonuklease termo-resisten + -
Protein A + -
Novobiosin S S
Asam teikhoat
- Ribitol-N-asetilglukosamin + -
- Gliserol-glukosa - +
- Gliserol-N-asetilglukosamin - -
Sumber: Syahrurachman et al., 1994
Asam teikhoat merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat, diikat ke
peptidoglikandan dapat menjadi antigenik. Antobodi asam anti teikhoat ini yang
dapat dideteksi melalui difusi gel yang dapat ditemui pada pasien endokarditis
aktif yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Antibodi terhadap asam
teikhoat ini dapat dideteksi pada infeksi yang sudah lama (Brooks, Butel, dan
Morse, 2005).
Protein A merupakan komponen dinding sel pada kebanyakan
Staphylococcus aureus dan telah menjadi reagen yang penting dalam imunologi dan teknologi laboratorium diagnostik. Sebagai contoh, protein A yang dilekati
oleh molekul IgG terhadap antigen bakteri spesifik akan mengaglutinasi bakteri
yang mempunyai antigen tersebut (Brooks, Butel, dan Morse, 2005).
mengahasilkan berbagai toksin dan enzim ekstraseluler. Toksin dan enzim
tersebut adalah sebagai berikut:
Katalase berfungsi mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Tes katalase juga dapat dilakukan untuk membedakan
Staphylococcus sp. positif dari Streptococcus sp. negatif.
Koagulase dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Koagulase merupakan protein yang menyerupai enzim yang mampu menggumpalkan plasma
yang ditambah dengan oksalat atau sitrat dengan adanya suatu faktor yang
ada pada serum. Produksi koagulase dapat sinonim dengan invasi potensial
patogenik.
Enzim lain yang dihasilkan oleh Staphylococcus sp. yaitu hyaluronidase atau faktor penyebaran, stafilokinase yang bekerja sebagai fibrinolisis
tetapi lebih lambat daripada streptokinase, lalu yang lainnya proteinase,
lipase, dan beta-laktamase.
Eksotoksin meliputi alfatoksin (hemolisin) dan beta toksin. Alfatoksin (hemolisin) merupakan protein heterogen, toksin ini dapat melisiskan
eritrosit dan merusak platelet serta mempunyai aksi yang sangat kuat
terhadap otot polos vaskular. Toksin ini juga dimungkinkan sama dengan
faktor letal dan faktor dermonekrotik dari eksoktoksin. Selanjutnya beta
toksin dapat menurunkan kadar sfingomyelin dan toksik pada beberapa
jenis sel, termasuk sel darah merah manusia.
Lekosidin merupakan toksin Staphylococcus aureus yang dapat membunuh sel darah putih binatang.
Toksin eksofaliatif juga merupakan toksin Staphylococcus aureus.
Toksin sindroma syok toksik (toxic shock syndrome toxin) secara struktural sama dengan enterotoksin B dan C. Toksin ini menyebabkan
demam syok, yang dapat mengenai banyak sistem, termasuk ruam kulit
deskuamatif. Pada Staphylococcus aureus yang diisolasi ditemukan sekitar
20% gen Toxic Shock Syndrome Toxin-1 (TSST-1).
makanan yang mengandung protein dan karbohidrat. Ingesti 25 mg
enterotoksin B dapat menyebabkan muntah dan diare. Muntah disebabkan
oleh pengaruh emetik enterotoksin yang dapat merangsang pusat muntah
di sistem saraf pusat setelah terjadi aksi toksin pada reseptor saraf di usus
halus. Hal ini juga sama seperti yang disampaikan oleh Dzen,
Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih (2003) dalam bukunya, yaitu
Staphylococcus sp. dapat menyebabkan keracunan makanan akibat menelan makanan yang telah terkontaminasi dengan enterotoksin bakteri
ini. Enterotoksin ini adalah protein dengan berat molekul 35.000 Da dan
tahan terhadap pemanasan/pendidihan selama 30 menit.
Keracunan makanan oleh Staphylococcus sp. ini ditandai dengan periode
inkubasi yang pendek (1-8 jam) dengan mual yang hebat, muntah, diare, tetapi
[image:45.595.168.475.402.621.2]tidak demam, dan cepat sembuh (Brooks, Butel, dan Morse, 2005).
Gambar 2.2. Struktur antigen Staphylococcus sp.
Sumber: Brooks, Butel, dan Morse, 2005
Cara penularan infeksi Staphylococcus sp. menurut Dzen, Roekistiningsih,
Kontak langsung dengan peradangan pada kulit dan kuku seseorang. Penularan bisa terjadi apabila kulit yang meradang tersebut tidak intak,
misalnya lesi.
Penularan melalui udara (airborne).
a. Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan penduduk paling banyak di kulit dan pada beberapa tempat dapat menjadi flora aerobik residen lebih dari 90%
(Baron S, 1996). Untuk koloni bakteri ini biasanya berwarna abu-abu hingga putih
terutama pada isolasi primer, beberapa koloni menghasilkan pigmen hanya pada
inkubasi yang diperpanjang dan tidak ada pigmen yang dihasilkan secara
anaerobik atau pada media cair (Brooks, Butel, dan Morse, 2005).
Bakteri ini tidak memproduksi koagulase dan cenderung menjadi non
hemolitik sehingga jarang menyebabkan supuratif tapi dapat menginfeksi prostesa
di bidang ortopedi atau kardiovaskular atau juga dapat menyebabkan penyakit
pada orang dengan daya tahan tubuh menurun (Brooks, Butel, dan Morse, 2005).
b. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah gram positif, kokus koagulase positif pada famili Staphylococcaceae (The Center for Food Security & Public Health and Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2014) dan berdiameter 1-1,3 µm serta menghasilkan enterotoksin (Food Doctors, 2008). Bakteri ini membentuk koloni abu-abu sampai kuning emas (Brooks, Butel, dan
Morse, 2005). Organisme ini dapat tumbuh dengan dan atau tanpa oksigen
(anaerobik fakultatif) dan bersifat oksidase negatif (Food Doctors, 2008). Bakteri
ini oportunistik patogen sering pembawa asimtomatis pada tubuh manusia (The
Center for Food Security & Public Health and Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2014).
Staphylococcus aureus dapat dibedakan dari Staphylococcus epidermidis, dari produksi enzim koagulase dan thermonuclease. Tidak hanya menghasilkan
juga menyebabkan sejumlah penyakit lain, seperti luka infeksi dan keracunan
darah (sepsis), toxic shock, dan lain-lain. Staphylococcus sp. ini dapat
mengkontaminasi makanan melalui kontak dengan tangan yang terkontaminasi,
bahan-bahan dan permukaan-permukaan, dan bisa juga melalui udara, contohnya
seperti batuk (Food Doctors, 2008).
Rantai Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) telah memiliki gen yang membuat mereka resisten terhadap semua antibiotik beta
[image:47.595.114.503.335.515.2]laktam (The Center for Food Security & Public Health and Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2014).
Tabel 2.2. Batas pertumbuhan Staphylococcus aureus
No. PARAMETER NILAI LAPORAN 1. Temperatur
Minimum temperature 8°C
Optimum temperature 35°C-37°C Maksimum temperature 45°C
2. Water activity (aw)
Minimum aw 0,86-0,84
3. pH
Minimum pH 4,5
Optimum pH 7,0-7,5 Maksimum pH 9,3 Sumber: Food Doctors, 2008
Masa infeksi Staphylococcus aureus pada manusia sangat bervariasi. Pada
pasien rentan, kasus-kasus klinis dapat menjadi jelas 4 sampai 10 hari setelah
terpapar. Namun infeksi oportunistik juga dapat tejadi setelah waktu yang tidak
terbatas pada orang (karier) yang asimtomatik. Infeksi bakteri ini pada manusia
dapat didiagnosa dengan cara dikultur (The Center for Food Security & Public
Gambar 2.3. Staphylococcus aureus pada mikroskop elektron Sumber: Food Doctors, 2008
Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri ini dapat berasal dari
kontaminasi langsung dari luka, misalnya pascaoperasi infeksi Staphylococcus sp.
atau infeksi yang menyertai trauma (osteomielitis kronik setelah patah tulang
terbuka, meningitis yang menyertai patah tulang tengkorak). Sedangkan jika
bakteri ini menyebar dan terjadi bakterimia maka bisa terjadi endokarditis,
osteomielitis hematogenus akut meningitis atau infeksi paru-paru (Brooks, Butel,
dan Morse, 2005).
Selain itu menurut Dzen, Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih (2003)
bentuk klinis lainnya yang tergantung dari bagian tubuh yang terkena infeksi
yaitu:
Kulit: furunkel, karbunkel, impetigo, scalded skin syndrome, dan lain-lain.
Kuku: paronikia Tulang: osteomielitis
Sistem pernapasan: tonsillitis, bronkhitis, dan pneumonitis. Otak: meningitis dan ensefalomielitis
2.4.2. Micrococcus sp. FAMILI : Micrococcaceae
GENUS : Micrococcus
Micrococcus sp. tidak sebanyak Staphylococcus sp. dan Diphtheroid sp.. Bagaimanapun frekuensi Micrococcus sp. ada pada kulit normal. Micococcus
luteus adalah spesies predominan, biasanya jumlahnya 20 sampai 80 persen dari isolasi Micrococcus sp. kulit (Baron S, 1996). Adapun menurut Holt et al. (1994);
Buchanan dan Gibbons (1974) dalam Thoyib, Setyaningsih, dan Suranto (2007),
bentuk dari Micrococcus sp. adalah bulat, ukurannya 0,5-2,0 µm, koloninya
berwarna kuning atau merah. Bakteri ini merupakan bakteri aerob, katalase
positif, ada juga negatif, dan suhu untuk pertumbuhannya 25-37°C.
Menurut Holt et al. (1994); Buchanan dan Gibbons (1974) dalam Thoyib,
Setyaningsih, dan Suranto (2007), Micrococcus luteus adalah bakteri gram positif,
ukurannya 2-3 mm, nonmotil, tidak membentuk asam dari glukosa, xilosa, dan
laktosa. Bakteri ini dapat menghidrolisis gelatin, uji oksidase positif, tumbuh pada
suhu 37°C, koloninya berbentuk bundar, tepian berombak, dan warna kuning.
2.4.3. Diphtheroid sp. (Coryneform)
Bakteri ini adalah bakteri gram-positif dan berbentuk batang (Kosuge,
Teare, dan MacDowell, 2010). Menurut Brooks, Butel, dan Morse (2005) bakteri
ini tumbuh secara aerob pada media laboratorium biasa dan bisa tumbuh lebih
mudah pada medium serum Loeffler. Selain itu bakteri ini nonmotil dan tidak
berkapsul (Zakikhany dan Efstratiou, 2012). Untuk ukurannya menurut
Syahrurachman et al. (1994) 1,5- 5um x 0,5-1 um dan biasanya salah satu
ujungnya menggembung sehingga berbentuk gada, tidak berspora, dan tidak tahan
asam. Dalam preparat sering tampak membentuk susunan huruf-huruf V, L, Y,
tulisan cina atau anyaman pagar (palisade). Granula metakhromatik Babes-Ernst
dapat dilihat dengan pewarnaan Neisser atau biru metilen Loeffler. Namun
pemeriksaan granula metakhromatik ini tidak spesifik.
Menurut Yandepitte, Yerhaegen, Engbaek, Rohne, Piot, dan Heuck (2005)
sampai hitam. Selain itu menurut Brooks, Butel, dan Morse (2005) pada media
agar darah, koloni bakteri ini kecil, granuler, dan berwarna abu-abu dengan tepi
yang tidak teratur serta ditemukan adanya zona hemolisis yang sempit.
Bakteri ini menghasilkan eksotoksin sehingga menyebabkan difteria pada
manusia. Sejumlah kecil toksin yang diabsorbsi dari infeksi kulit dapat memicu
timbulnya antibodi antitoksin dan bakteri ini tidak harus bersifat toksigenik untuk
menimbulkan infeksi lokal Brooks, Butel, dan Morse (2005).
2.4.4. Streptococcus sp. FAMILI : Streptococcaceae
GENUS : Streptococcus
Streptococcus sp. merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat, mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai selama
pertumbuhannya dan membelah diri dengan arah memanjang pada sumbu dari
rangkaian tersebut. Pada umur biakan tertentu dan bila bakteri ini mati, mereka
akan kehilangan sifat gram-positif dan kemudian berubah menjadi gram negatif,
hal ini dapat terjadi setelah dilakukan inkubasi selama semalam (Brooks, Butel,
dan Morse, 2005). Pada agar darah spesies ini menunjukkan derajat yang
bervariasi untuk hemolisis, hemolisis diproduksi oleh koloni pada agar darah
(Public Health England, 2014). Selain itu bakteri ini dieramkan 18-24 jam pada
agar darah, koloninya tampak kecil-kecil dengan ukuran kurang dari 1mm, bentuk
koloninya bulat seperti bintik-bintik kecil, dan warnanya bening sampai opaque
(Dzen, Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih (2003).
Streptococcus sp. adalah anaerobik fakultatif dan tidak menghasilkan katalase (Public Health England, 2014). Bakteri ini merupakan kelompok bakteri
yang heterogen sehingga begitu banyak klasifikasinya, tapi menurut Dzen,
Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih (2003) klasifikasi bakteri ini dapat
dibedakan berdasarkan tipe hemolisis pada agar darah, yaitu:
Streptococcus hemolitik-alfa (Partial hemolytic Streptococcus)
Streptococcus hemolitik-beta (Total hemolytic Streptococcus)
a. Streptococcus viridans (Streptococcus hemolitik-alfa)
Bakteri ini merupakan flora normal pada saluran pernafasan atas dan
berperan penting untuk menjaga kesehatan membran mukosa disana (Brooks,
Butel, dan Morse, 2005). Menurut Dzen, Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih
(2003) koloni bakteri ini pada agar darah terlihat zona hemolisis yang sempit,
artinya sel darah merah pada inner zone dari agar darah tidak terjadi hemolisis,
sedangkan pada outer zone terjadi hemolisis komplit. Sering terdapat warna
kehijauan pada daerah sekitar koloni karena adanya pembentukan unidentified
reductants of haemoglobin.
b. Streptococcus pyogenes (Streptococcus Beta Hemolitycus Group A)
Menurut Syahrurachman et al. (1994) bakteri ini berdiameter 0,5-1 µm,
tumbuh baik pada pH 7,4-7,6, suhu optimum untuk pertumbuhan 37°C, dan
pertumbuhannya cepat berkurang pada 40°C. Pembenihannya pada agar darah,
tumbuh dalam beberapa jam atau hari. Selain itu menurut Dzen, Roekistiningsih,
Santoso, dan Winarsih (2003) bakteri ini menyebabkan zona hemolisis yang luas
dan terang di sekitar koloninya pada agar darah, itu disebabkan karena adanya
streptolisin yang dihasilkan bakteri ini sendiri. Selain itu penyakit yang dapat
disebabkan oleh bakteri ini menurut Syahrurachman et al. (1994) adalah:
Erisipelas
Sepsis puerpuralis Sepsis
Radang tenggorok Impetigo
Endokarditis bakterialis
c. Streptococcus hemolitik-gama (Non-hemolytic Streptococcus)
Pada agar darah, bakteri ini tidak menyebabkan hemolisis sama sekali
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Flora mikrobia normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup
pada kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Kulit dan
mukosa selalu dihuni oleh berbagai macam mikroorganisme. Mikroorganisme
yang selalu menghuni tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu flora tetap
(resident flora) dan flora sementara (transient flora). Flora tetap adalah terdiri dari mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh
tertentu dan pada usia-usia tertentu pula, apabila berubah mereka akan segera
kembali seperti semula. Sedangkan flora sementara terdiri atas mikroorganisme
non patogen atau potensial patogen yang tinggal di kulit dan mukosa selama
kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Flora sementara biasanya hanya
sedikit asalkan flora tetap masih utuh ada di tempatnya. Namun apabila flora tetap
berubah maka flora sementara akan berkolonisasi, berbiak, dan menimbulkan
penyakit (Brooks, Butel, dan Morse, 2005).
Flora normal dapat menyebabkan penyakit pada kondisi tertentu (Brooks,
Butel, dan Morse, 2005). Sehingga kita harus menjaga kebersihan diri. Menurut
Widyati (2002) dalam Sinaga (2011), hygiene adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia
beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Salah satunya dengan mencuci
tangan yang benar yaitu dengan sabun dan air yang bersih. Caranya, basuh tangan
dengan air, gunakan sabun untuk menggosok permukaan telapak tangan,
punggung tangan secara merata, gosok sela-sela jari dan kuku, serta bilas dengan
air dan segera keringkan dengan lap atau tisu (RW, 2011). Menurut Riyanto
(2012) untuk kewaspadaan keamanan pangan dianjurkan untuk cuci tangan
selama 20 detik dengan air sabun (untuk anak-anak dapat menggunakan air hangat
sebagai gantinya). Menggosok tangan, pergelangan tangan, kuku, dan antara
Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutupi
permukaan dorsal ujung jari tangan dan kaki (Harahap, 2010). Seperti yang
terdapat dalam Association for European Safety & Infection Control in Dentistry
(2010) mikroorganisme yang terjadi di kulit dan di kuku tangan termasuk bagian
yang disebut dengan flora normal atau flora tetap kulit. Flora tetap meliputi
mikroorganisme yang biasanya berkoloni di kulit dan di bawah kuku tangan.
Bakteri tersebut adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus,
Micrococcus luteus, Diphtheroids, Streptococci sp. dan bakteri gram negatif (Baron S, 1996). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dagnew, Tiruneh,
Moges, dan Gizachew (2013) diisolasi dari bantalan kuku jari didapatkan
koagulasi negatif Staphylococci sp. sebagai spesies bakteri predominan (33%),
diikuti oleh Staphylococcus aureus (16%), E. coli (2,67%), dan Klebsiella sp.
(1,67%).
Jumlah mikroorganisme bakteri dan jamur meningkat dengan
meningkatnya panjang kuku (Griffis, Ford, Gold, dan Karlet, 2013). Ditambah
lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Rupp et al. (2008) dalam Fagernes dan
Lingaas (2010), pada 192 sampel dari tangan dominan 62 perawat selama periode
2 tahun, ditemukan peningkatan jumlah bakteri dengan panjang kuku lebih dari 2
mm. Hal ini juga dibuktikan oleh Fagernes dan Lingaas (2010) tingkat bawaan
(karier) Staphylococcus aureus meningkat pada panjang kuku lebih dari 2 mm.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chuku dan Obinna (2013) dari 940
orang dengan infeksi kulit yang diteliti, ditemukan bakteri Micrococcus luteus
(3,6%) di kuku. Untuk jamur, Candida sp. adalah anggota flora normal terutama
saluran pencernaan, juga selaput mukosa saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit,
dan di bawah jari-jari kuku tangan dan kaki (Simatupang, 2009). Menurut
Gandahusada (2006) dalam Prahatamaputra (2009), infeksi jamur pada vagina
sering kali terjadi akibat penggunaan air seperti toilet yang mengandung Candida
sp. setelah defekasi, tercemar dari kuku atau air yang digunakan untuk
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berhubungan dengan mikroorganisme yang ada pada kuku, khususnya bakteri
yang terdapat di kuku tangan, terutama pada anak SD.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah identifikasi mikroorganisme yang terdapat pada kuku anak
SDN 060922 Medan Tahun 2014?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mikroorganisme yang terdapat
pada kuku anak SDN 060922 Medan Tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga kebersihan kuku dan memotongnya secara rutin jika sudah
panjang.
2. Bagi orangtua, agar tetap menjaga kebersihan kuku anak-anaknya ataupun
dirinya sendiri agar terhindar dari bakteri yang dapat mengakibatkan
penyakit.
3. Bagi guru, membantu menjaga kebersihan kuku siswa/i dengan selalu
mengingatkan untuk memotong kuku jika sudah panjang.
4. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
ABSTRAK
Latar Belakang Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Flora normal terdapat pada seluruh tubuh manusia, salah satunya juga terdapat pada kuku. flora normal pada kuku sama seperti yang terdapat pada kulit.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang terdapat pada kuku siswa/i SDN 060922 Medan, terutama bakteri.
Objek dan Metode Objek penelitian ini adalah 30 potong kuku siswa/i SDN 060922 Medan diteliti dengan uji laboratorium dan dianalisis dengan metode deskriptif. Selanjutnya penelitian ini akan diolah menggunakan Microsoft Excel. Hasil Dari hasil identifikasi mikroorganisme pada kuku terdapat beberapa jenis bakteri, yaitu: Staphylococcus epidermidis 27,03%, Staphylococcus aureus 2,7%, Proteus vulgaris 10,81%, Proteus mirabilis 5,4%, Pseudomonas sp. 2,7%, Klebsiella oxytoca 8,12%, dan Klebsiella pneumonia 43,24%. Semua bakteri yang ditemukan merupakan flora normal pada kuku kecuali Pseudomonas sp.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa jenis bakteri pada kuku anak SDN 060922 Medan dan semua bakteri yang ditemukan tersebut merupakan flora normal kuku, kecuali pada satu orang responden ditemukan Pseudomonas sp.. Pada beberapa keadaan flora normal dapat berubah menjadi patogen sehingga disarankan agar kita selalu menjaga kebersihan kuku.
ABSTRACT
Background Flora normal is a drove of microorganisms that live on the skin and mucous membranes (mucosa) in healthy and normal human. Flora normal can be found in the entire human body, which also present on human finger nail. The flora normal on the nail is also same as found on the skin.
Purpose The purpose of this study was to determine the types of microorganisms found in the nail students of 060922 Public Elementary School at Medan, particularly bacteria.
Object and Methods The object of this study is 30 student nail piece of 060922 Public Elementary School at Medan which are identified by a laboratory test and then analyzed with descriptive methods. Further the research will be processed using Microsoft Excel.
Results The results of microorganism identification of the nails can be found the kinds of bacteria, namely: Staphylococcus epidermidis 27,03%, Staphylococcus aureus 2,7 %, Proteus vulgaris 10,81%, Proteus mirabilis 5,4 %, Pseudomonas sp. 2,7 %, Klebsiella oxytoca 8,12%, and Klebsiella pneumonia 43,24%. All bacteria were found to be flora normal on the nail except Pseudomonas sp..
Conclusions Conclusions from this study can be found the several types of bacteria on the nail 060922 Elementary School children and all the bacteria found are flora normal of the nail, except for one respondent found Pseudomonas sp.. In some circumstances the normal flora can turn into pathogenic so it is suggested that we always keep the nails.
IDENTIFIKASI MIKROORGANISME PADA KUKU ANAK SDN 060922 JL. KEMUNING KEL. TJ. REJO KEC. SUNGGAL TAHUN 2014
Oleh: SHYLVIA DEWI
110100030
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IDENTIFIKASI MIKROORGANISME PADA KUKU ANAK SDN 060922 JL. KEMUNING KEL. TJ. REJO KEC. SUNGGAL TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh : SHYLVIA DEWI
110100030
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Identifikasi Mikroorganisme pada Kuku Anak SDN 060922 JL. Kemuning KEL. TJ. Rejo KEC. Sunggal Tahun 2014
Nama : Shylvia Dewi
NIM : 110100030
Pembimbing Penguji I
dr. Sri Amelia, M.Kes dr. Berlian Hasibuan, Sp.A (K)
NIP. 197409132003122001 NIP. 195204221980102001
Penguji II
dr. Ramona Duma Sari Lubis, Sp.KK
NIP. 197210042005012001
Medan, 17 Desember 2014
Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)
ABSTRAK
Latar Belakang Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Flora normal terdapat pada seluruh tubuh manusia, salah satunya juga terdapat pada kuku. flora normal pada kuku sama seperti yang terdapat pada kulit.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang terdapat pada kuku siswa/i SDN 060922 Medan, terutama bakteri.
Objek dan Metode Objek penelitian ini adalah 30 potong kuku siswa/i SDN 060922 Medan diteliti dengan uji laboratorium dan dianalisis dengan metode deskriptif. Selanjutnya penelitian ini akan diolah menggunakan Micro