• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Sejati Ceriops tagal (Perr.) C. B.Rob Pada Berbagai Salinitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Sejati Ceriops tagal (Perr.) C. B.Rob Pada Berbagai Salinitas"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Perlakuan 2 0.28644545 0.14322273 1.45 0.2597 Galad 19 1.87845000 0.09886579 *. The mean difference at the 0,05 level

(2)

Salinitas 3 % Salinitas 0 % -0.2100 -0.7658 0.3458 *. The mean difference at the 0,01 level

JUMLAH DAUN *. The mean difference at the 0,05 level

(3)

Salinitas 3 % Salinitas 0 % -0.9000 -2.2264 0.4264 *. The mean difference at the 0,01 level

RASIO TAJUK DAN AKAR Tabel Anova

Rasio tajuk dan akar Dunnet t (2-sided)

Perlakuan (%) Perbandingan Perlakuan (%) *. The mean difference at the 0,05 level

TEBAL DAUN

(4)

Salinitas 2 % Salinitas 0 % -0.1000 -1.1830 0.9830

Perlakuan (%) Perbandingan Perlakuan (%) *. The mean difference at the 0,05 level

KADAR AIR AKAR

Perlakuan (%) Perbandingan Perlakuan (%)

Difference Between Means

(5)

Salinitas 0.5 % Salinitas 0 % -0.3100 -1.8774 1.2574 Salinitas 1.5 % Salinitas 0 % -0.3830 -2.0455 1.2795 Salinitas 2 % Salinitas 0 % -0.5860 -2.8385 1.7758 Salinitas 3 % Salinitas 0 % -0.5313 -2.1534 0.9814 *. The mean difference at the 0,01 level

KADAR AIR TAJUK *. The mean difference at the 0,05 level

(6)

Perlakuan (%) Perbandingan *. The mean difference at the 0,01 level

JUMLAH AKAR

(7)
(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN. Bangkok

Bismark, M. 1986. Keragaman Jenis Burung di Hutan Bakau Taman Nasional Kutai. Buletin Penelitian Hutan 482:11-22. Pusat

Penelitian Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor

Bohm.W. 1979.Methods of Studying Root Systems. Springer – Verlag Berlin Heidelberg New York. Ecological Studies 33.

BPS. 2010. Statistik Indonesia. Sumatera Utara.

Chapman, V.J. 1976. Mangrove Vegetation. Vaduz: J. Cramer.

Clough, B., Tan, D.T., Phuong, D.X., Buu, D.C. 2000.Canopy leaf area index andlitter fall in stands of the mangrove Rhizophora apiculata of different age in the Mekong Delta, Vietnam. Aquat. Bot. 66, 311-320.

Davies, J. & G. Claridge. 1993. Wetland Benefits. The Potential for Wetlands to Support and Maintain Development. Asian Wetland Bureau, International Waterfowl & Wetlands Reasearch Bereau, Wetlands for the America’s, 45 hal.

Davis Jr. J.H. 1940. The ecology and geo-logic role of mangrove in Florida. Carne-gie Inst. Wash Publ. 517 : 303 – 412 de HAAN Fofonoff, N.P., Lewis, E.L.1979. A practical salinity scale. J. Oceanografi. 35, 63– 64

Fofonoff, N.P. dan E. L. Lewis.1979. A practical salinity scale. J. Oceanografi. 35: 63–64.

Gardner, F.P., R. Brent Pearce dan Goger L. Mitchell. 1991, Fisiologi Tanamanan Budidaya. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Giesen, W. & B van Balen. 1991. Several Short Surveys of Sumatran Wetlands. Notes and Observations. Laporan Proyek PHPA/AWB Sumatra Wetlands No. 26, 98 hal.

(10)

Hardjadi, S. S. Dan Yahya. 1988. Fisiologi Stress Lingkungan. PAU – IPB. Bogor.

Jansen, P. C. M. et al. 2005. Prota 3: Dyes and tannins. Netherland: Wageningen.

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1993. Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove. Prosiding Lokakarya Pemantapan Strategi Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua.Kapal Kerinci, 11-13 September 1993, 47 hal.

Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, and S. Baba. 1997. Handbook of Mangroves in Indonesia (Bali & Lombok). Denpasar: ISME.

Komiyama, A.,H. Moriya, S. Prawiroatmodjo, T. Tomi & K. Ogino. 1988. Forest as an Ecosystem, Its Structure and Function; #1: Floristic Composition and Stand Structure. Dalam Biological System of Mangroves. Laporan Ekspedisi Mangrove Indonesia Timur tahun 1986, Ehime University, Japan. Hal. 85-98.

Noor, Y. R. Khazali, M dan Surya Diputra, I. N. N. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International.

Othman, M. A. 1994. Value of Mangroves in Coastal Protection Hydrobiologia. 285: 277-282.

Pessarakli, M. 1993. Handbook of Plan and Crop Stress. Marcel Dekker Inc. NewYork.

Pie, N., N.F.Y. Tam, Y. Wu, M.H. Wong. 2009. Root anatomy and spatial pattern of radial oxygen loss of eight true mangrove species. Aquatic Botany 90: 222-230. Salisburry, F.B. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung. ITB.Press.

Samingan, M. T. 1980. Notes on the Vegetation of the Tidal Areas of South Sumatra, Indonesia, with Special Reference to Karang Agung dalam International Social Tropical Ecology, Kuala Lumpur. Hal. 1107-1112

Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Dahara Prize. Semarang.

Scholander, P.F., Hammel, H.T., Hemmingsen, E., Garey, W. 1962. Salt balance in mangroves. Plant Physiol. 37, 722-729.

(11)

Supriharyono.2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia.Pustaka.Jakarta.

vanSteenis, C.G.G.J. 1958. Ecology of Mangroves. Introduction to account of the Rhizophoraceae by Ding Hou, Flora Malesiana, Ser. 1(5) : 431-441

(12)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penananam

Penanaman propagul C. tagal dengan perlakuan berbagai konsentrasi garam selama 6 bulan dilakukan pada 22 Mei 2015 sampai 22 November 2015 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel

Pulau Sembilan merupakan nama salah satu desa yang berada digugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Langkat.Pulau Sembilan secara administrasi terletak di kecamatan Pangkalan, Susu Kabupaten Langkat. Luas Pulau Sembilan 24,00 km2 atau 8.84% dari total luas kecamatan Pangkalan Susu. Di Pulau ini terdapat hutan mangrove yang mengelilingi pulau dan tumbuh ekosistem pesisir.Kondisi air tanah masih cukup baik dimana tidak ditemukan adanya air sumur yang asin atau terkena intrusi air laut (BPS, 2010).

Bahan dan Alat Penelitian

Penanaman

(13)

Analisis Data

Penelitian ini adalah metode analisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 perlakuan konsentrasi garam (salinitas) berdasarkan tingkat salinitas yang ada di lapangan dengan masing-masing 10 ulangan :

a. Salinitas 0 % b. Salinitas 0,5 % c. Salinitas 1,5 % d. Salinitas 2 % e. Salinitas 3 %

Model linear RAL non faktorial Yij = μ + τi + εij

Dimana : Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = nilai rataan umum (mean)

τi = pengaruh faktor perlakuan ke-i

εij = pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j

i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3, 4, 5

Data dianalisis dengan analisis perbandingan seluruh perlakuan terhadap kontrol, nilai P< 0,05 dan P<0,01dipakai sebagai batas untuk menunjukkan pengaruh perlakuan. Uji statistik dilakukan dengan SPSS dan program SAS.

Prosedur Pengamatan

1. Penyiapan Media Tanam

(14)

1,5%, 2% dan 3% (sama dengan tingkatan air laut yaitu 15‰, 45‰, 60‰, 90‰). Di dalam penelitian ini, salinitas ditemukan dari perbandingan massa bubuk garam dengan massa larutan. Metode ini mengacu pada penelitian Fonfonoff dan Lewis (1979).Dimana jenis garam yang dipakai adalah bubuk garam komersial (marine salt).Untuk membuat konsentrasi salinitas 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% dibuat dengan melarutkan 5,66 g, 17 g, 22,6 g, dan 34 g bubuk garam komersial untuk 1 liter air. Salinitas adalah massa serbuk garam/massa larutan. Konsentrasi garam pada setiap perlakuan pot diperiksa seminggu sekali selama percobaan dengan

hand refraktometer. 2. Pemilihan Propagul

Propagul C. tagal dipilih sebaiknya telah matang secara fisiologi dengan warna propagul hijau kecoklatan dan sehat, tidak terserang oleh hama dan penyakit. 3. Penanaman Propagul

Propagul C. tagal yang telah disediakan ditanam ke dalam pot plastik yang telah berisi media tumbuh yang telah disesuaikan dengan perlakuannya masing-masing. Kemudian pot plastik diberi tanda/label sesuai dengan perlakuan yang diberikan.

Pengamatan Parameter

Pengamatan dilakukan 6 bulan setelah tanam dan parameter yang diamati adalah:

Parameter yang Diamati

Masing-masing parameter mendapatkan skor satu dalam pengambilan kesimpulan.Pengamatan dilakukan diakhir penelitian dengan parameter yang diamati adalah :

Persentase Hidup (%)

(15)

yang hidup dan jumlah semai yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir pengamatan setelah 6 bulan

(Yusmaini dan Suharsi, 2008)

Persentase Hidup (%) = Jumlah Bibit yang Hidup Jumlah Propagul yang Ditanam

x 100%

Mortalitas (%)

Kematian bibit dihitung dengan membandingkan antara jumlah bibit yang mati dan jumlah bibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir pengamatan setelah 6 bulan

Mortalitas (%) = Jumlah Bibit yang Mati Jumlah Propagul yang Ditanam

x 100%

Tinggi semai (cm)

Pengukuran tinggi semai dilakukan dengan menggunakan mistar. Pengukuran dilakukan pada pangkal bawah semai C. tagal hingga titik tumbuh semai. Pengukuran tinggi dilakukan pada awal persemaian dan diakhir pengamatan setelah pemanenan.

Diameter semai (mm)

Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada awal persemaian dan diakhir pengamatan setelah pemanenan.

Jumlah akar

Perhitungan Jumah akar dilakukan secara manual dengan menggunakan counter

(16)

Panjang akar

Pengukuran panjang akar dilakukan secara manual dengan menggunakan

mistar dan benang. Pengukuran panjang dilakukan setelah pemanenan bibit C. tagal pada 6 bulan. Panjang akar diukur berdasarkan kedudukan akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pieet al. (2009).

Diameter akar (cm)

Pengukuran diameter dilakukan setelah pemanenan bibit C. tagal pada 6 bulan. Hasil dari diameter akar dapat memberikan informasi penting hubungannya dengan ukuran pori tanah dan potensial penetrasi akar (Bohm, 1979). Pengukuran diameter akar dilakukan pada setiap tipe percabangan dengan menggunakan jangka sorong Pieet al. (2009).

Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan pada awal munculnya daun mulai dari pucuk. Pengambilan data dilakukan bersamaan dengan pengambilan data tinggi semai.

Luas Daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan data. Perhitungan luas daun menggunakan program komputer. Untuk melakukan perhitungan terlebih dahulu daun digambar di kertas millimeter blok yang selanjutnya dilakukan scanning pada gambar tersebut. Setelah di pindai maka gambar tersebut dihitung dengan program image J.

10. Tebal daun (mm)

Pengukuran tebal daun dilakukan diakhir pengamatan dengan menggunakan mikrometerskrup.

(17)

Perhitungan persentase kadar air tajuk dan kadar air akar yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KA = Berat awal-Berat akhir Berat akhir

x 100%

Rasio Tajuk dan Akar

Perhitungan rasio tajuk dan akar dilakukan pada akhir pengamatan. Perhitungan rasio tajuk dan akar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rasio=

Berat kering akar

(18)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian C. tagal yang dilakukan selama 6 bulan di Rumah Kaca dengan berbagai perlakuan terhadap konsentrasi salinitas yang berbeda.Pertumbuhan dan sistem perakaran semai C. tagal pada berbagai konsentrasi salinitas disajikan pada Gambar 2.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pertumbuhn dn perkembangan akar dari konsentrasi salinitas C.tagal miliki perbedaan pada masing-masing semai.

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 2. Pertumbuhan C. tagal terhadap berbagai salinitas. Keterangan: (a) Pertumbuhan C. tagal konsentrasi 0%. (b) Pertumbuhan C. tagal

konsentrasi 0,5%. (c) Pertumbuhan C. tagal konsentrasi 1,5%. (d) Pertumbuhan C. tagal konsentrasi 2%. (e) Pertumbuhan C. tagal

(19)

Persentase Hidup dan Mortalitas Semai C. tagal

Persentase hidup dan mortalitas semai C. tagal di sajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase hidup dan mortalitas semai C. tagal

No. Perlakuan Persentase hidup (%) Mortalitas (%)

1. Salinitas 0 % 100 -

2. Salinitas 0,5% 100 -

3. Salinitas 1,5% 100 -

4. Salinitas 2 % 100 -

5. Salinitas 3 % 70 30

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase hidup pertumbuhan semai C. tagal

menunjukkan keberhasilan yang baik pada konsentrasi salinitas 0% sampai 2 %, untuk salinitas 3% persentase hidup semai C. tagal hanya mencapai 70% hal ini diperkuat dengan pernyataan (Gordon, 1993) yang menyatakan bahwa Ceriops tagal adalah mangrove yang toleran terhadap garam dengan kemampuan dapat tumbuh pada kondisi salinitas tinggi dan miskin unsur hara. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan menunjukkan perbedaan singnifikan.

Pengaruh pertumbuhan semai C.tagal pada konsentrasi salinitas

Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan semai C. tagal berdasarkan pengukuran diameter dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3. Respon salinitas terhadap pertumbuhan diameter semai C. tagal(A) Respon Pertumbuhan semai C. tagal terhadap tinggi (cm), (B) respon pertumbuhan semai C.tagal terhadap diameter (mm). Tanda (*) mengindikasikan secara statistic signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet’s

(20)

Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat bahwa perbedaan konsentrasi

salinitas berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi dan diameter batang semai C. tagal. Pada Gambar 3A dapat dilihat bahwa semai C. tagal tumbuh dan menunjukkan perbedaan pertumbuhan tinggi yang sangat signifikan. Hasil yang diperoleh berpengaruh nyata terhadap pemberikan konsentrasi salinitas yang berbeda-beda. Tinggi semai C. tagal yang tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5 % yaitu 3,35 (cm) dan terendah pada konsentrasi 3% yaitu 0,8 cm. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P<0,05 hasil yang terlihat tidak berpengaruh nyata terdahap pemberian salinitas. pertumbuhan tinggi semai

C.tagal terhambat bisa diakibatkan oleh konsentrasi garam yang tinggi sehingga semai C. tagal tidak mampu untuk mentoleransi garam yang diserap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury (1995) yang menyatakan bahwa setiap jenis organisme mempunyai tingkat toleransi yang berbeda terhadap faktor-faktor lingkungan termasuk terhadap konsentrasi salinitas garam yang tinggi.

Pertumbuhan diameter batang semai C. tagal tertinggi terdapat pada pemberian salinitas 0,5 % yaitu 2.315 mm. Pertumbuhan diameter batang semai C. tagal

terendah pada pemberian salinitas 3% yaitu 0,062 mm. Berdasarkan Uji Dunnet pada P<0,01 pemberian salinitas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai C. tagal pada salinitas 0,5%. Pertumbuhan diameter semai C. tagal menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan pada salinitas 0,5% kemudian turun dengan bertambahnya tingkat salinitas.

Pada Gambar 3B dapat dilihat bahwa semai C. tagal tumbuh dan menunjukkan pertumbuhannya. Pada konsentrasi salinitas 1,5% diameter semai C. tagal

(21)

yang yang tinggi. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan semai menjadi stress sehingga terhambat pertumbuhannya.

Pengaruh Pertumbuhan Akar Semai C. tagal pada Konsentrasi Salinitas

Pengaruh salinitas terhadap akar semai C. tagal dapat dilihat pada Gambar 4A dan B

Berdasarkan Gambar 4A bahwa rata-rata tertinggi dari parameter pengukuran jumlah akar terdapat pada konsentrasi salinitas 2% yaitu 5,2 dan jumlah akar yang terendah terdapat pada konsentrasi salinitas 0% yaitu 0. Semai C. tagal yang di tanam pada konsentrasi salinitas 0% tetap tumbuh tetapi akar semai tidak Gambar 4.Respon salinitas terhadap pertumbuhan akar semai C.tagal. (A)

Respon salinitas terhadap jumlah akar . (B) Respon salinitas terhadap panjang akar. (C) Respon salinitas terhadap diameter akar. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet’s

B A

(22)

berkembang seprti konsentrasi salinitas lainnya.Hal ini disebabkan karena pada akar semai C. tagal tidak berkembang yang terlihat adalah hanya bintik-bintik akar.Menurut Davies dan Claridge (1993) dan Othman (1994) bahwa akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energy gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat me merangkap sedimen. Berdasarkan uji lanjutan denagn uji Dunnet’s P<0,05 pemberian konsentrasi salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah akar semai C. tagal.

Berdasarkan Gambar 4B diatas panjang akar rata-rata tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 1,92 cm dan yang terendah adalah 0 cm yaitu pada konsentrasi salinitas 0% .Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s

P<0,01 pemberian konsentrasi salinitas 0,5% memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar semai C. tagal.

Pada Gambar 4C diameter akar rata-rata tertinggi dapat dilihat pada gambar terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 1,69 mm dan yang terendah pada konsentrasi salinitas 0% yaitu 0. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s

P>0,05 bahwa pemberian konsentrasi salinitas 0,5% memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter akar semai C. tagal. Dari gambar diatas dapat lihat bahwa pemberian konsentrasi salinitas yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan.Pessarakli (1993) menyatakan bahwa cekaman salinitas menyebabkan jumlah air pada tanaman semakin berkurang. Stress air terus-menerus dimungkinkan dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder di daun

dan akar C. tagal. Pengaruh

(23)

Pengaruh salinitas terhadap daun semai C. tagal dapat dilihat pada Gambar 5A, B, dan C

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh salinitas terhadap jumlah daun, luas daun,dan tebal daun dapat dilihat dari gambar diatas bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 4 helai yang terendah pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 1 helai. Berdasarkan uji Dunnet P>0,05 pemberian salinitas 0,5% memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun

semai C. tagal. Berdasarkan

gambar diatas dapat dilihat bahwa luas daun yang tertinggi terdapat pada Gambar 5. Respon salinitas terhadap pertumbuhan daun semai C. tagal. (A)

Respon Salinitas terhadap jumlah daun. (B) Respon salinitas terhadap luas daun. (C) Respon salinitas terhadap tebal daun. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet’s

B A

(24)

konsentrasi salinitas 1,5% yaitu 13,167 cm2 dan yang terendah pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 0 cm2. Rata-rata luas daun tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 7,573 cm2,dan rata-rata terendah terdapat pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 0,11 cm2. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s

P<0,01 bahwa pemberian salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan luas daun semai C. tagal Harjadi dan Yahya (1988) menyatakan pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur tanaman yaitu antara lain lebih kecilnya ukuran daun. Sehingga penyerapan hara dan air yang berkurang akan menghambat laju fotosintesis yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan Gambar 5C untuk tebal daun C. tagal dapat kita lihat bahwa rata-rata tebal daun tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 0,77 mm dan rata-rata tebal daun yang terendah yaitu pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 0,11 mm

Pengaruh Kadar Air SemaiC. tagal terhadap Konsentrasi Salinitas

Pengaruh salinitas terhadap kadar air C. tagal dapat dilihat pada Gambar 6A dan B

Gambar 6.Respon salinitas terhadap kadar air c. tagal. (A) Respon Salinitas terhadap kadar air tajuk . (B) Respon salinitas terhadap kadar air akar. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%)

(25)

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh salinitas terhadap kadar air tajuk rata-rata tertinggi di tunjukkan pada konsentrasi salinitas 0% yaitu 2,34 dan rata-rata terendah terdapat pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 0,54. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P<0,05 bahwa pemberian salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kadar air tajuk semai C. tagal Kadar air tajuk terus mengalami penurunan dari salinitas terendah hingga salinitas tertinggi. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan garam yang terdapat pada masing-masing konsentrasi salinitas berbeda. Penurunan kadar air tajuk semai berkurang karena makin tingginya konsentrasi garam.

Pada perhitungan kadar air akar rata-rata tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 1,05%. Pada konsentrasi salinitas 0,5% akar semai C. tagal

berkembang cukup baik. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P<0,01 bahwa pemberian konsentrasi salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air akar semai C. tagal.

Pengaruh Rasio Akar dan Tajuk SemaiC. tagal terhadap Konsentrasi

Salinitas

Pengaruh salinitas terhadap rasio akar dan tajuk semai C. tagal dapat dilihat pada Gambar 7

(26)

Berdasarkan dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kadar air akar semai tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 1,05 dan kadar air akar terendah yaitu pada konsentrasi salinitas 0% dan 3% yaitu 0. Rasio tajuk dan akar menunjukkan perbandingan antara tajuk dengan akar yang menunjukkan adanya pengaruh yang sejalan yaitu pertumbuhan tajuk diiukuti oleh pertumbuhan organ tumbuhan lainnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Gardener dkk., (1991) yang menyatakan perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanaman lainya, dimana tajuk akan meningkat secara ratio tajuk akar mengikuti peningkatan berat akar.

Korelasi Parameter Pengukuran

Korelasi atau hubungan dari seluruh parameter pengukuran disajikan pada Tabel 2

Tabel 2. Korelasi semua parameter pengukuran

Keterangan : JD: Jumlah daun; TD: Tebal daun; LD: Lebar daun; JA: Jumlah akar; PA: Panjang akar; DA: Diameter akar ; KAT: Kadar air tajuk; KAA: Kadar air akar; RTDA: Rasio tajuk dan akar. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik korelasi yang signifikan pada P<0,05 dan tanda (**) mengindikasikan secara statistik sangat signifikan pada P<0,01

(27)

terbesar adalah +1 dan r terkecil adalah –1. r = +1 menunjukkan hubungan positif sempurna, jika nilai suatu variabel tinggi maka korelasi nilai variabel yang lainnya juga tinggi sedangkan r = -1 menunjukkan hubungan negatif sempurna jika nilai suatu variabel tinggi maka korelasi nilai variabel yang lainnya rendah dan jika nilai korelasi (r = 0) menunjukkan nilai antara variabel yang satu dengan variabel yang lain tidak ada hubungan.

Berdasarkan dari Tabel 2 bahwa nilai variabel tertinggi terdapat pada korelasi antara pertumbuhan panjang akar dengan diameter akar yaitu 0,946 dan korelasi antara kadar air akar dengan salinitas yaitu (-) 0,617 . Nilai variabel terendah terdapat pada korelasi kadar air tajuk dengan kadar air akar yaitu 0,065 dan korelasi jumlah daun dengan salinitas yaitu (-) 0,057. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang akar dan diameter akar menunjukkan korelasi yang positif dan berinterpretasi pada korelasi yang tinggi sehingga jika pertumbuhan panjang akar meningkat maka diameter akar juga meningkat, sedangkan kadar air akar dan salinitas menunjukkan korelasi yang negatif dan berinterpretasi pada korelasi yang tinggi sehingga semakin tinggi konsentrasi salinitas yang diberikan, maka semakin rendah kadar air akar semai C. tagal.

Dari tabel korelasi diatas tidak ada ditemukan nilai korelasi (r = 0). Ini menunjukkan bahwa semua komponen variabel pada penelitian ini memberikan hubungan satu dengan yang lain.

Ringkasan Pertumbuhan Terbaik Semai C. tagal

(28)

Tabel 3. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian C.tagal di berbagai salinitas

Parameter Pengukuran Semai Salinitas

Tinggi 0,5%

Berdasarkan dari Tabel 3 ringkasan pertumbuhan diatas dapat dilihat bahwa semaiC. tagal dapat tumbuh baik pada konsentrasi salinitas 0,5%. Hampir seluruh parameter pada konsentrasi salinitas 0,5% diperoleh nilai rata-rata tertinggi daripada konsentrasi salinitas yang lain.

Tabel 4. Persentase pengukuran terbaik semai C. tagal

No. Perlakuan Persentase Parameter

1. Salinitas 0% 9,1% Kadar air tajuk ratio akar dan tajuk.

3. Salinitas 1,5% 0%

4 Salinitas 2% 9,1% Panjang akar

5. Salinitas 3% 0%

(29)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Respon pertumbuhan C. tagal berbeda-beda pada konsentrasi salinitas mulai dari 0%, 0,5%,1,5%, 2%, dan 3%. Pertumbuhan terbaik semai C. tagal

yaitu pada konsentrasi salinitas 0,5%, karena 81,8% dari pengukuran parameter terbaik yaitu pada konsentrasi salinitas 0,5%.

Saran

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Umum Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan dengan faktor fisik yang ekstrim, seperti habitat tergenang air dengan salinitas tinggi di pantai dan sungai dengan kondisi tanah berlumpur.Ekosistem ini mempunyai fungsi fisik menjaga kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986).

Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energy gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat menerangkan sedimen (Davies dan Claridge, 1993 dan Othman, 1994).

Fungsi hutan mangrove berdasarkan fungsi fisik yaitu menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari proses erosi atau abrasi, fungsi biologi yaitu sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan biota perairan mangrove yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar, sebagai kawasan pemijah (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground), fungsi ekonomi yaitu sebagai penghasil kayu (Saparinto 2007).

(31)

spesies (Supriharyono, 2000). Beberapa spesis mangrove yang menyusun komunitas hutan mangrove diantaranya spesies Ceriops tagal (family Rhizophoraceae, genus Ceriops).Ceriops tagal adalah mangrove yang toleran terhadap garam dengan kemampuan dapat tumbuh pada kondisi salinitas tinggi dan miskin unsur hara ( Gordon, 1993). Spesies Ceriops tagal berfungsi antara lain sebagai penyuplai unsur hara. Unsur hara ini bersumber dari daun-daun kering, yang mengalami dekomposisi dan menghasilkan detritus nantinya dimanfaatkan oleh hewan-hewan air serta memberikan kesuburan terhadap perairan (Noor et al., 2006).

Cekaman merupakan segala kondisi lingkungan yang memungkinkan akan menurunkan dan merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan pada fungsi normalnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, salah satu cekaman lingkungan yang terjadi pada tumbuhan adalah cekaman salinitas.

Ceriops tagal (Perr.) C. B. Rob.

Perawakan: perdu sampai pohon, tinggi dapat mencapai 3 m, kulit batang bagian bawah sedikit mengelupas, warna abu-abu kecoklatan. Daun: tunggal,

(32)

letak berlawanan, warna hijau muda sampai tua, bagian tepi daun seringkali melengkung ke dalam, ujung membulat, bentuk bulat telur terbalik sampai elips, ukuran panjang 4-8 cm, lebar 2-3 cm. Karangan bunga: bergerombol di ujung tandan, berjumlah 5-10 bunga, dengan tangkai bunga panjang, terletak di ketiak daun, kelopak 5, berwarna hijau, daun mahkota 5, berwarna putih kecoklatan, tangkai benangsari lebih panjang dari kepala sarinya. Buah: bulat, warna merah kecoklatan, hipokotil mirip pensil, panjang 9-18 cm, diameter 8-12 mm, beralur, dan sedikit berbintil pada permukaannya. Akar: sedikit tampak adanya akar papan. Habitat: tanah liatagak kering dan sedikit berpasir. Biasanya berdampingan dengan C. decandra.

Adaptasi dan Sistem Perakaran Mangrove

Pohon-pohon mangrove beradaptasi secara fisiologi dan morfologi terhadap keadaan habitat yang dipengaruhi oleh genangan air pasang surut dengan amplitudo salinitas yang tinggi serta suasana lumpur tebal dan anaerobik.Adaptasi ini dapat terlihat dalam bentuk sistem perakaran yang khas tumbuhan mangrove. Perakaran ini berfungsi antara lain untuk membantu tumbuhan mangrove bernafas dan tetap tegak berdiri. Hanya sedikit jenis mangrove yang mempunyai sistem perakaran yang dalam atau mempunyai akar tunggang yang tetap.Bagian perakaran yang ada di dalam tanah umumnya horizontal, bercabang banyak dan berakar rambut yang kecil dan lembut.Akar utamanya menembus vertikal ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar samping yang panjang dan berfungsi sebagai jangkar.Seringkali akar samping ini mencuat ke permukaan tanah seperti tonggak atau melengkung seperti lutut yang disebut akar nafas atau

(33)

liar.Bentuk pneumatofor bermacam-macam, ada yang berkembang besar dan kuat bagaikan tonggak yang tinggi-nya mencapai 25 - 30 cm. Akar ini berasal dari akar horisontal dalam tanah.Pneumatofor umum terdapat pada jenis Avicennia dan bentuknya langsing, sedangkan pada Sonneratia, pneumatofor berkembang kuat dan besar dengan diameter pada pangkalnya sampai 5 cm.

Pada jenis-jenis Lumnitzera racemosa, X. granatum.X.muloccensis bentuk

(34)

Pada beberapa jenis pohon mangrove sering pula terdapat akar-akar kecil yang tumbuh dari pangkal batang yang disebut akar liar, misalnya pada Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculata, Cerbera manghas dan Rhizophora spp. Perakaran di bawah tanah semua jenis mangrove adalah horizontal, bercabang lebat, dan terdapat pada permukaan. Akar-akar horizontal ini disebut juga akar kabel, ini dikokohkan dengan akar jangkar yang tumbuh tegak lurus ke bawah.Selain itu akar-akar horizontal, ini membantuk juga akar bulu yang halus dan lebat pada bagian lapisan paling atas endapan lumpur dan berfungsi sebagai penyerap hara makanan.Pembentukan akar pada lapisan paling atas ini sangat menguntungkan lapisan permukaan mempunyai erasi yang lebih baik daripada lapisan di bawahnya. Bila terjadi pengendapan lumpur baru di permukaan, akar-akar bulu ini akan tumbuh lagi di atas yang lama.

Zonasi mangrove

Ceriops tagal biasanya menempati lokasi bagian dalam hutan bakau dan ditemukan disepanjang jalur kecil di pesisir lautan berlumpur yang tepinya berpasir dan menerima lebih sedikit air tawar. Ceriops tagal ini juga dapat tumbuh di atas batu karang yang sering dibanjiri (Jansen et al, 2005:55).Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerh terbuka daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hamper tawar, serta daerah kea rah daratan yang memiliki air tawar.

a) Mangrove terbuka

(35)

dipengaruhi oleh air laut. van Steenis (1958) melaporkan bahwa S. alba dan A. alba merupakan jenis-jenis kodominan pada areal pantai yang sangat tergenang ini. Komiyama, et al (1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona ini didominasi oleh S.alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada substratnya S. albacenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasi daerah yang lebih berlumpur (van Steenis, 1958). Meskipun demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya akan bahan organik (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993). b) Mangrove tengah

Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Di zona ini biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora.Namun, Samingan (1980) menemukan di Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica.Jenis-jenis penting lainnya yang ditemukan di Karang Agung adalah B. gymnorrhiza, Excoecariaagallocha, R. mucronata, X. granatum dan X. moluccensis.

c) Mangrove payau

Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Di zona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Di Karang Agung, komunitas N. fruticans terdapat pada jalur yang sempit di sepanjangsebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering sekali ditemukan tegakan N. fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera

(36)

Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil di Aceh, Sonneratia caseolaris

lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar (Giesen & van Balen, 1991).

d) Mangrove daratan

Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya.Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis(Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya.

(37)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif di bumi dibandingkan dengan ekosistem lainnya (Clough et al., 2000).Pentingnya hutan mangrove telah diakui bagi ekosistem global, namun terdapat sedikit informasi yang menjelaskan mengapa tanaman mangrove dapat tumbuh di lingkungan salinitas yang tinggi, terutama yang berasal dari mangrove Indonesia.Menurut karakteristik morfologinya dalam manajemen garam, tanaman mangrove dibagi ke dalam dua kelompok besar (Scholander et al., 1962).Kelompok pertama adalah spesies yang mensekresi garam (jenis sekresi/secreting species) yang memiliki kelenjar garam di daunnya atau rambut garam untuk menghilangkan kelebihan garam.Yang kedua adalah spesies non-sekresi (non-scereting species) yang tidak memiliki fitur morfologi tersebut untuk ekskresi kelebihan garam (Scholander et al., 1962; Tomlinson, 1986).Dengan demikian, hutan mangrove merupakan model tanaman yang ideal untuk mempelajari mekanisme toleransi garam pada tingkat seluler. Cekaman merupakan segala kondisi lingkungan yang memungkinkan akan menurunkan dan merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan pada fungsi normalnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, salah satu cekaman lingkungan yang terjadi pada tumbuhan mangrove adalah cekaman salinitas.

Adapun Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa mangrove adalah tumbuhan halofit yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis.

(38)

salin, oleh karena itu akar merupakan struktur dan berfungsi mengatur pengambilan dan transpor ion. Akar merupakan barrier utama terhadap pergerakan larutan ke dalam tumbuhan dan sebagian hasilnya konsentrasi ion yang diantarkan ke tunas sangat berbeda dari konsentrasi ion pada medium eksternal (Shannon et al.,1994).

Berdasarkan SK Direktorat Jenderal Kehutanan No. 60/Kpts/Dj/I/1978, yang dimaksud dengan hutan mangrove adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, yaitu tergenang air laut pada waktu pasang dan bebas dari genangan pada waktu surut.

Penelitian tentang salinitas telah banyak dilakukan, tetapi informasi mengenai pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan semai khususnya pada jenis

C. tagal dari hutan mangrove Sumatera Utara belum dilakukan.Pessarakli (1993) menyatakan bahwa cekaman salinitas menyebabkan jumlah air pada tanaman semakin berkurang. Stress air terus-menerus dimungkinkan dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder di daun dan akar C. tagal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh berbagai tingkat salinitas terhadap pertumbuhan dan biomassa semai dan kandungan lipida pohon C. tagal .

Dalam meningkatkan keberhasilan rehabilitasi, perlu dilakukan perencanaan yang tepat untuk rehabilitasi, penggunaan bibit yang baik dan penyesuaian atau adaptasi penanaman vegetasi mangrove yang sesuai dengan faktor pertumbuhannya seperti kualitas sifat fisik kimia tanah, salinitas dan pH tanah, serta lama penggenangan yang dipengaruhi pasang surut air laut.

Tujuan Penelitian

Mengetahui tingkat pertumbuhan semai dan perkembangan akar C.tagal

(39)

Hipotesis

Terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan akar semai C. tagal

pada berbagai konsentrasi salinitas.

Manfaat penelitian

(40)

ABSTRACT

MARNIDA ULI LUBIS : The Growth and Development of Mangrove’s Root Seedlings Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob under Different Salinity. Supervised by

MOHAMMAD BASYUNI and BUDI UTOMO.

The deforestation of mangrove caused by human activities to the effects the composition of mangrove forest stands it is necessary for mangrove rehabilitation to restore mangrove ecosystem. The Growth and root development of mangrove seedlings Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob in different salinity was studied in the greenhouse, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, started from 22nd May until 22nd November 2015. This study was aimed at determining the level of seedling growth and root development in C. tagal seedlings in different salinity.

This research use the completely random design (CRD) with 5 treatment, namely 0%, 0,5%, 1,5%, 2%, and 3% for 10 replication. The best result showed that growth and seedlings development was obtained at 0,5% salinity, high growth of seedlings at 0,5%, diameter at 0,5%, number of leaf at 0,5%, leaf area at 0,5%, thick leaves at 0,5%, number of root at 0,5%, length roots at 2%, root diameter at 0,5%, the water content of the root 0%, the water content of the shoot 0,5%, and the ratio of root and shoot at 0,5%.

(41)

ABSTRAK

MARNIDA ULI LUBIS : Pertumbuhan Dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob Pada Berbagai Salinitas. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan BUDI UTOMO.

Kerusakan hutan mangrove yang disebabkan oleh aktivitas manusia mengakibatkan komposisi tegakan hutan mangrove menjadi menurun sehingga di perlukan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove untuk memperbaiki ekosistem hutan mangrove. Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob pada berbagai salinitas ini diteliti di rumah kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara mulai 22 Mei sampai 22 November 2015. Penelitian ini berjutuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan semai dan perkembangan akar C. tagal tehadap berbagai konsentrasi salinitas.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial dengan 5 perlakuan, yaitu salinitas (0%, 0,5%, 1%, 2%, dan 3%) dan di ulang sebanyak 10 ulangan. Hasil pertumbuhan dan pekembangan terbaik yaitu pada konsentrasi salinitas 0,5%, pertumbuhan tinggi semai pada konsentasi salinitas 0,5%, diameter semai 0,5%, jumlah daun 0,5%, luas daun 0,5%, tebal daun 0,5%, jumlah akar 0,5%, panjang akar 2%, diameter akar 0,5%, kadar air akar 0%, kadar air tajuk 0,5%, dan ratio akar dan tajuk 0,5%.

(42)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AKAR SEMAI

MANGROVE SEJATI

Ceriopstagal

(Perr.) C.B.Rob PADA

BERBAGAI SALINITAS

SKRIPSI

Oleh:

MARNIDA ULI LUBIS 121201146/BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(43)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AKAR SEMAI

MANGROVE SEJATI

Ceriops tagal

(Perr.) C.B.Rob PADA

BERBAGAI SALINITAS

SKRIPSI

Oleh:

MARNIDA ULI LUBIS 121201146/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(44)
(45)

ABSTRACT

MARNIDA ULI LUBIS : The Growth and Development of Mangrove’s Root Seedlings Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob under Different Salinity. Supervised by

MOHAMMAD BASYUNI and BUDI UTOMO.

The deforestation of mangrove caused by human activities to the effects the composition of mangrove forest stands it is necessary for mangrove rehabilitation to restore mangrove ecosystem. The Growth and root development of mangrove seedlings Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob in different salinity was studied in the greenhouse, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, started from 22nd May until 22nd November 2015. This study was aimed at determining the level of seedling growth and root development in C. tagal seedlings in different salinity.

This research use the completely random design (CRD) with 5 treatment, namely 0%, 0,5%, 1,5%, 2%, and 3% for 10 replication. The best result showed that growth and seedlings development was obtained at 0,5% salinity, high growth of seedlings at 0,5%, diameter at 0,5%, number of leaf at 0,5%, leaf area at 0,5%, thick leaves at 0,5%, number of root at 0,5%, length roots at 2%, root diameter at 0,5%, the water content of the root 0%, the water content of the shoot 0,5%, and the ratio of root and shoot at 0,5%.

(46)

ABSTRAK

MARNIDA ULI LUBIS : Pertumbuhan Dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob Pada Berbagai Salinitas. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan BUDI UTOMO.

Kerusakan hutan mangrove yang disebabkan oleh aktivitas manusia mengakibatkan komposisi tegakan hutan mangrove menjadi menurun sehingga di perlukan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove untuk memperbaiki ekosistem hutan mangrove. Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob pada berbagai salinitas ini diteliti di rumah kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara mulai 22 Mei sampai 22 November 2015. Penelitian ini berjutuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan semai dan perkembangan akar C. tagal tehadap berbagai konsentrasi salinitas.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial dengan 5 perlakuan, yaitu salinitas (0%, 0,5%, 1%, 2%, dan 3%) dan di ulang sebanyak 10 ulangan. Hasil pertumbuhan dan pekembangan terbaik yaitu pada konsentrasi salinitas 0,5%, pertumbuhan tinggi semai pada konsentasi salinitas 0,5%, diameter semai 0,5%, jumlah daun 0,5%, luas daun 0,5%, tebal daun 0,5%, jumlah akar 0,5%, panjang akar 2%, diameter akar 0,5%, kadar air akar 0%, kadar air tajuk 0,5%, dan ratio akar dan tajuk 0,5%.

(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 12 Juli 1994 dari pasangan Bapak Raindra Wajah Lubis, SE dan Ibu Rosmalemna, S.Pd., M.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara.

Pada tahun 2006 Penulis lulus dari SD 117864 Suka Bangsa Kec.Na.IX-X, tahun 2009 lulus dari SMP Negeri 1 Na. IX-X Aek Kota Batu dan tahun 2012 lulus dari SMA Negeri 3 Rantauprapat. Tahun 2012 Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan sebagai Mahasiswi di Program studi Kehutanan Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) reguler.

Selama Mengikuti Perkuliahan Penulis Aktif dalam organisasi Rain Forest

community dari tahun 2012-2016 di Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera utara pada tahun 2013.

(48)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Sejati Ceriops tagal (Perr.) C. B.Rob Pada Berbagai Salinitas”

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si., Ph.D dan Bapak Dr. Budi Utomo, SP. MP., selaku komisi pembimbing yang telah membantu meluangkan waktu dan pemikirannya dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua, Bapak Raindra Wajah Lubis, SE dan Ibunda Rosmalemna,

S.Pd., M.Pd yang senantiasa memberikan kasih sayangnya sepanjang masa dan dukungan moril serta materil kepada penulis. Semua hal yang kedua orang tua penulis berikan merupakan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih segala hal yang telah diberikan kepada penulis, tanpa kedua orang tua penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan.

2. Seluruh Dosen-dosen saya terutama dosen pembimbing saya mulai semester 1 sampai 6 Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si., Tata Usaha serta seluruh instansi yang terkait di Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. 3. Teristimewa kepada Adik saudara perempuan saya Ima Satriani Lubis dan

Anggi Kharisma yang ikut serta membantu saya dalam kegiatan pemanenan, memberikan kekuatan dan semangat juang dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh masyarakat Desa Pulau Sembilan Bapak Burhan selaku Ketua adat di

Desa Pulau Sembilan yang telah membantu dalam pengambilan sampel penelitian.

(49)

melakukan penelitian serta teman-teman angkatan 2012 di Fakultas Kehutanan khususnya Budidaya Hutan 2012.

6. Rekan-rekan seperjuangan Rifai Muda Harahap, Pradipta Wijaya, Ahmad Gozali, Amaliyah Putri yang membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Terakhir penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu terima kasih doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini maih jauh dari kesempurnan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga ALLAH SWT. Senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2016 Penulis

(50)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang... ... 1

Tujuan Penelitian... ... 2

Hipotesis Penelitian... ... 3

Manfaat Penelitian... ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Umum Hutan Mangrove ... 4

Ceriops tagal (Perr.)... ... 5

Adaptasi dan Sistem Perakaran mangrove... ... 6

Zonasi Mangrove... ... 8

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 11

Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel ... 11

Alat dan Bahan Penelitian ... 11

Prosedur Pengamatan ... 12

Pengamatan Parameter ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Hidup dan Mortalitas Semai C. tagal ... 17

Pengaruh pertumbuhan semai C.tagal ... 18

Pengaruh Pertumbuhan Akar Semai C. tagal ... 20

Pengaruh Pertumbuhan Daun Semai C. tagal ... 22

Pengaruh Kadar Air Semai C. tagal ... 23

Pengaruh Rasio Akar dan Tajuk Semai C. tagal ... 24

Korelasi Parameter Pengukuran ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

(51)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1.Persentase Hidup Dan Mortalitas Semai C. tagal ... 14

2.Korelasi Semua Parameter Pengukuran ... 19

3. Ringkasan Pertumbuhan ... 27

(52)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Morfologi C. tagal ... 5

2. Pertumbuhan Semai C.tagal ... 7

3. Tinggi Dan Diameter Semai C.tagal ... 18

4. Jumlah Akar, Panjang Akar, Dan Diameter C.tagal ... 20

5. Jumlah Daun,Tebal Daun Dan Luas Daun C.tagal ... 22

6. Kadar Air Tajuk Dan Akar C.tagal ... 23

Gambar

Gambar 2.
Tabel 1. Persentase hidup dan mortalitas semai C. tagal
Gambar 4.Respon  salinitas  terhadap  pertumbuhan  akar  semai     C.tagal. (A) Respon salinitas terhadap jumlah akar
Gambar 5. Respon  salinitas  terhadap  pertumbuhan daun semai C. tagal.  (A) Respon Salinitas terhadap jumlah daun
+6

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disingkat BUMDes adalah badan Usaha Yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Pemerintah Desa melalui Penyertaan

Rosyidah Yasin ini, pada saat proses pengolahan data pasien dilakukan masih manual, misalnya untuk proses pendaftaran masih mencatat pada buku pendaftaran, pencarian data pasien

[r]

Analisis daya terima produk biskuit yang diperkaya tepung daun kelor pada penelitian ini dilakukan dengan cara 3 metode uji organoleptik yaitu metode uji tingkat

Pendampingan ini dilakukan melalui kegiatan pelatihan penyusunan tes keterampilan proses sains dan kunjungan dari tim pengabdian ke sekolah untuk mendiskusikan kesulitan yang

Lumban Gaol dan Siburian (2018:71) mengemukakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru adalah dengan memberikan

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, diperlukan suatu logika yang dapat memcahkan masalah, dan perlu pendukung keputusan dalam proses pemilihan jurusan dan