• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata Lour. (Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) dan Parasitoidnya, Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata Lour. (Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) dan Parasitoidnya, Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae)"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)

PENGARUH SEDIAAN INSEKTTSTDA DARE RANTING Aglaia

odorata LOUR. (MELIACEAE) TERHADAP INTERAKSI

ANTARA H e l i c o v e ~ a

armigera ( ~ N E R )

(LEPIDOPTERA:

NOCTUIDAE) DAN PARASITOIDNYA,

Eriborus

argenteopilosus (CAMERON) (HYMXNOPTERA:

ICHNEUMONIDAE)

OLEH:

SAPDI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(106)

ABSTRAK

SAPDI. Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata Lour. (Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) dan Parasitoidnya, Eriborus argenfeopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae). Dibimbing oleh DJOKO PRIJONO dan DAMAYANTI BUCHORI.

Pengujian aktivitas ekstrak metanol ranting Aglaia odorata dan fraksi aktifhya dilakukan di laboratorium untuk mengetahui toksisitasnya terhadap larva

Helicoverpa armigera dan kompatibilitasnya dengan parasitoid Eriborus

argenteopilosus. Pengujian toksisitas eksh-ak terhadap larva H. armlgera dan

imago betina E. argenteopiiosus dilakukan dengan metode residu pada daun dan metode kontak, sedangkan pengaruhnya terhadap parasitisasi larva H. armigeru, enkapsulasi parasitoid pradewasa dalam tubuh inangnya, jumlah sel darah larva H.

armzgera, mortalitas larva terparasit, serta perkembangan clan kebugaran imago

parasitoid diuji dengan metode residu pada daun pada konsentrasi subfetal (LCz5, Lc50, dan LC~O).

Hasil penetitian menunjukkan bahwa ekstrak ranting A. odorafa dan rokaglamida memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva

fL

armigera melalui makanan, tetapi efek kontaknya sangat rendah. LCro ektrak A. odorata dan rokaglamida terhadap larva instar 2 H. armigera melalui makanan adalah 84,9 ppm dan 2,11 ppm. Perlakuan ekstrak pada konsentrasi 80 - 450 ppm melalui makanan juga memperpanjang lama perkernbangan larva H. armigera yang bertahan hidup dari instar 2 ke instar 5 selama 1,65 - 3 3 9 hari dibandingkan kontrol. Selain itu, ekstrak A. odorafa pada konsentrasi 10.000 ppm (30 kali LCg5 terhadap inang melalui makanan) relatif tidak toksik secara kontak terhadap imago betina E. argenteopilosus.

Perlakuan ekstrak ranting A. odorafa pada konsentrasi 50,2 - I27,7 pprn tidak mempengaruhi tingkat parasitisasi larva H. armigera oleh E. argenteopilosus. Sebaliknya, perlakuan ekstrak pada konsentrasi 84,9 ppm (LC50) dapat menurunkan tingkat enkapsulasi parasitoid pradewasa dalam tubuh inangnya dari 8,7% menjadi 3,0%, bahkan perlakuan ekstrak pada konsentrasi 127,7 ppm (LC70) mampu meniadakan enkapsulasi tersebut. Selain itu, perlakuan ekstrak tersebut hingga LCT0 juga dapat menurunkart jumlah total sel darah larva H. armigera.

(107)

SURAT

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang be judul:

Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata Lour. (Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa armzgera (Hiibner)

(Lepidoptera: Noctuidae)

dan

Parasitoidnya, Eriborus argenteopzlosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae)

adalah be- merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua surnber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas clan dapat diperiksa kebenarannya.

-

S A P D I
(108)

PENGARUH SEDIAAN TNSEKTTSTDA DART RANTING

Aglaia

odorata LOUR. (MELIACEAE) TERHADAP INTERAKSI

ANTARA Helicoverpa armigera ( ~ B N E R )

(LEPIDOPTERA:

NOCTUIDAE) DAN PARASITOIDNYA,

Eriborus

argenteopilosus

(CAMERON) (HYMENOPTERA:

ICHNEUMONIDAE)

OLEH:

SAPDI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Entomolo~itopatologi

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(109)

Judul Tesis : Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata

Lour. (Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa

armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) dan

Parasitoidnya, Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae)

Nama Mahasiswa : SAPDI Nomor Pokok : 99192

Program Studi : Entomologi/Fitopatologi

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Ir. ~ i o k o ~riionb, M A ~ S C . Ketua

Dr. Ir. ~a&avanti Buchori, M.Sc. fQwgota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi gram Pascasarjana

da Manuwoto, M Sc.

(110)

Penulis dilahirkan di Desa Tanjung Pura, Kabupaten Aceh Tengah pada tanggal 15 November 1964, sebagai anak keenam dari sepuluh bersaudara dari pasangan almarhum Muhammad Kasah dan almarhumah Siti Ara.

Penulis menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada SMA Negeri I Takengon, Aceh Tengah pa& tahun 1984. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh. Penulis memilih Jurusan Hama clan Penyakit Turnbuhan (HPT) dengan spesialisasi Ilmu Hama Tumbuhan, dan berhasil meraih gelar Sarjana Pertanian pada tahun 1990.

Sejak pertengahan tahun 1990, penulis menjadi Asisten Dosen pada Jurusan HPT, Fakultas Pertanian Unsyiah, khususnya &lam mata ajaran Entomologi Umum. Selanjutnya pada tanggal 1 Maret 1993, penulis diangkat menjadi Staf Pengajar tetap pada fakultas dan jurusan yang sama sampai sekarang.

Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 tahun

(111)

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata'ala, atas rahrnat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing yang terdiri dari Ir. Doko Prijono, MAgrSc. sebagai ketua dan Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc. sebagai anggota, atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan mulai penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian

d m

penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disarnpaikan kepada Ditjen

Dikti, Rektor IPB, Direktur Program Pascasarjana IPB dan seluruh Staf Pengajar Program Studi Entomologi/Fitopatologi, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Entomologi/Fitopatologi.

Teriring do'a buat Ayah dan Ibunda yang tidak sempat menyaksikan karya ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya buat isteri dan putri tercinta, serta seluruh anggota keluarga yang selalu mendo'akan penulis dalarn penyelesaian studi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Agus Sudrajat, M. Yusuf, Endang, Danar Dono, Sudarmo, Edy Syahputra, dan Erwin yang telah banyak membantu baik tenaga maupun pengarahan dan pengolahan data. Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari yang Maha Kuasa.

(112)

DAFTAR IS1

Halaman DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... I . PENDAHULUAN UMUM ...

...

1.1 Latar Belakang

... 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

...

1.3 Daftar Pustaka

I1

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1 Sejarah Perkembangan Pemakaian InsekSisida Botani ...

2.2 Potensi Aglaia odorata Sebagai Surnber Insektisida Botani

...

... V l l l

X xi 1 1 4 4 7 7 10

...

2.3 Helicoverpa annigera 14

...

2.4 Eriborus argenreopilosus 17

2.5 Pengaruh Insektisida Botani Terhadap Interaksi Inang Parasitoid

...

20 2.6 Daftar Pustaka ... 22 111 . KOMPATIBILITAS EKSTRAK RANTING Aglaian odorata LOUR .

(MELIACEAE) DENGAN PARASITOID Eriborus argenteopilosus (CAMERON) (HYMENOPTERA: ICHNEUMANIDAE) PADA

INANG Helicoverpa armigera ( ~ N E R : NOCTUIDAE) ... 28 3.1 Abstrak ...

... 3.2 Pendahuluan

3.3 Bahan dan Metode ... ... 3.3.1 Perbanyakan Tanaman Brokoli

... 3.3.2 Pemeliharaan Serangga Uji

.

... 3.3.3 Ekstraksi Ranting A odorata

. .

3.3.4 Metode Uji Hayati ... 3.4 Hasil dan Pembahasan ...

(113)

3.4.2 Pengaruh Ekstrak Ranting A

.

odwata terhadap Imago Betina E

.

...

argenteopilosus

3.4.3 Pengaruh Ekstrak Ranting A

.

odorata terhadap Parasitisasi

...

.

.

Larva H armigera oleh E argenteopilosus

3.4.4 Pengaruh Ekstrak Ranting A

.

odorata terhadap Enkapsulasi Telur dan Larva E

.

argenteopilosus dalarn Tubuh Larva H

.

...

armigera

3.4.5 Pengaruh Ekstrak Ranting A

.

odorata terhadap Jumlah Total

...

.

Sel Darah Larva H armigera

3.5 Kesimpulan ... 3.6 Daftar Pustaka ... IV KEBUGARAN PARASITOID Eriborus argenfeopidosus (CAMERON)

(HYMENOPTERA: ICHNEUh4ANIDAE) YANG BERKEMBANG PADA INANG Helieoverpa armigera ( m N E R : NOCTUIDAE)

Y A N G DIBERl PERLAKUAN EKSTRAK RANTING Aglaian odorata

...

.

LOUR (MELIACEAE)

4.1 Abstrak ...

4.2 Pendahuluan ... ...

4.3 Bahan dan Metode

...

3.3.1 Perbanyakan Tanaman dan Pemekiharaan Serangga Uji . .

3.3.2 Metode Uj 1 Hayati ... 4.4 Hasil dan Pembahasan ...

4.4.1 Pengaruh Ekstrak Ranting A

.

odorata terhadap Perkembangan ...

.

dan Lama Hidup E argenteopidosus

4.4.2 Pengaruh Ekstrak Ranting A

.

odorata terhadap Reproduksi

...

.

Parasitoid E argenteopilosus

4.4.3 Pengaruh Ekstrak Ranting A

.

odorata terhadap Karakter Morfologi Parasitoid E

.

argenfeopilosus

...

4.5 Kesimpulan ...

4.6 Daftar Pustaka ... ... V PEMBAHASAN UMUM

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ...

(114)

DAFTAR TABEI,

Halaman

Parameter regresi probit hubungan konsentrasi ekstrak ranting A.

...

odorata dengan tingkat mortalitas larva H. armigera

Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap lama perkembangan larva H. armigera dari instar 2 hingga instar 5 ... Pengaruh rokaglamida terhadap lama perkembangan larva H. armigera dari instar 2 hingga instar 5 ... Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap mortalitas imago betina E. Argenfeopilosus.. ... Pengaruh ekstrak A. odorata terhadap parasitisasi larva H. armigera oleh E. argenteopilosus ... Pengaruh ekstrak A. odorata terhadap enkapsulasi telur dan larva E. argenteopilosus dalam tubuh H. armigera. ... Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap jumlah total sel darah

... larva H. annigera

Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap lama perkembangan ... pradewasa E. argenteopilosus

Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap lama hidup imago E. argenteopilosus ...

Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap mortalitas larva H. armigera terparasit ...

(115)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Senyawa turunan rokaglamida yang diisolasi dari A. odorata beserta toksisitasnya terhadap Spodoptera littoralis (Nugroho & Proksch

1999a, 1999b; Nugroho et al. 1999)

...

12

2.2 Senyawa turunan non rokaglamida yang diisolasi dari A. odorata

(Nugroho & Proksch 1999a, 1999b; Nugroho et al. 1999) . . . 13 3.1 Skema prosedur ekstraksi ranting A. odorata

dan

fraksinasi ekstrak ... 35 3.2 Mortalitas kumulatif l a v a H. armigera yang diberi makan daun

... berperlakuan ekstrak ranting A. odorata selama 7 2 jam 4 1 3.3 Persentase superparasitisasi E. argenteopilosus pada larva H. armigera 4 1 4.1 Perkembangan jurntah telur yang diletakkan imago betina E.

argenteopilosus yang muncul dari larva H. nrmigera yang diberi

(116)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Foto AgIaia odorata: (a) pohon, (b) daun dan ranting ... . . ...

. .

. ... . . 82 2 Foto Helicoverpa armigera: (a) telur, ( b ) larva, (c) pupa, (d) imago ... 82
(117)

I.

PENDAHULUAN UMUM

1.1 Latar Belakang

Untuk menunjang penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) terhadap

Helicoverpa armigera (Hiibner) (Lepidoptera: Noctuidae) diperlukan sarana

pengendalian yang efektif terhadap hama tersebut tetapi aman terhadap musuh alaminya. Salah satu alternatif yang layak mendapat perhatian ialah bahan insektisida dari tumbuhan (insektisida botani) karena insektisida golongan ini secara urnum relatif aman terhadap musuh alami (Schmutterer 1997; Hedin & Hollingworth 1997).

Insektisida botani umumnya lebih bersifat sebagai racun perut sehingga peluang bahan tersebut membunuh musuh alami secara kontak cukup kecil, di samping tingkat persistensinya yang singkat sehingga tidak dikhawatirkan rneninggalkan residu pada hasil panen (Prijono 1999). Misalnya, ekstrak biji srikaya (Annona squamosa) relatif aman terhadap imago parasitoid Diadegma

semiclausurn (Hellen) (Hymenoptera: Ichneumonidae) (Buchori et al. 1999),

ekstrak biji Aglaia hannsiana kompatibel dengan parasitoid Eriborus

argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae) (Danar Dono et ad.

1998) dan ekstrak ranting Aglaia odorata dapat menumdcan enkapsulasi telur dan larva E. argenteopilosus pada inang Crocidolomia pavonana (F.) (Sin. Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) (Sudarmo 2001). Dengan

(118)

2 Meskipun banyak laporan yang menunjukkan bahwa insektisida botani relatif aman terhadap musuh alami, sebagian senyawa sekunder yang berasal dari tumbuhan dapat berdampak negatif terhadap musuh alami. Campbell & Duffey (1979) melaporkan bahwa a-tomatin memiliki dampak negatif terhadap perkembangan parasitoid Hyposoter exigua (Viereck) (Hymenoptera: Ichneumonidae). Selain itu, nikotin juga berdampak negatif terhadap parasitoid

Cotesia congregata (Barhosa et al. 199 1 ). OIeh sebab itu, dalam pengembangan insektisida botani perlu dilakukan pengujian terhadap musuh alami terrnasuk parasitoid, yang hasilnya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penerapan insektisida tersebut &lam PHT P h a l i m i et al. 1999).

Hasil penelitian selama dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa tanaman genus Aglaia merupakan sumber insektisida botani yang potensial (Satasook et al.

1994; Nugroho et al. 1997a, 1997b). Satasook et al. (1 994) melaporkan bahwa ekstrak metanol daun 16 spesies Aglaia (dari 26 spesies yang diuji) bersifat insektisida terhadap larva Peridrorna saucia (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa dari sembilan spesies Aglaia yang diuji terhadap berbagai jenis larva Lepidoptera, tujuh di antaranya memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan dan A. odorata merupakan yang paling aktif (Isman

1995).

(119)

3

penelitian lain dilaporkan bahwa perlakuan ekstrak etanol ranting A. odorata melalui makanan pada konsentrasi 0,5% mengakibatkan kematian larva instar 2 C.

pavonana sebesar 98,7% (Prijono e6 al. 2001).

Senyawa rokaglamida (golongan benzofinan) telah diidentifikasi sebagai senyawa insektisida utama dalarn daun dan ranting A. odorata (Ishibashi et ai. 1993). Senyawa tersebut memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva

Spodoptera litura (F.) (Lepidoptera: Noctuidae) (EC5o = 0,33 ppm) dan setara

dengan azadirachtin (ECso = 0,24 ppm) (Isman et al. 1997). Beberapa senyawa turunan benzofuran seperti rokaglamida dan didesmetilrokaglamida juga memiliki toksisitas yang kuat terhadap larva S. liftoralis dengan LC50 masing-masing 0,9 ppm dan 0,8 ppm, yang sebanding dengan LC50 azadirachtin (0,9 ppm).

(120)

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) pengaruh ekstrak A. odorata terhadap mortalitas larva H. arrnigera, 2) toksisitas kontak ekstrak A. odorata terhadap imago betina E. argenteopilosus, 3) penganrh ekstrak A. odorata terhadap tingkat parasitisasi larva H. armigera oleh E. argenteopilosus, 4) pengaruh ekstrak A. odorata terhadap tingkat enkapsulasi telur dan larva parasitoid dalam tubuh larva H. armigera, 5) pengaruh ekstrak A. odorata terhadap jumlah total sel darah larva H. armigera, 6) pengaruh ekstrak A. odoruta terhadap mortalitas larva H. armigera terparasit, dan 7 ) pengaruh ekstrak A.

odorata terhadap lama perkembangan dan kebugaran parasitoid E.

argenteopilosus.

Hasil penelitian ini &harapkan &pat memberikan informasi tentang aktivitas insektisida ekstrak ranting A. odorata dan senyawa aktifnya terhadap larva H. armigera serta kompabilitasnya dengan parasitoid E. argenteopilosus.

1.3 Daftar Pustaka

Anindhita K. 2000. Oviposisi, enkapsulasi dan keberhasilan hidup parasitoid Erzborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae) pa& inang Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae), Spodoptera iitura (Fabr.) dan Helieoverpa armigera (Hiibn.) (Lepidoptera: Noctuidae) (skripsi). Bogor: Jurusan HPT Faperta IPB.

Barbosa P. Gross P & K e m ~ e r J. 199 1. Influence of ~ l a n t allelochemicals on the tobacco homworm and its parasitoid, Cotesia congregata. Ecology 72:

1567-1575.

Suchori D, Prijono D, Krisnawati R, Istiaji B, Fahrizal A. 1999. Pengaruh ekstrak srikaya (Anona squamosa) pada dosis subletal terhadap kesesuaian

PZutelZa xylostella (L) bagi perkembangan Diadegma semiclausum Hellen.

(121)

Campbell BC, Duffey SS. 1979. Tomatine and parasitic wasps: potential incompatibility of plant antibiosis with biological control. Science 205: 700-702.

Dhalimi A, Sitepu J, Soetopo D. 1999. Status dan perkembangan penelitian pestisida nabati. Di dalam: Soetopo, D. et a l . , editor. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati; Bogor, 9 - 10 Nop 1999. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanarnan Perkebunan. hlm 33-46.

Danar Dono, Prijono D, Manuwoto S, Buchori D. 1998. Pengaruh ekstrak biji

Aglaia harmsiana Perkins (Meliaceae) terhadap interaksi antara

Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) clan parasitoidnya,

Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae). Sul HPT 1 :38-46.

Hedin PA, Hollingworth RM. 1997. New applications for phytochemical pest- control agents. Di dalam: Hedin PA, Hollingworth RM, Masler EP, Miyamoto J, Thomson DG, editor. Phytochemicals for pest control. Washington DC: ACS. hlrn 1-12.

Ishibashi F, Satasook C, Isman ME, Towers GHN. 1993. Insecticidal 1 H-

cyclopentatetmhydro[b]benzofiuans fkom AgEaia odorata. Phytochemistry

32:307-3 10.

Isman MB. 1995. Leads and prospects for the development of new botanical insecticides. Rev Pestic Toxic01 3: 1-20.

Isrnan MB, Gunning PJ, Spollen KM. 1997. Tropical timber species as sources of botanical insecticides. Di dalam: Hedin PA, Hollingworth RM, Masler EP, Miyamoto J, Thomson DG, editor. Phytochemicals for pest control. Washington DC: ACS. hlm 27-37.

Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia. van der Laan PA, penerjemah. Jakarta: PT Ichtiar Baru - Van Hoeve. Te rjemahan dari: De plagen van de cultuurgewassen in Indonesie.

La Daha, Rauf A, Sosromarsono S, Kartosuwondo U, Manuwoto S. 1998. Ekologi

Helieoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman tomat. Bul HPT lO(2): 10-16.

Nugroho BW, Proksch P. 1999. Insektisida botani dari tanaman Aglaia odorata

(122)

Nugroho BW, Edrada RA, Giissregen B, Wry V, Witte L, Proksch P. 1997a. New insecticidal rocaglamide derivatives from Aglaia duperreuna (Meliaceae). Phytochemistry 44: 1455-1461.

Nugroho BW, Giissregen B, Wry V, Witte L, Bringmann G, Proksch P. 199%. New insecticidal rocaglamide derivatives from AgZaia eliptica and AgZaia harmsiana (Meliaceae). Phytochemistry 45: 1579-1 585.

Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang & P~ijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami, Bogor 9-13 Agustus

1999. Bogor: Pusat Kajian PHT IPB. hlm 1-7.

Prijono D, Simanjuntak P, Nugroho BW, Sudarrno, Puspitasari S. 2001. Insecticidal activity of extracts of Aglaia spp. (Meliaceae) against the cabbage cluster caterpillar, Crocidolorniu binotalis (Lepidoptera: Pyralidae). J Perlind Tan Ind 7(2):70-78.

Satasook C, lsrnan ME3, Ishibashi F, Medbury S, Wiriyachitra P, Towers GHN. 1994. Insecticidal bioactivity of crude extracts of Aglaia species (Meliaceae). Biochem System Ecol22: 12 1-127.

Schmutterer H, editor. 1995. The neem tree Azadirachta indica A. Juss. and other meliaceous plants: sources of unique natural products for integrated pest management, medicine, industry and other purposes. Weinheim: VCH.

Schmutterer H. 1997. Side-effects of neem (Azadirachta indica) products on insect pathogens and natural enemies of spider mites and insects. J Appl Entomol 121: 121-128.

(123)

2.1 Sejarah Perkembangan Pemakaian Insektisida Botani

Sejak ribuan tahun yang lalu orang telah mengetahui bahwa tumbuhan mengandung senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Selain itu beberapa spesies tumbuhan tertentu menunjukkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap serangan serangga dibandingkan spesies turnbuhan lainnya (Hedin & Hollingworth 1997).

Sebelum insektisida sintetik banyak digunakan, ada tiga jenis insektisida

dari tumbuhan (insektisida botani) yang telah diproduksi secara komersial dan digunakan secara luas untuk mengendalikan hama di berbagai bagian dunia, yaitu sediaan berbahan &if piretrin dari bunga Chrysanthemum cinerariaefoliurn

(piretnun), nikotin dari daun Nicorina spp. (tembakau dan kerabatnya), dan rotenon dari akar Derris spp. (tuba dan kerabatnya) (Prijono 1999). Dengan perkembangan iKmu kimia modern, banyak senyawa &if yang berasal dari tumbuhan telah dapat diisolasi dan diidentifikasi serta penelitian secara tersistem tentang produk alami yang melindungi tanaman dari serangan hama telah intensif dilakukan (Hedin & Hollingworth 1997).

(124)

8

tropik (Pannell 1992). Sekarang diketahui bahwa tidak kurang dari 50 spesies Meliaceae memiliki aktivitas insektisida, attractant, repellent, antifeedant, penghambat perkembangan, atau menekan reproduksi serangga (Mikolajczak et

al. 1989; Isman et al. 1995; Schmutterer 1995).

Mimba (Azadirachta indica) merupakan anggota Meliaceae yang paling banyak diteliti. Pada saat ini di beberapa negara seperti India dan Amerika Serikat telah tersedia beberapa produk insektisida komersial dari biji mimba (Schmutterer 1995). Tanarnan ini memiliki bahan aktif utama azadirakhtin (golongan limonoid) yang memiliki aktivitas insektisida, antifeedant, penghambat perkembangan dan penekanan reproduksi serangga. Sediaan mimba telah diuji dan dilaporkan aktif terhadap sedikitnya 400 spesies serangga yang meliputi ordo Lepidoptera, Diptera, Orthoptera, Hemiptera, Coleoptera, Hymenoptera, Homoptera, Blattodea, Dermaptera, Siphonaptera, Isoptera, Thysanoptera, Phthiraptera, dan Phasmida (Schmutterer & Singh 1995). Sediaan insektisida mimba terutama efektif terhadap serangga pemakan daun seperti ordo Orthoptera, larva Lepidoptera, dan Coleoptera. Lebih jauh Isman et al. (1995) melaporkan bahwa terdapat 14 genus dari famili Meliaceae yang telah diketahui memiliki aktivitas insektisida yaitu Aglaia, Azadirachta, Cedrela, Chickrassia, Chisocheron, Oysoxylum, Khaya, Lansium, Melia, Saudoricum, Swzetenia, Toona,

Trichilia, dan Turraea.

(125)

9

insektisida utama termasuk golongan benzofuran (Isman et al. 1995; Nugroho & Proksch 1999a, 1999b).

Marga Agfaia merupakan anggota farnili Meliaceae setelah mimba yang banyak diteliti sifat insektisidanya dalam beberapa tahun terakhir ini (Champagne

et a/. 1989; Ishibashi e b al. 1993; Janprasert et al. 1993; Hartati & Prijono 1994; Prijono et al. 1995). Hasil pengujian sifat insektisida 19 spesies Aglaia yang terdapat di Indo-Malaysia, Cina Selatan dan Kepulauan Pasifik menunjukkan bahwa spesies-spesies Agla~a tersebut mempunyai aktivitas penghambat perturnbuhan yang kuat terhadap larva P. saucia (Satasook et al. 1994).

Salah satu spesies Aglaza yang berpotensi sebagai surnber insektisida botani adalah A. odorata. Tanaman ini telah terbukti memiliki aktivitas insektisida yang baik dan tingkat aktivitasnya setara dengan senyawa azadirakhtin dari tanaman mimba (Koui er al. 1997; Nugroho & Proksch 1999a). Ekstrak beberapa bagian tanarnan tersebut (terutarna dari dam, ranting, dan bunga) mengandung senyawa aktif rokaglamida (golongan benzofuran) dan beberapa senyawa turunannya yang terbukti efektif sebagai antifeedant, penghambat perkembangan, dan insektisida (Janprasert et al. 1993; Koul et al. 1997; Nugroho & Proksch 1999a, 1999b).

Di Indonesia A. odorata memililu potensi untuk dikembangkan sebagai sumber insektisida. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa selain aktivitas insektisidanya yang sebanding dengan mimba, ketersediaan tanarnan A. odorata

(126)

2.2 Potensi Aglaia odorata Sebagai Sumber Iosektisida Botani

A. odorata dikenal sebagai tanaman culan yang persebarannya sangat luas dan dapat tumbuh pa& kisaran kondisi lingkungan yang beragam (Pannell 1992). Tanaman ini diperkirakan berasal dari Cina, tetapi sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan telah beradaptasi dengan iklim tropik. Tanaman ini dikenal dengan nama pacar cina atau kemuning cina (Indonesia), culan atau cacar cino (Jawa/Sunda), bhangcar cena (Madura) (Suryowinoto 1997).

Tanaman A. odorata berbentuk perdu dengan tinggi 2 - 5 m, tetapi ada juga yang berupa pohon dengan tinggi mencapai 10 m dan biasanya ditanam sebagai peneduh atau tanaman hias. Daun berbentuk bulat telur terbalik mernanjang, kaki daun meruncing (panjang 1,5 - 11 cm, lebar 1 - 7 cm), anak daun 3 - 9 helai, tangkai d a m utama menyempit. Bunga berkelamin satu dalam malai yang rapat, bunga jantan dan betina bentuknya sama dengan panjang 2 - 2,5 mm dan berwarna kuning. Bunga tanaman ini sering digunakan sebagai pewangi pakaian dan penambah aroma minuman teh (Pannel 1992; Suryowinoto 1997).

Dalarn sepuluh tahun terakhir ini para peneliti yang bekerja di bidang pengembangan insektisida botani memberikan perhatian yang serius terhadap sifat insektisida A. odorata. Untuk pertama kali Chiu (1985) melaporkan bahwa ekstrak aseton daun dan ranting A. odorafa bersifat sebagai anfrfeedant

dan

penghambat perkembangan Pieris rapae (L.) (Lepidoptera: Pieridae), Spodoptera litura (F.) (Lepidoptera: Noctuidae), dan Mythimna separa ( L . ) (Lepidoptera: Pieridae). Champagne et al. (1989) juga melaporkan bahwa toksisitas (LC5o) elctrak metanol daun A. odorata melalui makanan buatan terhadap larva instar 1

(127)

(ECjo) satu setengah kali lebih tinggi dibanding ekstrak metanol daun Azudirachta indica. Penelitian lain menunjukkan ekstrak metanol daun A. odorata pada konsentrasi 0,2% dalam makanan buatan mampu menghambat perkembangan larva P. saucia (Satasook ef al. 1994). Ekstrak ranting A. odorutu juga memiliki aktivitas yang kuat terhadap larva C. pavonana. H a i l pengujian ekstrak ranting tanaman tersebut pada konsentrasi 0,25 - 0,50% dapat mematikan larva instar 2 C.

pavonana lebih dari 95% (Prijono et al. 1999; Sudarmo et al. 1999; Prijono et al.

2001).

Janprasert et al. (1993) telah berhasil mengisolasi senyawa aktif dari

ekstrak metanol ranting A. odorata dan diidentifikasi sebagai rokaglamida. Selain itu, rokaglamida dan tiga senyawa turunannya juga telah berhasil diisolasi dari daun A. odorutu yaitu desmetilrokaglamida, meti1 rokaglat, dan rokaglaol (Ishibashi ef al. 1993).

Sampai sekarang, dari tanaman A. odorata (terutama dari daun, bunga, ranting dan kulit batang) telah berhrtsil diisolasi sebanyak 15 jenis senyawa aktif yang semuanya merupakan senyawa turunan rokaglamida [I-151 (Gambar 2.1) (Nugroho & Proksch 1999a, 1999b; Nugroho et al. 1999). Kelimabelas senyawa tersebut tidak selalu ditemukan pada bagian tertentu tanaman. Selain itu beberapa senyawa lainnya seperti turunan benzopiran, aminopirolidin odorin dan odorinol, siringaresinol dan beberapa turunan flavonoid (Gambar 2.2) juga telah berhasil diisolasi dari tanaman A. odorata, tetapi tidak memiliki aktivitas insektisida.

Rokaglamida mempunyai aktivitas insektisida clan penghambat pertumbuhan terhadap larva P. saucia, S. litura, dan S. litforalis (Satasook et al.

(128)

Senyawa Turunan Rokaglamids [ I - 151

Percobaan makan

R I R2 R3

LCso ECso ( P P ~ )

(wm)

kb

b, d, kb, r kb, r b, r kb kb, r b kb bg, d kb kb, r b d kb bg, d, r

[image:128.543.77.468.70.512.2]

a b: bunga; d: daun, kb: kulit batang; r: ranting

Gambar 2.1 Senyawa iumnan rokaglamida yang diisolasi dari A. odorafa beserta toksisitasnya terhadap Spodoptera littoralis (Nugroho & Proksch

(129)

Aglain 1 IH-3a, H-431

Odorin Odorinol Syringaresinol

3',3-Dihydrox 4',5,7- 3'-Hydroxy-3',5,7- 3',3-Dihydroxy-4',4',5,7-

[image:129.538.80.461.53.513.2]

trimetroxyftivon tnmetroxyflavon trimetroxyflavon

Gambar 2.2 Senyawa turunan non rokaglamida yang diisolasi dari A. odorata

(130)

14

Senyawa tersebut menghambat perkembangan larva P. Saucia dengan EC5o = 1,37 ppm, mematikan larva instar 4 secara topikal dengan LC50 = 0,32 pg per larva dan secara oral dengan L I C ~ ~ = 0,34 pg per larva. LC50 senyawa tersebut terhadap larva instar 3 S. litura melalui makanan adalah 4,8 ppm (Janprasert et a/. 1993).

2.3 Helicoverpa armigera

H. armigera memakan berbagai spesies tanaman dari genus dan famili yang berbeda. Tanaman inang serangga ini antara lain tomat, kubis, brokoli, buncis, kacang panjang,

dan

jagung (Kalshoven 1981). Lebih jauh Zalucki et al.

(1986) melaporkan bahwa H. armigera merupakan salah satu hama yang paling banyak merugikan di banyak bagian belahan bumi. Hama ini dapat menyerang 60 spesies tanaman yang tergolong dalam 47 famili. Serangga ini juga dapat dijumpai pada 93 jenis tumbuhan liar yang tidak dibudidayakan (Gu & Walter 1999).

(131)

15

instar larva H. armigera. Larva instar 1 dan 2 lebih sering ditemukan makan pada daun atau kadang-kadang pada kuncup bunga. Hal ini berbeda dengan instar 3 sampai 5 yang lebih menyukai makan pada buah tomat. S e l m a hidupnya seekor larva H. armigera mampu menyerang sekitar 6 - 8 buah tomat.

Dalam berbagai tulisan, genus Helicoverpa sering dsinonimkan dengan

Heliothis. Akan tetapi, dengan analisis filogenetik dan morfolog~ dibuktikan

bahwa Helicoverpa merupakan suatu kelompok di antara kompleks Heliothis yang memiliki karakter yang unik (Mitter e# al. 1993). Sampai saat ini larva beberapa spesies Helicoverpa belurn dapat dibedakan dengan jelas.

Pada umumnya telur Helicoverpa spp. berbentuk bulat dengan diameter sekitar 0,5 rnm, berwarna bening pada s a t diletakkan, selanjutnya menjadi kekuningan dan akhirnya berbintik hitam ketika akan menetas (Zalucki et al. 1986; Setiawati 1991). Di Lembang, pada kondisi laboratorium dengan suhu 18" - 28 OC, penetasan telur H. armigera terjadi 10-18 hari setelah diletakkan (Setiawati 1991). Telur diletakkan dalam jumlah besar pada permukaan atas tanaman inang dan kadang-kadang dijumpai tertutup benang sutera yang dihasilkan betina. Seekor imago betina dapat meletakkan telur sekitar 1000 butir (Kalshoven 1981).

(132)

1 6

instar (Setiawati 1991). Selain itu, Singh (1999) melaporkan bahwa larva H.

armigera mernbutuhkan instar tambahan dan periode perkembangan lebih lama pa& rnakanan buatan dari bahan jagung daripada bahan buncis dan kedelai. Berhubungan dengan suhu, Zalucki et al. (1986) melaporkan bahwa di Australia dengan suhu 16 - 18 "C, perkembangan U. armigera dari telur hingga dewasa mernbutuhkan waktu 73 hari, tetapi pada musim panas dengan suhu 28 "C hanya dibutuhkan waktu 34 hari. Di Lernbang, pada suhu 18 - 26 "C, lama perkernbangan H. armigera dari telur hingga ngengat rnati adalah 52 - 82 hari (Setiawati 1991).

Larva yang telah sempuma pertumbuhannya akan meninggalkan bagian tanaman dan membentuk pupa di dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwama kekuningan, kemudian berangsur-angsur berubah rnenjadi kuning kecoklatan, akhimya berwama coklat tua menjelang imago keluar. Lama stadium pupa bervariasi antara 15 dan 21 hari Pupa betina dapat dibedakan dengan pupa

jantan berdasarkan celah pada ruas terakhir abdomen. Pada pupa betina celah ini

berbentuk segitiga, sedangkan pada pupa jantan bentuknya rnembulat (Setiwati 1991).

Imago umurnnya rnuncul dari pupa dan aktif malam hari (Zalucki et al.

(133)

Dalam perkembangan populasi H. armigera di lapangan, terutama fase telur dan larva, selalu berhubungan dengan berbagai jenis parasitoid. Studi parasitoid Helicoverpa spp. telah banyak dilakukan di berbagai negara (Zalucki ef al. 1986; La Daha et al. 1998). La Daha et al. (1998) melaporkan bahwa pada tanarnan tomat di Cisaiua, Bogor ditemukan dua jenis parasitoid telur yaitu

Trzchogramma chilonis dan Trichogrammatoidea armigera, sedangkan pada larva

selain parasitoid E. argenteopilosus dan Diadegma sp. juga ditemukan

Argyrophylan sp. (Diptera: Tachinidae)

Danar Dono (1998) melaporkan bahwa berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan oleh International Institute of Entomology

(IIE),

London, parasitoid larva yang selama ini dikenal dengan nama Inareolata sp. (Othman 1982; Hadi 1985) sebenarnya adalah Eriboms argenteopiloszds (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae). Parasitoid tersebut wnumnya menyerang larva H. armigera dan

Spodopfera spp. (Lepidoptera: Noctuidae) (Kalshoven 1981; La Daha et al. 1998).

Selain itu, parasitoid tersebut juga ditemukan memarasit C. pavonana (Shepard & Barrion 1998).

(134)

18

dapat dibedakan dengan jelas. Larva instar terakhir keluar dari tubuh inangnya untuk membentuk pupa setelah inangnya berada di dalam tanah, mematikan inang dan membentuk kokon di sekitamya. Kadang-kadang larva parasitoid tidak masuk ke dalam tanah, melainkan membuat kokon dari kulit inangnya. Pada awal pembentukannya, pupa berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan atau kehitaman. Lama stadium pupa 6 hari.

Pada inang C. pavonana, telur E. argenteopilosus panjangnya 0,18 - 0,52 rnm dan lebarnya 0,04 - O,11 mrn. Lama stadium larva tergantung pitda umur larva inang, yaitu berkisar antara 7 - 13 hari pada inang yang berumur 2 - 5 hari saat diparasit dengan rata-rata 9,3 hari (Othrnan 1982). Stadium prapupa rata-rata

1,2 hari dan lama stadium pupa 5,2 hari dengan rata-rata mortalitas pupa mencapai 11.4% (Hadi 1985). Pupa berwarna coklat tua dengan ukuran 7 x 2 mrn sampai 9 x 3 mm (Othrnan 1982).

(135)

Tingkat parasitisasi oleh E. argenteopilosus pada berbagai jenis larva inang seperti S. litura, C. pavonana dim H. armigera umumnya tinggi, lebih

dari

70%. Akan tetapi, keberhasilan parasitoid berkernbang menjadi imago pada masing-masing inang tersebut sangat berbeda. Kelangsungan hidup parasitoid pada larva inang C. pavonana seringkali sangat rendah karena tejadinya enkapsulasi telur dan larva parasitoid yang dapat mencapai 60% atau lebih (Anindhita 2000). Bahkan dari h a i l penelitian sebelumnya terlihat bahwa enkapsulasi telur clan larva parasitoid tersebut mencapai 96,396 (Danar Dono et al. 1998). Pada kondisi laboratorium, enkapsulasi telur dan atau larva parasitoid E.

argenteopilosus oleh larva C. binoralis yang berumur 3 - 5 hari mencapai 69,6 -

81,7% (Sahara 1999; Sahari 1999). Pada larva inang S. lirura dan H. armigera

tingkat enkapsulasi telur dan larva parasitoid tersebut sangat rendah, masing- masing 5,8% clan 4,0% (Anindhlta 2000).

(136)

20

terjadi dalam 24 jam setelah telur parasitoid diletakkan (Chapman 1982; Sahari 1999).

Beberapa larva Hymenoptera parasitoid mampu rnenghmdari proses enkapsulasi karena gerakan larva yang aktif (Chapman 1982). Danar Dono et al. (1998) melaporkan bahwa perlakuan ekstrak biji A. harmsiana atau fraksinya terhadap larva C. pavonana pada LC25 cenderung memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap parasitoid E. argenteopilosus. Hal ini disebabkan tejadinya penurunan jumlah total sel darah larva inang yang dapat menurunkan kemampuannya mengenkapsulasi telur atau larva parasitoid. Lebih jauh Sudiumo (2001) melaporkan bahwa perlakuan ekstrak ranting A. odorata pada LC70 melalui makanan terhadap larva C. pavonana dapat menurunkan enkapsulasi telur dan larva parasitoid sekitar 70% dibandingkan kontrol.

2.5 Pengaruh Insektisidn Botani Terhadap Interaksi Inang-Parasitoid

Dan beberapa hasil penelitian diketahui bahwa aplikasi insektisida botani, selain berpengaruh terhadap hama sasaran ternyata juga berpengaruh terhadap parasitoidnya. Pengaruh ini sangat beragam tergantung pada jenis insektisida, konsentrasi dan cara perlakuannya, jenis serangga, fase perkembangan dan urnur serangga, serta faktor lingkungan (Danar Dono et al. 1998; Buchori et al. 1999; Sudarmo 200 1).

(137)

2 1

dan pertahanan herbivora terhadap serangan parasitoidnya (Campbell & Duffey 1979; Barbosa et al. 1991; Bentz & Neal 1995). Campbell & Duffey (1979) melaporkan bahwa parasitoid Hyposoter exigua (Viereck) (Hymenoptera: Braconidae) yang berkembang di dalam tubuh inangnya, HeZiothis zea (Bodd.) (Lepidoptera: Noctuidae), yang diberi makanan yang mengandung a-tomatin, periode perkembangannya lebih lama, kelangsungan hidupnya lebih rendah, ukuran tubuhnya lebih kecil dan lama hidup imagonya lebih pendek.

Selain pengaruh negatif, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa insektisida botani tertentu relatif kurang toksik, bahkan berpengaruh positif terhadap karakter biologi parasitoid (Bentz & Neal 1995; Schmutterer 1997). Ekstrak biji mimba 2% yang diaplikasikan pada kelompok telur inang S. litura tidak bersifat repellent terhadap peletakan telur parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera: Braconidae) clan ti&& mempengaruhi kemunculan imago parasitoid, tetapi lama hidupnya lebih singkat daripada kontrol. Sebaliknya penyemprotan ekstrak mimba pada kelompok telur inang setelah peletakan telur parasitoid meningkatkan keperidian dan memperpanjang lama hidup imago parasitoid yang muncul dari telur i m g berperIakuan tersebut (Schmutterer 1997). Pada penelitian sebelumnya, Bentz & Neal (1995) melaporkan bahwa imago parasitoid Encarsia formosa Gahan (Hymenoptera: Aphelinidae), yang memarasit

Bemisia argentifodli (Bellow & Perring) (Hornoptera: AIeuredidae), lebih banyak

(138)

jam setelah aplikasi, tingkat parasitisasi lebih tinggi pada tanaman yang diberi periakuan ekstrak N. gossei atau Margosan-0 daripada M-Pede.

Selain mimba, marga Aglaia merupakan surnber insektisida botani yang potensial yang beberapa tahun terakhir ini mendapat perhatian para peneliti. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan AgZaia bersifat kompatibel dengan musuh alami, khususnya parasitoid. Danar Dono s t al. (1998) melaporkan bahwa perlakuan ekstrak biji A. harmsiana atau fraksinya pada LCz5 cendefung memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap parasitoid E. arfenfeopilosus. Hal ini terjadi aktbat adanya penekanan terhadap mekanisme pertahanan seluler yang memperbesar peluang keberhasilan parasitoid tersebut berkembang dalarn tubuh larva inang C. pavonana. Mortalitas pupa parasitoid cenderung menurun dan kemunculan imago parasitoid dari larva inang meningkat. Selain itu imago yang muncul tersebut cenderung mempunyai karakter biologi (bobot tubuh, panjang sayap, panjang tibia tungkai belakang, lama hidup dan kapasitsts reproduksi) lebih baik daripada imago parasitoid yang keluar dari larva inang yang diberi makan daun brokoli tanpa perlakuan ekstrak. Barn-baru ini, Sudanno (2001) melaporkan bahwa perlakuan ekstrak ranting A. odorata pada LCz5 - LC70 tidak menyebabkan sifat repellent pada parasitoid E. argenteopilosus untuk memarasit larva C. binotalzs, bahlcltn dapat menekan enkapsulasi pradewasa parasitoid tersebut dalarn tubuh inangnya.

2.6 Daftar Pustaka

(139)

litura (Fabr.) dan Helicoverpa armigera (Hiibn.) (Lepidoptera: Noctuidae) (skripsi). Bogor: Jurusan HPT Faperta IPB.

Barbosa P, Gross P, Kemper J. 1991. Influece of plant allelochemicals on the tobacco horn-worn and its parasitoid, Cotesia congregata. Ecology 72: 1567-1575.

Bentz J, Neal JW. 1995. Effect of a natural insecticides from Nicofiana gossei on the whitefly parasitoid, Encarsiaformosa (Hymenoptera: Aphelinidae). J Econ Entomol 88: 1611-1615.

Buchori D, Prijono D, Krisnawati R, Istiaji B, Fahrizal A. 1999. Pengaruh ekstrak srikaya (Anona sqmmosa) pada dosis subletal terhadap kesesuaian

Plefella xylostella (L) bagi perkembangan Diadegma semiclausum Hellen. Panduan Seminar dan Kumpulan Abstrak Seminar Nasional Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Bogor 16 Febmari 1999.

Campbell BC, Duffey SS. 1979. Tomatine and parasitic wasps: potential incompatibility of plant antibiosis with biological control. Science 205: 700-702.

Champagne DE, Isman MB, Towers GHN. 1989. Insecticidal activity of phytochemicals and extracts of the Meliaceae. Di dalam: Arnason JT, Philogene BJR, Morand P, editor. Insecticides of plant origin. Washington DC: ACS. hlm. 95-109.

Chapman RF 1982. The insects: structure anf function, 3** ed. Cambridge: Harvard University Press.

Chiu S. 1985. Recent research findings on Meliaceae and other promising botanical insecticides in China. Z Pflkrankh Pflsch 92: 310-3 19.

Danar Dono. 1998. Pengaruh ekstrak biji Aglaia harmsiana Perkins (Meliaceae) terhadav interaksi antara Crocidolomia binotalis Zeller (Levidoptera: ~ ~ r a l i d a e ) clan parasitoidnya, Eriborus argenteop.pilosui (C-eron) (Hymenoptera: Ichneumonidae) (tesis). Bogor: Program Pascasarjana IPB. Danar Dono D, Prijono D, Manuwoto S, Buchori D. 1998. Pengaruh ekstrak biji

Aglaia harmsiana Perkins (Meliaceae) terhadap interaksi antara Crocidolomia binofalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) dan parasitoidnya, Eriborus argenteopzZosus (Cameron) wymenoptera: Ichneumonidae). Bul HPT 1:38-46.

(140)

Hadi S. 1985. Biologi dan perilaku Inareolata sp. (Hymenoptera: Ichneumonidae) parasitoid larva pa& hama kubis Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) (tesis). Bogor: Program Pascasarjana IPB. Hartati S, Prijono D. 1994. AgIaia harmsiana Perkins (Meliaceae): a potential

source of insect antifeedant and growth regulator. Bul HPT 7: 75-76. Hedin PA, Hollingworth RM. 1997. New applications for phytochemical pest-

control. Di dalam: Hedin PA, Hollingworth RM, Masler EP, Miyamoto J, Thomson DG, editor. Phytochemicals for pest control. Washington DC: ACS. hlm 1-12.

Ishibashi F, Satasook C, Isman MB, Towers GHN. 1993. Insecticidai 1 H-

cyclopentatetrahydro~b]benzofurans from Aglaia odorata. Phytochemistry

32:307-310.

Isman MB, Arnason JT, Tower GHN. 1995. Chemistry and biological activity of ingredients of other spesies of Meliaceae. Di dalam: Schmutterer H, editor. The neem tree Azadirachta indica A. Juss. and other meliaceous plants: souces of unique natural products for integrated pest management, medicine, industry and other purposes. Weinheim: VCH. hlm 652-666. Jacobson M. 1989. Botanical pesticides: past, present and future. Di dalam:

Amason JT, Philogene BJR, Morand P, editor. Insecticides of plant origin. Washington DC: ACS. hlm 1-10,

Janprasert J, Satasook C, Sukumaianand P, Champagne DE, Isman MB, Wiriyachitra P, Towers GHN. 1993. Rocaglarnide, a natural benzofuran insecticide from Aglaia odorata. Phytochemistry 32: 67-69.

Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia. Laan PA van der, pene rjemah. Jakarta: PT Ichtiar Baru - Van Hoeve. Te jemahan dari: De plagen van de cultuurgewassen in Indonesie.

Koul 0, Isman MB. 1991. Effects of azadirachtin on the dierary utilization and development of the variegated cutworm Peridroma saucia. J Insect Physiol 37: 591-598.

Koul 0, Shankar JS, Mehta N, Taneja SC, Tripathi AK, Dhar KL. 1997. Bioeff~cacy of crude extracts of Aglaia species (Meliaceae) and some active fractions against lepidopteran larvae. J Appl Ent 121 : 245-248. La Daha, Rauf A, Sosromarsono S, Kartosuwondo U, Manuwoto S. 1998. Ekologi

Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman

tomat. Bul HPT lO(2): 10-16.

(141)

Mitter C, Poole RW, Matthews M. 1993. Biosystematics of the Helicothinae (Lepidoptera: Noctuidae). Annu Rev Entomol 38: 207-225.

Nugroho BW. 1999. IsoIasi senyawa insektisida botani dari tanaman Aglaia odorata (Meliaceae). Di dalam: Nugroho BW, Dadang, Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Pusat Kajian PHT IPB. hlm 87-91.

Nugroho BW, Peoksch P. 1999a. Insektisida botani dari tanaman Aglaia odorata (Meliaceae). Di dalam: Soetopo, D. et a l . , editor. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pernanfaatan Pestisida Nabati; Bogor, 9 - 10 Nop 1999. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. hlm 96-102.

Nugroho BW, Proksch P. 1999b. Isolasi senyawa aktif insektisida botani dari tumbuhan Aglaia spp. (Meliaceae). Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Kimia Bahan Alam, Depok 16-17 November 1999. Depok: UI. hlm 63-69. Nugroho BW, Edrada RA, Wray V, Witte L, Gehling M, Proksch P. 1999. New

insecticidal rocaglamide derivatives and related compounds from Aglaia

odorata (Meliaceae). Phytochemistry 5 1 : 367-371.

Othrnan N 1982. Biology of Crocidolomia binotalis Zell. (Lepidoptera: Pyralidae) and its parasites from Cipanas area, West Java (a report of a training curse research). Bogor: SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology.

Pannell CM. 1992. A taxonomic monograph of the genus Aglaia Lour. (Meliaceae). London: HMSO.

Pech LL, Strand MR. 1995. Encapsulation of foreign targets by hemocytes of the moth Pseudoplusia includens (Lepidoptera: Noctuidae) involves an RGD- dependent cell adhesion mechanism. J Insect Physiol41(6):48 1-488. Prijono D. 1998. Insecticidal activity of meliceous seed extracts against

Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae). Bul HPT 10: 1-6.

Prijono D. 1999. Prospek dan strrrtegi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang, Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami, Bogor 9-1 3 Agustus

1999. Bogor: Pusat Kajian PHT P B . hlm 1-7.

Prijono D, Gani MS, Syahputra E. 1995. Screening of insecticidal activity of annonaceous, fabaceous, and meliaceous seed extracts against cabbage head caterpilar, Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae). Bul HPT 8: 74-77.

(142)

krop kubis, Crocidolomia binotalis Zeller. Di dalarn: Soetopo, D. et al., editor. Prosiding Forum Kornunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati; Bogor, 9 - 10 Nop 1999. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. hlm 1 12-12 1.

Prijono D, Simanjuntak P, Nugroho BW, Sudarmo, Puspitasari S. 2001. Insecticidal activity of extracts of AgZaia spp. (Meliaceae) against the cabbage cluster caterpillar, Crocidolomia binoralis (Lepidoptera: Pyralidae). J Perlind Tan Ind 7(2):70-78.

Ratner S, Vinson 3. 1983. Phagocytosis and encapsulation: cellular immune responses in arthropods. Amer Zoo1 23: 185-194.

Sahara Y. 1999. Interaksi polydnavirus simbion (PDV) dan CYroc~dolomia

binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) dalam penekanan enkapsulasi

parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneu- monidae) (tesis). Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Sahari B. 1999. Studi enkapsulasi parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) dan implikasinya pada inang Croci-

dolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura

Fabricus (Lepidoptera: Noctuidae) (skripsi). Bogor: Jurusan HPT

PB.

Satasook C, Isman MB, Wiriyachitra. 1992. Activity of rocaglamide, an insecticidal natural product, against the variegated cutworm, Peridroma saucia (Lepidoptera: Noctuidae). Pestic Sci 36: 53-58.

Satasook C, Isman ME, Ishibashi F, Medbury S, Wiriyachitra P, Towers GHN. 1994. Insecticidal bioactivity of crude extracts of Aglaia species (Meliaceae). Biochem System Ecol 22: 121-1 27.

Schmutterer H, editor. 1995. The neem tree Azadirachta indica A. Juss. and other meliaceous plants: sources of unique natural products for integrated pest management, medicine, industry and other purposes. Weinheim: VCH. Schmutterer H. 1997. Side-effects of neem (Azadirachta indica) products on

insect pathogens and natural enemies of spider mites and insects. J Appl Entomol 121: 121-128.

Schmutterer H, Singh RP. 1995. List of insect pests susceptible to neem products, Di dalam: Schmutterer H, editor. The neem tree Azadirachta indica A. Juss. and other meliaceous plants: souces of unique natural products for integrated pest management, medicine, industry and other purposes. Weinheim: VCH. hlm 326-365.

(143)

Shepard BM, Barion AT. 1998. Parasitoids of insects associated with soybean and vegetable crops in Indonesia. J Agric Entomol 15(3): 239-272.

Singh AK. 1999. Growth and induction in food consumption of Helicoverpa

armigera Hbn. (Lep., Noctuidae) larvae on chickpea, soybean, and maize

diets. J Appl Ent 123: 335-339.

Sudarmo. 200 1 . Pengaruh ekstrak Aglu~u odoruru Lour. (Meliaceae) dan srnyawa aktifnya terhadap ('rocidolumiu b~nofulrs Zeller (Lepidoptera. Noctuidae) dan parasitoidnya, Lt'rrborus urgenreopiiosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae) (tesis). Rogor: Program Pascasarjana IPB.

Sudarmo, Hamdani, Prijono D. 1999. Keefektifan ekstrak sederhana Aglaiu

odorata Lour. (Meliaceae) terhadap ulat krop kubis, CrocidoZomia

binotalis Zeller. Di dalam: Soetopo, D. et al., editor. Prosiding Forum

Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati; Bogor, 9 - 10 Nop 1999. Bogor: Pusat Penelitian dim Pengembangan Tanaman Perkebunan. hlm 122-132.

Suryowinoto SM. 1997. Flora eksotika, tanaman peneduh. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Zalucki MP, Daglish G, Firempong S, Twine P. 1986. The biology and ecology of

Neliofhls armigera (Hubner) and H. punctigera Wallegren (Lepidoptera:

(144)

111. KOMPATIBILETAS EKSTRAK RANTING Aglaia odorata LOUR (MELIACEAE) DENGAN PARASITOW Eriborus argenteopilosus

(CAMERON) (HYMENOPTERA: ICHNEUMONIDAE) PADA

INANG Helicoveva armigera ( H ~ B N E R ) (LEPWOPTERA: NOCTUIDAE)

3.1 Abstrak

Pengujian toksisitas ekstrak metanol ranting Agiaia odorata dan senyawa aktifnya (rokaglamida) terhadap larva Helicoverpa armigera dilakukan dengan metode residu pada d a m dan metode kontak. Toksisitas kontak ekstrak terhadap imago betina E. argenfeopiZosus diuji dengan metode lapisan tipis pada permukaan tabung gelas. Pengujian pengaruh ekstrak terhadap parasitisasi, enkapsulasi parasitoid pradewasa, dan jumlah sel darah larva H. armigera dilakukan dengan metode residu pada d a m pada LC25, LC50, dan LC7o.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak A. odorata dan rokaglamida memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva H. armigera. LCso ekstrak

A. odorata dan rokaglamida terhadap l a v a H. armigera instar 2 melalui makanan

masing-masing 84,9 ppm dan 2,11 ppm. Mortalitas larva uji meningkat nyata 2 hari setelah perlakuan (HSP), kemudian meningkat lebih lambat dan mendekati konstan pada 4 HSP. Perlakuan ekstrak pada konsentrasi 80 - 450 ppm memperpanjang lama perkembangan larva armigera yang bertahan hidup dan instar 2 ke instar 5 selama 1,65 - 3,59 hari dibandingkan kontrol. Ekstrak A.

odorata dan rokaglamida pada konsentrasi yang diuji tidak memiliki efek kontak

terhadap larva H. armigera.

(145)

3.2 Pendahuluan

Keberhasilan penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) di Iapangan sering kali tergantung pada keserasian antara pengendalian kimiawi d m

pengendalian hayati. Untuk beberapa jenis hama, pengendalian populasi hama masih berturnpu pa& pemitkaian insektisida sintetik, seperti tetjadi pada komoditas sayur-sayuran (Sastrosiswoyo 1996). Hal ini diakibatkan antara lain oleh belum tersedianya m u s h alami yang efektif (Prijono 1998). Akan tetapi, penggunaan insekhsida yang h a n g bijaksana dapat menimbdkan dampak negatif terhadap lingkungan, resistensi dan resujensi hama, serta terbunuhnya organisme bukan sasaran termasuk m u s h alami (Untung 1993; Schmutterer

1995).

Untuk mengatasi pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan insektisida sintetik, diperlukan upaya pengembangan insektisida yang memiliki selektivitas fisiologi, yaitu insektisida yang efektif terhadap hama sasaran sekaligus aman terhadap musuh alami (Sastrosiswoyo 1996). Insektisida yang berasal dari bahan tanaman (insektisida botani) telah diketahui memiliki peluang untuk dikembangkan untuk memenuhi harapan tersebut (Schmutterer 1997; Danar Dono et al. 1998; Buchori et al. 1999; Sudarmo 2001).

AgIaia odorara Lour. (Meliaceae) merupakan salah satu jenis tanaman yang sifat insektisidanya diteliti secara intensif dalam dua dasawarsa terakhir (Chiu 1985; Satasook et ul. 1994; Koul et al. 1997; Sudarmo 2001). A. odorata

(146)

30 setara dengan n d i r a k h t i n (Nugroho et al. 1999; Nugroho & Proksch 1999a, 1999b). Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa di samping aktif sebagai insektisida, rokaglamida dan beberapa senyawa turunannya berperan sebagai ant~yeedant dan penghambat perkembangan (Satasook et al. 1992; Ishibashi et ai. 1993; Janprasert et al. 1993; Isman e f al. 1997).

Selain mempelajari aktivitas insektisida senyawa murni dari A. odorata (rokaglamida), beberapa penelitian &lam tahun-tahun terakhir juga menguji aktivitas insektisida ekstrak dari berbagai bagian tanaman tersebut (Satasook et al. 1994; Sudarrno et al. 1999; Sudarrno 2001). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa secara urnum ekstrak A. odorata memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap berbagai jenis serangga hama.

Walaupun telah cukup banyak penelitian tentang aktivitas insektisida ekstrak A. odorata, pengujian insektisida tersebut terhadap m u s h alami, khususnya pada Eriborus argenteopilosus yang memarasit larva

N

armzgera, sejauh ini belum pernah dilaporkan. Tidak

Gambar

Gambar 2.1 Senyawa iumnan rokaglamida yang diisolasi dari A. odorafa beserta
Gambar 2.2 Senyawa turunan non rokaglamida yang diisolasi dari A. odorata (Nugroho & Proksch 1999b; Nugroho et al
Gambar 3.1 Skema prosedur ekstraksi ranting A. odorutu dan fraksinasi ekstrak
Gambar 3.2 Mortalitas kumulatif larva H. armigera yang diberi makan dam berperlakuan ekstrak ranting A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta, tt), h.50.. Sarana prasarana juga merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penelitian ini rumusan masalahya adalah : “Adakah pengaruh penerapan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar

Krasikan merupakan makanan kudapan yang berbahan dasar dari tepung beras ketan. Krasikan ini mudah didapatkan di pasar – pasar tradisional dengan harga yang relatife murah. Tepung

Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities).. Minat, membedakan, berani, tenang, menaruh minat, semangat, bergairah, dan gugup. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas

1 Tulislah sebuah pesan tentang

keadaan yang dihadapi oleh keluarga Bapak I Nyoman Mudia dapat dikatakan kurang. mencukupi, mengingat sebagian pendapatan yang diperoleh

Sejalan dengan temuan menyangkut fenomena aktifitas komunikasi melalui penggunaan internet yang mengacu pada dimensi orientasi khalayak dalam level selektifitas

Judul Penelitian : Keanekaragaman Plankton di Sungai Pelawi Desa Pelawi Utara Kabupaten Langkat Sumatera Utara..