HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI
ORANGTUA DENGAN STATUS BEBAS
KARIES PADA ANAK USIA
7-11 TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
JOHAN H. SIHITE
NIM: 080600102
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2012
Johan H. Sihite
Hubungan tingkat sosial ekonomi orangtua dengan status bebas karies pada
anak usia 7-11 tahun.
ix + 28 halaman
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prevalensi bebas karies,
pengalaman karies, hubungan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua
dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun.
Populasi pada penelitian ini adalah anak berusia 7-11 tahun di SD Negeri
101817 Pancur Batu dan SD Swasta Santo Thomas 5 Medan. Besar sampel adalah
200 anak, 100 anak di SD Negeri 101817 Pancur Batu dan 100 anak SD Swasta Santo
Thomas 5 Medan yang diambil secara stratified random sampling. Pengumpulan data
tentang karies gigi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis dengan
menggunakan indeks Klein. Data mengenai pendidikan dan pekerjaan orangtua
diperoleh secara sekunder dari buku induk siswa.
dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,000) dan antara jenis pekerjaan ayah
dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,001). Namun tidak terlihat adanya
kecenderungan makin meningkatnya pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies
pada anak (p=0,229).
HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI
ORANGTUA DENGAN STATUS BEBAS
KARIES PADA ANAK USIA
7-11 TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
JOHAN H. SIHITE
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 27 Juli 2012
Pembimbing: Tanda tangan
1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM. ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 27 Juli 2012
TIM PENGUJI
KETUA : Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D.
ANGGOTA : 1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM.
2. Gema Nazri Yanti, drg.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai
disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara dan selaku tim penguji, atas keluangan waktu, saran,
dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., selaku dosen pembimbing dan tim
penguji, atas keluangan waktu, saran, bantuan, dan dukungan, motivasi serta
bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Gema Nazri Yanti, drg., selaku tim penguji atas keluangan waktu dan saran
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Fitri Yunita, drg., selaku penasehat akademik, yang telah banyak
memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan
kepada orangtua penulis, T. Sihite dan Ibu J. Simanjuntak, kakak penulis Ester Sihite,
Am.K., abang penulis Harry Sihite, S.H., adik penulis Shinta Sihite dan Ober Sihite
atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril
maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.
Sahabat-sahabat tersayang penulis Gita, Muktar, Feri, Gideon, Martin,
2008 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi
selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan
masyarakat.
Medan, 27 Juli 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi ... 5
2.1.1 Faktor Etiologi ... 5
2.1.2 Faktor Risiko ... 7
2.1.3 Waktu Erupsi Gigi Permanen ... 9
2.1.4 Indeks Karies ... 10
2.2 Prevalensi Karies ... 10
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian... 12
3.2 Populasi dan Sampel ... 12
3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 13
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 14
3.5 Pengolahan Data ... 14
3.6 Analisis Data ... 14
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian ... 15
4.2 Karakteristik Orangtua Anak ... 15
4.3 Persentase Bebas Karies Gigi pada Anak Usia 7-11 Tahun ... 17
4.4 Pengalaman Karies Gigi pada Anak Usia 7-11 Tahun ... 18
4.4 Hubungan tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Orangtua dengan Prevalensi Bebas Karies Anak ... 19
BAB 5 PEMBAHASAN ... 23
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Persentase distribusi karakteristik orangtua anak ... 16
2 Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur .... 17
3 Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur di SD swasta Santo Thomas 5 Medan ... 17
4 Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur di SD Negeri 101817 Pancur Batu ... 18
5 Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun ... 18
6 Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo
Thomas 5 Medan ... 19
7 Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Negeri 101817
Pancur Batu ... 19
8 Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan
tingkat pendidikan ayah ... 20
9 Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan
tingkat pendidikan ibu ... 20
10 Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan
jenis pekerjaan ayah ... 21
11 Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Kuesioner hubungan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua dengan status bebas karies pada anak usia 7-11 tahun.
2 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan.
3 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah SD Swasta Santo Thomas 5 Medan.
4 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 101817 Pancur Batu.
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2012
Johan H. Sihite
Hubungan tingkat sosial ekonomi orangtua dengan status bebas karies pada
anak usia 7-11 tahun.
ix + 28 halaman
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prevalensi bebas karies,
pengalaman karies, hubungan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua
dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun.
Populasi pada penelitian ini adalah anak berusia 7-11 tahun di SD Negeri
101817 Pancur Batu dan SD Swasta Santo Thomas 5 Medan. Besar sampel adalah
200 anak, 100 anak di SD Negeri 101817 Pancur Batu dan 100 anak SD Swasta Santo
Thomas 5 Medan yang diambil secara stratified random sampling. Pengumpulan data
tentang karies gigi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis dengan
menggunakan indeks Klein. Data mengenai pendidikan dan pekerjaan orangtua
diperoleh secara sekunder dari buku induk siswa.
Hasil penelitian menunjukkan 49% anak mengalami karies gigi dan DMFT
rata-rata 1,01. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah
dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,000) dan antara jenis pekerjaan ayah
dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,001). Namun tidak terlihat adanya
kecenderungan makin meningkatnya pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies
pada anak (p=0,229).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat
yang dapat diragikan.1 Penyebaran penyakit ini sangat luas sehingga mekanisme bagaimana terbentuknya karies menjadi topik yang menarik selama puluhan tahun.2 Proses terjadinya karies ditandai dengan timbulnya white spot pada permukaan gigi
dan jika tidak dirawat akan berkembang menjadi lubang gigi atau disebut juga
karies.3
Karies gigi disebabkan banyak faktor seperti faktor host atau tuan rumah,
agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu. Substrat yang menjadi
penyebab karies adalah karbohidrat terutama sukrosa. Sukrosa dimetabolisme
menjadi asam oleh bakteri streptokokus mutans. Setiap kali seseorang mengonsumsi
makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka bakteri penyebab karies
di rongga mulut akan memproduksi asam sehingga terjadi demineralisai yang
berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.1
Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan
membantu proses remineralisasi, apabila makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, enamel gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terbentuk
lubang pada gigi. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk menjadi suatu
kavitas diperkirakan 6 – 48 bulan.1
Data Bank WHO tahun 2000 yang diperoleh dari enam wilayah WHO Africa
Regional Offices (AFRO), America Regional Offices (AMRO), Eastern
Mediterranean Offices (EMRO), Euro Regional Offices (EURO), South East Asia
Regional Offices (SEARO) dan Western Pacific Regional Offices (WPRO)
2,4. Indeks karies di Indonesia sebagai salah satu negara SEARO (South East Asia
Regional Offices) berkisar 2,2 untuk kelompok usia yang sama.1
Hasil penelitian di Sumatera Utara menunjukkan penduduk umur 12 tahun ke
atas yang mengalami karies terlihat sedikit lebih tinggi pada perempuan yaitu 40,8%
dan pada laki-laki 39,3%. Prevalensi karies aktif relatif meningkat dengan
bertambahnya umur. Secara keseluruhan 62,1% penduduk 12 tahun ke atas
mengalami karies. Prevalensi pengalaman karies lebih tinggi pada kelompok umur
yang lebih tinggi, pada 12 tahun sebesar 31.2% dan pada 65 tahun ke atas sebesar
92,8%.4
Seseorang dikatakan bebas karies jika skor indeks karies DMFT/S orang
tersebut = 0.5 Hasil penelitian di Tanzania menunjukkan sebagian besar siswa memiliki status bebas karies yaitu sebesar 79,8% dan kebutuhan akan perawatan gigi
yang tinggi.6 Hasil penelitian di Iran pada tahun 2004 menunjukkan status bebas karies pada anak usia 7 tahun sebesar 88,5%, pada anak usia 9 tahun sebesar 58% dan
pada anak usia 12 tahun sebesar 47,7%. Hal ini menunjukkan ada penurunan angka
bebas karies dengan pertambahan usia.7 Dengan kata lain prevalensi karies meningkat dengan bertambahnya usia.4
Status ekonomi dan tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku hidup sehat
pada seseorang.8 Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut meningkat.9 Orang dengan stutus ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah cenderung
mengabaikan perilaku hidup sehat.8 Anak anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung berada pada risiko karies yang parah.10 Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih
besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut tirthankar
Status bebas karies dapat dicapai dengan mencegah timbulnya penyakit
karies. Hal ini ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)
dan memberikan perlindungan khusus (specific protection). Upaya peningkatan
kesehatan gigi meliputi penyuluhan tentang cara menyingkirkan plak yang efektif,
cara menyikat gigi dan cara menggunakan benang gigi (flossing). Upaya
perlindungan khusus meliputi kumur fluor, topikal aplikasi, fluoridasi air minum, pit
dan fisur silen.1 Hasil penelitian WHO pada tahun 2004 menunjukkan fluoridasi air minum dapat menurunkan prevalensi karies sebesar 15%.11 Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi bebas karies gigi permanen dan
hubungan antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua terhadap status
bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. Peneliti memilih anak usia 7-11 tahun
sebagai objek penelitian karena pada usia 7 tahun karies mulai menyerang gigi
permanen dan pada usia 12 tahun hampir semua gigi permanen telah erupsi, namun
karena pada waktu penelitian anak berusia 12 tahun tidak bisa lagi diteliti karena
telah libur maka sampel penelitian diambil sampai umur 11 tahun.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan orangtua dengan status bebas karies pada anak usia 7-11 tahun ”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun.
2. Mengetahui pengalaman karies gigi rata-rata pada anak usia 7-11 tahun
3. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ayah dengan prevalensi bebas
karies pada anak usia 7-11 tahun.
4. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan prevalensi bebas
karies pada anak usia 7-11 tahun.
karies pada anak usia 7-11 tahun.
6. Mengetahui hubungan jenis pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies
pada anak usia 7-11 tahun.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan tingkat pendidikan ayah dengan prevalensi bebas karies
pada anak usia 7-11 tahun.
2. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan prevalensi bebas karies pada
anak usia 7-11 tahun.
3. Ada hubungan jenis pekerjaan ayah dengan prevalensi bebas karies pada
anak usia 7-11 tahun.
4. 1. Ada hubungan jenis pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies pada
anak usia 7-11 tahun.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan :
1. Sebagai masukan bagi para siswa untuk meningkatkan perilaku merawat
kesehatan gigi dan mulut.
2.Sebagai masukan bagi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU untuk menambah referensi
penelitian.
3.Memberi pengalaman kepada peneliti dalam melakukan penelitian langsung
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi
hingga menjalar ke dentin.1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.1 Proses ini ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak
putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak
segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke
ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa sakit
dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.3
Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya
dikelompokan menjadi 12: 1. Karies pada email
Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada ransangan yang
berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu.
2. Karies pada dentin
Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila
sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang.
3. Karies pada ke pulpa
Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan
sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit.
2.1.1 Faktor Etiologi
Faktor etiologi dibedakan atas faktor penyebab primer yang langsung
mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari
merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor yang memegang peranan yaitu:
a.Faktor host atau tuan rumah
Faktor host meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur
enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan
terhadap karies karena sisa sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut
terutama pit dan fisur yang dalam. Permukaan enamel yang kasar menyebabkan plak
mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.1 b. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan.1 Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.3 Sesaat setelah selesai menyikat gigi, akan tampak suatu lapisan tipis. Lapisan ini dinamakan plak dan berisi berbagai macam bakteri.
Makanan manis yang kita konsumsi akan membuat semacam plak di sela sela gigi
berubah menjadi asam sehingga merusak gigi.13 c. Faktor substrat atau diet
Diet adalah penyebab utama karies gigi, khususnya gula.10 Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan
enamel.1 Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat memudahkan terjadinya karies.3
d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
2.1.2 Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies adalah :
a. Pengalaman karies
Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara
pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitifitas
parameter ini hampir mencapai 60%. Tingginya skor pengalaman karies pada gigi
desidui dapat memprediksi terjadinya karies pada gigi permanennya.1 b. Penggunaan fluor
Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan
hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat
meningkatkan remineralisasi.1 Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan
kebutuhan tambahan fluor karena pemberian fluor yang berlebihan dapat
menyebabkan fluorosis. Hasil penelitian WHO pada tahun 2004 menunjukkan
fluoridasi pada air mium menurunkan prevalensi karies sebesar 15%.11 c. Oral higiene
Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara
mekanis dari permukaan gigi. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan
gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin dapat membantu mendeteksi masalah gigi
yang berpotensi menjadi karies.1 d. Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai
jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia,
yang paling banyak dari ibu.1 e. Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa
sisa makanan di dalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya,
f. Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari
pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali
seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,
maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi
asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah
makan.1
g. Umur
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevelensi karies
sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan
terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang
sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan
gigi antagonisnya. Anak anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi
mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies
akar.1
h. Jenis kelamin
Selama masa kanak kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMFT yang
lebih tinggi dari pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik
sehingga komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit daripada pria.
Sebaliknya, pria mempunyai komponen tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih
banyak dalam indeks DMFT.1 i. Sosial ekonomi
Orang orang dari status sosial ekonomi rendah memiliki kesehatan yang lebih
buruk dari orang dari status sosial ekonomi tinggi.14 Secara khusus, anak-anak dari kelompok ekonomi yang lebih rendah cenderung berada pada risiko karies yang
Pendidikan dapat mempengaruhi kesehatan dalam beberapa hal, seperti akses
yang berbeda, penggunaan jasa/fasilitas kesehatan, sifat medis perawatan kesehatan.
Orang dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat yang positif tentang
kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup sehat.17
Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan rongga mulut oleh ibu
yang memiliki anak prasekolah di Nigeria menyatakan bahwa ibu dengan pendidikan
yang rendah cenderung tidak mementingkan dan acuh terhadap pelayanan kesehatan
rongga mulut yang ada. Ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan hal yang
berpengaruh terhadap persepsi ibu terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan,
khususnya kesehatan rongga mulut. Setiap ibu hendaknya mengetahui dan memahami
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat menerapkannya
bagi anak anaknya.18,19
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala
kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi
namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau
upah berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan bekerja
orang akan memperoleh pendapatan, apabila pendapatan tinggi maka tingkat ekonomi
juga tinggi. Dengan demikian pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan/
tingkat ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap
individu.22
2.1.3 Waktu Erupsi Gigi Permanen
Rahang bawah:15
Insisivus Satu : 6-7 tahun
Insisivus dua : 7-8 tahun
Kaninus : 9-10 tahun
Premolar satu : 10-12 tahun
Premolar dua : 11-12 tahun
Molar satu : 6-7 tahun
Molar dua : 11-13 tahun
2.1.4 Indeks Karies
Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dalam angka dari keadaan suatu
golongan/kelompok terhadap suatu penyakit karies gigi. Indeks yang biasa digunakan
adalah indeks Klein. Indeks DMFT merupakan indeks yang paling sederhana dan
paling umum digunakan dalam survei epidemiologi karies gigi.16 Pada orang dewasa digunakan DMFT (decay, missing, filling, teeth) dan pada anak anak digunakan deft
(decay, extracted, filling, teeth). Semua gigi diperiksa kecuali molar tiga karena molar
tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi.. Nilai reratanya
adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.1 2.2 Prevalensi Karies
Hasil NOHS (National Oral Health Survey) tahun 2006 di Pilipina,
menunjukkan anak SD pada umur 6 tahun mengalami karies sebesar 97,1% dan pada
umur 12 tahun sebesar 78,4%. Selain itu, hal yang lebih parah lagi ditemukan hampir
50% anak menderita infeksi dentogenic dengan karakteristik adanya karies yang
sudah mencapai ke pulpa, ulserasi, fistula dan abses (PUFA) yang disertai nyeri yang
gigi. Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang
lainnya.1
Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi
dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan,
proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan
gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak
lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada
prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak.18 Hasil penelitian di Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan penduduk berumur 12 tahun ke atas yang
mengalami karies sebesar 62,1% dengan rata rata indeks DMFT sebesar 3,43.4 2.3 Bebas Karies
Seseorang dikategorikan bebas karies jika indeks karies gigi orang tersebut
DMFT/S = 0, dengan kata lain orang tersebut tidak memiliki pengalaman karies.6,7,19 Hasil penelitian di Tanzania menunjukkan sebagian besar siswa memiliki status bebas
karies yaitu sebebsar 79,8% dan kebutuhan akan perawatan gigi yang tinggi.6 Hasil penelitian di Iran pada tahun 2004 menunjukkan status bebas karies pada anak usia 7
tahun sebesar 88,5%, pada anak usia 9 tahun sebesar 58% dan pada anak usia 12
tahun sebesar 47,7%. 7,21
Hasil penelitian di Sumatera utara pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi
bebas karies di Sumatera Utara sebesar 59,9%. Prevalensi bebas karies pada anak usia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan
penelitian cross sectional untuk mempelajari korelasi antara faktor risiko tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua dengan efek yaitu bebas karies gigi anaknya.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah siswa berusia 7-11 tahun di SD Negeri 101817
Pancur Batu dan SD Swasta Santo Thomas 5 Medan yaitu sebanyak 424 orang.
Peneliti memilih SD Negeri 101817 Pancur Batu karena siswa di sekolah ini banyak
yang berasal dari golongan sosial ekonomi rendah dan peneliti memilih SD Swasta
Santo Thomas 5 Medan karena banyak siswa berasal dari golongan sosial ekonomi
tinggi. Hal ini sesuai dengan tujuan peneliti yang ingin melihat hubungan status bebas
karies dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah siswa berusia 7-11 tahun di SD Negeri 101817
Kecamatan Pancur Batu dan SD swasta Santo Thomas 5 Medan yang memenuhi
kriteria yang telah ditentukan. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Anak dengan gigi yang tidak crowded.
b. Bersedia mengikuti penelitian.
n =
d2(N-1) + Z2 P (1-P) Z2 P(1-P)N__ __
= 1,962 0,352 (1-0,352) 424 0,052 (424-1) + 1,962 0,352 (1- 0,352) = 192 orang
Keterangan;
P merupakan nilai perkiraan proporsi populasi kasus bebas karies (P) = 35,2%
(RISKESDAS SUMUT, 2007)
Populasi (N) = 424 orang
Convidence level = 95%
Absolut precision (d) = 5%
Z(1-α) = 1,96
Berdasarkan perhitungan dengan tingkat kemaknaan (α) 5% dengan
convidence level 95% diperoleh besar sampel minimal 192 orang. Jumlah ini
ditambah menjadi 200 orang untuk menghindari apabila ada data dari responden yang
terpilih tidak lengkap. Sampel diambil dengan menggunakan cara stratified random
sampling. Sampel dibagi berdasarkan umur menjadi lima strata yaitu strata 7, 8, 9, 10
dan 11 tahun. Setiap strata umur diambil secara random 20 orang dari SD Negeri
101817 Pancur Batu dan 20 orang dari SD swasta Santo Thomas 5 Medan.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
a. Faktor Risiko
1) Tingkat pendidikan ayah/ ibu:
a) Tidak tamat SD
b) Tamat SD / SLTP
c) Tamat SLTA / D3
2) Pekerjaan ayah/ ibu :
a) Tidak bekerja
b) Buruh / Tukang/ Pembantu Rumah Tangga / Pedagang Keliling
c) Pegawai Negeri / Pegawai BUMN / TNI / Polisi / Pegawai Swasta
d) Pengusaha / Wiraswasta / Direktur
b. Faktor Efek
1) Status bebas karies adalah indeks karies gigi/ DMF memiliki skor 0.
2) Pengalaman karies gigi rata-rata adalah jumlah skor DMFT dibagi dengan
jumlah anak.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Setiap sampel diperiksa secara klinis status karies giginya dengan
menggunakan sonde dan kaca mulut dengan penerangan sinar matahari. Pemeriksaan
karies gigi dilakukan dengan menggunakan indeks Klein. Data mengenai tingkat
pendidikan dan pekerjaan orangtua diperoleh secara sekunder dari buku induk siswa.
3.5 Cara Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer sesuai dengan
tujuan penelitian.
3.6 Analisis Data
Data dianalisis dengan uji chi-square. Uji chi-square digunakan untuk
mengetahui adanya hubungan antara pendidikan dan pekerjaan orangtua terhadap
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan dan di SD
Negeri 101817 Pancur Batu. SD Swasta Santo Thomas 5 Medan beralamat di Jl.
Mataram no 18, Medan dekat dengan Universitas Dharma Agung sedangkan SD
Negeri 101817 Pancur Batu beralamat di Jl. Salam Tani, Pancur Batu sekitar 20 km
dari pusat kota Medan.
4.2 Karakteristik Orangtua Anak
Pendidikan ayah 53,5% lulus SLTA/D3 dan 28,5% lulus D4/S1/S2.
Pendidikan ibu 54,5% lulus SLTA/D3 dan 13,5% lulus D4/S1/S2.
Pekerjaan ayah 40% pegawai negeri/ pegawai BUMN/ TNI/ Polisi/ Pegawai
Swasta dan 24% pengusaha/ wiraswasta/ direktur. Pekerjaan ibu 43% buruh/
pembantu rumah tangga/ pedagang keliling dan 15% pengusaha/ wiraswasta/ direktur
Tabel 1. Persentase distribusi karakteristik orangtua anak (n=200)
Karakteristik Jumlah Persentase
Pendidikan ayah
Tidak sekolah/tidak tamat SD
Tamat SD/SLTP
Tidak sekolah/tidak tamat SD
Tamat SD/SLTP
Buruh/Tukang/Pedagang Keliling
Pegawai NegeriPegawai BUMN/
Buruh/Pembantu rumah tangga /Pedagang Keliling
Pegawai NegeriPegawai BUMN/ TNI/Polisi/Pegawai Swasta
Pengusaha/Wiraswasta/Direktur
4.3 Persentase Bebas Karies Gigi pada Anak Usia 7-11 Tahun
Dengan bertambahnya umur prevalensi bebas karies menurun, persentase
bebas karies pada anak umur 7 tahun sebesar 60%, umur 8 tahun 57,5%, umur 9
tahun 52,5%, umur 10 tahun 45% dan pada anak umur 11 tahun 40%. Sebaliknya
prevalensi karies meningkat dengan bertambahnya umur (Tabel 2).
Tabel 2. Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur
Umur ( tahun )
Bebas Karies Karies Jumlah
N Persentase N Persentase
Persentase bebas karies pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo
Thomas 5 Medan sebesar 56 % lebih tinggi dari pada SD Negeri 101817 Pancur Batu
46 % ( Tabel 3 dan 4).
Tabel 3. Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan
Umur ( tahun )
Bebas Karies Karies Jumlah
Tabel 4. Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur di SD Negeri 101817 Pancur Batu
Umur ( tahun )
Bebas Karies Karies Jumlah
N Persentase N Persentase
4.4 Pengalaman Karies Gigi pada Anak Usia 7-11 Tahun
Rata-rata pengalaman karies gigi pada anak meningkat dengan bertambahnya
umur, umur 7 tahun 0,55 ± 0,78 dan umur 11 tahun 1,50 ± 1,80. Secara keseluruhan
rata-rata pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun adalah 1,01 ± 1,39
(Tabel 5)
Tabel 5. Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun
Umur
Tabel 6. Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo
Tabel 7. Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Negeri 101817 Pancur Batu
4.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Orangtua dengan
Prevalensi Bebas Karies Anak
Makin tinggi pendidikan ayah prevalensi bebas karies pada anak meningkat
yaitu tamat SD/ SLTP 41,7%, tamat SLTA/ D3 44,9 % dan tamat D4/ S1/ S2 68,4%.
Sebaliknya makin tinggi pendidikan ayah prevalensi karies akan menurun. Secara
statistik ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah dengan
Tabel 8. Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan tingkat pendidikan ayah
Pendidikan Ayah Bebas Karies Jumlah sampel
Makin tinggi pendidikan ibu prevalensi bebas karies pada anak meningkat
yaitu tamat SD/SLTP 32,8%, ibu yang tamat SMA/D3 53,2% dan ibu yang tamat
D4/S1/S2 85,2%. Sebaliknya makin tinggi pendidikan ibu prevalensi karies akan
menurun. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu
dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,000) (Tabel 9)
Tabel 9. Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan tingkat pendidikan ibu
Makin tinggi/baik pekerjaan ayah prevalensi bebas karies makin meningkat
yaitu bekerja sebagai buruh/ tukang/ pedagang keliling 38%, pegawai negeri/ pegawai
BUMN/ TNI/ Polisi/ Pegawai swasta 67,5. Sebaliknya makin tinggi/bagus pekerjaan
ayah prevalensi karies menurun. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara
jenis pekerjaan ayah dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,001) (Tabel 10).
Tabel 10. Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan jenis pekerjaan ayah
Pekerjaan Ayah Bebas Karies Jumlah sampel Buruh/Tukang/Pedagang Keliling 27
(38)
Pengusaha/Wiraswasta/ Direktur 21 (43,8)
27 (56,2)
48
Total 102 98 200
Tidak terlihat kecenderungan makin meningkatnya pekerjaan ibu dengan
peningkatan prevalensi bebas karies pada anak. Anak yang bebas karies pada ibu
yang tidak bekerja 52,4%, buruh/ pembantu rumah tangga/ pedagang keliling 45,3%,
pegawai negeri/ pegawai BUMN/ TNI/ Polisi/ Pegawai swasta 64,3% dan pengusaha/
Wiraswasta/ Direktur 46,7%. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna
antara jenis pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,229)
Tabel 11. Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan jenis pekerjaan ibu
Pekerjaan Ibu Bebas Karies Jumlah sampel
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, persentase bebas karies pada anak umur 7 tahun 60%,
umur 8 tahun 57,5%, umur 9 tahun 52,5%, umur 10 tahun 45% dan umur 11 tahun
40%. Hal ini menunjukkan seiring bertambahnya usia risiko karies juga bertambah
karena semakin lama gigi terpapar di dalam mulut maka gigi semakin berpotensi
mengalami karies.4 Hasil ini lebih rendah dari penelitian tentang bebas karies gigi di Iran yaitu pada anak umur 7 tahun 88,5%, umur 9 tahun 58% dan pada anak usia 11
tahun sebesar 47,7%.7,21 Rata-rata pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan sebesar 0,79±1,16 lebih rendah dari SD Negeri
101817 Pancur Batu yang dianggap mempunyai tingkat sosial ekonomi yang lebih
rendah 1,23±1,62. Hal ini menunjukkan anak dari kelompok sosial ekonomi yang
lebih rendah mempunyai pengalaman karies yang lebih tinggi.10
Semakin rendah pendidikan ayah, semakin rendah prevalensi bebas karies
anak (p=0,007) dan semakin rendah pendidikan ibu semakin rendah juga prevalensi
bebas karies anak (p=0,000). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang
dilakukan di Turki tentang faktor risiko karies pada anak yaitu tingkat pendidikan
orangtua berpengaruh terhadap status karies anak. Semakin rendah pendidikan
orangtua karies gigi pada anak semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi tingkat
pendidikan orangtua karies gigi pada anak semakin rendah.23
Tingkat ekonomi orangtua berpengaruh terhadap status bebas karies pada
anak, tingkat ekonomi orangtua dapat dilihat dari jenis pekerjaannya.22 Pada penelitian ini diperoleh semakin tinggi/baik pekerjaan ayah prevalensi bebas karies
pada anak makin meningkat (p=0,001). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
yang dilakukan di London yaitu anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung
berada pada risiko karies yang tinggi.10 Tidak terlihat kecenderungan makin tingginya/baiknya pekerjaan ibu dengan peningkatan prevalensi bebas karies pada
bekerja yaitu 21% dan sumber keuangan mungkin diperoleh dari pendapatan suami
yang tinggi. Pada Tabel 5 dapat dilihat persentase bebas karies anak pada kelompok
ayah yang bekerja sebagai pengusaha/ wiraswasta/ direktur lebih rendah dari ayah
yang bekerja sebagai pegawai negeri/ pegawai BUMN/ pegawai swasta/ TNI / Polisi.
Hal ini mungkin disebabkan data pekerjaan ayah yang diperoleh secara sekunder
tidak menunjukkan tingkat pekerjaan yang sebenarnya, misalnya ayah yang bekerja
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Persentase bebas karies pada anak umur 7-11 tahun 51%. Makin meningkat
umur anak, makin rendah prevalensi bebas karies.
2. Rata-rata pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun adalah
1,01 ± 1,39. Makin meningkat umur anak, makin tinggi pengalaman kariesnya.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah terhadap
prevalensi bebas karies pada anak (p=0,007).
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu terhadap
prevalensi bebas karies pada anak (p=0,000).
5. Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah terhadap
prevalensi bebas karies pada anak (p=0,001).
6. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies pada
anak (p=0,229).
6.2 Saran
1. Diharapkan peran orangtua semakin membaik dalam membimbing anak
merawat kesehatan gigi dan mulut dengan melakukan penyikatan gigi secara teratur
sejak dini dan membawa anak untuk mendapatkan perawatan gigi di klinik gigi agar
kesehatan gigi dan mulut anak terjaga.
2. Guru melakukan pembinaan kesehatan khususnya mengenai pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut kepada siswa di sekolah secara rutin agar siswa mampu
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.
3. Penyelenggaraan UKGS yang dilakukan oleh Puskesmas khususnya upaya
DAFTAR PUSTAKA
1. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008:
4-15.
2. Preethi BP, Dodawad R, Pyati A. Evaluation of flow rate, pH, buffering capacity,
calcium, total proteins and total antioxidant capacity levels of saliva in caries: an
in vivo study. Clinical Biochemists of India J Clinical Biochemist 2010; Oct-Dec
2010 25(4): 425–8.
3. PDGI online. Gigi berlubang? Mencegah lebeh baik dari pada mengobati.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar (Laporan Provinsi Sumatera Utara
2007). Jakarta 2008: 115-129.
5. Carvalho JC, Figueiredo MJ, Vieira EO , Mestrindo HD. Caries trends in
Brazilian non-privileged preschool children in 1996-2006. Caries Res 2009; 43:
2–9.
6. Kijakazi OM, Anne SA, Marit SS, Joyce RM. Socio demographic disparity in
oral health among the poor: a cross sectional study of early adolescents in Kilwa
district, Tanzania. BMC Oral Health 2010; 7: 10.
7. Hamid RP. Oral health in Iran. International Dent J 2004; 54, 367-372
8. Mulder BC, Marijn DB, Hanneke S, Erik A, Cees M. Stressors and resources
mediate the association of socioeconomic position with health behavior. BMC
Public Health 2011; 11: 798.
9. Nissim BD. Economic growth and its effect on public health.
11.Petersen PE, Lennon MA. Effective use of fluorides for the prevention of dental
caries in the 21st century: The WHO approach. Community Dent Oral Epidemiologi 2004; 32: 319–21.
12.Monaghan N, Heesterman R. Dental caries, social deprivation and enhanced
capitation payment for children. British Dent J 2001; 12-15.
13.Arzanudin HN. Penykit gigi pada manusia.
(2 Februari 2012).
14.Hobdell MH, Oliveira ER, Bautista R, Myburgh NG, Lalloo R, Narendran S, et
al. Oral diseases and socio-economic status (SES). British Dent J 2003; 194 (2)
91-6.
15.Dalimunthe T, Hermina T, Yati R, Essie O. Ilmu kedokteran gigi anak terapan.
Medan: USU Press, 2010: 21.
16.Tedesco MA, Salvo GD, Caputo S, Natale F, Ratti G, Larussi D, et al.
Educational level and hypertension: How socioeconomic differences condition
health care. J of Human Hypertension 2001; 15, 727–731.
17.Levin L, Alon S. The relationship between dental caries status and oral health
attitudes and behavior in young Israeli adults. J of Dent Education 2004.
18.Hobdell MH, Oliveira ER, Bautista R, Myburgh NG, Lalloo R, Narendran S, et
al. An international comparison of socio economic status and oral health. British
Dent J 2003; 194, 22-27.
19.Marco Ap, Peres KG, Antunes JLF, Junqueira SR, Frazao P, Narvai PC. The
association between socioeconomic development at the townand the distribution
of dental caries in Brazilian children. British Dent J 2006; 231, 13-9.
20.Shiva S, Muthu MS, Amarlal D, Prabhu P. Quantitative assessment of Ig A
levels in the unstimulated whole saliva of caries free and caries active children.
21.Bayat M, Samadzadeh H, Ziyarati L, Memary N, Khosravi R, Eshkevari PSS.
Oral health of Iranian children in 2004: a national pathfinder survey of dental
caries and treatment needs. International Dent J 2004; 54, 367–372.
22.Adin S. Status sosial ekonomi.
http://salsabilashafiraadin.blogspot.com/2009/07/status-sosial-ekonomi.html
( 4 Februari 2012).
23.Namal N, Vehit HE, Can G. Risk factor for dental caries in Turkish preschool