• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTS' SOCIOECONOMIC STATUS AND STUDENTS' LEARNING ACHIEVEMENT

Oleh:

La Maulid1), Sumarlin2)

1)2)Universitas Halu Oleo Email: maulidsenegal040@gmail.com Kata Kunci:

Sosial Ekonomi Orangtua, Prestasi Belajar.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi orangtua dengan prestasi belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 144 siswa. Sampel penelitian ini diambil dengan metode purpossive sampling sebanyak 25% dari populasi atau sejumlah 36 siswa. Data dikumpulkan menggunakan angket dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan infrensial. Hasil penelitian menunjukkan: 1) secara umum skor status sosial ekonomi orangtua berada pada kategori rendah dengan skor rata-rata 125,35 2) secara umum skor prestasi belajar siswa berada pada kategori rendah dengan skor rata-rata 76 (dibawah nilai KKM sebesar 78). 3. Hasil analisis Spearman Rank Correlation diperoleh nilai sig.(2-tailed) = 0,000 <

0,05 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara status sosial ekonomi orangtua dengan prestasi belajar siswa.

Keywords:

Parents' Socioeconomic, Learning Achievement

ABSTRACT

This study aimed to determine the relationship between parents' socioeconomic status and students' learning achievement. It used a quantitative correlational design. This study's population was all the eighth- grade students of the academic year 2019/2020, totaling 144 students. This study chose 36 students or as much as 25 percent of the population to be the samples. Data were collected using a questionnaire and documentation study and analyzed using descriptive and inferential statistics. The results showed that first; in general, the score of the parents' socioeconomic status was in the low category with an average score of 125.35. Second, the students' learning achievement score was in a low category, with an average of 76 (below the KKM score of 78). Besides, the results of the Spearman Rank Correlation analysis showed that the sig. (2-tailed) = 0.000 or less than 0.05, which means a significant relationship existed between parents' socioeconomic status and student achievement.

(2)

Pendahuluan

Salah satu tujuan dari seorang individu dalam mencari ilmu adalah untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Peningkatan prestasi belajar yang diperoleh individu dapat diukur dari nilai hasil belajar yang dicapainya. Winkel (2014: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai dalam belajar.

Hasil belajar yang diperoleh individu pada suatu jenjang pendidikan dapat dijadikan dasar sebagai indikator untuk mengukur kemampuan individu dalam menguasai materi pada jenjang sebelumnya.

Dalam skala yang lebih kecil misalnya sekelompok individu sebagai subyek belajar memuyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan diukur dengan nilai atau angka. Dengan demikian, penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal.

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstruktur dan berjenjang meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan informal merupakan pendidikan keluarga dan lingkungan. Sedangkan pendidikan non formal adalah jalur pendidikan yang berada di luar pendidikan formal dan dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Tiga jalur pendidikan tersebut diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai sehingga menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas. Faktor keluarga dalam proses pendidikan sangat penting. Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dan penanaman sikap-sikap yang dapat memengaruhi perkembangan anak. Keluarga berkewajiban untuk menyediakan segala kebutuhan terkait dengan pendidikan. Anggapan bahwa keluarga yang memunyai status sosial ekonomi orangtua tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sedangkan keluarga yang memiliki status sosial ekonomi rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikannya. Sebagai contoh, anak dapat belajar apabila terdapat fasilitas- fasilitas atau sarana penunjang belajar, orangtua sebagai upaya memperoleh pengetahuan, penghargaan dan aktualisasi diri.

Peranan keluarga sebagai pendorong perkembangan pengetahuan individu dipengaruhi oleh interaksi sosialnya yang dinamis dan status sosial ekonomi keluarga. Apabila perekonomian cukup, lingkungan material yang dihadapi individu dalam keluarganya itu lebih luas, maka dapat memunyai kesempatan yang luas pula untuk mengembangkan kecakapannya. Didalamnya juga termasuk menu- menu makanan guna kesehatan yang baik, serta sikap terhadap lingkungan keluarga, hubungan dengan orangtua dan saudaranya yang dinamis serta wajar. Orangtua memiliki status sosial ekonomi tinggi akan berpeluang atau berkesempatan lebih luas dalam memperoleh segala kebutuhan yang mungkin tidak didapatkan oleh orangtua berstatus sosial ekonomi rendah. Dengan terpenuhinya segala kebutuhan terkait pendidikan, memudahkan dalam mengembangkan bakat dan kemampuan menjadi lebih baik. Dalam kondisi tersebut, kesempatan untuk meningkatkan prestasi belajar lebih besar didapatkan oleh individu yang memiliki orangtua dengan status sosial ekonomi tinggi.

Ada beberapa indikator yang memengaruhi status sosial ekonomi orangtua, seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jabatan atau golongan orangtua. Status sosial ekonomi orangtua sangat berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Orangtua yang berstatus sosial ekonomi cukup memadai cenderung lebih mudah mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam hal pendidikan dapat terpenuhi, mengembangkannya secara optimal.

Kondisi sosial ekonomi pada suatu keluarga memengaruhi kecukupan dan kebutuhan hidupnya.

keluarga yang berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan hudupnya cenderung memberikan kemungkinan anggota keluarganya untuk tumbuh dan berkembang fisiknya dengan baik. Tohirin (Firmansya, 2012: 3) mengatakan bahwa faktor yang memengaruhi prestasi siswa dalam belajar adalah lingkungan keluarga yang meliputi keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu serta tinggi rendahnya tingkat ekonomi keluarga. Tinggi rendahnya status sosial ekonomi akan memengaruhi kesempatan anak untuk mengembankan kecakapannya. Keadaan ekonomi sosial yang cukup tentunya akan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi anaknya untuk mengembangkan berbagai kecakapan, sedangkan bagi anak dengan status sosial ekonomi orangtuanya tidak baik atau tidak berkecukupan akan sulit memenuhi segala keperluan anaknya sehingga bakat yang ada didalam diri

(3)

prestasi belajar siswa memiliki hubungan dengan statas sosial ekonomi orangtua. Siswa yang keluarganya memiliki statas sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki prestasi akademis lebih tinggi, sedangkan siswa yang keluarganya memiliki status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki resiko putus sekolah yang lebih besar.

Pendapatan orangtua sangat tergantung dari jenis pekerjaan masing-masing. Di kecamatan Barangka misalnya, berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Bimbingan dan Konseling, di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Barangka mengatakan bahwa perkerjaan orangtua siswa yang ada berlatar belakang heterogen yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan selebihnya bekerja sebagai wiraswasta dan pegawai negeri sipil. Jenis pekerjaan tersebut, pendapatan orangtua siswa pun berbeda-beda dan bervariasi dengan rata-rata berkisar Rp.500.000 – Rp.700.000.- perbulan pendapatan ini masih rendah dibandingkan dengan upah minimum provinsi (UMP) Sulawesi Tenggara, yakni sebesar 2.552.014 (Sumber: Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara, 2020).

Menurut guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Barangka ada siswa yang prestasi belajarnya kurang dari Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan dan sebagian besar siswa yang tidak memenuhi KKM adalah siswa yang sering terlambat ke sekolah, tidak mengerjakan tugas rumah, dan tidur di kelas bahkan tidak memiliki sumber bacaan ini dikarenakan faktor status sosial ekonomi orangtuanya yang pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Berdasarkan fenomena diatas penulis berkesimpulan bahwa pekerjaan orangtua yang berpendapatan tinggi akan lebih mampu membiayai kehidupan keluarga, di dalamnya termasuk pendidikan anak-anaknya.

Seperti bimbingan belajar, privat, kelengkapan buku dan alat tulis, penyediaan ruang yang memadai dan fasilitas lain yang dibutuhkan. Berbeda dengan orangtua yang tingkat pendapatannya rendah atau kurang memadai, kadang-kadang mereka kurang mendapat bimbingan maupun motivasi dalam belajar, di samping orangtua sibuk mencari nafkah, anak pun ikut turun membantu orangtua untuk mencari nafkah. Kondisi demikian, anak yang ikut menbantu orangtuanya dalam mencari nafkah kemungkinan tidak lagi memerhatikan proses belajarnya baik di sekolah maupun di rumah, sehingga tentu dapat memengaruhi prestasi belajarnya di sekolah yang akan berdampak pada diri siswa seperti tidak akan belajar dengan teratur, jarang masuk sekolah, dan memberikan dampak negatif bagi perkembangan dan kemajuan prestasi anak yang tidak berjalan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Barangka.

Prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “prestasi” dan “belajar” pada setiap kata tersebut memiliki makna tersendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Inonesia (KBBI) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktifitas belajar yang telah dilakukan. Kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indosesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada umumnya mengenai aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar menyangkut aspek pembentukan watak peserta didik.

Winkel (2014: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai dalam belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Tirtonegoro (2001: 43) mengartikan prestasi belajar sebagai penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Sedangkan Sukmadinata (2003:101) mengemukakan bahwa “prestasi belajar” adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial/kapasitas yang dimiliki sesorang. Penguasan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir, maupun keterampilan motorik.

(4)

Karakteristik prestasi belajar

Menurut Purwanto (2000: 82) hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagai interaksi yang bernilai eduktif, maka dalam prestasi belajar harus melalui interaksi belajar yang juga berpengaruh dalam pengoptimalan prestasi belajar siswa, sehingga prestasi belajar tidak luput dari karakteristik pembelajaran yang bersifat edukatif dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Prestasi belajar memiliki tujuan 2. Memunyai prosedur

3. Adanya materi yang telah ditentukan 4. Ditandai dengan aktivitas anak didik 5. Pengoptimalan peran guru

6. Kedisiplinan

7. Memiliki batas waktu 8. Evaluasi

Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar

Muhibbin (2011: 146) Mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi 3 faktor yaitu:

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi aspek fisiologi (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Aspek fisiologis meliputi tonus jasmani, mata dan telinga sedangkan aspek psikologis meliputi intelegensi, sikap, menat, bakat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, yang terdiri atas lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Aspek lingkungan sosial meliputi keluarga, masyarakat, dan teman. Sedangkan aspek lingkungan non-sosial meliputi rumah, peralatan, dan alam.

3. Pendekatan belajar

Pendekatan belajar terdiri atas pendekatan tinggi (speculative dan achieving), pendekatan menengah (analytical dan dep), dan pendekatan rendah (reproductive dan surface).

Status sosial ekonomi orangtua

Status sosial merupakan suatu keadaan yang menggambarkan posisi atau kedudukan seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Setiap anggota masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi yang berbeda-beda. Status sosial ekonomi orangtua yang dimiliki dapat diperoleh melalui dua cara yaitu dengan usaha dan tanpa usaha. Status sosial ekonomi orangtua yang diperoleh seseorang tanpa adanya usaha dari orang yang bersangkutan disebut sebagai “ascribed status” dan yang diperolehnya karena prestasi atau usahanya disebut “achieved status”. Contoh ascribed status adalah status sebagai pria atau wanita, sebagai bangsawan atau rakyat jelata, sebagai anak-anak atau orang dewasa. Jadi status yang dimiliki seseorang tampa usaha adalah setiap status yang diperoleh karena kelahiran atau pemberian. Sedangkan contoh achieved status adalah petani, nelayan, guru, arsitek, karyawan, pimpinan unit dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini bahwa status sosial ekonomi atau kedudukan seseorang diperoleh karena adanya suatu usaha atau prestasi yang dimilikinya kedudukan tersebut merupakan usaha manusia dengan menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai suatu kehidupan atau kesejahteraan yang lebih baik.

Soekamto (Darsono, 2004: 108) menjelaskan bahwa ada beberapa indikator untuk menentukan status seseorang yaitu: pendapatan dan kepemilikan kekayaan antara lain, bentuk rumah, kendaraan yang dimiliki, termasuk pola konsumsi. Ilmu pengetahuan, seseorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi maka ia menempati lapisan teratas terutama bagi masyarakat yang menghargai ilmu.

Pekerjaan atau profesi yang dipilih seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai

(5)

Guru, Dosen, Hakim, Dokter dan sebaginya akan menempati posisi atas atau lebih tinggi daripada mereka yang memiliki pekerjaan sebagai Tukang Parkir, Buruh Tani, Kuli dan sebagainya.

Hubungan status sosial ekonomi orangtua dengan prestasi belajar siswa

Status sosial ekonomi orangtua adalah suatu proses sosial ekonomi yang dimiliki orangtua siswa di dalam kelompoknya. Status sosial ekonomi tersebut antara lain pekerjaan, pendidikan, kekayaan, kekuasaan dan peran-peran yang dilakukan orangtua di masyarakat. Status sosial ekonomi orangtua yang memadai dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bagi orangtua yang berpenghasilan tinggi selain mampu memenuhi kebutuhan keluarga, juga mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anaknya, misalnya menyediakan fasilitas pendidikan anak, kebutuhan hidup dalam keluarga, kebutuhan terhadap hobi/rekreasi, pergaulan anak, kebutuhan kesehatan anak, dan sebagainya. Dengan status sosial ekonomi keluarga yang tinggi akan memungkinkan bagi anak untuk berprestasi dibanding dengan kelaurga dengan status ekonomi yang rendah, hal itu dikarenakan orangtua dengan status ekonomi yang baik lebih mudah dalam menjamin pemenuhan kebutuhan belajar anak, kesehatan, lingkungan belajar kondusif, sekolah yang berkualitas, dan lain sebagainya dibandingkan dengan orangtua siswa dengan status sosial ekonomi yang rendah.

Ormrod (Firmansyah, 2012: 3) mengatakan bahwa prestasi belajar siswa memiliki hubungan dengan status sosial ekonomi orangtua. Siswa yang keluarganya memiliki status sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki prestasi akademis lebih tinggi, sedangkan siswa yang keluarganya memilki status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki resiko putus sekolah yang lebih besar.

Whiterington (2012: 24) juga menyampaikan pendapatnya tentang koherensi status sosial ekonomi dengan prestasi belajar anak. Ada keluarga yang miskin dan ada juga keluarga yang kaya.

Ada keluarga yang selalu diliputi suasana tenteram dan damai, tetapi adapula yang sebaliknya, ada keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang terpelajar dan ada juga yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang memiliki cita-cita yang tinggi bagi anak-anaknya adapula yang biasa saja. Suasana dan keadaan rumah yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh anak. Termasuk dalam keluarga ini ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Barangka yang beralamat di desa Bungkolo, Kec.

Barangka, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP Negeri 1 Barangka kelas VII pelajaran 2019/2020 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah siswa 144 orang, dengan rincian kelas VIII1, VIII2 , VIII3, VIII4, dan VIII5 yang terdiri dari 5 rombongan belajar. Penentuan sampel menggunakan teknik purpossive sampling yaitu penarikan sampel secara sengaja berdasarkan hasil pembagian angket. Dalam peneltian ini, pengumpulan data menggunakan angket dan studi dokumentasi dengan teknik analisis deskriptif dan Inferensial.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yaitu suatu metode penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (Azwar, 2007: 5). Menurut Subana dan Sudrajat (2005:

25) penelitian kuantitatif dilihat dari segi tujuan, penelitian ini dipakai untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, dan untuk menunjukkan hubungan antar kedua variabel dan ada pula yang sifatnya mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendiskripsikan banyak hal.

(6)

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel 1

Deskripsi Data Status Sosial Ekonomi Orangtua Kategori Interval Frekuensi Persentasi

Sangat tinggi 169-208 0 0

Tinggi 130-168 14 39

Rendah 91-129 22 61

Sangat rendah 52-90 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa frekuensi status sosial ekonomi orangtua terdapat pada interval 52-90 sebanyak 0 (0%) siswa berkategori sangat rendah, interval 91- 129 sebanyak 22 (61%) siswa berkategori rendah, interval 130-168 sebanyak 14 (39%) siswa berkategori tinggi dan interval 177-218 sebanyak 0 (0%) siswa berkategori sangat tinggi. Secara umum status sosial ekonomi orangtua dengan rata-rata sebesar 125,35 yang berada pada kategori rendah.

Tabel 2

Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Baik 84-88 6 16,67%

Baik 79-83 8 22,22%

Cukup 74-78 1 2,78%

Kurang 69-73 21 33,33%

Sangat Kurang 64-68 0 0%

Jumlah 36 100%

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa frekuensi rata-rata hasil belajar siswa terdapat pada interval 64-68 sebanyak 0 (0%) siswa berkategori sangat kurang, interval 69-73 sebanyak 1 (2,78%) siswa berkategori kurang, interval 74-78 sebanyak 21 (33,33%) siswa berkategori cukup, interval 79-83 sebanyak 8 (22,22%) siswa berkategori baik dan interval 84-88 sebanyak 6 (16,67%) siswa berkategori sangat baik. Secara umum rata-rata nilai rapor siswa berada pada kategori kurang.

Pembahasan

SMP Negeri 1 Barangka merupakan salah satu sekolah menengah yang siswanya terdiri dari berbagai status sosial dengan kaakteristik siswa dan lngkungan yang berbeda-beda terutama dalam lingkungan keluarga. Hal ini terutama mengenai tingkat pendidikan orangtua dan tingkat pendapatan orangtua yang keduanya merupakan bagian dari faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis inferensial diperoleh gambaran yang menunjukkan adanya hubungan kuat dan signifikan status sosial ekonomi orangtua dengan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat pada distribusi kedua variabel, di mana data status sosial ekonomi orangtua berada pada kategori rendah dengan skor 125,36. Sedangkan prestasi belajar siswa berada pada kategori rendah karena berada di bawah Nilai KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Barangka yaitu sebesar 78. ini menunjukkan bahwa status sosial ekonomi orangtua merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa.

Variabel status sosial ekonomi orangtua memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak terutama hasil belajarnya. Dengan adanya perekonomian yang cukup memadai,

(7)

mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kecakapan yang dimiliki oleh siswa.

Orangtua dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan memudahkan siswa untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran terpenuhi, sehingga siswa tidak perlu lagi memikirkan biaya pendidikan, sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses pendidikannya sehingga siswa fokus untuk belajar supaya hasil belajarnya sesuai yang diharapkan. Slameto (2001:

65) menjelaskan bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan hasil belajar anak.

Kebutuhan-kebutuhan anak harus terpenuhi adalah: makanan, pakaian, kesehatan, dan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, buku-buku. Fasilitas belajar ini hanya dapat terpenuhi jika orangtuanya memunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan anak kurang terpenuhi akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu.

Akibat yang lain adalah anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, ini pasti mengganggu prestasi belajar anak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni (2010) yang hasil penelitiannya adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara status sosial ekonomi orangtua dengan prestasi belajar, dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan r x ly = 0,555 dan p = 0,000 di mana p < 0,01 dengan sumbangan efektif (SE) sebesar 30,763 % dan sumbangan relatif (SR) sebesar 99,288%. Ormrod (2008: 187) mengatakan bahwa prestasi belajar siswa memiliki hubungan dengan status sosial ekonomi orangtua. Siswa yang keluarganya memiliki status sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki prestasi akademis lebih tinggi, sedangkan siswa yang keluarganya memilki status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki resiko putus sekolah yang lebih besar. Pendapat tersebut di dukung oleh pendapat Whiterington (2012: 24) yang mengatakan tentang koherensi status sosial ekonomi dengan prestasi belajar anak. Ada keluarga yang miskin dan ada juga keluarga yang kaya.

Ada keluarga yang selalu diliputi suasana tenteram dan damai, tetapi adapula yang sebaliknya, ada keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang terpelajar dan ada juga yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang memiliki cita-cita yang tinggi bagi anak-anaknya adapula yang biasa saja. Suasana dan keadaan rumah yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh anak. Termasuk dalam keluarga ini ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.

Dari pendapat di atas jelas memberikan perbandingan gambaran antara siswa yang berada dalam kehidupan orangtua yang cukup mampu secara ekonomi akan mendukung atau mendorong bahkan dapat memacu prestasi belajar seorang siswa jika dibandingkan dengan siswa yang berada dalam lingkungan keluarga yang kurang mampu. Siswa yang hidup di lingkungan keluarga mampu secara ekonomi orangtuanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu yang mendukung kelancaran siswa menghadapi proses belajar adalah apabila terpenuhi kebutuhannya dalam hal ekonomi dalam menunjang prestasi belajar. Orangtua yang memiliki masalah ekonomi masalah ekonomi maka dukungan orangtua kepada pendidikan anaknya akan menjadi berkurang. dengan biaya pendidikan yang cukup tinggi, karena biaya bukan hanya biaya SPP atau bangunan, melainkan yang membuat berat adalah biaya dalam keseharian siswa, baik fasilitas seperti transportasi, buku, berbagai tugas yang banyak mengeluarkan uang atau fasilitas- fasilitas yang lain.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis deskptif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa skor status sosial ekonomi orangtua berada pada kategori rendah yaitu sebesar rata-rata 25,35, sedangkan prestasi belajar siswa berada pada kategori rendah yaitu sebesar rata-rata 75 (Nilai KKM 78). Hasil analisis Inferensial dengan menggunakan analisis Spearmen Rank Correlation diperoleh nilai sig.(2-tailed) = 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan signifikan antara status sosial ekonomi orangtua dengan prestasi belajar siswa. Sedangkan nilai Corelation Coefficient = 0.630 menunjukkan hubungan yang tinggi status sosial ekonomi orangtua dengan prestasi belajar siswa.

(8)

Saran

1. Bagi guru kiranya lebih memberikan motivasi belajar kepada siswa yang kondisi sosial ekonomi keluarganya kurang memadai.

2. Bagi orangtua siswa, agar lebih meningkatkan peranannya terutama pengadaan fasilitas belajar dan perhatian kepada anaknya, agar mereka lebih termotivasi belajar sehingga dapat mencapai prestasi yang lebih baik lagi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, kiranya dapat melihat variabel-variabel lain yang memengaruhi prestasi belajar siswa misalnya, perhatian orangtua, kepercayaan diri siswa dan lain-lain.

Daftar Pustaka

Azwar, Saifuddin. (2007). Metode Penelitian. Pustaka Belajar Darsono. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Firmansya. (2012). Hubungan Status Sosial Ekonomi Orangtua dengan Prestasi Belajar siswa pada Mata Pelajaran Agama Islam. UIN Sultan Syarif Kasim. Riau

KBBI. (online). Kemdikbud.go.id/entri/religious. Diakses pada tanggal 28 Desember 2019.

Purwanto, Ngalim. (2000). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. (2011). Pskoloi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandun: PT Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Slameto. (2001). Belajar dan Faktor yang Memengaruhinya. Rineka Cipta : Jakarta

Subana, Muhammad dan Sudrajat. ( 2005). Dasar-Dasar Penelitan Ilmiah, Bandung: Media Pustaka Tirtonegoro. (2001). Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyuni. (2010). Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Skripsi.UNS: Solo.

Whiterington. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel W.S. (2014). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

Orangtua merupakan lingkungan sosial pertama dalam proses pembentukan konsep diri seorang anak. Ukuran keberhasilan penerapan peranan orangtua sebagai penanggungjawab

Dalam penelitian ini hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara status gizi dengan hasil belajar, tingkat sosial ekonomi orangtua dengan hasil belajar, status gizi dan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh yang signifikan antara status sosial ekonomi orangtua dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi belajar pada siswa, yaitu semakin tinggi atau baik status sosial

Hal ini ditunjukkan dengan cukup banyaknya siswa dari kalangan status sosial ekonomi menengah ke atas yang memiliki nilai lebih baik daripada siswa dengan status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi orangtua dapat memengaruhi anak dalam berperilaku karena dari sisi pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh orangtua akan memengaruhi bagaimana

Rendahnya kondisi sosial ekonomi orangtua menyebabkan siswa memiliki prestasi belajar yang rendah hal ini senada dengan Hasil penelitian dari Setiyowati (2015) orangtua

Status sosial ekonomi orangtua dapat memengaruhi anak dalam berperilaku karena dari sisi pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh orangtua, akan memengaruhi bagaimana orangtua