• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Penggunaan Suplemen Extra Joss Terhadap Stamina Pada Atlet Sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Penggunaan Suplemen Extra Joss Terhadap Stamina Pada Atlet Sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu Tahun 2010"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PENGGUNAAN SUPLEMEN EXTRA JOSS TERHADAP STAMINA PADA ATLET SEPAK BOLA DI DEVISI UTAMA PERSATUAN

SEPAK BOLA LANGKAT (PSL) BAPOR PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2010

Oleh :

ADE SHINTA DEWI NIM. 061000051

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

EFEK PENGGUNAAN SUPLEMEN EXTRA JOSS TERHADAP STAMINA PADA ATLET SEPAK BOLA DI DEVISI UTAMA PERSATUAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ADE SHINTA DEWI NIM. 061000051

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

(3)

EFEK PENGGUNAAN SUPLEMEN EXTRA JOSS TERHADAP STAMINA PADA ATLET SEPAK BOLA DI DEVISI UTAMA PERSATUAN

SEPAKBOLA LANGKAT (PSL) BAPOR PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

ADE SHINTA DEWI NIM. 061000051

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 08 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt., M.Kes Fitri Ardiani, SKM., MPH NIP.195803151988112001 NIP.198207292008122002

Penguji II Penguji III

Ferry,SH.,SSi.,AMG.,DC.Nutri.,M.Kes Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes NIP. 196905241993031001 NIP. 196205291989032001

Medan, Juli 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional seperti sepakbola demikian penting terutama dalam hal keseimbangan antara asupan dan penggunaan energy yang akan berpengaruh terhadap stamina atlet.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efek yang ditimbulkan dari penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. Sampel yang diambil berdasarkan tingkat keteraturan latihan yang sama berjumlah 40 orang, dengan

kelompok perlakuan sebanyak 20 orang dan kelompok control sebanyak 20 orang. Pengukuran stamina dilakukan dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) di Divisi Utama Persatuan SepakBola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. Tes ini terdiri dari lari 50 meter, gantung angkat tubuh, baring duduk, loncat tegak dan lari 1000 meter.

Tingkat konsumsi pesepakbola Divisi Utama PSL Bapor Pangkalan Susu tergolong normal dengan persentase rata-rata sebesar 97,2% setelah dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) atlet sepakbola.

Berdasarkan uji statistik menggunakan paired sample t test, dengan α=0,05

diperoleh adanya perbedaan stamina atlet sepakbola sebelum dan sesudah

penggunaan suplemen extra joss. Namun, peningkatan stamina ini tidak memiliki pengaruh yang banyak. Hal ini menunjukkan peranan suplemen sangat sedikit dalam hal peningkatan stamina atlet.

(5)

ABSTRACT

The role of nutrient in sport especially professional sport like football was very important especially in ballance between intake and output energy which

influential with athlete’s endurance.

The purpose of this research is to see the effect of extra joss supplement about

football athlete’s endurance at Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor

Pertamina Pangkalan Susu. Sample which was taken base on their same regulary trainining that 40 people, with experiment group was 20 people and control group was 20 people. Measuring of endurance done with Indonesian Physichal Fitness Test at Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. This test instead of run 50 meter, pull up, sit up, standing jump, and run 1000 meter.

Consumption level of food’s football athlete at Divisi Utama PSL Bapor

Pertamina Pangkalan Susu with average level 97,2% after compared with adequate consumption of energy football athlete before measuring of physical test were done. Base on a significan manner use paired sample t test with α = 0,05 getting

existence difference football athlete’s endurance before and after consumed

supplement extra joss. This pointed out that supplement role was little in increase of athlete endurance.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ade Shinta Dewi

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 01 Desember 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : belum kawin Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang

Alamat Rumah : jl. Tunas No. 244 Bukit Kunci Pangkalan Susu Alamat Kos : jl.Jamin Ginting gag.sederhana no. 7A Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Tunas Harapan Bukit Kunci Pangkalan Susu 1993-1994 2. SD Dharma Patra Pangkalan Susu 1994-2000

3. SMP Dharma Patra Pangkalan Susu 2000-2003

4. SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan 2003-2006

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan umur panjang dan kesehatan lahir dan bathin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Efek P enggunaan Suplemen Extra Joss Terhadap Stamina Pada Atlet Sepakbola di

Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu Tahun

2010” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Buah karya ini dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Drs. Khairuddin sebagai pelatih tim Persatuan Sepak Bola Langkat yang telah memudahkan jalannya penelitian penulis dan juga

ibunda tersayang Rilma Aida yang selalu memberikan dukungan dan do’a restunya

selama penellitian ini. Dan juga curahan rasa sayang yang tak terhingga pada adik-adikku M. Bagus Rizky Arsyaddin, M. Wahyu Khairnanda dan Dinda Sahara Rani, beserta seluruh sanak keluarga.

(8)

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Drs. Syarifah, MS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya staf dan dosen pengajar pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

6. Seluruh temen-temen di peminatan gizi kesehatan masyarakat atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

7. Ilham Rizki Marpaung, Spd yang telah setia menemani penulis selama penyelesaian karya ini.

8. Para sahabat penulis (Tika, Dian, Dedek, Sari, Aswin) yang selalu memberikan koreksian dan semangat pada penulis.

9. Anak-anak kos Dodol (kak sa, tika, heny, meika, kak put, nita) yang setia menemani penulis menyelesaikan karya ini.

(9)

11. Sahabat-sahabat PBL (aswin, sari, anta, pujita dan lidya situngkir) yang telah menemani dan memberikan semangat dalam penyelesaian proposal dan skripsi penulis.

12. Teman-teman stambuk 2006 (Elvi, Nia, Ummi, Bang Harry, Bang ifan, Kak ami dan teman-teman lainnya) yang selama ini memberikan semangat pada penulis.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada kita semua. Amin.

Medan, Juli 2010

Ade Shinta Dewi

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan

Abstrak ... i

Abstrack ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Sepakbola dan Pencapaian Prestasi Sepakbola ... 7

2.2. Kebutuhan Gizi Atlet ... 9

2.2.1. Energi ... 9

2.2.2. Karbohidrat ... 14

2.2.3. Protein ... 16

2.2.4. Lemak ... 17

2.2.5. Vitamin ... 18

2.2.6. Mineral ... 19

2.2.7. Air dan Elektrolit ... 20

2.2.8. Serat ... 21

2.3. Suplemen ... 21

2.3.1. Pertimbangan Penggunaan Suplemen ... 22

2.3.2. Extra Joss ... 23

2.4. Stamina Atlet Sepakbola ... 32

2.4.1. Indikator Pengukuran Stamina atlet ... 33

2.5. Kerangka Konsep ... 34

2.6. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.1.1. Desain Rancangan Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37

(11)

3.3.1. Populas ... 37

3.3.2. Sampel ... 37

3.4. Metode Pengambilan Data ... 37

3.4.1. Data Primer ... 37

3.4.2. Data Sekunder ... 37

3.5. Defenisi Operasional ... 38

3.5.1. Variabel Dependen ... 38

A. Stamina Atlet ... 38

3.5.2. Variabel Independen ... 38

A. Tingkat Konsumsi Energi ... 38

B. Keteraturan latihan ... 38

C. Suplemen ... 38

3.6. Aspek Pengukuran ... 39

3.6.1. Stamina ... 39

3.6.2. Tingkat Konsumsi Energi ... 39

3.6.3. Suplemen ... 39

3.7. Instrumen Penelitian ... 40

3.7.1. Alat ... 40

3.7.2. Bahan ... 40

3.7.3. Pelaksanaan Penelitian ... 40

3.7.4. Pelaksanaan Tes Stamina ... 41

3.8. Analisa Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu ... 44

4.2. Gambaran Para Atlet Sepakbola Divisi Utama PSL ... 44

4.3. Gambaran Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola ... 45

4.4. Hasil Pengukuran Stamina ... 46

4.4.1. Lari 50 meter ... 47

4.4.2. Gantung Angkat Tubuh ... 47

4.4.3. Baring Duduk ... 48

4.4.4. Loncat Tegak ... 48

4.4.5. Lari 1000 meter ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1. Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola ... 51

5.2. Stamina Atlet Sepakbola Sebelum Pemberian Suplemen ... 53

5.3. Stamina Atlet sepakbola Sesudah Pemberian Suplemen ... 54

5.4. Efek Penggunaan Suplemen Extra Joss Terhadap Stamina Atlet Sepakbola ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1. Kesimpulan ... 57

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Basal Metabolisme Rate (BMR) Untuk Laki-Laki Berdasarkan Berat

Badan ... 10

Tabel 2.2. Kebutuhan Energi Aktivitas Olahraga Berdasarkan Berat Badan (Kal/menit) ... 11

Tabel 2.3. Faktor Aktifitas Fisik (Perkalian Dengan BMR) ... 12

Tabel 2.4. Kebutuhan Energi Untuk Pertumbuhan (Kalori/hari) ... 13

Tabel 2.5. Proporsi Kebutuhan Protein Berdasarkan Keluaran Energi Sehari ... 17

Tabel 2.6. Komposisi Extra Joss Active B7 Dalam Setiap Sachet (4 gram) ... 24

Tabel 2.7. Tabel Nilai TKJI Untuk Putera ... 34

Tabel 2.8. Kategori Nilai Untuk Stamina Atlet Sepakbola ... 34

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Rata-Rata Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola Per Hari ... 45

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola Per Hari (kal) ... 46

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Recall 24 jam

Lampiran 2. Hasil Recall 24 jam Atlet Sepakbola

Lampiran 3. Cara Perhitungan Tingkat Kecukupan Energi Atlet Per Hari Lampiran 4. Pengukuran Kebutuhan Energi Atlet Sepakbola Per Hari

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Tingkat Konsumsi Atlet Sepakbola Per Hari (kal) Lampiran 6. Hasil Tes Lari 50 Meter Atlet Sepakbola

Lampiran 7. Hasil Tes Gantung Angkat Tubuh Atlet Sepakbola Lampiran 8. Hasil Tes Baring Duduk Atlet Sepakbola

Lampiran 9. Hasil Tes Loncat Tegak Atlet Sepakbola Lampiran 10. Hasil Tes Lari 1000 Meter Atlet Sepakbola Lampiran 11. Hasil Pengukuran Stamina Atlet Sepakbola

Lampiran 12. Hasil Uji t (Beda) Tingkat Konsumsi Energi Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Lampiran 13. Hasil Uji t (Beda) Stamina Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Lampiran 14. Foto-Foto Kegiatan

Lampiran 15. Master Data Tes Pengukuran Stamina Atlet Sepakbola

(15)

ABSTRAK

Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional seperti sepakbola demikian penting terutama dalam hal keseimbangan antara asupan dan penggunaan energy yang akan berpengaruh terhadap stamina atlet.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efek yang ditimbulkan dari penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. Sampel yang diambil berdasarkan tingkat keteraturan latihan yang sama berjumlah 40 orang, dengan

kelompok perlakuan sebanyak 20 orang dan kelompok control sebanyak 20 orang. Pengukuran stamina dilakukan dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) di Divisi Utama Persatuan SepakBola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. Tes ini terdiri dari lari 50 meter, gantung angkat tubuh, baring duduk, loncat tegak dan lari 1000 meter.

Tingkat konsumsi pesepakbola Divisi Utama PSL Bapor Pangkalan Susu tergolong normal dengan persentase rata-rata sebesar 97,2% setelah dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) atlet sepakbola.

Berdasarkan uji statistik menggunakan paired sample t test, dengan α=0,05

diperoleh adanya perbedaan stamina atlet sepakbola sebelum dan sesudah

penggunaan suplemen extra joss. Namun, peningkatan stamina ini tidak memiliki pengaruh yang banyak. Hal ini menunjukkan peranan suplemen sangat sedikit dalam hal peningkatan stamina atlet.

(16)

ABSTRACT

The role of nutrient in sport especially professional sport like football was very important especially in ballance between intake and output energy which

influential with athlete’s endurance.

The purpose of this research is to see the effect of extra joss supplement about

football athlete’s endurance at Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor

Pertamina Pangkalan Susu. Sample which was taken base on their same regulary trainining that 40 people, with experiment group was 20 people and control group was 20 people. Measuring of endurance done with Indonesian Physichal Fitness Test at Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. This test instead of run 50 meter, pull up, sit up, standing jump, and run 1000 meter.

Consumption level of food’s football athlete at Divisi Utama PSL Bapor

Pertamina Pangkalan Susu with average level 97,2% after compared with adequate consumption of energy football athlete before measuring of physical test were done. Base on a significan manner use paired sample t test with α = 0,05 getting

existence difference football athlete’s endurance before and after consumed

supplement extra joss. This pointed out that supplement role was little in increase of athlete endurance.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang atlet yang berprestasi memang diperlukan suatu sistem yang melingkupi atlet, pelatih, sarana latihan, dan kondisi kesehatan yang optimum. Menangani suatu tim memang lebih sulit daripada sebuah olahraga individu, karena di dalamnya melibatkan banyak orang yang memiliki berbagai tingkat kesadaran dan kedisiplinan baik dalam kesehatan maupun latihan. Untuk itu perlu sekali penanganan dan pengembangan dari pakar kesehatan agar olahraga tersebut dapat berhasil (Hapsari, 2009).

(18)

kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan prestasi dan stamina yang maksimal (Widiastuti. dkk, 2008).

Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional seperti sepakbola menuntut tenaga ahli yang terampil untuk menjaga secara khusus dan intensif kebutuhan zat gizi dari para pemainnya. Peranan ahli gizi dalam kegiatan olahraga telah dikembangkan sejak lima tahun yang lalu di Inggris dan semakin dibutuhkan untuk mengatur karbohidrat, protein, lemak, serat, cairan dan asupan zat gizi mikro dalam rangka menjaga kesehatan, adaptasi latihan, dan meningkatkan performa selama sesi latihan dan perlombaan. Bahkan Federasi Sepakbola Dunia telah mengeluarkan pernyataan bahwasannya gizi sangat berperan dalam keberhasilan suatu tim. Survei yang dilakukan di beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa rekomendasi asupan gizi yang diberikan untuk para pemain sepakbola masih kurang tepat. Sebagian dari masalah ini dikarenakan asupan zat gizi tambahan (suplemen) yang berlebihan. Seorang atlet yang baik harus makan makanan tinggi karbohidrat, cukup protein, rendah lemak, dan cukup vitamin dan mineral serta cairan (Hapsari, 2009).

(19)

Kebutuhan gizi atlet meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Kebutuhan akan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi yang zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih aman dibandingkan gula sebab diserap perlahan dalam sistem pencernaan, mengeluarkan energi besar ke pembuluh darah dan hanya sedikit gula darah meningkat. Ini lebih bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina tubuh (Khomsan, 2008). Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati (Depkes RI, 2002).

Secara umum kebutuhan protein adalah 0,8 sampai 1,0 gram/Kg BB/hari, tetapi bagi mereka yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Penelitian membuktikan bahwa kegiatan olahraga yang teratur meningkatkan kebutuhan protein. Atlet dari olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengonsumsi 1,2-1,7 gram protein/Kg BB/hari (kurang lebih 100-212% dari yang dianjurkan) dan atlet endurance memerlukan protein 1,2-1,4 gram/Kg/BB/hari (100-175% dari anjuran). Jumlah protein tersebut dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15% protein (Irianto, 2007).

Lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi. Walaupun begitu, para atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak tidak dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun bertanding. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu melakukan kegiatan olahraga

(20)

effect) dan memperbaiki kapasitas ketahanan fisik (endurance capacity) (Irianto, 2007).

Untuk memenuhi akan kecukupan zat gizi mikro, sebagian atlet mengkonsumsi suplemen makanan. Kebutuhan pemakaian suplemen berkembang seiring dengan banyaknya gangguan kesehatan yang terjadi karena terganggunya keseimbangan fungsi tubuh. Akibatnya seperti mudahnya terjadi infeksi, alergi dan gangguan lain yang akhirnya muncul sebagai gejala penyakit. Pada awalnya penggunaan suplemen masih terbatas untuk mengembalikan fungsi metabolik dimana seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh yang membuat sel-sel bekerja secara optimal (Yuliarti, 2008).

(21)

Dengan stamina yang baik, prestasi atlet nasional akan lebih berpeluang untuk ditingkatkan, dan mungkin saja impian kita untuk menyaksikan tim sepakbola nasional berlaga di ajang World Cup empat atau delapan tahun mendatang dapat menjadi suatu kenyataan (Hidayat, 2007). Untuk mencapai prestasi yang optimal, para pemain sepakbola memiliki beberapa karakteristik seperti bentuk tubuh yang ideal yaitu, sehat, kuat, tinggi dan tangkas. Seorang pemain sepakbola harus mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas rata-rata. Komposisi tubuh harus proporsional antara massa otot dan lemak (Depkes RI, 2002). Hal inilah yang menjadi dasar pemilihan pemain sepakbola di Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) di samping teknik permainan dan daya tahan tubuh para pemain.

Survei awal menunjukkan adanya konsumsi suplemen dari setiap pemain Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina di Kecamatan Pangkalan Susu dengan presentase 48% dari pemain yang berjumlah 56 orang yang berumur lebih dari 15 tahun. Jenis suplemen yang biasa yang dikonsumsi berupa minuman antara lain Hemaviton, Extra Joss dan M 150.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efek penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina pada atlet sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu Tahun 2010.

(22)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat efek yang ditimbulkan dari penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola yang dikonsumsi di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan lain dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi atlet sepakbola.

2. Untuk mengetahui stamina atlet sepakbola sesaat sebelum pemberian suplemen.

3. Untuk mengetahui stamina atlet sepakbola sesaat setelah pemberian suplemen.

4. Untuk mengetahui perbedaan tingkat konsumsi energi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

5. Untuk mengetahui efek suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola. 1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi institusi terkait agar lebih memperhatikan kebutuhan gizi atlet sepakbola.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sepakbola dan Pencapaian Pretasi Atlet Sepakbola

Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut, agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan (Wigianto, 2009). Program latihan yang baik akan merefleksikan kemampuan pemain dalam bertanding. Seorang pemain sepakbola

harus mampu menunjukkan kekuatan, kecepatan dan daya tahan selama 90 menit

permainan (Huldani, 2008).

Sepakbola merupakan permainan yang sederhana. Kendati demikian sepakbola mebutuhkan teknik, fisik, taktik, dan strategi untuk memenangkan suatu pertandingan yang mana semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan (Zainurid, 2001).

(24)

yang rendah akan lekas mengurangi kecepatan dan keterampilan bermain bola (Wibowo, 2007).

Berdasarkan kenyataan di atas dimungkinkan besar atlet sepakbola sejak awal berlatih tidak mendapat latihan ketahanan jasmani yang memadai. Di samping itu kemungkinan juga disebabkan adanya kesalahan pelatih dalam membentuk daya tahanya, yang sebenarnya daya tahan tersebut dapat berguna sekali untuk pembinaan berikutnya. Kemungkinan juga disebabkan oleh pelatih atau pemain yang kurang menguasai tentang cara melatih daya tahan aerobik yang benar. Sehingga tujuan latihan untuk meningkatkan daya tahannya tidak tercapai. Pada sepakbola semua gerakan sebagian besar anaerobik baik pemain depan, tengah ataupun belakang (Wibowo, 2007).

Dikarenakan latihan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan kelentukan merupakan suatu komponen latihan fisik yang tidak dapat dipisahkan di dalam sepakbola, maka pelatih diharapkan dalam memberikan latihan fisik, harus memperhatikan beban latihan untuk kelima komponen tersebut dengan berpedoman pada teori-teori tentang beban latihan fisik yang ada di buku-buku kepelatihan. Selain itu pelatih dalam memberikan latihan fisik diharapkan memberikan variasi-variasi latihan, agar pemain tidak merasa bosan sehingga seberat apapun beban latihan yang diberikan tidak membebani pemain dalam melakukan latihan fisik. Begitu juga bagi pemain diharapkan hadir dalam setiap latihan fisik, karena kondisi fisik sangat berpengaruh untuk mencapai prestasi yang maksimal (Zainurid, 2001).

(25)

ditingkatkan dengan latihan yang memerlukan energi yang banyak. Olahraga sepakbola merupakan gerakan tubuh yang memerlukan banyak energi yang diperoleh dari zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein). Metabolisme yang optimal dari makronutrien tergantung dari mikronutrien (Margaretha, 2004)

2.2. Kebutuhan Gizi Atlet

Setiap orang memerlukan jumlah makanan (zat gizi) berbeda-beda, tergantung usia. Berat badan, jenis kelamin, aktivitas, kondisi lingkungan (misalnya suhu), keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit, ibu hamil atau menyusui). Seorang olahragawan pada umumnya, memerlukan makanan lebih banyak dari orang pada umumnya, seorang anak dalam masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak dibanding orang dewasa.

Proporsi makanan sehat berimbang terdiri dari atas 60-65% kabohidrat, 20% lemak dan 15-20% protein dari total kebutuhan atau keluaran energi per hari, misalnya seseorang dalam sehari memerlukan 3000 kalori, maka kebutuhan karbohidrat 1800-1950 kalori, lemak 600 kalori dan protein 450-600 kalori (Irianto. 2007).

Sesuai prinsip dasar "Gizi Seimbang" yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat, maka kebutuhan gizi atlet sepakbola adalah sebagai berikut :

2.2.1. Energi

(26)

sama, karena pemain sepakbola dikategorikan dengan seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat.

Kebutuhan energi dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi yaitu : Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), Aktivitas Fisik dan Faktor Pertumbuhan

a. Basal Metabolic Rate (BMR)

BMR merupakan jumlah energi yang dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh seperti denyut jantung, bernafas, transmisi elektrik pada otot dan lain-lain.

Tabel 2.1. Basal Metbolisme Rate (BMR) Untuk Laki-Laki Berdasarkan Berat Badan Jenis

Kelamin

Berat Badan (Kg)

Energi (Kal)

10-18 th 18-30 th 30-60 th

Laki-laki 55 1625 1514 1499

60 1713 1589 1556

65 1801 1664 1613

70 1889 1739 1670

75 1977 1814 1727

80 2065 1889 1785

85 2154 1964 1842

90 2242 2039 1899

(Sumber : Burke, 1992)

b. Specific Dynamic Action (SDA)

SDA merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengolah makanan dalam tubuh, antara lain untuk proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi oleh usus. Besarnya SDA kurang lebih 10 % dari Basal Metabolic Rate (BMR).

c. Aktivitas Fisik

(27)

Tabel 2.2. Kebutuhan Energi Aktivitas Olahraga Berdasarkan Berat Badan (Kal/menit)

Aktivitas Berat Badan (Kg)

50 60 70 80 90

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Sepakbola 7 8 9 10 12

Lari :

• 5,5 menit/km 10 12 14 15 17

- 5 menit/km 10 12 15 17 19

- 4,5 menit/km 11 13 15 18 20

- 4 menit/km 13 15 18 21 23

Jalan Kaki :

- 10 menit/km 5 6 7 8 9

- 8 menit/km 6 7 8 10 11

- 5 menit/km 10 12 15 17 19

(Sumber : Burke, 1992) d. Perhitugan Energi Atlet

Kebutuhan energi menurut Depkes RI (2000) dapat dihitung berdasarkan komponen-komponen penggunaan energi. Berdasarkan komponen-komponen tersebut, terdapat 6 langkah dalam menghitung kebutuhan energi untuk setiap atlet. Langkah 1

Tentukan status gizi atlet dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan presentase lemak tubuh. Indeks massa tubuh merupakan pembagian berat badan dalam kg oleh tinggi badan dalam satuan meter dikwadratkan. Sedangkan presentase lemak tubuh yaitu perbandingan antara lemak tubuh dengan masa tubuh tanpa lemak.

Langkah 2

Tentukan basal metabolic rate (BMR) yang sesuai dengan jenis kelamin, umur dan berat badan. Caranya menentukan BMR dengan melihat tabel 2.1

(28)

Langkah 3

Aktifitas fisik setiap hari ditentukan tingkatnya. Kemudian, hitung besarnya energi untuk aktifitas fisik tersebut (tanpa kegiatan olahraga). Pilihlah tingkat aktifitas fisik yang sesuai, baik untuk perhitungan aktifitas total maupun perhitungan aktifitas fisik yang terpisah dan jumlahkan. Gunakan tabel di bawah ini untuk menentukan tingkat aktifitas total.

Tabel 2.3 Faktor Aktifitas Fisik (Perkalian Dengan BMR)

Tingkat aktifitas Laki-laki Perempuan

Istirahat di tempat tidur 1,2 1,2

Kerja sangat ringan 1,4 1,4

Kerja ringan 1,5 1,5

Kerja ringan – sedang 1,7 1,6

Kerja sedang 1,8 1,7

Kerja berat 2,1 1,8

Kerja berat sekali 2,3 2,0

Langkah 4

Kalikan faktor aktifitas fisik dengan BMR yang telah ditambah SDA Langkah 5

(29)

Langkah 6

Apabila atlet tersebut masih dalam usia pertumbuhan, maka tambahkan kebutuhan energi sesuai dengan tabel 2.4

Tabel 2.4 Kebutuhan Energi Untuk Pertumbuhan (kalori/hari)

Jenis kelamin anak Umur (Tahun) Tambahan energi Anak laki-laki 10 – 14 2 kalori/kg berat badan

dan perempuan 15 1 kalori/kg berat badan

16 – 18 0,5 kalori/kg berat badan Contoh Perhitungan Kebutuhan Energi Seorang Atlet

Mary seorang mahasiswi berumur 20 tahun mempunyai tinggi badan 160 cm dan berat badan 60 kg. Dia seorang atlet bolabasket dalam tim nasional. Dia berlatih berupa lari 3 hari seminggu dengan kecepatan 5 menit per km selama satu jam. Selain itu, Mary berlatih bolabasket 2 kali seminggu selama 20 menit. Aktifitas sehari-hari berupa aktifitas ringan sedang, misalnya pergi ke kampus, belajar.

Cara menghitung kebutuhan energi

Langkah 1

Tentukan status gizi atlet dengan menggunakan indeks massa tubuh dan presentase lemak.

IMT = 60 : (1,6)2 = 23,4

Artinya atlet ini IMT dalam keadaan normal Langkah 2

Tentukan BMR untuk wanita dengan berat badan 60 kg yaitu 1491 kalori (tabel 2.1) Tentukan SDA yaitu 10% x 1491 = 149

(30)

Langkah 3 dan langkah 4

Tentukan faktor aktifitas fisik kerja ringan sedang yaitu 1,6 (tabel 2.3) 1,6 x 1640 = 2624

Langkah 5

Latihan lari setiap minggu yaitu : 3 x 60 x 10 = 1800 kal/mg Latihan bolabasket setiap minggu yaitu : 2 x 30 x 7 = 420 kal/mg Gunakan tabel 2.2 pada perhitungan aktifitas olahraga.

Kebutuhan energi untuk aktifitas olahraga (lari dan latihan bolabasket) adalah 1800 + 420 = 2220 kalori/minggu.

Kebutuhan energi untuk aktifitas olahraga per hari adalah : 2220 : 7 = 317 kalori

Jadi total kebutuhan energi perhari adalah 2624 + 317 = 2941 kalori

Mary membutuhkan energi setiap hari yang berasal dari makanan yang dia konsumsi adalah 2941 kalori.

2.2.2. Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat gizi berupa senyawa organik yang terdiri dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen yang digunakan sebagai bahan pembentuk energi. Energi yang terbentuk digunakan tubuh untuk melakukan gerakan tubuh, baik gerakan sadar maupun tidak, seperti gerakan otot jantung, paru, usus, dan organ tubuh lainnya. Umumnya menu makanan Indonesia mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai makanan pokok yaitu sekitar 70-80 persen (Sandjaja.dkk, 2009).

(31)

glukosa, fruktosa, galaktosa. Di dalam tubuh, gula jenis tersebut tidak mengalami pemecahan lagi dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Sebaliknya karbohidrat kompleks (polisakarida) merupakan rangkaian beberapa gula sederhana, dan di dalam tubuh masih harus dipecah menjadi karbohidrat sederhana. Selain sebagai sumber energi utama, konsumsi karbohidrat yang cukup akan mencegah terjadinya pemecahan protein yang berlebihan, membantu metabolisme lemak dan protein, serta mencegah kehilangan mineral (Sandjaja,dkk. 2009).

Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi yang zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih aman dibandingkan gula sebab diserap perlahan dalam sistem pencernaan, mengeluarkan energi besar ke pembuluh darah dan hanya sedikit gula darah meningkat. Ini lebih bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina tubuh. Pelepasan energi yang lebih, perlahan mampu menghasilkan energi yang lebih besar (Khomsan, 2008).

Selain karbohidrat sedehana dan karbohidrat kompleks, karbohidrat juga terdiri dari karbohidrat lain dan karbohidrat total. Karbohidrat merupakan sumber utama energi untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi atlet sepakbola. Jenis makanan sumber karbohidrat antara lain: biji-bijian (beras, ketan, jagung), umbi-umbian (ubi, singkong) dan tepung-tepungan (roti, mie, pasta, makaroni, bihun) (Depkes RI, 2002).

(32)

menyimpan karbohidrat. Untuk para atlet yang makan tinggi karbohidrat setiap hari, akan mengalami perubahan besar dalam kecukupan energinya (Clark, 1996).

2.2.3. Protein

Protein adalah komponen dasar dan utama makanan yang diperlukan oleh semua mahluk hidup sebagai bahan dari daging, jaringan kulit, otot, otak, sel darah merah, rambut dan organ tubuh lainnya yang dibangun dari protein (Sandjaja.dkk, 2009).

Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh guna mencapai tinggi badan yang optimal. Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak). Ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Depkes RI, 2002).

(33)

Tabel 2.5. Proporsi Kebutuhan Protein Berdasarkan Keluaran Energi Sehari Jumlah energi/hari (kalori) % Protein dari jumlah total energi/hari

2.500 15%

3.000 - 4.000 13-14%

4.500 – 5.000 10-12%

(Sumber: Suryodibroto, 1989;28) 2.2.4. Lemak

Kita memerlukan lemak dalam makanan kita. Lemak adalah satu-satunya sumber asam lemak penting yang dapat membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Terdapat tiga jenis lemak dalam makanan, yakni jenuh, tak jenuh tunggal, dan tak jenuh ganda. Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang paling berbahaya. Lemak jenis ini dapat meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, dan peningkatan berat badan. Lemak jenuh terdapat pada daging hewan ternak dan produk susu, terutama mentega dan keju keras (Khomsan, 2008)

Walaupun lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi, tapi para atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak tidak dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun bertanding. Lemak terdapat dalam makanan asal hewan sebagai lemak hewani dan asal tumbuhan sebagai lemak nabati. Lemak hewani contohnya adalah: keju, mentega, lemak daging (sapi/kambing). Contohnya lemak nabati adalah minyak sawit, minyak kelapa, margarin, minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak jagung (Depkes RI, 2002).

Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh memerlukan lemak 0,5 s.d 1 gr/Kg BB/hari. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu

melakukan kegiatan olahraga yang lama mempunyai efek ”melindungi” pemakaian

(34)

(endurance capacity). Walaupun demikian, konsumsi energi dari lemak dianjurkan tidak lebih dari 30% total energi per hari. Bagi mereka yang memerlukan lebih banyak karbohidrat perlu menurunkan lemak untuk mengimbanginya (Irianto, 2007). 2.2.5. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik dengan jumlah sedikit dalam tubuh, tetapi penting untuk mengontrol proses metabolisme. Sebagian besar vitamin tidak dapat disintesis oleh tubuh (Sandjaja.dkk, 2009).

Vitamin B1 dan vitamin B lainnya yang tergolong ke dalam vitamin B kompleks berperan penting dalam proses pembentukan energi. Vitamin-vitamin lainnya dibutuhkan dalam jumlah besar seperti vitamin A, C dan E untuk kebutuhan metabolisme lainnya. Vitamin D dibutuhkan untuk pembentukan tulang bagi atlet sepak bola yang masih remaja.

Sumber vitamin A adalah sayur dan buah-buahan berwarna hijau tua/merah seperti wortel, tomat, daun singkong, daun katuk, pepaya, mangga, sumber vitamin C adalah jambu biji, pepaya, jeruk, belimbing dan sumber vitamin E adalah daging, ikan, sayuran hijau, minyak jagung, minyak kedelai. Atlet sepakbola terutama remaja dianjurkan untuk berjemur setiap pagi untuk memperkuat pembentukan tulang.

(35)

2.2.6. Mineral

Mineral merupakan faktor penting yang diperlukan oleh tubuh untuk komponen enzim yang banyak berperan dalam reaksi metabolisme tubuh dan otak. Magnesium dan mangan dibutuhkan untuk memberikan energi pada otak. Natrium, kalium, dan kalsium sangat penting untuk komunikasi sel saraf serta memudahkan dalam pengiriman pesan dari otak ke seluruh tubuh, demikian pula sebaliknya (Khomsan, 2008).

Atlet sepakbola memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk pembakaran karbohidrat yang menghasilkan energi terutama pada saat bermain. Untuk mengangkut oksigen (O2) ke otot diperlukan Hemoglobin (Hb) atau sel darah merah yang cukup. Untuk membentuk zat besi (Fe) yang bersumber dari daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), sayuran hijau dan kacang-kacangan. Oleh karena itu, atlet sepakbola tidak boleh menderita anemia, agar dapat berpretasi.

Atlet sepak bola yang masih remaja memerlukan kalsium yang relatif lebih tinggi untuk pertumbuhan tulangnya. Sumber kalsium ini relatif lebih tinggi untuk pertumbuhan tulangnya. Sumber kalsium bisa didapatkan dari susu (rendah lemak). Karena itu atlet sepakbola yang masih remaja sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi susu setiap hari agar mencapai tinggi badan optimal. Ikan juga merupakan sumber kalsium terutama ikan yang dikonsumsi dengan tulangnya (contoh: ikan teri). Selain itu tulang ikan juga mengadung fluor untuk melindungi gigi agar tidak berlubang.

(36)

sumber hewani maupun sumber nabati. Sumber Zn dan Se antara lain adalah: sea food, daging dan lain-lain (Depkes RI, 2002).

2.2.7. Air dan Elektrolit

Air merupakan koponen utama dalam darah, dimana komposisinya dalam darah mencapai 83 persen. Air bertugas sebagai sistem transpor yang mengedarkan zat gizi ke otak dan bagian tubuh lainnya serta membuang sampah tubuh. Pasokan air bersih sangat penting bagi keseimbangan tubuh kita (Khomsan, 2008).

Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata memerlukan 2500 ml air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan tubuh baik berupa keringat, uap air maupun cairan yang keluar bersama tinja. Dalam keadaan sehari-hari tubuh akan selalu berusaha mempertahankan keseimbangan cairan normal (euhydration), sehingga bila keadaan cairan berlebihan (hyperhidration) maka akan terjadi proses pengurangan cairan (dehydration). Sebaliknya, bila tubuh kekurangan cairan (hypohidration), akan terjadi proses pemulihan cairan (rehydration) untuk kembali pada kondisi euhydration (Irianto, 2007).

(37)

teratur dengan tambahan sedikit elektrolit dan karbohidrat sangat baik untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Air minum yang diminum dianjurkan berupa jus dari buah-buahan karena selain mengandung air juga mengandung elaktrolit yang dibutuhkan untuk mengganti cairan maupun elektrolit yang hilang selama latihan atau pertandingan.

Suplemen zat gizi yang berupa obat, makanan atau minuman yang banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk hanya diperuntukan untuk atlet pada kondisi tertentu. Hati-hati dalam mengkonsumsi suplemen secara berlebihan, lebih baik konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu (Depkes RI, 2002).

2.2.8. Serat

Hal ini juga tidak boleh diabaikan oleh atlet sepakbola adalah konsumsi serat (fiber) dari makanan. Konsumsi serat yang cukup dapat membantu buang air besar menjadi teratur dan lancar. Serat juga sangat penting dalam pencegahan berbagai penyakit misalnya penyakit kanker usus, dan juga penyakit jantung. Serat dan buah-buahan seperti: bayam, kangkung, daun singkong, daun labu, apel, bengkuang (Depkes RI, 2002).

2.3 Suplemen

(38)

mineral dan salah satunya adalah klaim label diperkaya vitamin A, C. dan E (Khomsan, 2008).

Suplemen, sesuai dengan namanya hanya bersifat menambahkan atau melengkapi. Jelas suplemen dirancang bukan untuk menggantikan makanan. Bagaimanapun sebutir pil tidak akan dapat memberikan semua nutrien yang kita perlukan untuk hidup sehat. Sebagai contoh, dalam buahan dan sayuran terdapat antioksidan yang berkhasiat melindungi tubuh terhadap penyakit, namun antioksidan tersebut termasuk ke dalam jenis yang belum berhasil diidentifikasi. Karena itu antioksidan ini tidak terdapat dalam pil. Padahal berbagai studi menunjukkan bahwa makanan makanan yang kaya antioksidan terbukti sangat baik untuk mencegah penyakit tertentu (Yuliarti, 2008).

Namun, walaupun membutuhkan, kita harus selalu waspada agar tidak over dosis. Semua vitamin dan mineral adalah penting bagi proses metabolisme, proses perbaikan sel, dan mengurangi penuaan dini, tapi suplemen berbeda dengan obat yang dapat memberikan kesembuhan dalam sekejap. Hasil perbaikan dari mengkonsumsi suplemen kemungkinan terlihat setelah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan (Yuliarti, 2008).

2.3.1. Pertimbangan Penggunaan Suplemen

(39)

Terkadang suplemen memang dibutuhkan dalam memenuhi gizi atlet. Hanya saja, hal ini membutuhkan beberapa pertimbangan mandasar yang perlu diperhatikan. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan apakah suplemen perlu diberikan kepada seorang atlet:

1. Suplemen dapat diberikan jika atlet menderita kekurangan zat-zat gizi tertentu yang mungkin terjadi pada saat;

a. Mengikuti program penurunan berat badan b. Menstruasi (atlet perempuan)

c. Variasi makanan kurang baik, misalnya pada vegetarian

2. Penggunaan suplemen harus dalam pengawasan dokter atau ahli gizi olahraga. 3. Dalam menggunakan suplemen vitamin perlu diingat tingkat toksisitas

vitamin dan mineral.

4. Dalam keadaan penyediaan menu makanan sehari-hari, cukup kandungan zat gizi (vitamin dan mineral) sehingga suplemen tidak diperlukan (Irianto, 2007).

2.3.2. Extra Joss

Extra joss merupakan salah satu dari merk suplemen makanan yang telah mendapat izin edaran dari Balai POM dengan nomor seri POM SD 051 219 991. Mi-numan ini dapat digunakan untuk penderita diabetes dan orang yang membutuhkan makanan berkalori rendah.

(40)
[image:40.612.114.536.95.312.2]

Tabel 2.6. Komposisi extra joss active B7 dalam setiap sachet (4 gram)

No Kandungan Mg

1 2 3 4 5 6 7 8 Taurine Ginseng Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B5 Vitamin B6

Vitamin B8 (Inositol) Vitamin B12 Royal jely

1,3,7 Trimethylxantine

Pemanis buatan seperti Aspartame, Acesulfame-K. Penguat rasa Sod Bicarbonat, Citric Acid.

Pewarna buatan Sunset Yellow (Cl 15985)

1000 mg 20 mg 1,2 mg 3 mg 16 mg 5 mg 1,5 mg 25 mg 50 mg 2 mg 50 mg A. Taurine

Salah satu derivat asam amino sitein. (Sandjaja.dkk, 2009). Taurine adalah asam amino detoksifikasi yang memberikan efek seperti glisin dalam menetralkan semua jenis toksin (xenobiotik) berbahaya. Manfaat lain taurine adalah sebagai pengendali neurotransmiter yang dapat mencegah kejang. Suplementasi taurine bersamaan dengan multivitamin dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan memulihkan stamina setelah sembuh dari sakit. Dalam produk minuman pembangkit tenaga (energy drink), taurine digunakan sebagai unsur utama (Yuliarti, 2008).

(41)

memelihara kesehatan mata. Sampai saat ini, belum ada laporan mengenai dampak negatif pemakaian taurine (Irianto, 2007).

B. Ginseng

Ginseng merupakan bahan berupa akar-akaran dari korea yang mengandung

dametrene triol glikosida, mempunyai efek merangsang sekresi adrenalin dalam tubuh sehingga membuat orang lebih aktif.

Ginseng biasanya dikonsumsi dalam bentuk cairan, kapsul, obat-obatan maupun jamu. Sampai saai ini belum ada larangan penggunaan ginseng bagi olahragawan (Irianto, 2007).

C. Vitamin B1 (Thiamine)

Merupakan salah satu bagian dari vitamin B kom-pleks yang mempunyai peran utama dalam okidasi lemak, karbohidrat, dan asam amino, terutama karbohidrat. Setiap sel dalam tubuh membutuhkan vitamin B1 untuk membentuk

adenosine triphosphate (ATP). Vitamin B1 juga penting untuk sel-sel saraf agar dapat berfungi dengan baik (Sandjaja.dkk, 2009). Sumber vitamin B1 adalah padi-padian utuh (seperti beras pecah kulit), daging, hati, limpa, jantung, ragi.

D. Vitamin B2 (Riboflavin)

Merupakan komponen penting dari dua enzim utama dalam produksi energi pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, menjaga fungsi reproduksi, kesehatan mata, kesehatan kulit, kuku, rambut, mulut, bibir dan tenggorokan (Yuliarti, 2008). Kekurangan vitamin B2 menyebabkan angular stomatis, cheilosis

(42)

E. Vitamin B3 (Niasin)

Merupakan vitamin penurun lemak yang mencegah penyakit jantung dengan menurunkan kadar kolesterol, memperbaiki aliran darah, mencegah penyakit jantung (Yuliarti, 2008). Disebut juga asam nikotinat merupakan salah satu bagian dari vitamin B kompleks yang berperan untuk melakukan respirasi sel dan membantu melepaskan energi dalam karbohidrat, lemak dan protein. Hal ini terjadi karena perannya dalam pembentukan koenzim NAD (nikotinamid adenin dinukleotida fosfat) sebagai bawaan hidrogen dalam reaksi oksidasi dan reduksi dalam sel. Selain itu juga vitamin B3 berperan dalam sirkulasi darah, kesehatan kulit, membantu fungsi sistem saraf, sekresi getah empedu dan asam lambung, meningkatkan kemampuan memori, sintesis hormon seks, pengobatan shcizophrenia dan penyakit-penyakit mental lainnya (Sandjaja.dkk, 2009).

F. Vitamin B5 (Asam Pantotenat)

(43)

G. Vitamin B6 (Piridoksin)

Salah satu vitamin larut air dan merupakan salah satu bagian dari vitamin B kompleks, mempunyai 3 bentuk yaitu piridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Vitamin B6 mempunyai fungsi penting sebagai koenzim pada reaksi yang melibatkan asam amino, pada sintesis antibodi dalam sitem kekebalan tubuh, sintesis sistein dan metionoin, sintesis porfirin (bagian heme yang mengandung zat besi), sintesis niasin dari triptofan membantu mempertahankan fungsi saraf dan juga berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin B6 juga dibutuhkan dalam reaksi kimia yang diperlukan untuk mencerna protein. Semakin tinggi asupan protein semakin tinggi kebutuhan vitamin B6. Kekurangan vitamin B6 ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam amino, sariawan mulut dan lidah, iritasi dan depresi (Sandjaja.dkk, 2009).

H. Vitamin B8 (Inositol)

Merupakan isomer alkohol, terdapat pada tanaman dan jaringan binatang (Irianto, 2007). Inositol berperan penting dalam kesehatan membran sel terutama sel-sel khusus di otak, sumsum tulang, mata dan usus. Konsentrasi yang adil inositol ditemukan dalam lensa mata manusia serta hati. Fungsi membran sel adalah untuk mengatur isi sel, yang membuat berfungsi efektif. Inositol mempengaruhi transmisi saraf dan membantu dalam pengangkutan lemak dalam tubuh. Karena dapat disentesis oleh tubuh, inositol tidak dianggap sebagai vitamin (Sandjaja.dkk, 2009). I. Vitamin B12 (Ciano Kobalamin)

(44)

pelepasan energi, dan pembentukan darah. Selain itu, berperan dalam metabolisme asam folat dan vitamin B6 untuk mengontrol kadar homosisteine. Bahan makanan sumber vitamin B12 adalah makanan hewani seperti produk susu, daging, ikan, unggas, dan telur (Sandjaja.dkk, 2009).

J. Royal Jely

Cairan kental yang dihasilkan lebah muda sebagai bahan makanan larva lebah dan makanan khusus ratu lebah ini telah terbukti mampu membunuh bakteri dalam tes laboratorium. Zat ini juga mengandung protein dan vitamin C dan diklaim mampu meningkatkan kekebalan tubuh meski belum ada bukti yang solid.

K. 1,3,7 Trimethylxantine

Adalah inhibitor kompetitif AMP siklik. Ia memblok enzim tertentu yang mencegah dari peningkatan dalam sel. Hal inilah, memberikan jalan bagi c-AMP dan memungkinkan untuk melakukan tugasnya. Nafsu makan menjadi meningkat dan penambahan energi (Anonim, 2008).

L. Aspartame

(45)

molekul aspartam akhir akan memiliki dua pusat stereogenik. Jika salah enantiomer digunakan, molekul aspartam tidak akan memiliki bentuk yang benar agar sesuai dengan situs pengikatan 'manis' reseptor pada lidah (Harrison, 2001).

Aspartame tersusun oleh asam amino sehingga di dalam tubuh akan mengalami metabolisme seperti halnya asam amino pada umumnya. Bagi penderita penyakit keturunan yang berhubungan dengan kelemahan mental (phenil keton urea / PKU) dilarang untuk mengkonsumsi aspartam karena adanya fenilalanin yang tidak dapat dimetabolisme oleh penyakit tersebut. Kelebihan fenilalanin di dalam tubuh penderita PKU diduga dapat menyebabkan kerusakan otak dan pada akhirnya akan mengakibatkan cacat (Cahyadi, 2006).

Konsumsi harian yang aman untuk orang dewasa adalah 40 mg/kg berat badan. Peraturan Menkes No. 722 tahun 1988 tidak menyebutkan jumlah aspartam yang boleh ditambahkan ke dalam bahan pangan. Hal ini berarti aspartam masih dianggap aman untuk dikonsumsi (Cahyadi, 2006).

Mengacu pada asam amino pembentuk aspartam maka aspartam bukanlah termasuk suatu bahan pemanis nonkalori karena seperti protein, aspartam dimetabolisme menjadi asam amino-asam amino penyusunnya dan memiliki nilai energi 4 kkal/g. Tetapi karena dalam penggunaannya 100 g sukrosa dapat diganti dengan 1 g aspartam maka dapat dikatakan bahwa aspartam bukan merupakan bahan pemanis nonkalori (Cahyadi, 2006).

M. Acesulfame-K

(46)

adalah kira-kira 200 kali lebih manis daripada sukrosa. Acesulfame K telah bersih, cepat dimengerti, rasa manis yang tidak berlama-lama atau meninggalkan aftertaste. Acesulfame K tidak dimetabolisme oleh tubuh dan diekskresikan tidak berubah. Acesulfame K saat ini digunakan di ribuan makanan, minuman, kesehatan gigi dan produk farmasi di sekitar 90 negara. Di antaranya adalah meja pemanis, makanan penutup, puding, dipanggang, minuman ringan, permen dan makanan kaleng. Minuman yang mengandung acesulfame-K dapat dipasteurisasi dibawah kondisi normal tanpa kehilangan rasa manis. Pencampuran dengan pemanis lain, khususnya aspartam dan siklamat dapat meningkatkan intensitas kemanisannya. Tetapi bila dicampurkan dengan akarin malah sebaliknya. Acefulfame-K tidak meninggalkan

rasa manis di mulut terlalu lama dan tidak meninggalkan ’lingering aftertaste’. Aturan pemakaian 15 mg/kg berat badan (WHO). Biasa digunakan pada produk permen rendah gula, minuman ringan, yogurt, sirup, dan lain-lain (Riandini, 2008). Meskipun pemanis buatan ini banyak digunakan dan telah mengantungi izin dari FDA (Food and Drug Asociation), tetapi kecaman terhadap acesulfame-K sama kerasnya seperti pada sakarin. Karena acesulfame-K ini memiliki bahan yang serupa dengan sakarin (Khomsan, 2008).

N. Sodium Bicarbonat

(47)

keluar dari larutan. Sodium bikarbonat dalam air akan larut sempurna menghasilkan ion sodium dan ion bikarbonat. Dalam air ion bikarbonat berkeseimbangan dengan asam karbonat dengan harga Ka yang relatif kecil (4,7 x 10-11). Ini menunjukkan bahwa pembentukan asam karbonat tidak terlalu banyak dalam medium air netral (Hidayat, 2009).

Berbeda kalau dalam suasana asam, seperti dalam larutan tablet yang juga mengandung asam itu, pembentukan asam karbonat menjadi dominan, Ka= 4,4 x 107, serta langsung terurai menjadi gas CO2 dan air. Gas CO2 inilah yang tampak sebagai buih ketika tablet dimasukkan ke dalam air minum (Hidayat, 2009).

O. Citric Acid (Asam Sitrat)

(48)

P. Sunset Yellow (Cl 15985)

Dikenal dengan Orange Yellow S, atau FD&C yellow 6, merupakan turunan dari coal tar. Kode pewarna E 110 ( Riandini, 2008).

2.4 Stamina Altet Sepakbola

Stamina atau daya tahan, berarti kemampuan tubuh untuk melanjutkan aktivitas kebugaran untuk waktu yang lama (Anomin, 2009). Pengaturan sumber karbohidrat yang merupakan salah satu zat gizi utama bagi tubuh, secara alamiah akan mempertahankan stamina atlet selama pertandingan (Hidayat, 2007).

Stamina (kesegaran jasmani) atau disebut juga dengan daya tahan tubuh dapat dibagikan menjadi 3 kategori, yaitu kesegaran jasmani statis (static), dinamis (dynamice), dan keterampilan motorik (motor skills). Kesegaran jasmani statis artinya ketidakadaan atau keadaan terbebas dari kecacatan atau penyakit. Kesegaran jasmani dinamis atau fungional artinya kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik yang berat. Sementara itu kesegaran jasmani keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan koordinasi yang kompleks.

Kesegaran jasmani dipengaruhi beberapa variabel, antara lain : 1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Tingkat konsumsi makanan 4. Keteraturan latihan

(49)

fisik. Latihan-latihan fisik dapat dipilih dan disenangi, digemari dan syukur bila dapat menimbulkan kepuasan diri (Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007).

2.4.1 Indikator Pengukuran Stamina Atlet

Menurunnya stamina atlet ditandai dengan mulai timbulnya gejala-gejala kelelahan, seperti otot yang seolah-olah menjadi tidak bertenaga, jantung berdegup kencang, serta napas yang naik turun secara tidak teratur. Secara umum, timbulnya gejala-gejala kelelahan tersebut disebabkan oleh pengeluaran cairan (keringat) dan penurunan cadangan glikogen pada tubuh. Gejala-gejala kelelahan akan lebih sering terjadi terutama jika aktivitas berolahraga tersebut dilakukan pada selang waktu yang panjang, atau jenis olahraganya mengharuskan tubuh melakukan aktivitas lebih besar.

(50)
[image:50.612.113.528.95.199.2]

Tabel 2.7. Tabel nilai TKJI untuk Putera Nilai Lari 50 m

(detik) Gantung Angkat Tubuh Baring Duduk Loncat Tegak Lari

1000 m (menit) 5 4 3 2 1 <7,2 7,3 – 8,3 8,4 – 9,6 9,7 – 11

> 11,1

> 19 14 – 18

9 – 13 5 – 8 0 – 4

> 41 30 – 40 21 – 29 10 – 20 0 – 9

> 73 60 – 72 50 – 59 39 – 49 < 38

< 3, 14 3,15 – 4,25 4,26 – 5,12 5, 13 – 6,33

> 6,34 Sumber : Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007.

[image:50.612.120.487.420.604.2]

Dari tabel di atas dapat dikategorikan nilai untuk melihat stamina dari para atlet antara lain :

Tabel 2.8. Ketegori Nilai Untuk Stamina Atlet Sepakbola

Nilai Jumlah Nilai Kategori

5 4 3 2 1

22 – 25 18 – 21 14 – 17 10 – 13 5 – 9

Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali Sumber : Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007.

2.5. Kerangka Konsep

Keterangan : Tinggi rendahnya stamina dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi dan keteraturan latihan dari atlet itu sendiri. Di samping kedua hal tersebut terkadang seorang atlet juga mengkonsumsi suplemen, hal inilah yang ingin dilihat oleh peneliti apakah suplemen bisa

(51)

memberikan pengaruh terhadap stamina atlet di samping tingkat konsumsi makanan dan keteraturan latihan.

2.6. Hipotesis Penelitian

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian pre-post control design memakai kelompok pembanding, untuk melihat efek penggunaan suplemen terhadap atlet sepakbola di Devisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu.

3.1.1. Desain Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini sampel dibagi dalam dua kelompok yaitu sebagai kelompok 1 (yang diberi suplemen) dan kelompok 2 (tidak diberi suplemen).

Pretest post test

Kelompok 1 diberikan suplemen stamina

Kelompok 2 tidak diberikan suplemen stamina

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepakbola Kecamatan Pangkalan Susu Desa Alur Cempedak, dengan alasan :

(53)

2. Adanya latihan rutin dan latihan tanding yang dilakukan setiap minggunya. 3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari bulan Desember 2009-Mei 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu angkatan 2009 sejumlah 56 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu yang berumur >15 tahun angkatan 2009 sejumlah 40 orang.

3.4. Metode Pengambilan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden yaitu meliputi pola makan responden dengan me-recall 24 jam makanan responden sebanyak 2 kali, pengukuran stamina dengan menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) dengan menjumlahkan nilai sesuai dengan kategori setelah melakukan 5 tes yang telah ditetapkan.

3.4.2. Data sekunder

(54)

3.5. Defenisi Operasional 3.5.1. Variabel Dependen A. Stamina Atlet

Stamina adalah kemampuan tubuh untuk melanjutkan aktivitas kebugaran untuk waktu yang lama. Pengukuran stamina dapat dilakukan dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).

3.5.2. Variabel Independen A. Tingkat Konsumsi Energi

Tingkat konsumsi energi merupakan tingkatan jumlah energi yang dibutuhkan individu dalam menjalankan aktivitas dan kebutuhan metabolik tubuh.

B. Keteraturan Latihan

Keteraturan latihan adalah frekuensi atau intensitas kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok tertentu. Latihan yang benar yang dapat membina dan meningkatkan stamina harus disesuaikan dengan dosis latihan. Dalam penelitian ini, pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diambil berdasarkan tingkat keteraturan latihan yang sama.

C. Suplemen

(55)

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1. Stamina

Kategori nilai pengukuran stamina sebagai berikut (Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007):

a. Baik sekali : 22 -25 b. Baik : 18 – 21 c. Sedang : 14 – 17 d. Kurang : 10 – 13 e. Kurang sekali : 5 - 9 3.6.2. Tingkat Konsumsi energi

Tingkat konsumsi energi dihitung berdasarkan konsumsi energi dibandingkan angka kecukupan energi yang dihitung dengan cara seperti pada halaman (13-14). Hasilnya dibedakan dalam kriteria sebagai berikut :

a. Sangat rendah : <85%

b. Rendah : 85-94%

c. Normal : 95-105%

d. Tinggi : 106-115%

e. Sangat tinggi : >115% (Karyadi, 1985) 3.6.3. Suplemen

Pemberian suplemen dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu : 1. Kelompok 1 : diberikan suplemen

(56)

3.7 Instrumen Penelitian 3.7.1. Alat

Adapun alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Lintas lari atau lapangan

2. Stopwatch 3. Bendera start 4. Palang tunggal

5. Tiang skala untuk lompat tegak 6. Serbuk kapur

7. Penghapus 8. Peluit 9. Formulir tes

10.Formulir Recall 24 jam 11.Alat tulis.

3.7.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suplemen Extra Joss 1 sachet (4 g) dilarutkan dalam 200 ml air dingin.

3.7.3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, dengan menyesuaikan waktu latihan dan dosis latihan para atlet sepakbola. Pengukuran stamina dan pemberian suplemen dilakukan selama 4 hari dengan 2 kali pengukuran.

(57)

sambal teri dan mie hun goreng. Kemudian tahap post-test dilakukan pada sore hari sekitar pukul 16.00 setelah diberikan suplemen pada kelompok perlakuan sekitar 5 – 10 menit setelah konsumsi suplemen. Selang waktu antara pre- test dan post-test para atlet diizinkan untuk pulang ke rumah masing-masing dengan arahan tidak melakukan kegiatan berat dan latihan apapun serta dianjurkan makan siang sebelum dilakukan tahap post-test pada sore hari.

Recall yang diambil merupakan recall makanan selama 24 jam sehari sebelum dilaksanakannya pre-test dan post-test.

3.7.4. Pelaksanaan Tes Stamina

Adapun tata laksana pengukuran stamina sebagai berikut :

1. Pada tahap lari 50 m, para atlet bersiap untuk berlari dengan berdiri di belakang garis start dan mulai berlari setelah mendengar aba-aba menggunakan peluit.

2. Pada tahap gantung angkat tubuh para atlet bersiap berada di bawah palang tunggal yang telah terpasang. Para atlet meletakkan tangan pada palang gantung dengan cara menggenggam palang tersebut, kemudian atlet tersebut mengangkat badan ke atas dengan tetap berpegangan dengan palang tunggal, naik turun sampai berapa hitungan atlet tersebut sanggup melakukannya berulang-ulang dalam waktu 1 menit.

(58)

4. Pada tahap loncat tegak, atlet mengambil ancang-ancang dalam keadaan berdiri melakukan loncat tepat berada di sebelah papan skala lompat tegak. Atlet tersebut bersedia mengangkat sebelah tangannya setinggi-tingginya sebelum melakukan lompat. Kemudian atlet tersebut melompat setinggi-tinggi untuk meraih seberapa setinggi-tinggi jarak yang dapat diraihnya dalam satu kali lompatan stinggi-tingginya. Kemudian jarak yang diraih dikurangi dengan seberapa tinggi tangan atlet tersebut diangkat ke atas sebelum melakukan lompat.

5. Pada tahap lari 1000 m, para atlet bersiap di belakang garis start dengan posisi siap mendengar aba-aba memakai nomor dada dan mulai berlari setelah mendengar aba-aba lari dari pelatih. Pada tahap ini start yang digunakan adalah start berdiri.

3.8. Analisa Data

Data yang dikumpulkan mulai dari data para pemain sepakbola, tingkat konsumsi makanan dan keteraturan latihan, menggunakan uji statistik yaitu two sample independent t test dengan membandingkan stamina atlet sepakbola sebelum dan sesudah konsumsi suplemen extra josss pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Menggunakan rumus (Sundjana, 1992) :

tH =

n S d B/ d = 2 1 2 1 n n d d  

 

SB =

( ) 1

)

( 1 2 1 2

2 2 1 2 2 2 1      

 

n n n n d d d d n
(59)

Dan untuk uji beda tingkat konsumsi energi atlet digunakan rumus :

tH =

2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S x x   S1 2 =

 

1 1

1 2 1 2 1 1  

n n x x n

tc = t(α/2) ; dk dk =

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu

Dalam peraturan pertandingan khusus kompetisi divisi utama PSL Langkat tahun 2004, sesuai dengan pasal 3 pengertian dari divisi utama PSL Langkat adalah kesebelasan-kesebelasan yang ada di wilayah Kabupaten Langkat, yang telah mendaftarkan diri serta memenuhi persyaratan, dan telah mengikuti pertandingan Non divisi, dari putaran I dan II diwilayahnya masing-masing serta untuk mencapai terbentuknya tim PSL Langkat.

Pertandingan non divisi putaran I dan II antara lain diambil dari beberapa divisi, yang terbagi dalam 4 bagian diantaranya POOL A (Tanti Putra, Porsabi, Sewangi Putra, Bapor Pertamina Pangkalan Berandan), POOL B (Serdang United, Brimo Utama, Bina Tama, Bapor Pertamina Pangkalan Susu), POOL C (Perseisam, Putra Bima, BVC Besitang, Gabsi sei Bilah), POOL D (Putra Buana, Cokro FC, Debar Gelora, Putra Bahari).

4.2. Gambaran Para Atlet Sepakbola Divisi Utama PSL

Pemilihan atlet pada setiap divisi utama PSL harus memenuhi syarat antara lain :

1. Berkedudukan/ berstatus di luar Kabupaten Langkat tidak dibenarkan masuk anggota divisi.

(61)

4. Seluruh official tim diwajibkan menggunakan pakaian yang rapi, pantas dan sopan (tidak dibenarkan mengenakan sandal jepit).

5. Setiap ada pertandingan para atlet harus sudah hadir di lapangan 30 menit sebelum pertandingan.

6. Pemain yang sudah masuk di divisi utama ini, nantinya tidak dibenarkan bermain untuk divisi I atau divisi II yang akan datang.

4.3. Gambaran Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola

Tingkat konsumsi energi seorang atlet berpengaruh dalam pencapaian prestasi seorang atlet. Hal ini berkaitan dengan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan aktivitas fisik yang dilakukannya sehari-hari. Makanan yang dikonsumsi tidak hanya untuk kegiatan basal tubuh, tetapi juga harus bisa mengganti sel-sel tubuh yang rusak akibat keluarnya energi.

[image:61.612.113.529.554.626.2]

Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat konsumsi makanan pada atlet sepakbola dilakukan dengan menggunakan teknik re-call 24 jam yang dilakukan selama 2 hari. Dan hasil yang diperoleh setelah dibandingkan dengan Angka Kebutuhan Energi Atlet Sepakbola per hari adalah sebagai berikut (lihat lampiran 5) : Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Rata-Rata Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola Per

Hari

No Kelompok Jumlah Energi Dikonsumsi/hari

Angka Kebutuhan Energi

% Kategori 1 Perlakuan 3.591,4 kal 3.674,8 kal 97,8 Normal 2 Kontrol 3.525,5 kal 3.652,5 kal 96,6 Normal

Rata-rata 3.557,94 kal 3.663,6 kal 97,2 Normal

(62)

kelompok kontrol sebesar 3524, 5 kal (normal). Sedangkan rata-rata Angka Kebutuhan Energi atlet sepakbola dihitung sesuai dengan hal 11 -13 sebesar 3.663,6 kal (normal), dengan rata-rata Angka Kebutuhan Energi atlet sepakbola kelompok perlakuan sebesar 3.674,8 kal (normal) dan kelompok kontrol sebesar 3.652,5 kal (normal). Berdasarkan lampiran 5, maka diperoleh hasil distribusi sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola Per Hari

(kal)

No Kategori Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Rendah 6 orang 30 5 orang 25 11 orang 27,5

2 Normal 14 orang 70 15 orang 75 29 orang 72,5

Total 20 orang 100 20 orang 100 40 orang 100

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 40 orang atlet sepakbola, tingkat konsumsi atlet sepakbola dengan kategori rendah sebesar 27,5% (11orang), pada kelompok perlakuan dengan kategori rendah = 6 orang (30%) dan pada kelompok kontrol dengan kategori rendah = 5 orang (25%). Tingkat konsumsi atlet sepakbola dengan kategori normal sebesar 72,5% (29 orang), pada kelompok perlakuan kategori normal = 14 orang (70%) dan pada kelompok kontrol kategori normal = 15 orang (75%).

Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat konsumsi energi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan tH = 0,79 < tc=0,021 maka Ho diterima.

4.4. Hasil Pengukuran Stamina Atlet Sepakbola

[image:62.612.112.530.249.324.2]
(63)

dalam tes ini meliputi lari 50 meter, gantung angkat tubuh, baring duduk, loncat tegak dan lari 1000 meter.

4.4.1. Lari 50 Meter

Dari hasil pengukuran pada tahap pre-test kelompok perlakuan rata- rata waktu yang dibutuhkan oleh para atlet dalam menempuh jarak 50 meter yaitu dalam waktu 7,5 detik dengan kategori angka 4 dan ini tergolong stamina baik sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata waktu yang diutuhkan oleh para atlet dalam menempuh jarak 50 meter yaitu 7,8 detik dengan kategori angka 4 dan ini tergolong stamina baik. Pada tahap post-test kelompok perlakuan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh para atlet dalam menempuh jarak 50 meter yaitu dalam waktu 7,4 detik dengan kate

Gambar

Tabel 2.1. Basal Metbolisme Rate (BMR) Untuk Laki-Laki Berdasarkan Berat Badan Jenis Berat Badan Energi (Kal)
Tabel 2.2.   Kebutuhan Energi Aktivitas Olahraga Berdasarkan Berat Badan (Kal/menit)
Tabel 2.3 Faktor Aktifitas Fisik (Perkalian Dengan BMR) Tingkat aktifitas Laki-laki
Tabel 2.4 Kebutuhan Energi Untuk Pertumbuhan (kalori/hari) Jenis kelamin anak Umur (Tahun) Tambahan energi
+7

Referensi

Dokumen terkait

6.2.1 Melakukan Percakapan 7.1.1 Melengkapi kalimat sesuai bacaan. 6.2.1 Melakukan gerakan dasar kelenturan

Dengan demikian terhadap putusan arbitrase tidak dapat diajukan upaya hukum.. banding, kasasi atau

Sebagaimana yang dijelaskan oleh bapak Sigit Wicaksono adalah : “faktor yang mempengaruhi anggota mau menyimpan dana atau percaya terhadap kami, yaitu karena dilihat dari

Kahden valtion malli rauhan saavuttamisessa vakiintui prosessin aikana vaiheittain Israelin ja palestiinalaisten välisen konfliktin ratkaisun viitekehykseksi, malli on

Pengujian dilakukan dalam 3 (tiga) bagian, yakni pengujian untuk mengambil gambar wajah penghuni sebagai data, pengujian pencocokan gambar antara basis data dengan

Penjualan distro Arkais masih dilakukan dengan cara manual, seperti data barang, transaksi penjualan dan laporan penjualan, karena pada distro Arkais tidak

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia melalui infokus, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III

aluku Islands as a province of the study is important and is intended to model the relationship between investment in the port with a typical island growth, needs