MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT DI KOTA
MEDAN (STUDI DI PERUSAHAAN PENGANGKUTAN
BARANG CV. ASI MURNI)
TESIS
Oleh:
RAMADANI FITRIA MANURUNG
097011096/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT DI KOTA
MEDAN (STUDI DI PERUSAHAAN PENGANGKUTAN
BARANG CV. ASI MURNI)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RAMADANI FITRIA MANURUNG
097011096/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DI KOTA MEDAN (STUDI DI PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG CV. ASI MURNI) Nama Mahasiswa : Ramadani Fitria Manurung
Nomor Pokok : 097011096 Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. H.T. Syamsul Bahri, SH)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Dr. Utary Maharani Barus, SH, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. T. Syamsul Bahri, SH. Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.H
Perjanjian pengangkutan melibatkan pengirim atau pemilik barang dan pengangkut. Perjanjian pengangkutan yang dibuat akan menimbulkan hak, kewajiban serta tanggung jawab yang berbeda dari masing-masing pihak. Hak, kewajiban dan tanggung jawab ini harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Manakala terjadi suatu kelalaian atau wanprestasi yang mengakibatkan suatu kerugian maka pihak yang dirugikan berhak menunutut ganti rugi. Jika timbul suatu masalah dimana masalah tersebut tidak bisa terselesaikan sendiri oleh masing-masing pihak maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui pengadilan setempat. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan, mengapa dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang melalui angkutan darat antara konsumen dengan CV. Asi Murni menggunakan perjanjian baku? bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan? dan bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen akibat hilang atau rusaknya barang dalam perjanjian pengangkutan antara CV. Asi Murni dengan Konsumen?
Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perjanjian baku dalam perjanjian pengangkutan di perusahaan CV. Asi Murni tidak sesuai dengan asas kebebasan berkontrak karena kedudukan pihak pengirim tidak seimbang, sehingga tidak ada kebebasan pengirim untuk menentukan isi perjanjian. Dalam perjanjian baku yang dibuat, pihak perusahaan CV. Asi Murni telah menentukan secara sepihak tanggung jawabnya mengenai ganti rugi. Pembatasan tanggung jawab tersebut bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dimana pengirim berhak mendapatkan ganti rugi yang sesuai dengan kerugian yang dideritanya akibat kesalahan pengangkut. Selain itu, dalam perjanjian baku pengiriman barang tidak memberi perlindungan hukum kepada pihak pengirim (konsumen), sehingga dalam hal ini pihak pengirim (konsumen) merasa dirugikan.
Transport contract involves consignors or owners of goods and transporters. Transport contract will bring about different right, obligation, and responsibility of each party and these right, obligation, and responsibility must be fulfilled by each party. If there is a failure or a default which causes loss, the affected party will have the right to sue for compensation. If there is a dispute which cannot be settled by the parties, the case will be brought into the local court. This case became the underlying idea to do the research by answering the consumer and CV. Asi Murni use standard agreement? How was the responsibilty of the transporters in implementing the transport contract? And to what extent was the legal protection for the consumers due to the loss or the damage of the goods in the transport contract between CV. Asi Murni and the consumers?
The method of the research was descriptive by using judicial empirical approach. The data were obtained by gathering primary data and secondary data. The primary data were gathered by conducting interviews with the informants. The secondary data were obtained through the materials of primary, secondary, and tertiary laws. The devices for gathering the data in this research were documentary study and interviews; the data were analyzed qualitatively.
The result of the research showed that the standard agreement in the transport contract at CV. Asi Murni did not meet the principle of independency in making a contract because the position of the consignors was weak so that they had no dependency to make a deal in the contract. In the standard agreement, CV. Asi Murni had unilaterally determined its responsibility about the compensation. This was contrary to Law No. 22/2009 on Traffic and Highway Transport in which the consignors had the right to obtain the compensation which corresponded with the loss due to the transporters’ error. Besides that, the standard agreement on transporting goods did not give legal protection to the consignors (consumers) so that they felt financially injured.
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan shalawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW berikut
keluarga, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, atas terselesaikannya penulisan
Tesis dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Perusahaan Angkutan Darat Di Kota Medan (Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni).”
Penyusunan Tesis ini bertujuan untuk melengkapi syarat untuk memperoleh
gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan penuh kesadaran bahwa tiada satupun
yang sempurna di muka bumi ini, penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan
tesis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan terlebih dengan keterbatasan
kemampuan, baik dari segi penyajian teknik penulisan maupun materi.
Penulisan tesis ini tidaklah mungkin akan menjadi sebuah karya ilmiah tanpa
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah ikut serta baik
langsung maupun tidak langsung dalam usaha menyelesaikan tesis ini. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), selaku
mahasiswa Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku
Anggota Komisi Penguji dalam penelitian ini.
4. Bapak Prof. T. Syamsul Bahri, SH., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan
Tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan
Tesis ini
6. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum., selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun
teknik penulisan Tesis ini.
7. Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH., MKn., selaku Anggota Komisi Penguji dalam
penelitian ini.
8. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu kepada Penulis selama
menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
10. Seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima
kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
11.Kepada rekan-rekan seperjuangan stambuk 2009 Group B, terutama sari, limey,
maria, imay, kak nurul, kak nita, desi, oland, meli, lisa, kak lina, kak tika, amel,
kak putri, dian dan seluruh rekan-rekan lainnya di Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya selama ini.
Secara khusus, penulis menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih
yang tidak terhingga kepada kedua orangtuaku Ayahanda H. Adnan Manurung dan
Ibunda Hj. Rabiah Lubis, yang telah membesarkan penulis dan memberikan kasih
sayang yang tak terhingga serta telah memberikan doa restunya sehingga penulis
dapat melanjutkan dan meyelesaikan pendidikan di Program Study Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan untuk abang-abangku
tercinta Aman Mahruzar Manurung, Adelin Manurung, Affan H. Manurung, untuk
kakak-kakakku tersayang Rohani Manurung, Ratna Uli Manurung, Romi Roslin
Manurung, Reni Nurul Aini, Rosna Akhiruni, dan untuk adikku Arman Hasudungan
yang telah membantu selama ini dilipatgandakan pahalanya. Dengan iringan doa
semoga Allah SWT berkenan menerima amal ini menjadi sebuah nilai ibadah
disisi-Nya dan dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tesis ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Amiin Yaa Robbal’alamin
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Agustus 2011 Penulis
I. Identitas Pribadi :
1. Nama : Ramadani Fitria Manurung
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 25 Mei 1987
3. Alamat : Jalan Besar Deli Tua No. 8 Km. 11, 5
II. Identitas Keluarga :
1. Orang Tua
Ayah : H. Adnan Manurung
Ibu : Hj. Rabiah Lubis
2. Abang : Ir. Aman Mahruzar Manurung
: Ir. Adelin Manurung : Ir. Affan H. Manurung
3. Kakak : Rohani Manurung
: Ratna Uli Manurung
: Drg. Romi Roslin Manurung : Reni Nurul Aini, SH., SpN. : Rosna Akhiruni, SE.
4. Adik : Arman Hasudungan Manurung
III. Keterangan Pendidikan :
1. Sekolah Dasar : SD 101800 Deli Tua
Tamat tahun 1998. 2. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Deli Tua
Tamat tahun 2001. 3. Sekolah Menengah Atas : SMU Negeri 13 Medan
Tamat tahun 2004.
4. S-1 Fakultas Hukum : Universitas Islam Sumatera Utara Tamat tahun 2008.
5. S-2 Magister Kenotariatan : Program Studi Magister Kenotariatan
ABSTRAK... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Keaslian Penelitian... 11
F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 13
1. Kerangka Teori... 13
2. Konsepsi... 25
G. Metode Penelitan... 27
1. Spesifikasi Penelitian ... 27
2. Metode Pendekatan ... 28
3. Sumber Data... 28
4. Alat Pengumpulan Data ... 30
5. Analisis Data ... 30
BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI ANGKUTAN DARAT ANTARA KONSUMEN DENGAN CV. ASI MURNI MENGGUNAKAN PERJANJIAN BAKU ... 32
A. Perihal Perjanjian Secara Umum ... 32
1. Pengertian Perjanjian ... 32
5. Hapusnya Perjanjian ... 41
6. Perjanjian Pengangkutan... 43
7. Bentuk-Bentuk Perjanjian ... 45
8. Klausula Eksonerasi ... 49
B. Alasan Hukum CV. Asi Murni Menggunakan Perjanjian Baku Dalam Pelaksanaan Pengangkutan Barang... 53
C. Alasan Ekonomi CV. Asi Murni Menggunakan Perjanjian Baku Dalam Pelaksanaan Pengangkutan Barang... 57
BAB III TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN... 62
A. Tanggung Jawab Pengangkut Menurut Perundang-Undangan ... 62
1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang... 63
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ... 68
3. Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 Tentang Pelayaran ... 70
4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.... 73
B. Tangung Jawab Pengangkut Atas Kerusakan Barang... 76
C. Tanggung Jawab Pengangkut Atas Barang Yang Hilang ... 83
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT HILANG ATAU RUSAKNYA BARANG DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN ANTARA CV. ASI MURNI DENGAN KONSUMEN ... 89
A. Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen... 89
1. Prinsip-Prinsip Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen... 89
2. Hak dan Kewajiban Konsumen Serta Pelaku Usaha... 96
3. Ruang Lingkup Perlindungan Konsumen ... 100
2. Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Dalam Penyelesaian Sengketa Pada Perjanjian
Pengangkutan Barang melalui Angkutan Darat ... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Saran ... 122
PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT DI KOTA MEDAN
(Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni)
TESIS
Oleh:
RAMADANI FITRIA MANURUNG 097011096/MKn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT DI KOTA MEDAN
(Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RAMADANI FITRIA MANURUNG
097011096/MKn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nama : Ramadani Fitria Manurung NIM : 097011096
Program : Magister Kenotariatan
Menyetujui: Komisi Pembimbing
Prof. T. Syamsul Bahri, SH. K e t u a
Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.Hum Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum
Anggota Anggota
Ketua Program Magister Kenotariatan Dekan
Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH.,MS.,CN Prof. Dr. Runtung, SH.,M.Hum
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. T. Syamsul Bahri, SH. Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.Hum
Perjanjian pengangkutan melibatkan pengirim atau pemilik barang dan pengangkut. Perjanjian pengangkutan yang dibuat akan menimbulkan hak, kewajiban serta tanggung jawab yang berbeda dari masing-masing pihak. Hak, kewajiban dan tanggung jawab ini harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Manakala terjadi suatu kelalaian atau wanprestasi yang mengakibatkan suatu kerugian maka pihak yang dirugikan berhak menunutut ganti rugi. Jika timbul suatu masalah dimana masalah tersebut tidak bisa terselesaikan sendiri oleh masing-masing pihak maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui pengadilan setempat. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan, mengapa dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang melalui angkutan darat antara konsumen dengan CV. Asi Murni menggunakan perjanjian baku? bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan? dan bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen akibat hilang atau rusaknya barang dalam perjanjian pengangkutan antara CV. Asi Murni dengan Konsumen?
Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perjanjian baku dalam perjanjian pengangkutan di perusahaan CV. Asi Murni tidak sesuai dengan asas kebebasan berkontrak karena kedudukan pihak pengirim tidak seimbang, sehingga tidak ada kebebasan pengirim untuk menentukan isi perjanjian. Dalam perjanjian baku yang dibuat, pihak perusahaan CV. Asi Murni telah menentukan secara sepihak tanggung jawabnya mengenai ganti rugi. Pembatasan tanggung jawab tersebut bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang No 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dimana pengirim berhak mendapatkan ganti rugi yang sesuai dengan kerugian yang dideritanya akibat kesalahan pengangkut. Selain itu, dalam perjanjian baku pengiriman barang tidak memberi perlindungan hukum kepada pihak pengirim (konsumen), sehingga dalam hal ini pihak pengirim (konsumen) merasa dirugikan.
Transport contract involves consignors or owners of goods and transporters. Transport contract will bring about different right, obligation, and responsibility of each party and these right, obligation, and responsibility must be fulfilled by each party. If there is a failure or a default which causes loss, the affected party will have the right to sue for compensation. If there is a dispute which cannot be settled by the parties, the case will be brought into the local court. This case became the underlying idea to do the research by answering the consumer and CV. Asi Murni use standard agreement? How was the responsibilty of the transporters in implementing the transport contract? And to what extent was the legal protection for the consumers due to the loss or the damage of the goods in the transport contract between CV. Asi Murni and the consumers?
The method of the research was descriptive by using judicial empirical approach. The data were obtained by gathering primary data and secondary data. The primary data were gathered by conducting interviews with the informants. The secondary data were obtained through the materials of primary, secondary, and tertiary laws. The devices for gathering the data in this research were documentary study and interviews; the data were analyzed qualitatively.
The result of the research showed that the standard agreement in the transport contract at CV. Asi Murni did not meet the principle of independency in making a contract because the position of the consignors was weak so that they had no dependency to make a deal in the contract. In the standard agreement, CV. Asi Murni had unilaterally determined its responsibility about the compensation. This was contrary to Law No. 14/1992 on Traffic and Highway Transport in which the consignors had the right to obtain the compensation which corresponded with the loss due to the transporters’ error. Besides that, the standard agreement on transporting goods did not give legal protection to the consignors (consumers) so that they felt financially injured.
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan shalawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW berikut
keluarga, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, atas terselesaikannya penulisan
Tesis dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Perusahaan Angkutan Darat Di Kota Medan (Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni).”
Penyusunan Tesis ini bertujuan untuk melengkapi syarat untuk memperoleh
gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan penuh kesadaran bahwa tiada satupun
yang sempurna di muka bumi ini, penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan
tesis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan terlebih dengan keterbatasan
kemampuan, baik dari segi penyajian teknik penulisan maupun materi.
Penulisan tesis ini tidaklah mungkin akan menjadi sebuah karya ilmiah tanpa
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah ikut serta baik
langsung maupun tidak langsung dalam usaha menyelesaikan tesis ini. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K), selaku
menjadi mahasiswa Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., CN., MS., selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku
Anggota Komisi Penguji dalam penelitian ini.
4. Bapak Prof. T. Syamsul Bahri, SH., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan
Tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan
Tesis ini
6. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum., selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun
teknik penulisan Tesis ini.
7. Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH., MKn., selaku Anggota Komisi Penguji dalam
penelitian ini.
8. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu kepada Penulis selama
menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
10. Seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima
kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
11.Kepada rekan-rekan seperjuangan stambuk 2009 Group B, terutama sari, limey,
maria, imay, kak nurul, kak nita, desi, oland, meli, lisa, kak lina, kak tika, amel,
kak putri, dian dan seluruh rekan-rekan lainnya di Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya selama ini.
Secara khusus, penulis menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih
yang tidak terhingga kepada kedua orangtuaku Ayahanda H. Adnan Manurung dan
Ibunda Hj. Rabiah Lubis, yang telah membesarkan penulis dan memberikan kasih
sayang yang tak terhingga serta telah memberikan doa restunya sehingga penulis
dapat melanjutkan dan meyelesaikan pendidikan di Program Study Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan untuk abang-abangku
tercinta Aman Mahruzar Manurung, Adelin Manurung, Affan H. Manurung, untuk
kakak-kakakku tersayang Rohani Manurung, Ratna Uli Manurung, Romi Roslin
Manurung, Reni Nurul Aini, Rosna Akhiruni, dan untuk adikku Arman Hasudungan
Manurung, yang selama ini selalu memberi semangat kepada penulis.
Akhirnya tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan baik yang
disisi-Nya dan dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tesis ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Amiin Yaa Robbal’alamin
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Agustus 2011
Penulis
I. Identitas Pribadi :
1. Nama : Ramadani Fitria Manurung
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 25 Mei 1987
3. Alamat : Jalan Besar Deli Tua No. 8 Km. 11, 5
II. Identitas Keluarga :
1. Orang Tua
Ayah : H. Adnan Manurung
Ibu : Hj. Rabiah Lubis
2. Abang : Ir. Aman Mahruzar Manurung
: Ir. Adelin Manurung : Ir. Affan H. Manurung
3. Kakak : Rohani Manurung
: Ratna Uli Manurung
: Drg. Romi Roslin Manurung : Reni Nurul Aini, SH., SpN. : Rosna Akhiruni, SE.
4. Adik : Arman Hasudungan Manurung
III. Keterangan Pendidikan :
1. Sekolah Dasar : SD 101800 Deli Tua
Tamat tahun 1998. 2. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Deli Tua
Tamat tahun 2001. 3. Sekolah Menengah Atas : SMU Negeri 13 Medan
Tamat tahun 2004.
4. S-1 Fakultas Hukum : Universitas Islam Sumatera Utara Tamat tahun 2008.
5. S-2 Magister Kenotariatan : Program Studi Magister Kenotariatan
ABSTRAK... i ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Keaslian Penelitian... 12
F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 13
1. Kerangka Teori... 13
2. Konsepsi... 26
G. Metode Penelitan... 28
1. Spesifikasi Penelitian ... 28
2. Metode Pendekatan ... 28
3. Sumber Data... 29
4. Alat Pengumpulan Data ... 30
MENGGUNAKAN PERJANJIAN BAKU ... 32 A. Perihal Perjanjian Secara Umum ... 32
1. Pengertian Perjanjian ... 32
2. Hubungan Perikatan Dengan Perjanjian ... 34
3. Asas-Asas Umum Dalam Hukum Perjanjian... 36
4. Syarat Sahnya Perjanjian... 40
5. Hapusnya Perjanjian ... 42
6. Perjanjian Pengangkutan... 43
7. Bentuk-Bentuk Perjanjian ... 46
8. Klausula Eksonerasi ... 49
B. Alasan Hukum CV. Asi Murni Menggunakan Perjanjian
Baku Dalam Pelaksanaan Pengangkutan Barang... 53
C. Alasan Ekonomi CV. Asi Murni Menggunakan Perjanjian
Baku Dalam Pelaksanaan Pengangkutan Barang... 58
BAB III TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM
PERJANJIAN PENGANGKUTAN... 63 A. Tanggung Jawab Pengangkut Menurut Perundang-Undangan ... 63
1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang... 63
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan ... 69
3. Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 Tentang Pelayaran ... 71
4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.... 74
AKIBAT HILANG ATAU RUSAKNYA BARANG DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN ANTARA CV. ASI
MURNI DENGAN KONSUMEN ... 90 A. Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen... 90
1. Prinsip-Prinsip Dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen... 90
2. Hak dan Kewajiban Konsumen Serta Pelaku Usaha... 97
3. Ruang Lingkup Perlindungan Konsumen ... 101
B. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian
Pengangkutan Antara CV. Asi Murni dengan Konsumen ... 105
1. Perlindungan Hukum Konsumen Akibat Hilang Atau Rusaknya Barang Dalam Perjanjian Pengangkutan pada
CV. Asi Murni... 105
2. Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Dalam Penyelesaian Sengketa Pada Perjanjian
Pengangkutan Barang melalui Angkutan Darat ... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 121 A. Kesimpulan ... 121
B. Saran ... 123
Perjanjian pengangkutan melibatkan pengirim atau pemilik barang dan pengangkut. Perjanjian pengangkutan yang dibuat akan menimbulkan hak, kewajiban serta tanggung jawab yang berbeda dari masing-masing pihak. Hak, kewajiban dan tanggung jawab ini harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Manakala terjadi suatu kelalaian atau wanprestasi yang mengakibatkan suatu kerugian maka pihak yang dirugikan berhak menunutut ganti rugi. Jika timbul suatu masalah dimana masalah tersebut tidak bisa terselesaikan sendiri oleh masing-masing pihak maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui pengadilan setempat. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan, mengapa dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang melalui angkutan darat antara konsumen dengan CV. Asi Murni menggunakan perjanjian baku? bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan? dan bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen akibat hilang atau rusaknya barang dalam perjanjian pengangkutan antara CV. Asi Murni dengan Konsumen?
Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perjanjian baku dalam perjanjian pengangkutan di perusahaan CV. Asi Murni tidak sesuai dengan asas kebebasan berkontrak karena kedudukan pihak pengirim tidak seimbang, sehingga tidak ada kebebasan pengirim untuk menentukan isi perjanjian. Dalam perjanjian baku yang dibuat, pihak perusahaan CV. Asi Murni telah menentukan secara sepihak tanggung jawabnya mengenai ganti rugi. Pembatasan tanggung jawab tersebut bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dimana pengirim berhak mendapatkan ganti rugi yang sesuai dengan kerugian yang dideritanya akibat kesalahan pengangkut. Selain itu, dalam perjanjian baku pengiriman barang tidak memberi perlindungan hukum kepada pihak pengirim (konsumen), sehingga dalam hal ini pihak pengirim (konsumen) merasa dirugikan.
Transport contract involves consignors or owners of goods and transporters. Transport contract will bring about different right, obligation, and responsibility of each party and these right, obligation, and responsibility must be fulfilled by each party. If there is a failure or a default which causes loss, the affected party will have the right to sue for compensation. If there is a dispute which cannot be settled by the parties, the case will be brought into the local court. This case became the underlying idea to do the research by answering the consumer and CV. Asi Murni use standard agreement? How was the responsibilty of the transporters in implementing the transport contract? And to what extent was the legal protection for the consumers due to the loss or the damage of the goods in the transport contract between CV. Asi Murni and the consumers?
The method of the research was descriptive by using judicial empirical approach. The data were obtained by gathering primary data and secondary data. The primary data were gathered by conducting interviews with the informants. The secondary data were obtained through the materials of primary, secondary, and tertiary laws. The devices for gathering the data in this research were documentary study and interviews; the data were analyzed qualitatively.
The result of the research showed that the standard agreement in the transport contract at CV. Asi Murni did not meet the principle of independency in making a contract because the position of the consignors was weak so that they had no dependency to make a deal in the contract. In the standard agreement, CV. Asi Murni had unilaterally determined its responsibility about the compensation. This was contrary to Law No. 22/2009 on Traffic and Highway Transport in which the consignors had the right to obtain the compensation which corresponded with the loss due to the transporters’ error. Besides that, the standard agreement on transporting goods did not give legal protection to the consignors (consumers) so that they felt financially injured.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia perdagangan dalam masyarakat tidak dapat dilepaskan
dari sarana pengangkutannya. Faktor sarana pengangkutan tersebut akan
mempengaruhi lancar tidaknya perdagangan. Jika sarana pengangkutan memadai,
maka perdagangan pun akan berjalan dengan lancar, sedangkan jika sarana
pengangkutannya sangat minim sudah dapat dipastikan proses perdagangan akan
terhambat.
Pengangkutan sebagai alat fisik merupakan bidang yang sangat vital dalam
kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena keduanya saling
mempengaruhi, dan menentukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengangkutan atau
sistem transportasi itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis
dalam memperlancar arus barang dan lalulintas orang yang timbul sejalan dengan
perkembangan masyarakat yang semakin tinggi mobilitasnya, sehingga menjadikan
pengangkutan itu sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi, maka sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap perkembangan di bidang pengangkutan itu sendiri
yang mendorong perkembangan dibidang teknologi, sarana dan prasarana
pengangkutan, ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengangkutan, serta
hukum pengangkutan, disamping tidak dapat dihindari pula timbulnya berbagai
Transportasi yang semakin maju dan lancar, sudah pasti akan menunjang
pelaksanaan pembangunan yaitu berupa penyebaran kebutuhan pembangunan,
pemerataan pembangunan dan distribusi hasil pembangunan di berbagai sektor ke
seluruh pelosok tanah air, misal sektor industri, perdagangan dan pendidikan.
Transportasi ditinjau dari sudut geografis, dapat dibagi ke dalam beberapa jenis:
a. Angkutan antar benua. b. Angkutan antar kontinental. c. Angkutan antar pulau. d. Angkutan antar kota. e. Angkutan antar daerah.
f. Angkutan di dalam kota (intra city transportationatauurban transportation).1
Jika dilihat dari sudut teknis dan angkutannya, maka transportasi dapat pula
dirinci menurut jenisnya sebagai berikut:
a. Angkutan jalan raya atauHighway transportation (road transportation). b. Pengangkutan rel (rail transportation).
c. Pengangkutan melalui air di pedalaman(inland transportation). d. Pengangkutan pipa(pipe line transportation).
e. Pengangkutan laut dan samudera(ocean transportation).
f. Pengangkutan udara(transportation by airatauair transportation).2
Sedangkan secara garis besarnya moda pengangkutan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Pengangkutan darat
a. Pengangkutan melalui jalan (raya) yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan jalan raya.
b. Pengangkutan dengan kereta api. 2. Pengangkutan laut.
3. Pengangkutan udara.3
1 Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi Karasteristik, Teori, dan Kebijakan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 16.
2Ibid., hal. 17.
Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan
akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan ke seluruh pelosok
tanah air dan luar negeri. Karena saat tranportasi berfungsi untuk mempertemukan
barang yang diproduksi di suatu tempat dengan konsumen yang membutuhkan.
Peran transportasi pada masa sekarang ini jelas sangat dibutuhkan, terutama
kebutuhan bagi kalangan pengusaha dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dalam
pelaksanaannya transportasi dapat ditempuh melalui darat dengan jasa angkutan
seperti gerobak, truk, mobil penumpang, sado, bajaj, kereta api, becak dan jasa
angkutan laut dengan menggunakan kapal, kapal laut, kapal motor, kapal sungai,
speed boat, sedangkan jasa angkutan udara dengan menggunakan pesawat udara dan
helikopter.
Peranan pengangkutan tidak hanya sebagai alat fisik, yaitu alat yang
dipergunakan membawa barang-barang yang diperdagangkan dari produsen ke
konsumen, penyalur kepada penerima barang, namun pengangkutan dapat juga
sebagai alat penentu suatu nilai harga dari barang. Hal ini dikarenakan barang dapat
dipindahkan dari tempat yang satu ke tempat yang lain yang membutuhkan barang
tersebut. Seperti prinsip ekonomi yang menyatakan dimana barang itu berlebihan
maka nilainya akan turun, sebaliknya dimana barang itu langka maka harga akan
melambung tinggi. Dengan demikian, adanya jasa pengangkutan diharapkan adanya
penyamarataan pembagian keperluan terhadap barang menurut keadaannya dan juga
pemerataan harga di seluruh lokasi kegiatan ekonomi masyarakat.
Penggunaan jasa pengangkutan juga akan dapat menentukan harga dari
tambahan biaya pengangkutan dari produsen ke konsumen. Semakin besarnya biaya
pengakutan barang dari produsen ke konsumen, maka semakin tinggi nilai harga
barang tersebut.
Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti mengangkat dan
membawa, memuat atau mengirimkan. “Pengangkutan artinya usaha membawa,
mengantar atau memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang
lain”.4
Beberapa aspek yang terkait dalam penyelenggara pengangkutan, yaitu:
1. Pelaku, yaitu orang yang melakukan pengangkutan. Pelaku ini ada yang berupa badan usaha seperti perusahaan pengangkutan, ataupun perusahaan jasa pengiriman barang, dan ada pula yang berupa manusia pribadi seperti buruh pengangkutan.
2. Alat pengangkutan, yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan. Alat ini digerakkan secara mekanik dan memenuhi syarat undang-undang, seperti kendaraan bermotor, kapal laut, kapal udara, derek
(crane).
3. Barang/penumpang, yaitu muatan yang diangkut. Barang muatan yang diangkut adalah barang perdagangan yang sah menurut undang-undang. Dalam pengertian barang termasuk juga hewan.
4. Perbuatan yaitu kegiatan mengangkut barang atau penumpang sejak pemuatan sampai dengan penurunan di tempat tujuan yang ditentukan.
5. Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan kegunaan dari nilai barang ataupun penumpang
6. Tujuan pengangkutan, yaitu sampai atau tiba di tempat tujuan yang ditentukan dengan selamat, biaya pengangkutan lunas.5
Kewajiban pengangkut yaitu untuk menyelenggarakan suatu pengangkutan
barang dari tempat pemuatan sampai ke tempat tujuan dengan selamat, artinya disini
telah terjadi perikatan antara para pihak. Para pihak tersebut kemudian terikat
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hal. 45.
dengan suatu perjanjian. Perjanjian itu lahir sejak tercapainya kata sepakat, yang
kemudian disertai dengan suatu persyaratan yang nyata, yaitu berupa penyerahan dari
objek atau berupa barang yang menjadi tujuan utama dari perjanjian tersebut dan
selanjutnya akan diserahkan pada pemilik barang ditempat tujuannya.
Pengangkutan bertujuan untuk menyangkut kebutuhan manusia dalam
memenuhi kehidupannya sehari-hari. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan itu
adalah dengan memindahkan atau mengirimkan barang dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Pengangkutan dengan mengirimkan barang bisa dilakukan dengan darat dan
udara. Barang-barang yang akan dikirimkan itu bisa berupa perangkat keras seperti,
pupuk, sembako dan juga perangkat lunak baik itu surat atau dokumen yang menjadi
objek pengangkutan.
Dalam perjanjian pengangkutan, pihak pengangkut telah menjamin dan
bertanggungjawab terhadap keselamatan dari barang milik pengirim. Hal tersebut
diatur dalam Pasal 90 KUHDagang, yang menyatakan bahwa:
Surat muatan merupakan perjanjian antara pengirim atau ekspeditur dan pengangkut atau juragan kapal, dan meliputi selain apa yang mungkin menjadi persetujuan antara pihak-pihak bersangkutan, seperti misalnya jangka waktu penyelenggaraan pengangkutannya dan penggantian kerugian dalam hal kelambatan, juga meliputi:
1. Nama dan berat atau ukuran barang-barang yang harus diangkut beserta merek-mereknya dan bilangannya.
2. Nama yang dikirimi barang-barang itu.
3. Nama dan tempat tinggal pengangkut atau juragan kapal. 4. Jumlah upah pengangkutan.
5. Tanggal penandatanganan.
6. Penandatanganan pengirim atau ekspeditur.
Surat muatan harus dicatat dalam daftar harian oleh ekspeditur.
“Interaksi yang terjadi dalam kebutuhan pengangkutan acapkali dibuat
seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang berjanji untuk
melaksanakan suatu hal”.6
Pengangkutan dilakukan karena nilai barang akan lebih tinggi di tempat
tujuan dari pada di tempat asalnya. Oleh karena itu pengangkutan dikatakan memberi
nilai terhadap barang yang diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan. Nilai yang diberikan berupa nilai tempat (place utility) dan nilai waktu (time utility). ”Kedua nilai tersebut diperoleh jika barang yang diangkut ketempat dimana nilainya lebih tinggi dan dapat dimanfaatkan tepat pada waktunya. Dengan
demikian pengangkutan dapat memberikan jasa kepada masyarakat yang disebut
jasa angkutan”.7
Banyaknya kebutuhan akan jasa pengangkutan menyebabkan banyaknya
bermunculan perusahaan pengangkutan. Dalam hubungan antara perusahaan
pengangkutan sebagai pihak pengangkut dengan pihak yang akan mengirimkan
barang, muncullah suatu perjanjian pengangkutan yang bersifat timbal balik, ”dimana
pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang
dari dan ke tempat tujuan tertentu dan pihak pengirim membayar biaya/ongkos
angkutan sebagaimana yang disetujui bersama”.8
Pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan
dan pengiriman barang dari suatu tempat ke tempat tujuan yang telah disepakati
dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya
6
Subekti,Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta, 1994, hal. 2.
7Muchtaruddin Siregar,Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen Pengangkutan,FE UI, Jakarta, 1981,hal. 6.
pengiriman yang telah diperjanjikan dan pengirim akan diberikan suatu tanda bukti
bahwa barang yang akan dikirim melalui jasa pengangkutan itu sudah diterima
dengan baik.
Perjanjian baku merupakan suatu bentuk perjanjian tertulis yang dibuat oleh
salah satu pihak dalam perjanjian. ”Dalam perjanjian baku salah satu pihak tidak
memiliki sedikit kesempatan untuk bernegosiasi mengubah klausula-klausula yang
sudah dibuat oleh lawannya, seperti dalam klausula ganti kerugian dan cara
penyelesaian perselisihan yang tidak dapat ditawar lagi”.9
Perjanjian baku digunakan juga dalam perjanjian pengangkutan dimana
pihak pengangkut telah menyiapkan terlebih dahulu klausula-klausula dalam
perjanjian dan pihak pengirim hanya bisa menyetujuinya tanpa memiliki kesempatan
untuk bernegosiasi mengubah klausula-klausula yang dibuat oleh pihak pengangkut.
Penggunaan perjanjian baku ini bukan tanpa masalah apabila dihubungkan
dengan asas kebebasan berkontrak. Kebebasan berkontrak berkaitan erat dengan isi
perjanjian yaitu kebebasan menentukan apa dan dengan siapa perjanjian itu diadakan
dan kedua belah pihak yang berjanji berusaha untuk mencapai kesepakatan dalam
membuat perjanjian melalui proses negosiasi.
Perjanjian terjadi berlandaskan asas kebebasan berkontrak diantara para
pihak yang mempunyai kedudukan seimbang, sedangkan dalam perjanjian baku,
kebebasan berkontrak tersebut patut dipertanyakan karena dapat dikatakan bahwa
dalam perjanjian baku tidak ada kesetaraan kedudukan yang seimbang antara para
pihak yang membuat perjanjian tersebut.
Perjanjian pengangkutan barang yang dibuat berdasarkan atas kebebasan
berkontrak juga terjadi karena adanya kesepakatan antara para pihak. “Sehingga
menimbulkan hubungan hukum antara 2 (dua) orang atau lebih, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntuk hak dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”.10
Berdasarkan perjanjian pengangkutan tersebut maka pihak pengangkut dan
pihak pengirim mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhinya. Kewajiban
pokok pihak pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang dari tempat
pemuatan ke tempat tujuan dengan selamat. Sebagai imbalan atas penyelenggaraan
pengangkutan tersebut, maka pihak pengirim berkewajiban membayar biaya
pengangkutan sesuai dengan kesepakatan. “Apabila pengangkut melakukan kesalahan
dalam penyelenggaraan pengangkutan yang menimbulkan kerugian pihak pengirim,
maka pihak pengangkut bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian”.11
Pertanggungjawaban pihak dalam pengangkut diatur dalam Pasal 193 ayat 1
Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu:
”Perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan
angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan
oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.”
10 Subekti, Op.cit., hal. 1.
Ganti rugi yang harus diberikan meliputi biaya yaitu segala
pengeluaran/perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh pengirim, rugi
yaitu kerugian yang terjadi karena kerusakan barang-barang kepunyaan pengirim
yang diakibatkan oleh kesalahan pengangkut, dan bunga yaitu kerugian yang berupa
kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan/dihitung oleh pengirim.
Pada kenyataannya, masih ada pihak pengangkut yang melakukan pembatasan
tanggung jawab dalam pemberian ganti rugi kepada pengirim jika muncul kerugian
yang diakibatkan oleh kesalahan pengangkut dan hal tersebut dituangkan dalam
perjanjian baku yang dibuat oleh pihak pengangkut.
Bahkan ada pula pengangkut yang tidak mencantumkan klausula tentang
tanggung jawabnya dalam pemberian ganti rugi tersebut, sehingga jika muncul
kerugian akibat kesalahan pengangkut maka pengangkut tidak bertanggung jawab
karena menurutnya hal itu tidak diperjanjikan dalam perjanjian pengangkutannya.
Kegiatan pengangkutan banyak terjadi dalam masyarakat. Semakin hari
masyarakat membutuhkan proses kegiatan pengangkutan yang lebih cepat dan lebih
aman bagi barang yang akan mereka kirim. Dengan melihat kebutuhan masyarakat
tersebut banyak pengusaha mendirikan usaha-usaha pengangkutan dengan
memberikan fasilitas pelayanan yang saling bersaing.
Sebagai salah satu perusahaan pengangkutan yang berada di Kota Medan,
CV. Asi Murni yang berdiri sejak tahun 1987, yang kegiatan usahanya adalah
melayani jasa pengangkutan barang melalui darat dengan tujuan kota-kota yang
berada di Propinsi Sumatera Utara maupun antar Propinsi. Adapun jenis-jenis
barang elektronik, barang-barang produksi home industri, hasil pertanian, peralatan
rumah tangga, dan barang-barang lainnya yang tidak dilarang diangkut menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan pengangkutan yang dilakukan oleh pihak perusahaan
CV. Asi Murni menggunakan perjanjian yang dibuat dalam bentuk yang telah baku.
Perjanjian tersebut tercantum dalam lembaran kwitansi pengiriman barang yang
klausula/isinya telah ditentukan oleh pihak perusahaan, sehingga dengan demikian
para konsumen tidak lagi dapat menentukan klausula/isi dari perjanjian tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul:
”Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui
Perusahaan Angkutan Darat di Kota Medan (Studi Pada Perusahaan Pengangkutan
Barang CV. Asi Murni)”
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang melalui angkutan
darat antara konsumen dengan CV. Asi Murni menggunakan perjanjian baku?
2. Bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian
pengangkutan?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen akibat hilang atau
rusaknya barang dalam perjanjian pengangkutan antara CV. Asi Murni dengan
Konsumen?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang melalui
angkutan darat antara konsumen dengan CV. Asi Murni menggunakan perjanjian
baku.
2. Untuk mengetahui tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian
pengangkutan.
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen akibat hilang atau
rusaknya barang dalam perjanjian pengangkutan antara CV. Asi Murni dengan
Konsumen.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis, yaitu:
a. Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan secara
akademis dalam memberikan gambaran terhadap perkembangan hukum
perjanjian, terutama tentang pelaksanaan pengangkutan barang melalui
perusahaan angkutan darat, dengan demikian diharapkan dapat menambah
khasanah kepustakaan yang berkaitan dengan hukum perjanjian.
b. Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pemikiran-pemikiran baru bagi kalangan pengusaha pengangkutan barang dalam
menjalankan usahanya yang berhubungan perjanjian dalam pengangkutan barang
melalui darat.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas
Pengangkutan Barang Melalui Perusahaan Angkutan Darat di Kota Medan (Studi
Pada Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni)”, belum pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya dan
secara akademis dapat dipertanggung jawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti
pendahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai masalah perjanjian
pengangkutan barang, namun menyangkut judul dan substansi pokok permasalahan
yang dibahas sangat jauh berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang
berkaitan dengan perjanjian pengangkutan barang tersebut:
1. Olga Annemarie Depari, NIM: 017011049, mahasiswa Magister Kenotariatan
Program Pascasarjana USU, Tahun 2003, dengan judul “Tanggung Jawab
Perusahaan Pengiriman Barang Dalam Pengiriman Barang Paket Dengan Klausul
Eksonerasi (Studi Kasus di ELTEHA Internasional LTD. Cabang Medan),”
dengan permasalahan yang dibahas:
a. Bagaimana kekuatan hukum klausul eksonerasi dalam perjanjian pengiriman
barang yang dibuat secara sepihak (standard contract)?
b. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh pihak kedua (pemakai jasa)
apabila terjadi kehilangan atau keterlambatan barang paket oleh perusahaan
pengiriman barang dengan klausul eksonerasi?
c. Bagaimana tanggung jawab perusahaan pengiriman barang dalam membayar
ganti rugi atas pengiriman barang paket dengan klausul eksonerasi?
2. Amanda Litania, NIM: 017011004, mahasiswa Magister Kenotariatan Program
Pencarter Kapal Terhadap Pengangkutan Barang Dengan Kapal (Studi di
PT. Berkah Anugrah Sejati Belawan),” dengan permasalahan yang dibahas:
a. Bagaimana tanggungjawab pemilik kapal dan pencarter kapal apabila akibat
lalai atau kesalahan perbuatan mereka menyebabkan timbulnya kerugian
terhadap barang yang diangkut?
b. Bagaimana proses pengajuan claim terhadap kerugian yang timbul terhadap
rusaknya atau hilangnya barang yang ditimbulkan oleh kesalahan atau
kelalaian pencarter dan pemilik kapal?
Jika diperbandingkan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini,
baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Oleh karena itu penelitian
ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai
landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk: “menjelaskan nilai-nilai hukum
dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga
penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang di bahas dalam bahasa
dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri”.12
Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam
membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
“Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,
teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui”.13
Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto,
bahwa: “kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi,
aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.”14
Snelbecker mendefenisikan “teori sebagai perangkat proposisi yang
terintegrasi secara sintaksis (yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan
secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi
sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati”.15
Mengenai tanggung jawab hukum, Hans Kelsen dalam teorinya tentang
tanggung jawab hukum menyatakan, “Bahwa seseorang bertanggung jawab secara
hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum,
subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan
yang bertentangan”.16
Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa: ”kegagalan untuk melakukan
kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum di sebut kekhilapan (negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa),
13 M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80. 14 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007, hal. 6.
15Snelbecker dalam Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 34-35.
walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan
menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan”.17
Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggung jawab terdiri dari:
a. Pertanggung jawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;
b. Pertanggung jawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;
c. Pertanggung jawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;
d. Pertanggung jawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan.18
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mendefinisikan ”tanggung jawab
sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, apabila ada sesuatu hal, boleh
dituntut, dipersalahkan, diperbolehkan dan sebagainya”.19
Menurut Aridwan Halim, ”tanggung jawab adalah suatu akibat lebih lanjut
dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun kewajiban
ataupun kekuasaan”.20
Dalam kamus hukum ada 2 istilah pertanggungjawaban yaitu liability (the state of being liable)danresponsibility (the state or fact being responsible). Liability
merupakan istilah hukum yang luas, dimana liability menunjuk pada makna yang paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter resiko atau tanggung jawab,
yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin. Liability didefinisikan untuk
17 Ibid, hal. 83.
18 Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni, Nuansa & Nusamedia, Bandung, 2006, hal. 140.
19
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Op.cit., 1996, hal. 1014.
menunjuk semua karakter hak dan kewajiban. Liability juga merupakan kondisi tunduk kepada kewajiban secara aktual atau potensial. “Kondisi bertanggung jawab
terhadap hal-hal yang aktual atau mungkin seperti kerugian, ancaman, kejahatan,
biaya atau beban; kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan
undang-undang dengan segera atau pada masa yang akan datang”.21
Sedangkan responsibility berarti hal dapat dipertanggungjawabkan atau suatu kewajiban, ketrampilan dan kecakapan. “Responsibility juga berarti kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan, dan
memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan apapun yang telah
ditimbulkannya”.22
Menurut Roscoe Pound, jenis tanggung jawab dapat dibedakan atas 3 (tiga)
sebab, yaitu:.“pertanggungjawaban atas kerugian dengan disengaja, atas kerugian
karena kealpaan dan tidak disengaja, dan dalam perkara tertentu atas kerugian yang
dilakukan tidak karena kelalaian serta tidak disengaja”.23
Selanjutnya Roscoe Pound menyatakan bahwa tanggung jawab bersumber dari:
1. Perjanjian, dimana para pihak mengadakan perjanjian tersebut masing-masing dituntut untuk bertanggungjawab atas pemenuhan isi perjanjian yang mereka buat.
2. Perbuatan melawan hukum, yang terbagi atas:
a. Perbuatan diri sendiri, baik yang disengaja (dolus) maupun yang tidak disengaja(culpa)
b. Perbuatan orang lain (orang yang masih berada di bawah tanggungan si penanggung jawab yang bersangkutan)
c. kejadian lain yang bukan merupakan perbuatan, tetapi menimbulkan
21
Ridwan HR.,Hukum Administrasi Negara,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 335. 22Ibid., hal. 335-336
akibat yang tetap harus dipertanggungjawabkan oleh orang yang oleh hukum dianggap sebagai penanggungjawabnya.24
Konsep tanggung jawab hukum merupakan bagian dari konsep kewajiban
hukum. “Kewajiban hukum berasal dari suatu norma trasendental yang mendasari
segala peraturan hukum. Norma dasar kemudian merumuskan kewajiban untuk
mengukuti peraturan hukum, dan mempertanggungjawabkan kewajiban untuk
mengikuti peraturan-peraturan hukum tersebut”.25
Menurut teori Johannes Gunawan menjelaskan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen mengandung materi pertanggungjawaban dengan struktur yaitu:
a. Contract Liability
Contract Liability atau pertanggungjawaban kontrak adalah tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian/kontrak dari pelaku usaha (baik barang maupun jasa), atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang diberikan.
b. Product Liability
Product Liability atau tanggung jawab produk adalah tanggung jawab para produsen untuk produk yang dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut.
c. Profesional Liability
Profesional Liability atau tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien.
d. Criminal Liability
Criminal Liability adalah tanggung jawab pidana yang mengatur tentang tindak atau perbuatan pidana dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen
Pasal 61, 62, dan Pasal 63, di mana maksimum sanksi pidananya penjara lima tahun atau denda dua miliar.26
24 Ibid., hal. 163-164. 25
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hal. 281.
Pengaturan atas tanggung jawab perusahaan pengangkut atas kelalaiannya
telah diatur dalam Pasal 188 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UULLAJ), yang berbunyi: “Perusahaan
Angkutan Umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh Penumpang atau
pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan”.
Mengenai tanggung jawab perusahaan pengangkutan lainnya dapat dilihat
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 193 UULLAJ, yaitu:
1. Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.
2. Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami.
3. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak barang diangkut sampai barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakati.
4. Perusahaan Angkutan Umum tidak bertanggung jawab jika kerugian disebabkan oleh pencantuman keterangan yang tidak sesuai dengan surat muatan angkutan barang.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran ganti kerugian diatur dengan peraturan pemerintah.
Selain itu, secara umum mengenai tanggung jawab perusahaan pengangkut
diatur pada Pasal 1367 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi: “seseorang tidak saja
bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga
untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungan/
disebabkan oleh barang-barang yang berada dalam pengawasannya”.
Dalam hukum perdata, gugatan untuk meminta pertanggungjawaban
bersumber pada 2 (dua) dasar hukum, yaitu: “berdasarkan pada wanprestasi
berdasarkan perbuatan melanggar hukum (onrechtmatigedaad) sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata”.27
Pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang melalui perusahaan angkutan
tentunya berhubungan erat dengan perjanjian. Bahwa dasar hubungan yang terjadi
antara perusahaan pengangkutan barang dengan konsumen yang membutuhkan jasa
pengangkutan adalah suatu perjanjian yang berarti para pihak dalam hal ini
mempunyai hak dan kewajiban. Untuk itu dalam membahas masalah perjanjian tidak
bisa lepas dari ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur dalam KUHPerdata
khususnya Bab II Buku III yang berjudul perikatan yang lahir dari kontrak atau
perjanjian.
Herlien menyatakan bahwa: “janji antara para pihak hanya dianggap
mengikat sepanjang dilandasi pada asas adanya keseimbangan hubungan antara
kepentingan perseorangan dan kepentingan umum atau adanya keseimbangan antara
kepentingan kedua belah pihak sebagaimana masing-masing pihak
mengharapkannya”.28
Dalam hal adanya keseimbangan dalam suatu perjanjian, Laesio Enormis,
menyatakan bahwa, “suatu janji yang tidak diimbangi dengan sesuatu yangequivalent
(sama nilainya) dengan isi janji itu oleh pihak kedua (lazimnya perjanjian sepihak
27Ibid.,hal. 30.
eenzijdige overeenkomst atau abstract promise) tidak merupakan janji yang wajar, dan karenanya tidak pula mengikat”.29
Asas keseimbangan, dikaitkan dengan asas dalam perjanjian, dikatakan lahir
sebagai suatu penolakan terhadap asas kebebasan berkontrak. “Asas kebebasan
berkontrak pada kenyataannya dikatakan telah membawa ketidakadilan, karena
didasarkan pada asumsi bahwa para pihak dalam kontrak memiliki posisi tawar
(bargaining position) yang seimbang, tetapi pada kenyataannya para pihak tidak selalu dalam posisi memiliki posisi tawar yang seimbang”.30
Mengenai asas keseimbangan R. Kranenburg mengatakan bahwa:
Asas keseimbangan merupakan dasar berfungsinya kesadaran hukum orang, yang mana kesadaran hukum seseorang adalah menjadi sumber hukum seseorang. Dalil atas asas keseimbangan tersebut adalah bahwa tiap orang menerima keuntungan atau mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu, dan dalam hal pembagian keuntungan dan kerugian tersebut tidak ditetapkan terlebih dahulu dasar-dasarnya, maka tiap-tiap anggota-anggota masyarakat hukum sederajat dan sama.31
Pada asas kebebasan berkontrak setiap orang diakui memiliki kebebasan
untuk membuat kontrak dengan siapapun juga, menentukan isi kontrak, menentukan
bentuk kontrak, memilih hukum yang berlaku bagi kontrak yang bersangkutan. Jika
asas konsensualisme berkaitan dengan lahirnya kontrak, asas kekuatan mengikatnya
kontrak berkaitan dengan akibat hukum, maka asas kebebasan berkontrak berkaitan
dengan isi kontrak.
29Sunarjati Hartono,Mencari Bentuk Dan Sistem Hukum Perjanjian Nasional Kita,Alumni, Bandung, 1974, hal. 26.
30
Ridwan Khairandy, Iktikad Baik Dalam Kebasan Berkontrak, Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 1-2.
“Kebebasan berkontrak hanya dapat mencapai keadilan jika para pihak
memiliki bargaining power yang seimbang. Jika bargaining power tidak seimbang maka suatu kontrak dapat menjurus atau menjadiunconscionable”.32
Sutan Remy Syahdeini menjelaskan bahwa:
Bargaining Power yang tidak seimbang terjadi bila pihak yang kuat dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lemah, hingga pihak yang lemah mengikuti saja syarat-syarat kontrak yang diajukan kepadanya. Syarat lain adalah kekuasaan tersebut digunakan untuk memaksakan kehendak sehingga membawa keuntungan kepadanya. Akibatnya, kontrak tersebut menjadi tidak masuk akal dan bertentangan dengan aturan-aturan yang adil.33
“Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum.
Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai
undang-undang bagi para pihak”.34
Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, suatu perjanjian dikatakan sah apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
Jika terdapat unsur paksaan, kekhilafan, penipuan, ataupun penyalahgunaan
keadaan maka perjanjian dinyatakan tidak berlaku.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
Cakap menurut hukum adalah orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya.
Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, orang yang dinyatakan tidak cakap
menurut hukum adalah :
32 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredt Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 185.
33 Ibid.,hal. 186.
a. Orang-orang yang belum dewasa.
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan.
c. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
Undang-Undang, dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang
membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
Namun berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963
menyatakan bahwa perempuan yang bersuami tidak lagi digolongkan sebagai
yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa
bantuan atau izin dari suaminya.
Selain itu, terdapat subjek hukum yang dilarang undang-undang untuk
melakukan perbuatan-perbuatan hukum tertentu, diantaranya adalah:
a. Orang-orang dewasa yang dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan. b. Badan hukum yang dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan.
c. Seseorang untuk waktu yang pendek maupun untuk waktu yang lama meninggalkan tempat tinggalnya, tetapi sebelum pergi ia tidak memberikan kuasa kepada orang lain untuk mewakili dirinya dan mengurus harta kekayaannya.35
3. Mengenai suatu hal tertentu.
Artinya suatu perjanjian harus mempunyai sesuatu yang dijadikan sebagai
objek dalam perjanjian tersebut. Objek perjanjian dapat berupa benda ataupun
suatu kepentingan yang melekat pada benda. Apa saja yang menjadi objek
dari yang diperjanjikan harus disebut secara jelas.
4. Suatu sebab yang halal.
Mengenai suatu sebab yang halal dalam Pasal 1320 KUHPerdata bukanlah
sebab dalam arti yang menyebabkan/yang mendorong orang untuk membuat
perjanjian, melainkan sebab dalam arti isi perjanjian itu sendiri yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai tidak bertentangan dengan
Undang-Undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Terhadap 2 (dua) syarat sahnya perjanjian yang pertama, disebut sebagai
syarat subyektif. Sebab mengenai orang-orang atau subyek yang mengadakan
perjanjian. Sedangkan dua syarat yang terakhir, yaitu syarat suatu hal tertentu dan
suatu sebab yang halal disebut sebagai syarat obyektif karena mengenai obyek dari
perjanjian atau perbuatan hukum yang dilakukan itu.
Keempat syarat di atas mutlak harus ada atau mutlak harus dipenuhi dalam
suatu perjanjian, oleh karenanya tanpa salah satu syarat tersebut perjanjian tidak
dapat dilaksanakan. Apabila salah satu dari syarat subyektif tidak terpenuhi, maka
suatu perjanjian dapat dimintakan oleh salah satu pihak untuk dibatalkan. ”Sedangkan
apabila salah satu syarat obyektif tidak terpenuhi, maka suatu perjanjian adalah batal
demi hukum, artinya dari semula dianggap tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian
dan tidak pernah ada suatu perikatan”.36
Pada saat ini, terdapat bentuk perjanjian dengan cara penyiapan suatu formulir
perjanjian yang sudah dicetak dan kemudian disodorkan kepada pihak konsumen
untuk disetujui, dengan hampir tidak memberikan kebebasan sama sekali kepada
pihak konsumen untuk menentukan isi perjanjian.
Ketika perjanjian ditandatangani, umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausulanya dan pihak lain dalam perjanjian tersebut tidak mempunyai