• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Distribusi Air Bersih Dingin Dari Tangki Atas Menuju Hotel Pada The Arya Duta Hotel Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Sistem Distribusi Air Bersih Dingin Dari Tangki Atas Menuju Hotel Pada The Arya Duta Hotel Medan"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL

PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

HATOP HENDRA PARULIAN SIMAMORA NIM. 040401048

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK...ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMBANG ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Sistematika Penulisan ... 3

1.5. Flow Chart Rancangan... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida ... 5

2.2. Aliran Laminar dan Turbulen ... 6

2.3. Energi dan Head ... 7

2.4. Persamaan Bernoulli ... 9

2.5. Kerugian Head ... 11

2.6. Persamaan Empiris untuk Aliran di dalam Pipa ... 14

2.7. Sistem Perpipaan Ganda ... 15

2.8. Dasar Perencanaan Pompa ... 17

BAB III PERENCANAAN PIPA PADA SISTEM JARINGAN PIPA 3.1. Jumlah Pemakaian Air ... 20

(12)

3.3. Penggunaan Chart Akurat Gesekan Pipa ... 32

3.4. Metode Detail Untuk Menentukan Ukuran Pipa Sistem di Dalam Bangunan ... 35

3.5. Penentuan Ukuran Pipa Distribusi Air Bersih Dingin Hotel ... 44

BAB IV PEMILIHAN POMPA BOOSTER 4.1. Instalasi Pompa... 58

4.2. Penentuan Kapasitas Dan Jumlah Pompa ... 58

4.3. Head Pompa ... 60

4.4. Pemilihan Jenis Pompa ... 74

4.5. Perhitungan Motor Penggerak ... 75

4.6. Putaran Spesifik dan Tipe Impeler ... 76

4.7. Efisiensi Pompa ... 77

4.8. Kavitasi ... 78

4.9. Net Positive Suction Head (NPSH) ... 78

4.10. Daya Pompa dan Daya Motor Penggerak ... 80

4.11. Spesifikasi Hasil Perencanaan ... 82

BAB V KESIMPULAN... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Kecepatan Aliran Melalui Saluran Tertutup 5

Gambar 2.2 Kecepatan Aliran Melalui Saluran Terbuka 5

Gambar 2.3 Ilustrasi Persamaan Bernoulli 10

Gambar 2.4 Pipa Yang Dihubungkan Secara Seri 15

Gambar 2.5 Pipa Yang Dihubungkan Secara Paralel 16

Gambar 3.1 Chart Galvanized Iron Standard Weight Pipe 33

Gambar 3.2. Contoh Perhitungan Diameter Menggunakan Chart 34

Gambar 3.3 Kurva Perhitungan Kebutuhan 41

Gambar 3.4. Sistem Perpipaan Distribusi Air Bersih Dingin Menggunakan

Pompa Booster 42

Gambar 3.5. Sistem Perpipaan Distribusi Air Bersih Dingin Menggunakan Gaya

Gravitasi 43

Gambar 4.1 Sket Jaringan Pipa Distribusi Dari Pompa Menuju Kamar Terjauh

di Lantai 10 61

Gambar 4.2 Daerah kerja beberapa jenis konstruksi pompa 74

(14)

DAFTAR LAMBANG

Simbol Keterangan Satuan

A Luas penampang m3

C Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams

D Diameter dalam pipa m

Dis Diameter dalam pipa hisap m

Dos Diameter luar pipa hisap m

f Faktor gesekan pipa

FU Fixture Unit

g Percepatan gravitasi m/s2

H Head m

Hp Head pompa m

Hst Head statis m

hf Kerugian head mayor m

hl Head losses sepanjang pipa m

hm Kerugian head minor m

hp Head Tekanan m

hv Head kecepatan m

hfc Kerugian head karena gesekan pada pipa sirkuit m

hfd Kerugian head akibat gesekan pada pipa tekan m

hfs Kerugian head karena gesekan pada pipa hisap m

hld Kerugian head pada pipa tekan m

hmc Kerugian head karena peralatan pada pipa sirkuit m

hmd Kerugian head karena peralatan pada pipa tekan m

hms Kerugian head karena peralatan pada pipa hisap m

hls Kerugian head pada pipa hisap m

K Koefisien kerugian perlengkapan pipa

(15)

m massa fluida kg

m Laju aliran massa fluida kg/s

NM Daya motor penggerak pompa kW

Np Daya pompa kW

ns Putaran spesifik rpm

ηt Efisiensi transmisi %

ηp Efisiensi pompa %

NPSH Net Positive Suction Head m

P Tekanan kPa

p Jumlah kutub

Pw Daya air kW

Qp Kapasitas pompa m3/s

Re Bilangan Reynold

V Kecepatan aliran m/s

Vd Kecepatan pada pipa tekan m/s

Vs Kecepatan pada pipa hisap m/s

w berat fluida N

ŵ Laju aliran berat fluida N/s

z Beda ketinggian m

ΔQ Koreksi laju aliran loop m3/s

Δhs Head statis m

α Faktor cadangan daya

γ Berat jenis fluida N/m3

ε Kekasaran pipa

υ Viskositas kinematik air m2/s

π Konstanta phi

ρ Massa jenis fluida kg/m3

(16)

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan

ft feet

fps feet per sekon

gpm galon per menit

h hari

Hz Hertz

k kilo

kg kilogram

l liter

m meter

N Newton

org orang

Pa Paskal

psi pound square inch

rpm rotasi per menit

s sekon

(17)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Nilai kekasaran dinding untuk berbagai pipa komersil 12

Tabel 2.2 Koefisien kekasaran pipa Hazen-William 14

Tabel 3.1 Tabel 3.1. Faktor Pemakaian dan Jumlah Alat Plumbing 21

Tabel 3.2 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 11 22

Tabel 3.3 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 10 23

Tabel 3.4 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 9 23

Tabel 3.5 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 8 24

Tabel 3.6 Unit Alat Plambing Untuk Penyediaan Air Dingin 26

Tabel 3.7 Ukuran Minimum Dari Peralatan Pipa Penyedia Air 28

Tabel 3.8 Tabel Estimasi Kebutuhan 29

Tabel 3.9 Penentuan Ukuran Pipa Berdasarkan Pembatasan Kecepatan 31

Tabel 3.10 Panjang Ekivalen Untuk Fitting dan Valve (SI Units) 38

Tabel 3.11 Panjang Ekivalen Untuk Fitting dan Valve (US Customary Units) 39

Tabel 3.12 Tekanan yang dibutuhkan alat plambing 40

Tabel 3.13 Hasil Pengukuran Pipa Berdasarkan Batas Kecepatan dan

Perubahan Diameternya Akibat Friction Limit (Sistem Booster Pump) 45

Tabel 3.14 Sizing Table untuk Sistem Menggunakan Pompa Booster 48

Tabel 3.15 Panjang Ekivalen Sirkuit Utama Jaringan Pipa Menggunakan

Pompa Booster 50

Tabel 3.16 Hasil Pengukuran Pipa Berdasarkan Batas Kecepatan

dan Perubahan Diameternya Akibat Friction Limit (Sistem Gravitasi) 50

Tabel 3.17 Panjang Ekivalen Sirkuit Utama Jaringan Pipa Menggunakan

Gaya Gravitasi 56

Tabel 3.18 Sizing Table untuk Sistem Menggunakan Gaya Gravitasi 57

Tabel 4.1. Penentuan jumlah pompa 59

Tabel 4.2 Kekasaran relatif ( e ) dalam berbagai bahan pipa 65

Tabel 4.3 Koefisien kerugian kelengkapan pipa hisap 67

Tabel 4.4 Koefisien kerugian gesek pada pipa tekan 69

(18)

Tabel 4.6 Harga putaran dan kutubnya 75

(19)

ABSTRAK

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Plumbing berasal dari bahasa latin “Plumbum” yang berarti untuk

memimpin. Pipa standart yang terbuat dari tembikar dengan flange yang lebar

yang terbuat dari aspal untuk mencegah kebocoran, muncul pada perkampungan

urban dari peradaban lembah Indus pada tahun 2700 sebelum masehi. Plumbing

mula - mula digunakan oleh peradaban kuno seperti bangsa Yunani, Romawi,

Persia, India, Cina, pada saat mereka membangun permandian umum, dan untuk

memenuhi kebutuhan air minum, serta untuk pembuangan air kotor atau sampah.

Perkembangan dalam sistem plumbing sangat lambat, sebenarnya tidak

ada proses pengembangan yang dibuat dari jaman sistem aquaduct (terowongan

air) Roma dan pipa terbuat dari timah sampai pada abad ke 19. Akhirnya

perkembangan terpisah dari sistem air bawah tanah, dan sistem pembuangan

kotoran menghapuskan parit terbuka, dan perigi jamban.

Sistem perpipaan pada jaman dahulu mengandalkan gaya gravitasi untuk

mengalirkan air, menggunakan pipa atau saluran saluran yang terbuat dari tanah

liat, timah,bambu, atau batu. Pada jaman sekarang pipa pada umumnya digunakan

sebagai sarana untuk menghantarkan fluida baik gas atau cairan dari suatu tempat

ke tempat lain. Adapun sistem pengaliran fluida dilakukan dengan metode

gravitasi maupun sistem aliran bertekanan, dan pipa sekarang terbuat dari

tembaga, kuningan, atau bahan tidak beracun lainnya. Timah tidak lagi digunakan

pada jaman sekarang karena mengandung racun.

Pada masa dahulu, tujuan utama sistem penyediaan air adalah untuk

menyediakan yang cukup berlebih. Tetapi masa kini ada pembatasan dalam

jumlah air yang dapat diperoleh karena pertimbangan penghematan energi dan

adanya keterbatasan sumber air.

Dalam merancang suatu jalur pipa yang tersusun dari beberapa buah pipa

(21)

rumit, namun banyak juga jalur pipa yang ada bukanlah suatu rangkaian yang

sederhana, melainkan suatu jaringan pipa yang sangat kompleks, sehingga

memerlukan penyelesaian yang lebih teliti. Dalam perencanaan itu hal – hal yang

perlu diperhitungkan diantaranya besar kapasitas dan kecepatan aliran dari fluida

yang melalui jalur pipa dan hal – hal lain yang perlu dilakukan dalam hal

perencanaan.

Pipa telah banyak digunakan dalam pembangunan konstruksi, baik itu

konstruksi perumahan, industri, dan pabrik – pabrik, perhotelan, mall, dan banyak

lagi. Di setiap bangunan pasti ada sistem perpipaan, mulai dari rumah sederhana

sampai gedung bertingkat. Oleh karena penggunaan yang luas, dan banyaknya

dibutuhkan tenaga ahli dalam bidang perpipaan, yang berarti banyak juga potensi

bekerja pada bidang perpipaan inilah yang membuat saya tertarik untuk

mendalami dan mengambil Tugas Akhir dalam bidang Sistem Perpipaan.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari perancangan ini adalah :

a. Untuk merancang suatu sistem pendistribusian air bersih dingin

melalui jaringan pipa pada The Arya Duta Hotel Medan

b. Untuk memperoleh besar kebutuhan total air bersih dingin yang

dibutuhkan oleh The Arya Duta Hotel Medan

c. Untuk memperoleh jenis dan ukuran pipa yang akan digunakan untuk

mendistribusikan air bersih dingin pada The Arya Duta Hotel Medan

d. Untuk memperoleh besar kapasitas pompa dan spesifikasi pompa yang

akan digunakan untuk mendistribusikan air bersih pada Arya Duta

Hotel Medan.

1.3. Batasan Masalah

Pada perencanaan ini akan dibahas mengenai perancangan dan analisa

pendistribusian air bersih dingin dari roof tank ( tangki atas ) ke konsumen (kamar

dan fasilitas hotel) pada suatu jaringan perpipaan di Arya Duta Hotel Medan.

Dimana Hotel berada pada lantai 9 sampai lantai 11, sedangkan lantai 8 digunakan

(22)

Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai analisa

distribusi aliran pada tiap pipa, antara lain kapasitas fluida, kecepatan aliran

fluida, kerugian head yang terjadi pada tiap pipa, dan sambungan - sambungan,

serta alat tambahan, ukuran pipa yang digunakan, dan juga menentukan

spesifikasi pompa yang nantinya sesuai untuk digunakan dalam pendistribusian

air bersih agar setiap konsumen mendapat air bersih secukupnya.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri dari 5 bab. Bab I memuat latar

belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Pada Bab

II memuat pembahasan materi mengenai kecepatan dan kapasitas aliran fluida,

aliran laminar dan turbulen, energi dan head, persamaan Bernoulli, kerugian head,

persamaan empiris untuk aliran fluida di dalam pipa, sistem perpipaan ganda, dan

dasar perencanaan pompa.

Pada Bab III meliputi jumlah pemakaian air, , pemilihan jenis pipa,

penggunaan chart gesekan pipa, metoda penentuan ukuran pipa, dan penentuan

ukuran pipa distribusi. Pada Bab IV meliputi instalasi pompa, penentuan kapasitas

dan jumlah pompa, head pompa, pemilihan jenis pompa, perhitungan motor

penggerak, putaran spesifik dan jenis impeler, efisiensi pompa, kavitasi, NPSH,

daya pompa dan daya motor penggerak, dan spesifikasi pompa. Pada Bab V

(23)

1.5. Flow Chart Rancangan

Mulai

Survey ke Arya Duta Hotel Medan

Didapat site plan hotel Arya Duta, data pompa distribusi, kebutuhan air per hari, ukuran dan jenis tangki atas, jumlah kamar, fasilitas – fasilitas yang ada

di hotel, jenis peralatan yang menggunakan air bersih dingin

Menghitung kebutuhan air bersih dingin per hari yang digunakan pada Hotel Arya Duta Medan

Menggambar jaringan sistem perpipaan menggunakan gaya gravitasi dan yang mengunakan pompa booster

Menentukan jenis pipa yang akan digunakan dan menentukan diameter pipa berdasarkan batasan kecepatan dan kerugian tekanan seragam pada sistem

Menentukan spesifikasi pompa yang digunakan untuk mendistribusikan air bersih dingin dari tangki atas ke

Hotel Arya Duta Medan

Selesai

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida

Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang

memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran

sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam

menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan

pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk

bergerak sepanjang jarak yang telah ditentukan.

Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada

dinding pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan

biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam

masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada

penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya

menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang

disebutkan.

(25)

Gambar 2.2. Kecepatan Melalui Saluran Terbuka

Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir

dalam suatu pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume,

berat atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju

aliran volume (m3/s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s).

Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel yaitu:

Q = A . v (2.1) Lit.4

dimana: Q = laju aliran volume (m3/s)

A = luas penampang aliran (m2)

v = kecepatan aliran fluida (m/s)

Laju aliran berat fluida (W) dirumuskan sebagai:

W = γ . A . v (2.2) Lit.4 dimana: W = laju aliran berat fluida (N/s)

γ = berat jenis fluida (N/m3) Laju aliran massa (M) dinyatakan sebagai:

M = ρ . A . v (2.3) Lit.4 dimana: M = laju aliran massa fluida (kg/s)

ρ = massa jenis fluida (kg/m3)

2.2. Aliran Laminar dan Turbulen

Aliran fluida dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu aliran laminar dan

aliran turbulen. Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang

bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan

kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil dan/atau kekentalan

besar. Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan

(26)

sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair

kecil.

Pengaruh kekentalan sangat besar sehingga dapat meredam gangguan

yang dapat menyebabkan aliran menjadi turbulen. Dengan berkurangnya

kekentalan dan bertambahnya kecepatan aliran maka daya redam terhadap

gangguan akan berkurang, yang sampai pada batas tertentu akan menyebabkan

terjadinya perubahan aliran dari laminar menjadi turbulen.

Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa koefisien gesekan untuk pipa

silindris merupakan fungsi dari bilangan Reynold (Re). Dalam menganalisa aliran

di dalam saluran tertutup, sangatlah penting untuk mengetahui type aliran yang

mengalir dalam pipa tersebut. Untuk itu harus dihitung besarnya bilangan

Reynold dengan mengetahui parameter-parameter yang diketahui besarnya.

Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

µ ρ.d.v

Re= (2.4) Lit.5

dimana: ρ = massa jenis fluida (kg/m3) d = diameter pipa (m)

v = kecepatan aliran fluida (m/s)

µ = viskositas dinamik fluida (Pa.s)

Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas

kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat juga dinyatakan:

ρ µ =

v sehingga

µ

v d.

Re= (2.5) Lit.5

Menurut Literatur 5, berdasarkan percobaan aliran didalam pipa, Reynolds

menetapkan bahwa untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguan aliran dapat

diredam oleh kekentalan zat cair maka disebut aliran laminar. Aliran akan menjadi

turbulen apabila angka Reynolds lebih besar dari 4000. Apabila angka Reynolds

berada di antara kedua nilai tersebut (2000 < Re < 4000) disebut aliran transisi.

2.3. Energi dan Head

Energi biasanya didenefisikan sebagai kemampuan untuk melakukan

(27)

pada suatu jarak tertentu. Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan N.m (Joule).

Setiap fluida yang sedang bergerak selalu mempunyai energi. Dalam menganalisa

masalah aliran fluida yang harus dipertimbangkan adalah mengenai energi

potensial, energi kinetik dan energi tekanan.

Energi potensial menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu aliran

fluida karena adanya perbedaan ketinggian yang dimiliki fluida dengan tempat

jatuhnya.

Energi potensial (Ep) dirumuskan sebagai:

Ep = W . z (2.6) Lit.4

dimana: W = berat fluida (N)

z = beda ketinggian (m)

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena

pengaruh kecepatan yang dimilikinya. Energi kinetik dirumuskan sebagai:

v m Ek .

2 1

= (2.7) Lit.4

dimana: m = massa fluida (kg)

v = kecepatan aliran fluida (m/s)

jika: g W m= maka: g v W Ek 2 . 2 1 =

Energi tekanan disebut juga dengan energi aliran yaitu jumlah kerja yang

dibutuhkan untuk memaksa elemen fluida bergerak menyilang pada jarak tertentu

dan berlawanan dengan tekanan fluida. Besarnya energi tekanan (Ef) dirumuskan

sebagai:

Ef = p . A . L (2.8) Lit.4

dimana: p = tekanan yang dialami oleh fluida (N/m2)

A = luas penampang aliran (m2)

L = panjang pipa (m)

(28)

γ

W p

Ef = . (2.9) Lit.4

dimana: γ = berat jenis fluida (N/m3)

Total energi yang terjadi merupakan penjumlahan dari ketiga macam energi

diatas, dirumuskan sebagai:

λ pW g W W E v

z + +

= . 2

2 1

(2.10) Lit.4

Persamaan ini dapat dimodifikasi untuk menyatakan total energi dengan head (H)

dengan membagi masing-masing variabel di sebelah kanan persamaan dengan W

(berat fluida), menurut dirumuskan sebagai:

γ p g v z

H = + +

2 2

(2.11) Lit.4

Dengan: z = head elevasi (m)

g v

2 2

= head kecepatan (m)

γ

p

= head tekanan (m)

2.4. Persamaan Bernoulli

Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus

didasarkan pada hukum Newton II. Persamaan ini diturunkan dengan anggapan

bahwa:

a. Zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan

energi akibat gesekan adalah nol).

b. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair

adalah konstan).

c. Aliran adalah kontiniu dan sepanjang garis arus.

d. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.

e. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.

Energi yang ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau dikenal

(29)

Head losses pada titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada

energi yang ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari fluida.

Konsep ini dinyatakan ke dalam bentuk persamaan yang disebut dengan

persamaan Bernoulli, yaitu:

2 2 2 2 1 2 1 1 2

2 g z

v p z g v p + + = + + γ

γ (2.12) Lit.4

dimana: p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2

v1 dan v2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2

z1 dan z2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2

γ = berat jenis fluida

g = percepatan gravitasi = 9,806 m/s2

Reference datum

Gambar 2.3. Ilustrasi Persamaan Bernoulli

Persamaan di atas digunakan jika diasumsikan tidak ada kehilangan

energi antara dua titik yang terdapat dalam aliran fluida, namun biasanya beberapa

head losses terjadi diantara dua titik. Jika head losses ini tidak diperhitungkan

g v 2 2 1 l h g v 2 2 2 Total energi di titik 2

2 Z 1 Z ∂1 P Total energi di titik 1

∂ 2

P

(30)

maka akan menjadi masalah dalam penerapannya di lapangan. Jika head losses

dinotasikan dengan “hl” maka persamaan Bernoulli di atas dapat ditulis menjadi

persamaan baru, dimana dirumuskan sebagai:

z hl g v p z g v p + + + = + + 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 γ

γ (2.13) Lit.4

Persamaan diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak

permasalahan tipe aliran, biasanya untuk fluida inkompresibel tanpa adanya

penambahan panas atau energi yang diambil dari fluida. Namun, persamaan ini

tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan aliran fluida yang mengalami

penambahan energi untuk menggerakkan fluida oleh peralatan mekanik, misalnya

pompa, turbin, dan peralatan lainnya.

2.5. Kerugian Head

A. Kerugian Head Mayor

Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head.

Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding

pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian

kecil).

Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah

satu dari dua rumus berikut, yaitu:

1. Persamaan Darcy – Weisbach yaitu:

g v d L f hf 2 2

= (2.14) Lit.8

dimana: hf = kerugian head karena gesekan (m)

f = faktor gesekan (diperoleh dari diagram Moody)

d = diameter dalam pipa (m)

L = panjang pipa (m)

v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)

(31)

Diagram Moody telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

aliran fluida di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari

rumus Darcy – Weisbach. Untuk aliran laminar dimana bilangan Reynold

kurang dari 2000, faktor gesekan dihubungkan dengan bilangan Reynold,

dinyatakan dengan rumus:

Re 64 =

[image:31.595.119.504.274.510.2]

f (2.15) Lit.8

Tabel 2.1 Nilai kekasaran dinding untuk berbagai pipa komersil

Bahan Kekasaran

ft m

Riveted Steel 0,003 – 0,03 0,0009 – 0,009

Concrete 0,001 – 0,01 0,0003 – 0,003

Wood Stave 0,0006 – 0,003 0,0002 – 0,009

Cast Iron 0,00085 0,00026

Galvanized Iron 0,0005 0,00015

Asphalted Cast Iron 0,0004 0,0001

Commercial Steel or Wrought Iron 0,00015 0,000046

Drawn Brass or Copper Tubing 0,000005 0,0000015

Glass and Plastic “smooth” “smooth”

Sumber: Jack B. Evett, Cheng Liu. Fundamentals of Fluids Mechanics. McGraw Hill.

New York. 1987, hal. 134.

Untuk aliran turbulen dimana bilangan Reynold lebih besar dari 4000,

maka hubungan antara bilangan Reynold, faktor gesekan dan kekasaran

relative menjadi lebih kompleks. Faktor gesekan untuk aliran turbulen dalam

pipa didapatkan dari hasil eksperimen, antara lain:

a. Untuk daerah complete roughness, rough pipes yaitu:

      = d f / 7 , 3 log 0 , 2 1

ε (2.16) Lit.4

b. Untuk pipa halus, hubungan antara bilangan Reynold dan faktor

(32)

1. Blasius : 0,25 Re 316 , 0 =

f (2.17) Lit.5

untuk Re = 3000 < Re < 100000

2. Von Karman :

        = 51 , 2 Re log 2 1 f f

( )

Re 0,8 log

2 −

= f (2.18)

untuk Re sampai dengan 3.106.

c. Untuk pipa kasar, menurut yaitu:

Von Karman : 1 =2log +1,74 ε

d

f (2.19) Lit.5

dimana harga f tidak tergantung pada bilangan Reynold.

d. Untuk Pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah transisi

yaitu:

Corelbrook – White :

        + − = f d f Re 51 , 2 7 , 3 / log 2 1 ε

(2.20) Lit.5

2. Persamaan Hazen – Williams

Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head

dalam pipa yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air

minum. Bentuk umum persamaan Hazen – Williams yaitu:

L d C

Q hf 1,85 4,85

85 , 1 666 , 10

= (2.21) Lit.7

dimana: hf = kerugian gesekan dalam pipa (m)

Q = laju aliran dalam pipa (m3/s)

L = panjang pipa (m)

C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams

(diperoleh dari tabel 2.2)

d = diameter pipa (m)

(33)

Selain kerugian yang disebabkan oleh gesekan, pada suatu jalur pipa juga

terjadi kerugian karena kelengkapan pipa seperti belokan, siku, sambungan,

katup dan sebagainya yang disebut dengan kerugian kecil (minor losses).

Besarnya kerugian minor akibat adanya kelengkapan pipa dirumuskan

sebagai: =

g v k n hm 2 . . 2

(2.22) Lit.8

dimana: n = jumlah kelengkapan pipa

v = kecepatan aliran fluida dalam pipa

k = koefisien kerugian (dari lampiran koefisien minor losses

peralatan pipa)

menurut Literatur 8, untuk pipa yang panjang (L/d >>> 1000), minor losses

dapat diabaikan tanpa kesalahan yang cukup berarti tetapi menjadi penting

pada pipa yang pendek.

2.6. Persamaan Empiris untuk Aliran di dalam Pipa

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa permasalahan aliran

fluida dalam pipa dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan Bernoulli,

persamaan Darcy dan diagram Moody. Penggunaan rumus empiris juga dapat

digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran. Dalam hal ini digunakan

dua model rumus yaitu persamaan Hazen – Williams dan persamaan Manning.

1.Persamaan Hazen – Williams dengan menggunakan satuan

internasional yaitu:

v=0,8492.C.R0,63.s0,54 (2.23) Lit.4 dimana: v = kecepatan aliran (m/s)

C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams

R = jari-jari hidrolik

= 4

d

untuk pipa bundar

S = slope dari gradient energi (head losses/panjang pipa)

=

l hl

(34)

Extremely smooth and straight pipes 140

New Stell or Cast Iron 130

Wood; Concrete 120

New Riveted Stell; Vitrified 110

Old Cast Iron 100

Very Old and Corroded Cast Iron 80

Sumber: Jack B. Evett, Cheng Liu. Fundamentals of Fluids Mechanics. McGraw Hill.

New York. 1987, hal. 161.

2.Persamaan Manning dengan satuan internasional, yaitu:

2 / 1 3 / 2 0 , 1

s R n

v= (2.24) Lit.4

dimana: n = koefisien kekasaran pipa Manning

Persamaan Hazen – Williams umumnya digunakan untuk menghitung

headloss yang terjadi akibat gesekan. Persamaan ini tidak dapat digunakan untuk

liquid lain selain air dan digunakan khusus untuk aliran yang bersifat turbulen.

Persamaan Darcy – Weisbach secara teoritis tepat digunakan untuk semua rezim

aliran semua jenis liquid. Persamaan Manning biasanya digunakan untuk aliran

saluran terbuka (open channel flow).

2.7. Sistem Perpipaan Ganda

Analisa suatu sistem perpipaan yang terdiri dari berbagai pipa atau jalur

harus mengikuti beberapa aturan dasar. Suatu sistem perpipaan ganda membentuk

suatu rangkaian. Berbagai kemungkinan membangun sistem perpipaan ganda

yang sederhana terdiri dari:

a. Sistem perpipaan susunan seri

b. Sistem perpipaan susunan paralel

A. Sistem Perpipaan Susunan Seri

Bila dua pipa atau lebih yang ukuran atau kekasarannya berlainan

(35)

dan kemudian melalui pipa yang lain, dikatakan bahwa pipa-pipa itu

[image:35.595.157.480.124.244.2]

dihubungkan seri.

Gambar 2.4. Pipa Yang Dihubungkan Secara Seri

Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka pipa akan

dialiri oleh aliran yang sama. Total kerugian head pada seluruh sistem adalah

jumlah kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa, dirumuskan sebagai:

Q0 = Q1 = Q2 = Q3

Q0 = A1V1 = A2V2 = A3V3 (2.25) Lit.8

Σhl = hl1 + hl2 + hl3

Persoalan aliran yang menyangkut pipa seri sering dapat diselesaikan

dengan mudah dengan menggunakan pipa ekuivalen, yaitu dengan

menggantikan pipa seri dengan diameter yang berbeda-beda dengan satu pipa

ekuivalen tunggal. Dalam hal ini, pipa tunggal tersebut memiliki kerugian

head yang sama dengan system yang digantikannya untuk laju aliran yang

spesifik.

B. Sistem Perpipaan Susunan Paralel

Kombinasi dua atau lebih pipa yang dihubungkan seperti Gambar 2.5,

sedemikian rupa sehingga alirannya terbagi antara pipa-pipa itu kemudian

berkumpul lagi adalah sistem pipa paralel.

Dalam analisa sistem pipa paralel, diasumsikan bahwa

kerugian-kerugian kecil ditambahkan pada panjang masing-masing pipa sebagai

(36)

3

A 2

1

B

Gambar 2.5. Pipa Yang Dihubungkan Secara Paralel

Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel, total laju

aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi

head pada sebuah cabang sama dengan pada yang lain, dirumuskan sebagai:

Q0 = Q1 + Q2 + Q3

Q0 = A1V1 + A2V2 + A3V3 (2.26) Lit.8

hl = hl1 = hl2 = hl3

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa persentase aliran yang

melalui setiap cabang adalah sama tanpa memperhitungkan kerugian head

pada cabang tersebut.

Rugi head pada setiap cabang boleh dianggap sepenuhnya terjadi akibat

gesekan atau akibat katup dan perlengkapan pipa, diekspresikan menurut

panjang pipa atau koefisien losses kali head kecepatan dalam pipa.

dirumuskan sebagai: ... 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1

1  =

   + =     + =     +

g v K d L f g v K d L f g v K d L

f L L L

diperoleh hubungan kecepatan:

(

)

(

)

+

+ = 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 / / kL d L f kL d L f V V

(2.27) Lit.3

(37)

Dalam perencanaan pompa untuk memindahkan fluida dari suatu tempat

ke tempat lain dengan head tertentu diperlukan beberapa syarat utama, antara lain:

a. Kapasitas

Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa per

satuan waktu. Kapasitas pompa ini tergantung pada kebutuhan yang

harus dipenuhi sesuai dengan fungsi pompa yang direncanakan.

b. Head Pompa

Head pompa adalah ketinggian dimana kolom fluida harus naik untuk

memperoleh jumlah yang sama dengan yang dikandung oleh satuan

bobot fluida pada kondisi yang sama. Head ini ada dalam tiga bentuk,

yaitu:

- Head Potensial

Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum

plane). Jadi suatu kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi

yang disebabkan oleh posisinya atau disebut fluida mempunyai head

sebesar Z kolom air.

- Head Kecepatan

Head kecepatan atau head kinetik, yaitu suatu ukuran energi kinetik

yang dikandung fluida yang disebabkan oleh kecepatannya dan

dinyatakan dengan persamaan V2/2g .

- Head Tekanan

Head tekanan adalah energi yang dikandung fluida akibat tekanannya

dan dinyatakan dengan P/γ .

Head total pompa diperoleh dengan menjumlahkan head yang disebut di

atas dengan kerugian-kerugian yang timbul dalam instalasi pompa (Head

mayor dan Head minor).

c. Sifat Zat Cair

Sifat-sifat fluida kerja sangat penting untuk diketahui sebelum

perencanaan pompa.

Pada perencanaan ini, temperatur air dianggap sama dengan temperatur

kamar.

(38)

Pada perancangan ini direncanakan pompa yang mempunyai konstruksi

kokoh dan dapat menjamin tidak terjadinya kebocoran sama sekali. Hal

ini direncanakan dengan merancang sistem penggerak pompa dan bagian

utama poros sebagai satu unit kesatuan. Umumnya unit penggerak

pompa yang biasanya dipakai adalah motor bakar, motor listrik dan

turbin uap.

Bila pipa dipasangkan dengan pompa maka akan ada penambahan energi sebesar

Hp. Head pompa itu sendiri merupakan energi yang harus ditambahkan pompa ke

dalam fluida untuk memindahkan fluida tersebut dari tempat yang memiliki head

rendah ke tempat dengan head yang tinggi. Untuk menyelesaikan persoalan di atas

digunakan persamaan Bernoulli, yaitu:

L

P Z H

g V P H Z g V P + + + = + + + 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 γ γ Atau

P

(

Z Z

)

HL g

V V P P

H = − + − + 21 +

2 1 2 2 1 2 2

γ (2.29) Lit.4

dimana:

γ 1

2 P

P

adalah perbedaan head tekanan

g V V 2 2 1 2

2 − adalah perbedaan head kecepatan

Z2 – Z1 adalah perbedaan head statis

HL adalah head losses total

Untuk menghitung besarnya daya yang dibutuhkan pompa, adalah sebagai

berikut: p p p H Q N η γ × ×

= (2.30) Lit.7

dimana: NP = Daya pompa (kW)

γ = Berat jenis fluida (kN/m3) Q = Laju aliran fluida (m3/s)

(39)

BAB III

PERENCANAAN PIPA PADA SISTEM JARINGAN PIPA

3.1. Jumlah Pemakaian Air

Dalam merencanakan suatu sistem jaringan pipa yang dipergunakan

untuk mendistribusikan air bersih pada suatu suatu hotel, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan yaitu kebutuhan air secara keseluruhan yang meliputi

kebutuhan kamar dan juga fasilitas yang tersedia di hotel.

3.1.1 Metode Penentuan Kapasitas Aliran

Dalam menentukan tepat dan akuratnya kapasitas air yang diperlukan

untuk suatu bangunan sangat sulit. Maka dalam hal ini metode yang digunakan

adalah metode penaksiran. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menaksir

besar laju aliran air [Literatur 6], antara lain:

a. Berdasarkan jumlah pemakai

b. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

c. Berdasarkan unit beban alat plambing

a. Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai

Metoda ini didasarkan pada pemakaian air rata – rata sehari dari setiap

penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian

air sehari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum

ditentukan. Metoda ini praktis untuk tahap perencanaan atau juga perancangan.

Apabila jumlah penghuni diketahui, atau ditetapkan, untuk sesuatu gedung

maka angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata – rata sehari

berdasarkan “standar” mengenai pemakaian air per orang per hari untuk sifat

penggunaan gedung tersebut. Tetapi kalau jumlah penghuni tidak dapat diketahui,

biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian per

luas lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai efektif,

(40)

yang diperoleh dengan metoda ini biasanya digunakan untuk menentukan volume

tangki bawah, tangki atap, pompa, dsb. Sedangkan ukuran pipa yang diperoleh

dengan metoda ini hanyalah pipa penyediaan air ( misalnya pipa dinas), dan bukan

untuk menentukan ukuran pipa – pipa dalam seluruh jaringan.

b. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

Metoda ini digunakan apabila dkondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui,

misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus diketahui jumlah

dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut. Lihat tabel 3.1 sebagai

[image:40.595.107.486.318.543.2]

referensi

Tabel 3.1. Faktor Pemakaian (%) dan Jumlah Alat Plumbing

Jumlah alat plumbing Jenis Alat plumbing

1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100

Kloset dengan

Katup gelontor

1 50

satu 50 2 40 3 30 4 27 5 23 6 19 7 17 7 15 8 12 9 10 10 Alat plambing Biasa

1 100

dua 75 3 55 5 48 6 45 7 42 10 40 13 39 16 38 19 35 25 33 33

Sumber:[Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M. Noerbambang hal 66]

c. Penaksiran Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing

Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture

unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat

plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan

kurva pada gambar 3.3 Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit

(41)

penggunaan serempak dari alat – alat plambing. Tabel 3.6 memberikan besarnya

unit beban untuk setiap alat plambing.

3.1.2. Perhitungan Kapasitas Aliran

Pada skripsi ini digunakan metode Fixture Unit untuk menghitung

kapasitas aliran. Hotel berada pada lantai 9 sampai dengan lantai 11, sedangkan

lantai 8 digunakan sebagai parkir dan perkantoran. Sistem perpipaan terbagi dua,

Lantai 11 dan 10 ( 3rd Floor dan 2nd Floor Hotel) Dilayani melalui sistem

perpipaan menggunakan pompa Booster. Sedangkan Lantai 9 dan Lantai 8 ( 1st

Floor Hotel dan P4) dilayani oleh sistem perpipaan menggunakan gaya gravitasi.

Sedangkan Sumber air berasal air sumur bor dan juga air dari PDAM.

Perhitungan kapasitas dibuat berdasarkan sistem dan lantai, seperti di

bawah ini :

3.1.2.a. Sistem Perpipaan Menggunakan Pompa Booster

[image:41.595.108.515.430.699.2]

Lantai 11

Tabel 3.2 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 11

Ruangan Jenis alat Plambing Jenis Penyediaan air Unit Alat Plambing (WSFU) Total Unit Alat Plambing (WSFU) Ruangan Jumlah Ruangan Total WSFU Kamar 1 kloset, 1 lavatory, 1 shower Tangki gelontor Keran Keran 3 1 2 6 FU

79 Kamar 474

President Room 2 kloset, 3 lavatory, 1 shower, 1 bathtub Tangki gelontor Keran Keran Keran 3 1 2 2

13 FU 1 Kamar 13

Regency Lounge 2 kloset, 2 lavatory Katup gelontor Keran 10 2

24 FU 1

Ruangan 24

TOTAL FIXTURE UNIT LANTAI 11 511

(42)
[image:42.595.109.513.498.748.2]

Lantai 10

Tabel 3.3 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 10

Ruangan Jenis alat Plambing Jenis Penyediaan air Unit Alat Plambing (WSFU) Total Unit Alat Plambing (WSFU) Ruangan Jumlah Ruangan Total WSFU Kamar 1 kloset, 1 lavatory, 1 shower Tangki gelontor Keran Keran 3 1 2 6 FU

75 Kamar 450

TOTAL FIXTURE UNIT LANTAI 10 450

FU

Jadi Total Nilai Peralatan Sistem Menggunakan Pompa Booster = 961 FU

atau dari tabel 3.8 didapat 12,74716 l/s

3.1.2.b. Sistem Perpipaan Menggunakan Gaya Gravitasi

Lantai 9

Tabel 3.4 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 9

Ruangan Jenis alat Plambing Jenis Penyediaan air Unit Alat Plambing (WSFU) Total Unit Alat Plambing (WSFU) Ruangan Jumlah Ruangan Total WSFU Kamar 1 kloset, 1 lavatory, 1 shower Tangki gelontor Keran Keran 3 1 2 6 FU

45 Kamar 270

Male Toilet 4 kloset,

3 lavatory, 5 Urinal stall Katup gelontor Keran Katup gelontor 10 2 5

71 FU 1

Ruangan 71 Female Toilet 6 kloset, 4 lavatory Katup gelontor 10 2

68 FU 1

(43)

Keran

Toilet 1 4 kloset,

4 lavatory Katup gelontor Keran 10 2

48 FU 1

Ruangan 48

Toilet 2 2 kloset,

2 lavatory Katup gelontor Keran 10 2

24 FU 1

Ruangan 24

The Kitchen 12 standard Kitchen sink 6 Water Heater Keran Katup Bola 5 2

72 1

Ruangan 72

TOTAL FIXTURE UNIT LANTAI 9 553

FU

[image:43.595.110.511.344.756.2]

Lantai 8 ( P4 )

Tabel 3.5 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 8 ( P4 )

Ruangan Jenis alat Plambing Jenis Penyediaan air Unit Alat Plambing (WSFU) Total Unit Alat Plambing (WSFU) Ruangan Jumlah Ruangan Total WSFU Tempat Wudhu

5 Keran Air Keran 2

10 FU 1

Ruangan 10 Male Locker 2 kloset, 2 lavatory, 4 Urinal stall 2 Shower Katup gelontor Keran Katup gelontor Keran 10 2 5 4

52 FU 1

Ruangan 52 Female Locker 3 kloset, 2 lavatory 2 Shower Katup gelontor Keran Keran 10 2 4

42 FU 1

Ruangan 42 Toilet Driver 1 kloset, 1 lavatory 2 Urinal Stall Katup gelontor Keran Katup gelontor 10 2 5

22 FU 1

Ruangan 22

Klinik 1 lavatory Keran 1 1 FU 1

Ruangan 1

Kantin 1 service sink

Keran 4 4 FU 1

Ruangan 4

(44)

renang renang

TOTAL FIXTURE UNIT LANTAI 8 137

FU

Total Nilai Peralatan Sistem Menggunakan Gaya Gravitasi = 690 FU atau

dari tabel 3.8 didapat 10,0316 l/s

Jadi Total Kebutuhan Air Seluruh Sistem = 961 + 690= 1651 FU, atau dari

(45)
[image:45.595.107.518.124.744.2]

Tabel 3.6 Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin.1)

Jenis

alat plambing2)

Jenis Penyediaan Air Unit alat plambing3) Keterangan Untuk Pribadi4) Untuk Umum5)

Kloset Katup gelontor 6 10

Kloset Tangki gelontor 3 5

Peturasan dengan

tiang

Katup gelontor - 10

Peturasan terbuka

(urinal stall)

Katup gelontor - 5

Peturasan terbuka

(urinal stall)

Tangki gelontor - 3

Bak cuci (kecil) Keran 0,5 1

Bak cuci tangan Keran 1 2

Bak cuci tangan,

untuk kamar

operasi

Keran - 3

Bak mandi

rendam (bath tub)

Keran pencampur

air dingin dan

panas

2 4

Pancuran mandi

(shower)

Keran pencampur

air dingin dan

panas

2 4

Pancuran mandi

tunggal

Keran pencampur

air dingin dan

panas

2 -

Satuan kamar

mandi dengan bak

Kloset dengan

katup gelontor

(46)

mandi rendam

Satuan kamar

mandi dengan bak

mandi rendam

Kloset dengan

tangki gelontor

6 -

Bak cuci bersama (untuk tiap keran) - 2

Bak cuci pel Keran 3 4 Gedung kantor,

dsb.

Bak cuci dapur Keran 2 4 Untuk umum :

hotel atau

restoran, dsb

Bak cuci piring Keran - 5

Bak cuci Pakaian

(satu sampai tiga)

Keran 3 -

Pancuran minum Keran air minum - 2

Pemanas air Katub bola - 2

Sumber:[Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M. Noerbambang hal 68]

Catatan : 1)Alat plambing yang airnya mengalir secara kontinyu harus

dihitung secara terpisah, dan ditambahkan pada jumlah unit alat

plambing. 2)

Alat plambing yang tidak ada dalam daftar dapat diperkirakan

dengan membandingkan dengan alat plambing yang mirip/

terdekat. 3)

Nilai unit alat plambing dalam tabel ini adalah keseluruhan.

Kalau digunakan air dingin dan air panas, unit alat plambing

maksimum masing – masing untuk air dingin dan air panas diambil

tigaperempatnya. 4)

Alat plambing untuk keperluan pribadi dimaksudkan pada rumah

pribadi atau apartement, di mana pemakaiannya tidak terlalu

(47)

5)

Alat plambing untuk keperluan umum dimaksudkan yang

dipasang dalam gedung kantor, sekolah, pabrik, dsb, dimana

[image:47.595.161.461.205.699.2]

pemakaiannya cukup sering.

Tabel 3.7 Ukuran Minimum Dari Peralatan pipa penyedia air

No Nama alat plambing

Ukuran

inchi mm

1 Kloset

( dengan katup gelontor) 1 25,4

2 Kloset

( dengan tangki gelontor) 3/8 9,5

3 Peturasan [1”(25,4mm)]

( dengan katup gelontor) 1 25,4

4 Peturasan [3/4”(19mm)]

( dengan katup gelontor) 3/4 19

5 Peturasan

( dengan tangki gelontor) 1/2 12,7

6 Sink (service,slop) 1/2 12,7

7 Sink (flushing, rim) 3/4 19

8 Bak cuci tangan biasa (lavatory) 3/8 9,5

9 Bak cuci dapur (sink) (pribadi) 1/2 12,7

10 Bak cuci dapur (sink) (umum) 3/4 19

11 Bak mandi rendam (bathtub) 1/2 12,7

12 Pancuran mandi (shower) 1/2 12,7

13 Mesin pencuci piring (pribadi) 1/2 12,7 14 Kombinasi sink dan tempat cuci pakaian 1/2 12,7

15 Kran air minum 3/8 9,5

16 Tempat cuci pakaian 1/2 12,7

(48)

Catatan: untuk peralatan yang tidak ada di tabel, ukuran minimum dari peralatan

tersebut dapat diambil dari peralatan yang diperkirakan hampir sama

Tabel 3.8 Tabel Estimasi Kebutuhan

Sistem yang didominasi penggunaan

Tangki gelontor

Sistem yang didominasi penggunaan

Katup gelontor

Beban Kebutuhan Beban Kebutuhan

Water Supply

Fixture Unit

(WSFU)

gpm l/s gpm l/s

1 3 0,19 1

2 5 0,32 2

3 6,5 0,41 3

4 8 0,51 4

5 9,4 0,59 5 15 0,95

6 10,7 0,68 6 17,4 1,1

7 11,8 0,74 7 19,8 1,25

8 12,8 0,81 8 22,2 1,4

9 13,7 0,86 9 24,6 1,55

10 14,6 0,92 10 27 1,7

12 16 1,01 12 28,6 1,8

14 17 1,07 14 30,2 1,91

16 18 1,14 16 31,8 2,01

18 18,8 1,19 18 33,4 2,11

20 19,6 1,24 20 35 2,21

25 21,5 1,36 25 38 2,4

30 23,3 1,47 30 42 2,65

35 24 1,57 35 44 2,78

40 26,3 1,66 40 46 2,9

45 27,7 1,76 45 48 3,03

(49)

60 32 2,02 60 54 3,41

70 35 2,21 70 58 3,66

80 38 2,4 80 61,2 3,86

90 41 2,59 90 64,3 4,06

100 43,5 2,74 100 67,5 4,26

120 48 3,03 120 73 4,61

140 52,5 3,31 140 77 4,86

160 57 3,6 160 81 5,11

180 61 3,85 180 85,5 5,39

200 65 4,1 200 90 5,68

250 75 4,73 250 101 6,37

300 85 5,36 300 108 6,81

400 105 6,62 400 127 8,01

500 124 7,82 500 143 9,02

750 170 10,73 750 177 11,17

1000 208 13,12 1000 208 13,12

1250 239 15,08 1250 239 15,08

1500 269 16,97 1500 269 16,97

2000 325 20,5 2000 325 20,5

2500 380 23,97 2500 380 23,97

3000 433 27,32 3000 433 27,32

4000 525 33,12 4000 525 33,12

5000 593 37,41 5000 593 37,41

(50)
[image:50.595.108.539.467.728.2]

Tabel 3.9.1

Penentuan Ukuran Pipa Berdasarkan Pembatasan Kecepatan ( SI Unit)

Galvanized Iron and Steel Pipe, Standard Pipe Size

Ukuran Nominal, mm Aktual ID, mm

Kecepatan = 1,2m/s Kecepatan = 2,4m/s

Aliran q, gpm Beban (WSFU) (kol.A)1) Beban (WSFU) (kol.A)2) Gaya gesek p, Psi/100ft* Aliran q, gpm Beban (WSFU) (kol.A)1) Beban (WSFU) (kol.B)2) Gaya gesek p, Psi/100ft*

12,7 15,8 0,23 1,5 172,3 0,47 3,7 651,5

19 20,9 0,42 3 126,1 0,84 8,4 472,8

25,4 26,6 0,68 6,1 96,7 1,36 25,3 7,7 361,5

31,8 35,1 1,17 17,5 6 71,5 2,34 77,3 23,7 269

38,1 40,9 1,6 37 9,3 60,9 3,2 132,3 52 227

50,8 52,5 2,63 93 29,8 46,2 5,27 293 171,6 176,5

63,5 62,7 3,77 174 75,6 37,8 7,54 477 361 142,9

76,2 77,7 5,8 335 209 29,4 11,6 842 806 113,5

[image:50.595.111.537.469.724.2]

102 102,3 10 688 615 23,1 20,01 1930 1930 86,2

Tabel 3.9.2

Penentuan Ukuran Pipa Berdasarkan Pembatasan Kecepatan ( US Unit)

Galvanized Iron and Steel Pipe, Standard Pipe Size

Ukuran Nominal, inchi Aktual ID, inchi

Kecepatan = 4fps Kecepatan = 8fps

Aliran q, gpm Beban (WSFU) (kol.A)1) Beban (WSFU) (kol.A)2) Gaya gesek p, Psi/100ft* Aliran q, gpm Beban (WSFU) (kol.A)1) Beban (WSFU) (kol.B)2) Gaya gesek p, Psi/100ft*

½ 0,622 3,8 1,5 8,2 7,6 3,7 31

¾ 0,824 6,7 3 6 13,4 8,4 22,5

1 1,049 10,8 6,1 4,6 21,6 25,3 7,7 17,2

1 ¼ 1,380 18,6 17,5 6 3,4 37,2 77,3 23,7 12,8

1 ½ 1,610 25,4 37 9,3 2,9 50,8 132,3 52 10,8

2 2,067 41,8 93 29,8 2,2 83,6 293 171,6 8,4

2 ½ 2,469 59,8 174 75,6 1,8 119,6 477 361 6,8

3 3,068 92 335 209 1,4 184,0 842 806 5,4

4 4,026 158,6 688 615 1,1 317 1930 1930 4,1

(51)

1)

Kol. A untuk pemipaan yang tidak mendukung katup gelontor 2)

Kol. A untuk pemipaan yang mendukung katup gelontor

*Kerugian gesek p mempengaruhi laju aliran q untuk pemipaan yang mempunyai

kondisi permukaan yang cukup halus(fairly smooth surface) setelah beberapa

lama pemakaian, untuk kasus ini terapkan formula

q = 4,57 p0,546. d2,64

3.2 Pemilihan Jenis Pipa

Pada perancangan ini digunakan pipa Galvanized Iron. Adapun

keunggulan yang dimiliki pipa jenis ini dibandingkan pipa jenis lain ialah:

- Tidak mudah berkarat.

- Bahan aman digunakan untuk pendistribusian air bersih.

- Permukaan dinding dalamnya tidak terlalu kasar sehingga pengaruh

kehilangan tekanannya relatif kecil.

- Banyak tersedia di pasaran, dan harga ekonomis.

3.3 Penggunaan Chart Akurat Gesekan Pipa

Chart akurat gesekan pipa ini dibuat menggunakan diameter dalam aktual dari

pipa. Chart ini digunakan untuk mencari laju aliran fluida melalui berbagai ukuran

pipa yang memiliki kerugian gesekan pipa seragam yang spesifik, dengan

mengetahui karakteristik fluida yang diangkut pipa dan efeknya terhadap diameter

dalam pipa. Pada sistem ini digunakan bahan Galvanized iron, oleh karena itu

chart yang dipakai juga adalah untuk bahan ini ( ASTM A72, A120 FAIRLY

ROUGH SURFACE CONDITION ). Contoh penggunaan chart adalah seperti di

bawah ini :

1. Pertama tama kita harus mencari kerugian gesek seragam pipa dari

perhitungan (Pa/m).

2. Setelah itu kita menghitung jarak x dengan cara dibawah ini

(52)

=

[image:52.595.171.507.256.682.2]

X = 2,7767 mm

Gambar 3.1 Chart Galvanized Iron Standard Weight Pipe

(53)
[image:53.595.219.561.82.366.2]

3/4

Gambar 3.2. Contoh Perhitungan Diameter Menggunakan Chart

3. Lalu ditarik garis lurus vertikal dari titik x ke atas. Pada contoh ini kita

mencari laju aliran minimum untuk pipa ukuran ¾". Garis lurus vertikal

yang ditarik dari titik x tadi berpotongan dengan garis diameter ¾" di y.

dari titik y itu ditarik lagi garis horizontal ke kiri. Didapatlah titik z.

4. Titik z terletak di antara 0,4 l/s dan 0,6 l/s. Kita mengukur jarak antara titik

0,4 ke titik z, dan jarak dari titik 0,4 ke 0,6. Setelah itu kita dapat

menghitung laju aliran minimum untuk pipa ¾" seperti di bawah ini :

=

(54)

3.4 Metoda Detail Untuk Menentukan Ukuran Pipa Sistem di Dalam

Bangunan

1.Mendapatkan informasi yang tepat mengenai Bangunan, contoh : jenis peralatan

yang menggunakan air yang akan dipasang, jenis pipa yang akan dipakai, tekanan

yang tersedia dari sumber distribusi, ketinggian bangunan atau ketinggian dari

sumber distribusi ke tempat yang dituju, dan informasi – informasi lainnya yang

dibutuhkan dalam basis menentukan ukuran pipa di dalam sistem.

2.Membuat gambar sistematis bertingkat dari seluruh sistem air (dalam skripsi ini

sistem distribusi air dingin). Tunjukkan semua peralatan yang menggunakan air

dengan huruf, angka, maupun kombinasi keduanya.

3.Tandai pada gambar skematik pada setiap bagian dari sistem komplit, jumlah air

dingin dan air panas yang dialirkan pipa sesuai dengan WSFU (Water Supply

Fixture Unit) yang dapat dilihat dari Tabel 3.6

4.Tandai pada gambar skematik, sesuai dengan notasi Fixture unit, kebutuhan air

dalam galon per menit(gpm) ataupun liter per detik(l/s) yang didapat dari Tabel

3.8

5.Tandai pada gambar skematik, bagian dari sistem yang peralatannya

diperkirakan menggunakan air secara kontinu, seperti : sumber air untuk taman,

irigasi, air untuk alat pendingin, mesin refrigasi, dan peralatan lain yang serupa,

yang menggunakan air secara kontiniu pada saat beban puncak. Tambahkan

jumlah kebutuhan air secara kontinu ini dengan kebutuhan air yang didapat

berdasarkan WSFU.

6.Tentukan ukuran dari semua ukuran pipa yang berhubungan langsung dengan

(55)

7.Tentukan ukuran pipa lainnya dengan sesuai dengan batasan kecepatan yang

direkomendasikan perusahaan pembuat pipa untuk mencegah kegagalan produk

mereka, sesuai dengan Tabel 3.9.1 atau Tabel 3.9.2

8.Tentukan dari sistem, bagian mana yang merupakan Basic Design Circuit(BDC)

atau jalur utama yang ukuran pipanya akan dirancang ulang sesuai dengan batasan

kerugian gesek. Jalur utama ini adalah jalur pipa dari pusat distribusi ke peralatan

yang paling jauh tempatnya dari pusat tekanan.

9. Misalkan kondisi tanpa aliran dalam sistem. Kalkulasikan jumlah tekanan yang

tersedia pada tempat terjauh dari sumber distribusi(di bagian paling atas atau

paling bawah dari sistem, tergantung dimana sumber distribusinya). ( 1 feet water

column = 0,433 psi, dan 1 meter water column = 9,795 KPa)

10.Tandai pada skematik pipa, jumlah kerugian tekanan oleh karena gesekan

akibat dari kebutuhan yang melewati water meter, water softener, atau koil

pemanas air tanpa tangki yang mungkin dipasang pada sistem.

11.Kalkulasikan jumlah tekanan yang tersisa dan tersedia untuk kerugian akibat

kerugian gesek pada saat beban puncak melalui pipa, valve, fitting pada basic

design circuit (jalur utama). Kurangi dari tekanan statik yang masih ada dan

tersedia pada tempat paling tinggi( dari langkah 8) kerugian gesek dari water

meter, water softener(dari langkah 10).

12.Kalkulasikan jumlah total panjang ekivalen dari basic design circuit( jalur

utama) menggunakan Tabel 3.10 atau Tabel 3.11

13.Kalkulasikan kerugian tekanan seragam yang diijinkan untuk gesekan pada

pipa dari basic design circuit (jalur utama). Total tekanan yang tersedia untuk

kerugian sebagai kerugian gesek dari pipa, fitting, dan valve pada sirkuit( dari

langkah 11) harus dibagi dengan total panjang ekivalen dari sirkuit( dari langkah

(56)

untuk sirkuit dalam hubungan untuk kerugian tekanan, dalam psi/ft (Pa/m) untuk

total panjang ekivalen. Kalikan nilai ini dengan 100 untuk membuatnya menjadi

psi/100 ft.

14.Buat Tabel sizing( pengukuran) yang menunjukkan laju aliran, untuk berbagi

ukuran yang berbeda dari pipa yang akan digunakan, sesuai dengan kerugian

tekanan seragam yang diijinkan untuk gaya gesek pipa(Pipe Friction) untuk basic

design circuit(dari langkah 13). Ukuran dari tabel didapat dari Gambar 3.1

15.Tentukan lagi ukuran pipa dari basic design circuit(jalur utama) menggunakan

tabel dari langkah 14. Dimana ukuran yang didapat dari langkah 15 ini mungkin

berubah dari yang didapat dari langkah 7( berdasarkan batasan kecepatan).

Ukuran pipa dari langkah ini sesuai untuk diaplikasikan sesuai dengan batasan

daripada gesekan( Limitation of Friction).

16.Ukuran pipa bisa saja berubah dari ukuran yang ditentukan pada langkah 15

untuk pertimbangan tertentu, seperti untuk pertimbangan untuk menghindarkan

(57)
[image:57.842.176.697.145.410.2]

Tabel 3.10

Panjang Ekivalen Untuk Fitting dan Valve ( SI Units )

Pipa Standar

Sumber:[Plumber’s and Pipe Fitter’s Calculation Manual, R Dodge Woodson hal 34]

Fitting/ Valve

Panjang ekivalen dari pipa berbagai ukuran (m)

9,5 12,7mm 19 25,4 31,8 38,1 50,8 63,5 76,2 101,6 127 152,4

Belokan 450 0.2 0,4 0,5 0,5 0,7 0,9 1,2 1,5 1,8 2,4 3 3,6

Belokan 900 0,3 0,6 0,8 0,9 1,2 1,5 2,1 2,4 3 4,3 5,2 6,1

T Lurus 900 0,1 0,2 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,8 0,9 1,2 1,5 1,8

T Cabang 900 0,5 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 3 3,6 4,6 6,4 7,6 9,1

Gate Valve 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,8 1 1,2

Balancing Valve 0,24 0,33 0,45 0,57 0,67 0,91 1,12 1,37

Plug type cock 0,24 0,33 0,45 0,57 0,67 0,91 1,12 1,37

Check Valve,swing 1,7 2,56 3,41 4,26 5,12 6,82 8,53 10,24

Globe Valve 2,4 4,6 6,1 7,6 10,6 13,7 16,7 19,8 24,3 38 42,6 50,2

(58)
[image:58.595.111.565.148.428.2]

Tabel 3.11

Panjang Ekivalen Untuk Fitting dan Valve ( US Customary Units )

Pipa Standar

Sumber:[Plumber’s and Pipe Fitter’s Calculation Manual, R Dodge Woodson hal 34]

Fitting/ Valve Panjang ekivalen dari pipa berbagai ukuran

(feet)

⅜" ½" ¾" 1" 1¼" 1½" 2" 2½" 3" 4" 5" 6" Belokan 450 0,6 1,2 1,5 1,8 2,4 3 4 5 6 8 10 12

Belokan 900 1 2 2,5 3 4 5 7 8 10 14 17 20

T Lurus 900 0,3 0,6 0,8 0,9 1,2 1,5 2 2,5 3 4 5 6

T Cabang 900 1,5 3 4 5 6 7 10 12 15 21 25 30

Gate Valve 0,2 0,4 0,5 0,6 0,8 1 1,3 1,6 2 2,7 3,3 4

Balancing Valve 0,8 1,1 1,5 1,9 2,2 3 3,7 4,5

Plug type cock 0,8 1,1 1,5 1,9 2,2 3 3,7 4,5

CheckValve,swing 5,6 8,4 11,2 14 16,8 22,4 28 33,6

Globe Valve 8 15 20 25 35 45 55 65 80 125 140 165

(59)
[image:59.595.105.515.103.386.2]

Tabel 3.12. Tekanan yang dibutuhkan alat plambing

Sumber: [Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.

Noerbambang hal 50]

1),2)

Tekanan minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset, dan urinal

yang dimuat dalam tabel ini adalah tekanan statik pada waktu air mengalir, dan

tekanan maksimumnya adalah 4 kg/cm2.

3)

Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatik, kalau tekanan airnya

kurang dari yang minimum dibutuhkan maka katup tidak akan dapat menutup

dengan rapat, sehingga air masih akan menetes dari keran.

4)

Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas, tekanan minimum yang

dibutuhkan biasanya dinyatakan.

Fixture Tekanan yang

dibutuhkan

(kg/cm2)

Tekanan

standar

(kg/cm2)

Katup Gelontor Kloset 0,71)

Katup Gelontor Peturasan 0,42)

Keran yang menutup sendiri,

otomatik

0,73)

Pancuran mandi, dengan pancaran

halus tajam

0,7 1,0

Pancuran mandi (biasa) 0,35

Keran biasa 0,3

Pemanas air langsung, dengan

bahan bakar gas

(60)
[image:60.595.170.479.145.642.2]

Gambar 3.3 Kurva Perhitungan Kebutuhan

(61)
(62)
(63)

3.5. Penentuan Ukuran Pipa Distribusi Air Bersih Dingin Hotel

3.5.1. Penentuan Ukuran Pipa Pada Jaringan Menggunakan Pompa Booster

1. Semua data diperoleh dari peta lokasi hotel per tingkat, dan juga hasil

survey.

2. Gambar skematik bertingkat lantai 10 dan 11 telah dibuat dengan panjang

pipa sesuai dengan skala 1:400, dan untuk memudahkan

penggambaran(Karena Jumlah Fixture Unit dan jenis peralatan kamar

mandi di setiap kamar serupa), di peta, kamar hanya disimbolkan dengan

K saja.

3. Notasi telah dibuat untuk menunjukkan jumlah air dingin yang diangkut

oleh pipa berdasarkan Water Supply Fixture Unit (WFSU). Nilai Fixture

unit ditunjukkan angka yang tidak dikurung.

4. Kebutuhan air yang dibawa sesuai WSFU telah dibuat dalam l/s( liter/

detik ). Nilai ini didapat dari Tabel 3.8 dengan system yang didominasi

tangki gelontor ( flush tank).

5. Pada jaringan pipa ini, tidak ada peralatan yang membutuhkan air secara

terus menerus(continuously).

6. Semua pipa penyuplai air untuk peralatan individual ( kloset, lavatory,

dll), telah ditentukan ukurannya dalam gambar skematik sesuai dengan

ukuran pipa minimum peralatan dari Tabel 3.7.

7. Semua pipa dari jaringan telah ditentukan ukurannya pada gambar sesuai

dengan batas kecepatan yang disarankan perusahaan pipa. Untuk Jaringan

ini, Batas kecepatan 2,4 m/s ( 8 fps). Sizing ataupun penentuan ukuran

(64)
[image:64.595.159.466.152.747.2]

Tabel 3.13. Hasil Pengukuran Pipa Berdasarkan Batas Kecepatan dan

Perubahan Diameternya Akibat Friction Limit (Sistem Booster Pump)

Pipa

Nomor

Water Supply Fixture Unit Q

(L/s)

D^

(inchi)

D*

(inchi)

1 12 1,01 1" 1½"

2 24 1,336 1" 1½"

3 36 1,588 1¼" 1½"

4 48 1,808 1¼" 1½"

5 54 1,912 1¼" 1½"

6 12 1,01 1"

7 21 1,264 1"

8 33 1,53 1¼"

9 61 2,039 1¼"

10 97 2,695 1½"

11 121 3,044 1½"

12 175 3,7875 2" 2½"

13 187 3,9375 2" 2½"

14 235 4,541 2" 2½"

15 283 5,1458 2" 2½"

16 319 5,5994 2½" 3"

17 331 5,7506 2½" 3"

18 367 6,2042 2½" 3"

19 391 6,5066 2½" 3"

20 439 7,088 2½" 3"

21 487 7,664 3"

22 535 8,2274 3"

23 583 8,78612 3"

24 631 9,34484 3"

25 679 9,90356 3"

26 703 10,18292 3" 4"

(65)

Catatan:

D^ = Diameter hasil pengukuran dengan batas kecepatan

D* = Perubahan Diameter, hasil pengukuran dari table 3.14

8. Sirkuit Utama telah ditandai pada gambar skematik dengan notasi huruf

dari A sampai G.

9. Dimisalkan kondisi tanpa aliran pada system jaringan pipa. Kelebihan

tekanan yang masih tersedia pada sumber (roof floor) setelah dikurangkan

dengan tekanan minimum yang dibutuhkan oleh peralatan( dalam hal ini

kamar) yang paling jauh dari lantai teratas(roof floor) untuk memenuhi

kepuasan kondisi suplai adalah seperti di bawah ini:

28 18 1,19 1"

29 30 1,47 1¼"

30 54 1,912 1¼"

31 78 2,362 1½"

32 12 1,01 1"

33 18 1,19 1"

34 12 1,01 1"

35 36 1,588 1¼"

36 114 2,943 1½"

37 126 3,114 1½"

38 150 3,455 1½"

39 853 11,71468 4"

40 12 1,01 1"

41 36 1,588 1¼"

42 60 2,02 1¼"

43 84 2,476 1½"

44 937 12,51772 4"

45 24 2,362 1½"

(66)

Jarak Lantai : 12-11 = 2 meter

11-10 = 4 meter

Kamar terjauh pada titik G memiliki 1 Lavatory, 1 closet, 1 shower.

Lavatory = 0,3 kg/cm2 = 29,43 KPa

Closet = 0,7 kg/cm2 = 68,67 KPa

Shower = 0,7 kg/cm2 = 68,67 KPa

Diambil tekanan peralatan paling tinggi yaitu = 68,67 KPa

Tekanan dari pompa untuk Pressure Losses pada Pipa pada rancangan ini

diambil 0,2 bar.

Tekanan statik pada lantai atap yang tersedia untuk kerugian gesek

= 0,2 bar + (6 × 9,795) KPa – 68,67 KPa

= 20 KPa + 58,77 KPa – 68,67 Kpa = 10,1 KPa = 10.100 Pa

10.Pada Sistem jaringan ini water meter ataupun meteran air terdapat pada

jalur Clean Water Riser( jalur pipa dari pompa bawah tanah ke tangki atas

di roof floor).

11. Jumlah tekanan maksimum yang tersedia untuk gesekan di dalam pipa,

valve, dan fitting adalah = 10.100 Pa

12.Dengan menggunakan ukuran pipa yang didapat dari langkah 7, yang

dibuat berdasarkan batasan kecepatan, didapat Tabel panjang ekivalen

untuk sirkuit utama seperti pada Tabel 3.15

13.Kerugian tekanan seragam maksimum untuk gesekan pada si

Gambar

Tabel 2.1 Nilai kekasaran dinding untuk berbagai pipa komersil
Gambar 2.4. Pipa Yang Dihubungkan Secara Seri
Tabel 3.1. Faktor Pemakaian (%) dan Jumlah Alat Plumbing
Tabel 3.2 Ruangan, Peralatan, dan Jumlah Fixture Unit Lantai 11
+7

Referensi

Dokumen terkait