PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH
PADA KOMPLEKS PERUMAHAN TANJUNG
GADING MENGGUNAKAN METODE HARDY
CROSS DENGAN KAJIAN PEMBANDING ANALISIS
EPANET 2.0
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
JUNI IHWANDA
NIM. 060401049
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada penulis sehinnga tugas akhir ini dapat selesai. Tugas akhir ini
disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan S-1 teknik
mesin pada fakultas Teknik USU.
Suka dan duka telah penulis lalui dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan
penulis menyadari sekali lagi bahwa hanya berkat rahmat dari Allah SWT dan
dukungan dari berbagai pihak yang selama ini telah banyak membantu penulis
baik materil maupun moral serta doa yang selalu mendorong penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu yaitu:
1.
Bapak Prof. DR. Ir. Bustami Syam, M.Eng. Dekan fakultas Teknik USU.
2.
Bapak DR. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin USU
3.
Bapak Prof. DR. Ir. Farel H Napitupulu, DEA. Selaku Dosen pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing penulis.
4.
Bapak dan Ibu staff pengajar di fakultas Teknik Mesin USU.
5.
Ibunda dan Alm. Ayahanda yang telah mengorbankan materil serta doa
yang selalu mengiringi setiap langkah.
6.
Keluaga besar abangda Edi mugiono ST beserta istri kakanda Deny Erlina
Damanik dan anak-anak nya Naufal, Alghi yang telah mengorbankan
materil dan yang telah memberikan pengarahan yang menjadi sumber
inspirasi.
7.
Keluarga besar abangda Muchlis beserta istri yang telah memberikan
motivasi dan pengarahan.
8.
Alm. teteh Ratna, Bang Mariono, Rini, Yogi, Mirna, Anggi yang telah
memberikan motivasi dan semangat.
9.
Eka muliani tersayang yang telah memberikan kasih sayang sehingga
selalu tegar melangkah serta doamu yang selalu mengiringi langkah.
10.
Tema-teman mesin stambuk 06 Arefau CST, Wanpau CST, Fahriza CST,
Alpian CST, Fai CST, Wirza CST, Eko CST, Kang Jamil CST, Munte
CST, Sutan CST, Danu CST, Fahrul CST, Fajar CST, Wendy CST, Aan
CST, Hamdi CST, Furqon CST, Yaser CST, Piko CST, Albert CST dan
semuanya yang telah memberikan motivasi.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam tugas akhir ini, oleh
karena itu penulis akan sangat berterima kasih apabila ada pihak yang dapat
memberikan kritik dan saran yang dapat membangun dalam menyempurnakan
tugas akhir ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Desember 2010
ABSTRAK
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Nilai koefisien kerugian untuk beberapa kelengkapan pipa
9
Tabel 2.2 Nilai kekasaran dinding untuk berbagai pipa komersil
10
Tabel 2.3 Koefisien kekasaran pipa Hazen-William
13
Tabel 3.1 Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari
28
Tabel 3.2 Kebutuhan air, jumlah penghuni dan fasilitas yang dilayani
pada setiap titik
36
Tabel 3.3 Besar kapasitas ditaksir, dimensi pipa dan bahan pipa
37
Tabel 3.4 Iterasi perhitungan untuk mencari koreksi kapasitas dan
kapasitas sebenarnya
39
Tabel 3.5 Besar kapasitas akhir aliran fluida dan dimensi pipa
49
Tabel 3.6 Estimasi pemakaian air per hari
50
Tabel 3.7 Pemakaian air pada periode I ( 00.00-06.00 ) WIB
50
Tabel 3.8 Pemakaian air pada periode II ( 06.00-12.00 ) WIB
51
Tabel 3.9 Pemakaian air pada periode III ( 12.00-18.00 ) WIB
51
Tabel 3.10 Pemakaian air pada periode IV ( 18.00-24.00 ) WIB
52
Tabel 3.11 Pemakaian air pada setiap periode
52
Tabel 4.1 Penentuan jumlah pompa
55
Tabel 4.2 Nilai head losses pipa terjauh
59
Tabel 4.3 Harga putaran dan kutubnya
61
Tabel 4.4 Klasifikasi impeller menurut putaran spesifik
62
Tabel 5.1 Nilai kapasitas, kecepatan aliran dan kerugian gesek out put
EPANET
72
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1
Kecepatan Aliran Melalui Saluran Tertutup
5
Gambar 2.2 Kecepatan Aliran Melalui Saluran Terbuka
5
Gambar 2.3 Ilustrasi Persamaan Bernoulli
14
Gambar 2.4 Pipa Yang Dihubungkan Secara Seri
16
Gambar 2.5 Pipa Yang Dihubungkan Secara Paralel
17
Gambar 2.6 Sistem Jaringa n Pipa
18
Gambar 2.7 Tampilan EPANET
25
Gambar 3.1 Instalasi Jaringan Distribusi Pipa Air Bersih pada
Kompleks Tanjung Gading dan arah aliran kapasitas awal
35
Gambar 3.2 Loop I
39
Gambar 3.3 Loop II
39
Gambar 3.4 Loop III
40
Gambar 3.5 Loop IV
40
Gambar 3.6 Loop V
41
Gambar 3.7 Loop VI
41
Gambar 3.8 Loop VII
42
Gambar 3.9 Loop VIII
42
Gambar 3.10 Loop IX
43
Gambar 3.11 Loop X
43
Gambar 3.12 Loop XI
44
Gambar 3.13 Loop XII
44
Gambar 3.14 Grafik estimasi pemakaian air
53
Gambar 4.1 Instalasi Pompa dan pipa
57
Gambar 4.2 Instalasi Pipa
58
Gambar 4.3 Daerah Kerja Beberapa Jenis Konstruksi Pompa Sentrifugal
60
Gambar 4.4 Grafik Efisiensi Pompa vs Putaran Spesifik
63
Gambar 5.1 Tampilan Map options
67
Gambar 5.2 Tampilan Defaults
67
Gambar 5.3
Latar belakang peta
68
Gambar 5.4 Input Junction
68
Gambar 5.5 Input Pipa
69
Gambar 5.6 Input pompa
69
Gambar 5.7 Input kurva pompa
70
DAFTAR LAMBANG
Simbol
Keterangan
A
Luas penampang
m
3Satuan
C
Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams
D
Diameter dalam
mm
f
Faktor gesekan pipa Darcy-Weisbach
g
Percepatan gravitasi
m/s
2hl
Head losses sepanjang pipa
m
Hp
Head pompa
m
Hst
Head statis
m
hf
Kerugian head mayor
m
hm
Kerugian head minor
m
K
Koefisien kerugian perlengkapan pipa
L
Panjang pipa
m
Nm
Daya motor listrik
kW
Np
Daya pompa
kW
n
sPutaran spesifik
rpm
P
Tekanan
kPa
p
Jumlah kutub
Q
Kapasitas pompa
m
3/s
Re
Bilangan Reynold
V
Kecepatan aliran
m/s
α
Faktor cadangan daya
γ
Berat jenis air
N/m
3ε
Kekasaran pipa
η
pEfisiensi pompa
%
η
tEfisiensi transmisi
%
υ
Viskositas kinematik air
m
2/s
π
Konstanta phi
ρ
Massa jenis air
kg/m
3ΔQ
Koreksi laju aliran loop
m
3/s
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat, sumber daya air
( water resource ) telah menjadi salah satu kekayaan sangat penting. Air
merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi umat manusia, untuk produksi
berbagai barang industri serta untuk produksi makanan dan serat kain.
Pengembangan sumber daya air ( water resource ) memerlukan adanya
konsepsi, perencanaan, perancangan, konstruksi, dan operasi fasilitas-fasilitas
untuk pengendalian dan pemanfaatan air. Pada dasarnya hal-hal tersebut
merupakan tugas para sarjana Teknik, tetapi jasa para ahli di bidang lain juga
dibutuhkan.
Untuk menjadi seorang yang ahli dalam bidang perencanaan dan perancangan
pendistribusian air tentu bukanlah suatu hal yang mudah, selain harus memiliki
dasar ilmu kesarjanaan teknik seperti peralatan mekanik, korosi, mekanika fluida,
pemilihan material, seni merancang jalur pipa dan banyak disiplin ilmu lain yang
harus dikuasai serta yang terpenting dari semua itu adalah pengalaman di
lapangan.
Dalam merancang suatu sistem jaringan sebagai pendistribusian air bersih
biasanya pipa yang tersusun dari beberapa buah pipa yang disusun secara seri
maupun paralel maka persoalan yang dihadapi belumlah begitu rumit, namun
banyak juga jalur pipa yang ada bukanlah suatu rangkaian yang sederhana
melainkan suatu sistem jaringan pipa yang sangat kompleks, sehingga
memerlukan penyelesaian yang lebih teliti. Dalam perencanaan itu hal-hal yang
perlu diperhitungkan diantaranya besarnya kapasitas dan kecepatan aliran dari
fluida yang melalui sistem jaringan pipa dan hal-hal lain yang diperlukan dalam
hal perencanaan.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1.
Untuk memperoleh besar kebutuhan total air air bersih yang dibutuhkan
oleh kompleks Tanjung Gading.
2.
Untuk memperoleh besar kapasitas pompa dan spesifikasi pompa yang
akan digunakan untuk mendistribusikan air bersih pada kompleks Tanjung
Gading serta volume tangki distribusinya.
3.
Untuk memperoleh jenis dan ukuran pipa yang akan digunakan untuk
mendistribusikan air bersih pada kompleks Tanjung Gading.
4.
Untuk membandingkan perhitungan menggunakan metode Hardy Cross dengan
EPANET 2.0.
1.3
Batasan Masalah
Pada perencanaan ini akan dibahas mengenai perancangan dan analisa
pendistribusian air bersih ke konsumen pada suatu sistem jaringan pipa di
komplek perumahan Tanjung Gading. Adapun batasan masalah dalam
menganalisa distribusi aliran pada tiap pipa antara lain kapasitas aliran fluida,
kerugian head yang terjadi pada tiap pipa dan ukuran pipa yang digunakan. Pada
perencanaan ini juga ditentukan spesifikasi pompa yang nantinya sesuai untuk
digunakan dalam pendistribusian air bersih, spesifikasi pompa serta simulasi
jaringan pemipaan menggunakan perangkat lunak EPANET.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 6 bab. Bab I meliput i latar
belakang, tujuan penulisan, batasan masalah dan sistematika penulisan dan
metodologi penulisan. Pada bab II meliputi metode pendistribusian air bersih,
kecepatan dan kapasitas aliran fluida, jenis aliran fluida, energi dan head, kerugian
head, persamaan Bernoulli, persamaan empiris aliran, sistem saluran pipa, sistem
jaringan, dasar perencanaan pompa, dan pengenalan EPANET.
menggunakan EPANET dan simulasi visualnya. Dan pada bab VI meliputi
kesimpulan.
1.5
Metodologi penulisan
Metodologi penyusunan skripsi ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Melakukan survey di Komplek Perumahan Tanjung Gading.
2.
Mengidentifikasi masalah dan merumuskan permasalahannya.
3.
Menggumpulkan data yang berhubungan dengan perancangan.
4.
Merancang kapasitas sesuai dengan kebutuhan.
5.
Merancang jaringan pemipaan.
6.
Menganalisa kapasitas jaringan pemipaan.
7.
Memilih pompa.
8.
Mensimulasikan jaringan hasil perencanaan sebagai bahan pembanding.
9.
Membandingkan hasil analisa manual dengan analisa menggunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metode Pendistribusian Air
Didalam pendistribusian air diperlukan suatu metode pendistribusian agar
air dapat mengalir dari sumber air ke para pelanggang. Adapun metode
pendistribusian air terdiri dari tiga tipe sistem yaitu :
2.1.1 Sistem Gravitasi
Metode pendistribusian dengan sistem gravitasi bergantung pada topografi
sumber daya air yang ada dan daerah pendistribusiannya. Biasanya sumber air
ditempatkan pada daerah yang tinggi dari daerah distribusinya. Air yang
didistribusikan dapat mengalir dengan sendirinya tanpa pompa. Adapun
keuntungan dengan sistem ini yaitu energi yang dipakai tidak membutuhkan
biaya, system pemeliharaannya murah.
2.1.2 Sistem Pemompaan
Metode ini menggunakan pompa dalam mendistribusikan air menuju
daerah distribusi. Pompa langsung dihubungkan dengan pipa yang menangani
pendistribusian. Dalam pengoperasiannya pompa terjadwal untuk beroperasi
sehingga dapat menghemat pemakaian energi. Keuntungan dari metode ini yaitu
tekanan pada daerah distribusi dapat terjaga.
2.1.3 Sistem gabungan keduanya
Metode ini merupakan gabungan antara metode gravitasi dan pemompaan
yang biasa digunakan untuk daerah distribusi yang berbukit-bukit.
2.2. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida
Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada
dinding pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan
biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam
masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada
penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya
menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang
disebutkan.
Gambar 2.1. Kecepatan Aliran Melalui Saluran Tertutup
Gambar 2.2. Kecepatan Melalui Saluran Terbuka
Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir
dalam suatu pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume,
berat atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju
aliran volume (m
3/s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s).
Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel menurut [3] yaitu:
Q = A . v
dimana: Q = laju aliran volume (m
3/s)
A = luas penampang aliran (m
2)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
Laju aliran berat fluida (W) menurut [3] dirumuskan sebagai:
W =
γ
. A . v
dimana: W = laju aliran berat fluida (N/s)
Laju aliran massa (M) menurut [3] dinyatakan sebagai:
M =
ρ
. A . v
dimana: M = laju aliran massa fluida (kg/s)
ρ
= massa jenis fluida (kg/m
3)
2.3. Jenis Aliran Fluida
Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar, aliran
transisi, dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapatkan dari hasil eksperimen yang
dilakukan oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran
menjadi 3 jenis. Jika air mengalir melalui sebuah pipa berdiameter d dengan
kecepatan rata-rata V maka dapat diketahui jenis aliran yang terjadi. Berdasarkan
eksperimen tersebut maka didapatkan bilangan reynold dimana bilangan ini
tergantung pada kecepatan fluida, kerapatan, viskositas, dan diameter. Aliran
dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti
lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi
apabila kecepatan kecil dan atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen jika
tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan
hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila
kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil. Bilangan Reynold (Re) menurut [6]
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
µ
ρ
.
d.
V
Re
=
dimana:
ρ
= massa jenis fluida (kg/m
3)
d = diameter pipa (m)
V= kecepatan aliran fluida (m/s)
µ
= viskositas dinamik fluida (Pa.s)
Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas
kinematik (v) maka bilangan Reynold menurut [6] dapat juga dinyatakan:
ρ
µ
=
v
sehingga
v
V
d.
Menurut [6], berdasarkan percobaan aliran didalam pipa, Reynolds
menetapkan bahwa untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguan aliran dapat
diredam oleh kekentalan zat cair maka disebut aliran laminar. Aliran akan menjadi
turbulen apabila angka Reynolds lebih besar dari 4000. Apabila angka Reynolds
berada di antara kedua nilai tersebut (2000 < Re < 4000) disebut aliran transisi.
2.4. Energi dan Head
Energi biasanya didenefisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
kerja. Kerja merupakan hasil pemanfaatan tenaga yang dimiliki secara langsung
pada suatu jarak tertentu. Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan N.m (Joule).
Setiap fluida yang sedang bergerak selalu mempunyai energi. Dalam menganalisa
masalah aliran fluida yang harus dipertimbangkan adalah mengenai energi
potensial, energi kinetik dan energi tekanan.
Energi potensial menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu aliran
fluida karena adanya perbedaan ketinggian yang dimiliki fluida dengan tempat
jatuhnya. Energi potensial (Ep) menurut [3] dirumuskan sebagai:
Ep = W . z
dimana: W = berat fluida (N)
z = beda ketinggian (m)
Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena
pengaruh kecepatan yang dimilikinya. Energi kinetik menurut [3] dirumuskan
sebagai:
dimana: m = massa fluida (kg)
v = kecepatan aliran fluida (m/s
2)
jika:
g
W
m
=
maka:
g
v
W
Ek
2
.
2
1
=
Energi tekanan disebut juga dengan energi aliran yaitu jumlah kerja yang
dibutuhkan untuk memaksa elemen fluida bergerak menyilang pada jarak tertentu
dan berlawanan dengan tekanan fluida. Besarnya energi yang disebabkan tekanan
(Ef) menurut [3] dirumuskan sebagai:
Ef = p . A . L
dimana: p = tekanan fluida (N/m
2)
A = luas penampang aliran (m
2)
L = panjang pipa (m)
Besarnya energi tekanan menurut [3] dapat juga dirumuskan sebagai berikut:
γ
W
p
Ef
=
.
dimana:
γ
= berat jenis fluida (N/m
3)
W = berat fluida (N)
Total energi yang terjadi merupakan penjumlahan dari ketiga macam energi diatas
menurut [3] dirumuskan sebagai:
γ
pW
g
Wv
Wz
E
=
+
+
2
.
2
1
Persamaan ini dapat dimodifikasi untuk menyatakan total energi dengan head (H)
dengan membagi masing-masing variabel di sebelah kanan persamaan dengan W
(berat fluida) menurut [3] dirumuskan sebagai:
γ
p
g
v
z
H
=
+
+
2
2
Dengan: z = head elevasi (m)
g
v
2
2
= head kecepatan (m)
γ
p
= head tekanan (m)
2.5. Kerugian Head
2.5.1 Kerugian Head Minor
Pada suatu jalur pipa terjadi kerugian karena kelengkapan pipa seperti
belokan,siku, sambungan, katup dan sebagainya yang disebut dengan kerugian
kecil (minor losses).
Besarnya kerugian minor akibat adanya kelengkapan pipa menurut [4]
dirumuskan sebagai:
g
v
k
hm
2
2
.
=
dimana:
k = koefisien kerugian (dari lampiran koefisien minor losses
peralatan pipa)
v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)
Besarnya nilai koefisien kerugian minor untuk beberapa kelengkapan pipa dapat
dilihat pada table berikut.
Tabel 2.1 Nilai koefisien kerugian untuk beberapa kelengkapan pipa
Nominal diameter
(in )
Screwed
Flanged
1/2
1
2
4
1
2
4
8
20
Valves (fully open) :
Globe
14
8,2
6,9
5,7
13
8,5
6,0
5,8
5,5
Gate
0,30
0,24
0,16
0,11
0,80
0,35
0,16
0,07
0,03
Swing check
5,1
2,9
2,1
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
Angel
9,0
4,7
2,0
1,0
4,5
2,4
2,0
2,0
2,0
Elbows :
45
0regular
0,39
0,32
0,30
0,29
45
0long radius
0,21
0,20
0,19
0,16
0,14
90
0regular
2,0
1,5
0,95
0,64
0,50
0,39
0,30
0,26
0,21
90
0long radius
1,0
0,72
0,41
0,23
0,40
0,30
0,19
0,15
0,10
180
0regular
2,0
1,5
0,95
0,64
0,41
0,35
0,30
0,25
0,20
180
0long radius
0,40
0,30
0,21
0,15
0,10
Tees:
Line flow
0,90
0,90
0,90
0,90
0,24
0,19
0,14
0,10
0,07
Branch flow
2,4
1,8
1,4
1,1
1,0
0,80
0,64
0,58
0,41
Sumber : Jack B. Evett, Chengliu. Fundamentals of Fluids Mechanics.
Mcgraw Hill. New York. 1987, hal. 156.
2.5.2 Kerugian Head Mayor
Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head.
Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa
atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil).
Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari
dua rumus berikut, yaitu:
1.
Persamaan Darcy – Weisbach menurut [12] yaitu:
g
v
d
L
f
hf
2
2
=
dimana: hf = kerugian head karena gesekan (m)
f = faktor gesekan (diperoleh dari diagram Moody)
d = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s
2)
Tabel 2.2 Nilai kekasaran dinding untuk berbagai pipa komersil
Bahan
Kekasaran
ft
m
Riveted Steel
0,003 – 0,03
0,0009 – 0,009
Concrete
0,001 – 0,01
0,0003 – 0,003
Wood Stave
0,0006 – 0,003
0,0002 – 0,009
Cast Iron
0,00085
0,00026
Galvanized Iron
0,0005
0,00015
Asphalted Cast Iron
0,0004
0,0001
Commercial Steel or Wrought Iron
0,00015
0,000046
Drawn Brass or Copper Tubing
0,000005
0,0000015
Glass and Plastic
“smooth”
“smooth”
Sumber : Jack B. Evett, Chengliu. Fundamentals of Fluids Mechanics.
Mcgraw Hill. New York. 1987, hal. 134.
Moody harus diketahui besarnya bilangan Reynold dan perbandigan antara
kekasaran dinding pipa dengan diameter pipa tersebut ( ). Untuk aliran laminar
dimana bilangan Reynold kurang dari 2000, faktor gesekan dihubungkan dengan
bilangan Reynold, menurut [4] dinyatakan dengan rumus:
Re
64
=
f
Untuk aliran turbulen dimana bilangan Reynold lebih besar dari 4000, maka
hubungan antara bilangan Reynold, faktor gesekan dan kekasaran relative menjadi
lebih kompleks. Faktor gesekan untuk aliran turbulen dalam pipa didapatkan dari
hasil eksperimen, antara lain:
1.
Untuk daerah complete roughness, rough pipes menurut [3] yaitu:
=
d
f
/
7
,
3
log
0
,
2
1
ε
2.
Untuk pipa halus, hubungan antara bilangan Reynold dan faktor
gesekan menurut [6] dirumuskan sebagai:
a.
Blasius :
0,25Re
316
,
0
=
f
untuk Re = 3000 < Re < 100000
b.
Von Karman :
=
51
,
2
Re
log
2
1
f
f
=
2
log
(
Re
f
)
−
0
,
8
untuk Re sampai dengan 3.10
6.
3.
Untuk pipa kasar menurut [6] yaitu:
Von Karman :
1
=
2
log
+
1
,
74
ε
d
f
dimana harga f tidak tergantung pada bilangan Reynold.
Corelbrook – White :
+
−
=
f
d
f
Re
51
,
2
7
,
3
/
log
2
1
ε
2.
Persamaan Hazen – Williams
Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa
yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.
Bentuk umum persamaan Hazen – Williams menurut [10] yaitu:
L
d
C
Q
hf
1,85 4,8585 , 1
666
,
10
=
dimana: hf = kerugian gesekan dalam pipa (m)
Q = laju aliran dalam pipa (m
3/s)
L = panjang pipa (m)
C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams
(diperoleh dari tabel 2.3)
d = diameter pipa (m)
Tabel 2.3 koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams
Material Koefisien Hazen-Williams ( C )
ABS - Styrene Butadiene Acrylonite 130
Aluminium 130-150
Asbes Semen 140
Lapisan Aspal 130-140
Kuningan 130-140
Brick selokan 90-100
Cast Iron baru tak bergaris (CIP) 130
Cast iron 10 tahun 107-113
Cast iron 20 tahun 89-100
Cast iron 30 tahun 75-90
Cast iron 40 tahun 64-83
Cast Iron aspal dilapisi 100
Cast Iron semen 140
Cast Iron aspal berjajar 140
Cast Iron laut berlapis 120
Cast Iron tempa polos 100
Semen lapisan 130-140
Beton 100-140
Beton berjajar, bentuk-bentuk baja 140
Beton berjajar, bentuk kayu 120
Beton tua 100-110
Tembaga 130-140
Corrugated Metal 60
Ulet Pipa Besi (DIP) 140
Ulet Besi, semen berbaris 120
Serat 140
Pipa Fiber Glass (FRP) 150
Besi berlapis seng 120
Kaca 130
Pipa Metal -sangat halus 130-140
Plastik 130-150
Polyethylene, PE, Peh 140
Polivinil klorida, PVC, CPVC 130
Pipa halus 140
Baja baru tak bergaris 140-150
Baja bergelombang 60
Baja dilas dan mulus 100
Baja membatu, terpaku spiral 90-110
Timah 130
Vitrifikasi Clay 110
Besi tempa, polos 100
Kayu 120
Kayu Stave 110-120
Sumber : Http : // Engineering tool box.com/ Hazen William-Cofficients-
d798.html.
2.6. Persamaan Bernoulli
Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus
didasarkan pada hukum Newton II. Persamaan ini diturunkan dengan anggapan
bahwa:
b. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair
adalah konstan).
c. Aliran adalah kontiniu dan sepanjang garis arus.
d. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.
e. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.
Energi yang ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau dikenal
sebagai head pada suatu titik dalam aliran steady adalah sama dengan total energi
pada titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada
energi yang ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari fluida.
Konsep ini dinyatakan kedalam bentuk persamaan yang disebut dengan
persamaan Bernoulli, menurut [3] yaitu:
2
2 2 2 1 2 1 1
2
2
g
z
v
p
z
g
v
p
+
+
=
+
+
γ
γ
dimana: p
1dan p
2= tekanan pada titik 1 dan 2
v
1dan v
2= kecepatan aliran pada titik 1 dan 2
z
1dan z
2= perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2
γ
= berat jenis fluida
g
= percepatan gravitasi = 9,806 m/s
2= P
2/
γ
= P
1/
γ
hl
z
g
v
p
z
g
v
p
+
+
+
=
+
+
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
γ
γ
Persamaan di atas digunakan jika diasumsikan tidak ada kehilangan energi antara
dua titik yang terdapat dalam aliran fluida, namun biasanya beberapa head losses
terjadi diantara dua titik. Jika head losses ini tidak diperhitungkan maka akan
menjadi masalah dalam penerapannya di lapangan. Jika head losses dinotasikan
dengan “hl” maka persamaan Bernoulli di atas dapat ditulis menjadi persamaan
baru, dimana menurut [3] dirumuskan sebagai:
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak permasalahan
type aliran, biasanya untuk fluida inkompresibel tanpa adanya penambahan panas
atau energi yang diambil dari fluida. Namun, persamaan ini tidak dapat digunakan
untuk menyelesaikan aliran fluida yang mengalami penambahan energi untuk
menggerakkan fluida oleh peralatan mekanik, misalnya pompa, turbin, dan
peralatan lainnya.
2.7. Persamaan Empiris untuk Aliran di dalam Pipa
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa permasalahan aliran
fluida dalam pipa dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan Bernoulli,
persamaan Darcy dan diagram Moody. Penggunaan rumus empiris juga dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran. Dalam hal ini digunakan
dua model rumus yaitu persamaan Hazen – Williams dan persamaan Manning.
1.
Persamaan Hazen – Williams dengan menggunakan satuan
internasional menurut [3] yaitu:
0,63 0,54
.
.
.
8492
,
0
C
R
s
v
=
dimana:
v = kecepatan aliran (m/s)
C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams
R = jari-jari hidrolik
=
4
d
untuk pipa bundar
S = slope dari gradient energi (head losses/panjang pipa)
=
2.
Persamaan Manning dengan satuan internasional menurut [3] yaitu:
1
,
0
2/3 1/2s
R
n
v
=
dimana: n = koefisien kekasaran pipa Manning
Persamaan Hazen – Williams umumnya digunakan untuk menghitung headloss
yang terjadi akibat gesekan. Persamaan ini tidak dapat digunakan untuk liquid lain
selain air dan digunakan khusus untuk aliran yang bersifat turbulen. Persamaan
Darcy – Weisbach secara teoritis tepat digunakan untuk semua rezim aliran semua
jenis liquid. Persamaan Manning biasanya digunakan untuk aliran saluran terbuka
(open channel flow).
2.8. Sistem Perpipaan Ganda
Analisa suatu sistem perpipaan yang terdiri dari berbagai pipa atau jalur
harus mengikuti beberapa aturan dasar. Suatu sistem perpipaan ganda membentuk
suatu rangkaian. Berbagai kemungkinan membangun sistem perpipaan ganda
yang sederhana terdiri dari:
a.
Sistem perpipaan susunan seri
b.
Sistem perpipaan susunan paralel
2.8.1 Sistem Pipa Seri
Bila dua pipa atau lebih yang ukuran atau kekasarannya berlainan
dihubungkan sedemikian rupa sehingga fluida mengalir melalui sebuah pipa dan
kemudian melalui pipa yang lain, dikatakan bahwa pipa-pipa itu dihubungkan
seri.
Gambar 2.4. Pipa Yang Dihubungkan Secara Seri
jumlah kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa menurut [13]
dirumuskan sebagai:
Q = Q
1= Q
2= Q
3Q
= A
1V
1= A
2V
2= A
3V
3Σ
hl = hl
1+ hl
2+ hl
3Persoalan aliran yang menyangkut pipa seri sering dapat diselesaikan
dengan mudah dengan menggunakan pipa ekuivalen, yaitu dengan menggantikan
pipa seri dengan diameter yang berbeda-beda dengan satu pipa ekuivalen tunggal.
Dalam hal ini, pipa tunggal tersebut memiliki kerugian head yang sama dengan
system yang digantikannya untuk laju aliran yang spesifik.
2.8.2 Sistem Pipa Paralel
Kombinasi dua atau lebih pipa yang dihubungkan seperti Gambar 2.5,
sedemikian rupa sehingga alirannya terbagi antara pipa-pipa itu kemudian
berkumpul lagi adalah sistem pipa paralel.
Dalam analisa sistem pipa paralel, diasumsikan bahwa kerugian-kerugian
kecil ditambahkan pada panjang masing-masing pipa sebagai panjang ekivalen.
Gambar 2.5. Pipa Yang Dihubungkan Secara Paralel
Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel, total laju aliran
sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi head pada
sebuah cabang sama dengan pada yang lain, menurut [13] dirumuskan sebagai:
Q
0= Q
1+ Q
2+ Q
3Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa persentase aliran yang
melalui setiap cabang adalah sama tanpa memperhitungkan kerugian head pada
cabang tersebut.
Rugi head pada setiap cabang boleh dianggap sepenuhnya terjadi akibat
gesekan atau akibat katup dan perlengkapan pipa, diekspresikan menurut panjang
pipa atau koefisien losses kali head kecepatan dalam pipa menurut [9]
dirumuskan sebagai:
..
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
=
+
=
+
=
+
∑
∑
∑
v
g
K
d
L
f
g
v
K
d
L
f
g
v
K
d
L
f
L
L
L
diperoleh hubungan kecepatan:
2.9. Sistem Jaringan Pipa
Gambar 2.6. Sistem Jaringa n Pipa
Jaringan pipa pengangkut air yang kompleks dapat dianalisis dengan cepat
menggunakan persamaan Hazen-Williams atau rumus gesekan lain yang sesuai.
Perhitungan distribusi aliran pada suatu jaringan biasanya rumit karena harus
memecahkan serangkaian persamaan hambatan yang tidak linear melalui prosedur
yang iteratif. Kesulitan lainnya adalah kenyataan bahwa kebanyakan jaringan,
arah aliran pipa tidak diketahui sehingga losses antara dua titik menjadi sukar
(
)
(
)
+
∑
∑
+
=
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
/
/
kL
d
L
f
kL
d
L
f
V
untuk ditentukan. Dalam perancangan sebuah jaringan, aliran akan tekanan di
berbagai titik menjadi persyaratan utama untuk menentukan ukuran pipa, sehingga
harus diselesaikan dengan cara berurutan dan iterasi.
Sebuah jaringan yang terdiri dari sejumlah pipa mungkin membentuk sebuah
loop, dimana pipa yang sama dipakai oleh dua loop yang berbeda. Ada dua syarat
yang harus diperhatikan agar aliran dalam jaringan tersebut seimbang, yaitu:
a.
Aliran netto ke sebuah titik harus sama dengan nol. Ini berarti bahwa
laju aliran ke sebuah titik perrtemuan harus sama dengan laju aliran
dari titik pertemuan yang sama.
b.
Head losses netto di seputar sebuah loop harus sama dengan nol. Jika
sebuah loop ditelusuri ke arah manapun, sambil mengamati
perubahan head akibat gesekan atau losses yang lain, kita harus
mendapatkan aliran yang seimbang ketika kembali ke kondisi semula
(head dan tekanan) pada kondisi awal.
Prosedur untuk menentukan distribusi aliran dalam suatu jaringan meliputi
penentuan aliran pada setiap pipa sehingga kontinuitas pada setiap pertemuan
terpenuhi (syarat 1). Selanjutnya head losses dari setiap loop dihitung dan jika
tidak sama dengan nol maka aliran yang telah ditetapkan harus dikoreksi kembali
dengan perkiraan dan metode iterasi yang disebut metode Hardy Cross.
Untuk sebuah loop tertentu dalam sebuah jaringan misalkan Q adalah
laju aliran sesungguhnya atau laju aliran seimbang dan Q
0adalah laju aliran yang
diandaikan sehingga Q = Q
0+
∆
Q. dari persamaan Hazen-Williams hl = nQ
x,
maka fungsi Q dapat dikembangkan dalam deret Taylor sebagai :
(
+
∆
) ( )
=
+
( )
+
....
dQ
Q
df
Q
f
Q
Q
f
Jika hanya orde pertama yang digunakan, kemudian
∆
Q dihitung dengan
f(Q) =
∑
hl, maka:
Qo
hl
hl
nQo
nQo
dQ
dhl
hl
Q
xx
/
85
,
1
/
1Σ
Σ
−
=
Σ
Σ
−
=
Σ
Σ
−
=
∆
−Harga x adalah eksponen dalam persamaan Hazen-Williams apabila digunakan
untuk menghitung hl dan besarnya adalah
1
,
85
54
,
0
1
suku-suku yang terdapat dalam persamaan yang menggunakan satuan British, yaitu:
87 , 4 85 , 1
73
,
4
d
C
L
n
=
.
Cara lain yang dapat digunakan ialah dengan persamaan Darcy-Weisbach
dengan x = 2 dan
g
d
fl
n
2
16
5 2
π
=
. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa faktor
gesekan selalu berubah untuk setiap iterasi.
Prosedur pengerjaannya adalah, sebagai berikut:
1.
Andaikan distribusi aliran yang paling wajar, baik besar maupun arahnya
dalam setiap pipa sehingga total aliran ke setiap titik pertemuan
mempunyai jumlah aljabar nol. Ini harus ditunjukkan dari diagram
jaringan pipa yang bersangkutan.
2.
Buat sebuah tabel untuk menganalisa setiap loop tertutup dalam jaringan
yang semi-independent.
3.
Hitung head looses pada setiap pipa.
4.
Untuk tiap loop, anggap bahwa laju aliran Qo dan head losses (hl) positif
untuk aliran yang searah dengan jarum jam dan negatif untuk aliran yang
berlawanan arah jarum jam.
5.
Hitung jumlah aljabar heal losses (
∑
hl) dalam setiap loop.
6.
Hitung total head losses persatuan laju aliran
Qo
hl
untuk tiap pipa.
Tentukan jumlah besaran
∑
=
Σ
0.85nxQo
Qo
hl
. Dari defenisi tentang
head losses dan arah aliran, setiap suku dalam penjumlahan ini harus
bernilai positif.
7.
Tentukan koreksi aliran dari tiap loop, yang menurut [3] dirumuskan
sebagai berikut :
Qo
hl
n
hl
Q
/
Σ
−
Σ
=
∆
dimana:
∆
Q = koreksi laju aliran untuk loop
n = 1,85 bila digunakan persamaan Hazen-Williams.
n = 2 bila digunakan persamaan Darcy dan Manning.
Koreksi diberikan untuk setiap pipa dalam loop. Sesuai dengan
kesepakatan, jika
∆
Q bernilai positif ditambahkan ke aliran yang searah jarum jam
dan dikurangkan jika berlawanan arah jarum jam. Untuk pipa yang digunakan
secara bersama dengan loop lain, maka koreksi aliran untuk pipa tersebut adalah
harga netto dari koreksi untuk kedua loop.
8.
Tuliskan aliran yang telah dikoreksi pada diagram jaringan pipa seperti
pada langkah 1. untuk memeriksa koreksi pada langkah 7 perhatikan
kontinuitas pada setiap pertemuan pipa.
9.
Ulangi langkah 1 sampai 8 sampai koreksi aliran = 0.
Prosedur di atas dapat digambarkan pada sebuah tabel berikut:
1
2
3
4
5
6
7
No. Pipa
Panjang
pipa (L)
Diameter
pipa (d)
Laju
aliran
Unit head
losses (hf)
Head
losses
(hl)
0
Q
hl
m
M
m
3/s
m
s/m
2Ditentukan
Diketahui
Diketahui
Ditaksir
Diagram
pipa
hf
11
2
3
∑
hl
∑
02.10. Dasar Perencanaan Pompa
Dalam perencanaan pompa untuk memindahkan fluida dari suatu tempat
ke tempat lain dengan head tertentu diperlukan beberapa syarat utama, antara lain:
a.
Kapasitas
Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa per satuan
waktu. Kapasitas pompa ini tergantung pada kebutuhan yang harus dipenuhi
sesuai dengan fungsi pompa yang direncanakan.
b.
Head Pompa
Head pompa adalah ketinggian dimana kolom fluida harus naik untuk
memperoleh jumlah yang sama dengan yang dikandung oleh satuan bobot fluida
pada kondisi yang sama. Head ini ada dalam tiga bentuk, yaitu:
-
Head Potensial
Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum plane). Jadi
suatu kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang disebabkan oleh
posisinya atau disebut fluida mempunyai head sebesar Z kolom air.
-
Head Kecepatan
Head kecepatan atau head kinetik, yaitu suatu ukuran energi kinetik yang
dikandung fluida yang disebabkan oleh kecepatannya dan dinyatakan dengan
persamaan V
2/2g .
-
Head Tekanan
Head tekanan adalah energi yang dikandung fluida akibat tekanannya dan
dinyatakan dengan P/
γ
.
Head total pompa diperoleh dengan menjumlahkan head yang disebut di atas
dengan kerugian-kerugian yang timbul dalam instalasi pompa (Head mayor dan
Head minor).
c.
Sifat Zat Cair
Sifat-sifat fluida kerja sangat penting untuk diketahui sebelum perencanaan
pompa.
Pada perencanaan ini, temperatur air dianggap sama dengan temperatur kamar.
d.
Unit Penggerak Pompa
p
p
p
H
Q
N
η
γ
×
×
=
dengan merancang sistem penggerak pompa dan bagian utama poros sebagai satu
unit kesatuan. Umumnya unit penggerak pompa yang biasanya dipakai adalah
motor bakar, motor listrik dan turbin uap.
Bila pipa dipasangkan dengan pompa maka akan ada penambahan energi sebesar
Hp. Head pompa itu sendiri merupakan energi yang harus ditambahkan pompa ke
dalam fluida untuk memindahkan fluida tersebut dari tempat yang memiliki head
rendah ke tempat dengan head yang tinggi. Untuk menyelesaikan persoalan di atas
digunakan persamaan Bernoulli, menurut [3] yaitu:
L
P
Z
H
g
V
P
H
Z
g
V
P
+
+
+
=
+
+
+
22 2 2 1
2 1 1
2
2
γ
γ
Atau
(
)
LP
Z
Z
H
g
V
V
P
P
H
=
−
+
−
+
2−
1+
2 1 2 2 1 2
2
γ
dimana:
γ
12
P
P
−
adalah perbedaan head tekanan
g
V
V
2
2 1 2 2
−
adalah perbedaan head kecepatan
Z
2– Z
1adalah perbedaan head statis
H
Ladalah head losses total
Untuk menghitung besarnya daya yang dibutuhkan pompa menurut [10] adalah
sebagai berikut:
dimana: N
P= Daya pompa (kW)
γ
= Berat jenis fluida (N/m
3)
Q = Laju aliran fluida (m
3/s)
Hp = Head pompa (m)
2.11.
Pengenalan EPANET
EPANET adalah program komputer yang menggambarkan simulasi
hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa.
Jaringan itu sendiri terdiri dari Pipa, Node ( titik koneksi pipa ), pompa, katub,
dan tangki air atau reservoir. EPANET dikembangkan oleh Water Supply and
Water Resources Divission USEPA’S National Risk Management Research
Laboratory dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 dan versi yang baru
diterbitkan pada tahun 1999.
EPANET didesign sebagai alat untuk mencapai dan mewujudkan pemahaman
tentang pergerakan dan karakteristik kandungan air minum dalam jaringan
distribusi. Juga dapat digunakan untuk berbagai analisa berbagai aplikasi jaringan
distribusi. Sebagai contoh untuk pembuatan design, kalibrasi model hidrolis,
analisa sisa khlor, dan analisa pelanggan.
EPANET dapat membantu dalam memanage strategi untuk merealisasikan
kualitas air dalam suatu sistem. Semua itu mencakup :
-
Alternatif penggunaan sumber dalam berbagai sumber dalam suatu sistem.
-
Alternatif pemompaan dalam penjadwalan pengisian atau pengosongan
tangki.
-
Penggunaan treatment, misal khlorinasi pada tangki.
-
Pentargetan pembersihan pipa dan penggantiannya.
Dijalankan dalam lingkungan windows, EPANET dapat terintegrasi untuk
melakukan editing dalam pemasukan data, running simulasi dan melihat hasil
running dalam berbagai bentuk (format), Sudah pula termasuk kode-kode yang
berwarna pada peta, tabel data-data, grafik, serta citra kontur.
Hasil yang didapat dari simulasi hidrolik dan performansi jaringan
menggunakan EPANET yaitu keseimbangan jaringan, arah aliran, head yang
terjadi. Selain itu, analisa sebuah jaringan pipa dengan menggunakan EPANET
dapat membantu kita untuk memecahkan beberapa masalah diantaramya :
-
Analisa terhadap jaringan baru
-
Analisa terhadap energy dan biaya
Gambar 2.7 Tampilan EPANET
Untuk menjalankan program ini diperlukan input data yang mendukung, sehingga
dihasikan output yang menunjukkan performansi jaringan tersebut. Input yang
diperlukan pada program ini yaitu :
1.
Input komponen yang mendukung sebuah sistem jaringan pipa yang
meliput i pipa, pompa dan reservoir.
2.
Input berupa node yang menghubungkan masing-masing pipa sehingga
membentuk sebuah system jaringan pipa.
4.
Input yang menunjukkan karakteristik masing-masing komponen yang
meliputi:
- Diameter, panjang, kekasaran bahan pipa.
- Karakteristik pompa.
5.
Input persamaan yang akan digunakan yang merupakan karakteristik dari
hidrolik.
Dengan menggunakan data yang berupa input seperti diatas maka analisa hidrolik
dapat dilakukan.
BAB III
PENENTUAN DAN ANALISA KAPASITAS PADA SISTEM JARINGAN
3.1.
Jumlah Pemakaian Air
Dalam merencanakan suatu sistem jaringan pipa yang dipergunakan untuk
mendistribusikan air bersih pada suatu suatu bangunan, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu kebutuhan air secara keseluruhan yang meliputi
kebutuhan perumahan itu sendiri dan fasilitas-fasilitas lainnya yang terdapat pada
perumahan tersebut.
3.1.1 Kebutuhan air bersih pada perumahan
Table 3.1 pemakaian air rata-rata per orang setiap hari
No
Jenis gedung
Pemakaian rata-rata
sehari
(liter)
Jangka
waktu
pemakaia
n air
rata-rata
sehari
(liter)
Perbandin
gan luas
lantai
efektif/
Total
Keterangan
1
Perumahan
Mewah
250
8-10
42-45
Setiap
penghuni
2
Rumah Biasa
160-250
8-10
50-53
Setiap
penghuni
3
Asrama
120
8
Bujangan
4
Rumah Sakit
Mewah>1000
Menengah 500-1000
Umum 350-500
8-10
45-48
(setiap tempat
tidur)
Pasien luar;
8liter
Staf/pegawai:
120 liter
Keluarga
pasien:160
liter
5
Sekolah Dasar
40
5
58-60
Guru: 100 liter
6
SLTP
50
6
58-60
Guru : 100
liter
7
SLTA dan
lebih tinggi
80
6
Guru/dosen :
100 liter
8
Gedung
Peribatan
10
2
Jumah jemaah
perhari
Sumber : Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Sofyan M.
Noerbambang. Pradnyaparamitha. Jakarta.1996, hal. 48.
(untuk keperluan rumah tangga). Sehingga berdasarkan hasil survey dan literatur
yang ada maka kebutuhan air penduduk dapat dihitung, yaitu sebagai berikut :
Kebutuhan air penduduk = Jumlah penduduk x Kebutuhan air rata-rata
= 9380 orang x 240 l/h.orang
= 2.251.200 l/hari.
3.1.2 Kebutuhan air bersih untuk sekolah
Pada komplek ini terdapat 3 gedung TK, 4 gedung Sekolah Dasar, 3 gedung
Sekolah Menengah Pertama dan 2 gedung Sekoah Menengah Atas. Dari data
survey diperoleh jumlah siswa dan kebutuhan air untuk sekolah-sekolah tersebut,
yaitu :
1. TK
Jumlah siswa
= 213 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 20 l/hari.orang
Kebutuhan air
= 213 orang x 20 l/hari.orang
= 4260 l/hari
Jumlah pegawai
= 26 org
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 100 l/hari.orang
Kebutuhan air
= 26 orang x 100 l/hari.orang
= 2600 l/hari
2. SD
Jumlah siswa
= 769 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 40 l/hari.orang
Kebutuhan air
= 769 orang x 40 l/hari.orang
= 30760 l/hari.
Jumlah pegawai
= 68 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 100 l/hari.orang
Kebutuhan air
= 68 orang x 100 l/hari.orang
3. SMP
Jumlah siswa
= 913 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 50 l/hari.orang
Kebutuhan air
= 913 orang x 50 l/hari.orang
= 45650 l/hari.
Jumlah pegawai
=83 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 100 l/hari.orang
Kebutuhan air
= 83 orang x 100 l/hari.orang
= 8300 l/hari.
4.
SMA
Jumlah siswa
= 1276 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 80 l/hari.orang
Kebutuhan air
=1276 orang x 80 l/hari.orang
= 102080 l/hari.
Jumlah pegawai
= 93 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 100 l/hari.orang
Kebutuhan air
= 93 orang x 100 l/hari.orang
= 9300 l/hari.
Dengan demikian dari data diatas maka jumlah kebutuhan air total untuk
sekolah yang ada di komplek perumahan ini sebesar = 209750 l/hari.
3.1.3 Kebutuhan air bersih untuk kantor pada Kompleks Tanjung Gading
Berdasarkan hasil survey pada komplek Tanjung Gading terdapat kantor
Perusahaan INALUM yang terdiri dari kantor SOW, IIA, HRD SOH, kantor Pos
dan kantor Telkom dimana diperoleh data-data sebagai berikut:
Jumlah pegawai seluruh
= 119 orang
Pemakaian air rata-rata per hari
= 100 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
=119 orang x 100 l/hari.orang
=11900 l/hari.
3.1.4 Kebutuhan air bersih untuk rumah ibadah
1. Mesjid
Jumlah rata-rata jemaah per hari
= 200 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 10 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
= 200 orang x 10 l/hari.orang
= 2000 l/hari.
2. Gereja
Jumlah rata-rata jemaat per minggu
= 140 orang
Rata-rata jemaat per hari
= 20 orang
Kebutuhan air rata-rata per hari
= 10 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
= 20 orang x 10 l/hari.orang
= 200 l/hari.
Berdasarkan perhitungan diatas maka pemakaian air untuk tempat ibadah
yang ada di komplek Tanjung Gading sebesar 2200 l/hari.
3.1.5 Kebutuhan air bersih untuk Asrama karyawan
Berdasarkan hasil survey pada kompleks ini didapatkan 3 asrama
karyawan dengan data-data sebagai berikut:
-
Jumlah total penghuni asrama E
12= 33 orang
Kebutuhan air rata-rata perhari
= 120 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
= 33orang x120 l/hari.orang
= 3960 l/hari
-
Jumlah total penghuni asrama E
3= 90 orang
Kebutuhan air rata-rata perhari
= 120 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
=90 orang x 120 l/hari.orang
= 10800 l/hari
-
Jumlah total penghuni asrama E
4= 100 orang
Kebutuhan air rata-rata perhari
= 120 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
= 100 orangx 120 l/hari.orang
= 12000 l/hari
3.1.6 Kebutuhan air bersih untuk Rumah Toko (Ruko)
Pada komplek ini terdapat rumah toko yaitu berupa koperasi karyawan INALUM
(KOKALUM). Berdasarkan survey diperoleh data-data sebagai berikut:
- Jumlah penghuni rata-rata
= 5 orang
Pemakaian air rata-rata per hari
= 160 l/haru.orang
Kebutuhan air per hari
= 5 orang x 160 l/hari.orang
= 800 l/hari.
-
Jumlah pekerja/pelayan rata-rata
= 14 orang
Pemakaian air rata-rata per hari
= 100 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
= 14 orang x 100 l/hari.orang
= 1400 l/hari.
Berdasarkan data diatas maka pemakaian air untuk rumah toko pada Komplek
Tanjubg Gading
= (800+1400) l/hari.
= 2200 l/hari.
3.1.7 Kebutuhan air bersih untuk Rumah Sakit
Pada komplek perumahan ini terdapat sebuah rumah sakit dan berdasarkan
hasi survey rumah sakit ini dikategorikan sebagai rumah sakit umum dan
diperoleh data-data sebagai berikut :
- Jumlah tempat tidur pasien
= 44 unit
Jumlah kebutuhan air rata-rata
= 400 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
= 44 orang x 400 l/hari.orang
= 17600 l/hari
- Jumlah pasien luar rata-rata
= 20 orang
Pemakaian air rata-rata per hari
= 8 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
= 20 orang x 8 l/hari.orang
= 160 l/hari
- Jumlah pengunjung/keluarga pasien rata-rata
= 30 orang
Pemakaian air rata-rata per hari
= 160 l/hari.orang
- Jumlah staff dan pegawai
= 51 orang
Pemakaian air rata-rata per hari
= 120 l/hari.orang
Kebutuhan air per hari
=511 orang x 120 l/hsri.orang
= 6120 l/hari
Berdasarkan data diatas maka kebutuhan air untuk rumah sakit pada komplek ini
adalah = 176000l/hari + 160 l/hari + 4800 l/hari + 6120 l/hari
= 28680 l/hari
Sehingga kapasitas total air bersih pada komplek Tanjung Gading adalah :
Q
total= 2.251.200 l/hari + 209.750 l/hari + 11.900 l/hari + 2.200 l/hari +
26.760 l/hari + 2.200 l/hari + 28.680 l/hari
= 2.532.690 l/hari
3.2
Kapasitas Aliran Fluida Keluar Jaringan Pipa
Untuk mempermudah dalam penganalisaan selanjutnya, maka pipa yang
digunakan untuk mengalirkan air ke masing- masing pelanggan dibuat menjadi
satu. Dalam penganalisaan selanjutnya kapasitas air yang masuk jaringan harus
sama dengan kapasitas air yang keluar jaringan. Kapasitas aliran air yang keluar
jaringan adalah sama dengan kebutuhan total pada komplek ini. Untuk
mengatatasi kebocoran yang terjadi selama pendistribusian air maka kapasitas
aktual harus ditambahkan ( 10-20 )%. Sehingga besarnya kapasitas yang keluar
jaringan adalah :
Q
keluar jaringan= besar kapasitas total + (10-20)% besar kapasitas total
Dalam perencanaan ini diambil faktor koreksi sebesar 10% sehingga besarnya
kapasitas total yang keluar jaringan adalah :
Q
keluar jaringan= 2.532.690 l/hari + 10% 2.532.690 l/hari
= 2.532.690 l/hari + 253.269 l/hari
= 2.785.959 l/hari
= 2.785,959 m
3/hari
= 0,032244895 m
3/s
Besarnya kebutuhan air pada setiap titik, jumlah penghuni dan fasilitas yang
dilayani pada setiap titik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2 Kebutuhan air, jumlah penghuni dan fasilitas yang dilayani pada setiap
titik
Titik
Fasilitas dan Jumlah penghuni yang
dilayani
Kebutuhan Air setelah
ditambahkan 10 %
( m
3/hari)
a
Gereja dan Rumah Sakit
31,768
b
kantor
13,09
c
Sekolah Menengah Atas dan Mesjid
124,718
d
170 KK dan Taman Kanak-Kanak
321,706
e
178 KK
328,944
f
140 KK
258,72
g
Mes Karyawan E
124,356
h
Toko Kokalum
2,42
i
107 KK
197,736
j
57 KK
105,336
k
38 KK
70,224
l
39 KK
72,072
m
40 KK
73,92
n
35 KK
64,68
o
34 KK
62,832
p
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama
100,661
q
61 KK
112,728
r
100 KK
184,8
s
98 KK
181,104
t
95 KK
175,56
u
Mes Karyawan E
3dan E
425,08
v
148 KK
273,504
Setelah ditaksir maka besarnya kapasitas aliran fluida awal yang mengalir pada
setiap pipa, dimensi dan bahan setiap pipa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Besar kapasitas ditaksir, dimensi pipa dan bahan pipa
Pipa no
Diameter
(m)
Panjang pipa
(m)
Bahan pipa
Kapasitas ditaksir(Q
ditaksir)
(m
3/s)
1 0,2 120 Cast iron 0,015862853
2 0,15 885 Cast iron 0,007209679
3 0,15 587 Cast iron 0,001486230
4 0,15 255 Cast iron 0,007209679
5 0,25 380 Cast iron 0,015862853
6 0,15 549 Cast iron 0,004888686
7 0,1 555 Cast iron 0,002
8 0,15 295 Cast iron 0,003894242
9 0,1 470 Cast iron 0,007917422
10 0,25 150 Cast iron 0,007917422
11 0,2 80 Cast iron 0,002
12 0,15 450 Cast iron 0,005271040 13 0,15 103 Cast iron 0,011761247 14 0,15 150 Cast iron 0,005271005
15 0,15 50 Cast iron 0,002635520
16 0,1 270 Cast iron 0,001317760
17 0,1 130 Cast iron 0,002127603
18 0,2 188 Cast iron 0,004982429
19 0,15 105 Cast iron 0,002127603 20 0,15 108 Cast iron 0,004147533
21 0,1 105 Cast iron 0,002611197
22 0,15 140 Cast iron 0,001440502 23 0,15 120 Cast iron 0,001317760
24 0,1 100 Cast iron 0,002635520
25 0,1 275 Cast iron 0,001822742
26 0,15 70 Cast iron 0,000122742
27 0,1 140 Cast iron 0,0017
28 0,1 102 Cast iron 0,000844444
29 0,1 310 Cast iron 0,000095833
30 0,15 405 Cast iron 0,005110078
31 0,1 405 Cast iron 0,000805356
32 0,15 419 Cast iron 0,000861111 33 0,15 159 Cast iron 0,001499089
34 0,1 365 Cast iron 0,000821311
35 0,2 302 Cast iron 0,005917422
36 0,15 400 Cast iron 0,003
37 0,15 201 Cast iron 0,002709722 38 0,15 130 Cast iron 0,003843825
39 0,15 200 Cast iron 0,003
3.3
Analisa Kapasitas Aliran Fluida
Setelah menentukan besarnya kapasitas aliran fluida yang mengalir di
dalam pipa-pipa pada suatu jaringan pipa dengan cara menaksirnya, maka
persoalan di atas belum dapat dianggap selesai dengan begitu saja. Langkah
selanjutnya ialah dengan mencari harga kerugian head perpanjangan pipa untuk
memperoleh kesetimbangan aliran fluida pada setiap pipa. Head losses (kerugian
head) yang terjadi sepanjang pipa menurut [10] dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus empiris :
L
d
C
Q
hf
85
,
4
85
,
1
85
,
1
666
,
10
=
Untuk pipa no. 2 pada loop I, diperoleh :
Q = laju aliran (ditaksir)
= 0,007209679 m
3/s.
C = Koefisien kekasaran pipa Hazen – William
= 130 (untuk pipa Cast Iron)
d = diameter pipa
= 0,15 m
L = panjang pipa
= 885 m (dari data site plan hasil survey)
x
885
m
4,85
(0,15)
x
1,85
(130)
1,85
/s)
3
m
9
0,00720967
(
x
10,666
hf
=
= 1,250983295 m
Dengan cara yang sama dihitung untuk pipa no 3 dan 4. Kemudian nilai head loss
(hl) masing-masing pipa dijumlah sehingga diperoleh sebesar = 0,935215404m
Faktor koreksi
(ΔQ) dengan nilai n = 1,85:
Σ
Σ
−
=
∆
Q
hl
n
hl
Q
253,576059
x
1,85
4
0,93521540
∆Q =
-0,001993571 m
3/s
Maka, laju aliran baru untuk pipa 2 diperoleh (Q
a) :
Q
a= Q
o+ ΔQ
= 0,007209679 + (-0,001993571)
= 0,005216108 m
3/s
Dengan cara yang sama untuk perhitungan masing-masing loop untuk tiap-tiap
pipa, maka hasilnya dibuat dalam bentuk tabel seperti pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Iterasi perhitungan untuk mencari koreksi kapasitas dan kapasitas
sebenarnya.
Gambar 3.2 Loop I
Loop I
pipa panjang (L) Diameter (d) laju aliran (Qo) Unit head loss Head Loss(hl)
hl/Qo
no (m) (m) (m3/s) h1 (m)
[image:47.595.115.520.306.752.2]Ditentukan Diketahui Diketahui Ditaksir Rumus Empiris h1xL 2 885 0,15 0,007209679 0,001413540 1,250983295 173,5144234 3 587 0,15 0,00148623 0,000076124 0,044684923 30,06595425 4 255 0,15 -0,007209679 -0,001413540 -0,360452814 49,99568132 0,935215404 253,576059
Loop II
pipa
panjang (L)
Diameter
(d) laju aliran (Qo) Unit head loss Head Loss(hl) hl/Qo
no (m) (m) (m3/s) h1 (m)
Ditentukan Diketahui Diketahui Ditaksir Rumus Empiris h1xL 3 587 0,15 -0,00148623 -0,000076124 -0,044684923 30,06595425 6 549 0,15 -0,004888686 -0,000688921 -0,378217466 77,36587425 7 555 0,1 0,002 0,000942132 0,522883398 261,4416989
[image:48.595.112.516.81.739.2]0,099981008 368,8735274
Gambar 3.4 Loop III
Loop III
pipa
panjang (L)
Diameter
(d) laju aliran (Qo) Unit head loss Head Loss(hl) hl/Qo
no (m) (m) (m3/s) h1 (m)
Ditentukan Diketahui Diketahui Ditaksir
Rumus
Empiris h1xL
1 120 0,2 0,015862853 0,001506317 0,180758009 11,39505037 4 255 0,15 0,007209679 0,00141354 0,360452814 49,99568132 5 380 0,25 -0,015862853 -0,000510391 -0,19394846 12,22658121 6 549 0,15 0,004888686 0,000688921 0,378217466 77,36587425 8 295 0,15 0,003894242 0,00045232 0,133434527 34,26456977 9 470 0,1 -0,007917422 -0,0120112 -5,645263962 713,0179447 38 130 0,15 0,003843825 0,000441546 0,057401045 14,93331374
-4,728948562 913,1990154
Loop IV
pipa
panjang (L)
Diameter
(d) laju aliran (Qo) Unit head loss Head Loss(hl) hl/Qo
no (m) (m) (m3/s) h1 (m)
Ditentukan Diketahui Diketahui Ditaksir Rumus Empiris h1xL 9 470 0,1 0,007917422 0,0120112 5,645263962 713,0179447 10 150 0,25 -0,007917422 -0,000141116 -0,021167453 2,673528506 11 80 0,2 -0,002 -0,000032668 -0,002613403 1,306701477 12 450 0,15 0,00527104 0,000791903 0,356356317 67,60645284 13 103 0,15 0,011761247 0,003495445 0,360030863 30,61162335
[image:49.595.114.523.88.603.2]6,337870286 815,2162509
Gambar 3.6 Loop V
Loop V
pipa
panjang (L)
Diameter
(d) laju aliran (Qo) Unit head loss Head Loss(hl) hl/Qo
no (m) (m) (m3/s) h1 (m)
Ditentukan Diketahui Diketahui Ditaksir
Rumus
Empiris h1xL
12 450 0,15 -0,00527104 -0,000791903 -0,356356317 6