PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERBASIS PENGALAMAN PADA SISWA KELAS VII
SMP NEGERI 1 KOLANG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
KESYA NIRMA LUMBANTOBING NIM 8146191012
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Kesya Nirma Lumbantobing. Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kolang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pola pengembangan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman, (2) kelayakan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman, (3) hasil belajar menulis cerpen berbasis pengalaman pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kolang. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan berdasarkan model pengembangan Borg and Gall. Subjek uji coba terdiri dari ahli materi, ahli desain, guru bahasa Indonesia, siswa SMP Negeri 1 Kolang pada uji coba perorangan terdiri dari 3 siswa, 9 siswa pada uji coba kelompok kecil, dan 35 siswa pada uji coba kelompok lapangan terbatas. Data tentang kualitas produk pengembangan ini dikumpulkan melalui angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) validasi ahli materi meliputi kelayakan isi dengan rata-rata 88,88% pada kriteria sangat baik, kelayakan penyajian dengan rata-rata 89,06% pada kriteria sangat baik, aspek bahasa dengan rata-rata 85,00% pada kriteria sangat baik, aspek kelayakan buku dengan rata-rata 89,06% pada kriteria sangat baik (2) validasi ahli desain dengan rata 88,75% pada kriteria sangat baik, (3) uji coba guru dengan rata-rata 86.03% dengan kriteria sangat baik (5) uji coba perorangan dengan rata-rata-rata-rata 79,86% dengan kriteria baik, (5) uji coba kelompok kecil dengan rata-rata 81,25% dengan kriteria sangat baik, dan (6) uji kelompok lapangan terbatas dengan rata-rata 88,57% dengan kriteria sangat baik, (7) hasil belajar rata-rata-rata-rata siswa sebelum menggunakan bahan ajar 63,69% dan hasil belajar rata-rata siswa setelah menggunakan bahan ajar 74,63% dengan kriteria baik. Dengan demikian, modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman yang telah dikembangkan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran sebagai sumber belajar.
ii
ABSTRACT
Kesya Nirma Lumbantobing. Development of Learning Module Writing Short Story Based on Experience for Student VII SMP Negeri 1 Kolang. Thesis. Post Graduate Program, State University of Medan. 2017.
This study aims to determine: (1) the pattern of Learning Module Writing Short Story Based on Experience, (2) the eligibility of Learning Module Writing Short Story Based on Experience, (3) the learning result of seventh grade students of SMP Negeri 1 Kolang on learning module writing short story based on experience. Kind of this research is a research and development based on the model of Borg and Gall. Subject trials consist of subject experts, design experts, Bahasa Indonesian teachers, students of SMA Negeri 1 Kolang on individual testing consisted of 3 students, 9 students in small group trial, and 32 students in the confined field group trials. Data of the quality of product development is collected through questionnaires. The results showed that: (1) validation of the content experts include the feasibility of content with an average of 88,88% with a very good criteria, eligibility presentation with an average of 89,06% with a very good criteria, aspects of language with an average of 85,00% in the very good criteria, eligibility book with an average of 89,06% with a very good criteria (2) validation of design experts with an average of 88,75% with a very good criteria, (3) teachers testing with an average of 86,03% with a very good criteria (4) individual testing with an average of 79,89% with a good criteria, (5) the trial of small group with an average of 81,25% with a very good criteria, and (6) a limited field test groups with an average of 88,57% with a very good criteria, (7) the average of students’ learning outcome before using teaching materials 63,69% and the average of students’ learning outcome after using teaching materials 74,63% with a good criteria., Thus, the learning module writing short story based on experience that have been developed is proper to use in the learning process as a learning resource.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
anugerah dan kasih-Nya sehingga tesis saya yang berjudul "Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kolang” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam
rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr.
Tiur Asi Siburian, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan kepada Bapak Dr. M.
Oky Fardian Gafari, S.Sos, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan
terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A.,
Ph.D., Bapak Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd., dan Bapak Dr. Syahnan Daulay,
M. Pd., selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran-saran demi
penyempurnaan tesis ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri
Medan beserta pada pejabat di jajaran civitas akademika Universitas Negeri
Medan.
iv
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., selaku direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan beserta para Asisten Direktur, beserta semua staf
yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan administrasi dengan baik.
3. Ibu Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Bapak Dr. Abdurrahman Adisahputra, M.Hum.,
selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan seluruh
Bapak Ibu dosen yang telah memberikan motivasi serta membekali penulis
dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
4. Bapak Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd., Bapak Dr. Malan Lubis, M.
Hum., Bapak Dr. Pontas J Siturus, M. Pd., Ibu Meri D. Panjaitan, S. Pd., dan
Ibu Rosmina Sinaga, S. Pd., selaku validator yang telah mengoreksi, menilai,
dan memberikan saran perbaikan terhadap modul yang penulis susun.
5. Bapak Rotua Meisum Sianturi, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Kolang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
SMP Negeri 1 Kolang.
6. Teristimewa kepada orang tua tercinta Alm. Sardes Lumbantobing dan
Rellina Marbun yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik,
menyekolahkan, serta memberikan semangat dan doa kepada penulis.
7. Abang Marganda Very Anto Lumbantobing, SS., dan adik Debora Nurani
Lumbantobing, SE., yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, dan
v
8. Sahabat seperjuangan Ridwan Syahputra, M. Pd., Sahri Nova Yoga, M. Pd.,
Viktor Risman Zega, M. Pd., Harry Syahputra Gultom, M. Pd., Prima
Nucifera, M. Pd., Safrida Wati dan serta seluruh rekan-rekan mahasiswa
Pascasarjana angkatan II reguler A Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
memberikan bantuan baik materil maupun moril kepada penulis.
Kirannya seluruh perhatian, kebaikan, dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis menjadi amal kebajikan dan menjadi kemuliaan bagi Tuhan Yang
Maha Esa. Akhir kata, penulis menyampaikan semoga tesis ini dapat bermanfaat
dan menambah khasanah berpikir bagi pembaca.
Medan, Januari 2017
Penulis,
vi
2.1.1 Konsep Pengembangan Bahan Ajar Modul ... 13
2.1.2 Pengertian Modul ... 14
2.1.3 Karakteristik Modul ... 16
2.1.4 Prinsip Penyusunan Modul ... 18
2.1.5 Tujuan Penyusunan Modul ... 19
2.1.6 Tujuan Modul dalam Kegiatan Belajar ... 20
2.1.7 Komponen-komponen dalam Modul ... 21
2.1.8 Prosedur Penyusunan Modul ... 24
2.1.9 Elemen Mutu Modul ... 27
2.1.10 Kajian Isi Buku ... 28
2.1.11 Kriteria Penelahaan Kelayakan Materi Ajar ... 29
2.2 Menulis Cerita Pendek ... 36
2.2.1 Unsur-Unsur Cerpen ... 38
2.2.2 Ciri-Ciri Cerpen ... 47
2.3 Pendekatan Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 48
2.4 Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman ... 53
2.5 Kerangka Berpikir ... 60
2.6 Penelitian yang Relevan ... 61
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 63
3.1 Metode Penelitian ... 63
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 63
3.3 Waktu Penelitian ... 65
3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 65
3.5 Prosedur Penelitian ... 65
3.5.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi ... 65
3.5.2 Perencanaan Pembuatan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman ... 68
3.5.3 Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman ... 69
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 75
3.7 Instrumen Penelitian ... 75
3.8 Teknik Analisis Data ... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 82
4.1 Hasil Penelitian ... 82
4.1.1 Kelayakan Modul Pembelajaran ... 81
4.1.1.1. Data Hasil Validasi Tim Ahli Materi ... 84
4.1.1.2. Data Hasil validasi Tim Ahli Dresain ... 91
4.1.1.3. Hasil Penelitian Modul Oleh Guru`... 94
4.1.1.4. Hasil Respon Modul uji Coba Perorangan ... 96
4.1.1.5. Hasil Respon Modul Uji coba kelompok Kecil.... 98
4.1.1.6. Hasil Respon Modul Uji Coba Lapangan Terbatas 100 4.1.2. Hasil Belajar Siswa ... 103
4.2.1 Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar ... 103
4.3.2 Deskripsi Data Postes Hasil Belajar ... 104
4.3.3 Efektivitas Bahan Ajar ... 106
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 108
ix
DAFTAR ISTILAH
Behaviour : Tingkah laku
Handout : Selebaran yang dibagikan oleh guru kepada
siswa berisi tentang bagian materi pelajaran
Kompetensi Dasar : Kompetensi yang terdiri atas sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang
bersumber pada kompetensi inti yang harus
dikuasai peserta didik.
Reflektif : Gerakan badan di luar kemauan secara
refleks.
Peer teaching : Menyampaikan materi ajar melalui rekan
atau bantuan teman sendiri
PBM : Pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontektual
Research and Development : Penelitian dan pengembangan
Slide : Media visual yang diproyeksikan melalui alat
yang disebut dengan Proyektor Slide
Standar Kopmpetensi Lulusan : Suatu ukuran kompetensi yang harus dicapai
peserta didik setelah mengikuti suatu proses
dalam satuan pendidikan tertentu
Omniscient Point of View : Sudut pandang serba tahu
x
Wallchart : Bahan cetak, biasanya berupa bagan
siklus/proses atau grafik yang bermakna
menunjukkan posisi tertentu
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 SK dan KD Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX SMP ... 28
Tabel 2.2 KI dan KD Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII SMP .... 29
Tabel 2.3 Kelayakan Materi Pembelajaran dalam Cetak ... 36
Tabel 3.1 Dokumen Isi Keseluruhan Modul ... 70
Tabel 3.2 Klasifikasi Penilaian Aktivitas Siswa ... 77
Tabel 3.3 Kriteria Jawaban Item Instrumen Validasi ... 78
Tabel 3.4 Kriteria Persentase Kemunculan Indikator Bahan Ajar ... 78
Tabel 3.5 Kriteria Jawaban Item Instrumen Validasi ... 79
Tabel 3.6 Kriteria Persentase Jawaban Item Instrumen Validasi ... 80
Tabel 4.1 Data Analisis Kebutuhan ... 82
Tabel 4.2 Penilaian Ahli Materi Modul Berbasis Pengalaman untuk Kelayakan Isi ... 85
Tabel 4.3 Penilaian Ahli Materi terhadap Kelayakan Isi ... 85
Tabel 4.4 Penilaian Ahli Materi Modul Berbasis Pengalaman untuk Kelayakan Penyajian ... 86
Tabel 4.5. Penilaian Ahli materi terhadap Kelayakan Penyajian ... 87
Tabel 4.6Penilaian Ahli Materi Modul Berbasis Pengalaman untuk Aspek Bahasa ... 88
Tebal 4.7 Penilaian Ahli materi terhadap Kelayakan Bahasa ... 88
Tabel 4.8Penilaian Ahli Materi Modul Berbasis Pengalaman untuk Aspek Kelayakan Buku ... 89
Tabel 4.9 Penilaian Ahli materi terhadap Kelayakan Buku ... 90
Tabel 4.10 Saran dari Validator Ahli Materi ... 90
Tabel 4.11 Skor Penilaian Ahli Desain Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman ... 91
Tabel 4.12 Penilaian dari Ahli Desain ... 93
Tabel 4.13 Saran dari Validator Ahli Desain... 94
xii
Tabel 4.15 Data Respon Siswa dari Uji Coba Perorangan (3 siswa) terhadap
Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman ... 96
Tabel 4.16 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Perorangan ... 97
Tabel 4.17 Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Kecil (9 siswa) terhadap Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman ... 98
Tabel 4,18 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Kelompok Kecil ... 99
Tabel 4.19 Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Lapangan Terbatas (35 siswa) terhadap Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman ... 101
Tabel 4.20 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Lapangan Terbatas ... 102
Tabel 4.21 Distribusi frekuensi Nilai pretes Hasil Belajar ... 103
Tabel 4.22 Distribusi frekuensi Nilai postesHasil Belajar ... 107
Tabel 4.23 Rekapitulasi Data Hasil Belajar pretes dan postes pada Materi Menulis Cerpen siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kolang ... 104
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Diagram Model Penelitian dan Pengembangan ... 67
Gambar 3.2 Peta Modul ... 70
Gambar 3.3 Skema Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen
Berbasis Pengalaman ... 74
Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Nilai Pretes hasil Belajar ... 104
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Angket Analisis Kebutuhan ... 117
Lampiran 2 Lembar Validasi Oleh Ahli Materi ... 119
Lampiran 3 Lembar Validasi Oleh Ahli Desain ... 129
Lampiran 4 Lembar Tanggapan Guru Terhadap Modul ... 135
Lampiran 5 Angket Respon Siswa ... 137
Lampiran 6 Rubrik Penilaian Menulis Cerpen ... 138
Lampiran 7 Hasil Validasi Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman Oleh Ahli Materi ... 140
Lampiran 8 Hasil Validasi Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman Oleh Ahli Desain ... 143
Lampiran 9 Hasil Penilaian Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman Oleh Guru ... 145
Lampiran 10 Data Hasil Respon Siswa Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman Uji Perorangan (3 Orang) ... 146
Lampiran 11 Data Hasil Respon Siswa Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman Kelompok Kecil (9 Orang) ... 148
Lampiran 12 Data Hasil Respon Siswa Terhadap Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman Uji Coba Lapangan Terbatas (35 siswa) ... 150
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar
diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus
merupakan substansi komponen yang dibelajarkan kepada siswa. Dengan bahan
ajar, program pembelajaran dapat dilaksanakan secara lebih teratur karena guru
sebagai pelaksana pendidikan akan memperoleh pedoman materi yang jelas.
Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan
bahan ajar. Dalam lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik
profesional diharapkan memliki kemampuan mengembangkan bahan ajar sesuai
dengan mekanisme yang ada dengan memerhatikan karakteristik dan lingkungan
sosial peserta didik. Sejalan dengan itu Thamrin (2014:91) mengungkapkan ada
tiga alasan pengembangan bahan ajar dilakukan karena: Pertama, ketersediaan
bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum. Kedua, ketersediaan bahan ajar sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Ketiga, ketersediaan bahan ajar sesuai dengan
tuntutan pemecahan masalah belajar.
Pengembangan bahan ajar harus memerhatikan tuntutan kurikulum,
artinya bahan ajar yang akan dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada
Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan, standard kompetensi lulusan telah
ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan
ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga
2
profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan
mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan
ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer.
Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum.
Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk
memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada
ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu
keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat
diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan
sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun
teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media
masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan
kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan
sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka
bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman
bagi siswa.
Pertimbangan lain dari ketersediaan bahan ajar adalah kesesuaian dengan
karakteristik peserta didik. Bahan ajar yang dikembangkan orang lain seringkali
tidak cocok untuk peserta didik kita. Ada sejumlah alasan ketidakcocokan,
misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka bahan ajar
yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
3
mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai,
minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang
dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai
sasaran.
Selanjutnya, ketersediaan bahan ajar harus dapat menjawab atau
memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi
pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit
untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut
abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu
dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan
disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa
menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan
gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat
dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa,
sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya “Teknik Belajar dengan
Bahan Ajar Modul” (2002:5) mendefinisikan bahwa modul merupakan suatu
kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk „self-instruction‟, artinya
bahan belajar yang disusun di dalapm modul dapat dipelajari siswa secara mandiri
dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain. Sehubungan dengan itu,
guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien melalui
sarana modul. Siswa pun dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar secara
4
yang ada sekarang justru didominasi oleh teori. Padahal untuk menulis cerpen
siswa perlu panduan tentang bagaimana cara menulis cerpen, bukan hanya
pengetahuan tentang menulis cerpen.
Sayuti, dkk (2009:11) dalam penelitian tentang menulis cerpen,
menemukan penyebab utama belum tercapainya tujuan pembelajaran menulis
cerpen yang disebabkan oleh pihak guru yaitu masalah rendahnya kompetensi
guru dalam menulis cerpen dan kompetensi guru dalam membimbing siswa
menulis cerpen. Kompetensi para guru dalam menulis cerpen yang rendah
ternyata berakibat pada rendahnya kompetensi mereka dalam membimbing siswa
menulis cerpen. Jadi, antara peran guru dalam membimbing siswa dan bahan teks
pelajaran sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di kelas.
Sehubungan dengan pernyataan di atas, kondisi tersebut juga terjadi di
SMP Negeri 1 Kolang. Melalui hasil observasi awal oleh peneliti diketahui
bahwa yang menjadi kendala yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan menemukan
pokok-pokok informasi, yaitu 1) motivasi belajar siswa yang masih rendah, 2)
guru yang belum bisa mengelola pembelajaran dengan baik, dan 3) bahan ajar
yang digunakan di sekolah kurang memadai. Selain itu, dari hasil observasi awal
oleh peneliti juga diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian Bahasa Indonesia
khususnya pada materi menulis cerpen adalah 65 dengan ketuntasan 57%. Kondisi
ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam proses pembelajaran masih
5
Faktor utama penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah motivasi.
Motivasi belajar siswa yang rendah disebabkan penyajian materi dan
pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Selain itu, pembelajaran yang
searah menjadikan siswa kurang mampu mengeksplorasi dirinya. Faktor lain
kurang berminatnya siswa mengikuti pembelajaran sastra khususnya menulis
cerpen di sekolah adalah guru belum dapat mengelolah pembelajaran dengan baik.
Dalam pembelajaran menulis guru masih menggunakan materi yang disampaikan
dengan dibacakan kepada siswa. Materi yang ada juga kurang menyajikan muatan
yang menarik siswa untuk turut serta aktif dalam pembelajaran.
Selain faktor motivasi siswa yang rendah terkait dengan pembelajaran
cerpen, faktor lainnya adalah sulitnya siswa untuk mencari ide dan pengembangan
ide. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Sayuti dkk. (2007) bahwa kendala pembinaan menulis karya sastra yang berasal
dari pihak siswa tampak dalam hal motivasi, pengembangan ide, dan teknik
penyajian. Berangkat dari kondisi yang demikian, maka tujuan dari pembelajaran
bahasa Indonesia belum dapat terpenuhi terutama mengenai kemampuan siswa
menggunakan bahasa Indonesia untuk kemampuan intelektual dan kematangan
emosi sosial. Selain itu, kemampuan siswa dalam menghargai dan membanggakan
sastra Indonesia sebagi khasanah budaya Indonesia menjadi kurang maksimal
karena keterampilan bersastra siswa masih rendah.
Pengalaman adalah guru yang terbaik karena dari pengalaman seseorang
dapat belajar. Selain itu, Mel Siberman (2014:255) mengemukakan bahwa
6
membentuk saringan persepsi (sikap, nilai-nilai, keyakinan, bias dan asumsi) yang
akhirnya menuntun tingkah laku. Siapapun dapat membangun beragam ingatan
dari pengalaman-pengalamannya yang selanjutnya dapat dituangkan dalam wujud
cerita singkat atau yang dikenal dengan istilah cerita pendek (cerpen). Oleh karena
itu, kemampuan menulis cerpen dapat dikembangkan berdasarkan pengalaman.
Pengalaman yang diperoleh melalui mendengarkan, berbicara, dan membaca
dapat divisualisasikan dengan bahasa tulis.
Pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman ini disebut
dengan experiential learning. Pembelajaran pengalaman adalah proses belajar,
proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau
pembelajaran. Pembelajaran ini dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu
proses pembuatan makna dari pengalaman langsung. Dalam hal ini adalah untuk
menulis cerpen. Pembelajaran pengalaman berfokus pada proses pembelajaran
untuk masing-masing individu.
Berdasarkan tinjauan di atas dan menanggapi masalah sebelumnya terkait
rendahnya keterampilan siswa dalam bersastra, diperlukan modul pembelajaran
menulis cerpen berbasis pengalaman yang memadukan antara teori dan praktik
yang dibuat untuk siswa SMP. Oleh karena itu, peneliti merasa terdorong dan
bermaksud untuk mengembangkan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis
pengalaman bagi siswa SMP. Pembelajaran pengalaman mencakup empat tahap,
yaitu pengalaman konkrit, pengalaman reflektif, konseptualisasi abstrak, dan
percobaan aktif. Modul yang dikembangkan berisi teori dan juga langkah-langkah
7
dengan contoh-contoh, kolom aktivitas, dan pengalaman-pengalaman dari
penulis-penulis profesional dunia sehingga lebih menarik dan dapat memberikan
motivasi siswa untuk menulis.
Pada penelitian ini, peneliti merancang modul yang valid digunakan guru
dan siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan
potensi yang ada di sekolah sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan hasil
belajar siswa. Modul ini juga dilihat dari kecermatan isi yang merupakan validasi
dan kesahihan isi buku atau kebenaran isi secara keilmuan dan keselarasan isi
berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa. Validasi
isi menunjukkan bahwa modul tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi modul
dikembangkan berdasatkan kosep dan teori yang yang berlaku dalam bidang ilmu
serta sesuai dengan perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang
dilakukan dalam bidang ilmu tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, isi modul dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, benar dari segi keilmuan. Validasi isi sangat penting untuk
diperhatikan sehingga modul tidak menyebabkan kesalahan konsep atau
miskonsepsi yang dapat dibawa siswa ke jenjang pendidikan selanjutnya atau ke
dalam kehidupannya. Menurut Belawati (2003:23) untuk dapat menjaga validasi
isi, dalam pengembangan modul, guru harus selalu menggunakan buku acuan atau
bahan pustaka, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu serta
perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Keselarasan isi berarti kesesuaian isi
modul dengan sistem nilai dan filsafat hidup yang berlaku dalam negara dan
8
mengembangkan modul yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam membuat
modul/bahan ajar. Modul dikembangkan mencakup tujuan pembelajaran,
penyajian materi yang logis dan sistematis serta kalimat yang mudah dipahami
dan dimengerti oleh siswa dan guru.
Penelitian diawali dengan mengkaji lebih mendalam analisis kebutuhan
subjek penelitian yang kemudian akan digunakan sebagai landasan rumusan
pngembangan materi ajar cerita pendek berbasis pengalaman dengan pengalaman
konkrit, pengalaman reflektif, konseptualisasi abstrak, dan percobaan aktif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia berbasisi teks materi cerita pendek. Pemilihan
cerpen hanya semata-mata agar pembahasaannya lebih terfokus, materi ajar
pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman diharapkan mampu
menumbuhkan rasa cinta terhadap sastra, mempermudah, dan menggugah
semangat siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Modul yang dihasilkan
diharapkan dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen.
1.2Identifikasi Masalah
Bedasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut: (1) kegiatan menulis cerpen termasuk pembelajaran
yang masih sulit bagi siswa sehingga hasil belajar siswa cenderung rendah. (2)
rendahnya motivasi siswa terkait dengan pembelajaran menulis cerpen, (3)
rendahnya keterampilan bersastra siswa, (4) belum tersedianya bahan ajar tentang
keterampilan menulis cerpen siap pakai yang dapat memenuhi kebutuhan peserta
9
cerpen. (6) penyajian materi dan pembelajaran yang masih terpusat pada guru, (7)
perlunya pengembangan modul yang berbasis pengalaman.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti
membatasi penelitian ini sebagai berikut.
1. Pengembangan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman
ini dikhususkan untuk upaya memfasilitasi kemampuan menulis cerpen
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kolang.
2. Kualitas modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman dilihat
dari validasi dan penilaian yang dilakukan oleh dua dosen ahli dan dua
guru Bahasa Indonesia untuk selanjutnya dilakukan uji keterpakaian
terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kolang.
3. Penelitian pengembangan ini dilakukan sampai uji coba kelompok
terbatas.
4. Modul yang dikembangkan difokuskan pada materi menulis cerpen kelas
VII SMP dengan rincian berikut.
Standar Kompetensi :
2. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
10
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Kompetensi Dasar :
. 4.2 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan
karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan
maupun tulisan
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kelayakan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis
pengalaman yang dikembangkan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1
Kolang?
2. Bagaimanakah hasil belajar menulis cerpen dengan modul pembelajaran
menulis cerpen berbasis pengalaman pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Kolang?
3. Bagaimanakah efektivitas modul pembelajaran menulis cerpen berbasis
pengalaman pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kolang?
1.5 Tujuan Penelitian
11
1. Mendeskripsikan kelayakan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis
pengalaman yang dikembangkan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1
Kolang
2. Mendeskripsikan hasil belajar menulis cerpen dengan modul pembelajaran
menulis cerpen berbasis pengalaman pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Kolang.
3. Mendeskripsikan efektivitas modul pembelajaran menulis cerpen berbasis
pengalaman pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kolang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk menghasilkan materi pembelajaran yang
diharapkan dapat mempermudah memahami materi cerita pendek. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat praktis maupun manfaat
secara teoretis yang dijabarkan sebagai berikut. Manfaat teoretis hasil penelitian
ini adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khasanah di
bidang menulis cerpen.
Manfaat praktis hasil penelitian ini bagi guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah (1) sebagai referensi tambahan yang dapat mempermudah guru
dalam menjelaskan dan memberikan penugasan kepada siswa untuk menulis
cerpen, (2) membantu guru membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam
menulis cerpen. Bagi siswa, (1) modul pembelajaran ini dapat dijadikan sumber
belajar mandiri siswa dalam menulis cerpen, (2) dapat mendorong dan
12
adalah untuk memberi dorongan bagi sekolah dalam menciptakan materi yang
sesuai sengan kebutuhan siswanya.
1.7. Definisi Operasional
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka
dibuat suatu definisi operasional sebagai berikut:
1. Model berbasis pengalaman merupakan suatu proses belajar mengajar
yang berfokus atau menekankan pengalaman siswa, baik pengalaman
intelektual, emosional, maupun fisik-motorik yang mengembangkan
kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
2. Pembelajaran menulis cerpen merupakan penciptaan karya sastra yang
berbentuk prosa fiksi yang berisi cerita singkat dan sederhana yang dijalin
dengan satu kesatuan yang utuh. Dapat pula dikatakan cerpen merupakan
cerita yang mengisahkan sebagaian kecil aspek dalam kehidupan manusia
yang diceritakan secara terpusat pada tokoh dan kejadian yang menjadi
pokok cerita.
3. Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan
dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan pelatihan
untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sisitem pengelolaan dalam
112
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil, dan pembahasan dalam penelitian
pengembangan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman ini pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kolang yang dikemukakan sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Produk modul berbasis pengalaman yang dikembangkan pada materi
pembelajaran menulis cerpen untuk siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kolang
memenuhi syarat dan layak digunakan berdasarkan validasi ahli materi
meliputi kelayakan isi dengan rata-rata delapan puluh delapan koma delapan
puluh delapan persen pada kriteria sangat baik, kelayakan penyajian dengan
rata-rata delapan puluh sembilan koma enam persen pada kriteria sangat baik,
aspek bahasa dengan rata-rata delapan puluh lima persen pada kriteria sangat
baik, aspek kelayakan buku dengan rata-rata delapan puluh sembilan koma
enam persen pada kriteria sangat baik, dan validasi ahli desain dengan
rata-rata delapan puluh delapan koma tujuh puluh lima persen pada kriteria sangat
baik.
2. Hasil belajar siswa yang diperoleh sebelum menggunakan modul
pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman berjumlah dua ribu dua
ratus dua puluh sembilan dengan nilai rata-rata enam puluh tiga koma enam
puluh sembilan persen dan hasil belajar siswa setelah menggunakan modul
pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman berjumlah dua ribu enam
113
ratus dua belas dengan rata-rata tujuh puluh empat koma enam puluh tiga
persen.
3. Penggunaan modul berbasis pengalaman lebih efektif meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan
menggunakan modul yang dikembangkan lebih tinggi dari hasil belajar siswa
yang tidak dibelajarkan dengan menggunakan modul atau hanya
menggunakan buku teks.
5.2. Implikasi
Berdasarkan simpulan dan temuan pada penelitian pengembangan modul
pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman yang telah teruji memiliki
implikasi yang tinggi digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Adapun implikasi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Modul yang dikembangkan akan memberi sumbangan praktis terutama dalam
pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru, dimana modul ini sebagai bahan
ajar tambahan untuk memberikan kemudahan dalam menyampaikan materi
yang diajarkan. Kegiatan belajar mengajar juga akan menjadi lebih menarik
dan menyenangkan terhadap siswa di sekolah.
2. Untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan
pengembangan bahan ajar berupa modul pembelajaran menulis cerpen.
3. Modul yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu
atau memudahkan siswa untuk memahami materi menulis cerpen, sehingga
114
5.3. Saran
Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada simpulan dari hasil
penelitian pengembangan modul ini, berikut diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Produk hasil penelitian pengembangan modul pembelajaran menulis cerpen
berbasis pengalaman ini diharapkan dapat digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi
pembelajaran, dan mampu mengaitkan pembelajaran yang diperoleh dengan
kehidupan sehari-hari.
2. Mengingat hasil penelitian pengembangan modul pembelajaran menulis
cerpen berbasis pengalaman ini masih memungkinkan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang belum mampu terkendali, maka perlu kiranya dilakukan
penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih banyak dan luas.
3. Produk hasil penelitian pengembangan modul pembelajaran menulis cerpen
berbasis pengalaman ini diharapkan dapat digunakan peneliti selanjutnya
untuk menguji keefektifan modul tersebut pada pembelajaran menulis cerpen
dan diharapkan ada pengembangan modul pembelajaran lainnya dengan
115
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Panduan Penyususnan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Arifin, S dan Adi K. 2009. Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi. Jakarta: PT Grasindo.
Cahyani, I. 2000. Peran Experiential Learning dalam Meningkatkan Motivasi Pembelajar BIPA. Makalah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Daryanto. 2013. Menyusun Modul Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.
Depdiknas. 2002. Teknik Belajar dengan Modul. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Diponegoro, M. 2011. Nulis Cerpen Yuk!.Jakarta: Narasi.
Kolb, D. A. 1984. Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. Englewood Cliffs, N. J.: Prentice-Hall.
Laksana. 2006. Ketatabahasaan dan Kesusastraan Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Nurgiyantoro, B. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Putra, N. 2012. Research & Development Penelitian dan Pengembangan: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. . .
Sayuti, S. A. dkk. 2009. Modul Menulis Fiksi. Yogyakarta: PBSI FBS UNY.
Sriyanti, M. 2013. Keefektifan Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Ekspositori pada Siswa Kelas X SMA N 1 Seyegan Sleman. Skripsi S1. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
116
Sukmadinata, N. S. dan Erliana S.. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama.
Sukmadinata, N. S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumardjo, J. 1997. Catatatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryaman, M. 2006. Pedoman Penulisan Buku Pelajaran Penjelasan
Standar Mutu Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Depertemen Pendidikan Nasional.
Suryaman, M. dkk.. 2006. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Diktat. Depertemen Pendidikan Nasional.
Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa: Bandung.
Thahar, H. E. 1999. Kiat Menulis Cerpen. Bandung: Angkasa.
Waluyo, B. 2013. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan MTs. Jakarta: Platinum.