• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE DAN COOLING DOWN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA Pengaruh pemberian massage dan cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di sekolah sepak bola angkasa surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE DAN COOLING DOWN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA Pengaruh pemberian massage dan cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di sekolah sepak bola angkasa surakarta."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE DAN COOLING DOWN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA ANGKASA SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI

Disusun Oleh :

ERSA EKO WIDIYASMONO NIM: J 110090024

JURUSAN DIPLOMA IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

▸ Baca selengkapnya: kliping tentang olahraga sepak bola

(2)
(3)
(4)

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE DAN COOLING DOWN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA ANGKASA SURAKARTA

Ersa Eko Widiyasmono

Program Studi DIV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102

ABSTRAK

Latar Belakang : Kelelahan merupakan menurunnya kemampuan dalam melakukan

aktivitas fisik, secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue. Pada olahraga kelelahan ini diakibatkan oleh banyak faktor antara lain intensitas, durasi hingga menyebabkan kurangnya energi dalam aktitas dan adanya penumpukan asam laktat hasil sisa metabolisme. Pada saat berlari, otot yang bekerja akan meningkatkan kecepatan metabolismenya untuk berusaha memenuhi kebutuhan akan energi. Metabolisme yang dapat menghasilkan energi paling cepat adalah metabolisme yang tidak menggunakan oksigen. tetapi metabolisme jenis ini akan menghasilkan sisa metabolisme berupa asam laktat. Penumpukan asam laktat di dalam otot ini adalah salah satu hal yang menyebabkan timbulnya rasa lelah pada otot. Dengan melakukan pendinginan atau Cooling down, penumpukan asam laktat paska latihan akan berkurang. Selain Cooling down terdapat intervensi lain yaitu berupa Massage pada otot yang lelah.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh pemberian massage dan cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment, dengan

pendekatan pre and post test two groups design. Jumlah sampel pada penelitian ini 24 sampel. Cara pengambilan sampel menggunakan metode Random Sample sesuai dengan criteria inklusi dan eksklusi.

Hasil Penelitian :

Kesimpulan : Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh massage terhadap

penurunan tingkat kelelahan sedangkan cooling down tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di Sekolah Sepak Bola Angkasa Surakarta.

(5)

PENDAHULUAN

Kelelahan merupakan menurunnya kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik,

secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik

atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue. Pada olahraga kelelahan

ini diakibatkan oleh banyak faktor antara lain intensitas, durasi hingga menyebabkan

kurangnya energi dalam aktitas dan adanya penumpukan asam laktat hasil sisa

metabolisme (Parahita, 2009).

Pada saat berlari, otot yang bekerja akan meningkatkan kecepatan

metabolismenya untuk berusaha memenuhi kebutuhan akan energi. Metabolisme yang

dapat menghasilkan energi paling cepat adalah metabolisme yang tidak menggunakan

oksigen. tetapi metabolisme jenis ini akan menghasilkan sisa metabolisme berupa asam

laktat. Penumpukan asam laktat di dalam otot ini adalah salah satu hal yang

menyebabkan timbulnya rasa lelah pada otot (Giriwijoyo, 2010).

Dengan melakukan pendinginan atau Cooling down, penumpukan asam laktat

paska latihan akan berkurang. Kontraksi otot ringan yang terjadi pada saat atlet

melakukan pendinginan, akan membantu otot memompa aliran darah yang akan

membawa asam laktat 'keluar' dari otot. Dengan pendinginan, kita akan menurunkan

frekuensi denyut jantung dan tekanan darah secara lebih bertahap. Hal ini membantu

mendapatkan kembali kondisi tubuh yang maksimal setalah berolahraga. Namun

penurunan ini tidak boleh terjadi terlalu cepat karena memberi dampak yang buruk bagi

kesehatan jantung, atau bahkan dapat membahayakan sesorang yang memang

(6)

Selain Cooling down terdapat intervensi lain yaitu berupa Massage pada otot

yang lelah, Massage menurut Basiran dkk (2010) memberikan efek untuk

mengendurkan dan meregangkan otot dan jaringan lunak lain pada tubuh sehingga akan

mengurangi ketegangan otot, hal ini dikarenakan massage mempercepat pengosongan

dan pengisian cairan sehingga sirkulasi darah, membantu pengeluaran zat sisa-sisa

metabolisme pada otot dan membantu mempercepat otot untuk recovery.

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian massage

dan cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola

di Sekolah Sepak Bola Angkasa Surakarta.

TUJUAN

Tujuan di lakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian massage terhadap penurunan tingkat

kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian cooling down terhadap penurunan

tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.

3. Untuk mengetahui beda pengaruh pemberian massage dan cooling down

terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB

Angkasa Surakarta.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2013 di Sekolah Sepak

Bola Angkasa Surakarta terhadap 24 responden dengan karakteristik kelelahan sesuai

(7)

eksperiment. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer yaitu dengan

melakukan pengukuran menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)

sebelum dan sesudah perlakuan Massage dan Cooling down.sebelumnya responden

diberikan penjelasan tentang cara pengisian Visual Analogue Scale for Fatigue

(VAS-F). Hasil pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan dicatat sebagai data yang akan

diuji dengan normalitas data dan uji statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian massage dan

cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di

Sekolah Sepak Bola Angkasa Surakarta. Penelitian ini mendapatkan data dengan

menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F), dan penelitian mendapatkan

jumlah sampel penelitian sebanyak 24 orang. Responden dibagi menjadi dua kelompok

perlakuan, yaitu kelompok massage dan cooling down.

1. Karakteristik responden menurut umur

Distribusi responden berdasarkan umur disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Prosentase

14-15 17 71 %

16-17 7 29 %

Jumlah 24 100 %

Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa responden terbanyak adalah

(8)

2. Hasil nilai pre Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan VAS-F pre

No VAS-F Pre Frekuensi

Massage Cooling down

1 1 - -

2 2 - -

3 3 2 3

4 4 1 2

5 5 4 4

6 6 4 3

7 7 - -

8 8 1 -

9 9 - -

10 10 - -

Jumlah 12 12

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada

VAS-F pre massage adalah 5 dan 6 sebanyak 4 responden. Sedangkan pada kelompok

cooling down terbanyak pada nilai VAS-F 5 sebanyak 4 responden.

3. Hasil nilai post Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan VAS-F post

No VAS-F Post Frekuensi

Massage Cooling down

1 1 - -

2 2 5 -

3 3 1 2

4 4 4 6

5 5 1 4

6 6 - -

7 7 1 -

8 8 - -

9 9 - -

10 10 - -

(9)

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada

VAS-F post massage adalah 2 sebanyak 5 responden. Sedangkan pada kelompok cooling

down terbanyak pada nilai VAS-F 4 sebanyak 6 responden.

Analisa data dilakukan kepada hasil pengukuran pada hasil nilai kelelahan

dengan menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F), dan waktu

tempuh lari 100 meter dengan menggunakan stopwatch.

Tabel 4.4. Distribusi data selisih beda VAS-F pada kelompok massage dan cooling down

No VAS-F Frekuensi

Massage Cooling down

1 -4 1 -

2 -3 3 -

3 -2 3 1

4 -1 3 6

5 0 1 1

6 1 1 4

Jumlah 12 12

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada selisih

VAS-F massage adalah -3, -2 dan -1 sebanyak 3 responden. Sedangkan pada

kelompok cooling down terbanyak pada nilai selisih VAS-F -1 sebanyak 6

responden.

1. Uji Pengaruh kelompok massage dan cooling down

Pengujian pengaruh antara pemberian latihan massage dan cooling down

(10)

Sepak Bola Angkasa Surakarta menggunakan uji komparatif Wilcoxon Test. dengan

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil Uji Wilcoxon Test

No Massage Signifikansi Cooling Down Signifikansi

1 VAS-F .006 VAS-F .166

Sumber : hasil pengolahan data

Hasil pada penilaian uji komparatif Wilcoxon Test menunjukkan nilai

signifikansi p < 0,05 pada kelompok intervensi massage, dimana berarti terdapat

pengaruh massage terhadap penurunan tingkat kelelahan. Sedangkan untuk

kelompok cooling down mendapatkan nilai signifikansi p > 0,05 yang menunjukkan

bahwa tidak terdapat pengaruh intervensi cooling down terhadap penurunan tingkat

kelelahan dan waktu tempuh.

2. Beda Pengaruh antara kelompok massage dan cooling down.

Pengukuran perbedaan kelompok massage dan cooling down terhadap

penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di Sekolah Sepak Bola

Angkasa Surakarta menggunakan uji Mann Whitney test, mendapatkan hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.6. Hasil uji Mann Whitney test

No Data Uji Nilai Signifikansi

1 VAS-F ,014

Sumber : hasil pengolahan data

Hasil interprestasi dari uji Mann Whitney test menunjukkan bahwa nilai p =

0,014 pada uji beda pengaruh VAS-F. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai selisih

(11)

1. Pengaruh pemberian massage terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet

olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.

Hasil pada penilaian pengaruh massage terhadap nilai kelelahan menunjukkan

nilai signifikansi p = ,006 (p <0,05) dimana berarti pemberian massage effleurage

yang dilakukan dengan jari-jari tangan rapat mencakup otot dan dilanjutkan dengan

gosokan menuju arah jantung secara berirama dan kontinyu memberikan pengaruh

membantu kerja pembuluh darah balik (vena). Pengaruh fisiologis dari gosokan yang

kuat mempengaruhi sirkulasi darah pada jaringan yang paling dalam dan di otot-otot

sedangkan gosokan sedang mengaktifkan sirkulasi pada pembuluh getah bening

(lymphe) (Kolt et al., 2005).

Hal ini bertujuan untuk mengelurakan asam laktat sisa metabolisme yang

menjadi sumber kelelahan pada saat setelah berlari. Karena dalam berlari otot yang

bekerja akan meningkatkan kecepatan metabolismenya untuk berusaha memenuhi

kebutuhan akan energi. Metabolisme yang dapat menghasilkan energi paling cepat

adalah metabolisme yang tidak menggunakan oksigen (Giriwijoyo, 2010).

2. Pengaruh pemberian cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet

olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.

Hasil pada penilaian pengaruh cooling down terhadap nilai kelelahan

menunjukkan nilai signifikansi p = ,166 (p >0,05) dimana menunjukkan bahwa

pemberian static stretching yang dilakukan tidak memiliki efek terhadap nilai

kelelahan pada atlet sepak bola. Seperti pada pengertian static stretching, yaitu

(12)

ketegangan dan mencapai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada otot. Untuk

selanjutnya posisi pada rasa tidak nyaman tersebut dipertahankan untuk beberapa

saat. Sasaran peregangan statis adalah untuk meningkatkan dan memelihara

kelenturan (elastisitas otot yang direngangkan) dan meningkatkan lingkup ruang

sendi. hal ini mengacu kepada Quinn (2011) bahwa pemberian static stretching baru

akan memberikan pengaruh yang signifikan setelah dilakukan selama 6 minggu,

dalam tahap cooling down memang diindikasikan memberikan manfaat tetapi lebih

kepada tingkat kelenturan dari otot.

3. Beda pengaruh pemberian cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada

atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.

Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pengaruh

antara pemberian massage dan cooling down terhadap kelelahan. Hal ini

dikarenakan pada pemberian massage memberikan efek bahwa massage terbukti

lebih memberikan efek relaksasi yang cepat dan sedatif dengan adanya efek

propioseptif yang diberikan oleh sentuhan tangan dan gosokan yang dilakukan. Hal

ini ditunjukkan dengan persentase keberhasilan sebesar 83,3%. Sedangkan pada

cooling down dengan melakukan static stretching memberikan efek lain yang tidak

diharapkan, yaitu efek penurunan kerja otot akut setelah dilakukan static stretching,

dengan mendapatkan hasil persentase keberhasilan 58,3% (Lee et al., 2009).

Dilihat dari fungsi utama dari static stretching yang sebenarnya menurut Quinn

adalah meningkatkan nilai fleksibilitas dari otot dan perluasan cakupan dari sendi

(13)

adanya pumping action dari otot untuk mengantarkan sisa metabolisme, tetapi nilai

tersebut tidak cukup besar dengan penekanan yang diberikan oleh intervensi dari

massage.

DAFTAR PUSTAKA

Apriant o, Yuli. 2013. Teknik Dasar Perm ainan Sepak Bola. Olahraga. Diakses dari w w w .ipt ek.com pada 2 Juli 2013.

Basiran. 2008. M odul M assage Olahraga. Bandung. Jurusan PKO UKI.

Clark, A. M. 2001. The cardiorespiratory system. Nasm Essential Of Personal Fitness Tarining. National Academic Of Sport Medicine. Diakses pada tanggal 19 April 2009, dari www. Proprofs .com/ flash cards /story. php? title:nasm.flashcards.chapter-3-cardiorespiratory.

Dubrovsky, V.I. 1990. The Effect Of Massage On Athlet´S Cadiorespiratory Systems (Clinico- Physiolgical Research). Dalam Manfaat Swedish Massage Pada Atlet Yang Mengalami Kelelahan Akibat Latihan Anaerob.

Freshm en, F.H.S. 2002. flexibilit y. Rev:8-02 SJH. Fit nes unit # 4. Am erican college of sport s m edicine.

Giriwijoyo, Santosa. 2010. Ilmu Faal Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga untuk Kesehatan dan Untuk Prestasi. Bandung: FPOK UPI.

Herawati, Hidayat. 2005. Produksi Asam Laktat Padaexercise Aerobik Dan Anaerobik. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung 40154.

Hestiningsih, Indiradewi. 2008. Pengendalian Kolesterol Program Olahraga. Diaskes dari www.m.klikdokter.com. Diakses pada 10 Januari 2013.

Iryanti, Detty. 2010. Fisiologi Otot. Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran. UNAND.

(14)

Kolt, G. S. Weerapong, P., Hume, P. A. 2005. The Mechanisms Of Massage And Effects On Peiformance, Muscle Recovery And Injury Prevention. International Journal of Sports Medicine, 16 : 478-483.

Lee, Hamilton. Jeremy, Norma. 2009. Negative Effect Of Static Stretching Restored When Combined With A Sport Specific Warm-Up Component. Journal Volume 12, Issue 6, November 2009, Pages 657–661. Department of Physiology, Australian Institute of Sport, Australia. 12 (6) : 657–661.

Nelson RT, Bandy WD. 2004. Eccentric Training And Static Stretching Improve Hamstring flexibility Of High School Males. J Athl Train 2004; 39:254–8. Diaskes dari The Sports Physiotherapist.com. pada 25 Mei 2013.

Ningrum, Destiana Ayu. 2012. Perbandingan Metode Hydrotherapy Massage dan Massage Manual Terhadap Pemulihan Kelelahan Pasca Olahraga Aerobic Lactacid. UPI. Repository.UPI.edu.

Parahita, Astra. 2009. Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap Daya Tahan Otot Pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 9-12 Tahun. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Stanford. 2012. Visual Analogue Scale to Evaluate Fatigue Severity (VAS-F). STOP, THAT and One Hundred Other Sleep Scales 2012, pp 399-402.

Stanley, C. 1991. Myocardial Lactate Metabolisme during Exercise. Med.SciSport Exercise. Vol. 23 : 920-924.

Suma’mur PK, 1989, Ergonomi untuk Produktivitas, Jakarta: CV. Haji Mas Agung.

Referensi

Dokumen terkait

Syakarofath, 2018: 88) mengkonseptualisasi berpikir kritis sebagai variabel yang terdiri dari dua aspek utama, yaitu aspek (1) keterampilan berpikir kritis atau

Tingkatkan Jalinan kerjasama yang baik dengan nasabah agar tingkat penjualan polis juga semakin meningkat, dengan pemberian bingkisan seperti payung, jam dinding dan

Untuk mewujudkannya telah dilakukan pengumpulan data dari beberapa instansi terkait, seperti Pusat Studi Energi UGM, Yayasan Asintyacunyata, Pemerintah Kabupaten

Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa percobaan dataset kuantitatif laporan keuangan untuk penentuan kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode data

makanan kecil tersebut di warung itu. Jadi warga belajar dapat saling menguntungkan satu sama lain. Namun tidak hanya pada pembuatan makanan kecil saja ada juga beberapa

ABSTRAK PENGARUH KOMPONEN DAYA TARIK WISATA TERHADAP MINAT KUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DI MALUKU TENGGARA Studi pada Pantai Ngurbloat dan Goa Hawang di Kepulauan Kei, Kabupaten

Meningkatkan Loyalitas Wisatawan Melalui Program Continuity Marketing Sari Ater Hotel &amp; Resort.. Universitas Pendidikan Indonesia

Buku T ematik T erpadu Kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku T ematik T erpadu