DESAIN TAMAN KOTA CILEGON BERBASIS KONSEP
ECO-DESIGN
AMANDA RISKY PURNAMA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Taman Kota Cilegon Berbasis Konsep Eco-Design adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
AMANDA RISKY PURNAMA. Desain Taman Kota Cilegon Berbasis Konsep Eco-Design. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.
Cilegon ialah kota pada Provinsi Banten yang terletak diujung barat Pulau Jawa. Pembangunan kota yang berkembang sangat cepat mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti meningkatnya polusi udara dan urban heat island. Salah satu upaya untuk meminimalisir efek tersebut adalah dengan mengoptimalkan fungsi ekologis dari Ruang Terbuka Hijau melalui desain taman kota, yang faktanya belum dimiliki Kota Cilegon. Taman tersebut merupakan lahan eks Pasar Baru yang sudah direlokasi dengan total luas 2,3 Ha. Tujuan dari penelitian ini untuk membuat suatu inovasi dalam desain yang eklogis dari taman kota yang akan menjadi identitas Kota Cilegon dengan mengakomodasi aktivitas rekreasi untuk warganya. Menggunakan metode deskriptif melalui survei, kuisioner serta interview. Konsep dasar yang diterapkan ialah eco-urbanscape restoration dengan penekanan restorasi habitat wetland yang dahulu banyak terdapat di Kota Cilegon. Implementasi desain ekologis berdasarkan indikator seperti: restorasi habitat satwa liar, efisinesi energi, penggunaan material ramah lingkungan, desain akomodatif, pengelolaan air limbah dan pengontrol banjir. Konsep desain yang diaplikasikan ialah pola percabangan ranting pada delta wetland yang ditransformasikan berupa pola geometris dan organik yang harmonis untuk mendapatkan kesan yang berbeda-beda pada tapak. Hasil akhir penelitian ini berupa pembagian ruang menjadi 4 bagian yaitu: ruang reservasi satwa liar (20%), ruang penyangga atau ruang eco-experience (30%), ruang rekreasi (40%) dan ruang penerimaan (10%). Desain yang dibuat diharapkan sebagai rekomendasi untuk desain Taman Kota Cilegon sebagai area rekreasi ruang luar berbasis ekologi.
Kata kunci: desain ekologis, desain lanskap, lanskap rekreasi, taman kota
ABSTRACT
AMANDA RISKY PURNAMA. Design of Cilegon City Park Based on Eco-Design Concept. Supervised by ANDI GUNAWAN.
Cilegon is a city in Banten Province which is located in west tip of Java Island. Developement of the city that happens very rapidly caused environmental damage such as increasing the air pollution, and urban heat island. One of the effort to minimaize the effect iss by optimising the ecological function of Green Open Space through designing a city park, In fact that there is no city park in Cilegon. Cilegon City Park will be designed in ex traditonal wet market (Pasar baru that already relocated) with total area 2,3 hectares. The purpose of this study is to create innovation in the ecological design of City Park that will be one of
Cilegon City’s identity that accomodates recreational activities of Cilegon society.
management and flood control. Design concept that applied in this site is inspired by the form of nature that is the interception of branches in wetland delta that transformed to be geometric and organic patterns. Those patterns is giving the sense of uniqueness to users in every side of park. Result of this research is 4 areas such as: wildlife reservation area (30%), buffer area or eco-experience area (20%), recreation area (40%), and welcome area (10%). Design that created can be used as recomentation for design of Cilegon City Park as outdoor recreation area that based on ecology.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2015 Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DESAIN TAMAN KOTA CILEGON BERBASIS KONSEP
ECO-DESIGN
AMANDA RISKY PURNAMA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Desain Taman Kota Cilegon Berbasis Konsep Eco-Design” ini dapat diselesaikan. Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk melakukan penelitian yang menghasilkan karya tulis ilmiah berupa skripsi dan merupakan tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana.
Pada kesempatan ini sebagai bentuk rasa syukur penulis kepada Allah Swt, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan kepada 1. orang tua tercinta, Bapak Dodi Purnomo dan Ibu Dra Titin Aisyah P, atas
semua kasih sayang, doa terbaik, dan motivasi yang tidak akan pernah bisa terbalas; Adikku tercinta Risti dan Azura atas do’a dan motivasi; Keluarga
besar Pak’de Ir. Harmani dan Bu’de Tince atas dukungan materil, motivasi
dan do’a selama studi di IPB;
2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc selaku pembimbing yang memberi bantuan, dukungan, motivasi, bimbingan serta arahan kepada penulis selama penyeleseaian karya ini;
3. seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam memperdalam keahlian profesi Arsitektur Lanskap terutama dalam bidang desain lanskap dan dapat menjadi masukan bagi Dinas Tata Kota Cilegon dalam pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Cilegon.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3 Desain Lanskap 3 Taman Kota 3
Eco-Design 4
METODOLOGI 8
Tempat dan Waktu Penelitian 8
Metode Studi 9
Tahapan Penelitian 9
Persiapan 9
Pengumpulan Data 9
Analisis dan Sintesis 10
Desain 11
Batasan Penelitian 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Kondisi umum 13
Aspek Fisik dan Biofisik 12
Batas Tapak dan Geografi 13
Sirkulasi dan Aksesibilitas 13
Geologi dan Tanah 13
Topografi 13
Drainase dan Hidrologi 14
Iklim 15
Kualitas Udara 16
View 16
Vegetasi 17
Fasilitas dan Utilitas 17
Aspek Sosial dan Budaya 18
Analisis dan Sintesis 20
Analisis dan Sintesis Fisik serta Biofisik 20
Aksesibilitas dan Sirkulasi 20
Pemandangan (View) 20
Kenyamanan Iklim 22
Vegetasi & Satwa 25
Kualitas Udara 26
Topografi dan Hidrologi 27
Tanah 29
Analisis dan Sintesis Kondisi Sosial 31
Pengguna Eksisting Tapak 31
Presepsi dan Preferensi Pengguna 31
Konsep 34
Konsep Dasar 34
Konsep Desain 35
Konsep Pengembangan 36
Konsep Ruang & Fasilitas 36
Konsep Sirkulasi 39
Konsep Vegetasi 42
Konsep Hidrologi 43
Konsep Penerapan Desain Ekologis 47
Blok Plan 48
Desain Taman Kota Berbasis Konsep Eco-Design 51
Sirkulasi 51
Fasilitas & Utilitas 57
SIMPULAN DAN SARAN 71
Simpulan 71
Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 72
LAMPIRAN 74
DAFTAR TABEL
1 Kebutuhan, Jenis, Bentuk dan Sumber Data Penelitian 8 2 Persebaran asal lokasi dan besar ukuran sampel responden 9
3 Jenis, Kegiatan dan Produk Analisis 10
4 Data Iklim Rata–Rata Tahun 2013 15
5 Data Konsentrasi Polutan 15
6 Jenis tanaman dan populasinya di dalam tapak 16
7 Fasilitas di Taman Kota Eks Pasar Baru 17
8 Tabel Kebutuhan Ruang 37
9 Rincian Pembagian Vegetasi 42
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram kerangka pikir penelitian 2
2 Orientasi Lokasi Penelitian 6
3 Sirkulasi dan Akses Menuju Tapak dan Didalam Tapak 14
4 Kondisi Topografi Pada Tapak 14
5 Keadaan Drainase Tapak 15
6 View Pada Bagian Tapak yang Belum Terbangun dan Terbangun 16
7 Aktivitas yang Ada Pada Tapak 18
8 Kondisi Umum 19
9 Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi 19
10 Analisis View 23
11 Fungsi Tanaman Sebagai Peneduh & Pengontrol Angin 24
12 Pengaruh Air Sebagai Pengontrol Iklim 24
13 Satwa Endemik dan Jalur Migrasi Burung Kawasan Kota Cilegon 26
14 Pengaruh Topografi Terhadap View dan Ruang 27
15 Siklus Hidrologi 28
16 Ilustrasi Sistem Stromwater Management Secara Keseluruhan 28
17 Bioswale 29
18 Analisis Hidrologi 30
19 Grafik aktivitas yang diinginkan responden 32
20 Grafik fasilitas yang diinginkan responden 32
21 Grafik pemanfaatan ruang yang diinginkan responden 33 22 Grafik bentukan pola taman yang diinginkan responden 33
23 Konsep Dasar Desain Taman Kota Cilegon 34
24 Diagram Design Strategies Desain Taman Kota Cilegon 35
25 Konsep Desain Taman Kota Cilegon 36
26 Konsep Ruang 40
27 Ilustrasi Pembagian Jalur Sirkulasi 41
28 Potongan Tampak Sirkulasi Luar Tapak 41
29 Ilustrasi Lapisan Tanaman Wetland 43
30 Ilustrasi Bioswale 44
31 Bentuk Bioremediation Terrace 44
32 Bentuk Pengaplikasian Floating Island 45
33 Rantai Makanan Habitat Wetland 45
35 Konsep Hidrologi 46
36 Proses Suksesi Hutan Hujan Sekunder 47
37 Integrasi Konsep Eco-Design 48
38 Proses Desain 49
39 Block Plan 50
40 Site Plan 52
41 Perbesaran Site Plan dan Potongan Tampak 1 53
42 Perbesaran Site Plan dan Potongan Tampak 2 54
43 Tipe – tipe jalur sirkulasi pada taman 55
44 Ilustrasi Canopy Tree Walk 56
45 Tampak Keseluruhan 57
46 Ilustrasi Signage Bagian Utara Taman 58
47 Ilustrasi Signage Bagian Timur Taman 58
48 Ilustrasi Signage Bagian Selatan Taman 59
49 Ilustrasi arah masuk Open City Gallery 59
50 Ilustrasi Amphitheater 60
51 Ilustrasi Masjid 60
52 Ilustrasi Interior Masjid 61
53 Ilustrasi Toilet 61
54 Ilustrasi Lapangan Bulutangkis 62
55 Ilustrasi Bangunan Kafetaria dan Kedai 62
56 Ilustrasi Bangunan Kantor Pengelola 63
57 Ilustrasi Sitting Area tepian air 63
58 Ilustrasi Broadwalk Deck 64
59 Ilustrasi Promenade 64
60 Ilustrasi Amphitheater 65
61 Ilustrasi Lampu Taman 65
62 Ilustrasi Bioswale 66
63 Rencana Lighting 67
64 Ilustrasi Bioremediation Terraces 67
65 Ilustrasi Kolam Retensi 68
66 Ilustrasi Childern Playground 69
67 Ilustrasi Tempat Parkir Kendaraan 69
68 Ilustrasi Halte Bus 69
69 Ilustrasi Multifunctional Lawn 70
70 Ilustrasi Sclupture Garden 70
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cilegon merupakan kota di Provinsi Banten yang terletak diujung barat Pulau Jawa yang dahulu memiliki lingkungan alami berupa rawa lahan basah (wetland) yang merupakan kawasan resapan air kota yang berfungsi untuk menahan banjir dan habitat satwa liar yang kaya biodiversitas. Perkembangan Kota Cilegon yang sangat cepat sejalan dengan adanya pembangunan Kawasan Industri. Komoditas Industri yang terbanyak ialah baja, sehingga Kota Cilegon dikenal sebagai Kota Baja. Hal ini diperkuat karena Kota Cilegon merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara. Sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan Industri Krakatau Steel ini. Telah terjadinya degradasi lingkungan akibat perkembangan Kawasan Industri ini seperti meningkatnya polusi udara dan menurunya kualitas air akibat pencemaran limbah.
Perkembangan Kota Cilegon yang pesat ini terlihat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir (1998-2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS jumlah penduduk Kota Cilegon bertumbuh sebesar 35,9% (dari 255.262 jiwa tahun 1998 menjadi 398.304 jiwa tahun 2013). Jumlah penduduk yang tinggi tersebut membuat Kota Cilegon menjadi kota terbesar ke-4 di Provinsi Banten. Pertambahan jumlah penduduk berkorelasi positif terhadap peningkatan jumlah ruang untuk tempat tinggal, area komersial sehingga mengkonversi bentuk lahan yang tidak terbangun menjadi terbangun. Berkembangnya kota ini berkonsekuensi pula dengan penurunan RTH. Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 tentang tata ruang dinyatakan bahwa proporsi RTH suatu kota paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota tersebut. Menurut data Dinas Tata Kota Cilegon tahun 2013, proporsi RTH Publik Kota Cilegon hanya 7 % dari luas wilayahnya. Jumlah tersebut sangatlah jauh dari persentase minimal RTH. Perlu adanya upaya peningkatan RTH khususnya RTH publik yang bersinergi dengan peningkatan kualitas ekologi kota. Bentuk dari RTH publik ialah taman kota yang faktanya belum ada di Kota Cilegon ini. Oleh karena itu perlunya mendesain Taman Kota Cilegon dengan baik sehingga fungsi ekologis dan estetika saling mendukung.
Pendekatan desain yang ekologis digunakan dalam mendesain taman kota dengan bertujuan untuk meminimalisir kerusakan lingkungan perkotaan. Desain ekologis dapat didefinisikan sebagai suatu desain yang meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dan mengintegrasikannya dengan proses-proses kehidupan (Van der Ryn dan Cowan, 1996). Menurut Yeang dan Yeang (2008), ecological design merupakan penggunaan prinsip-prinsip desain yang ekologis dan strategis untuk mendesain lingkungan dan cara hidup kita sehingga terintegrasi secara ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan lingkungan alam termasuk kehidupan di dalamnya (biosfer), yang memiliki semua bentukan kehidupan yang terjadi di bumi. Integrasi tersebut menyatakan bahwa desain yang dibuat akan meminimalisir pengurangan sumber daya yang tidak terperbarui, memberikan perlindungan, serta memperbaiki kualitas ekosistem.
Tujuan Penelitian
2
meningkatkan kualitas lingkungan kawasan tersebut. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengidentifikasi karakter tapak dan pengguna tapak untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan masyarakat akan taman kota;
2. menganalisis potensi serta kendala tapak ditinjau dari fisik, bio-fisik dan sosial tapak yang akan dijadikan taman kota;
3. mendesain taman kota Cilegon berbasiskan konsep eco-design. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dalam perancangan Taman Kota Cilegon, adalah: 1. menjadi bahan masukan alternatif desain taman kota bagi Dinas Pertamanan
dan Pemakaman serta Dinas Tata Kota Cilegon dalam pembangunan RTH kota;
2. menjadi model pengembangan desain taman kota bagi taman–taman kota lainnya di Indonesia dengan konsep eco-design;
3. memberikan informasi dan pemahaman masyarakat mengenai taman kota yang ramah lingkungan.
Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian desain taman kota Cilegon berbasis konsep eco-design disusun berdasarkan respon terhadap hilangnya lanskap alami kota yakni wetland akibat adanya pembangunan kawasan industri. Salah satu solusi untuk meminimalisir masalah lingkungan tersebrt adalah dengan desain taman kota yang menerapkan konsep eco-design yang tidak hanya memenuhi kebutuhan ruang rekreatif masyarakat setempat tetapi juga berkontribusi bagi peningkatan kualitas ekologi kota. Penjelasan kerangka pikir terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian Kota Cilegon
Desain Taman Kota Cilegon Berbasis Eco Design
3 TINJAUAN PUSTAKA
Desain Lanskap
Desain adalah ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan masa dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non alami, serta seluruh kegiatan yang terdapat didalamnya agar tercipta suatu karya tata ruang yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetis bernilai indah, sehingga tercapai kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia, serta makhluk hidup lain di dalamnya (Rachman, 1984). Menurut Simonds dan Starke (2006), memukakan bahwa desain ialah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi dan biologi serta aspek psikologis dan fisik yang dinyatakan pada bentuk, bahan, warna dan ruang, tekstur dan kualitas lainnya yang merupakan hasil pemikiran yang saling berhubungan. Perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume ruang.
Pada lanskap terdapat dua jenis elemen lanskap, yakni elemen lanskap mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor terdiri dari bentuk alam seperti topografi, pegunungan, lembah sungai dan kekuatan alam seperti angin, suhu, dan curah hujan yang sulit diubah oleh manusia. Elemen minor adalah elemen yang dapat dimodifikasi oleh manusia, seperti bukit, anak sungai dan hutan-hutan kecil. Perubahan yang diberikan secara garis besar dapat mengakibatkan beberapa efek, diantaranya melestarikan, merusak, mengubah serta memberi penekanan. Secara umum elemen lanskap dibagi menjadi soft materials dan hard materials. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan, sehingga semua elemen yang banyak bervariasi dapat menjadi satu kesatuan yang harmonis. Elemen desain lanskap berdasarkan desain yang ditimbulkan yakni: Elemen lunak (soft material) seperti tanaman, air dan satwa. Serta Elemen keras (hard material) seperti paving, pagar, patung, pergola, bangku taman, kolam, lampu taman, dan sebagainya Simonds dan Starke. (2006).
Proses desain lanskap menurut Gold (1980) terdiri dari: persiapan, inventarisasi, analisis -sintesis, dan desain, berikut ini penjabarannya:
1. Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan dan program serta informasi lain tentang berbagai keinginan yang akan dilanjutkan dengan membuat persetujuan kerja sama antara perencana dan pemberi tugas.
2. Inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data kondisi awal tapak yang diperoleh dari survei ke lapangan, wawancara, pengamatan, dan sebagainya. 3. Analisis merupakan tahap untuk mengetahui permasalahan, kendala, potensi
dan kemungkinan pengembangan lain dari tapak. Pada tahap ini dibuat program pengembangan yang menyeluruh dengan menyusun tujuan, metode, daftar kebutuhan, deskripsi proyek, dan hubungan antar komponen tersebut. Sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi suatu tapak yang disesuaikan dengan tujuan perencanaan. Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi, akan diperoleh beberapa alternatif perencanaan
4
Taman Kota
Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa taman kota adalah taman-taman yang luas di dalam kota yang menyediakan kebutuhan rekreasi bagi penghuni kota (citizen). Termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas yang melengkapi kebutuhan para pengguna misalnya plaza, pusat perbelanjaan, kebun binatang, tempat bersejarah (museum). Menurut PERMENPU No. 05/Prt/M/ 2008, Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, taman bermain (anak/balita), taman bunga, taman khusus (untuk lansia), fasilitas olah raga terbatas, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 30%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
Menurut PERMENPU No. 05/Prt/M/ 2008, RTH Taman Kota memiliki fungsi adalah:
1. Fungsi ekologis seperti: Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota); Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar; Sebagai peneduh; Produsen oksigen; penyerap air hujan; Penyedia habitat satwa; Penyerap polutan; Media udara, air dan tanah, serta; Penahan angin.
2. Fungsi sosial dan budaya : Menggambarkan ekspresi budaya lokal; Merupakan media komunikasi warga kota; Tempat rekreasi; Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.
3. Fungsi ekonomi: Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur; Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.
4. Fungsi estetika: Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makr: lanskap kota secara keseluruhan; Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota; Pembentuk faktor keindahan arsitektural; Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.
Ruang terbuka hijau salah satunya taman kota memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga kelangsungan hidupnya. Tanpa keberadaan ruang terbuka hijau di kota akan mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, perencanaan ruang terbuka hijau harus dapat memenuhi keselarasan harmoni antara struktural kota dan alamnya, bentuknya bukan sekedar taman, lahan kosong untuk rekreasi atau lahan penuh tumbuhan yang tidak dapat dimanfaatkan penduduk kota (Simond dan Starke, 2006).
5 untuk melakukan semua keinginannya dengan tetap memperhatikan norma yang berlaku sehingga tidak mengganggu kebebasan orang lain.
Taman kota merupakan ruang rekreasi bagi masyarakatnya. Jenis rekreasi menurut Gold (1980) dikelompokan menjadi empat kategori:
1. Rekreasi fisik, yaitu rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam melakukan aktivitas rekreasi.
2. Rekreasi sosial, yaitu rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan aktivitasnya.
3. Rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan, pendidikan, dan estetika.
4. Rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang memanfaatkan sumber daya alam.
Eco-Design
Desain ekologis dapat didefinisikan sebagai suatu desain yang meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dan mengintegrasikannya dengan proses-proses kehidupan (Van der Ryn dan Cowan 1996). Integrasi tersebut menyatakan bahwa perancangan yang dibuat meninjau keragaman spesies (menjaga keragaman hayati), meminimalisir pengurangan sumber daya, melindungi nutrient dan water cycles, perbaikan kualitas habitat, serta mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan ekosistem dan manusia. Dalam hal tersebut bisa diartikan bahwa desain ekologis bersifat melindungi komponen biotik (Manusia, hewan dan tumbuhan) dan abiotik (Tanah, air dan udara) suatu lingkungan. Selain itu. Desain ekologis diartikan sebagai adaptasi yang efektif dan proses alam yang terintegrasi. Untuk mencapai hal tersebut. Menurut Yeang dan Yeang (2008), ecological design atau ecodesign merupakan penggunaan prinsip-prinsip desain yang ekologis dan strategis untuk mendesain lingkungan dan cara hidup kita sehingga terintegrasi secara ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan lingkungan alam termasuk kehidupan di dalamnya (biosfer), yang memiliki semua bentukan kehidupan yang terjadi di bumi. Integrasi tersebut menyatakan bahwa rancangan yang dibuat akan meminimalisir pengurangan sumber daya yang tidak terperbarui, perlindungan serta perbaikan kualitas ekosistem.
Supaya terpenuhinya konsep eco-design dalam desain yang akan dilaksanakan maka perlu adanya indikator yang menunjukan suatu desain tersebut menerapkan prinsip konsep eco-design. Terdapat 5 prinsip eco-design menurut Van der Ryn dan Cowan (1996) dalam mendesain yang ekologis yakni:
1. Solution Grows From Place, Pemecahan masalah harus berpijak dari tempat dimana perancang mendesain. Pemahaman karakteristik tapak, kondisi lingkungan sekitar, dan pengguna tapak menjadi kunci informasi untuk desain, 2. Ecological Accounting Informs Design, atau Desain dengan Perhitungan Ekologis. Desain perlu perhitunagan yang matang, yakni bahwa karya desain yang dibuat tidak merusak lingkungan,
3. Design With Nature, Desain harus selalu mempertimbangkan keberlanjutan secara bersama antara lanskap sebagai karya desain dengan alam yang terkait, 4. Everyone is a Designer, Desain harus bersifat parstisipatif terhadap pemangku
6
harus mempertimbangkan pihak lain yang terkait, bahkan keputusan desain dapat diputuskan secara bersama dengan mereka,
5. Make Nature Visible, proses – proses alamiah merupakan proses yang siklis. Arsitek atau desainer sebaiknya juga mampu untuk melakukan proses tersebut sehingga limbah yang dihasilkan seminimal mungkin.
Prinsip desain ekologis menurut Beck dan Franklin (2013):
1. Right Plant Right Place, yakni pemilihan tanaman untuk desain ekologis haruslah sesuai dengan lingkungan setempat baik iklim mikro ataupun ketersediaan air.
2. Working with plant populations and communities, Dimana alam pada lingkungan terbangun tanaman jarang terdapat sendiri mereka tuumbuh bersama tanaman lain dengan karakter yang berbeda-beda. Contoh kawasan hutan hota dengan badan air terdapat lapisan tanaman berbeda baik tanaman akuatik, willow shrub, sampai mixed riparian forest hal ini berkesesuaian dengan karakter struktur dari tanaman itu seperti genetic, ruang, ukuran dan umur.
3. Competition and assembling thight communities, Pada desain yang ekologis populasi tanaman yang ada berkompetisi karena sumber yang ada terbatas sehingga tercipta keberagaman. Struktur tanaman-tanaman yang beragam ini memiliki fungsi untuk menangkal invasi dan menciptakan estetika baik dari segi warna, bentuk dan teksturnya.
4. Designing and managing ecosystem. Pada desain ekologis tidak hanya fisik saja yang diperhaikan teteapi keterhubungan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem dinilai penting.
5. Biodiversity for high functional landscape, tingkat biodiversitas yang tinggi mengakibatkan banyak fungsi pada tapak baik unsur abiotik dan biotik memiliki peranannya.
6. Promoting living soil and health water, desainer harus mampu memperbaiki kualitas air dan tanah pada tapak
7. Integrating other organism, Mengintegrasikan keterhubungan antar organisme pada tapak, sehingga tidak mengganggu rantai makanan yang ada.
8. Counting on disturbance and planning for succession, Memperhitungkan gangguan yang terjadi pada pembangunan dengan proses suksesi yang terjadi 9. Landscape ecology applied, pengaplikasian ilmu ekologi lanskap yakni ilmu
yang mempelajari hubungan antar organisme pada suatu ekosistem.
10.Creating landscape for an era global change, mendesain lanksap yang dinamis serta berpandangan kedepan dengan adanya perubahan global.
7 Terdapat 3 strategi pada desain yang ekologis menurut Rottle dan Yocom (2010) yaitu: restoration, regeneration, dan stewardship (pengelolaan). Sebagian lanskap dan tapak telah terkena dampak dari ulah manusia yang mengakibakan rusaknya lingkungan yang ada. Oleh karena itu desain perlu merestorasi fungsi ekologi tapak khususnya kondisi tanah, aliran air, struktur tanaman haruslah sesuai dengan sejarah tapak tersebut. Menrestorasi tapak yang sudah berubah kondisi alaminya maka dapat dilakukan dengan mereplika bentuk patch ekologinya menurut sejarahnya.
Tingkatan restorasi kondisi alami tapak bervariasi dari restorasi secara keseluruhan ataupun parsial. Berikut ini ialah tipe tingkatan restorasi:
1. Rehabilitasi. Bertujuan untuk memperbaiki proses pada suatu ekosistem (contoh: mengubah aliran stormwater untuk meningkatkan laju inflitrasi atau menanam kembali tanaman yang menarik satwa liar pada suatu habitat tertentu)
2. Reklamasi. Merupakan restorasi pada area tambang atau bekas area industi yang sudah sangat rusak. Tujuannya untuk menstabilkan lahan, menanam kembali dan memberikan keamanan publik serta nilai estetika sehingga tapak tersebut kembali berguna.
3. Ecological Engineering. Merupakan restorasi sebagian dimana pada tapak diberikan material alami, organisme hidup dan aspek dari proses fisik-kimiawi untuk mengatasi masalah teknis seperti restorasi tepian sungai dengan penanaman tanaman wetland.
4. Superficial mimicry. Membuat desain yang hanya untuk digunakan untuk mengedukasi masyarakat dengan membuat tiruan dari suatu habitat. Contohnya seperti desain penanaman spesies lokal dari suatu ekosistem tanpa memperhatikan sistem hidrologi, tanah yang sesuai, atau proses suksesi sehingga hanya untuk penampilan estetika saja.
8
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Desain Taman Kota Cilegon berbasis konsep eco-design, dilakukan pada area Eks Pasar Baru, Jalan Akses Gedung, Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon dengan luas tapak 2,3 hektar. Kegiatan penelitian berlangsung selama sembilan bulan, yaitu dimulai dari minggu pertama bulan Maret 2014 hingga minggu keempat bulan Desember 2014. Gambar 1 memperlihatkan lokasi penelitian.
Peta Kota Cilegon Peta perbesaran pusat kota
Peta lokasi penelitian (eks Pasar baru). Sumber: www.maps.google.com/cilegon
Foto panorama bagian Barat Gambar 2 Lokasi penelitian
9 Metode Studi
Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, melalui survey lapang dan penyebaran kuisioner yang akan dilakukan dalam empat tahapan, yakni tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan data (konsep, analisis, dan sintesis), dan desain (Gold 1980).
1. Persiapan
Pada tahap persiapan, dilakukan penentuan tujuan perancangan, rencana kerja dan anggaran biaya, mencari sumber-sumber informasi sekunder yang terkait dengan kegiatan perancangan untuk mendukung pengembangan kegiatan penelitian ini.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan survei, wawancara dan penyebaran kuisioner. Kegiatan survei terdiri dari: pengukuran langsung dengan menggunakan alat-alat survei seperti Global Positioning System (GPS) yang digunakan untuk menentukan luasan, bentuk, serta posisi titik koordinat dari lokasi penelitian; Meteran, yang digunakan untuk mengukur dimensi panjang dan lebar tapak di lokasi penelitian dan Kamera Digital. Data sekunder diperoleh dengan studi pustaka serta data dari dinas terkait. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kebutuhan, Jenis, Bentuk dan Sumber Data Penelitian
Kelompok Data Jenis Data Bentuk Data Sumber Data
Fisik
Batas Tapak dan
Geografi Peta dan Satuan Angka Dinas Tata Kota Sistem Transportsai,
View Peta dan Deskriptif Lapang
Kenyamanan Iklim
SalinitasTanah Peta dan Deskriptif Lapang dan DPU Kualitas Udara Satuan Angka dan
Deskriptif
Stasiun Klimatologi
Iklim Satuan Angka Stasiun Klimatologi
Vegetasi dan Satwa Peta dan Deskriptif Lapang dan DKP
Hidrologi dan Drainase Satuan Angka dan
Deskriptif Lapang dan DPU Geologi dan Tanah Peta & Deskriptif Bappeda dan DPU
Sosial Preferensi Pengunjung Deskriptif
Survei dan Interview Sosial Budaya Deskriptif Disbudpar
10
seperti bentukan-bentukan elemen lanskap, kenyamanan iklim mikro, keadaan hidrologi dan drainase tapak, keadaan fasilitas dan utilitas pada bagian tertentu di dalam tapak serta keadaan sosial seperti aktivitas pengunjung pada waktu yang berbeda - beda.
Kuesioner dengan pertanyaan tertutup sebanyak 100 kuisioner dengan pembagian 50 untuk pengunjung riil tapak dan 50 pengunjung potensial dengan teknik sampling berstrata (stratified sampling) yang dipilih secara acak dari tingkat Kecamatan dan Kelurahan yang ada di sekitar tapak. Kuisioner dan interview ini ditujukan kepada para pengunjung dan masyarakat kota untuk mendata pandangan dan pendapat mengenai desain taman kota dari sudut pandang pengguna. Pesebaran asal lokasi pengunjung responden dan besar ukuran sampel responden kusioner dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Persebaran Asal Lokasi dan Besar Ukuran Sampel Responden
Kecamatan Kelurahan Ukuran Contoh
Cilegon Ciwaduk 7
Ketileng 5
Jombang Jombang Wetan 10
Masigit 8
Citangkil Taman Baru 6
Citangkil 14
Jumlah Total Responden 50
3. Analisis dan Sintesis
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis ke dalam dua sub bagian yang meliputi analisis fisik dan biofisik tapak, serta analisis pengguna. Analisis fisik yang dilakukan adalah mengenai fisik tapak atau sumber daya tapak untuk menilai potensi dan kendala pada yang ada. Analisis fisik dan biofisik meliputi analisis topografi, analisis aksesibilitas, analisis kontekstualitas, analisis kenyamanan iklim, analisis kualitas udara, analisis vegetasi, analisis drainase dan hidrologi, serta analisis geologi dan tanah. analisis topografi. Analisis aksesibilitas, dan analisis kontekstualitas untuk penerapan atau aplikasi konsep eco-design yakni Konservasi Tanah dan Penghematan Energi. Analisis kenyamanan iklim mikro melalui perhitungan Temperature Humanity Index (THI) yang menghasilkan indeks kenyamanan dengan kriteria menurut Laurie (1984), analisis kualitas udara, analisis vegetasi dan untuk penerapan atau aplikasi konsep eco-design yakni kenyamanan iklim mikro dan restorasi habitat. Analisis drainase dan hidrologi serta analisis geologi dan tanah untuk penerapan atau aplikasi konsep eco-design ialah konservasi air.
11 Tabel 3 Jenis, Kegiatan, dan Produk Analisis
Jenis Analisis Kegiatan yang dilakukan Produk
Analisis Fisik dan Biofisik
Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi
Menganalisis kemudahan akses pejalan kaki dan kendaraan, sistem transportasi
Peta Aksesibilitas dan Sirkulasi
Analisis View Menganalisis potensi good view dan
kendala bad view pada tapak vegetasi serta satwa pada tapak
Deskripsi fungsi arsitektural dan ekologis vegetasi Deskripsi Persebaran Satwa pada tapak Analisis Kualitas Udara Mencari indikator kualitas udara kota Nilai kualitas udara
Analisis Hidrologi dan Topografi
Menganalisis inlet dan outlet pada tapak, Menganalisis kondisi hidrologi pada tapak serta sistem drainase yang
dipergunakan, dan Bentuk kontur tapak,
Peta drainase dan Kemiringan Lahan Deskripsi kondisi hidrologi pada tapak
Analisis Tanah Menganalisis sifat fisik tanah
Deskripsi sifat fisik
Kelompok hasil analisis fisik dan biofisik serta analisis kondisi sosial berdasarkan potensi yang ada akan dikembangkan, sedangkan kendala yang ada dicari solusi atau pemecahannya sehingga menghasilkan sintesis tapak yang digunakan sebagai dasar untuk mendesain Taman Kota Cilegon ini sebagai ruang terbuka hijau yang rekreatif dan berbasis alam.
4. Desain
12
model 3D, Adobe Photoshop CS6, V-ray dan LUMION untuk rendering serta pembuatan animasi.
Batasan Penelitian
13 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Aspek Fisik dan Biofisik
Aspek fisik dan biofisik yang diinventaris pada area penelitian meliputi aspek–aspek yang terkait dalam desain desain taman diantaranya: batas tapak dan geografi, sirkulasi dan akesibilitas, geologi dan tanah, topografi, drainase dan hidrologi, iklim, vegetasi, fasilitas dan utilitas serta view.
Lokasi dari tapak penelitian ini berada di lahan yang merupakan eks Pasar Baru Cilegon. Secara administratif letak tapak berada di Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon. Tapak ini terletak di kawasan pertokoan dan kantor Dinas Sosial Kota Cilegon. Secara Geografis tapak terletak pada koordinat 6º0’47,5” LS - 106 º3’31,7” BT, dengan batas wilayah:
1. Utara : Jl. Kubang Laban
2. Selatan : Permukiman penduduk dan pertokoan 3. Barat : Pertokoan dan Jl. Kapt. P. Tendean 4. Timur : Jl. Pasar baru
Lokasi taman kota eks Pasar Baru Cilegon ini tidak jauh dari jalan protokol atau jalan arteri Kota Cilegon (Jalan S. Agung Tirtayasa) yakni berjarak sekitar 500 m yang dihubungkan dengan jalan kolektor (Jalan Kapt. P Tendean dan Jalan Kubang Laban). Lokasi ini dapat diakses dengan kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor terdapat pula angkutan umum (angkot) yang melalui bagian barat tapak yakni pada Jalan Kapt. P. Tendean. Sirkulasi jaringan jalan pada sekitar tapak terbagi atas dua jalur kendaraan bermotor tetapi tidak terdapat jalur pejalan kaki (pedestrian). Kondisi Jalan pun dalam keadaan yang rusak berat dengan lubang–lubang yang besar. Sirkulasi dalam tapak hanya terdapat pada bagian taman yang terbangun berupa jalur pejalan kaki dengan lebar 2 m dan material berupa paving block. Akses ke dalam tapak dapat dilalui oleh pejalan kaki pada bagian utara, selatan dan timur tapak dari jalan yang mengelilingi tapak dan kendaraan sepeda motor pada bagian utara tapak. Kondisi eksisting seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.
Letak tapak secara geologis yang merupakan dataran rendah yang landai. Memiliki perbedaan level pada bagian utara dan selatan tapak hanya kurang dari 1 meter. Kemiringan pada tapak antara 0 – 3 % dimana termasuk dalam katagori datar seperti yang terlihat pada gambar 4. Berada diketinggian sekitar 11 mdpl dan tersusun atas batuan vulkanik dan alluvium dengan jenis batuan breksi dan tupa dari Gunung Gede yang merupakan gunung yang terletak pada bagian utara Kota Cilegon dengan ketinggian maksimum 551 meter diatas permukaan laut (Bappeda, 2013).
14
P & K tetapi kurang unsur N. Secara umum kesuburan tanah pada tapak penelitian memiliki tingkat kesuburan yang cukup.
Gambar 3 Sirkulasi dan akses menuju tapak dan di dalam tapak
Gambar 4 Kondisi topografi pada tapak
Jenis drainase yang ada yaitu drainase terbuka dan drainase tertutup. Drainase terbuka terdapat pada dalam tapak yang berada pada kanan dan kiri jalan setapak yang mengalir ke drainase jalan serta bagian yang tidak terbangun yang masih merupakan padang rumput tidak terdapat saluran pembuangan, air yang ada langsung diserap (inflitrasi) ke tanah. Drainase tertutup tertutup terdapat di jalan disekitar tapak dengan kondisi yang buruk dimana terdapat sedimentasi dan tumpukan sampah sehingga terdapat genangan air jika terjadi hujan dengan intensitas dan curah hujan yang tinggi yang turut merusak struktur jalan seperti yang terlihat pada gambar 5.
15 tapak berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM Cilegon Mandiri) dan hujan untuk kebutuhan toilet maupun untuk menyiram tanaman.
Gambar 5 Keadaan drainase tapak
Berdasarkan letak ketinggian Kota Cilegon yang berada di daerah pesisir sehingga memiliki iklim yang panas dengan suhu rata–rata 27 C dimana suhu tertinggi tercatat pada bulan Juni dengan suhu 27,9 C dan terendah bulan Agustus dengan suhu 26,8C. Tingkat kelembaban udara rata–rata 80,5 %. Arah angin pada sekitar tapak rata–rata bergerak dari arah barat daya ke arah utara dengan rata– rata kecepatan angin rata-rata 2,3 knots. Lama penyinaran matahari sebesar 33-92% dengan lama penyinaran terbesar pada bulan September. Sedangkan curah hujan rata–rata yakni 100 mm perbulan ditahun 2013 dengan curah hujan tertinggi pada bulan janurai yakni 302 mm dan terrendah pada bulan agustus yakni 0 mm dengan rata - rata hari hujan 14 hari. Berikut ini tabel 4 tabulasi data iklim pada tapak.
Tabel 4 Data Iklim Rata–rata Tahun 2013
16
Kota Cilegon yang merupakan kota industri memiliki aktivitas industri yang tinggi dan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan, untuk mengetahui dampak negatifnya dapat ditinjau dari data sekunder terhadap parameter yang diukur seperti gas HC, CO, NO2, SO2, Pb dan debu yang merupakan gas–gas atau partikel yang mencemari udara yang dapat diserap oleh tanaman. Berikut ini tabel 5 yang merupakan data konsentrasi polutan.
Tabel 5 Data Konsentrasi Polutan
Lokasi Parameter Hasil Baku mutu
Jl. Ahmad Yani (Bag. Kecamatan
Jombang)
Debu (µg/m3)* 687 230
HC (µg/m3)* 687 160
CO (µg/m3) 5700 10000
NO2 (µg/m3) 38,7 150
SO2 (µg/m3) 17,8 365
Pb (µg/m3) 0,42 2
Keterangan : * Melebihi baku mutu menurut PP RI No: 41 Tahun 1999. Sumber : Dinas BLH Kota Cilegon
Pada tapak view yang sebagian besar dapat dijumpai ialah padang rumput dan sedikit pepohonan yang masih muda. Pada pandangan sebalah barat dan timur dihalangi oleh tampak belakang rumah dan pertokoan sekitar tapak. Sedikitnya variasi visual yang ada pada tapak dikarenakan sebagian besar masih belum terbangun seperti yang ditunjukan gambar 6. Sedikit bagian yang sudah terbangun ialah pada bagian utara dapat dijumpai perkerasan conblock sebagai jalur pedestrian, plaza, bekas masjid yang kondisinya sangat buruk dengan kusen dan plafon bangunannya hancur dan beberapa pilar sebagai gerbang masuk taman.
17 terbangun. Jenis dan jumlah populasi tanaman yang ada terlihat pada tabel 6. Menurut pengamatan lapang tidak ditemukannya satwa endemik yang merupakan penciri pada Taman Kota Cilegon ini. Satwa yang terdapat pada tapak hanya burung gereja, dan belalang.
Tabel 6 Jenis Tanaman dan Populasi
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Klasifikasi
1 Angsana Pterocarpus indicus 6 Pohon
2 Kecrutan Spathodea campanulata 9 Pohon 3 Ekor Tupai Wodyetia bifurcata 7 Palem
4 Kihujan Samanea saman 33 Pohon
5 Ketapang Terminalia catappa 4 Pohon
6 Kerai Payung Felicium decipiens 3 Pohon
7 Kersen Muntingia calabura 10 Pohon
8 Kelapa Cocos nucifera 1 Palem
9 Rumput Gajah Axonopus compressus 1 Penutup tanah
Fasilitas pendukung yang ada pada tapak yaitu toilet, gazebo, tempat duduk, dan tempat ibadah yakni masjid yang sudah tidak digunakan kembali. Spesifikasi masing–masing fasilitas terdapat dapat tabel 7 merupakan lokasi fasilitas tersebut dalam tapak dan kondisinya.
Utilitas yang ada pada tapak ialah adanya jaringan transmisi listrik overhead yang melintang di selatan dan timur tapak yang merupakan jaringan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sekitar tapak. Selain transmisi listrik terdapat juga lampu taman sebanyak 12 titik setinggi 1,5 meter dengan kondisi lampu taman yang kurang menerangi tapak karena ukuran lampu taman yang kecil dan kurang tinggi serta dari sisi desain sangat tidak menarik. Tabel 7 Fasilitas di Taman Kota Bekas Pasar Baru
Nama Fasilitas Jumlah Keterangan
Masjid 1
Masjid ini memiliki luas 116 m2 den dengan kondisinya buruk karena tidak dipergunakan lagi, seluruh kaca dan beberapa tembok hancur dan ditinggali tunawisma
Toilet 1 Kondisi cukup baik hanya kurang mampu menampung kebutuhan user akan toilet karena terlalu kecil
Gazebo 3
Gazebo berbentuk segi 4 seluas 10,6 m2 ini kondisinya cukup baik tapi segi tampilan kurang menarik serta kurang luas untuk menampung user
Tempat duduk 15 Desain tidak menarik, kurang adanya penaung sehingga
18
Aspek Sosial dan Budaya
Pengguna tapak ini umumnya ialah penduduk yang bermukim disekitar tapak, anak sekolah, penjual makanan dan barang karena tapak ini dikelilingi kawasan perdagangan, pemukiman dan sekolah. Pengguna tapak umumnya menggunakan tapak pada sore hari jika hari kerja dan pada pagi hari jika akhir pekan, dimana kegiatan yang ada terpusat di bagian utara atau pada bagian taman yang sudah terbangun. Kegiatan yang dapat ditemui ialah anak–anak bermain, sedangkan kegiatan yang dilakukan orang berusia dewasa ialah bersantai di Gazebo serta kegiatan jual-beli dengan banyak ditemuinya lapak–lapak penjual makanan dan barang seperti yang terdapat pada gambar 7. Budaya yang terdapat di Kota Cilegon merupakan budaya campuran (mestizo) karena kota ini merupakan Kota Industri dengan banyak warga pendatang baik dalam negeri maupun luar negeri, Akan tetapi secara umum budaya asli merupakan budaya Jawa Banten yang dengan pencampuran unsur sunda yang sangat kental dengan pengaruh keislaman. Budaya ini dibawa oleh penyebar agama islam dari Cirebon dan berasimilasi dengan budaya sunda pada Kesultanan Banten
Keseluruhan kondisi umum pada tapak dapat dilihat pada gambar 8. Pada peta kondisi umum tergambar keadaan eksisting pada taman baik vegetasi, utilitas dan fasilitas serta aktivitas yang ada. Terlihat eksisting pada tapak hanya sebagian kecil yang terbangun yaitu yang terletak pada bagian utara serta sisanya masih berupa padang rumput.
Kondisi saat ini taman nampak hanya sebagian kecil saja yang terbangun yakni bagian utara yang berbatasan langsung dengan jalan. Berdasarkan survei di lapang tampak desain yang ada kurang menampung aktivitas warga Kota Cilegon dan dinilai kurang estetis. Selanjutnya akan dibahas analisis dan sintesis terkait kondisi fisik dan biofisik antara lain, aksesibilitas dan sirkulasi, view, kenyamanan iklim, vegetasi dan satwa, kualitas udara, drainase dan topografi, hidrologi, serta geologi dan tanah.
19
Ga
mbar
8 Kondisi
umu
m t
apa
20
Analisis dan Sintesis Fisik serta Biofisik
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Lokasi tapak terletak di Pusat Kota Cilegon dengan dikelilingi Pertokoan, Pemukiman dan Kantor Dinas Sosial Kota Cilegon. Tapak dapat diakses menggunakan kendaran pribadi ataupun angkutan umum. Angkutan umum tersebut ialah trayek Pasar baru-Simpang melalui Jalan Kolektor yakni Jalan Kapt. P. Tendean yang terhubung dengan Jalan Protokol Kota Cilegon yaitu Jalan S. Agung Tirtayasa. Kondisi jalan yang ada rusak berat dengan lubang–lubang yang besar hal ini dikarenakan jika terjadi hujan lebat maka jalan–jalan tersebut tergenang air setinggi 30-50 cm khususnya pada saat musim hujan. Penyebab kerusakan tersebut karena drainase tidak mampu menampung kelebihan run-off serta banyaknya kendaraan yang kelebihan muatan melalui jalan ini. Jalur Pejalan kaki (pedestrian) tidak terdapat pada jalan yang melalui tapak yaitu Jalan Kapt. P. Tendean pada bagian barat dan Jalan Kubang Laban pada bagian utara.
Pada tapak terdapat 3 akses masuk yakni pada bagian utara yang berbatasan dengan Jalan Kubang Laban dapat diakses oleh sepeda motor. Akses masuk pada bagian timur yang berbatasan langsung dengan Jalan Pasar Baru hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Akses pada bagian selatan dari area pemukiman warga yang dapat dilalui kendaraan bermotor baik mobil ataupun sepeda motor. Keadaan akses masuk tersebut tidak difasilitasi dengan tempat parkir dan gerbang yang memperjelas tempat masuk ke tapak. Terdapat potensi untuk akses masuk yang baru yakni pada bagian barat yang berbatasan dengan Jalan Kapt. P. Tendean dimana jalan tersebut merupaka jalan dengan volume kendaraan yang cukup banyak. Sirkulasi dalam tapak yakni jalur pejalan kaki berupa perkerasan conblock selebar 1,5 meter seperti yang terlihat pada gambar 9. Kondisi sebagian conblock terlepas dan sirkulasi yang terbentuk dinilai tidak beraturan dan tidak berkesan. Ruang–ruang yang dihubungi sirkulasi tersebut tidak memiliki objek atau elemen desain lanskap dan cendrung membosankan bagi user karena itu perlu adanya desain sirkulasi keseluruhan agar lebih baik. Pemandangan (View)
View ialah pemandangan yang dapat dilihat dari titik tertentu. View harus dianalisis dan dimanfaatkan karena merupakan suatu potensi pada tapak (Simonds dan Strake 2006). View tak hanya merupakan suatu potensi kadangkala pada tapak
terdapat view yang kurang baik (bad view) yang harus ditutupi atau diperbaiki kualitas visualnya.
Potensi good view dapat dilihat dari welcome area yang merupakan pilar – pilar pada bagian timur tapak yang cukup menampilkan sense of welcoming,. Kemudian pada bagian tengah tapak yang terlihat lapang serta belum terbangun berpotensi untuk dikembangkan untuk berbagai aktivitas.
21 dibagian barat dan timur merupakan bad view dimana bangunan– bangunan
Ga
mbar
10 P
eta
a
na
li
sis
a
ksesibil
it
as dan
22
tersebut tidak estetis dan hanya tampak belakang akan lebih baik jika diberikan screening berupa vegetasi agar tidak nampak dari bangunan. Perlu adanya modifikasi bidang vertikal seperti mounding atau menggunakan vegetasi untuk menghalangi bad view yang ada.
Kenyamanan Iklim
Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain suatu lanskap ialah dengan mendesain iklim mikro yang secara thermal nyaman bagi penggunanya. Empat elemen dasar penyusun untuk mendesain tapak dengan memperhatikan iklim mikro ialah temperatur udara, kelembaban, radiasi matahari dan pergerakan angin (Brooks. 1988) .
Suhu rata–rata pada tapak penelitian berdasarkan data BMKG Serang yang terletak di daerah pesisir ini ialah 27,1°C dimana tertinggi 27.9°C pada bulan Juni dan terendah pada bulan Agustus yakni 26,8°C dengan kelembaban udara rata– rata 80,5 %. Berdasarkan data suhu dan kelembaban tersebut dapat dicari Indeks kenyamanan manusia (Thermal Humidity Index) pada lokasi penelitian dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Kuantifikasi Kenyamanan berikut :
THI = 0,8T + (RHxT) Keterangan THI = Thermal Humidity Index 500 T = Suhu (°C)
RH = Kelembaban Nisbi (%) Melalui perhitungan THI tersebut didapat nilai THI sebesar 26 ºC Menurut Robbinete (1977), suhu udara yang nyaman untuk manusia sebesar 21-27ºC, ini berarti suhu udara pada tapak sudah hampir tidak nyaman. Lama penyinaran matahari yang mencapai 33-92% dinilai cukup tinggi. Sehingga mengakibatkan suhu permukaan pada tapak meningkat dan panas. Suhu yang panas ini membuat tidak nyaman tetapi disisi lain radiasi matahari yang melimpah menjadi potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi yakni untuk elektrifikasi tapak seperti lampu taman menggunakan panel surya. Menurut Laurie (1986) kelembaban udara yang ideal bagi kenyamanan manusia untuk melakukan aktivitasnya adalah berkisar antara 40-75%. Pada tapak kelembaban rata – rata sebesar 80,5%, kondisi ini membuat ketidaknyamanan bagi manusia. Pergerakan angin pada tapak umumnya berasal dari arah barat, timur laut, dan utara dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 2,33 knot. Kecepatan angin ini tergolong nyaman bagi manusia, tetapi arah angin yang bervariasi ini mengakibatkan debu dan pencemaran udara yang ada menuju ke segala arah, sehingga dibutuhkan tanaman sebagai penjerap agar pencemaran tidak berdampak ke luar kawasan. Kondisi iklim mikro tapak secara keseluruhan seperti pada gambar 10 dinilai tidak nyaman oleh karena itu perlu adanya modifikasi iklim mikro agar nyaman. Vegetasi dan water feature ialah elemen-elemen yang mampu memodifikasi iklim mikro (Brooks. 1988).
23
Ga
mbar
10
P
eta
anali
si
s
24
menjadi pengatur dan pengontrol angin melalui pembelokkan, pengarah, penahanan dan penyaringan seperti pada gambar 11 (Brooks. 1988).
Gambar 11 Fungsi tanaman sebagai peneduh dan pengontrol angin Sumber : Booth 1983
Water Feature dapat memodifikasi temperatur udara pada sekitar tapak yakni dapat menurunkan suhu dan meningkatkan suhu dimana pada musim hujan dapat membuat lebih hangat dan pada musim panas dapat mendinginkan suhu sekitar tapak. Hal ini karena uap evaporasi dari permukaan akan menurunkan suhu permukaan tersebut dimana efek pendinginan itu disebabkan angin yang berhembus dari badan air ke permukaan tanah seperti pada gambar 12.
25 Vegetasi & Satwa
Vegetasi ialah salah satu elemen fisik pada bentukan desain dan mempunyai peran dalam mengontrol lingkungan. Terdapat tiga fungsi utama vegetasi, yakni fungsi vegetasi sebagai arsitektural, fungsi visual, dan fungsi lingkungan (Booth 1983).
a. Vegetasi Berfungsi Sebagai Arsitektural
Vegetasi berfungsi sebagai arsitektural dilihat dari kegunaan vegetasi yang membentuk ruang yakni vegetasi dapat menjadi elemen pembentuk lantai, dinding dan lantai. Vegetasi yang dapat ditemui pada tapak umumnya membentuk ruang terbuka (open space) karena vegetasi yang ada masih sedikit dan ditanam secara tidak beraturan sehingga pandangan dapat terlihat keseluruh tapak. Bagian lain terdapat pepohonan yang membentuk ruang berkanopi (canopied space) yakni terbentuk dari jejeran Pohon Angsana yang sudah dewasa sehingga memberikan naungan pada tapak. Menurut Booth (1983) ruang yang dibentuk oleh vegetasi ialah canopied space, semi-open space, open space, enclosed canopy space dan vertical space. Vegetasi Berfungsi Sebagai Visual
b. Vegetasi berfungsi Sebagai Visual
Pada tapak vegetasi yang ada dinilai tidak memberikan kenyamanan visual dan pengalaman emosional kepada user karena dari segi bentuk tanaman umumnya hanya berbentuk vase dan round, segi warna tidak memberikan variasi seperti beragamnya pohon dengan daun berwarna atau berbunga, begitu pula ukurannya yang masih kecil sehingga tidak memberikan naungan atau membentuk ruang yang berbeda–beda. Vegetasi berfungsi sebagai visual dilihat dari presepsi user terhadap tapak yang memberikan kesan estetis. Karakteristik vegetasi untuk memenuhi fungsi vegetasi sebagai visual yaitu dari bentuk, warna, ukuran, aroma dan tekstur (Booth, 1983). Keseluruhan karakter ini membentuk kesan estetis sehingga memberikan kenyamanan visual dan pengalaman emosional kepada user. Keseluruhan vegetasi yang ada perlu didesain ulang karena desain penanaman tidak memperhatikan prinsip–prinsip desain penanaman tetapi pohon yang sudah dewasa seperti Pohon Angsana dan Ki Hujan yang ada dipertahankan. c. Vegetasi Berfungsi Lingkungan
Vegetasi memeiliki fungsi bagi lingkungan sekitar seperti pengontrol angin, pengontrol erosi, konservasi energi dan habitat satwa liar. Kondisi vegetasi pada tapak dinilai kurang berkontribusi sebagai habitat satwa liar karena tanaman yang ada umumnya masih muda serta serta dari segi jenis dan jumlahnya tidak memungkinkan untuk satwa liar hinggap, bereproduksi, atau mencari makan. Menurut Brooks. (1988) desain ekologis yang berhasil tergantung dari bagaimana designer membuat mimic dari proses alam yang ada melalui suksesi alami dari suatu ekosistem.
26
Dendrocygna javanica, Leptoptilos javanica, dan Tringa glareola. Selain aves atau burung–burung ditemukan juga satwa biawak (Varanus salvator) yang merupakan monitor air pada suatu ekosistem, Bajing Tanah (Lariscus insignis), beberapa amphibi dan insekta seperti yang terdapat pada gambar 13. Migrasi satwa–satwa tersebut merupakan potensi untuk kembali membuat suatu habitat satwa tersebut. Terlebih lagi sebelum pembangunan Kawasan Industri Baja Krakatau Steel Kota Cilegon mudah ditemui rawa–rawa tanah basah. Hal ini diperkuat dengan banyaknya penamaan daerah (toponimi) “Kubang” dari asal kata kubangan dimana terdapat lubang yang berisi air dengan tanaman diatasnya atau rawa.
Gambar 13 Satwa endemik dan jalur migrasi burung kawasan Kota Cilegon Sumber: BLH Provinsi Banten, 2013
Kualitas Udara
27 Topografi dan Hidrologi
Topografi memiliki fungsi signifikan pada lanskap karena topografi berasosiasi langsung dengan elemen lain dalam lingkungan sekitar seperti karakter estetika tapak, persepsi akan suatu tapak, pemandangan (view), drainase dan iklim mikro. Presepsi seseorang tentang apa yang dirasakan pada tapak dapat dipengaruhi oleh bentuk topografi. Seperti adanya bidang vertikal yang dapat membuat batas ruang pada tapak seperti yang terdapat pada gambar 14. Selain itu juga memberikan efek “feeling of space”, lembut, topografi yang mengalir memberikan sensasi yang menenangkan tetapi juga sebagai feature (Booth 1983). Kondisi topografi pada tapak umumnya datar dan tidak ada perbedaan elevasi oleh karena itu perlu adanya sistem grading yang membentuk beragamnya topografi pada tapak untuk meniptakan kesan kepada user seperti yang disebutkan sebelumnya. Selain itu bentukan topografi yang berbukit–bukit pada tapak dapat berfungsi sebagai screening pada bagian barat tapak dimana berbatasan dengan tampak belakang pertokoan dan rumah warga yang kumuh.
Gambar 14 Pengaruh topografi terhadap view dan ruang Sumber: Booth 1983
Air merupakan hal penting pada semua kehidupan dan urbanisasi signifikan mempengaruhi aliran serta distribusi dari sumber air pada lanskap (Rottle dan Yocom, 2010). Untuk mengetahui proses pergerakan air kita perlu mengetahui tentang siklus hidrologi. Siklus hidrologi merupakan siklus dimana presipitasi atau hujan berubah menjadi simpanan air tanah dan runoff (aliran limpasan), transpirasi, dan evaporasi untuk membentuk lagi di atmosfer sebagai presipitasi seperti yang ditunjukan pada Gambar 16. Hujan yang turun mencapai permukaan bumi yang tidak masuk ke dalam tanah (perkolasi) atau tidak diuapkan akan menjadi aliran permukaan (surface runoff) dimana laju alirannya bertalian dengan topografi. Semakin curam topografinya maka makin cepat pula laju runoff-nya dan dapat berakibat erosi tetapi pada topografi yang datar dapat mengenangi tapak bila saluran drainasenya buruk (Booth 1983).
Kondisi di tapak drainase yang ada dinilai tidak baik karena pada saat hujan dengan intensitas yang tinggi dan durasi yang panjang dapat timbul genangan air sekitar 30–50 cm pada jalan sekeliling tapak. Buruknya kondisi drainase tapak yang termasuk sistem tertutup ini disebabkan oleh kecilnya dimensi saluran air serta banyaknya sampah yang ada ditambah lagi sedimentasi.
28
sebelum dikeluarkan ke saluran primer kota seperti yang ditunjukan pada gambar 15.
Gambar 15 Siklus hidrologi. Sumber: Brooks. 1988
. Sistem stormwater management ini bertujuan untul memanen air sehingga laju runoff turun, membersihkan air untuk digunakan kembali dan mengontrol banjir. Sistem pengelolaan air hujan (stormwater management system) dapat berbentuk seperti rain gardens, wetland, retention pond dan biofiltration swale seperti pada gambar 16 (Rottle dan Yocom, 2010).
Gambar 16 Sistem Stromwater Management secara keseluruhan
29 Pembuatan bioswale dan rain garden dapat diaplikasikan pada inlet yang ada pada tapak untuk membersihkan air yang masuk kedalam tapak. Menurut Jusczak, Kedziora dan Olejnik (2007) peningkatkan kualitas air tanah dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas tampung dengan retention pond atau kolam retensi sedangkan aliran limpasan air disalurkan melalui bioswale. Bioswale merupakan elemen desain lanskap untuk menghilangkan endapan, polusi baik cair ataupun padat dari air permukaan. Bentuk bioswale menyerupai selokan alami yang berkelok–kelok dimana pada tepiannya ditanami tanaman air dan pada bagian inlet-nya terdapat solid trap untuk menanghalau sampah seperti yang terdapat pada gambar 17. Keseluruhan analisis dan sintesis terdapat pada gambar 18. Wetland juga memperoleh perhatian yang serius dalam desain pembuangan air limbah. Fakta membuktikan bahwa wetland dapat bekerja seefektif sistem perlakuan untuk menjernihkan air karena menguranagi sedimentasi, agen biologis yang berbahaya dan kontaminasi kimia
Gambar 17 Bioswale. Sumber: Public Utilities Board Singapura, 2013 (Modifikasi)
Tanah
30
Ga
mbar
18
An
ali
si
s
hi
dro
log
31 ialah bermain, seperti bermain layangan dan menikmati jasa permainan berbayar “odong–odong”. Minimnya fasilitas bermain anak pada tapak menjadi kendala oleh karena itu perlu adanya penambahan fasilitas bermain anak yang menyenangkan dan edukatif, seperti taman bermain berbasis alam. Pengunjung usia remaja pada tapak umumnya hanya untuk berolahraga dan duduk–duduk. Olahraga yang dilakukan ialah hanya sepak bola pada sore hari setelah jam sekolah usai dan hari libur. Perlu adanya fasilitas olahraga seperti lapangan untuk berbagai jenis olahraga. Pengunjung dewasa umumnya bersantai di gazebo, bersantap kuliner dan berkumpul dengan keluarga. Fasilitas yang ada umumnya dalam kondisi yang kurang menarik dan rusak seperti gazebo yang banyak terdapat coretan vandalisme, tidak cukupnya tempat duduk sehingga pengunjung duduk di rerumputan, kondisi masjid yang rusak berat sehingga tidak bias digunakan hingga jumlah toilet yang tidak memadai ditambah tidak terfasilitasinya penjaja makanan sehingga gerobak–gerobak penjual makanan ini membuat kumuh dan kotor tapak. Perlu adanya peningkatan jumlah fasilitas seperti tempat duduk, toilet dan pembangunan kembali masjid serta tempat berjualan makanan (food court) yang bersih. Selain mengakomodasi kebutuhan pengguna terhadap aktivitas yang sudah ada pada tapak perlu adanya juga aktivitas baru seperti taman air, amphitheater, hutan buatan dengan canopy trail, Lawn dan Plaza untuk berbagai aktivitas sebagai faktor mendorong agar lebih banyak penggunjung yang dating sekaligus menjadi objek rekreasi kota berbasis alam atau bahkan ikon kota yang baru.
Analisis Presepsi dan Preferensi Pengguna
32
Sedangkan dengan pola desain yang reponden inginkan antara pola organik (35 %) dan geometris (30 %) serta gabungan keduanya (45 %) seperti yang terdapat pada gambar 22. Pemilihan pola kedua-duanya karena pola organik menyerupai bentukan alam sedangkan pemilih bentukan geometris karena alasan kepraktisan seperti sirkulasi yang mudah dicapai. Keseluruhan preferensi reponden menjadi bahan yang dipertimbangkan dalam penentuan bentukan desain, suasana (ambience) dan desain penanaman.
Gambar 19 Grafik aktivitas yang diinginkan responden
Gambar 20 Grafik fasilitas yang diinginkan responden Bersantai
Berolahraga
Bersosialisasi
Bermain
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
33
Gambar 21 Grafik pemanfaatan ruang yang diinginkan responden
Gambar 22 Grafik bentukan pola taman yang diinginkan responden Organik
Geometrik
Gabungan Keduanya Tanaman yang rindang
Padang rumput
34
Konsep
Konsep Dasar
Kondisi tapak yang ada dinilai belum mampu menampung kebutuhan aktivitas warga kota akan ruang terbuka seperti berkumpul, berolahraga, hiburan, kontemplasi atau penghayatan alam, dan lain-lain. Selain itu banyak permasalahan lingkungan yang terjadi sehingga perlu adanya desain taman kota yang berbasis konsep ekologis. Desain taman kota yang berbasis konsep ekologis yakni desain taman kota yang mampu mengeliminasi permasalahan lingkungan dan meningkatkan kualitasnya dengan memahami alam sebagai suatu proses sejarah, fisik dan biologis yang dinamis ( Rottle dan Yocom 2010). Penerapan prinsip eco-design pada Taman Kota Cilegon ini lebih menitikberatkan pada mengembalikan habitat satwa liar, penghematan energi, penggunaan material ramah lingkungan, pengolahan air limbah dan pengontrol banjir serta desain yang akomodatif sehingga keseluruhan menjadi kawasan rekreasi dengan nuansa alami.
Konsep dasar yang diterapkan pada Taman Kota Cilegon seperti pada gambar 23 ini ialah Eco Urbanscape Restoration atau yang berarti Restorasi Lanskap Kota yang Ekologis. Restorasi bermakna aktivitas atau proses yang beratensi untuk meningkatkan pemulihan dari suatu ekosistem dengan mengembalikan keadaannya menurut sejarah bentukan alami tapak itu (Harries dan Dinnes 1990).
Gambar 23 Konsep dasar Taman Kota Cilegon
Sedangkan Eco-Urbanscape bermakna Lanskap Ekologi Perkotaan yang merupakan wadah bagi manusia untuk beraktivitas selaras dengan alamnya pada setting perkotaan atau urban. Keseluruhan Eco-Urbanscape Restoration merupakan proses mengembalikan ekosistem alami perkotaan sebagai wadah manusia untuk beraktivitas didalamnya yang selaras dengan alam.
35 banyaknya nama daerah (toponimi) yang menggunakan nama “Kubang” seperti pada tapak terdapat nama Jalan Kubang Laban. Kubang. “Kubang” berasal dari kata kubangan dimana terdapat lubang yang berisi air dengan tanaman diatasnya atau yang sering disebut rawa.
Konsep dasar Eco-Urbanscape Restoration tersusun atas design strategies yakni: Activate, Connect dan Reveal Berikut ini gambar 24 yang merupakan diagram Design Stategies yang menjadikan rujukan dalam mendesain Taman Kota Cilegon ini.
Gambar 24 Diagram Design Strategies Desain Taman Kota Cilegon
Konsep Desain
36
bentukan topografi yang berbukit sehingga menambah kesan dan pengalaman yang berbeda oleh user serta wetland island pada area stormwater management plan sebagai habitat baru satwa liar. Kesan ataupun ambience yang ditampilkan ialah modern kontemporer yakni gabungan bentukan industrialis yang mencirikan Kota Cilegon dalam tampilan yang modern.
Gambar 25 Konsep desain Taman Kota Cilegon Konsep Pengembangan
Konsep pengembangan ialah tahapan setelah konsep desain yang merupakan penjelasan lebih detil dari konsep desain serta mengacu pada Design strategies yang dibuat dalam konsep dasar. Konsep pengembangan terdiri dari Konsep Ruang dan Fasilitas, Konsep Hidrologi, Konsep Vegetasi dan Konsep Sirkulasi.
Konsep Ruang & Fasilitas