INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK YAMAN 2010 - 2015 INTERVENTION OF ARAB SAUDI IN YEMEN CONFLICT 2010 - 2015
SKRIPSI
Di susun oleh :
Mochammad Fajar Nugroho NIM: 20110510297
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
HALAMAN JUDUL
INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK YAMAN 2010 - 2015 INTERVENTION OF ARAB SAUDI IN YEMEN CONFLICT 2010-2015
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi pada
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
Mochammad Fajar Nugroho NIM: 20110510297
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini berjudul:
INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK YAMAN 2010-2015 INTERVENTION OF SAUDI ARABIA IN YEMEN CONFLICT 2010-2015
Mochammad Fajar Nugroho 20110510297
Skripsi ini telah dipertahankan dalam Ujian Pendadaran, dinyatakan LULUS dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada
Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang HI.E
Tim Penguji
Dr. Sidik Jatmika, M.Si. Ketua Penguji
Sugito, S.IP., M.Si. Penguji I
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : Intervensi Arab Saudi
Dalam Konflik Yaman Tahun 2010-2015 adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar sarjana, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun perguruan
tinggi lain.
Dalam skripsi saya tidak terdapat karya, ide dan pendapat orang lain, terkecuali
tertulis dengan jelas referensi yang di cantumkan dalam skripsi dengan disebutkan nama dan
dicantumkan daftar pustaka.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademi dan di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 24 Desember2016
Penulis,
iv
HALAMAN MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.”
(Q.S. Al-Baqarah: 286).
Ada yang tersesat dijalan seorang pria ada juga yang tersesat dijalan seorang wanita,
tapi tidak seorang pun yang akan tersesat di jalan hidup seorang manusia. ( Bonclay
Chan – One Piece).
No one individual is bigger than this club, there never has and never will be (Kenny
Dalglish).
Alam, tumbuhan, hewan, dan segala isinya tidak ada dalam internet! Baginya cukup
satu, aksi bukan peduli apalagi sampah-sampah bermuka dua berlindung dalam kedok
pelestari.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN Untuk
Ayahanda Hadi Soetjipto dan Ibunda Siti Aminah Poedjiati
Terima kasih telah membesarkan sosok manusia yang lahir dari Rahim suci Ibunda
dengan hangat kasih yang selalu terjaga serta Ayah sebagai Patriot dalam keluarga. Meskipun
kita hidup sebatas apa adanya. Namun cukupnya ruang kasih tak perlu ditanya Walaupun
sedikit materi yang kita punya. Namun kucuran keringat kalian begitu besar artinya. Ribuan
jasa kalian tanpa mengharap pamrih. Sementara kucuma terdiam malas kalian telah perih.
Tuk setiap kepingan rizky yang kalian cari. Semoga senantiasa berkat Tuhanterus di beri.
Teruntuk juga kepada seluruh keluarga terutama kakak-kakak tercinta. Mbak Dyah
Puspitasari yang memberi berlembar uang tiap semester menjelang hingga harus menunda
sekolah S-2. Mbak Ratri yang banyak bawel, Mas Sandra, kedua keponakan dan Mbah
Moekri beserta keluarga besar Kramat Besar Kudus.
Teruntuk seluruh teman-teman Muria Musang Club, Bigreds Kudus, anak-anak AKS,
sekawan GCTC, keluarga Musang Lovers seluruh Dunia, lima serangkai Ipin, Deden, Rabar,
Edot, dan penulis. Ton of Thanks for Raden Gus Ainun Ardi yang memberi petuah sepuh
terhadap keberhasilan skripsi ini, tak lupa Laptop Vaio Putih yang memahat tiap kata dalam
lembaran skripsi hingga mencapai kelulusan. sampai Kudus Cuma untuk mengambil dress
code pendadaran 15 jam sebelum pendadaran. Epril, Han juga yang diculik untuk menemani
selama perjalanan. Tak juga lupa kepada Suhu Furqon Dugong yang membimbing skripsi
tiap pulang kerja. Anak-anak kontrakan Tehnik Mesin (Candra, Ari, Bayu, Ekwin, Betet)
yang memberikan tumpangan tempat tinggal terhadap homeless satu ini. Haris Admin setan
vi
memberikan kesempatan selama satu bulan kurang menjajal dunia kerja dan jurnalistik bola.
Semua kawan-kawan yang pernah meminjamkan Laptop kepada saya.
Taklupa …. Ya, dirimu yang pernah singgah, seperti hotel yang ditiduri para pejalan
ransel untuk sekedar melepas lelah. Terimakasih telah memberi manis dalam hidup ini,
karena kutesadar rasa manis adalah pembunuh rasa dalam secangkir kopi.
Segala puji syukur tak akan muat dalam selembar dua lembar pernyataan ini. Terima
kasih untuk semua yang selalu hadir dan mendukung penulis hingga mencapai gelar Sarjana
baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan.
vii
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum Wr.Wb
Puji Syukur atas kenikmatan dan kesempatan yang selalu diberikan oleh Allah SWT
serta atas kehadirat-Nya ditengah-tengah perjalanan hidup hamba-nya. Shalawat serta salam
telah tercurah kepada nabi agung Muhammad SAW yang cintanya senang tiasa terpancar
sehingga terciptalah kedamaian dan ketentraman sebagaimana yang telah diajarkannya.
Atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “ INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK
YAMAN 2010-2015” untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Pada kesempatan ini saying ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Sidik Jatmika M.Si selaku pembimbing saya yang sangat sabar dalam
membimbing penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
2. Bapak Prof. Dr. H Bambang Cipto, MA selaku Rektor UMY
3. Bapak Dr. Ali Muhammad, MA selalu dekan FISIPOL
4. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si selaku KAJUR
5. Bapak Sugito S.IP M.SI selakupenguji I
6. Ibu Dian Azmawati S.IP M.Aselakupenguji II
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen jurusan Hubungan Internasional UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
8. Bapak Jumari, Pak Waluyo,Pak Ayub dan Pak Nur yang menjawab berbagai
viii
Terima kasih kepada semua pihak yang sudah banyak membantu yang tidak biasa saya
sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan.. amin
Yogyakarta, 24 Desember 2016
Penulis
ix
BAB II DINAMIKA POLITIK DALAM DAN LUAR NEGERI ARAB SAUDI A. Kondisi Geografis Arab Saudi ... 19
B. Politik Dalam Negeri Arab Saudi ... 21
C. Politik Luar Negeri Arab Saudi ... 32
BAB III DINAMIKA KONFLIK YAMAN-HOUTHI DAN MUNCULNYA GERAKAN HOUTHI SERTA KETERLIBATAN ARAB SAUDI A. Lahirmya Kelompok Al-Hothi ... 43
B. Latar Belakang Munculnya Pemberontak Al-Houthi ... 46
C. Alasan Arab Saudi Mengintervensi Yaman ... 57
BAB IV POLA INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFIK YAMAN A. Pola Intervensi Imperialistik Mengintervensi MenggunakanMiliter . 63 B. Intervensi Kolektif Mobilisasi Arab Saudi Dalam Membentuk Koalisi Dengan Rezim Internasional ... 69
1. Sikap Arab Saudi dan Dewan Kerjasama Negara-negara Arab Teluk 70 2. Respon Liga Arab ... 72
x
5. Reaksi Masyarakat Internasional ... 77
C. Peta Konflik... 79
BAB V KESIMPULAN ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 85
ABSTRAKSI
Abstarct :
This research want to explain how patterns of Interventions by Saudi Arabia in Yemen Conflict. The author uses descriptive analytic method. The data obtained from books, journals, articles, news report, internet, and other documents. In Yemen Conflict, Saudi Arabia involved directly against al-Houthi rebels who want to overthrow the government of Yemen. Yemen president Abbed Rabbo Manshor Hadi from his letter asking for support States Gulf countries, especially Saudi Arabia. By Saudi Arabia responded quickly by sending military forces to Yemen. Saudi Arabia also mobilize the International Organisations such as the Gulf Cooperation Council, the Arabian League, the United Nations, and many Country such as the United States and Britain to form an alliance and collect full force in order to stop the insurgency by Al-Houthi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Arab Saudi merupakan negara yang terletak di Jazirah Arab. Negara ini
berbatasan langsung dengan Yordania, Irak, Kuwait, Teluk Persia, Uni Emirat Arab,
Oman, Yaman dan Laut Merah. Arab Saudi mempunyai peran penting dalam
percaturan dunia sesudah Nabi Muhammad SAW mengembangkan agama Islam,
yang kemudian disambut baik oleh umat Islam seluruh dunia. Negara ini dari awal
terbentuk telah menerapkan hukum Islam sebagai hukum negara. Bahkan Arab Saudi
merupakan negara tempat berkumpulnya seluruh Umat Islam setiap tahunnya,
khususnya ketika bulan haji tiba. Arab Saudi telah dikuasai oleh Keluarga Saud sejak
sejak abad ke-12 Hijrah atau abad ke-18 Masehi.1
Arab Saudi merupakan salah satu negara yang masih menganut sistem
monarki (kerajaan) ditengah gejolak proses demokratisasi yang terjadi di negara –
negara jazirah arab. Setelah berdiri, struktur politik kerajaan Saudi mengalami
perubahan bentuk patriarkhal keagamaan menjadi bentuk monarkhi dimana
kekuasaan raja hanya dibatasi oleh hukum Islam atau syariah dan dimana raja sering
membuat metafora bahwa rakyatnya adalah suatu keluarga besar. Guna mencapai
stabilitas dan legitimasi politik, penguasa Arab Saudi menggunakan Islam sebagai
1
alat pemersatu bangsa. Dengan kata lain, legitimasi politik lebih bersumber pada
kepemimpinan raja atau ideologi Islam dari pada bersumber pada struktur politik
yang sudah mapan.2
Politik luar negeri Arab dalam kiprahnya selalu hadir di setiap gejolak konflik
yang melanda Timur Tengah dimulainya tahun 2010 pada peristiwa Arab Springs
dimana banyak terjadi pemberontakan – pemberontakan terhadap rezim pemerintahan
negara – negara Timur Tengah yang otoriter sehingga terjadi sebuah transisi
demokrasi didalamnya. Arab Saudi yang masih menggunakan struktur pemerintahan
kerajaan tidak tinggal diam melihat fenomena transisi demokrasi yang terjadi di
berbagai negara kawasan Timur Tengah. Untuk menghindari meluasnya gerakan
revolusioner masuk ke Arab, Pemerintah Arab banyak terlibatdan berperan aktif di
dalam konflik – konflik yang melanda negara – negara kawasan Timur Tengah. Peran
pertama yang dimainkan Arab Saudi adalah pada saat terjadi demonstrasi rakyat di
Tunisia yang berusaha menumbangkan diktator Zine ElAbidine Ben Ali. Ketika
diktator Ben Ali melarikan diri dari Tunisia, Arab Saudilah yang memberikan tempat
bagi pelarian mantan diktator Tunisia itu.3
Pada saat terjadi kabangkitan rakyat di Mesir yang menuntut pengunduran diri
Hosni Mubarak, Arab Saudi dalam politik luar negerinya secara transparan
2
Sidik Jatmika, AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Politik Standar Ganda Amerika Serikat, BIGRAF Publishing, Yogyakarta, 2001, hal 76.
3
Voice Of Palestine, Kenapa Arab Saudi Anti Revolusi Timur Tengah
memberikan dukungan langsung terhadap presiden ke-empat Mesir ini. Arab Saudi
juga menentang sikap rakyat Mesir yang ingin menumbangkan rezim Mubarak.
Ketika revolusi sampai ke Bahrain, Arab Saudi melakukan intervensi dalam upaya
menumpas aksi demonstrasi yang dilakukan rakyat Bahrain terhadap pemerintahnya,
Al Khalifa. Intervensi yang dilakukan Arab Saudi adalah dengan menempatkan
pasukan militernya di Bahrain untuk menghadapi aksi rakyat yang menentang
pemerintah.4 Pemerintah Arab Saudi juga aktif dalam menyikapi kebangkitan rakyat
di Yaman. Secara langsung Arab Saudi ikut terlibat dalam seluruh krisis dan
transformasi yang terjadi di Yaman.
Pada saat ini Yaman bisa dibilang sebagai bangsa baru yang lahir dari sebuah
konflik perang saudara dimana rakyatnya masih banyak yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Pemerintahan Yaman kini di hadapkan pada konflik baru terhadap
lahirnya pemberontak Houthi yang berbasis di Yaman utara menentang pemerintahan
Yaman dan berusaha menduduki Yaman. Arab Saudi yang sebelumnya sudah ikut
berperan aktif dalam Konflik Yaman, kini ikut andil di dalam perlawanan melawan
pemberontak Houthi dengan membantu Pemerintah Yaman.
Yaman adalah sebuah negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya, bagian dari
Timur Tengah. Yaman berbatasan dengan Arab Saudi di sebelah utara, disebelah
selatan berbatasan dengan Laut Arab, disebelah timur berbatasan dengan Oman, dan
4 Daarut Tauhid Https://Www.Mail-Archive.Com/[email protected]/Msg11297.Html
di sebelah barat berbatasan dengan Teluk Aden dan Laut Merah.Penduduk Yaman
diperkirakan berjumlah sekitar 23 juta jiwa (Juli 2008). Luas negara Yaman sekitar
530.000 km2 dan wilayahnya meliputi lebih dari 2005 pulau. Yaman adalah
satu-satunya negara republik di Jazirah Arab.5
Republik Yaman merupakan negara yang lahir dari proses unifikasi antara
Yaman utara dengan Yaman selatan dan secara resmi berdiri sebagai negara yang
berdaulat pada tanggal 22 Mei 1990. Ali Abdul Saleh terpilih sebagai Presiden
pertama Republik Yaman kala itu. Penyatuan itu diharapkan mewujudkan sebuah
negara yang integral dan sejahtera, namun kini justru terjadi konflik.6
Houthi merupakan kelompok pemberontak yang berbasis di Yaman Utara.
Pengikut Houthi terkenal dengan sebutan Houthis. Penamaan ini dinisbatkan pada
pencetusnya, Husein Badaruddin Houthi, yang berhaluan syiah.7Pemberontak Houthi
bermukim di sebelah Utara Yaman dan merupakan Yaman Utara dahulu sebelum
bersatunya Yaman Utara dengan Yaman selatan, pemberontak ini sudah lama
berusaha memlawan Rezim Ali abdulloh Saleh dan Houthi juga mempunyai banyak
anggota, pada tahun 2005 saja tercatat sekitar 3000 orang dan meningkat pesat pada
tahun 2009 sekitar 10.000 orang. Houthi juga mendapat dukungan yang luas oleh
berbagai agama dan suku di daerah pegunungan Utara Yaman. Al-Houthi berhasil
5https://id.wikipedia.org/wiki/Yaman diakses tanggal 25 februari 2016 6
http://www.hidayatullah.com/kolom/analisa-dunia-islam/read/2014/10/20/31602/yaman-menuju-situasi-sebelum-1990-1.html diakses tanggal 25 Februari 2016
7“
Menguak Konflik Yaman dan Damapaknya bagi Dunia Islam.”
menarik simpati kelompok anti pemerintah yang ada di sejmlah propinsi sekitar yang
selama ini simpati dengan perjuaangan Houthi terutama provinsi Amran, Hajja dan
Jaouf.
Awal peperangan melawan pemberontak Houthi terjadi pada tahun 2004
dimana terjadi demonstrasi besar – besaran. Orang-orang Houthi dipimpin oleh
Husein Al-Houthi turun ke jalan menentang sikap pemerintah yang mendukung
ekspansi Amerika ke Irak. Pemerintah Yaman merespon demonstrasi tersebut dengan
sikap represif. Sejak saat itulah pemerintah Yaman menanggapi gerakan Houthi dan
Syiah secara serius.8
Buah dari tanggapan pemerintah Yaman terhadap gerakan Houthi adalah
dengan terbunuhnya pemimpin Houthi Husein Al-Houthi oleh militer Yaman di kota
Sa’ada. Dengan terbunuhnya pemimpin Houthi, pemerintah Yaman berharap
intensitas dari pemberontakan yang di lakukan Houthi akan mengendur. Namun
kekuasaan gerakan Houthi tersebut kini di turunkan ke saudaranya yaitu Abdul Malik
Al-Houthi.9
Pada Agustus 2009, pemerintah Yaman mulai bergerak secara ofensif dengan
sandi operasi bernama “operasi bumi hangus”, sebagai tindakan atas gerakan
pemberontak Yaman. Pertempuran yang terjadi sebagian besar di wilayah
pemberontak Houthi, Pemerintah Yaman belum berhasil menumpas semua pengikut
pemberontak Houthi. Hingga tanggal 21 september 2014, kekuasaan pemberontak
Houthi kian menguat dengan takluknya ibukota Yaman, Sanaa oleh pemberontak
Houthi. Oleh Manshour Hadi mengumumkan bahwa ibukota Yaman berpindah ke
kota Aden karena ibukota Yaman telah diduduki pemberontak Houthi.10
Seperti halnya fenomena yang terjadi di negara – negara yang mengalami
transisi demokrasi, Arab Saudi juga terlibat dengan Yaman. Hal ini dibuktikan ketika
terjadi pergolakan demonstrasi menuntut turunnya tahta kursi kepresidenan yang di
pimpin Ali Abdul Saleh yang dituding sebagai salah satu pemimpin diktator yang
sangat otoriter. Arab saudi ikut membantu memerangi demonstran.Namun upaya ini
tidak berhasil dan pada akhirnya tanggal 24 Februari 2012, Presiden Ali Abdullah
Saleh resmi mengundurkan diri dan jabatan kepresidenan kini dijabat oleh wakilnya
yaitu Abed Rabbo Manshour Hadi.11
Sejak berkuasanya presiden baru Yaman Abd Rabbo Manshour Hadi,
pemberontakan semakin bergejolak. Ibukota Yaman, Sana’a telah jatuh ke tangan
Houthi pada Februari 2015. Presiden Yaman sempat ditahan oleh pemberontak
sebagai tahanan rumah, namun presiden Yaman berhasil kabur ke kota Aden.
Manhsor Hadi kemudian mengumumkan Kota Aden sebagai Ibukota Sementara
oleh Houthi merupakan kudeta pemerintahan. Hadi menganggap Houthi melanggar
keabsahan konstitusi pada pemerintahan Yaman. Oleh karena itu Manshor Hadi
memutuskan untuk mengambil sikap politik luar negerinya dengan melayangkan
surat kepada Negara-Negara kawasan teluk termasuk Arab Saudi. 26 Maret 2015,
Arab Saudi merespon bantuan presiden Yaman bersama Negara-Negara dikawasan
Timur-Tengah lainnya untuk membantu menahan pemberontakan.12
Keterlibatan Arab dengan Yaman mempunyai beberapa sebab dimana
pemberontak Houthi yang beraliran Syiah termasuk menjadi indikasi Arab untuk
terlibat. Dalam hal ini Arab yang berarti sebagai kelompok bermayoritas Sunni
merasa posisi kedaulatannya terancam. Posisi Yaman yang strategis dan berbatasan
langsung dengan Arab dapat menjadi pintu masuk yang lebar bagi Houthi maupun
kelompok syiah lainnya dalam menyebarkan dogma nya ke Arab Saudi. Houthi yang
diketahui juga mendapat bantuan dari Iran yang selama ini sebagai rival dari Arab
Saudi, menjadi pemicukeras intervensi Arab ke Yaman.13
Dalam konflik Yaman ini, banyak aktor eksternal yang juga terlibat. Gulf
Cooperation Council (GCC) yang biasa disebut sebagai koalisi teluk dan juga liga
Arab telah memainkan perannya sebagai salah satu organisasi internasional yang
selalu hadir di dalam konflik – konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Alasan
keterlibatannya adalah untuk mencegah pemberontak Houthi menduduki
Yaman.14Pada tanggal 14 April 2015, Dewan Keamanan PBB mengadakan
pertemuan guna membahas masalah yang terjadi di Yaman. Pertemuan yang dihadiri
Negara-negara yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC) termasuk
Arab Saudi serta beberapa petinggi pemerintahan Yaman menghasilkan sebuah draft
yamg di beri nama resolusi 2216 dimana isi tersebut menjelaskan agar pihak yang
bertikai di Konflik Yaman agar segera berdamai dan mengakhirinya.15
Juru bicara kementerian luar negeri Iran, Marzieh Afkham menyebut tindakan
Arab Saudi yang mencampuri konflik internal Yaman adalah sebagai sebuah tindakan
yang melanggar internasional dan kedaulatan nasional. Tindakan Arab Saudi dinilai
sebagai sebuah tindakan yang menjadikan situasi lebih kompleks, memperluas
konflik, dan menghentikan resolusi perdamaian di Yaman. Agresi Saudi tidak akan
menghasilkan apapun, kecuali memudahkan penyebaran terorisme dan ekstremisme
serta meningkatkan instabilitas di seluruh kawasan. Nasional parlemen Iran Alaedin
Boroujerdi juga mengatakan bahwa Arab Saudi mengibas – ngibas kobaran api
perang di kawasan Timur Tengah khususnya Yaman. Dia mengatakan bahwa
tindakan lebih baik dilakukan melalui jalur politik.16
A. RUMUSAN MASALAH
14
http://www.beritadunia.net/berita-dunia/timur-tengah/perbandingan-antara-perilaku-israel-dan-arab-saudi-dalam-perang-di-gaza-dan-yaman diakses tanggal 14 maret 2016
15
http://www.voaindonesia.com/content/dk-pbb-setujui-embargo-senjata-di-yaman/2718692.html
diakses tanggal 26 Februari 2016
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas dapat disimpulkan perumusan
masalah sebagai berikut: Bagaimana pola intervensi Arab Saudi dalam konflik
Yaman?
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk menjelaskan masalah diatas perlu diuraikan beberapa konsep dan teori,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Teori adalah suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi. Berarti
teori adalah upaya mendeskripsikan apa yang terjadi, menjelaskan mengapa itu terjadi
dan mungkin juga meramalkan kemungkinan berulangnya kejadian itu di masa
depan.17
Dalam kasus ini pada dasarnya memunculkan pertanyaan mengapa suatu
negara berlaku sedemikian rupa dan bisa juga pertanyaan kondisi apa yang
mendorong negara itu bertindak seperti itu dan bagaimana upaya yang dilakukan
negara tersebut dalam mencapai tujuannya. Melihat dari pertanyaan-pertanyaan di
atas, sehingga memunculkan sebuah teori untuk menjawab apa-apa yang menjadi
pertanyaan di atas sehingga kita bisa mengetahui dan menganalisa dan tentunya harus
dengan teori yang tepat sehingga tidak terjadi kerancuan ketika mencoba menjawab
tema di atas. Untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dalam intervensi Arab Saudi
yang khususnya menyangkut hubungan antara pemberontak Houthi yang ada di
17
Yaman dengan Arab dan intervensi apa saja yang dilakukan Arab dalam
perlawanannya terhadap pemberontak Houthi.
Setiap negara mempunyai metode dan strategi yang beragam dalam rangka
mencapai kepentingan nasional dan menerapkan kebijakan luarnegerinya.
Berdasarkan perspektif kaum realisme, kekuatan negara berfokuspada pengembangan
militer, karena kekuatan militer merupakan jalur alternative untuk memperluas
kekuasaan. Mayoritas negara-negara besar menghalalkan segala cara demi mencapai
kepentingannya, termasuk mengambil langkah intervensi militer.
Adapun Intervensi menurut Bikhu Parekh yakni upaya mencampuri urusan
negara lain dengan tujuan untuk mengakhiri penderitaan fisik yang diakibatkan oleh
disintegrasi atau penyalahgunaan kekuasaan dari suatu negaradan membantu
menciptakan struktur pemerintah sipil agar terus berjalan. Oleh karenanya alasan
pencegahan dari adanya penderitaan fisik atau kemunculan korban yang meluas yang
disebabkan oleh penyalahgunaan kekuasaan bentuk intervensi menjadi sebab yang
dibenarkan untuk dilakukan.18Menurut Adam Roberts, suatu negara mengintervensi
secara militer tanpa persetujuan darinegara yang bersangkutan dapat bertujuan untuk
mencegah penderitaan atau kematian yang meluas di antara penduduk.19
18
C. Chang. 2011. Ethical Foreign Policy?: US Humanitarian Interventions, Burlington. US: Ashgate Publishing. Hal. 11.
19 Reed and D. Ryall. 2007.
Dari pengertian diatas aksi militer yang dimaksud yakni intervensi humaniter
dengan situasi ketika sejumlah tindakan telah diambil untuk mencegah penderitaan
yang diakibatkan oleh pemerintah represif atau konflik internal yang berkembang
yang mana hak-hak politik dan sipil dari warga negara telah dilanggar. Intervensi
militer didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan dengan melintasi perbatasan
negara oleh kelompok negara dan organisasi regional dengan pembenaran alasan
guna memulihkan perdamaian dan keamanan sebagaimana mengakhiri penderitaan
dan pelanggaran HAM yang meluas melalui bantuan multilateral tanpa persetujuan
dari negara yang mana intervensi tersebut terjadi.20Disini, terdapat keunggulan dalam
menggunakan intervensi militer bagi suatu negara yakni diantaranya adalah untuk
melindungi warga tidak berdosa maupun membantu untuk menjatuhkan rezim.
Menurut Martin Ortega terdapat 10 pola intervensi militer berdasarkan contoh
sejarahnya21 yakni :
1. Pola imperialistik: negara kuat mengintervensi secara militer dinegara lain
untuk memperoleh keuntungan, memperdalam kepentingannya, dan
meningkatkan pengaruh terhadap negara targetdan dunia internasional.
Pola ini juga biasa disebut dengan intervensi hegemoni yang mana terjadi
ketika negara hegemoni mengintervensi negara lain agar tidak lepas dari
20
Anthony T. Eniayejuni. The Role of The West and Military Intervention in Libya. Diakses dalam situs:
http://www.foreignpolicyjournal.com/2012/04/07/the-role-of-the-west-and-militaryintervention-in-libya/ Pada tanggal 20 Oktober 2015.
21
pengaruhnya guna menjauhkan perkembangan politik tidak disukai oleh
kepentingannya.
2. .Pola kolonial: kepentingan nasional dari negara kolonialis kuat
dipaksakan terhadap negara lemah, perang candu terhadap China dan
diplomasi gunboat terhadap Amerika Latin padaabad ke-19 adalah contoh
dari pola ini.
3. Perimbangan kekuatan. Selama berabad-abad ciri utama yang menagatur
hubungan antar negara Eropa adalah perimbangan kekuatan antar negara
berdaulat yang mengakibatkan terjadinya nonintervensi. Akan tetapi
perang dan intervensi terkadang digunakan sebagai alat untuk
memperbaiki keseimbangan dan mencegah transformasi dari sistem
multipolar menjadi hegemoni yang didominasi oleh satu aktor. Dalam
perang suksesi Spanyol, pada awal abad ke-18, justifikasi yang digunakan
untuk intervensi asing adalah klaim dan pewaris tahta yang sah akan tetapi
tujuan sebenarnya yakni mencegah Bourbon Perancis menjadi terlalu kuat.
4. Ideologi. Negara yang mengintervensi mencoba untuk mengubah sistem
politik dari negara sasaran dengan alasan ideologi. Sebagai contoh, dari
tahun 1815 sampai 1830 aliansi suci mengintervensi untuk mendukung
rezim monarki ketika berhadapan dengan revolusi demokratik di Eropa.
Sementara intervensi AS di tahun 1980-an dirancang untuk menegakkan
5. Penentuan nasib sendiri, intervensi dalam perang saudara bisa jadi
mempunyai motif imperialistik atau ideologi, tapi niat yang ada terkadang
untuk mendukung salah satu pihak yang mengklaim hak penentuan nasib
sendiri. Persamaannya, intervensi asing juga dimaksudkan untuk
membantu masyarakat yang sedang berjuang melawan pendudukan
kolonial.
6. Membela diri. Angkatan bersenjata digunakan negara untuk membalas
serangan dari pihak-pihak yang tidak bisa dikendalikan oleh
pemerintahnya. Tujuan dari intervensi ini tidak untuk menggulingkan
pemerintah dari negara sasaran, tapi untuk mencegah serangan. Israel pada
tahun 1980-an dan Turki di utara Irak sering mengintervensi berdasarkan
pola ini.
7. Pola intervensi era Perang Dingin. Antara 1945 dan 1990 dua negara
adidaya mengintervensi di wilayah yang dipersengketakan baik dalam
pola imperialistik atau ideologi. Pola ini meluas pada masa dekolonisasi
dalam sistem lingkungan bipolar yang tidak biasa sehingga pola baru
intervensi dapat ditetapkan. Contohnya yakni intervensi Uni Soviet di
Hongaria pada tahun 1956 dan Afghanistan tahun 1979, atau intervensi
Amerika Srikat dalam perang saudara Vietnam dari tahun 1964.
8. Intervensi Humaniter. Satu atau dua kelompok negara menggunakan
angkatan bersenjata untuk meredakan penderitaan manusia dalam wilayah
warga negara di luar negeri, seperti intervensi Israel tahun 1976 di
Enetebbe Uganda, atau perlindungan penduduk negara lain atau minoritas
dalam contoh bencana kemanusiaan yang diprovokasi oleh pemerintah,
seperti yang terjadi pada tahun 1991 dalam Operasi provide comfort di
Irak utara.
9. Intervensi Kolektif. Komunitas internasional secara keseluruhan
memutuskan untuk mengintervensi secara militer dalamn suatu negara
untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Terdapat dua
perbedaan antara pola ini dan pola sebelumnya yakni pihak yang
mengotorisasi intervensi ini adalah Dewan Keamanan PBB yang mewakili
komunitas internasional tanpa berlandaskan fakta bahwa intervensi
tersebut dilakukan oleh satu atau beberapa negara atau organisasi
internasional yang bertujuan untuk memulihkan perdamaian dan
keamanan internasional. Tipe intervensi ini hanya mungkin terjadi dalam
masyarakat suatu negara yang terlah diorganisasikan dengan wewenang
umum. Intervensi dengan kekuatan yang disahkan oleh DK PBB
sepanjang tahun 1990-an terjadi di Irak, Somalia, Bosnia, Haiti dan Timor
Timur.
10.Intervensi untuk penghukuman. Beberapa negara melakukan serangan
pada negara lain untuk menghukum kesalahan yang dilakukan terhadap
terhadap target di Sudan dan Afghanistan pada 1998 masuk dalam
kategori ini
Intervensi militer umumnya banyak dilakukan oleh negara-negara yang
mempunyai kekuatan besar dalam rangka memenuhi kepentingan nasional ataupun
kepentingan luar negerinya.
Berdasarkan pengertian pada teori intervensi yang di kemukakan Martin
Ortega, dalam menyikapi konflik yang terjadi di Yaman, terdapat 10 pola intervensi
militer yang 2 diantaranya terdapat pada pola intervensi Arab di dalam konflik
Yaman.
Dalam pola imperialistik, negara kuat yang mengintervensi secara militer
adalah Arab Saudi dimana didalam nya terdapat sebuah kepentingan untuk
menjauhkan Pemberontak Houthi menduduki pemerintahan Yaman. Karena keadaan
geografis Yaman yang berbatasan langsung dengan Arab, dengan jatuhnya Yaman ke
Houthi dapat memberikan dampak buruk bagi stabilitas Arab Saudi sendiri.Fenomena
Arab Spring menjadi dalih keterlibatan Arab Saudi di Yaman dengan memberi
dukungan Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah kehilangan legitimasinya dan
dianggap sebagai pemimpin diktator agar tidak turun dari jabatan kepresidenan
sehingga transisi demokrasi tidak terjadi. Namun justru hegemoni terjadi ketika Arab
Saudi gagal membendung para demonstran yang di dukung pemberontak Al-Houthi.
selanjutnya, Abd Rabbo Manshor Hadi menjadi sebuah tindakan yang sah dalam
Intervensi Langsung Arab Saudi dalam Konflik Yaman.
Selanjutnya adalah dalam pola intervensi kolektif. Intervensi ini melibatkan
komunitas internasional yang terotoritasi oleh PBB. Mobilisasi yang dilakukan Arab
Saudi telah melibatkan beberapa negara dan organisasi internasional seperti PBB,
GCC, serta Amerika Serikat untuk bergabung melawan pemberontak Houthi di
Yaman.Dengan hadirnya organsisasi internasional yang ikut mendukung Arab Saudi,
dapat di katakan tindakan ini adalah upaya pembenaran atas keterlibatannya dalam
konflik Yaman untuk mencegah tudingan Iran yang menganggap Arab Saudi telah
banyak mencampuri masalah internal Yaman.
C. HIPOTESA
Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pemikiran yang digunakan,
muncul hipotesaArab Saudi melakukan intervensi dalam konflik di Yaman dengan
cara :
1. Pola Intervensi Imperialistik menggunakan Militer
2. Intervensi Kolektif melakukan mobilisasi terhadap negara – negara yang
tergabung di dalam liga arab, GCC, dan PBB serta Negara-Negara
lainnyauntuk membantu intervensinya di dalam konflik Yaman.
D. TUJUAN PEMILIHAN JUDUL
1. Mengetahui dan menjelaskan secara empiris bagaimana Arab Saudi
mengintervensi Yaman dalam konflik Internal Yaman.
2. Menambah pemahaman dalam temuan-temuan akademis politik luar negeri
Arab dalam mengintervensi Yaman.
3. Untuk mengaplikasikan Ilmu Teori - teori yang diperoleh selama kegiatan
perkuliahan dan menyesuaikan dengan permasalahan yang diambil serta
posisi dalam studi Hubungan Internasional.
4. Sumbangan terhadap studi dan peraktik Hubungan Internasional terutama
dan Timur Tengah pada umumnya.
F. JANGKAUAN PENELITIAN
`Untuk membatasi persoalan agar tidak menyimpang terlalu jauh dari
pembahasan dan untuk memudahkan penulis menganalisa dan memahami
permasalahan yang ada, maka batasan waktunya adalah dari tahun 2010 dimana
terjadi sebuah fenomena yang dikenal sebagai fenomena Arab Springs. Fenomena ini
adalah sebuah fenomena transisi demokrasi yang terjadi di berbagai negara – negara
di Timur Tengah. Lahirnya gerakan revolusioner menentang pemerintahan diktator
menjadi sebuah alasan aksi tersebut. Gelombang revolusi berawal dari Tunisia dan
berkembang di berbagai negara seperti Suriah, Libya hingga Yaman. Turunnya
pemberontak Yaman (Houthi) muncul ke permukaan secara terang – terangan hingga
di tahun 2015.
G. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
deskriptif analitik yaitu berusaha menggambarkan tentang bagaimana Intervensi Arab
Saudi di dalam konflik Yaman.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
telaah pustaka (Library Research) yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari
literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang di bahas berupa
buku-buku, dokumen, jurnal, surat kabar atau majalah, dan artikel di situs-situs
internet.
Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber yang berhubungan dengan
penelitian yang telah dilakukan, seperti dari perpustakaan dan lembaga-lembaga yang
terkait, yaitu:
2. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Perpustakaan American Corner Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dari penulisan ini ditulis dalam lima bab dengan sub topik
pembahasan sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah,perumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, tujuan penelitian,
jangkauan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II politik dalam dan luar negeri Arab Saudi
Bab III berisi tentang konflik yang terjadi di Yaman meliputi sejarah Houthi,
Konflik pemerintah Yaman dengan Houthi serta keterlibatan Arab Saudi
Bab IV berisi tentang faktor-faktor pola intervensi Arab Saudi dalam
konflikYaman.
BAB II
DINAMIKA POLITIK DALAM DAN LUAR NEGERI ARAB SAUDI
Arab Saudi merupakan negara yang memiliki banyak peranan di Jazirah Arab
serta lingkungan global. Negara yang masih menganut sistem kerajaan ini ditunjang
dengan cadangan dan produksi minyak yang melimpah sebagai penyokong utama
perekonomian negara menyebabkan negara tersebut di segani oleh masyarakat
internasional. Terlepas dari alasan tersebut, Arab Saudi juga menjadi kiblat bagi umat
muslim di seluruh dunia karena terdapat dua kota yakni Mekkah dan Madinan
sebagai salah satu tempat yang disucikan sekaligus lahirnya peradaban muslim era
Nabi Muhammad SAW.
A. Kondisi Geografis Arab Saudi
Arab Saudi adalah negara Arab yang terletak di Jazirah Arab. Arab Saudi
terletak di antara 15˚LU - 32˚LU dan antara 34˚BT - 57˚BT. Wilayah Arab Saudi
meliputi empat perlima dari Semenanjung Arab dan berada di lokasi yang strategis
yang membentang dari Teluk Persia sampai Laut Merah. Luas tanah Arab Saudi
adalah 2.149.690 km2. Jumlah penduduk Arab Saudi mencapai 27.345.986 jiwa.
Arab Saudi berbatasan langsung (searah jarum jam dari arah utara) dengan Yordania,
Irak, Kuwait, Teluk Pesia, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman dan Laut Merah. Pada
masa dahulu daerah Arab Saudi dikenal menjadi dua bagian yaitu daerah Hijaz yakni
diantaranya adalah Mekkah, Madinah dan Jeddah serta daerah gurun Najd yakni
daerah-daerah gurun sampai pesisir timur Semenanjung Arab yang umumnya dihuni
oleh suku-suku lokal Arab (Badui) dan Kabilah-kabilah Arab lainnya.1
Gambar 2.1 Peta Arab Saudi (Foto: Epos)
Mayoritas penduduk Arab Saudi adalah Bangsa Arab yang menggunakan
bahasa Arab sebagai bahasa nasional. Secara umum bahasa Arab yang digunakan
oleh masyarakat Arab Saudi ada dua macam, yaitu bahasa Arab fushah (bahasa Arab
1 ’Arab Saudi’’, dalam http://kemlu.go.id/riyadh/Pages/CountryProfile.aspx?l=jd, diakses 20
standar/baku) dan bahasa Arab amiyyah (bahasa arab pasaran). Bahasa Arab fushah
umumnya digunakan dalam komunikasi resmi, misalnya di sekolah, kantor, dan
ruang publik formal lainnya. Sementara bahasa Arab amiyyah digunakan untuk
keperluan komunikasi atau percakapan sehari-hari. Budaya/tradisi Arab sangat
mementingkan keramahtamahan terhadap tamu, kemurahan hati, keberanian,
kehormatan, dan harga diri. Dalam hal kesenian dan warisan tradisional, Arab Saudi
memiliki berbagai koleksi seni tradisional yang menunjukkan adanya keragaman
budaya, seperti lagu-lagu yang bercorak kelautan dan lagu-lagu yang bernuansa
padang pasir dan pedesaan, sampai adanya bermacam kesenian panggung dan tarian
tradisional. Wilayah Arab Saudi terbagi atas 13 Provinsi, yaitu : Bahah, Hududusy
Syamaliyah, Jauf, Madinah, Qasim,Riyadh, Syarqiyah (Provinsi Timur), 'Asir, Ha'il,
Jizan, Makkah, Najran, Tabuk.Ibukota Arab Saudi adalah Riyadh.2
B. Politik Dalam Negeri Arab Saudi
Arab Saudi adalah sebuah negara yang masih menganut sistem kerajaan di
kawasan Timur Tengah. Kerajaan Arab Saudi berasal dari Dinasti Saud yang dirintis
sejak abad ke-18 di daerah Najd yang terletak di bagian tengah Semenanjung Arab.
Berdirinya dinasti Saud berawal dari tokoh yang bernama Amir Muhammad bin
Sa’ud (1703-1792).3Kerajaan Arab Saudi dikuasai oleh keluarga Al-Saud yang
berpijak pada ideologi mahzab Wahhabi yang menjadi dasar legitimasi kekuasaan
2 Ibid,. 3
David E Long and Bernard Reich (eds.), The Government and Politics of The Middle East and North
dan pengembangan pengaruh pemerintah keluarga Al-Saud di semenanjung jazirah
Arab. Keputusan Arab Saudi menggunakan mahzab Wahhabi sebagai ajaran dan
faham resmi berawal dari pertemuan antara Muhammad Ibn Sa’ud dengan
Muhammad Abd Al-Wahab.Al-Saud merupakan tokoh politik yang kemudian
bertemu dengan Muhammad Ibn Wahhab, seorang tokoh spiritual yang menganut
faham Wahhabi. Keduanya memutuskan untuk mengabungkan pemahamannya
masing-masing untuk dapat mewujukan Daulah Islamiyah. Sistem pemerintahan
negara-negara di jazirah Arab yang pada saat itu tidak bisa dilepaskan dari fakta
bahwa wilayah ini sampai kirakira satu abad sebelumnya merupakan bagian dari
kekuasaan Kekaisaran Utsmani yang menganut sistem pemerintahan yang berbentuk
kekhilafahan. Terhitung padaawal abad ke-16 hampir seluruh wilayah Arab berada di
bawah kekaisaran Utsmani.4
Arab Saudi menganut sistem monarki absolut dengan Raja sebagai kepala
pemerintahan dan Negara. Sistem monarki (kerajaan) berasal dari kata Mono yang
berarti satu dan Archein yang berarti kekuasaan. Monarki adalah sebuah sistem
pemerintahan yang dipimpin oleh Raja atau Kaisar sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi, dimana dalam membuat kebijakan berada ditangan Raja. Arab Saudi
merupakan negara yang murni menggunakan hukum Islam sebagai dasar untuk
peraturan-peraturan di dalam negerinya. Berdasarkan Undang-Undang Dasar yang
dirilis pada tahun 1993, berisi 83 prinsip-prinsip (atau ayat) yang menegaskan
4
kembali landasan atau dasar kerajaan yang telah berjalan sejak masa awal berdiri.
Diantarnya pada Pasal pertama yang menyatakan bahwa Al-Quran dan Sunnah
Nabi adalah konstitusi Arab Saudi. Selanjutnya, dalam Pasal 5, sistem politik
digambarkan sebagai kerajaan. Undang-Undang Dasar juga menekankan
pentingnya nilai-nilai Islam. Pada pasal 44 disebutkan tiga kekuasaan negara,
yaitu pengadilan atau lembaga hukum, eksekutif dan kekuasaan organisasional,
dan menyatakan bahwa Raja adalah sumber utama pusat kekuasaan tersebut.
Meskipun demikian, pengadilan atau lembaga hukum dijelaskan sebagai kekuatan
independen dalam Pasal 46, yang anggota-anggotanya diangkat dan diberhentikan
oleh surat keputusan kerajaan. Hal yang sama berlaku kepada wakil perdanamenteri,
menteri, deputi menteri dan pejabat senior. Selain itu, Undang-Undang Dasar juga
menetapkan hak-hak yang dimiliki oleh Raja.
Raja Arab Saudi menduduki hampir semua posisi penting dalam
pemerintahan, mendominasi keluarga besar Al Saud, menguasai politik serta
ekonomi Arab Saudi. Penguasa Arab Saudi (Raja) memiliki kecenderungan yang
kuat untuk membatasi sesempit mungkin berlakunya nilai-nilai liberal dan
demokratis, serta membatasi partisipasi rakyatnya untuk masuk ke dalam lingkup
politik . Kekuasaan politik amat terpusat pada Raja yang memegang berbagai
jabatan sebagai berikut :5
1. Kepala Dinasti Saudi;
5
2. Perdana Mentri;
3. Kepala Eksekutif;
4. Imam Keagamaan Tertinggi;
5. Komandan Angkatan Bersenjata;
6. Kepala Pengadilan;
Dengan melihat kekuasaan yang ada pada raja di Arab Saudi, maka
dapatlah dikatakan bahwa kerajaan Arab Saudi menekankan kembali pandangan
islam, dimana antara agama dan Negara secara historis tidak dapat dipisahkan.
Rakyat Arab Saudi memperlihatkan solidaritas yang amat besar dan dukungan
bagi pemimpin politik, yaitu raja, yang membuat tuntutan serta melaksanakan kontrol
atas rakyat. Menurut Frank Tachau keadaan ini dipengaruhi oleh limakarakteristik
yang memberi kesan bahwa, (1) di Arab Saudi hanya terdapat polakekuasaan hirarkis,
(2) terdapat eksklusifisme yang di dasarkan pada kelompok Wahhabi, (3) fleksibilitas
strategis khususnya yang berkaitan padaketidakstabilan dan pemanfaatan sumber
daya minyak, (4) terdapatnya konsentrasi kekuasaan di pusat sehingga hampir tidak
ada pendelegasian kekuasaan di daerah,dan (5) adanya neo tradisionalisme.
Dalam perkembangannya sistem politik dan struktur politik kerajaan Arab
Saudi mengalami perubahan, yaitu di mana sebelumnya kerajaan ini menganut
bercirikan tradisional primitif dan masih dikaitkan erat dengan adat istiadat
menjadi monarki absolut. Di tengah perubahan sosial, ekonomi dan pendidikan
yang sangat pesat ini, Arab Saudi tetap mempertahankan otoritas keagamaan dan
politik tradisionalnya. Pertalian keluarga tetap merupakan faktor utama dalam
pemerintahan Arab Saudi6. Kerajaan Arab Saudi masih menganut pola keterkaitan
antara Negara dan agama yang masih berkaitan7. Sehingga dalam kehidupan social
politiknya, nilai-nilai agama masih sangat kental diperlihatkan. Namun di dalam
perkembangannya aktifitas politik baik di dalam negeri maupun di luar negeri,raja
telah membentuk sebuah dewan untuk membantu tugasnya. Pemerintahan dijalankan
oleh sebuah dewan keluarga yang bekerja dengan konsesus8. Jabatan di dalam dewan
yang dibentuk Raja hanya dapat dimiliki oleh anggota keluargakerajaan dan kepala
suku yang nantinya akan menduduki jabatan kementerian danadministratif.
Unsur nepotisme memang sangatkental disetiap urusan pemerintahan Arab
Saudi. Hampir sebagian besar yangmenduduki jabatan-jabatan penting di dalam
pemerintahan adalah keluarga kerajaan atau golongan yang memiliki pengaruh,
misalnya para pengusaha,bangsawan. Nilai-nilai demokratis sama sekali tidak
ditunjukan didalamnya. Namun satu hal yang sama pentingnya yaitu komitmen
terhadap Islam.Masyarakat Saudi hampir tidak terpengaruh oleh nasionalisme dan
sekulerisme, dan penguasa Saudi mengembangkan keabsahan domestik mereka
6
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Jkarta: Raja Grafindo Persada, 1999., hal 187 7
Sidik Jatmika, Op,Cit., hal 158 8
dengan banyakmemberikan perhatian kepada urusan agama dan memberlakukan
moral Islam9.
Di tengah-tengah perubahan karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi
dan sosial yang sangat cepat mengharuskan pemerintah Arab Saudi untuk mampu
mengatur dinamika masyarakatnya. Konvesi lokal tradisional yang semula
menjadi acuan berjalannya roda pemerintahan, dinilai sudah tidak mampu lagi
diterapkan di negara tersebut. Kepemilikan industri minyak dan bertambahnya
wilayah-wilayah menjadikan faktor terjadinya perubahan secara signifikan. Jika
kondisi seperti ini tidak segera ditangulangi, maka pemerintah akan mengalami
kesulitan jika tidak dibantu badan-badan administrasi yang fleksibel. Oleh
karenanya, Raja membentuk dewan menteri guna bertanggung jawab atas
anggaran dan urusan pemerintah lokal maupun regional.10Struktur pemerintahan
Arab Saudi diantarnya:
1. Raja (Kepala Pemerintahan)
Raja Arab Saudi saat ini adalah Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud.
Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di Arab Saudi, tapi kekuasaannya
dibatasi oleh hukum Islam. Sistem kerajaan Arab Saudi sifatya turun temurun,
jika Raja meninggal maka digantikan oleh keturunannya. Arab Saudi Raja tidak
membuat undang-undang, hanya mengeluarkan dekrit kerajaan yang sesuai
9 Ibid. 10
dengan syariah. Tugas yang paling sulit adalah mempertahankan konsensus di
antara keluarga Kerajaan, para ulama dan suku-suku yang berpengaruh dalam
masyarakat.
Berikut ini daftar raja yang memimpin Arab Saudi:11
1.1. Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud
Raja Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud, lahir di Riyadh pada 1880
dan wafat pada 1953. Dia memerintah Kerajaan Arab Saudi pada 22 September
1932 hingga 9 November 1953. Raja yang juga dikenal sebagai Ibn Saud ini
membangun kerajaannya berlandaskan Syariah Islam. Raja Ibn Saud berhasil
mengubah Arab Saudi menjadi negara Islam modern serta kaya akan tradisi dan
budaya. Abdul Aziz juga dikenang sebagai negarawan besar, yang pandai
berpolitik, dan tahu bagaimana cara memanfaatkan sumber daya alam untuk
kepentingan rakyat.
1.2. Raja Saud bin Abdul Aziz
Raja kedua Arab Saudi ini lahir pada 1902 dan wafat pada 1969. Saud
ditahbiskan sebagai Putra Mahkota pada 1933 dan memimpin kerajaan pada 1953
hingga 1964. Selama memerintah, Raja Saud mendirikan berbagai kementerianseperti
Kementerian Perdagangan, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan.
11“
Anak tertua dari Ibn Saud ini dikenal sebagai raja yang sukamenghambur-hamburkan
uang. Saud juga memberikan anak-anaknya jabatan
tinggi dalam pemerintahannya. Kebiasaan ini membuat sang raja digulingkan oleh
keluarganya sendiri. Sang adik, Faisal bin Abdul Aziz, pun naik takhta
menggantikan Saud.
1.3. Raja Faisal bin Abdul Aziz
Raja Faisal lahir di Riyadh pada 1906 dan wafat pada 1975. masa
pemerintahannya dimulai pada 1964 dan berakhir ketika dia wafat. Sebelum
menggantikan Saud, Faisal diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh ayahnya,
Abdul Aziz. Pemimpin inovator ini dikenal sebagai raja yang saleh dan amat
memerhatikan kesejahteraan rakyatnya. Faisal menjunjung tinggi program
penghapusan perbudakan. Bahkan, dia membeli seluruh budak di Arab dengan
uang pribadinya hingga tak ada satu pun budak di negara itu. Kemudian dia
membebaskan budak yang dibelinya tersebut dan memberlakuan larangan
perbudakan di Arab Saudi untuk selamanya.
1.4. Raja Khalid bin Abdul Aziz
Raja yang memerintah pada 1975 hingga 1982 ini naik takhta ketika Raja
Faisal wafat. Khalid sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Hijaz pada 1932 dan
ditunjuk menjadi Menteri Dalam Negeri pada 1934. Raja Khalid banyak membuat
11Pada 1982, Khalid berhasil memperbaharui persenjataan kerajaan dengan
mendatangkan 16 pesawat tempur dari Amerika. Khalid wafat pada 1982
karenaserangan jantung.
1.5. Raja Fahd bin Abdul Aziz
Raja Kelima Arab Saudi ini dilantik menjadi Menteri Pendidikan pada
1953. Kemudian pada 1962, dia menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri. Fahd
naik takhta setelah Raja Khalid wafat pada Juni 1982. Fahd berkontribusi besar
dalam bidang diplomasi internasional Kerajaan Arab Saudi. Kerja kerasnya
mampu membuat perekonomian Arab Saudi berkembang pesat. Pria yang lahir di
Riyadh pada 1921 ini wafat pada 1995 karena terserang stroke.
1.6. Raja Abdullah bin Abdul Aziz
Penjaga Dua Masjid Suci ini lahir di Riyadh pada 1924. Abdullah naik
menjadi Raja pada 2005 setelah sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri.
Pemimpin yang dikenal murah hati tersebut sudah memiliki banyak pengalaman
dan memberikan pengaruh besar pada kerajaan ketika masih menjadi Putera
Mahkota di masa Raja Fahd. Sejak 1995, Abdullah sudah mewakili peran Raja
Fahd yang terserang stroke. Abdullah dikenal sangat kuat memegang ajaran
agama dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap rakyat dan Tanah
menjadikan Arab Saudi disegani di kancah Internasional hingga saat ini.Raja
Abdullah wafat pada Jumat 23 Januari 2015 karena penyakit yang dideritanya.
1.7. Raja Salman bin Abdul Aziz
Raja yang lahir pada 1935 ini sebelumnya berhasil mengubah wajah
Riyadh. Kota yang awalnya hanya memiliki 200 ribu penduduk kini menjelma
menjadi kota kosmopolitan dengan lebih dari 7 juta penduduk dan menjadi rumah
bagi puluhan perguruan tinggi berkualitas tinggi.
Raja ketujuh Arab saudi ini dikenal sebagai sosok yang memiki semangat besar
khususnya dalam reformasi danperubahan sosial untuk negaranya. Salman pertama
kali diangkat menjadigubernur ketika usianya baru 19 tahun. Raja Salman
sebelumnya juga pernahmenjabat sebagai menteri pertahanan dan banyak
bertkontribusi untuk negaranyadi masa Raja Abdullah.
Seiring dengan terjadinya sejumlah perubahan sebagai akibat dari
meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan sosial yang sangat cepat.
Mengharuskanpemerintah Arab Saudi untuk mampu mengatur dinamika
masyarakatnya. Konvensi lokal tradisional yang semula menjadi acuan berjalannya
roda pemerintahan, dinilaisudah tidak mampu lagi diterapkan di negara tersebut.
Kepemilikan industri minyakdan bertambahnya wilayah-wilayah menjadikan faktor
terjadinya perubahan secarasignifikan. Jika kondisi seperti ini tidak segera
badan-badan administrasi yang fleksibel. Oleh karenanya, Raja membentuk dewan menteri
guna bertanggung jawab atas anggaran dan urusan pemerintah lokal maupun
regional.12
2. Dewan Menteri
Hampir semua keputusan kebijakan utama memerlukan masukan darikedua
pangeran dan para ulama senior Arab Saudi. Ulama senior dan pemimpin bisnis
memiliki pengaruh yang cukup besar, baik sebagai penasihat utama Rajadan sebagai
pengambil keputusan operasional. Pengambilan keputusan bukan hanya masalah
politik semata, melainkan dalam hal tradisi dan agama, hal ini merupakan salah satu
sumber kekuatan politik yang kuat di Arab Saudi dan di dalam keluarga kerajaan.
Kabinet Arab Saudi ini merupakan sesuatu yang cukup praktis dan mencerminkan
komposisi distribusi kekuasaan dalam jajaran keluarga kerajaan Arab Saudi yang
senior dan para ulama. Kabinet adalah sebuah lembaga yang besar yang dipimpin
oleh Raja, dengan lebih dari dua puluh anggota, termasuk enam menteri negara.
Kabinet juga mencakup dan didukung olehberbagai ulama.
3. Departemen dan Key Personnel
Diantara dua puluh dua departemen yang terpisah, departemen-departemen
penting dan strategis dikendalikan oleh anggota-anggota senior keluarga Kerajaan.
Departemen tersebut seperti Wakil Perdana Menteri, Kepala Garda Nasional, Wakil
12
II Perdana Menteri, Menteri Pertahanan dan Penerbangan,Menteri Luar Negeri,
Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pekerjaan Umum danPerumahan. Penunjukan ini
memberikan anggota senior dari keluarga kerajaankendali atas pemerintah,
pertahanan, keamanan internal, anggaran dan pendapatan minyak, dan melindungi
area penting lainnya. Untuk memerangi pengembangan resistensi kelembagaan di
beberapa departemen, pada tahun 1992 Raja mengeluarkan Keputusan yang
menyatakan bahwa seseorang tidak dapat menempati pos menteri atau kabinet selama
lebih dari lima tahun tanpa surat keputusan khusus dari Raja.
4. Majlis Al-Shura (Majelis Permusyawaratan)
Majlis Al-Shura pada awalnya terdiri dari 61 anggota, termasuk pembicara
dari dewan konsultatif. Semua anggota yang ditunjuk oleh Kerajaan untuk masa
jabatan empat tahun. Secara teori tugasnya adalah untuk memeriksa rencana
pembangunan ekonomi dan sosial, menanyakan anggota kabinet dan memeriksa
rencana tahunan yang diajukan oleh masing-masing kementerian, dan mengusulkan
atau mengamandemen undang-undang baru. Namun, pada awalnya peran utamanya
adalah sebagai penasihat.
Pada tahun 1997 delapan komite ad hoc didirikan sebagai hasil dari kegiatan
peningkatan dewan (saat ini ada dua belas dari mereka). Komite beroperasi di
sepanjang jalur demokratis dengan masing-masing anggota memiliki satu suara,
tahun 2001, jumlah anggota telah meningkat menjadi 150 dan peran komite diperluas,
yang meliputi masalah-masalah seperti keuangan, rencana lima tahunan, Islam dan
urusan sosial, dan pendidikan. Para anggota dewan sekarang dinominasikan oleh
gubernur provinsi, masing-masing nominasi diperiksa oleh lembaga pengadilan
kerajaan. Sejak 2002, Majelis juga memiliki hak untuk meminta setiap anggota
Kabinet atau Dewan Menteri hadir dan menjawab pertanyaan. Meskipun tidak
memainkan peran secaralangsung dalam permasalahan keamanan dan kebijakan
pertahanan dan meninjau rancangan anggaran, tetapi mereka meninjau Rencana
Pembangunan
C. Politik Luar Negeri Arab Saudi
Arab Saudi adalah sebuah negara Islam, dengan demikian tentu
adaketerkaitan yang erat dengan Islam, baik dalam ideologi, agama dankebudayaan.
Kendati demikian, alasan pedoman agama dan bentuk pemerintahan monarki absolut
tidak membuat Arab Saudi menutup mata terhadap hubungan internasional. Arab
Saudi aktif menjalin hubungan bilateral dengan beberapa organisasi internasional
seperti PBB, GCC, OKI, serta organisai internasional lainnya. Politik luar negeri
Arab Saudi dibedakan atas tiga fase yang sesuaidengan perkembangannya serta
kekuasaan yang dimilikinya. Politik luar negerisuatu negara tidak dapat dilepaskan
dari situasi politik dalam negerinya. Ideologi Arab Saudi yang anti radikalisme dan
tiga fase. Ketiga fase tersebut mempunyai hubungan dan merupakan elemen-elemen
dari kebijaksanaan cita-citaIslam Arab Saudi dan Fase-fase tersebut adalah:
1. Dynastic Alliance (1932-1956)
2. Arab Cold War (1956-1967)
3. Aid and Oil Politics (1967- sekarang)13
Pada fase pertama tahun 1932 dimana pada waktu itu gerakan wahhabisme
sedang tumbuh di wilayah tersebut. Dengan melihat kekurangan sumber-sumber
ekonomi yang dimilikinya, dan minimnya kemampuan militernya, menjadikan
Raja Abdul Aziz berfikir lebih keras agar negaranya mampu bertahan dengansegala
kekurangannya. Melihat kondisi yang demikian, Raja Abdul Aziz
melakukan diplomasi atau politik pragmatis demi mewujudkan keamanan bagi
negaranya.14
Selama kebijakan ini, Arab Saudi menunjukkan adanya kesadaran
Islamiyah, terbukti dengan adanya pemberian bantuan militer kepada bangsa
Palestina secara diam-diam untuk melaksanakan pemberontakan yang bertujuan
mengurangi pengaruh Inggris di Palestina pada tahun 1936-1939 bersama-sama
dengan Mesir melawan ambisi dinasti Hashimite karena dianggap mempunyai
hubungan yang erat dengan Inggris. Arab Saudi ingin menunjukkan sikap
13
Mohammed Ayoob, The Political of Islamic Reassertion, New Delhi:Vikas Publishing Home PFT LTI. hal 11
14
solidaritasnya yang tinggi dengan negara-negara Arab guna memperlihatkan
perlawanannya terhadap pembagian wilayah di Palestina.
Berbeda dengan fase pertama, pada fase kedua ini Arab Saudi lebih
berhati-hati dalam mengambil sikap berkaitan hubungannya dengan Mesir.
Pemerintah Saudi menganggap bahwa Mesir adalah pioner dari ideologi radikal
yang berujung pada demokratisasi. Negara ini benar-benar menghindari ideologi
yang radikal, yang mana menurut pandangan Arab Saudi bahwa ideologi islam
radikal itu akan berujung pada gerakan-gerakan revolusi.
Dalam perang dingin Arab, pemerintah Arab Saudi mencoba mengimbangi
pan Arabisme dan solidaritas Islam.15Arab Saudi berupaya untuk menjalin hubungan
persahabatan dengan negara-negara Islam non-Arab, seperti Irak. Dimana padatahun
1965 timbul reaksi dari Kairo yang menuduh bahwa Arab Saudi dan Irak
berkeinginan untuk membentuk pakta Islam sebagai alat untuk menghancurkan
persatuan Arab.16
Di bawah Raja Faisal, politik luar negeri Arab Saudi terhadap Negara-negara
Arab dapat dikategorikan sebagai politik yang konservatif. Arab Sauditidak
menginginkan adanya perubahan status quo serta adanya perubahan-perubahan
teritorial negara-negara Arab akibat adanya usaha federasi atauintegrasi seperti apa
yang telah dilakukan oleh negara-negara Arab pada waktuitu. Selain itu Arab Saudi
15 Ibid 16
selalu berupaya untuk menangkal ideologi yang
revolusioner sebagaimana yang disebarkan oleh negara-negara pan Arab yang
berpusat di Kairo. Untuk mengimbangi arus revolusioner negara-negara republik
Arab, Arab Saudi berusaha menjalin persahabatan dengan negara monarki Arab
lainnya seperti Yordania, Kuwait, Maroko, Yaman royalis dan Libya sebelum
revolusi Qaddafi 1969.17
Adanya perang saudara di Yaman kian memperuncing pertentangan kubu
konservatif dan kubu revolusioner. Dalam hal ini Mesir membantu kaum republik
yang menginginkan terjadinya pergulingan terhadap sistem monarki, sedangkan Arab
Saudi melakukan counter intervensi dengan membantu kaum royalissehingga
mengakibatkan kegagalan intervensi Mesir di Yaman, tetapi pada hakikatnya perang
merupakan arena konfrontasi antara kekuatan revolusioner dan kekuatan status quo di
dunia Arab. Dan dengan adanya perang tersebut, Mesir dan Syria menjadi terkucil
dari dunia Arab, sedangkan keretakan ideologi di duniaArab makin berkurang.
Pecahnya perang Arab-Israel merupakan perang kilat, yakni terjadi selama
enam hari, yang terjadi pada tanggal 5 Juni 1967 dimana Mesir, Syria dan Yordania
mengalami kekalahan. Tentunya hal ini mengakibatkan posisi negaraArab Saudi
semakin kuat sehingga mampu mempengaruhi setiap momen penting yang terjadi di
dunia Arab. Seusai perang Arab-Israel, sengketa Yaman dapat diselesaikandengan
adanya konferensi Khortum dimana Arab Saudi menawarkan bantuan kepada Mesir
17
untuk menarik pasukannya dari Yaman dan Arab Saudi menyetujui berdirinya suatu
republik di Yaman. Dengan demikian Arab Saudi menganggap Mesir bukan lagi
sebagai sebuah ancaman bagi kepentinggannya di kawasan Teluk. Selanjutnya Arab
Saudi kemudian menghimbau Mesir dan negara-negara yang berada di garis depan
untuk lebih memfokuskan perhatian kepada Israel, Palestina maupun Yerussalem
yangdianggap sebagai lawan yang radikal di kawasan Teluk.
Pada fase ketiga yang dimulai sejak tahun 1967, Arab Saudi muncul sebagai
sebuah negara yang dominan dan berusaha merubah perimbangan kekuasaan di
Timur-Tengah sesudah adanya perang Arab-Israel 1967, serta berusaha meningkatkan
kekayaan minyaknya.18Untuk itu Arab Saudi menjadi dewan pimpinan OPEC
maupun OAPEC. Sampai saat ini peranan Arab Saudi masih berpengaruh, dan sangat
vital dalam menentukan harga minyak dunia serta produk untuk mengambil garis
kebijaksanaan yang moderat dalam menolak ekstrimisme dalam dunia
perminyakannya.Arab Saudi merumuskan kebijakannya untuk memelihara stabilitas
dan kesejahteraanekonomi internasional serta tidak merusak perdamaian hidup
manusia.
Pada fase ketiga ini, sejak tahun 1967, di dalam politik luar negerinya, Arab
Saudi mempunyai tiga sasaran utama, yaitu19:
18
Sidik Jatmika. (2001) op.cit. hal 160 19
1. Mendukung negara-negara Arab termasuk Palestina melawan Israel.
Dukungan ini juga ditujukan agar tercapainya perdamaian Arab-Israel.
Arab Saudi tahu bahwa Israel mempunyai kemampuan untuk
menghancurkan ladang minyaknya.
2. Tercapainya stabilitas dan keamanan, serta berjuang untuk
membendung pengaruh radikalisme, terutama komunisme yang
dianggap bahaya utama untuk agama islam dan kebudayaan Arab salah.
3. Memajukan Islam dengan memperjuangkan suatu kebangkitan Islam di
lingkungan global. Adapun beberapa program tersebut adalah dengan
memajukan perkembangan sosial dan ekonomi dalam dunia
Islamtermasuk menyebarkan nilai-nilai dan norma-norma islam.
Diantaranya adalah pembentukan bank Islam yang di nilai mampu
memberikan manfaat dan bantuan kepada negara-negara Islam.
Kemampuan ekonomi, militer dan sosial yang dimiliki oleh Arab Saudi
menjadikan negara ini memiliki peran yang cukup penting dalam hal
donasi atau bantuannya kepada negara-negara Islam. Bantuan yang
diberikan oleh Arab Saudi terhadap negara-negara Islam diperkirakan
hampir mencapai 96% pada tahun 1976, dan ¾ diantaranya diberikan
kepada negara-negara Arab.
Pada tahun 1970an politik luar negeri Arab Saudi bisa dikatakan lebih aktif
politik luar negerinya, tetapi secara terus-menerus makin memperkuat otoritas Arab
Saudi sebagai penegak nilai-nilai Islam.
Pecahnya perang Arab-Israel tahun 1973 menyebabkan Arab Saudi
melakukan embargo minyak ke negara-negara terkemuka yang mempunyai pengaruh
besar dalam percaturan politik dunia. Pengaruh Arab Saudi yang semakin meningkat
secara efektif menunjang bagi kepemimpinannya di dunia Arab. Berkat kekayaan
yang digunakan untuk menunjang politik luar negerinya, maka pada tahun 1970an
sampai dengan sekarang, Arab Saudi mempunyai peran penting dalam politik
regional dan internasional, sesuai dengan arah politik luar negerinya yang liberal dan
pro-barat.
Hubungan Arab Saudi dengan negara-negara barat lainnya yakni Inggris,
Prancis dan Jerman semakin meningkat, bahkan ketiga negara tersebut
merupakannegara pengekspor senjata bagi Arab Saudi, dimana kontrak pembelian
senjata Arab Saudi dengan negara-negara itu hampir mencapai 11 milyar dollar.20
Sebagai negara berorientasi non blok, Arab Saudi juga mempunyai hubungan
dengan negara-negara yang sehaluan, khususnya dengan negara-negara di benua Asia
dan Afrika terutama dengan Islam. Hal ini dikarenakan Arab Saudi ingin menggalang
solidaritas Islam internasional. Arab Saudi yang bergabung dalam OKI juga berusaha
meningkatkan kerjasama dengan negara-negara anggota OKI lainnya. Kemudian,
20
hubungan Arab Saudi dengan negara-negara Teluk yang tergabung dalam The Gulf
Coorperation Council (GCC) juga ditingkatkan. Terbukti dengan meningkatnya
konsepsi pertahanan kawasan oleh negara-negara itu sendiri, sedang pihak luar hanya
boleh membantu dengan memberikan senjata-senjata yang diperlukan. Hal ini
dilakukan karena adanya kekhawatiran akan campur tangan pihak asing yang dinilai
dapat memperkeruh konflik di kawasan Timur Tengah.
Jika berbicara mengenai politik luar negeri Arab Saudi, tentunya tidak bias
lepas dari hubungannya dengan Amerika Serikat, sikap pro-barat dan anti komunis
yang dianut Arab Saudi mendorong terjalinnya hubungan dengan barat terutama
dengan Amerika Serikat sangat erat bahkan sudah sampai tingkat sekutu. Secara
politis,hal demikian bisa dimengerti karena adanya alasan kepentingan
pembangunan,pertahanan dan keamanan Arab Saudi yang sangat mengandalkan
dunia barat.21Hubungan keduanya dinilai mempunya persamaan kepentingan, antara
lain:
1. Arab Saudi dan Amerika Serikat sama-sama anti komunis dan antigerakan
radikal revolusioner,
2. Arab Saudi dan Amerika Serikat menginginkan stabilitas di
kawasanTeluk,
21