• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’AN PONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’AN PONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

i

PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’AN PONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN BANTUL

YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)

SKRIPSI

Oleh

Nashrullah Salim NPM: 20120720054

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’ANPONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN

BANTUL YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata Satu

pada prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Oleh:

Nashrullah Salim NPM: 20120720054

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

َ ذَ ل

َ ك

ََ لا

َ كَ ت

َ ب

َ

َ ل

َ َََ ي

َ ب

ََ ف

َ يَ هَ

َ َ د

َ لَى

َ ملَ ت

َ قَ ي

َ ن

)

۲

(

َ

Inilah Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan-keraguan di dalamnya bagi orang

yang bertakwa

(6)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua ku yang tercinta yakni: Bapak Salim Karim dan Ibu Rukiah

Mahmud yang selalu mencurahkan kasih-sayang, harapan, doa dan restunya.

2. Kakak-kakakku M Ikbal Salim, Abdul Karim Syauki, Mirwan Salim, dan

Husna Salim yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi.

3. Cindra Kusuma Wardani, seseorang yang selalu memberikan motivasi dan

semangat dalam hidup saya.

4. Keponokan-keponakan ku Fatih, Haikal, Raihan, Alif, Rizki, Nabila, Nadila,

Dhani, dan Farhan yang selalu ceria bersama saya.

5. Teman-teman seperjuangan di UMY khususnya angkatan 2012, teman-teman

seperjuangan di HMI yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk

(7)

vi

KATA PENGANTAR

َ ش أَ ل عَ م ا سلا و ةَ ا صلا وَ ن ي م لا ع لاَ بَ ََ هَ د م ح لاَ، م ي ح رلَ ن م حَ رلَ هَاَ م س ب

َ و ءا ي ب ن أاَ ف ر

َ ه للَ ل عَ وَ ن ي ل َ ر م لاَ

َ د ع بَا م أَ، ن ي ع م ج أَ ه ب ح صَ و

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang.

Segala puji hanya milik Allah. Tuhan pemelihara alam semesta. Semoga shalawat dan

salam selalu terlimpahkan kepada junjungan nabi dan utusan yang paling mulia yaitu

Nabi Muhammad saw, keluarganya, para sahabat, serta pengikut beliau yang selalu

setia hingga akhir zaman nanti.

Atas limpahan rahmat dan hidayah Allah Swt, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul: “Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul Yogyakarta (study kasus Santri

Salafiyah Wustho) 2016”.

Skripsi ini sebagai laporan penelitian yang diajukan kepada Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam

(Tarbiyah) guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata satu.

Keberhasilan skripsi ini bukanlah semata-mata hasil kerja penulis saja,

melainkan banyak pihak yang telah berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan termima kasih kepada yang terhormat:

(8)

vii

2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid. M. Ag sebagai Ketua Jurusan PAI Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Dwi Santoso AB., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang dengan

keikhlasan membimbing skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu menyediakan sarana dan

prasarana bagi kelancaran penulisan skripsi ini.

5. Ustadz Amri Suaji, Lc selaku ketua pengurus Yayasan Hamalatul Qur’an yang

telah memberikan izin penelitian.

6. Para santri Salafiyah Wustho dan musrif yang membantu memberikan

informasi dan data demi suksesnya penelitian ini.

7. Keluargaku dan teman-teman yang senantiasa memberikan dorongan semangat

dan doa nya dalam penulisan skripsi ini

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuannya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat imbalan di sisi

Allah Swt sebagai amal ibadah. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua orang yang membacanya

Peneliti menyadari walaupun semua kemampuan yang ada telah peneliti

(9)

viii

oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan sebagai

masukan bagi peneliti.

Yogyakarta, 25 Maret 2016

(10)

ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK A. Tinjauan Pustaka………...……….…...……9

B. Kerangka Teoritik……….…….………...…..………..13

1. Metode Pembelajaran Bandongan….……….13

2. Tahfidz Qur’an………...………...15

3. Santri Salafiyah Wustho ………..……….. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5. Langkah-Langkah dan Pengumpulan Data…..…...…………..…….35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….…...……….. 39

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis………...………... 39

b. Sejarah Pondok Pesantren Hamalatul…………...…………..… 41

(11)

x

m. Data Ustadz, Santri, dan Karyawan………..………..…..59

n. Program dan Kegiatan Santri………..………..60

3. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an pada Santri Salafiyah Wustho………..67

4. Sebab-sebab Santri Salafiyah Wustho Mudah Menghafal al-Qur’an Dengan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an…..….….84

(12)

xi

DAFTAR TABEL

a. Daftar Tabel 1.1……….………48

b. Daftar Tabel 2.1………...…..55

c. Daftar Tabel 2.2………...…..56

d. Daftar Tabel 2.3……….58

e. Daftar Tabel 3.1………...………..59

f. Daftar Tabel 4.1………...………..59

g. Daftar Tabel 5.1………...61

(13)

xii Daftar Gambar

1. Gambar 1………...……….69

2. Gambar 2 ………...………70

3. Gambar 3 ………...…………71

4. Gambar 4………72

5. Gambar 5 ………...73

6. Gambar 6………... 79

(14)
(15)

xv ABSTRAK

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul Yogyakarta. Maka dalam penelitian ini yang akan diungkap adalah sebab-sebab apa saja yang dapat menjadikan santri Salafiyah Wustho mudah menghafal al-Qur’an dengan metode pembelajaran Bandongan, apa saja kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an pada santri Salafiyah Wustho.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dengan subjek penelitian yakni pengajar (musrif) dan santri santri Salafiyah Wustho kelas VII, VIII, dan IX. Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan metode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sedangkan untuk analisisnya, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, sehingga dalam hal ini peneliti berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.

Dari hasil penelitian peneliti menemukan (1) Proses pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di pondok pesantren Hamalatul Qur’an diantaranya: (a) metode pembelajaran Bandongan merupakan gabungan dari dua pembelajaran yakni ziyadah (menambah hafalan bau) dan murojaah (mengulang hafalan dimana pembelajaran murojaah terbagi menjadi tujuh bagian yakni: yaumiyah, fardiyah, tsunnaiyah, haloqatiyyah, tasmi’, imtihan usbu’iyah dan laznah juz’iyah pelaksanaan pembelajaran ziyadah dan murojaah dilaksanakan pada waktu pagi, siang, dan malam (b) santri mengikuti program tahsin Qur’an untuk membetulakan bacaannya dengan tajwid sebelum mengikuti metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an (c) adanya target hafalan pada setiap jenjang (d) proses evaluasi oleh musrif dan santri dengan menggunakan pembelajaran murojaah imtihan usbuiyah dan tasmi’, (2) sebab-sebab santri mudah menghafal al-Qur’an diantaranya: (a) target hafalan yang membuat santri termotivasi (b) penambahan hafalan baru dipagi hari karena diwaktu tersebut santri sangat mudah menyerap apa yang diterima (c) hafalan surah dari yang pendek ke yang panjang, (3) kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an yakni: (a) kelebihan: target hafalan yakni mengahafal 3 tahun harus selesai 30 juz dan prsoes evaluasi yang dilakukan oleh musrif dengan cara masing-masing, sedangkan kekurangannya: Fokus santri sering terbagi antara menambah hafalan baru dengan mengulang hafalan yang sudah dihafalkan sehingga terkadang santri kurang berkonsentrasi dalam menghafal.

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Al-Qur’an adalah firman Allah Swt seru sekalian alam yang disampaikan oleh

malaikat Jibril kepada penutup para nabi dan rasul, yaitu junjungan nabi Muhammad saw

sebagai petunjukbagi seluruh umat manusia” (Ibrahim, 1986: 3).

Al-Hafizh (2010: 5) memandang al-Qur’an sebagai landasan hidup manusia

memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang lain. Beberapa

keistimewaan tersebut antara lain:

1. Keistimewaan Tilawah (membaca)

Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang harus dibaca, bahkan sangat dianjurkan untuk dijadikan sebagai bacaan harian. Allah Swt menilainya sebagai ibadah bagi siapapun yang membacanya. Pahala yang Allah Swt berikan tidak dihitung per ayat atau per kata, melainkan per huruf, sebagaimana penjelasan Rasulullah SAW.

2. Keistimewaan Tadabbur (merenungkan)

Al-Qur’an mampu menjadi ruh (penggerak) bagi kemajuan kehidupan manusia manakala selalu dibaca dan ditadabburkan makna yang terkandung dalam setiap ayat-ayatnya.Allah Swt berfirman:

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu sebuah ruh (al-Qur’an) dengan perintah kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al kitab itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu?Tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.Dan sesungguhnya kami benar-benar memberi petunjuk

kepada jalan yang lurus.”(QS. As-syuara: 52) (Departemen Agama RI, 2010:

490)

(17)

2

bagi orang-orang yang berakal.”(QS. Shaad: 29) (Departemen Agama RI, 2010: 456)

3. Keistimewaan Hifzh (menghafal) al-Qur’an selain dibaca dan direnungkan juga perlu untuk dihafal, dipindahkan dari tulisan kedalam dada, karena hal ini merupakan ciri

“Sesunguhnya orang yang didalam dadanya terdapat sebagian ayat-ayat Kami

kecuali orang-orang yang dzalim.”(QS. Al-Ankabut: 49) (Departemen Agama RI, 2010: 403)

Ibrahim (1986: VIII) memandang al-Qur’an sebagai sarana praktis yang menghantarkan

umat Islam kepada kehidupan dunia dan akhirat, sebagaimana dikemukakannya bahwa:

Al-Qur’an adalah kitabullah yang agung yang mengharuskan umat Islam menjaga dengan menghafalkan seluruhnya atau sebagian saja direlung hati dan melaksanakannya dengan cara para orang tua menganjurkan anak-anak mereka sejak kukunya masih lembek dengan menghafalkan surat-suratnya yang pendek, memaksa anak-anak remaja agar selalu membaca dan memahaminya, sebagaimana orang-orang dewasa tidak boleh bermalas-malasan untuk mengkaji dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka secara teoritis maupun praktis, karena al-Qur’an adalah kitab yang merupakan gudang-gudang ilmu yang bermanfaat disamping ia sebagai undang-undang dasar (dustur) yang menunjukan kepada jalan yang lurus dan bahwasannya mengikuti al-Qur’an secara tekstual dan spiritual adalah sarana praktis yang menghantarkan kepada kehidupan dunia dan akhirat.

Pendidikan dewasa ini sudah sangat beragam sehingga memunculkan banyak

pilihan-pilihan yang akan ditempuh oleh para anak-anak usia SMP untuk menetapkan

pilihannya dalam memilih sekolah dan pendidikannnya. Fenomena sekarang ini ada

kecenderungan semakin sedikitnya anak-anak usia 10-14 tahun, yang kurang tertarik

untuk menghafal al-Qur’an dengan berbagai alasan seperti: kesulitan dalam menghafal al

-Qur’an, maupun kesulitan membagi waktu antara mempelajari ilmu agama dan ilmu

(18)

3

Anak usia SMP adalah “masa awal remaja. Mereka banyak mengalami

perubahan, baik jasmaniah maupun ruhaniah.Mereka yang sebelum masa remaja menurut

perkataan orang tua, kini sering mulai suka membantah” (Khan, 2002: 69).

Anak usia SMP yang pada umumnya cenderung masih lebih mementingkan

bermain dari pada belajar, mereka juga belum bisa menemukan jati diri dan juga belum

bisa mengatur diri mereka sendiri sehingga mereka masih sangat perlu untuk mendapat

bimbingan dari orang tuanya. Semua orang tua sangat jelas menginginkan sesuatu yang

terbaik untuk anaknya, terutama dalam hal pendidikan.

Pesantren adalah “lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,

memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari” (Jamaluddin, 2005: 1).

Untuk menunjang pendidikan santri maka banyak pesantren yang pendidikannya

dilengkapi dengan membuka sekolah formal, santri tidak hanya mengaji, mempelajari

ilmu-ilmu Islam di pondok, tetapi juga mengikuti sekolah umum sesuai dengan

tingkatanya. Program dan metode pembelajaran yang ditawarkan sangat kreatif dan

inovatif agar meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaganya.

Orang tua dalam memilih pendidikan terhadap anak cenderung mengalami

benturan-benturan dengan kemauan si anak itu sendiri. Anak terkadang enggan dan tidak

mau untuk melanjutkan pendidikannya selepas SD ke pendidikan pondok pesantren

terlebih lagi pesantren yang berbasis Tahfidz Quran, hal ini dikarenakan anak merasa berat

jika harus menghafal al-Qur’an dengan alasan akan lebih banyak memerlukan waktu untuk

menghafal, kurangnya waktu bermain, serta terlalu banyak peraturan yang harus dijalani

(19)

4

Menyikapi permasalahan ini, diperlukan suatu kajian atau penelitian tentang

sebuah metode menghafal al-Qur’an yang kiranya bisa membuat anak atau para santri

senang dan mau serta tidak merasa terbebani dalam menghafal al-Qur’an.

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an adalah pondok pesantren yang bertujuan

untuk menjadikan kader-kader ulama yang menghafal Qur’an, memiliki ilmu keislman

yang kuat, pelopor gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar serta penegak kejayaan

Islam dalam menghadapi arus globalisasi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal

tersebut Pondok Pesantern Hamalatul Qur’an menyelenggarakan pendidikan dengan

kurikulum pesantren yang berfokus pada tahfidz Qur’an yang diintegrasikan dengan

program wajib belajar selama 7 tahun kepada santri tingkat Salafiyah Wustho (SMP)

selama 3 tahun, Salafiyah Ulya (SMA) selama 3 tahun, dan pengabdian yang digunakan

santri untuk aplikasi ilmu yang diperoleh dan pengayaan individu selama 1 tahun.

(http://hamalatulquran.com/tentang-kami).

Pesantren Hamalatul Qur’an lebih berfokus pada tahfidz Qur’an

yangmenggunakan metode bandongan, yakni hafalan Qur’an yang dihafal secara bersama

-sama dan pelaksanaan dari metode pembelajaran tersebut dilaksanakan pada waktu-waktu

tertentu.(wawancara dengan ustatdz Masnun pada tanggal 15 Oktober 2015, jam 08.45)

Dipilihnya pondok pesantren tersebut karena tertarik dengan santri Salafiyah

Wustho, sebab pada tingkat SMP sudah mampu menghafal al-Qur’an pada usia remaja.

Hal ini juga merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti dikarenakan anak yang

berusia SMP sebagian besar cenderung bermain dari pada belajar dan juga mereka harus

menempuh pembelajaran seperti di sekolah formal, dan metode pembelajaran bandongan

bila di perbiasakan pada santri-santri usia SMP maka dapat merubah saraf-saraf pada diri

(20)

5

Dari latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian ini adalah

“Pelaksanaan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an Pondok Pesantren

HamalatulQur’an Kasihan Bantul Yogyakarta (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka ditetapkan tiga

rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di Pondok

Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho?

2. Mengapa metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an dapat menjadikan santri

Salafiyah Wustho menghafal al-Qur’an?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an

di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan

tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengapa metode pembelajaran Bandongan

tahfidz Qur’an dapat menjadikan santri Salafiyah Wustho menghafal al-Qur’an.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada

metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul

(21)

6 D. Kegunaan Penelitian.

Adapun kegunaan penelitian pada skripsi ini dapat di lihat dari dua aspek yaitu:

1. Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran bagi

perkembangan keilmuan khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

2. Praktis

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

program pembelajaran tahfidz Qur’andi Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an supaya

dapat meningkatkan kualitas nya menjadi lebih baik.

E. Sistematika Pembahasan

Secara singkat penulisan skripsi dibagi menjadi lima bab, yaitu BAB I,

Pendahuluan: Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan, sistematika pembahasan.

BAB II, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori: Memuat uraian tentang tinjauan pustaka

terdahulu dan kerangka teorirelevan terkait dengan tema skripsi.

BAB III, Metode Penelitian: Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan

peneliti beserta justifikasi/alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel,

metode pengumpulan data, defenisi konsep dan variabel, serta analisis data yang

digunakan.

BAB VI, Hasil dan Pembahasan: Berisi (1) Hasil Penelitian, Klasifikasi bahasan

disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus

penelitiannya. (2) Pembahasan, Sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu

kesatuan, atau dipisah menjadi sub bahasan tersendiri

(22)
(23)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK

A. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran, terdapat penelitian yang terkait dengan skripsi ini,

diantaranya:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh M Kharir, dengan judul skripsi

“Integrasi Metode Bandongan dan Sorogan Dalam Peningkatan Keaktifan Belajar Santri

Di Pondok Pesantren Aswaja-Nusantra Mlangi, Sleman, Yogyakarta Tahun 2013”,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini berisi tentang: 1) pengintegrasian

metode Bandongan dan Sorogan dalam meningkatkan keaktifan belajar santri, 2)

implementasi integrasi metode bandongan dan sorogan terhadap keaktifan belajar santri di

Pesantren Aswaja-Nusantara Mlangi Sleman. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa:

Metode Bandongan dan Sorogan digunakan secara integratif. Hasil temuan menunjukan:

(1) bahwa integrasi metode Bandongan dan Sorogan berupa paralelisasi, yaitu

menyamakan konotasi metode Bandongan dan Sorogan yang berbeda; komplementatif,

yaitu mengintegrasikan dua metode tersebut untuk menunjang satu sama lain; (2) dalam

pelaksanaannya, bentuk integrasi ini berimplikasi pada keaktifan belajar santri. Hal ini

ditunjukkan dengan keinginan, minat dan keberanian santri dalam mengikuti

pembelajaran, usaha menyelesaikan proses pembelajaran dari awal sampai akhir,

kebebasan atau keleluasaan santri dalam menyampaikan gagasan dan kritik, dan

kemandirian belajar diluar jam pembelajaran.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Syarif Kharomain Anwar, dengan judul

Skripsi “Pembelajaran Maharah Qira’ah di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi

(24)

10

Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Penelitian ini

berisi tentang:1) pembelajaran Maharah Qiraah, 2) penerapan metode Bandongan dalam

meningkatkan pembelajaran Maharah Qiraah, 3) faktor pendukung serta faktor

penghambat dalam pembelajaran Maharah Qiraah dengan metode Bandongan di Pondok

Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa

penerapan metode Bandongan di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi telah

mengalami modernisasi dan modifikasi. Yakni proses membaca dan menerjemahkan kitab

kuning dilakukan dengan perkata dengan menyebutkan arti kata serta kedudukan dari

masing-masing kata dari sisi sintaksis (Nahwu) serta morfologisnya (Sharaf). Penerapan

metode Bandongan dalam peningkatan Maharah Qiraah didukung dengan kompetensi

mengajar yang mumpuni, santri yang mayoritas alumni pesantren salaf , sarana-prasarana

yang memadai, dan ghirah kuat dari pengasuh. Namun ada pula beberapa kendala yang

ditemui dalam penerapannya, yaitu santri kurang memahami dengan baik tentang qawaid,

kurangnya tenaga pengajar, pengajar yang kreatif dan inovatif, dan maraknya buku

terjemahan.

Ketiga, Aldi Mirza Fahmi, dengan judul skripsi “Pengaruh Metode Bandongan

dan Sorogan Terhadap Keberhasilan Pembelajaran (Studi Kasus Pondok Pesantren

Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur) Tahun 2014, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini berisi tentang: 1) Implementasi metode Bandongan dan Sorogan, 2)

Keberhasilan metode Bandongan dan Sorogan, 3) Pengaruh metode Bandongan dan

Sorogan di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Pasuruan Jawa Timur. Adapun hasil

penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang sedang atau cukup antara metode Sorogan

dan Bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi

(25)

11

0, 439 dan termasuk sedang atau kecukupan (nilai r hitung pada rentan 0,40 – 0,70) dengan

interpretasikan bahwa taraf signifikan 5 % diketahui 0.439 > 0,349 (r hitung lebih besar

dari r tabel). Dengan demikian terdapat pengaruh yang sedang atau cukup antara metode

sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren

Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur.

1. Penelitian terdahulu yang pertama di lakukan oleh, M. Kharir dengan skripsi memiliki

persamaan variabel dengan penelitian sekarang ini, yakni metode Bandongan dan

persamaan pada jenis penelitian yang dipakai yakni penelitian kualitatif. Sedangkan

perbedaan penelitian terdahulu meneliti tentang integrasi metode Bandongan dan

sorogan dapat meningkatkan keaktifan belajar santri sedangkan penelitian saat ini

meneliti tentang pelaksanaanmetode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang

diterapkan pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an.

2. Penelitian terdahulu yang kedua dilakukan oleh, Syarif Kharomain Anwar, dengan

skripsi memiliki persamaan variabel dengan penelitian yang sekarang yakni metode

Bandongan dan persamaan jenis penelitian yang dipakai yakni penelitian kualitatif

dengan pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara.

Sedangkan perbedaan yang dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan penelitian yang

sekarang yaitu: penelitian terdahulu meneliti tentang konsep penerapan metode

Bandongan dalam meningkatkan Maharah Qiraah, sedangkan penelitian saat ini

meneliti tentang pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang

diterapkan pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an.

3. Penelitian terdahulu yang ketiga di lakukan oleh, Aldi Mirza Fahmi, dengan skripsi

memeiliki persamaan variabel dengan penelitian sekarang ini yaknimetode Bandongan.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu: penelitian

(26)

12

Bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi

dan metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan

kuantitatif, sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang pelaksanaan metode

pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang diterapkan pada santri Salafiyah Wustho

di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an dan metode penelitian yang digunakan yakni

deskriptif kualitatif.

B. Kerangka Teori

1. Metode Pembelajaran Bandongan

a. Pengertian Metode

Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum,

metode diartikan sebagai “suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai

tujuan tertentu” (Sutikno, 2013: 85).

b. Pengertian Pembelajaran

Ada beberapa defenisi tentang pembelajaran, diantaranya disebutkan

bahwa pembelajaran merupakan “kegiatan terencana yang

mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar sesuai dengan tujuan

pembelajaran”(Majid, 2013: 5).

Sedangkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh Sadiman

(1990) sebagaimana dikutip Sutikno (2013: 31) menyatakan bahwa pembelajaran

adalah ‘usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar

agar terjadi proses belajar dalam diri siswa’.

Subini (2012: 8) memandang pembelajaran merupakan suatu proses

(27)

13

Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari ke tiga pengertian diatas maka pembelajaran merupakan suatu

rancangan dan rencana dalam menunjang proses belajar mengajar di kelas. Suatu

pembelajaran dikatakan bermutu apabila siswa dapat mengerti dan dapat

menangkap materi dalam proses belajar yang diajarkan oleh guru di dalam kelas.

Pembelajaran bukan hanya didapatkan oleh siswa ketika di dalam kelas saja berupa

pelajaran dari guru, tetapi pembelajaran juga bisa ditemui diluar kelas melalui

lingkungan.Baik itu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun

pengalaman-pengalaman berharga yang bisa dijadikan pelajaran oleh siswa.

c. Pengertian Bandongan

Metode Bandongan atau Weton adalah “sistem pengajaran secara kolektif

yang dilakukan di pesantren” (Ismail, 2002: 67). Sedangkan pengertian Bandongan

menurut Abuddin Nata (2001) sebagaimana dikutip Djunaidatul Munawaroh

(2003: 177) menyatakan bahwa ‘Disebut Weton karena istilah ini berasal dari kata

wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu. Berlangsungnya pengajian itu merupakan

inisiatif kiyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya.

Disebut Bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang diikuti oleh

seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari kiai dalam pengajian disebut

halaqoh.

Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa metode

Bandongan merupakan sebuah metode yang dilaksanakan secara berkelompok dan

dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Metode bandongan pendekatannya lebih

kepada sistim pembelajaran sosial yang dapat memberikan pengalaman yang

(28)

14

Baharudin (2014: 184) memandang pembelajaran sosial sebagai:

Budaya sekolah, dan ruang kelas yang memberi siswa peluang untuk menjadi bagian dari kelompok yang bermakna, memperoleh pengalaman memimpin, memperoleh penghargaan dari teman sebaya dan berpartisipasi dalam alturisme (merasa dihargai)

2. Tahfidz Qur’an

a. Pengertian Tahfidz Qur’an

Istilah Tahfidz Qur’an merupakan gabungan dari dua kata yang berasal

dari bahasa Arab, yaitutahfidz dan al-Qur’an. “Kata tahfidz merupakan bentuk

isim mashdar dari fiil madhi yang mengandung makna menghafalkan atau

menjadikan hafal” (Yunus, 2005: 324).

Al-Qur’an adalah “firman Allah Swt yang maha kuasa diturunkan kepada

Rasulullah saw dan dihitung sebagai suatu ibadah, walaupun hanya membaca satu

ayat yang pendek sekalipun” (Abdullah, 2009: 137).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz Qur’an adalah

menghafal firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

apabila dibaca dan dihafal akan bernilai ibadah walaupun hanya satu ayat yang

pendek sekalipun.

b. Kaidah-Kaidah Menghafal Al-Qur’an

Kaidah-kaidah menghafal al-Qur’an yang dikemukakan oleh Muhsin dan

As-Sirjani (2014: 33-60) menyebutkan bahwa kaidah-kaidah utama menghafal

al-Qur’an di antaranya adalah:

1) Tekad yang kuat dan bulat

Tugas menghafal al-Qur’an adalah tugas mulia dan besar, hanya mampu

dilakukan oleh mereka yang punya tekad.Mereka yang punya tekad memiliki

ciri utama yang jelas, secara sederhananya adalah tekad yang kuat.

(29)

15

Berdoa kepada Allah Swt dengan ikhlas maka dapat menjadikan seorang

penghafal al-Qur’an ikhlas semata-mata karena Allah, dan memudahkan

seseorang untuk mengamalkannya.

3) Memahami makna ayat dengan benar

Memahami makna-makna ayat yang dihafal, tentu akan

mempermudahkan proses penghafalan. Seperti itu juga menghafal surah-surah

yang berisi kisah, atau ayat-ayat yang ada sababun nuzul-nya, ayat-ayat yang

berisi hukum fiqh, seperti kafarat sumpah, kafarat zhihar, puasa, diyat

pembunuhan tidak sengaja dan hukum-hukum lain.

4) Menguasai ilmu tajwid yang benar

Membaca al-Qur’an dengan benar penting bagi orang yang membaca.Tak

semua orang yang mengerti bahasa Arab bisa membaca al-Qur’an dengan

benar, karena membaca al-Qur’an ada kaidah-kaidahnya tersendiri yang hanya

diterapkan untuk al-Qur’an saja.

Menghafal al-Qur’an dengan tajwid yang benar dan tepat dapat

mendatangkan pahala besar dari Allah Swt. Siapa pun yang mempelajari

al-Qur’an harus mencurahkan tenaga dan waktu untuk mempelajari

kaidah-kaidah tajwid meski hal ini tersa berat, karena setiap usaha untuk mempelajari

ilmu ini akan semakin meningkatkan pahala seorang mukmin.

5) Mengulang-ulang bacaan

Usahakan untuk menghatamkan al-Qur’an minial sebulan sekali, dan

lebih baik lagi jika bisa khatam kurang dari sebulan.Sebagian besar sahabat

khatam al-Qur’an dalam sepekan, dan ada sebagian yang khatam dalam tiga

(30)

16

Terus mengulang-ulang bacaan akan memindahkan surah-surah dari

memori jangka pendek ke jangka yang panjang. Salah satu memori jangka

pendek adalah bisa menghafal dengan cepat, namun cepat lupa pula.Sementara

memori jangka panjang memerlukan waktu yang cukup lama untuk

memasukkan informasi, dan dalam saat yang bersamaan memori ini

menyimpan segala informasi dalam jangka panjang.

6) Shalat dengan membaca ayat-ayat yang dihafal

Menyimak bacaan ayat-ayat yang anda hafal saat sholat akan

memperkuat hafalan. Bacalah ayat-ayat yang baru anda hafal sebelumnya.

Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa kaidah-kaidah

yang paling utama untuk menyempurnakan hafalan al-Qur’an ialah menguasai

ilmu tajwid dengan benar dan mengulang-ulang bacaan al-Qur’an. Karena apabila

sesorang menghafal al-Qur’an tetapi dia tidak bisa menguasai ilmu tajwid dengan

benar maka akan sia-sia hafalannya, dan untuk lebih menguatkan hafalannya maka

harus mengulang-ulang bacaan al-Qur’an dengan cara menghatamkan al-Qur’an,

kemudian membacakan ayat-ayat yang sudah dihafal di dalam sholat agar nantinya

hafalan yang sudah dihafal melekat didalam ingatan dan tidak mudah terlupakan.

c. Faktor-Faktor Kemampuan Menghafal Al-Qur’an dalam Waktu Singkat

Faktor kemampuan menghafal al-Qur’an dalam waktu singkat

sebagaimana Qasim (2015: 85-91) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat

menjadikan seseorang mudah menghafal al-Qur’an dalam waktu yang singkat, di

antaranya yaitu:

1) Menempuh upaya-upaya dalam rangka menghafal

Di antaranya adalah berusaha mengatur waktu dengan model dan cara

(31)

17

2) Keyakinan bahwa Allah Swt telah memilih untuk menghafal kitab-Nya

Memiliki keyakinan bahwa Allah Swt telah memilih diri mereka untuk

menghafal kitab-Nya, dan dengan mantap mereka meyakini bahwa Allah Swt

telah memilih diri mereka di antara berjuta-juta kaum muslimin.Maka

kebahagiaan mereka bertambah dan mereka lebih giat menghafal.

3) Berusaha menjauhi semua orang yang bisa membebani tekad.

Bersusaha menjauhi semua orang yang bisa membebani tekad

mereka dan melemahkan kekuatan mereka dalam menempuh jalan menuju

ridha Allah Swt, baik anak, orang tua, maupun rekan kerja. Begitu pula

orang-orang yang menebar keraguan seputar manfaat menghafal al-Qur’an

4) Menetapkan batas waktu untuk menghatamkannya

Orang yang berhasil khatam menghafal al-Qur’an dalam waktu sangat

singkat tersebut,mereka menetapkan satu batas waktu untuk

mengkhatamkannya, pada jam sekian dan diwaktu tertentu.Tujuannya agar hal

ini menjadi pemantik penyemangat, maupun sebagai tantangan.

Dari penjelasan tersebut dapat diambil pengertian bahwa faktor-faktor

yang dapat membuat orang mampu menghafal al-Qur’an dalam waktu yang singkat

harus mempunyai keyakinan dan husnudzon, dan berusaha menguatkan hati bahwa

niat yang baik akan diberi kemudahan oleh Allah yakni menghafalkan ayat-ayat

Allah. Disamping itu pula perlu adanya pembagian waktu untuk menghafal

al-Qur’an agar nantinya tidak menghambat aktivitas kegiatan yang lain agar

semuanya bisa terselesaikan dengan baik. Orang yang menghafal al-Qur’an harus

memiliki komitmen dan prinsip yang kuat agar tidak mudah terpengaruh dengan

orang-orang yang menebar keraguan dalam menghafal al-Qur’an.

(32)

18

Metode menghafal al-Qur’an, sebagaimana Qosim (2015: 92)

menyebutkan bahawa ada tiga metode dalam menghafal al-Qur’an yakni:

1) Menghafal ayat per ayat

Metode dengan menghafal ayat per ayat yakni menghafal dengan cara

membaca satu ayat saja dengan bacaan yang benar, sebanyak dua atau tiga kali

sambil melihat ke mushaf. Kemudian ia melanjutkan ke ayat kedua dan

melakukan seperti pada ayat pertama. Akan tetapi setelah ituia membaca ayat

pertama dan kedua tanpa melihat ke mushaf. Berikutnya, ia menghafal ayat ke

tiga dengan cara yang sama. Yakni, membacanya sambil melihat ke mushaf,

kemudian mengulangi ayat ketiga saja tanpa melihat ke mushaf, lalu

dilanjutkan mengulangi ketiga ayat itu, dari ayat pertama, kedua dan ketiga

tanpa melihat ke mushaf. Setelah itu, meneruskan ayat ke empat hingga akhir

halaman. Kemudian ia mengulangi hafalan sebanyak tiga kali.

2) Membagi satu halaman menjadi tiga bagian

Yakni, satu halaman dibagi menjadi tiga bagian, lalu setiap bagiannya kita

asumsikan sebagai satu ayat dan dibaca berulang-ulang beberapa kali sampai

hafal. Kemudian kita menyambung antara ketiga bagian ini.

Melalui metode ini, penyambungan antara ayat-ayat dapat dilakukan

dengan cara yang lebih akurat, selain juga menghemat waktu yang habis

dipergunakan untuk mengulang ayat per ayat (dalam metode pertama).

3) Menghafal per halaman

Metode ini mirip dengan yang sebelumnya, hanya saja dalam metode ini

langsung menghafal satu halaman penuh. Lebih jelasnya, orang yang ingin

menghafal hendaknya membaca satu halaman penuh dari awal sampai akhir

(33)

19

tangkap dan kemampuan menghafalnya. Bila ia telah membacanya sebanyak

tiga hingga lima kali, dengan bacaan yang diiringi dengan kehadiran hati,

konsentrasi pikiran serta akal, dan bukan sekedar bacaan dilidah saja. Tapi ia

memfokuskan hati serta pikirannya karena ia ingin menghafal dari bacaan ini.

Untuk mempermudah seseorang dalam menghafal al-Qur’an maka ada

baiknya metode-metode tersebut diterapkan setiap hari dan dijga oleh orang lain

apabila kita sedang menghafal al-Qur’an, sebab dalam menghafal al-Qur’an

dengan metode tersebut harus ada yang mengawasi agar kita dapat mengetahui

kekurangan baik dari kesalahan ayat, makharijul khuruf, dan tajwid.

e. Faidah-Faidah Bagi Penghafal Al-Qur’an

Ada beberapa faidah yang didapatkan oleh para penghafal al-Qur’an.

Sebagaimana Az-Zawawi, (2010: 31) mengemukakan beberapa faidah-faidah

orang yang menghafal al-Qur’an diantaranya yaitu:

1) Menolong para penghafal al-Qur’an

Sesungguhnya Allah Swt senantiasa mengeluarkan bantuan dan

pertolongannya pada penghafal al-Qur’an.Oleh sebab itu mereka menjadi

orang-orang yang kuat dan tabah.

Jika membaca kisah-kisah para sahabat terdahulu mereka adalah

orang-orang yang keras terhadap orang-orang-orang-orang kafir dan menyayangi sesama muslim.

Dengan segala keterbatasan yang ada mereka sanggup mengalahkan

orang-orang Quraisy, kemudian mengalahkan seluruh kabilah-kabilah (suku)

kaum musyrikin.Setelah itu mereka memusatkan perhatian kepada Kisra

(kekaisaran Persia) dan Kaisar (kekaisaran Romawi) hingga benar-benar

menghancurkan dan melenyapkan keduanya.Dengan apakah?Dengan

(34)

20

Semua kekuatan itu bukan terletak pada besarnya badan dan kebesaran

nama. Tetapi semua kekuatan itu adalah kekuatan hati, maka barangsiapa yang

merasa ragu, hendaklah ia mendalami siraman Rasulullah dan kehidupan para

sahabatnya.

2) Al-Qur’an memacu semanagat dan membuat lebih giat beraktivitas

Al-Qur’an merupakan kitab yang indah. Setiap kali seorang muslim

membacanya, niscaya akan bertambah semangat dan keaktifannya dalam hal

beribadah kepada Allah Swt SWT. Ketika shalat, dia termasuk diantara

orang-orang yang paling dahulu sampai ke masjid.

Dengan demikian, berpegang teguhlah kepada al-Qur’an, agar Allah Swt

mengaruniakan rasa semangat dan giat dalam beribadah kepada Allah.

3) Memberkahi para penghafal al-Qur’an

Sesungguhnya Allah Swt memberkahi setiap waktu dan keperluan para

penghafal al-Qur’an.Penghafal al-Qur’an adalah orang yang paling banyak

kesibukannya, mereka ialah orang-orang yang tidak menyia-nyiakan waktunya

untuk hal yang tidak bermanfaat walaupun hanya sejenak.

Sesungguhnya ini adalah berkah al-Qur’an. Ketika mereka sibuk dengan

al-Qur’an pada siang dan malam hari mereka, Allah Swt akan memberkahi

waktu demi waktu yang mereka lalui, meskipun mereka sibuk dengan

menghafal, membaca, dan muraja’ah (mengulang) al-Qur’an

Bersamaan dengan itu, sebagaimana sebelumnya bahwa mereka tidak

bermalas-malasan dalam setiap kesempatan apapun, dalam hal ini tidak mudah

bagi setiap orang

4) Selalu menemani al-Qur’an merupakan salah satu sebab mendapatkan

(35)

21

al-Qur’an adalah kitab Allah Swt. Setiap kali seorang muslim membaca,

mencintai dan menghafalnya maka Allah Swt akan mengaruniakan kepadanya

pemahaman yang benar. Pemahaman yang benar adalah nikmat dari Allah Swt.

Dia tidak memberikannya kepada siapapun, namun Dia hanya

memberikan kepada ahli Allah Swt (para wali Allah Swt), yang mereka itu

adalah ahli al-Qur’an (para penghafal al-Qur’an), sebagaimana firman Allah

Swt:

ّلِإ ُرّكَذَياَمَو اًرْ يِثَك ًاَْْج َ ِيْوُأ ْدَقَ ف َتَمْكِْْا َتْؤُ ي ْنَمَو ُءآَشَي ْنَم َتَمْكِْْا ِيْؤُ ي

َْْلْااُُْوُأ

ِبَبُْ

۲٩٦

“Allah Swt menganugrahkan Hikmah (kepahaman yang dalam tentang

Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugrahi hikmah, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banayak. Dan hanya orang-orang yang berakAllah Swt yang dapat mengambil

pelajaran (dari firman Allah).” (Al-Baqarah 2: 269) (Departemen Agama RI, 2010: 3)

Maksud hikmah disini adalah pemahaman yang baik dan benar.

al-Qur’an merupakan sebaik-baik penolong untuk memahami

materi-materi pelajarannya. al-Qur’an adalah cahaya yang mengungkap aib-aib serta

kesalahan-kesalahan sehingga bisa menjauhi atau memperbaikinya.

5) Doa ahli al-Qur’an (orang-orang yang hafal al-Qur’an) tidak tertolak

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa doa seseorang yang banyak

berdzikir kepada Allah Swt tidak tertolak, sedangkan orang-orang yang hafal

al-Qur’an, mereka adalah orang yang paling banayak berdzikir kepada Allah.

Mereka adalah para wali Allah.

Oleh sebab itu, doa-doa mereka dikabulkan dan keperluan-keperluan

mereka dipenuhi.Allah Swt membukakakan pintu-pintu rezeki untuk

(36)

22

tinggal semata, tetapi sesungguhnya rezeki itu adalah adalah segala sesuatu

yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Dengan demikian, para penghafal al-Qur’an adalah orang-orang yang

paling banyak rezeki dan manfaatnya didunia dan diakhirat.Orang yang hafal

al-Qur’an selalu menjadi peringkat pertama dalam setiap bidang pelajaran. Hal

itu karena mereka selalu meminta pertolongan kepada Allah Swt dalam belajar

dan mengulangi pelajarannya.

6) Orang yang hafal al-Qur’an adalah orang yang memiliki perkataan yang baik.

Rasulullah bukanlah seorang yang buruk (perkataannya), jorok, pelaknat,

pencela, dan bukan pula seorang penghibah (orang yang suka membicarakan

aib orang lain) kepada siapa pun. Beliau tidak pernah menyebutkan keburukan

seseorang, lisannya terjaga, baik dan indah perkataannya.

Perkataan Beliau memiliki pengaruh yang besar kedalam hati, perkataan

yang menggugah semangat (motivasi), indah dan menarik.Itu semua karena

akhlak beliau adalah al-Qur’an.

Beliau senantiasa mengikuti dan melaksanakan ajaran-ajaran dan

perisntah-perintah yang ada didalam al-Qur’an.Sesungguhnya, menyerupai

(akhlak) Nabi merupakan kesuksesan dan prestasi.Pada hakekatnya, hal itu

merupakan sebuah kemenangan besar.

Dari faidah-faidah tersebut dapat diambil pengertian bahwa dengan

menghafal al-Qur’an, sangat banyak manfaat diantaranya: manfaat kebaikan,

kemudahan, dan pertolongan yang datang dari Allah SWT. Bahkan tanpa disadari

kebaikan-kebaikan itu timbul sendiri pada diri seseorang yang menghafal

(37)

23

seseorang untuk melakukan kegiatan aktivitas dengan mudah.Sudah saatnya kaum

muslimin benar-benar memahami dan menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an dengan

sungguh-sungguh.

3. Santri Salafiyah Wustho

Santri Salafiyah Wustho merupakan santri lanjutan menengah yang setara

dengan siswa SMP dan Mts. Untuk mengetahui karakteristik Santri Salafiyah Wustho

usia SMP dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangannya. Pada pembahasan ini

akan lebih ditekankan pada perkembangan karakteristik Santri Salafiyah Wustho usia

SMP.

a. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah “perubahan secara fisiologis dari hasil proses

kematangan dan fungsi-fungsi jasmanai sebagai akibat dari adanya pengaruh

lingkungan” (Baharuddin, 2014: 66). Sedangkan pengertian perkembangan

menurut Hawadi (2001) sebagaimana dikutip Desmita (2011: 9) menyatakan

bahwa ‘perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan

dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat,

dan ciri-ciri yang baru.

Dari defenisi di atas dapat diambil pengertian bahwa pertumbuhan lebih

mengarah pada perubahan dan kematangan fisik seperti tinggi badan sedangkan

perkembangan lebih mengarah pada perubahan yang bersifat psikologis.

b. Masa Usia Sekolah Menengah

Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa

remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas dan

perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang

(38)

24

1) Masa praremaja (remaja awal)

Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relative

singkat.Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada siremaja sehingga sering

kali masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang,

kurang suka bekerja, dan pesimistis. Secara garis besar sifat-sifat negatif ini

dapat diringkas, yaitu:

a) Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun mental

b) Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam

masyarakat (negatif positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap

masyarakat (negatif aktif).

2) Masa remaja (remaja madya)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,

kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya,

teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai

masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi

dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja

(mendewa-dewakan), yaitu sebagai gejala remaja

3) Masa remaja akhir

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya

telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas

perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah

individu ke dalam masa dewasa. (Jahja, 2011: 236)

Dari penjalasan diatas dapat diambil pengertian bahwa anak usia SMP

rata-rata berada pada masa praremaja (remaja awal). Pada usia tersebut anak belum

(39)

25

mengemukakan pendapat. Anak SMP sebagian besar ada juga yang sudah

memasuki masa remaja (remaja madya) pada usia tersebut anak laki-laki sering

aktif meniru. Adapun pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengaggumi, dan

memuja dalam khayalan

c. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia SMP

Aspek-aspek perkembangan anak usia SMP meliputi aspek

perkembangan intelek dan intelegensi, bahasa, dan moral anak usia SMP. Dari ke

tiga aspek tersebut maka akan dijelaskan dibawah ini:

1) Perkembangan intelek dan intelegensi

Istilah intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat

berpikir aktivitas yang berkenaan dengan proses berpikir. Sedangkan

intelegensi merupakan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam

berpikir dan bertindak.

Intelegensi pada masa remaja tidak mudah dukur karena perubahan

kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat.Pada masa

remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus

bertambah.Pada awal remaja kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada

masa yang disebut masa operasi formal (berpipikr abstrak). Pada masa ini, ia

telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal

yang nyata.

2) Perkembangan bahasa

Pola bahasa yang dimiliki dan dikuasai anak adalah bahasa yang

berkembang didalam keluarga, yang disebut bahasa ibu.

Perkembangan bahasa ibu dilengkapi dan diperkaya oleh bahasa

(40)

26

kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan

memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan dengan

teman sebaya menyebabkan bahasa remaja lebih diwarnai oleh pola bahasa

pergaulan yang berkembang di dalam kelompok masyarakat yang amat khusus.

Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masayrakat, dan

sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara

anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukan oleh pemilihan dan

penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari

masyarakat lapisan berpendidikan rendah, misalnya, akan lebih menggunakan

bahasa pasar, dengan istilah-istilah yang kasar. Sebaliknya, masyarakat

terdidik yang umumnya memiliki status sosial lebih tinggi biasanya akan

menggunakan stilah-istilah yang lebih halus dan intelek.

3) Perkembangan moral

Purwadarmito (1950) sebagaimana dikuti Fatimah (2010: 120)

menyatakan bahwa ‘moral merupakan ajaran tentang baik buruk suatu

perbuatan dan kelakuan, akhlak, dan kewajiban’. Micheal mengemukakan

empat perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu

sebagai berikut.

a) Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak.

b) Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa

yang salah.

c) Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong remaja untuk berani

mengabil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya

d) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa

(41)

27

Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa anak pada usia 12

tahun sudah berpikir abstrak. Disinilah peran lingkungan keluarga khususnya

orang tua yang menjadi sekolah pertama bagi anak, perlu menanamkan moral

dan akhlak kepada anak dilingkungan keluarga, agar nantinya ketika anak itu

berada dilingkungan masyarakat dan menghadapi masalah anak itu sudah bisa

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ketika berada diluar lingkungan

(42)

33

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang dipakai pada penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif.Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupu secara kelompok

(Sukmadinata, 2012: 60).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul

Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Alasannya ialah karena Pondok Pesantren

Hamalatul Qur’an memiliki santri Salafiyah Wustho (tingkat SMP) yang pada usia

remaja sudah bisa menghafal al-Qur’an lebih dari 10 juz dengan menggunakan metode

pembelajaran Bandongan.

Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui cara dan penerapan metode

pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an sehingga santri Salafiyah Wustho dapat

menghafal al-Qur’an.

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian kali ini ialah pengurus Pondok Pesantren Hamalatul

Qur’an Bantul Yogyakarta seperti: tenaga pengajar (musrif) dan santri Salafiyah

Wustho. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan wawancara pada tenaga pengajar

sebanyak 3 orang dan santri Salafiyah Wustho sebanyak 9 orang masing-masing

(43)

34 a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2012: 220).

Melalui observasi itulah dikenali berbagai macam kejadian, peristiwa,

aktivitas, dan keadaan yang mempola dari hari ke hari ditengah masyarakat

(Bungin, 2012: 65). Observasi yang peneliti lakukan terkait pengamatan pondok

pesantren meliputi Pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an,

letak geografis, situasi, dan kondisi lingkungan Pondok Pesantren Hamalatul

Qur’an.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data dan fakta yang tersedia dalam bentuk

surat-surat, catatan harian, laporan, foto, dan sebagainya (Arifin, 2012: 171). Dengan

dokumentasi, maka peneliti akan lebih mengetahui kehidupan sehari-hari para

santri.

c. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moeleong, 2012: 186). Dengan wawancara kita bisa mengetahui

pelaksanaan metode Pembelajaran Bandongan di Pondok Pesantren Hamalatul

Qur’an.

Adapun jenis wawancara yang dilakukan pada penelitian kali ini

(44)

35

sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti

tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan

wawancara pewawancara telah menyiapkan instrument penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan.

Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama

dan pengumpul data mencatatnya.

Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen

wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini

berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab atau direspon oleh

responden (Sukmadiata, 2012: 216).

5. Langkah-Langkah dan Pengumpulan Data

Pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung

dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya bisa disebut dengan

strategi pengumpulan dan analisis data, tekhnik yang digunakan fleksibel, tergantung

pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang diperoleh.

Langkah-langkah dan pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta

merumuskan pertanyaan-pertanyaan peneliti yang diarahkan pada kegiatan

pengumpulan data.Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi

yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data.Deskripsi tersebut

merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposif.

(45)

36

hubungan baik (rapport), menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab

dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data.Peneliti mulai

wawancara dengan beberapa informan yang dipilih. Pengumpulan data melalui

interview dilengkapi dengan data pengamatan dan data dokumen (triangulasi).

Data tersebut selanjutnya dicatat, disusun, dan dikelompokkan agar memudahkan

dalam analisis data.

c. Pengumpulan Data Dasar

Setelah peneliti terpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data lebih

diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan

pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam pengumpulan data dasar

peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca dan merasakan” apa yang

ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis

data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak

ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan

dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integrative. Setelah pola-pola

dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fakta-fakta yang

membutuhkan penguatan dalam fase penutup.

d. Pengumpulan Data Penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian,

dan tidak menggunakan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bisa ditentukan

sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian

sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan

data yang diteliti.Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan

(46)

37

Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis

data dan menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyususn

fakta-fakta hasil temuan lapangan.Kemudian peneliti membuat diagram-diagram,

table, gambar-gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya.Hasil analisis

data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan,

(47)

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an memiliki tanah seluas 1,3

hektar. Tanah ini bersertifikat pendirinya yaitu Ustadz Umar Budihargo, Lc.

MA.Lokasi tanah pondok ini, berada di lereng bukit Gunung Sempu, sisi kanan kiri

berbatasan dengan perkampungan warga dusun Kembaran, sisi atas berbatasan

dengan perkuburan Cina Gunung Sempu.Dan sisi bawah bukit berbatasan langsung

dengan sungai Koteng.Dari arah selatan Yogyakarta jarak tempuh lokasi sekitar 20

menit.Pesantren ini terletak di pinggir sungai Koteng, yang arealnya memiliki

suasana asri dengan keberadaan pohon-pohon besar dan tinggi disekitarnya.

Pondok yang berada di areal dusun Kembaran Rt 08 Tamantirto Kasihan Bantul

Daerah Istimewa Yogyakarta ini sangat dirasakan oleh para pengunjung pesantren,

seakan-akan menyatu dengan masyarakat sekitar karena sengaja pihak pesantren

tidak memasang tembok pembatas disekelilingnya. Hamalatul Qur’an bermakna

para penggembang al-Qur’an, pihak pesantren melihat bahwa kehadiran kader

-kader ulama yang hafal al-Qur’an, memiliki keislaman, serta istiqomah dalam

mendakwahkannya sangatlah dibutuhkan pada era kali ini.Kader-kader tersebut

pada nantinya berperan sebagai pelopor gerakan amar ma’ruf nahi mukar serta

(48)

40

Keakraban masyarakat di sekitar pondok sangat tampak dengan

adanya pertemuan RT, rapat-rapat dusun, maupun pengajian-pengajian dan acara

keagamaan.Selain itu, kerja bakti yang sering mereka lakukan tiap bulan, tidak

ketinggalanpula para santripun turut serta dalam acara tersebut.Homogenitas yang

amat beragam, turut menghiasi keindahan Bukit Gunung Sempu.Lantunan

kalamullah saat fajar dan sore hari bertanda aktivitas pondok pesantren selalu

dipenuhi dengan keramaian dan keceriaan para santri, Stratifikasi social masyarakat

Gunung Sempu memiliki tingkat pendidikan, pendapatan dan agama yang amat

beragam, namun demikian mereka tetap menjaga keharmonisan dan keakraban,

demikian juga dengan pihak pondok pesantren.

Sedangkan secara umum keadaan ekonomi masyarakat sekitar

komplek pondok pesantren, rata-rata bisa dikatakan baik, Karena didominasi oleh

penduduk berpenghasilan menengah keatas.Semua ini bisa dilihat melalui kondisi

rumah mereka, yang bertembok dan berlantai semen serta kramik, serta minimnya

mereka duduk-duduk dirumah pada siang hari, layaknya orang yang tidak memiliki

pekerjaan.Disekitar pondok pesantren juga tidak sedikit warga Negara

berkebangsaan asing yang memiliki villa.Kebanyakan mereka memiliki istri dalam

negri.Sedang rata-rata masyarakat bekerja di Pabrik Gula Madukismo, sebagai

guru, kerja kantoran, pedagang, pengrajin dan sedikit dari mereka menjadi

petani.Masyarakat sekitar pondok hampir 50% beragama Katolik dan lainnya

Islam.Beberapa saja yang beragama Budha dan Hindu.

Keadaan pendidikan selayaknya masyarakat perkortaan, atau

(49)

41

pondok berpendidikan baik. Anak-anak kecil mereka masukkan ke dalam PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini), sementara yang lebih nesar dimasukkan ke SD, SMP,

SMA dan tidak sedikit dari mereka meneruskan ke perguruan tinggi atau

universitas. Anak-anak mereka jarang yang tidak bersekolah.Bahkan banyak yang

telah memasukkan ke perguruan tinggi.Di samping itu, tentu tidak menutup mata,

masih ada juga yang buta huruf, atau tidak bersekolah bagi sebagian generasi tua

mereka. (Dokumentasi, PP Hamalatul Qur’an, disusun oleh Ustadz Rahmanto Lc.,

27 Oktober 2010)

b. Sejarah Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul

Yogyakarta

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an mula-mula merupakan

cabang PP Taruna Al-Qur’an Pusat yang berlokasi di sebelah timur Monumen Jogja

Kembali, tepatnya di dusun Nglempongsari.Pondok Pesantren ini didirikan oleh

Ustadz Umar Budihargo, Lc. MA.Sejak kecil beliau telah dibesarkan di dunia

akademik Islam. Beliau menamatkan studinya jenjang KMI (Kuliyyatul Mu’allimin

al-Islamyyah) di Gontor Jawa Timur dan melanjutkan studinya ke Madinah Saudi

Arabia program S1 Lecture (Lc) dan program studi pasca-sarjana S2 di Pakistan

dengan bidang yang sama yaitu Sastra Arab. Sendangkan tempuk kepemimpinan

sekarang diampu oleh Ustadz Agus Andriyanto, Lc., beliau adalah alumni

Universitas Islam Madinah Saudi Arabia jurusan Dakwah dan Ushuluddin.

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an adalah salah satu lembaga

Islam yang berdiri diatas Manhaj Salaf Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Fahmi Salafush

(50)

42

cabang dari Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an, pertama Pondok Pesantren Asy

-Syifa sekarang berada dalam naungan Yayasan Muhammadiyah berlokasi di

Bambanglipuro Bantul, kedua Sarwa Bogor dengan nama L-KID (Lembaga Kader

Imam dan Da’i) dan yang ketiga dengan nama PP Hamalatul Qur’an hingga

sekarang. Sedangkan yang tersisa sebagai cabang binaan Taruna Al-Quran

hanyalah L-Data (Lembaga Dakwah dan Taklim Taruna Al-Quran) yang bertempat

di Karangkajen, yang awalnya bertempaty di Taruna Al-Qur’an Center sebelah

timur Monumen Jogja Kembali. Karena kondisi yang mendesak dan kurang

kondusifnya proses pembelajaran maka untuk kelas Ma’had dialihkan hingga

sekarang.

Sedangkan Taruna Al-Quran pusat, dipakai khusus jenjang

TKIT dan SDIT. Masing-masing cabang pondok pesantren ini berdiri dengan

tujuan yang sama yaitu menghafal al-Qur’an dan mencetak para hafidz. Pondok ini

berawal dari tanah wakaf haji KBIH Taruna Al-Qur’an pusat, yang berlokasi di

Bukit Gung Sempu di wilayah Kabupaten Bantul, dengan luas tanah 12.000 meter

persegi.Berawal dari sinilah PP Hamalatul Qur’an dirintis.Pada tahun 2002-2003

mulai dibangun satu unit gedung sebagai permulaan awal kegiatan atau aktivitas

dakwah.Pada tahun ini pula kondisi pondok masih sangatlah sederhana termasuk

keadaan kurikulum dan fasilitas lainnya.

Adapun staf pengajar dikala itu diampu oleh Ustadz Ulin Nuha

Spd,i. Ustadz Musa dan dibantu binaan dari Taruna Al-Qur’an Pusat. Dengan

kondisi awal proses pembelajarannya hanya semacam halaqoh-halaqoh kecil

(51)

43

dan kupasan sebuah kitab.Secara resminya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an

berdiri pada tahun 2010. Pesantren ini memiliki tujuan menyiapkan para penghafal

al-Qur’an 30 juz, beraqidah ahlu sunnah dan berakhlaq mulia. Pada awalnya,

pesantren ini bernama Pesantren Taruna Al-Qur’an III.

Kemudian seiring bergantinya yayasan, maka nama pondokpun

disesuaikan dengan nama yayasan yang baru. Namun pada akhirnya dari tahun ke

tahun, semua cabang Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an, memilih berdiri sendiri

sehingga sekarang Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an tidak memiliki cabang,

kecuali satu binaan yaitu L-data yang bertempat di Karangkajen. Alasannya,

kebanyakan masing-masing cabang memilih demikian, agar memudahkan dalam

mengurus berbagai hal yang terkait dengan kelangsungan akademik dan mencoba

untuk dapat mandiri tanpa menggantungkan dari pihak pusat.Pada tahun 2005

mulailah adanya pemantapan di berbagai komponen, diantaranya; bidang

kurikulum, kepondokan atau kesantrian dan bidang tahfidz.

c. Dasar dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an

Indonesia sekarang sedang dilanda multikrisis.Krisis ekonomi,

pendidikan, politik, dan moral sedang mencengkram kuat zaman ini. Minimnya

ulama yang paham benar terhadap ajaran Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi

wasallam juga memperpanjang krisis ini. Padahal, kejayaan dan kemunduran suatu

kaum tak lepas dari seberapa jauh kedekatan kaum tersebut kepada agamanya, yaitu

Islam.

Dan para ulamalah yang berperan penting dalam menanamkan

(52)

44

tulang punggung umat dalam memperoleh kejayaannya. Dari hal inilah, Pondok

Pesantren Hamalatul Qur’an menyelenggarakan wadah pendidikan dengan niat

membentuk para genrasi Islam calon ulama yang taat terhadap agamanya, hafal

al-Quran serta mengerti kandungan dan mengamalkannya, juga mengerti

hukum-hukum agama Islam secara mendalam dan berusaha mengaplikasikannya dalam

segala gerak dan tutur katanya. Selain itu juga memiliki keterampilan (life skill)

yang mampu menjadi wasilah hidupnya dalam berdakwah menyebarkan agamanya.

Kehadiran ulama saat ini sangatlah dirindukan, sebab mereka

merupakan pionir-pionir yang akan membimbing umat pada kemuliaan. Oleh

karenanya, diperlukan sebuah lembaga yang memiliki komitmen yang tinggi untuk

mencetak kader ulama yang berpaham aqidah salafush-shalih.

Di sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan pada saat ini sudah

menjadi ajang bisnis oleh beberapa umat Islam. Sehingga ada kesan di masyarakat

bahwa pendidikan yang baik harus mahal.Kesan masyarakat ini berusaha dihapus

dengan didirikannya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an, para calon santri telah

mendapatkan kelengkapan fasilitas secara Cuma-Cuma atau bebas biaya.Sehingga

pendidikan bisa merata dari seluruh elemen masyarakat.

Dengan sistem asrama (boarding school), para santri terkontrol

dan terbimbing 24 jam setiap hari. Mereka dididik dan ditanamkan untuk mencintai,

memahami, dan mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai pemahaman

salafush sholih. Selain itu, para santri juga dibina untuk menghafal al-Qur’an,

Gambar

Tabel 2.1 Ustadz dan pengajar Mata Pelajaran MTs
Tabel 2.2 Ustadz Pengajar Mata Pelajaran MA
Tabel 2.3 Data Ustadz Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an
Tabel 4.1 Data Karyawan Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an
+7

Referensi

Dokumen terkait

kepemimpinan Instruksional kepala sekolah( X1) Efikasi Diri ( X2 ) Kinerja Mengajar Guru ( Y ).. untuk tercapaianya tujuan organisasi. Kepala sekolah tidak hanya memimpin

Sel mast adalah sel jaringan ikat berbentuk bulat sampai lonjong, bergaris tengah 20-30 µm, sitoplasmanya bergranul kasar dan basofilik. Intinya agak kecil, bulat, letaknya di

(memilih dan mempertimbangkan) bahan perpustakaan yang akan ditambahkan di perpustakaan. Sedangkan evaluasi adalah kegiatan untuk melakukan pengkajian dan

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa Melalui Pembelajaran Tadabur Alam Pada Mata Pelajaran Aqidah

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam

Rencana Strategis Inspektorat Kabupaten Tuban Tahun 2016 - 2021 merupakan dokumen perencanaan strategis untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun

Pelaksanaan E-Retribusi Pasar yang telah direncanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi dan bekerjasama dengan PT Bank Jatim sebagai bentuk