i
PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’AN PONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN BANTUL
YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)
SKRIPSI
Oleh
Nashrullah Salim NPM: 20120720054
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’ANPONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN
BANTUL YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata Satu
pada prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Oleh:
Nashrullah Salim NPM: 20120720054
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iv MOTTO
َ ذَ ل
َ ك
ََ لا
َ كَ ت
َ ب
َ
َ ل
َ َََ ي
َ ب
ََ ف
َ يَ هَ
َ َ د
َ لَى
َ ملَ ت
َ قَ ي
َ ن
)
۲
(
َ
Inilah Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan-keraguan di dalamnya bagi orang
yang bertakwa
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua ku yang tercinta yakni: Bapak Salim Karim dan Ibu Rukiah
Mahmud yang selalu mencurahkan kasih-sayang, harapan, doa dan restunya.
2. Kakak-kakakku M Ikbal Salim, Abdul Karim Syauki, Mirwan Salim, dan
Husna Salim yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi.
3. Cindra Kusuma Wardani, seseorang yang selalu memberikan motivasi dan
semangat dalam hidup saya.
4. Keponokan-keponakan ku Fatih, Haikal, Raihan, Alif, Rizki, Nabila, Nadila,
Dhani, dan Farhan yang selalu ceria bersama saya.
5. Teman-teman seperjuangan di UMY khususnya angkatan 2012, teman-teman
seperjuangan di HMI yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk
vi
KATA PENGANTAR
َ ش أَ ل عَ م ا سلا و ةَ ا صلا وَ ن ي م لا ع لاَ بَ ََ هَ د م ح لاَ، م ي ح رلَ ن م حَ رلَ هَاَ م س ب
َ و ءا ي ب ن أاَ ف ر
َ ه للَ ل عَ وَ ن ي ل َ ر م لاَ
َ د ع بَا م أَ، ن ي ع م ج أَ ه ب ح صَ و
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang.
Segala puji hanya milik Allah. Tuhan pemelihara alam semesta. Semoga shalawat dan
salam selalu terlimpahkan kepada junjungan nabi dan utusan yang paling mulia yaitu
Nabi Muhammad saw, keluarganya, para sahabat, serta pengikut beliau yang selalu
setia hingga akhir zaman nanti.
Atas limpahan rahmat dan hidayah Allah Swt, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul: “Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul Yogyakarta (study kasus Santri
Salafiyah Wustho) 2016”.
Skripsi ini sebagai laporan penelitian yang diajukan kepada Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam
(Tarbiyah) guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata satu.
Keberhasilan skripsi ini bukanlah semata-mata hasil kerja penulis saja,
melainkan banyak pihak yang telah berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan termima kasih kepada yang terhormat:
vii
2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid. M. Ag sebagai Ketua Jurusan PAI Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Dwi Santoso AB., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang dengan
keikhlasan membimbing skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu menyediakan sarana dan
prasarana bagi kelancaran penulisan skripsi ini.
5. Ustadz Amri Suaji, Lc selaku ketua pengurus Yayasan Hamalatul Qur’an yang
telah memberikan izin penelitian.
6. Para santri Salafiyah Wustho dan musrif yang membantu memberikan
informasi dan data demi suksesnya penelitian ini.
7. Keluargaku dan teman-teman yang senantiasa memberikan dorongan semangat
dan doa nya dalam penulisan skripsi ini
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat imbalan di sisi
Allah Swt sebagai amal ibadah. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua orang yang membacanya
Peneliti menyadari walaupun semua kemampuan yang ada telah peneliti
viii
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan sebagai
masukan bagi peneliti.
Yogyakarta, 25 Maret 2016
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK A. Tinjauan Pustaka………...……….…...……9
B. Kerangka Teoritik……….…….………...…..………..13
1. Metode Pembelajaran Bandongan….……….13
2. Tahfidz Qur’an………...………...15
3. Santri Salafiyah Wustho ………..……….. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
5. Langkah-Langkah dan Pengumpulan Data…..…...…………..…….35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….…...……….. 39
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis………...………... 39
b. Sejarah Pondok Pesantren Hamalatul…………...…………..… 41
x
m. Data Ustadz, Santri, dan Karyawan………..………..…..59
n. Program dan Kegiatan Santri………..………..60
3. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an pada Santri Salafiyah Wustho………..67
4. Sebab-sebab Santri Salafiyah Wustho Mudah Menghafal al-Qur’an Dengan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an…..….….84
xi
DAFTAR TABEL
a. Daftar Tabel 1.1……….………48
b. Daftar Tabel 2.1………...…..55
c. Daftar Tabel 2.2………...…..56
d. Daftar Tabel 2.3……….58
e. Daftar Tabel 3.1………...………..59
f. Daftar Tabel 4.1………...………..59
g. Daftar Tabel 5.1………...61
xii Daftar Gambar
1. Gambar 1………...……….69
2. Gambar 2 ………...………70
3. Gambar 3 ………...…………71
4. Gambar 4………72
5. Gambar 5 ………...73
6. Gambar 6………... 79
xv ABSTRAK
Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul Yogyakarta. Maka dalam penelitian ini yang akan diungkap adalah sebab-sebab apa saja yang dapat menjadikan santri Salafiyah Wustho mudah menghafal al-Qur’an dengan metode pembelajaran Bandongan, apa saja kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an pada santri Salafiyah Wustho.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dengan subjek penelitian yakni pengajar (musrif) dan santri santri Salafiyah Wustho kelas VII, VIII, dan IX. Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan metode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sedangkan untuk analisisnya, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, sehingga dalam hal ini peneliti berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.
Dari hasil penelitian peneliti menemukan (1) Proses pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di pondok pesantren Hamalatul Qur’an diantaranya: (a) metode pembelajaran Bandongan merupakan gabungan dari dua pembelajaran yakni ziyadah (menambah hafalan bau) dan murojaah (mengulang hafalan dimana pembelajaran murojaah terbagi menjadi tujuh bagian yakni: yaumiyah, fardiyah, tsunnaiyah, haloqatiyyah, tasmi’, imtihan usbu’iyah dan laznah juz’iyah pelaksanaan pembelajaran ziyadah dan murojaah dilaksanakan pada waktu pagi, siang, dan malam (b) santri mengikuti program tahsin Qur’an untuk membetulakan bacaannya dengan tajwid sebelum mengikuti metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an (c) adanya target hafalan pada setiap jenjang (d) proses evaluasi oleh musrif dan santri dengan menggunakan pembelajaran murojaah imtihan usbuiyah dan tasmi’, (2) sebab-sebab santri mudah menghafal al-Qur’an diantaranya: (a) target hafalan yang membuat santri termotivasi (b) penambahan hafalan baru dipagi hari karena diwaktu tersebut santri sangat mudah menyerap apa yang diterima (c) hafalan surah dari yang pendek ke yang panjang, (3) kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an yakni: (a) kelebihan: target hafalan yakni mengahafal 3 tahun harus selesai 30 juz dan prsoes evaluasi yang dilakukan oleh musrif dengan cara masing-masing, sedangkan kekurangannya: Fokus santri sering terbagi antara menambah hafalan baru dengan mengulang hafalan yang sudah dihafalkan sehingga terkadang santri kurang berkonsentrasi dalam menghafal.
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt seru sekalian alam yang disampaikan oleh
malaikat Jibril kepada penutup para nabi dan rasul, yaitu junjungan nabi Muhammad saw
sebagai petunjukbagi seluruh umat manusia” (Ibrahim, 1986: 3).
Al-Hafizh (2010: 5) memandang al-Qur’an sebagai landasan hidup manusia
memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang lain. Beberapa
keistimewaan tersebut antara lain:
1. Keistimewaan Tilawah (membaca)
Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang harus dibaca, bahkan sangat dianjurkan untuk dijadikan sebagai bacaan harian. Allah Swt menilainya sebagai ibadah bagi siapapun yang membacanya. Pahala yang Allah Swt berikan tidak dihitung per ayat atau per kata, melainkan per huruf, sebagaimana penjelasan Rasulullah SAW.
2. Keistimewaan Tadabbur (merenungkan)
Al-Qur’an mampu menjadi ruh (penggerak) bagi kemajuan kehidupan manusia manakala selalu dibaca dan ditadabburkan makna yang terkandung dalam setiap ayat-ayatnya.Allah Swt berfirman:
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu sebuah ruh (al-Qur’an) dengan perintah kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al kitab itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu?Tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.Dan sesungguhnya kami benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.”(QS. As-syuara: 52) (Departemen Agama RI, 2010:
490)
2
bagi orang-orang yang berakal.”(QS. Shaad: 29) (Departemen Agama RI, 2010: 456)
3. Keistimewaan Hifzh (menghafal) al-Qur’an selain dibaca dan direnungkan juga perlu untuk dihafal, dipindahkan dari tulisan kedalam dada, karena hal ini merupakan ciri
“Sesunguhnya orang yang didalam dadanya terdapat sebagian ayat-ayat Kami
kecuali orang-orang yang dzalim.”(QS. Al-Ankabut: 49) (Departemen Agama RI, 2010: 403)
Ibrahim (1986: VIII) memandang al-Qur’an sebagai sarana praktis yang menghantarkan
umat Islam kepada kehidupan dunia dan akhirat, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Al-Qur’an adalah kitabullah yang agung yang mengharuskan umat Islam menjaga dengan menghafalkan seluruhnya atau sebagian saja direlung hati dan melaksanakannya dengan cara para orang tua menganjurkan anak-anak mereka sejak kukunya masih lembek dengan menghafalkan surat-suratnya yang pendek, memaksa anak-anak remaja agar selalu membaca dan memahaminya, sebagaimana orang-orang dewasa tidak boleh bermalas-malasan untuk mengkaji dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka secara teoritis maupun praktis, karena al-Qur’an adalah kitab yang merupakan gudang-gudang ilmu yang bermanfaat disamping ia sebagai undang-undang dasar (dustur) yang menunjukan kepada jalan yang lurus dan bahwasannya mengikuti al-Qur’an secara tekstual dan spiritual adalah sarana praktis yang menghantarkan kepada kehidupan dunia dan akhirat.
Pendidikan dewasa ini sudah sangat beragam sehingga memunculkan banyak
pilihan-pilihan yang akan ditempuh oleh para anak-anak usia SMP untuk menetapkan
pilihannya dalam memilih sekolah dan pendidikannnya. Fenomena sekarang ini ada
kecenderungan semakin sedikitnya anak-anak usia 10-14 tahun, yang kurang tertarik
untuk menghafal al-Qur’an dengan berbagai alasan seperti: kesulitan dalam menghafal al
-Qur’an, maupun kesulitan membagi waktu antara mempelajari ilmu agama dan ilmu
3
Anak usia SMP adalah “masa awal remaja. Mereka banyak mengalami
perubahan, baik jasmaniah maupun ruhaniah.Mereka yang sebelum masa remaja menurut
perkataan orang tua, kini sering mulai suka membantah” (Khan, 2002: 69).
Anak usia SMP yang pada umumnya cenderung masih lebih mementingkan
bermain dari pada belajar, mereka juga belum bisa menemukan jati diri dan juga belum
bisa mengatur diri mereka sendiri sehingga mereka masih sangat perlu untuk mendapat
bimbingan dari orang tuanya. Semua orang tua sangat jelas menginginkan sesuatu yang
terbaik untuk anaknya, terutama dalam hal pendidikan.
Pesantren adalah “lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari” (Jamaluddin, 2005: 1).
Untuk menunjang pendidikan santri maka banyak pesantren yang pendidikannya
dilengkapi dengan membuka sekolah formal, santri tidak hanya mengaji, mempelajari
ilmu-ilmu Islam di pondok, tetapi juga mengikuti sekolah umum sesuai dengan
tingkatanya. Program dan metode pembelajaran yang ditawarkan sangat kreatif dan
inovatif agar meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaganya.
Orang tua dalam memilih pendidikan terhadap anak cenderung mengalami
benturan-benturan dengan kemauan si anak itu sendiri. Anak terkadang enggan dan tidak
mau untuk melanjutkan pendidikannya selepas SD ke pendidikan pondok pesantren
terlebih lagi pesantren yang berbasis Tahfidz Quran, hal ini dikarenakan anak merasa berat
jika harus menghafal al-Qur’an dengan alasan akan lebih banyak memerlukan waktu untuk
menghafal, kurangnya waktu bermain, serta terlalu banyak peraturan yang harus dijalani
4
Menyikapi permasalahan ini, diperlukan suatu kajian atau penelitian tentang
sebuah metode menghafal al-Qur’an yang kiranya bisa membuat anak atau para santri
senang dan mau serta tidak merasa terbebani dalam menghafal al-Qur’an.
Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an adalah pondok pesantren yang bertujuan
untuk menjadikan kader-kader ulama yang menghafal Qur’an, memiliki ilmu keislman
yang kuat, pelopor gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar serta penegak kejayaan
Islam dalam menghadapi arus globalisasi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal
tersebut Pondok Pesantern Hamalatul Qur’an menyelenggarakan pendidikan dengan
kurikulum pesantren yang berfokus pada tahfidz Qur’an yang diintegrasikan dengan
program wajib belajar selama 7 tahun kepada santri tingkat Salafiyah Wustho (SMP)
selama 3 tahun, Salafiyah Ulya (SMA) selama 3 tahun, dan pengabdian yang digunakan
santri untuk aplikasi ilmu yang diperoleh dan pengayaan individu selama 1 tahun.
(http://hamalatulquran.com/tentang-kami).
Pesantren Hamalatul Qur’an lebih berfokus pada tahfidz Qur’an
yangmenggunakan metode bandongan, yakni hafalan Qur’an yang dihafal secara bersama
-sama dan pelaksanaan dari metode pembelajaran tersebut dilaksanakan pada waktu-waktu
tertentu.(wawancara dengan ustatdz Masnun pada tanggal 15 Oktober 2015, jam 08.45)
Dipilihnya pondok pesantren tersebut karena tertarik dengan santri Salafiyah
Wustho, sebab pada tingkat SMP sudah mampu menghafal al-Qur’an pada usia remaja.
Hal ini juga merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti dikarenakan anak yang
berusia SMP sebagian besar cenderung bermain dari pada belajar dan juga mereka harus
menempuh pembelajaran seperti di sekolah formal, dan metode pembelajaran bandongan
bila di perbiasakan pada santri-santri usia SMP maka dapat merubah saraf-saraf pada diri
5
Dari latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian ini adalah
“Pelaksanaan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an Pondok Pesantren
HamalatulQur’an Kasihan Bantul Yogyakarta (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka ditetapkan tiga
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di Pondok
Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho?
2. Mengapa metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an dapat menjadikan santri
Salafiyah Wustho menghafal al-Qur’an?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an
di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan
tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengapa metode pembelajaran Bandongan
tahfidz Qur’an dapat menjadikan santri Salafiyah Wustho menghafal al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada
metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul
6 D. Kegunaan Penelitian.
Adapun kegunaan penelitian pada skripsi ini dapat di lihat dari dua aspek yaitu:
1. Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran bagi
perkembangan keilmuan khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
2. Praktis
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
program pembelajaran tahfidz Qur’andi Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an supaya
dapat meningkatkan kualitas nya menjadi lebih baik.
E. Sistematika Pembahasan
Secara singkat penulisan skripsi dibagi menjadi lima bab, yaitu BAB I,
Pendahuluan: Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan, sistematika pembahasan.
BAB II, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori: Memuat uraian tentang tinjauan pustaka
terdahulu dan kerangka teorirelevan terkait dengan tema skripsi.
BAB III, Metode Penelitian: Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan
peneliti beserta justifikasi/alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel,
metode pengumpulan data, defenisi konsep dan variabel, serta analisis data yang
digunakan.
BAB VI, Hasil dan Pembahasan: Berisi (1) Hasil Penelitian, Klasifikasi bahasan
disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus
penelitiannya. (2) Pembahasan, Sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu
kesatuan, atau dipisah menjadi sub bahasan tersendiri
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK
A. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran, terdapat penelitian yang terkait dengan skripsi ini,
diantaranya:
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh M Kharir, dengan judul skripsi
“Integrasi Metode Bandongan dan Sorogan Dalam Peningkatan Keaktifan Belajar Santri
Di Pondok Pesantren Aswaja-Nusantra Mlangi, Sleman, Yogyakarta Tahun 2013”,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini berisi tentang: 1) pengintegrasian
metode Bandongan dan Sorogan dalam meningkatkan keaktifan belajar santri, 2)
implementasi integrasi metode bandongan dan sorogan terhadap keaktifan belajar santri di
Pesantren Aswaja-Nusantara Mlangi Sleman. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa:
Metode Bandongan dan Sorogan digunakan secara integratif. Hasil temuan menunjukan:
(1) bahwa integrasi metode Bandongan dan Sorogan berupa paralelisasi, yaitu
menyamakan konotasi metode Bandongan dan Sorogan yang berbeda; komplementatif,
yaitu mengintegrasikan dua metode tersebut untuk menunjang satu sama lain; (2) dalam
pelaksanaannya, bentuk integrasi ini berimplikasi pada keaktifan belajar santri. Hal ini
ditunjukkan dengan keinginan, minat dan keberanian santri dalam mengikuti
pembelajaran, usaha menyelesaikan proses pembelajaran dari awal sampai akhir,
kebebasan atau keleluasaan santri dalam menyampaikan gagasan dan kritik, dan
kemandirian belajar diluar jam pembelajaran.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Syarif Kharomain Anwar, dengan judul
Skripsi “Pembelajaran Maharah Qira’ah di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi
10
Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Penelitian ini
berisi tentang:1) pembelajaran Maharah Qiraah, 2) penerapan metode Bandongan dalam
meningkatkan pembelajaran Maharah Qiraah, 3) faktor pendukung serta faktor
penghambat dalam pembelajaran Maharah Qiraah dengan metode Bandongan di Pondok
Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan metode Bandongan di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi telah
mengalami modernisasi dan modifikasi. Yakni proses membaca dan menerjemahkan kitab
kuning dilakukan dengan perkata dengan menyebutkan arti kata serta kedudukan dari
masing-masing kata dari sisi sintaksis (Nahwu) serta morfologisnya (Sharaf). Penerapan
metode Bandongan dalam peningkatan Maharah Qiraah didukung dengan kompetensi
mengajar yang mumpuni, santri yang mayoritas alumni pesantren salaf , sarana-prasarana
yang memadai, dan ghirah kuat dari pengasuh. Namun ada pula beberapa kendala yang
ditemui dalam penerapannya, yaitu santri kurang memahami dengan baik tentang qawaid,
kurangnya tenaga pengajar, pengajar yang kreatif dan inovatif, dan maraknya buku
terjemahan.
Ketiga, Aldi Mirza Fahmi, dengan judul skripsi “Pengaruh Metode Bandongan
dan Sorogan Terhadap Keberhasilan Pembelajaran (Studi Kasus Pondok Pesantren
Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur) Tahun 2014, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini berisi tentang: 1) Implementasi metode Bandongan dan Sorogan, 2)
Keberhasilan metode Bandongan dan Sorogan, 3) Pengaruh metode Bandongan dan
Sorogan di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Pasuruan Jawa Timur. Adapun hasil
penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang sedang atau cukup antara metode Sorogan
dan Bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi
11
0, 439 dan termasuk sedang atau kecukupan (nilai r hitung pada rentan 0,40 – 0,70) dengan
interpretasikan bahwa taraf signifikan 5 % diketahui 0.439 > 0,349 (r hitung lebih besar
dari r tabel). Dengan demikian terdapat pengaruh yang sedang atau cukup antara metode
sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren
Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur.
1. Penelitian terdahulu yang pertama di lakukan oleh, M. Kharir dengan skripsi memiliki
persamaan variabel dengan penelitian sekarang ini, yakni metode Bandongan dan
persamaan pada jenis penelitian yang dipakai yakni penelitian kualitatif. Sedangkan
perbedaan penelitian terdahulu meneliti tentang integrasi metode Bandongan dan
sorogan dapat meningkatkan keaktifan belajar santri sedangkan penelitian saat ini
meneliti tentang pelaksanaanmetode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang
diterapkan pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an.
2. Penelitian terdahulu yang kedua dilakukan oleh, Syarif Kharomain Anwar, dengan
skripsi memiliki persamaan variabel dengan penelitian yang sekarang yakni metode
Bandongan dan persamaan jenis penelitian yang dipakai yakni penelitian kualitatif
dengan pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara.
Sedangkan perbedaan yang dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan penelitian yang
sekarang yaitu: penelitian terdahulu meneliti tentang konsep penerapan metode
Bandongan dalam meningkatkan Maharah Qiraah, sedangkan penelitian saat ini
meneliti tentang pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang
diterapkan pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an.
3. Penelitian terdahulu yang ketiga di lakukan oleh, Aldi Mirza Fahmi, dengan skripsi
memeiliki persamaan variabel dengan penelitian sekarang ini yaknimetode Bandongan.
Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu: penelitian
12
Bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi
dan metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan
kuantitatif, sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang pelaksanaan metode
pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang diterapkan pada santri Salafiyah Wustho
di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an dan metode penelitian yang digunakan yakni
deskriptif kualitatif.
B. Kerangka Teori
1. Metode Pembelajaran Bandongan
a. Pengertian Metode
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum,
metode diartikan sebagai “suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu” (Sutikno, 2013: 85).
b. Pengertian Pembelajaran
Ada beberapa defenisi tentang pembelajaran, diantaranya disebutkan
bahwa pembelajaran merupakan “kegiatan terencana yang
mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran”(Majid, 2013: 5).
Sedangkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh Sadiman
(1990) sebagaimana dikutip Sutikno (2013: 31) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah ‘usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar
agar terjadi proses belajar dalam diri siswa’.
Subini (2012: 8) memandang pembelajaran merupakan suatu proses
13
Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari ke tiga pengertian diatas maka pembelajaran merupakan suatu
rancangan dan rencana dalam menunjang proses belajar mengajar di kelas. Suatu
pembelajaran dikatakan bermutu apabila siswa dapat mengerti dan dapat
menangkap materi dalam proses belajar yang diajarkan oleh guru di dalam kelas.
Pembelajaran bukan hanya didapatkan oleh siswa ketika di dalam kelas saja berupa
pelajaran dari guru, tetapi pembelajaran juga bisa ditemui diluar kelas melalui
lingkungan.Baik itu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun
pengalaman-pengalaman berharga yang bisa dijadikan pelajaran oleh siswa.
c. Pengertian Bandongan
Metode Bandongan atau Weton adalah “sistem pengajaran secara kolektif
yang dilakukan di pesantren” (Ismail, 2002: 67). Sedangkan pengertian Bandongan
menurut Abuddin Nata (2001) sebagaimana dikutip Djunaidatul Munawaroh
(2003: 177) menyatakan bahwa ‘Disebut Weton karena istilah ini berasal dari kata
wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu. Berlangsungnya pengajian itu merupakan
inisiatif kiyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya.
Disebut Bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang diikuti oleh
seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari kiai dalam pengajian disebut
halaqoh.
Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa metode
Bandongan merupakan sebuah metode yang dilaksanakan secara berkelompok dan
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Metode bandongan pendekatannya lebih
kepada sistim pembelajaran sosial yang dapat memberikan pengalaman yang
14
Baharudin (2014: 184) memandang pembelajaran sosial sebagai:
Budaya sekolah, dan ruang kelas yang memberi siswa peluang untuk menjadi bagian dari kelompok yang bermakna, memperoleh pengalaman memimpin, memperoleh penghargaan dari teman sebaya dan berpartisipasi dalam alturisme (merasa dihargai)
2. Tahfidz Qur’an
a. Pengertian Tahfidz Qur’an
Istilah Tahfidz Qur’an merupakan gabungan dari dua kata yang berasal
dari bahasa Arab, yaitutahfidz dan al-Qur’an. “Kata tahfidz merupakan bentuk
isim mashdar dari fiil madhi yang mengandung makna menghafalkan atau
menjadikan hafal” (Yunus, 2005: 324).
Al-Qur’an adalah “firman Allah Swt yang maha kuasa diturunkan kepada
Rasulullah saw dan dihitung sebagai suatu ibadah, walaupun hanya membaca satu
ayat yang pendek sekalipun” (Abdullah, 2009: 137).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz Qur’an adalah
menghafal firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
apabila dibaca dan dihafal akan bernilai ibadah walaupun hanya satu ayat yang
pendek sekalipun.
b. Kaidah-Kaidah Menghafal Al-Qur’an
Kaidah-kaidah menghafal al-Qur’an yang dikemukakan oleh Muhsin dan
As-Sirjani (2014: 33-60) menyebutkan bahwa kaidah-kaidah utama menghafal
al-Qur’an di antaranya adalah:
1) Tekad yang kuat dan bulat
Tugas menghafal al-Qur’an adalah tugas mulia dan besar, hanya mampu
dilakukan oleh mereka yang punya tekad.Mereka yang punya tekad memiliki
ciri utama yang jelas, secara sederhananya adalah tekad yang kuat.
15
Berdoa kepada Allah Swt dengan ikhlas maka dapat menjadikan seorang
penghafal al-Qur’an ikhlas semata-mata karena Allah, dan memudahkan
seseorang untuk mengamalkannya.
3) Memahami makna ayat dengan benar
Memahami makna-makna ayat yang dihafal, tentu akan
mempermudahkan proses penghafalan. Seperti itu juga menghafal surah-surah
yang berisi kisah, atau ayat-ayat yang ada sababun nuzul-nya, ayat-ayat yang
berisi hukum fiqh, seperti kafarat sumpah, kafarat zhihar, puasa, diyat
pembunuhan tidak sengaja dan hukum-hukum lain.
4) Menguasai ilmu tajwid yang benar
Membaca al-Qur’an dengan benar penting bagi orang yang membaca.Tak
semua orang yang mengerti bahasa Arab bisa membaca al-Qur’an dengan
benar, karena membaca al-Qur’an ada kaidah-kaidahnya tersendiri yang hanya
diterapkan untuk al-Qur’an saja.
Menghafal al-Qur’an dengan tajwid yang benar dan tepat dapat
mendatangkan pahala besar dari Allah Swt. Siapa pun yang mempelajari
al-Qur’an harus mencurahkan tenaga dan waktu untuk mempelajari
kaidah-kaidah tajwid meski hal ini tersa berat, karena setiap usaha untuk mempelajari
ilmu ini akan semakin meningkatkan pahala seorang mukmin.
5) Mengulang-ulang bacaan
Usahakan untuk menghatamkan al-Qur’an minial sebulan sekali, dan
lebih baik lagi jika bisa khatam kurang dari sebulan.Sebagian besar sahabat
khatam al-Qur’an dalam sepekan, dan ada sebagian yang khatam dalam tiga
16
Terus mengulang-ulang bacaan akan memindahkan surah-surah dari
memori jangka pendek ke jangka yang panjang. Salah satu memori jangka
pendek adalah bisa menghafal dengan cepat, namun cepat lupa pula.Sementara
memori jangka panjang memerlukan waktu yang cukup lama untuk
memasukkan informasi, dan dalam saat yang bersamaan memori ini
menyimpan segala informasi dalam jangka panjang.
6) Shalat dengan membaca ayat-ayat yang dihafal
Menyimak bacaan ayat-ayat yang anda hafal saat sholat akan
memperkuat hafalan. Bacalah ayat-ayat yang baru anda hafal sebelumnya.
Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa kaidah-kaidah
yang paling utama untuk menyempurnakan hafalan al-Qur’an ialah menguasai
ilmu tajwid dengan benar dan mengulang-ulang bacaan al-Qur’an. Karena apabila
sesorang menghafal al-Qur’an tetapi dia tidak bisa menguasai ilmu tajwid dengan
benar maka akan sia-sia hafalannya, dan untuk lebih menguatkan hafalannya maka
harus mengulang-ulang bacaan al-Qur’an dengan cara menghatamkan al-Qur’an,
kemudian membacakan ayat-ayat yang sudah dihafal di dalam sholat agar nantinya
hafalan yang sudah dihafal melekat didalam ingatan dan tidak mudah terlupakan.
c. Faktor-Faktor Kemampuan Menghafal Al-Qur’an dalam Waktu Singkat
Faktor kemampuan menghafal al-Qur’an dalam waktu singkat
sebagaimana Qasim (2015: 85-91) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat
menjadikan seseorang mudah menghafal al-Qur’an dalam waktu yang singkat, di
antaranya yaitu:
1) Menempuh upaya-upaya dalam rangka menghafal
Di antaranya adalah berusaha mengatur waktu dengan model dan cara
17
2) Keyakinan bahwa Allah Swt telah memilih untuk menghafal kitab-Nya
Memiliki keyakinan bahwa Allah Swt telah memilih diri mereka untuk
menghafal kitab-Nya, dan dengan mantap mereka meyakini bahwa Allah Swt
telah memilih diri mereka di antara berjuta-juta kaum muslimin.Maka
kebahagiaan mereka bertambah dan mereka lebih giat menghafal.
3) Berusaha menjauhi semua orang yang bisa membebani tekad.
Bersusaha menjauhi semua orang yang bisa membebani tekad
mereka dan melemahkan kekuatan mereka dalam menempuh jalan menuju
ridha Allah Swt, baik anak, orang tua, maupun rekan kerja. Begitu pula
orang-orang yang menebar keraguan seputar manfaat menghafal al-Qur’an
4) Menetapkan batas waktu untuk menghatamkannya
Orang yang berhasil khatam menghafal al-Qur’an dalam waktu sangat
singkat tersebut,mereka menetapkan satu batas waktu untuk
mengkhatamkannya, pada jam sekian dan diwaktu tertentu.Tujuannya agar hal
ini menjadi pemantik penyemangat, maupun sebagai tantangan.
Dari penjelasan tersebut dapat diambil pengertian bahwa faktor-faktor
yang dapat membuat orang mampu menghafal al-Qur’an dalam waktu yang singkat
harus mempunyai keyakinan dan husnudzon, dan berusaha menguatkan hati bahwa
niat yang baik akan diberi kemudahan oleh Allah yakni menghafalkan ayat-ayat
Allah. Disamping itu pula perlu adanya pembagian waktu untuk menghafal
al-Qur’an agar nantinya tidak menghambat aktivitas kegiatan yang lain agar
semuanya bisa terselesaikan dengan baik. Orang yang menghafal al-Qur’an harus
memiliki komitmen dan prinsip yang kuat agar tidak mudah terpengaruh dengan
orang-orang yang menebar keraguan dalam menghafal al-Qur’an.
18
Metode menghafal al-Qur’an, sebagaimana Qosim (2015: 92)
menyebutkan bahawa ada tiga metode dalam menghafal al-Qur’an yakni:
1) Menghafal ayat per ayat
Metode dengan menghafal ayat per ayat yakni menghafal dengan cara
membaca satu ayat saja dengan bacaan yang benar, sebanyak dua atau tiga kali
sambil melihat ke mushaf. Kemudian ia melanjutkan ke ayat kedua dan
melakukan seperti pada ayat pertama. Akan tetapi setelah ituia membaca ayat
pertama dan kedua tanpa melihat ke mushaf. Berikutnya, ia menghafal ayat ke
tiga dengan cara yang sama. Yakni, membacanya sambil melihat ke mushaf,
kemudian mengulangi ayat ketiga saja tanpa melihat ke mushaf, lalu
dilanjutkan mengulangi ketiga ayat itu, dari ayat pertama, kedua dan ketiga
tanpa melihat ke mushaf. Setelah itu, meneruskan ayat ke empat hingga akhir
halaman. Kemudian ia mengulangi hafalan sebanyak tiga kali.
2) Membagi satu halaman menjadi tiga bagian
Yakni, satu halaman dibagi menjadi tiga bagian, lalu setiap bagiannya kita
asumsikan sebagai satu ayat dan dibaca berulang-ulang beberapa kali sampai
hafal. Kemudian kita menyambung antara ketiga bagian ini.
Melalui metode ini, penyambungan antara ayat-ayat dapat dilakukan
dengan cara yang lebih akurat, selain juga menghemat waktu yang habis
dipergunakan untuk mengulang ayat per ayat (dalam metode pertama).
3) Menghafal per halaman
Metode ini mirip dengan yang sebelumnya, hanya saja dalam metode ini
langsung menghafal satu halaman penuh. Lebih jelasnya, orang yang ingin
menghafal hendaknya membaca satu halaman penuh dari awal sampai akhir
19
tangkap dan kemampuan menghafalnya. Bila ia telah membacanya sebanyak
tiga hingga lima kali, dengan bacaan yang diiringi dengan kehadiran hati,
konsentrasi pikiran serta akal, dan bukan sekedar bacaan dilidah saja. Tapi ia
memfokuskan hati serta pikirannya karena ia ingin menghafal dari bacaan ini.
Untuk mempermudah seseorang dalam menghafal al-Qur’an maka ada
baiknya metode-metode tersebut diterapkan setiap hari dan dijga oleh orang lain
apabila kita sedang menghafal al-Qur’an, sebab dalam menghafal al-Qur’an
dengan metode tersebut harus ada yang mengawasi agar kita dapat mengetahui
kekurangan baik dari kesalahan ayat, makharijul khuruf, dan tajwid.
e. Faidah-Faidah Bagi Penghafal Al-Qur’an
Ada beberapa faidah yang didapatkan oleh para penghafal al-Qur’an.
Sebagaimana Az-Zawawi, (2010: 31) mengemukakan beberapa faidah-faidah
orang yang menghafal al-Qur’an diantaranya yaitu:
1) Menolong para penghafal al-Qur’an
Sesungguhnya Allah Swt senantiasa mengeluarkan bantuan dan
pertolongannya pada penghafal al-Qur’an.Oleh sebab itu mereka menjadi
orang-orang yang kuat dan tabah.
Jika membaca kisah-kisah para sahabat terdahulu mereka adalah
orang-orang yang keras terhadap orang-orang-orang-orang kafir dan menyayangi sesama muslim.
Dengan segala keterbatasan yang ada mereka sanggup mengalahkan
orang-orang Quraisy, kemudian mengalahkan seluruh kabilah-kabilah (suku)
kaum musyrikin.Setelah itu mereka memusatkan perhatian kepada Kisra
(kekaisaran Persia) dan Kaisar (kekaisaran Romawi) hingga benar-benar
menghancurkan dan melenyapkan keduanya.Dengan apakah?Dengan
20
Semua kekuatan itu bukan terletak pada besarnya badan dan kebesaran
nama. Tetapi semua kekuatan itu adalah kekuatan hati, maka barangsiapa yang
merasa ragu, hendaklah ia mendalami siraman Rasulullah dan kehidupan para
sahabatnya.
2) Al-Qur’an memacu semanagat dan membuat lebih giat beraktivitas
Al-Qur’an merupakan kitab yang indah. Setiap kali seorang muslim
membacanya, niscaya akan bertambah semangat dan keaktifannya dalam hal
beribadah kepada Allah Swt SWT. Ketika shalat, dia termasuk diantara
orang-orang yang paling dahulu sampai ke masjid.
Dengan demikian, berpegang teguhlah kepada al-Qur’an, agar Allah Swt
mengaruniakan rasa semangat dan giat dalam beribadah kepada Allah.
3) Memberkahi para penghafal al-Qur’an
Sesungguhnya Allah Swt memberkahi setiap waktu dan keperluan para
penghafal al-Qur’an.Penghafal al-Qur’an adalah orang yang paling banyak
kesibukannya, mereka ialah orang-orang yang tidak menyia-nyiakan waktunya
untuk hal yang tidak bermanfaat walaupun hanya sejenak.
Sesungguhnya ini adalah berkah al-Qur’an. Ketika mereka sibuk dengan
al-Qur’an pada siang dan malam hari mereka, Allah Swt akan memberkahi
waktu demi waktu yang mereka lalui, meskipun mereka sibuk dengan
menghafal, membaca, dan muraja’ah (mengulang) al-Qur’an
Bersamaan dengan itu, sebagaimana sebelumnya bahwa mereka tidak
bermalas-malasan dalam setiap kesempatan apapun, dalam hal ini tidak mudah
bagi setiap orang
4) Selalu menemani al-Qur’an merupakan salah satu sebab mendapatkan
21
al-Qur’an adalah kitab Allah Swt. Setiap kali seorang muslim membaca,
mencintai dan menghafalnya maka Allah Swt akan mengaruniakan kepadanya
pemahaman yang benar. Pemahaman yang benar adalah nikmat dari Allah Swt.
Dia tidak memberikannya kepada siapapun, namun Dia hanya
memberikan kepada ahli Allah Swt (para wali Allah Swt), yang mereka itu
adalah ahli al-Qur’an (para penghafal al-Qur’an), sebagaimana firman Allah
Swt:
ّلِإ ُرّكَذَياَمَو اًرْ يِثَك ًاَْْج َ ِيْوُأ ْدَقَ ف َتَمْكِْْا َتْؤُ ي ْنَمَو ُءآَشَي ْنَم َتَمْكِْْا ِيْؤُ ي
َْْلْااُُْوُأ
ِبَبُْ
۲٩٦
“Allah Swt menganugrahkan Hikmah (kepahaman yang dalam tentang
Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugrahi hikmah, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banayak. Dan hanya orang-orang yang berakAllah Swt yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).” (Al-Baqarah 2: 269) (Departemen Agama RI, 2010: 3)
Maksud hikmah disini adalah pemahaman yang baik dan benar.
al-Qur’an merupakan sebaik-baik penolong untuk memahami
materi-materi pelajarannya. al-Qur’an adalah cahaya yang mengungkap aib-aib serta
kesalahan-kesalahan sehingga bisa menjauhi atau memperbaikinya.
5) Doa ahli al-Qur’an (orang-orang yang hafal al-Qur’an) tidak tertolak
Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa doa seseorang yang banyak
berdzikir kepada Allah Swt tidak tertolak, sedangkan orang-orang yang hafal
al-Qur’an, mereka adalah orang yang paling banayak berdzikir kepada Allah.
Mereka adalah para wali Allah.
Oleh sebab itu, doa-doa mereka dikabulkan dan keperluan-keperluan
mereka dipenuhi.Allah Swt membukakakan pintu-pintu rezeki untuk
22
tinggal semata, tetapi sesungguhnya rezeki itu adalah adalah segala sesuatu
yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, para penghafal al-Qur’an adalah orang-orang yang
paling banyak rezeki dan manfaatnya didunia dan diakhirat.Orang yang hafal
al-Qur’an selalu menjadi peringkat pertama dalam setiap bidang pelajaran. Hal
itu karena mereka selalu meminta pertolongan kepada Allah Swt dalam belajar
dan mengulangi pelajarannya.
6) Orang yang hafal al-Qur’an adalah orang yang memiliki perkataan yang baik.
Rasulullah bukanlah seorang yang buruk (perkataannya), jorok, pelaknat,
pencela, dan bukan pula seorang penghibah (orang yang suka membicarakan
aib orang lain) kepada siapa pun. Beliau tidak pernah menyebutkan keburukan
seseorang, lisannya terjaga, baik dan indah perkataannya.
Perkataan Beliau memiliki pengaruh yang besar kedalam hati, perkataan
yang menggugah semangat (motivasi), indah dan menarik.Itu semua karena
akhlak beliau adalah al-Qur’an.
Beliau senantiasa mengikuti dan melaksanakan ajaran-ajaran dan
perisntah-perintah yang ada didalam al-Qur’an.Sesungguhnya, menyerupai
(akhlak) Nabi merupakan kesuksesan dan prestasi.Pada hakekatnya, hal itu
merupakan sebuah kemenangan besar.
Dari faidah-faidah tersebut dapat diambil pengertian bahwa dengan
menghafal al-Qur’an, sangat banyak manfaat diantaranya: manfaat kebaikan,
kemudahan, dan pertolongan yang datang dari Allah SWT. Bahkan tanpa disadari
kebaikan-kebaikan itu timbul sendiri pada diri seseorang yang menghafal
23
seseorang untuk melakukan kegiatan aktivitas dengan mudah.Sudah saatnya kaum
muslimin benar-benar memahami dan menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an dengan
sungguh-sungguh.
3. Santri Salafiyah Wustho
Santri Salafiyah Wustho merupakan santri lanjutan menengah yang setara
dengan siswa SMP dan Mts. Untuk mengetahui karakteristik Santri Salafiyah Wustho
usia SMP dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangannya. Pada pembahasan ini
akan lebih ditekankan pada perkembangan karakteristik Santri Salafiyah Wustho usia
SMP.
a. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah “perubahan secara fisiologis dari hasil proses
kematangan dan fungsi-fungsi jasmanai sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan” (Baharuddin, 2014: 66). Sedangkan pengertian perkembangan
menurut Hawadi (2001) sebagaimana dikutip Desmita (2011: 9) menyatakan
bahwa ‘perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan
dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat,
dan ciri-ciri yang baru.
Dari defenisi di atas dapat diambil pengertian bahwa pertumbuhan lebih
mengarah pada perubahan dan kematangan fisik seperti tinggi badan sedangkan
perkembangan lebih mengarah pada perubahan yang bersifat psikologis.
b. Masa Usia Sekolah Menengah
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa
remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas dan
perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang
24
1) Masa praremaja (remaja awal)
Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relative
singkat.Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada siremaja sehingga sering
kali masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang,
kurang suka bekerja, dan pesimistis. Secara garis besar sifat-sifat negatif ini
dapat diringkas, yaitu:
a) Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun mental
b) Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam
masyarakat (negatif positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap
masyarakat (negatif aktif).
2) Masa remaja (remaja madya)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,
kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya,
teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai
masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi
dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja
(mendewa-dewakan), yaitu sebagai gejala remaja
3) Masa remaja akhir
Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya
telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas
perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah
individu ke dalam masa dewasa. (Jahja, 2011: 236)
Dari penjalasan diatas dapat diambil pengertian bahwa anak usia SMP
rata-rata berada pada masa praremaja (remaja awal). Pada usia tersebut anak belum
25
mengemukakan pendapat. Anak SMP sebagian besar ada juga yang sudah
memasuki masa remaja (remaja madya) pada usia tersebut anak laki-laki sering
aktif meniru. Adapun pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengaggumi, dan
memuja dalam khayalan
c. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia SMP
Aspek-aspek perkembangan anak usia SMP meliputi aspek
perkembangan intelek dan intelegensi, bahasa, dan moral anak usia SMP. Dari ke
tiga aspek tersebut maka akan dijelaskan dibawah ini:
1) Perkembangan intelek dan intelegensi
Istilah intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat
berpikir aktivitas yang berkenaan dengan proses berpikir. Sedangkan
intelegensi merupakan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam
berpikir dan bertindak.
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah dukur karena perubahan
kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat.Pada masa
remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus
bertambah.Pada awal remaja kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada
masa yang disebut masa operasi formal (berpipikr abstrak). Pada masa ini, ia
telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal
yang nyata.
2) Perkembangan bahasa
Pola bahasa yang dimiliki dan dikuasai anak adalah bahasa yang
berkembang didalam keluarga, yang disebut bahasa ibu.
Perkembangan bahasa ibu dilengkapi dan diperkaya oleh bahasa
26
kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan
memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan dengan
teman sebaya menyebabkan bahasa remaja lebih diwarnai oleh pola bahasa
pergaulan yang berkembang di dalam kelompok masyarakat yang amat khusus.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masayrakat, dan
sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara
anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukan oleh pemilihan dan
penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari
masyarakat lapisan berpendidikan rendah, misalnya, akan lebih menggunakan
bahasa pasar, dengan istilah-istilah yang kasar. Sebaliknya, masyarakat
terdidik yang umumnya memiliki status sosial lebih tinggi biasanya akan
menggunakan stilah-istilah yang lebih halus dan intelek.
3) Perkembangan moral
Purwadarmito (1950) sebagaimana dikuti Fatimah (2010: 120)
menyatakan bahwa ‘moral merupakan ajaran tentang baik buruk suatu
perbuatan dan kelakuan, akhlak, dan kewajiban’. Micheal mengemukakan
empat perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu
sebagai berikut.
a) Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak.
b) Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa
yang salah.
c) Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong remaja untuk berani
mengabil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya
d) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa
27
Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa anak pada usia 12
tahun sudah berpikir abstrak. Disinilah peran lingkungan keluarga khususnya
orang tua yang menjadi sekolah pertama bagi anak, perlu menanamkan moral
dan akhlak kepada anak dilingkungan keluarga, agar nantinya ketika anak itu
berada dilingkungan masyarakat dan menghadapi masalah anak itu sudah bisa
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ketika berada diluar lingkungan
33
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan yang dipakai pada penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif.Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupu secara kelompok
(Sukmadinata, 2012: 60).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul
Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Alasannya ialah karena Pondok Pesantren
Hamalatul Qur’an memiliki santri Salafiyah Wustho (tingkat SMP) yang pada usia
remaja sudah bisa menghafal al-Qur’an lebih dari 10 juz dengan menggunakan metode
pembelajaran Bandongan.
Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui cara dan penerapan metode
pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an sehingga santri Salafiyah Wustho dapat
menghafal al-Qur’an.
3. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian kali ini ialah pengurus Pondok Pesantren Hamalatul
Qur’an Bantul Yogyakarta seperti: tenaga pengajar (musrif) dan santri Salafiyah
Wustho. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan wawancara pada tenaga pengajar
sebanyak 3 orang dan santri Salafiyah Wustho sebanyak 9 orang masing-masing
34 a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2012: 220).
Melalui observasi itulah dikenali berbagai macam kejadian, peristiwa,
aktivitas, dan keadaan yang mempola dari hari ke hari ditengah masyarakat
(Bungin, 2012: 65). Observasi yang peneliti lakukan terkait pengamatan pondok
pesantren meliputi Pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an,
letak geografis, situasi, dan kondisi lingkungan Pondok Pesantren Hamalatul
Qur’an.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data dan fakta yang tersedia dalam bentuk
surat-surat, catatan harian, laporan, foto, dan sebagainya (Arifin, 2012: 171). Dengan
dokumentasi, maka peneliti akan lebih mengetahui kehidupan sehari-hari para
santri.
c. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moeleong, 2012: 186). Dengan wawancara kita bisa mengetahui
pelaksanaan metode Pembelajaran Bandongan di Pondok Pesantren Hamalatul
Qur’an.
Adapun jenis wawancara yang dilakukan pada penelitian kali ini
35
sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan
wawancara pewawancara telah menyiapkan instrument penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan.
Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama
dan pengumpul data mencatatnya.
Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen
wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini
berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab atau direspon oleh
responden (Sukmadiata, 2012: 216).
5. Langkah-Langkah dan Pengumpulan Data
Pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung
dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya bisa disebut dengan
strategi pengumpulan dan analisis data, tekhnik yang digunakan fleksibel, tergantung
pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang diperoleh.
Langkah-langkah dan pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta
merumuskan pertanyaan-pertanyaan peneliti yang diarahkan pada kegiatan
pengumpulan data.Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi
yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data.Deskripsi tersebut
merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposif.
36
hubungan baik (rapport), menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab
dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data.Peneliti mulai
wawancara dengan beberapa informan yang dipilih. Pengumpulan data melalui
interview dilengkapi dengan data pengamatan dan data dokumen (triangulasi).
Data tersebut selanjutnya dicatat, disusun, dan dikelompokkan agar memudahkan
dalam analisis data.
c. Pengumpulan Data Dasar
Setelah peneliti terpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data lebih
diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan
pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam pengumpulan data dasar
peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca dan merasakan” apa yang
ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis
data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak
ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan
dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integrative. Setelah pola-pola
dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fakta-fakta yang
membutuhkan penguatan dalam fase penutup.
d. Pengumpulan Data Penutup
Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian,
dan tidak menggunakan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bisa ditentukan
sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian
sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan
data yang diteliti.Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan
37
Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis
data dan menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyususn
fakta-fakta hasil temuan lapangan.Kemudian peneliti membuat diagram-diagram,
table, gambar-gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya.Hasil analisis
data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan,
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis
Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an memiliki tanah seluas 1,3
hektar. Tanah ini bersertifikat pendirinya yaitu Ustadz Umar Budihargo, Lc.
MA.Lokasi tanah pondok ini, berada di lereng bukit Gunung Sempu, sisi kanan kiri
berbatasan dengan perkampungan warga dusun Kembaran, sisi atas berbatasan
dengan perkuburan Cina Gunung Sempu.Dan sisi bawah bukit berbatasan langsung
dengan sungai Koteng.Dari arah selatan Yogyakarta jarak tempuh lokasi sekitar 20
menit.Pesantren ini terletak di pinggir sungai Koteng, yang arealnya memiliki
suasana asri dengan keberadaan pohon-pohon besar dan tinggi disekitarnya.
Pondok yang berada di areal dusun Kembaran Rt 08 Tamantirto Kasihan Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta ini sangat dirasakan oleh para pengunjung pesantren,
seakan-akan menyatu dengan masyarakat sekitar karena sengaja pihak pesantren
tidak memasang tembok pembatas disekelilingnya. Hamalatul Qur’an bermakna
para penggembang al-Qur’an, pihak pesantren melihat bahwa kehadiran kader
-kader ulama yang hafal al-Qur’an, memiliki keislaman, serta istiqomah dalam
mendakwahkannya sangatlah dibutuhkan pada era kali ini.Kader-kader tersebut
pada nantinya berperan sebagai pelopor gerakan amar ma’ruf nahi mukar serta
40
Keakraban masyarakat di sekitar pondok sangat tampak dengan
adanya pertemuan RT, rapat-rapat dusun, maupun pengajian-pengajian dan acara
keagamaan.Selain itu, kerja bakti yang sering mereka lakukan tiap bulan, tidak
ketinggalanpula para santripun turut serta dalam acara tersebut.Homogenitas yang
amat beragam, turut menghiasi keindahan Bukit Gunung Sempu.Lantunan
kalamullah saat fajar dan sore hari bertanda aktivitas pondok pesantren selalu
dipenuhi dengan keramaian dan keceriaan para santri, Stratifikasi social masyarakat
Gunung Sempu memiliki tingkat pendidikan, pendapatan dan agama yang amat
beragam, namun demikian mereka tetap menjaga keharmonisan dan keakraban,
demikian juga dengan pihak pondok pesantren.
Sedangkan secara umum keadaan ekonomi masyarakat sekitar
komplek pondok pesantren, rata-rata bisa dikatakan baik, Karena didominasi oleh
penduduk berpenghasilan menengah keatas.Semua ini bisa dilihat melalui kondisi
rumah mereka, yang bertembok dan berlantai semen serta kramik, serta minimnya
mereka duduk-duduk dirumah pada siang hari, layaknya orang yang tidak memiliki
pekerjaan.Disekitar pondok pesantren juga tidak sedikit warga Negara
berkebangsaan asing yang memiliki villa.Kebanyakan mereka memiliki istri dalam
negri.Sedang rata-rata masyarakat bekerja di Pabrik Gula Madukismo, sebagai
guru, kerja kantoran, pedagang, pengrajin dan sedikit dari mereka menjadi
petani.Masyarakat sekitar pondok hampir 50% beragama Katolik dan lainnya
Islam.Beberapa saja yang beragama Budha dan Hindu.
Keadaan pendidikan selayaknya masyarakat perkortaan, atau
41
pondok berpendidikan baik. Anak-anak kecil mereka masukkan ke dalam PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), sementara yang lebih nesar dimasukkan ke SD, SMP,
SMA dan tidak sedikit dari mereka meneruskan ke perguruan tinggi atau
universitas. Anak-anak mereka jarang yang tidak bersekolah.Bahkan banyak yang
telah memasukkan ke perguruan tinggi.Di samping itu, tentu tidak menutup mata,
masih ada juga yang buta huruf, atau tidak bersekolah bagi sebagian generasi tua
mereka. (Dokumentasi, PP Hamalatul Qur’an, disusun oleh Ustadz Rahmanto Lc.,
27 Oktober 2010)
b. Sejarah Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul
Yogyakarta
Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an mula-mula merupakan
cabang PP Taruna Al-Qur’an Pusat yang berlokasi di sebelah timur Monumen Jogja
Kembali, tepatnya di dusun Nglempongsari.Pondok Pesantren ini didirikan oleh
Ustadz Umar Budihargo, Lc. MA.Sejak kecil beliau telah dibesarkan di dunia
akademik Islam. Beliau menamatkan studinya jenjang KMI (Kuliyyatul Mu’allimin
al-Islamyyah) di Gontor Jawa Timur dan melanjutkan studinya ke Madinah Saudi
Arabia program S1 Lecture (Lc) dan program studi pasca-sarjana S2 di Pakistan
dengan bidang yang sama yaitu Sastra Arab. Sendangkan tempuk kepemimpinan
sekarang diampu oleh Ustadz Agus Andriyanto, Lc., beliau adalah alumni
Universitas Islam Madinah Saudi Arabia jurusan Dakwah dan Ushuluddin.
Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an adalah salah satu lembaga
Islam yang berdiri diatas Manhaj Salaf Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Fahmi Salafush
42
cabang dari Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an, pertama Pondok Pesantren Asy
-Syifa sekarang berada dalam naungan Yayasan Muhammadiyah berlokasi di
Bambanglipuro Bantul, kedua Sarwa Bogor dengan nama L-KID (Lembaga Kader
Imam dan Da’i) dan yang ketiga dengan nama PP Hamalatul Qur’an hingga
sekarang. Sedangkan yang tersisa sebagai cabang binaan Taruna Al-Quran
hanyalah L-Data (Lembaga Dakwah dan Taklim Taruna Al-Quran) yang bertempat
di Karangkajen, yang awalnya bertempaty di Taruna Al-Qur’an Center sebelah
timur Monumen Jogja Kembali. Karena kondisi yang mendesak dan kurang
kondusifnya proses pembelajaran maka untuk kelas Ma’had dialihkan hingga
sekarang.
Sedangkan Taruna Al-Quran pusat, dipakai khusus jenjang
TKIT dan SDIT. Masing-masing cabang pondok pesantren ini berdiri dengan
tujuan yang sama yaitu menghafal al-Qur’an dan mencetak para hafidz. Pondok ini
berawal dari tanah wakaf haji KBIH Taruna Al-Qur’an pusat, yang berlokasi di
Bukit Gung Sempu di wilayah Kabupaten Bantul, dengan luas tanah 12.000 meter
persegi.Berawal dari sinilah PP Hamalatul Qur’an dirintis.Pada tahun 2002-2003
mulai dibangun satu unit gedung sebagai permulaan awal kegiatan atau aktivitas
dakwah.Pada tahun ini pula kondisi pondok masih sangatlah sederhana termasuk
keadaan kurikulum dan fasilitas lainnya.
Adapun staf pengajar dikala itu diampu oleh Ustadz Ulin Nuha
Spd,i. Ustadz Musa dan dibantu binaan dari Taruna Al-Qur’an Pusat. Dengan
kondisi awal proses pembelajarannya hanya semacam halaqoh-halaqoh kecil
43
dan kupasan sebuah kitab.Secara resminya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an
berdiri pada tahun 2010. Pesantren ini memiliki tujuan menyiapkan para penghafal
al-Qur’an 30 juz, beraqidah ahlu sunnah dan berakhlaq mulia. Pada awalnya,
pesantren ini bernama Pesantren Taruna Al-Qur’an III.
Kemudian seiring bergantinya yayasan, maka nama pondokpun
disesuaikan dengan nama yayasan yang baru. Namun pada akhirnya dari tahun ke
tahun, semua cabang Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an, memilih berdiri sendiri
sehingga sekarang Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an tidak memiliki cabang,
kecuali satu binaan yaitu L-data yang bertempat di Karangkajen. Alasannya,
kebanyakan masing-masing cabang memilih demikian, agar memudahkan dalam
mengurus berbagai hal yang terkait dengan kelangsungan akademik dan mencoba
untuk dapat mandiri tanpa menggantungkan dari pihak pusat.Pada tahun 2005
mulailah adanya pemantapan di berbagai komponen, diantaranya; bidang
kurikulum, kepondokan atau kesantrian dan bidang tahfidz.
c. Dasar dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an
Indonesia sekarang sedang dilanda multikrisis.Krisis ekonomi,
pendidikan, politik, dan moral sedang mencengkram kuat zaman ini. Minimnya
ulama yang paham benar terhadap ajaran Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi
wasallam juga memperpanjang krisis ini. Padahal, kejayaan dan kemunduran suatu
kaum tak lepas dari seberapa jauh kedekatan kaum tersebut kepada agamanya, yaitu
Islam.
Dan para ulamalah yang berperan penting dalam menanamkan
44
tulang punggung umat dalam memperoleh kejayaannya. Dari hal inilah, Pondok
Pesantren Hamalatul Qur’an menyelenggarakan wadah pendidikan dengan niat
membentuk para genrasi Islam calon ulama yang taat terhadap agamanya, hafal
al-Quran serta mengerti kandungan dan mengamalkannya, juga mengerti
hukum-hukum agama Islam secara mendalam dan berusaha mengaplikasikannya dalam
segala gerak dan tutur katanya. Selain itu juga memiliki keterampilan (life skill)
yang mampu menjadi wasilah hidupnya dalam berdakwah menyebarkan agamanya.
Kehadiran ulama saat ini sangatlah dirindukan, sebab mereka
merupakan pionir-pionir yang akan membimbing umat pada kemuliaan. Oleh
karenanya, diperlukan sebuah lembaga yang memiliki komitmen yang tinggi untuk
mencetak kader ulama yang berpaham aqidah salafush-shalih.
Di sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan pada saat ini sudah
menjadi ajang bisnis oleh beberapa umat Islam. Sehingga ada kesan di masyarakat
bahwa pendidikan yang baik harus mahal.Kesan masyarakat ini berusaha dihapus
dengan didirikannya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an, para calon santri telah
mendapatkan kelengkapan fasilitas secara Cuma-Cuma atau bebas biaya.Sehingga
pendidikan bisa merata dari seluruh elemen masyarakat.
Dengan sistem asrama (boarding school), para santri terkontrol
dan terbimbing 24 jam setiap hari. Mereka dididik dan ditanamkan untuk mencintai,
memahami, dan mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai pemahaman
salafush sholih. Selain itu, para santri juga dibina untuk menghafal al-Qur’an,