• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Vimentin sebagai Petanda pada Adenokarsinoma Endometrium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ekspresi Vimentin sebagai Petanda pada Adenokarsinoma Endometrium"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPRESI VIMENTIN SEBAGAI PETANDA

PADA ADENOKARSINOMA ENDOMETRIUM

TESIS

OLEH :

JESURUN BANGUN DAUD HUTABARAT

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK

(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG.K

dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG.K

PENYANGGAH :

Dr. dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K

dr. Syamsul A. Nasution, M.Ked(OG), SpOG.K

dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG.K

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi

Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Keahlian

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus,

Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab bukan karena kuat dan gagah

manusia, tetapi berkat kasih dan karunia -Nya semata penulisan

tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh keahlian dalam

bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya

menyadari bahwa tesis ini memiliki banyak kekurangan dan masih

jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiran ya

tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah

perbendaharaan pustaka, dengan judul :

EKSPRESI VIMENTIN SEBAGAI PETANDA PADA ADENOKARSINOMA ENDOMETRIUM

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah

saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi

– tingginya kepada yang terhormat :

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, S pPD

(5)

untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas

Kedokteran USU Medan.

Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri

dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar,

M.Ked(OG), SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan.

Dr. dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), Ketua Program Studi

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. M. Rhiza

Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter

Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan.

Kepada Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Prof. dr. M. Jusuf

Hanafiah, SpOG(K), Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K), Prof. Dr.

dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K), Prof. dr. R. Haryono Roeshadi,

SpOG(K), Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG(K), Prof. dr. Budi R. Hadibroto,

SpOG(K), Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K), Prof. dr. M. Fauzie

Sahil, SpOG(K), dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K), yang secara

bersama-sama telah berkenan menerima saya untuk mengikuti

pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan budi guru-guru saya

tersebut.

Ke pada d r. R i sman F . Ka ban , M.Ke d(O G ), Sp OG selaku

o ran g t ua a n gk at s a ya se lama men ja lan i mas a pendidikan,

yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan

(6)

Kepada dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG(K) dan dr. Roy Yustin

Simanjuntak, SpOG(K), selaku pembimbing tesis ini, serta Dr. dr. Henry

Salim Siregar, SpOG(K), dr. Syamsul A. Nasution, M.Ked(OG), SpOG(K),

dan dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku penyanggah. Terima

kasih kepada para guru saya di Tim 5, atas segala koreksi, kritik yang

membangun, serta atas segala bantuan, bimbingan, juga waktu dan

pikiran yang telah diluangkan dengan penuh kesabaran, dalam rangka

melengkapi penulisan dan penyusunan tesis ini hingga dapat

terselesaikan dengan baik.

Kepada dr. Putri C. Eyanoer, MPH yang telah meluangkan waktu

dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis

ini.

Kepada Divisi Onkologi yang telah mengizinkan saya untuk

melakukan penelitian ini.

Kepada dr. Johny Marpaung, M.Ked(OG), SpOG selaku

pembimbing Referat Fetomaternal saya yang berjudul : “Perbandingan

MRI & USG Pada Pemeriksaan Sistem Saraf Pusat Janin”, kepada Dr. dr. Binarwan Halim, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku pembimbing Referat

Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul : “Physiologic

Intracytoplasmic Sperm Injection (PICSI)”, dan kepada Prof. dr. M.

Fauzie Sahil, SpOG(K) selaku pembimbing Referat Onkologi-Ginekologi

saya yang berjudul : “Terapi Komplementer Pada Kanker”.

Para guru yang saya hormati, seluruh staf pengajar Departemen

(7)

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik di RSUP H. Adam

Malik, RSUD dr. Pirngadi, RS Tembakau Deli, RSU Sundari, RS Haji Mina

dan RS KESDAM II Putri Hijau, Medan, yang telah banyak membimbing

dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.

Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan Ketua Departemen

Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, beserta seluruh staf medis,

paramedis maupun non medis-paramedis yang telah memberikan

kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk bekerja selama

mengikuti pendidikan dan selama saya bertugas di instansi tersebut.

Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Wakil Direktur Pelayanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr Rushakim Lubis, Mked(OG), SpOG beserta

Ketua SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr.Pirngadi

Medan, dr. Syamsul Arifin Nasution, Mked(OG), SpOG(K); sekretaris SMF

Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr.Pirngadi Medan;

Koordinator Pendidikan dokter spesialis SMF Kebidanan dan Penyakit

Kandungan RSUD Dr.Pirngadi Medan, dr. Sanusi Piliang, SpOG;

Koordinator penelitian SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD

Dr.Pirngadi Medan, dr. Fadjrir, Mked(OG), SpOG, Koordinator pelayanan

SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr.Pirngadi Medan, dr.

Jenius L. Tobing, Mked(OG), SpOG; Ketua divisi Fetomaternal SMF

Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr.Pirngadi Medan, dr.

Christoffel Tobing, Mked(OG), SpOG(K); Ketua divisi Fertilisasi

Endokrinologi dan Reproduksi SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan

(8)

divisi Onkoginekologi SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD

Dr.Pirngadi Medan, dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG(K) dan dr. John S.

Khoman, SpOG(K) beserta seluruh staff, para Bidan dan seluruh

paramedis yang telah memberikan kesempatan dan sarana serta bantuan

kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan Spesialis

Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Direktur RS Haji Mina Medan dan kepala SMF Ilmu Kebidanan

dan Penyakit Kandungan dr. H. Muslich Perangin-angin, SpOG, direktur

RS Tembakau Deli dan kepala SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit

Kandungan dr. H. Sofian Abdul Ilah, SpOG, direktur RSU Sundari dan

kepala SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, dr. H. M. Haidir,

MHA, SpOG, Kepala Rumkit Tk.II Puteri hijau Kesdam II/BB Medan dan

kepala SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, dr. M Rizky

Pratama Yudha Lubis, Mked(OG), SpOG, dr. M. Yazim Yakub, SpOG

serta seluruh staf medis, paramedis maupun non medis-paramedis yang

telah memberikan kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk

bekerja selama mengikuti pendidikan dan selama saya bertugas di

instansi tersebut.

Kepada Kadis Kesehatan/ Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga

Pangururan, Samosir beserta seluruh staf medis, paramedis maupun non

medis-paramedis. Terima kasih atas segala kesempatan, sarana serta

bantuan yang diberikan selama saya bertugas di RSUD Samosir.

Kepada Laboratorium Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik

(9)

Hospital, dr. Sufida, SpPA, dan dr. P.Poida BG, SpPA beserta staf yang

telah membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

Kepada Almarhumah Ibu Hj. Asnawati Hasibuan; beserta Ibu Hj.

Sosmalahayati; Ibu Zubaedah; Ibu Sudarmawan; Ibu Bani; Rahmi, Amd;

Vina, Amd; Anggi, Amd; kak Asih, kak Dewi, Kak Yus, Kak Tuti dan

seluruh pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP

H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan, terima kasih atas

bantuan dan dukungannya.

Kepada senior-senior saya, teman seangkatan saya dan

rekan-rekan PPDS, saya berterimakasih atas segala bimbingan dan dukungan

selama ini.

Kepada seluruh residen yang pernah menjadi tim jaga saya dan

dengan kebersamaan yang indah, saling mendukung dan memberikan

semangat dan berkomitmen untuk seia sekata dengan penuh loyalitas

dalam bertugas selama menempuh pendidikan ini, saya ucapkan terima

kasih.

Kepada seluruh staf pegawai negeri dan pegawai honorer dan

seluruh petugas yang bekerja di lingkungan Departemen Obstetri dan

Ginekologi RSHAM dan RSPM, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Kepada seluruh pasien, rekan dokter muda, staf medis, paramedis

maupun non medis-paramedis pada seluruh instansi di tempat saya

pernah mengikuti pendidikan maupun bertugas. Terima kasih banyak atas

segala kerjasama, bantuan, bimbingan, serta kebaikan yang diberikan

(10)

Terima kasih dari lubuk hati sanubari yang terdalam saya haturkan

kepada kedua orang tua yang sangat saya hormati, cintai dan sayangi,

Papa Tambok Hutabarat, SE dan Mama Bidan Herlina Hutagalung. Tiada kata yang dapat melukiskan terima kasih tersebut kepada kedua orang tua saya, melainkan rasa syukur

yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah

menitipkan saya kepada orang tua yang telah membesarkan,

membimb ing, mendoakan, mendidik dan mendukung saya

dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga

saat ini. Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas kebaikan

yang telah mereka berikan selama ini, dan semoga saya dapat menjadi

kebanggaan bagi kedua orang tua saya.

Kepada keempat saudara kandung saya : Dr. N.D.M. Romauli Hutabarat, STP, M.Eng, Oloan E. Hutabarat, SH, MHum, Anggina T. Hutabarat, SE, Gratia Hutabarat, terima kasih atas bantuan doa dan dukungan kepada saya selama

menjalani pendidikan.

Kepada kekasih tersayang, Christy Sitorus, SKed, terima kasih atas bantuan doa dan dukungan kepada saya selama

penyelesaian tesis ini.

Kepada seluruh pihak yang saya sebutkan maupun tidak

tersebut sebelumnya, saya memohon maaf atas segala kekhilafan

yang saya lakukan selama ini, baik yang disadari maupun tidak.

(11)

ikhlas, bersyukur, serta selalu dalam ampunan, kemudahan, dan

kasih sayang dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Memberkati.

Sem o ga T uha n Ya n g Mah a E sa sen antiasa

membe ri kan be rk ah - N ya kepad a ki ta semua.

Medan, Maret 2015

(12)

i

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Adenokarsinoma ... 6

2.2 Adenokarsinoma endometrium ... 6

2.2.1 Defenisi ... 6

2.2.2 Insidensi ... 8

2.2.3 Etiologi dan patogenesis ... 9

2.2.4 Faktor risiko... 12

2.2.5 Patologi adenokarsinoma endometrium ... 14

2.2.6 Stadium dan derajat kanker endometrium ... 16

2.2.7 Tipe adenokarsinoma endometrium ... 17

2.3 Adenokarsinoma serviks ... 19

2.3.1 Defenisi dan epidemiologi ... 19

2.3.2 Etiologi ... 19

(13)

ii

2.3.4 Skrining kanker serviks ... 22

2.3.5 Stadium kanker serviks ... 23

2.3.6 Prognosis adenokarsinoma serviks ... 24

2.4 Vimentin ... 24

2.5 Imunohistokimia Vimentin ... 28

2.6 Pemeriksaan Imunohistokimia Vimentin Pada Adenokarsinoma Endometrium dan Serviks ... 30

2.7 Hipotesis penelitian ... 33

2.8 Kerangka teori ... 34

2.9 Kerangka konsep ... 35

BABIII METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Rancangan penelitian ... 36

3.2 Tempat dan waktu penelitian ... 36

3.3 Subjek penelitian ... 36

3.4 Sampel penelitian ... 37

3.5 Variabel penelitian. ... 39

3.6 Kriteria inklusi dan eksklusi ... 39

3.7 Cara kerja dan teknik pengumpulan data ... 39

3.8 Prosedur pemeriksaan imunohistokimia ... 40

3.8.1 Alat dan bahan penelitian ... 40

3.8.2 Cara kerja ... 41

3.8.3 Instrumen penilaian ... 42

3.9 Defenisi operasional ... 44

3.10 Analisis data ... 47

3.11 Alur penelitian ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Karakteristik subjek penelitian ... 49

(14)

iii

4.3 Korelasi antara penilaian pewarnaan vimentin dengan

diferensiasi pada adenokarsinoma endometrium ... 56

4.4 Korelasi antara penilaian pewarnaan vimentin dengan indeks massa tubuh pada adenokarsinoma endometrium ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(15)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Klasifikasi stadium kanker endometrium berdasarkan FIGO 2009 .... 16

2.2 Klasifikasi stadium kanker serviks berdasarkan FIGO 2009 ... 23

2.3 Perbedaan adenokarsinoma endometrium dan adenokarsinoma

serviks ... 31

4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik subjek penelitian ... 50

4.2 Pemeriksaan vimentin pada sediaan adenokarsinoma endometrium

dan adenokarsinoma serviks ... 54

4.3 Korelasi antara penilaian pewarnaan vimentin dengan diferensiasi

pada adenokarsinoma endometrium ... 56

4.4 Korelasi antara penilaian pewarnaan vimentin dengan indeks massa

(16)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kanker endometrium ... 7

Gambar 2.2 Adenokarsinoma endometrium ... 15

Gambar 2.3 Adenokarsinoma serviks ... 21

(17)

vi

DAFTAR SINGKATAN

CEA Carcinoembrionic antigen

ER Estrogen reseptor

PTEN Phosphatase and tensin homolog

PI3KCA Phosphatidylinositol 3-kinase

MAPK Mitogen activated protein kinase

HPV Human Papilloma Virus

ACIS Adenocarcinoma Insitu

IVA Inspeksi Visual Asetat

LDL Low density lipoprotein

CNS Central Nervous System

IHC Immunohistochemistry

(18)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari RSUP H. Adam Malik

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitan dari RS Murni Teguh

Lampiran 4. Tabel Induk Penelitian

Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Vimentin

(19)

viii Ekspresi vimentin sebagai petanda pada adenokarsinoma endometrium

Jesurun Hutabarat, Sarah Dina, Roy Simanjuntak, Henry Salim Siregar, Syamsul Nasution, Deri Edianto

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Pembedaan secara histologik antara adenokarsinoma yang berasal dari endometrium dengan yang berasal dari serviks mungkin sulit, terutama pada biopsi kecil atau spesimen kuretase. Darimana pertumbuhan tumor berasal, apakah dari endometrium atau endoserviks, sering menjadi permasalahan, sementara dalam aspek terapi dan prognostik terdapat perbedaan antara kedua asal kanker tersebut. Pemeriksaan yang memungkinkan mengidentifikasi asal jaringan tersebut adalah imunohistokimia dimana pemeriksaan imunohistokimia ini lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan hematoksilin-eosin saja.

TUJUAN: Mengetahui ekspresi vimentin pada adenokarsinoma endometrium dan serviks di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU.

METODE : Penelitian uji diagnostik dengan luaran sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan vimentin terhadap blok parafin jaringan adenokarsinoma endometrium dan adenokarsinoma serviks pasca pembedahan (histerektomi total ataupun radikal histerektomi), kuretase dan biopsi di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan.

HASIL : Ekspresi vimentin sebagai petanda pada adenokarsinoma endometrium memiliki nilai sensitivitas 96,3% dan spesifisitas 81,8%. Dari perhitungan data tersebut juga didapati nilai duga positif pemeriksaan vimentin sebesar 81,2% dan nilai duga negatif sebesar 96,4%. Terdapat korelasi terbalik dengan kekuatan yang lemah antara penilaian pewarnaan vimentin dengan diferensiasi adenokarsinoma endometrium dengan nilai r= -0,394.

KESIMPULAN : Pemeriksaan ekspresi vimentin spesifik terhadap adenokarsinoma endometrium. Semakin tinggi nilai pewarnaan vimentin, maka semakin baik diferensiasi adenokarsinoma endometrium (p<0,05).

(20)

ix

Vimentin expression as a marker in endometrial adenocarcinoma

Jesurun Hutabarat, Sarah Dina, Roy Simanjuntak, Henry Salim Siregar, Syamsul Nasution, Deri Edianto

Department of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRACT

BACKGROUND: The histologically distinction between adenocarcinoma derived from the endometrium from the cervix may be difficult, especially on small biopsy or curettage specimens. Where the growth of tumors derived, whether from endometrial or endocervical, often become a problem, while in the therapeutic and prognostic aspects there is a difference between the origin of the cancer. Examination that allows to identify the origin of tissue is immunohistochemistry which immunohistochemical examination is more accurate compared with hematoxylin-eosin examination alone.

OBJECTIVE: To determine the expression of vimentin in endometrial and cervical adenocarcinoma in the Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine USU.

METHODS: The study of diagnostic test with examination of vimentin sensitivity and specificity outcome on paraffin tissue blocks endometrial adenocarcinoma and adenocarcinoma of the cervix after surgery (total hysterectomy or radical hysterectomy), curettage and biopsy in the Department of Obstetrics and Gynecology RSUP H. Adam Malik and RSUD dr. Pirngadi Medan.

RESULTS: The expression of vimentin as a marker in endometrial adenocarcinoma has a value of 96.3% sensitivity and 81.8% specificity. From these data calculations were also found positive predictive value of 81.2% and negative predictive value of 96.4%. There is an inverse correlation with the weak force between assessment vimentin staining with endometrial adenocarcinoma differentiation with r = -0.394.

CONCLUSION: Examination of vimentin expression specific to endometrial adenocarcinoma. The higher the value of vimentin staining, the better differentiated endometrial adenocarcinoma (p <0.05).

(21)

viii Ekspresi vimentin sebagai petanda pada adenokarsinoma endometrium

Jesurun Hutabarat, Sarah Dina, Roy Simanjuntak, Henry Salim Siregar, Syamsul Nasution, Deri Edianto

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Pembedaan secara histologik antara adenokarsinoma yang berasal dari endometrium dengan yang berasal dari serviks mungkin sulit, terutama pada biopsi kecil atau spesimen kuretase. Darimana pertumbuhan tumor berasal, apakah dari endometrium atau endoserviks, sering menjadi permasalahan, sementara dalam aspek terapi dan prognostik terdapat perbedaan antara kedua asal kanker tersebut. Pemeriksaan yang memungkinkan mengidentifikasi asal jaringan tersebut adalah imunohistokimia dimana pemeriksaan imunohistokimia ini lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan hematoksilin-eosin saja.

TUJUAN: Mengetahui ekspresi vimentin pada adenokarsinoma endometrium dan serviks di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU.

METODE : Penelitian uji diagnostik dengan luaran sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan vimentin terhadap blok parafin jaringan adenokarsinoma endometrium dan adenokarsinoma serviks pasca pembedahan (histerektomi total ataupun radikal histerektomi), kuretase dan biopsi di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan.

HASIL : Ekspresi vimentin sebagai petanda pada adenokarsinoma endometrium memiliki nilai sensitivitas 96,3% dan spesifisitas 81,8%. Dari perhitungan data tersebut juga didapati nilai duga positif pemeriksaan vimentin sebesar 81,2% dan nilai duga negatif sebesar 96,4%. Terdapat korelasi terbalik dengan kekuatan yang lemah antara penilaian pewarnaan vimentin dengan diferensiasi adenokarsinoma endometrium dengan nilai r= -0,394.

KESIMPULAN : Pemeriksaan ekspresi vimentin spesifik terhadap adenokarsinoma endometrium. Semakin tinggi nilai pewarnaan vimentin, maka semakin baik diferensiasi adenokarsinoma endometrium (p<0,05).

(22)

ix

Vimentin expression as a marker in endometrial adenocarcinoma

Jesurun Hutabarat, Sarah Dina, Roy Simanjuntak, Henry Salim Siregar, Syamsul Nasution, Deri Edianto

Department of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRACT

BACKGROUND: The histologically distinction between adenocarcinoma derived from the endometrium from the cervix may be difficult, especially on small biopsy or curettage specimens. Where the growth of tumors derived, whether from endometrial or endocervical, often become a problem, while in the therapeutic and prognostic aspects there is a difference between the origin of the cancer. Examination that allows to identify the origin of tissue is immunohistochemistry which immunohistochemical examination is more accurate compared with hematoxylin-eosin examination alone.

OBJECTIVE: To determine the expression of vimentin in endometrial and cervical adenocarcinoma in the Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine USU.

METHODS: The study of diagnostic test with examination of vimentin sensitivity and specificity outcome on paraffin tissue blocks endometrial adenocarcinoma and adenocarcinoma of the cervix after surgery (total hysterectomy or radical hysterectomy), curettage and biopsy in the Department of Obstetrics and Gynecology RSUP H. Adam Malik and RSUD dr. Pirngadi Medan.

RESULTS: The expression of vimentin as a marker in endometrial adenocarcinoma has a value of 96.3% sensitivity and 81.8% specificity. From these data calculations were also found positive predictive value of 81.2% and negative predictive value of 96.4%. There is an inverse correlation with the weak force between assessment vimentin staining with endometrial adenocarcinoma differentiation with r = -0.394.

CONCLUSION: Examination of vimentin expression specific to endometrial adenocarcinoma. The higher the value of vimentin staining, the better differentiated endometrial adenocarcinoma (p <0.05).

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kanker endometrium adalah tumor ganas epitel primer di

endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi

mengenai miometrium dan menyebar jauh. Insidensi kanker endometrium

mencapai 8% pada kasus kanker perempuan di dunia.1 Prevalensi kanker

endometrium selama 5 tahun mencapai 31% pada kasus kanker

ginekologi di dunia dengan prevalensi kanker serviks 48,1%.2 Kanker

endometrium merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi di

dunia barat, menempati urutan keempat kanker pada wanita setelah

kanker payudara, kolon, dan paru. Angka kematian di Amerika Serikat

meningkat dua kali antara tahun 1988 dan 1998.1 Berdasarkan penelitian

Martin pada tahun 2002 didapatkan angka kejadian kanker endometrium

2,06% dari 194 kasus kanker ginekologi yang dirawat di RSUP H. Adam

Malik dan RSU dr. Pirngadi Medan.3,4

Umumnya (75-80% kasus) tipe histologik kanker endometrium

adalah endometrioid adenokarsinoma, yaitu karsinoma yang berasal dari

jaringan kelenjar atau karsinoma yang sel-sel tumornya membentuk

struktur seperti kelenjar.1 Adenokarsinoma merupakan tipe kanker yang

terbentuk pada kelenjar yang mensekresikan mucus di seluruh tubuh.

Selain pada endometrium, adenokarsinoma juga terdapat pada organ

(24)

2

subtipe kedua terbanyak pada kanker serviks, meliputi hingga 15 sampai

20 persen dari seluruh kasus kanker serviks. Adenokarsinoma

endometrioid serviks menyerupai kasus tipe adenokarsinoma

endometrium, namun karsinoma ini berada di serviks.5,6

Pembedaan secara histologik antara adenokarsinoma yang berasal

dari endometrium dengan yang berasal dari serviks mungkin sulit,

terutama pada biopsi kecil atau spesimen kuretase. Oleh karena kuretase

bertingkat (memisahkan spesimen kuretase endometrium dan

endoserviks) seringnya tidak dipisahkan jaringan endometrium dan

endoserviks secara adekuat, dan karena adenokarsinoma ini dapat

melibatkan kedua spesimen, identifikasi asal tumor menjadi semakin sulit.7

Darimana pertumbuhan tumor berasal, apakah dari endometrium

atau endoserviks, sering menjadi permasalahan, sementara dalam aspek

terapi dan prognostik terdapat perbedaan antara kedua asal kanker

tersebut. Terapi operatif pada adenokarsinoma endometrium berupa total

abdominal histerektomi dan bilateral salpingo-ooforektomi pada kasus

kanker endometrium stadium awal, sedangkan adenokarsinoma yang

berasal dari serviks diterapi dengan histerektomi radikal dan

limfadenektomi pelvis.8,9

Dengan mortalitas sekitar 3,4 per 100.000 wanita diketahui bahwa

sebenarnya prognosis kanker endometrium ini cukup baik apabila

diketahui dini dan ditangani dengan tepat. Sementara ini, angka

(25)

3

Sedangkan prognosis kanker serviks sangat bergantung pada seberapa

dini kasus kanker serviks ini terdiagnosis dan dilakukan terapi yang

adekuat. Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian

terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Diperkirakan

setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia, dan

sekitar 250.000 wanita meninggal oleh karena penyakit tersebut.1,6 Oleh

karena itu, diperlukan pemeriksaan diagnostik dalam menentukan asal

jaringan kanker tersebut.

Pemeriksaan yang memungkinkan mengidentifikasi asal jaringan

tersebut adalah imunohistokimia dimana pemeriksaan imunohistokimia ini

lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan hematoksilin-eosin saja.

Pemeriksaan imunohistokimia yang dapat membedakan adenokarsinoma

endometrium dan adenokarsinoma serviks adalah vimentin, ProExC,

carcinoembrionic antigen (CEA), reseptor estrogen (ER), dan p16.

Sensitivitas pewarnaan imunohistokimia vimentin sangat tinggi untuk

mengenal jaringan endometrium. Banyak penelitian yang mencoba

menilai keakuratan pemeriksaan imunohistokimia dalam mengenali

jaringan endometrium.8,9,11

Berdasarkan hal di atas dapat dilihat bahwa pemeriksaan vimentin

memungkinkan untuk membedakan asal jaringan adenokarsinoma

sehingga dapat mendiagnosis apakah asal kanker tersebut berasal dari

endometrium atau dari serviks, dan belum ada penelitian yang meneliti hal

ini sebelumnya di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU, oleh

(26)

4

adenokarsinoma endometrium dan serviks di Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU. Diharapkan hasil ini dapat dipakai sebagai prosedur

diagnostik awal dalam menentukan asal jaringan adenokarsinoma

endometrium.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Pentingnya mengetahui asal adenokarsinoma apakah berasal dari

endometrium atau dari serviks turut mempengaruhi penatalaksanaan dan

prognosis dari kanker tersebut, maka diperlukan pemeriksan diagnostik

untuk membedakannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana ekspresi vimentin pada

adenokarsinoma endometrium dan serviks di Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui ekspresi vimentin pada adenokarsinoma endometrium

dan serviks di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita kanker

endometrium berdasarkan karakteristik (usia, paritas, indeks massa

(27)

5

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ekspresi vimentin pada

adenokarsinoma endometrium dan adenokarsinoma serviks.

3. Untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan

vimentin dalam mengenali asal jaringan adenokarsinoma

endometrium.

4. Untuk mengetahui korelasi penilaian pewarnaan vimentin

dengan diferensiasi adenokarsinoma endometrium.

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat Untuk Institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk

pengembangan penelitian selanjutnya khususnya di bidang

Onkologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU- RSUP

H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan

1.4.2. Manfaat Untuk Pelayanan/Klinisi

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui nilai sensitivitas dan

spesifisitas pemeriksaan vimentin sebagai petanda kanker

endometrium sehingga pemeriksaan vimentin dapat menjadi

prosedur pemeriksaan diagnostik dalam membedakan asal jaringan

(28)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Adenokarsinoma

Istilah adenokarsinoma ini berasal dari makna ‘adeno’ yang berarti

mengenai kelenjar dan ‘karsinoma’ yang menggambarkan suatu kanker

yang berkembang dalam sel epitel. Maka adenokarsinoma dapat diartikan

sebagai suatu kanker yang berasal dari jaringan kelenjar.

Adenokarsinoma dapat terjadi pada beberapa mamalia yang lebih tinggi,

termasuk manusia. Kanker ini mungkin muncul sebagai kelenjar dan

memiliki sifat sekresi.12

Karena epitel dan kelenjar jaringan terdapat secara luas dalam

tubuh, adenokarsinoma ini dapat mempengaruhi beberapa organ.

Adenokarsinoma yang sering ditemukan adalah adenokarsinoma usus

besar dan adenokarsinoma pada paru. Adenokarsinoma juga dapat

mempengaruhi organ-organ lain, antara lain: rahim, pankreas, prostat,

tiroid, dan payudara.12 Pada organ-organ ginekologi, adenokarsinoma

dapat ditemukan pada endometrium, serviks, ovarium, vulva dan vagina.1

2.2. Adenokarsinoma Endometrium 2.2.1 Defenisi

Kanker endometrium adalah tumor ganas epitel primer di

endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi

(29)

7

merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi di dunia barat,

menempati urutan keempat kanker pada wanita setelah kanker payudara,

kolon, dan paru. Dengan mortalitas sekitar 3,4 per 100.000 wanita

diketahui bahwa sebenarnya prognosis kanker ini cukup baik apabila

diketahui dini dan ditangani dengan tepat. Sementara ini, angka

ketahanan hidup 5 tahunnya mencapai 84%.1 Hal ini disebabkan oleh

karena sebagian besar kanker endometrium berada dalam stadium awal

sehingga dapat disembuhkan secara sempurna.4

Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma

(75%), yang berasal dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi

endometrium dan membentuk kelenjar endometrium. Terdapat beberapa

subtipe kanker endometrium yaitu jenis endometrioid, dimana sel kanker

menyerupai gambaran endometrium normal, papillary serous carcinoma

yang agresif dan clear cell carcinoma.1

(30)

8

2.2.2. Insidensi

Umumnya karsinoma endometrium dijumpai pada wanita yang

berusia 50-65 tahun dengan usia rata-rata 61 tahun. Kira-kira 5% dapat

dijumpai pada usia sebelum 40 tahun dan sebesar 20-25% pada usia

sebelum menopause. Di Amerika diperkirakan 34.000 kasus baru dengan

angka kematian sebesar 6000. Frekuensi adenokarsinoma korpus uteri

lebih tinggi dari adenokarsinoma serviks, tetapi lebih kurang dari

epidermoid karsinoma serviks uteri. Jika karsinoma serviks banyak

ditemukan pada golongan masyarakat menengah ke bawah, karsinoma

korpus uteri justru sering ditemukan pada golongan masyarakat

menengah ke atas. Lebih sering terjadi pada wanita yang tidak kawin dan

nullipara. Faktor-faktor lain yang agaknya berpengaruh ialah geografi,

status rasial atau etnik. Juga dengan meningginya life expectancy

kemungkinan mendapat karsinoma korpus uteri makin besar. Umur

rata-rata untuk mendapat karsinoma korpus ialah 57 tahun, lebih panjang dari

pada karsinoma serviks uteri.13

Di AS insidensinya10:

 Tumor ganas tersering pada traktus genital wanita

 Ke 4 tersering setelah keganasan mammae, colon, paru

pada wanita

 Perkiraan tahun 2000: 36.100 kasus baru, 6500 kematian

(31)

9

 2-5% <40 tahun, pernah dilaporkan terjadi pada usia 20-30

tahun

 75% kasus terbatas pd korpus uteri

2.2.3. Etiologi dan patogenesis

Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan

kasus kanker endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar

stimulasi estrogen secara kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal

adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah

besar estrogen yang disuntikkan pada hewan percobaan di laboratorium

menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.1,14

Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker

endometrium telah diketahui selama lebih dari 50 tahun. Satu faktor resiko

yang paling sering dan paling terbukti untuk adenokarsinoma uterus

adalah obesitas. Jaringan adiposa memiliki enzim aromatase yang aktif.

Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi estrogen di dalam

jaringan adipose pada individu yang obesitas. Estrogen yang baru

disintesis ini juga memiliki bioavaibilitas yang sangat baik karena

perubahan metabolik yang berhubungan dengan obesitas menghambat

produksi globulin pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang obesitas

mungkin mengalami peningkatan drastis pada estrogen bioavailable yang

bersirkulasi dan pajanan ini dapat menyebabkan penumbuhan hiperplastik

(32)

10

Mutasi phosphatase and tensin homolog (PTEN) selalu terjadi pada

kasus hiperplasia endometrium atipikal kompleks, yang menandakan

bahwa hal tersebut merupakan kejadian awal pada karsinogenesis

endometrium. Berdasarkan tipe histologis, mutasi PTEN terutama terjadi

pada karsinoma endometrium tipe endometrioid. PTEN, yang terletak di

kromosom 10q23, mengkodekan protein dengan fungsi tyrosine kinase

dan berperilaku sebagai gen penekan tumor. Inaktivasi PTEN disebabkan

oleh mutasi yang mengarah ke kehilangan ekspresi dan, yang lebih

rendah, dengan hilangnya heterozigositas. Protein ini memiliki kedua

aktivitas fosfatase lipid dan protein, dengan masing-masing melayani

fungsi yang berbeda. Aktivitas fosfatase lipid dari PTEN menyebabkan

siklus sel terperangkap di titik G1/S. Kehilangan PTEN merupakan

kemungkinan suatu peristiwa awal tumorigenesis endometrium, terbukti

dengan kehadirannya di prakanker, lesi dan kemungkinan dimulai dalam

menanggapi faktor risiko hormonal yang diketahui.15,16

PTEN menindak lebih lanjut bertentangan dengan

phosphatidylinositol 3-kinase (PI3KCA) untuk mengontrol tingkat

terfosforilasi AKT. Mutasi PTEN meningkatkan aktivasi PI3KCA,

mengakibatkan fosforilasi AKT. Mutasi PI3KCA terlihat pada 36% dari

kanker endometrium endometrioid dan paling sering terjadi pada tumor

yang juga mengalami mutasi PTEN. Kegiatan fosfatase protein dari PTEN

terlibat dalam penghambatan pembentukan adhesi fokal, penyebaran sel,

dan migrasi, serta penghambatan pertumbuhan faktor-dirangsang sinyal

(33)

11

ekson 20, merupakan penanda dari invasi myometrium dan derajat yang

lebih tinggi pada karsinoma endometrium.16

Β-catenin, komponen dari protein unit E-chaderin, berguna pada

diferensiasi sel dan dalam mempertahankan arsitektur jaringan normal,

dan memainkan peran penting dalam transduksi sinyal. Ekpresi Β-catenin

telah ditemukan pada hiperplasia atipik, yang menunjukkan sebagai

kejadian awal pada tumorigenesis endometrium. Mutasi pada Β-catenin

menghasilkan stabilisasi protein yang melawan degradasi, yang

menyebabkan akumulasi inti dan sitoplasmik dan aktivitas gen target

konstitutif. Ada data yang beranggapan bahwa akumulasi inti ini dapat

berkontribusi pada abnormalitas protein Wnt lainnya, namun fungsi pasti

dari Β-catenin pada tumorigenesis endometrium masih belum diketahui

sepenuhnya.15,17

Mutasi lainnya yang ditemukan pada kanker endometrium adalah

mutasi K-ras. Mutasi K-ras diidentifikasi pada 10% sampai 30% dari

kanker endometrium tipe I. K-ras merupakan onkogen yang berlokasi

pada 12p12.1 yang mengkode anggota protein dari superfamily GTPase.

Proses ini mengakibatkan translokasi MAP kinase ke nucleus dimana hal

ini mempromosikan transkripsi gen yang terlibat pada proliferasi sel.

Insidensi mutasi K-ras pada karsinoma endometrium sebesar 14 sampai

36%. Mutasi K-ras terjadi dini pada karsinogenesis endometrium, sebagai

mutasi yang teridentifikasi pada fokal hiperplasia atipikal kompleks yang

(34)

12

2.2.4. Faktor risiko

Menstruasi

Usia menars dini (< 12 tahun) berhubungan dengan meningkatkan

risiko kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten.

Kebanyakan penelitian menunjukkan usia saat menopause

mempunyai hubungan langsung terhadap risiko meningkatnya

kanker ini. Sekitar 70% dari semua wanita yang didiagnosis kanker

endometrium adalah pascamenopause. Wanita yang menopause

sesudah umur 52 tahun akan terjadi peningkatan risiko sebesar 2,4

kali untuk terjadinya karsinoma endometrium.1

Di samping itu karsinoma endometrium dapat terjadi pada wanita

premenopause dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada

beberapa observasi ternyata bahwa adenokarsinoma sering terjadi

pada wanita yang mengalami menopause yang terlambat. Seperti

diketahui siklus pada masa menopause biasanya anovulatoar di

mana lebih banyak pengaruh estrogen.1,18

Obesitas

Obesitas berhubungan dengan terjadinya peningkatan risiko

karsinoma endometrium sebesar 20-80%. Wanita yang mempunyai

kelebihan berat badan 11-25 kg mempunyai peningkatan risiko 3

kali dan 10 kali pada wanita yang mempunyai kelebihan berat

(35)

13

Diabetes mellitus

Didapati peningkatan risiko sebesar 2,8 kali pada wanita penderita

diabetes mellitus untuk terjadinya karsinoma endometrium.18

Hipertensi

Sebesar 25-75% penderita karsinoma endometrium mengidap

hipertensi.18

Nuliparitas

Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai

risiko tiga kali lebih besar menderita kanker endometrium dibanding

multipara. Hipotesis bahwa infertilitas menjadi faktor risiko untuk

kanker endometrium didukung oleh penelitian-peneltian yang

menunjukkan risiko yang lebih tinggi untuk nulipara dibanding

wanita yang tidak pernah menikah. Pada wanita nuliparitas

dijumpai peningkatan risiko sebesar 2-3 kali.1

Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan

infertilitas dihubungkan dengan risiko kanker endometrium adalah

siklus anovulasi (terekspos estrogen yang lama tanpa progesteron

yang cukup), kadar androstenedion serum yang tinggi (kelebihan

androstenedion dikonversi menjadi estrone), tidak mengelupasnya

lapisan endometrium setiap bulan (sisa jaringan menjadi

hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum yang

(36)

14

Faktor genetik

Wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara

meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium 2-3 kali lipat.

Begitu juga dengan wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena

kanker endometrium.1,18

Pemakaian estrogen eksogen

Pada wanita menopause yang mengkonsumsi estrogen akan

terjadi peningkatan risiko karsinoma sebesar 4,5-13,9 kali. Telah

banyak ditemukan kasus-kasus adenocarcinoma yang terjadi pada

wanita-wanita yang diberi terapi estrogen untuk jangka waktu yang

lama. Walaupun belum ada bukti yang nyata, banyak ahli yang

tidak menyukai pemberian yang terlalu lama.1,18

2.2.5. Patologi adenokarsinoma endometrium

Sebagian besar karsinoma endometrium timbul sebagai massa

polipoid yang menjalar seperti fungus di dalam rongga endometrium.

Uterus seringkali membesar secara tidak simetris. Invasi ke dalam

miometrium terjadi secara dini.12

Secara mikroskopis, sebagian besar karsinoma endometrium yang

berupa adenokarsinoma berdiferensiasi baik dengan kelenjar-kelenjar tak

beraturan yang dilapisi oleh sel-sel silindris ganas.12 Adenokarsinoma

endometrioid berdiferensiasi baik digambarkan dengan kelenjar ‘b

(37)

15

yang atipia ( nukleolus menonjol). Sarang kelenjar dengan cribriforming

ekstensif adalah pola umum lainnya yang terlihat pada adenokarsinoma

endometrioid.19

Gambar 2.2 Adenokarsinoma endometrium

Kanker endometrium ditentukan derajatnya berdasarkan derajat

diferensiasi histologiknya. Suatu varian histologik adalah adenokarsinoma

serosa papiler. Jenis ini menyerupai karsinoma serosa ovarium dan

memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan dengan adenokarsinoma

(38)

16

2.2.6. Stadium dan Derajat Kanker endometrium

Tabel 2.1. Klasifikasi stadium kanker endometrium berdasarkan FIGO 200919

Stadium Keterangan

I Tumor terbatas pada korpus uteri

IA Tidak atau kurang dari setengah invasi myometrium

IB Invasi mencapai sama atau lebih dari setengah myometrium

II

Tumor menginvasi stroma serviks, tetapi tidak meluas ke luar

uterus

III Tumor menyebar secara lokal dan/atau regional

IIIA Tumor menginvasi serosa korpus uteri dan/atau adneksa

IIIB Keterlibatan vagina dan/atau parametrium

IIIC

Metastasis ke pelvis dan/atau kelenjar getah bening para

aorta

IIIC1 Kelenjar getah bening pelvis positif

IIIC2

Kelenjar getah bening para aorta positif dengan/tanpa

kelenjar getah bening pelvis positif

IV

Tumor menginvasi mukosa buli dan/atau usus, dan/atau

metastasis jauh

IVA Tumor menginvasi mukosa buli dan/atau usus

IVB

Metastasis jauh, termasuk metastasis intra abdomen

(39)

17

Derajat adenokarsinoma :19

G1 : derajat diferensiasi adenokarsinoma baik dengan ≤ 5%

nonskuamosa atau pola pertumbuhan nonmorular padat

G2 : derajat diferensiasi adenokarsinoma dengan 6% sampai 50% non

skuamosa atau pola pertumbuhan nonmorular padat

G3 : lebih dari 50% nonskuamosa atau pola pertumbuhan nonmorular

padat (undiferensiasi)

2.2.7. Tipe adenokarsinoma endometrium

Sembilan puluh persen kanker endometrium adalah

adenokarsinoma, sisanya adalah karsinoma epidermoid, adenoakantoma,

sarcoma, dan karsinosarkoma. Tipe histologi kanker endometrium yang

paling sering ditemui adalah endometrioid adenokarsinoma (75% dari total

kasus). Karakteristik tumor ini adalah terdapat kelenjar yang mirip dengan

endometrium normal. Dalam tumor ini, kelenjar ganas dilapisi oleh epitel

endometrium jinak yang bertingkat, sering memanjang.19 Adenokarsinoma

mempunyai dua tipe dengan patogenesis berbeda pada masing-masing

tipenya. Tipe pertama adalah estrogen dependen dan tipe kedua estrogen

independen. Perubahan genetik molekuler yang terdapat pada karsinoma

endometrium tipe I dan tipe II juga berbeda.1,20,21

 Tipe I estrogen dependen22

Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam

(40)

18

Karsinoma endometrium tipe I ini cenderung terjadi pada usia

antara 40 sampai 60 tahun (meskipun karsinoma ini dapat terjadi

pada wanita yang lebih muda, bahkan pada kasus yang jarang,

pada usia 20 tahun) Pada anamnesis didapatkan riwayat terpapar

estrogen dan berasal dari hiperplasia endometrial atipikal. Tipe ini

berdiferensiasi baik, minimal invasif, sehingga memiliki prognosis

yang baik. Pada beberapa kasus mungkin didapatkan diabetes,

penyakit hati, hipertensi, obesitas, infertilitas, dan gangguan

menstruasi.

 Tipe II estrogen independen22

Tipe II ini biasanya didapatkan pada wanita pasca menopause,

kurus, atau wanita dengan siklus hormonal yang normal.

Karsinoma endometrium tipe II ini cenderung terjadi pada usia yang

lebih tua dan tidak memiliki riwayat hiperestrogenisme. Tipe II ini

lebih agresif dan mempunyai prognosis lebih buruk daripada tipe I.

Tipe II ini paling sering didapati pada wanita Afro-Amerika. Yang

termasuk kanker endometrium tipe II adalah:

o High grade endometrioid cancer

o Uterine papillary serous carcinoma

(41)

19

2.3. Adenokarsinoma Serviks 2.3.1. Defenisi dan Epidemiologi

Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks (kanalis servikalis

dan atau porsio). Dimana serviks adalah bagian dari uterus yang

bentuknya silindris, diproyeksikan ke dinding vagina anterior bagian atas

dan berhubungan dengan vagina melalui sebuah saluran yang dibatasi

ostium eksternum dan internum.23

Infeksi virus HPV merupakan faktor risiko masuknya karsinogen E6

dan E7, kedua protein tersebut merupakan karsinogen kanker serviks.

Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki urutan pertama dari

kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker pada

wanita. Karena HPV yang merupakan faktor etiologi maka kanker serviks

mempunyai beberapa faktor risiko yang umumnya terkait dengan suatu

penyakit akibat hubungan seksual. Penyimpangan pola kehidupan seksual

merupakan faktor risiko yang sangat berperan. Faktor lain yang dianggap

merupakan faktor risiko antara lain faktor hubungan seksual pertama kali

pada usia muda, dan faktor kebiasaan merokok.5

2.3.2. Etiologi

Infeksi HPV ( Human Papilloma Virus) terdeteksi pada 99,7%

kanker serviks. Pada penelitian kasus-kontrol, prevalensi infeksi HPV

pada kanker serviks jenis karsinoma sel skuamosa dijumpai sejumlah

(42)

20

serviks jenis adenokarsinoma dijumpai sejumlah 85,7-100% (metaanalisis

9 negara).5

Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel yang

mengalami mutasi genetik sehingga merubah perilakunya. Sel yang

bermutasi ini melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, immortal,

dan menginvasi jaringan stroma dibawahnya. Keadaan yang

menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan

menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini. Onkoprotein dari E6

akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak

aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk

gen retinoblastoma (pRb) menjadi tidak aktif. Mutasi gen suppressor

tumor ini menyebabkan peningkatan aktivitas proliferasi dan apoptosis

menurun.1

Berbagai faktor dianggap sebagai kofaktor (faktor yang menyertai)

terjadinya kanker serviks antara lain multiparitas, merokok, kontrasepsi

hormonal, penyakit hubungan seksual, dan faktor nutrisi. Jumlah paritas

meningkatkan risiko menderita kanker serviks. Risiko menderita kanker

serviks meningkat dengan peningkatan jumlah batang rokok yang

dikonsumsi, tetapi tidak berhubungan dengan lamanya merokok.

Penggunaan kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko menderita kanker

serviks, kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan penelitian metanalisis.

Lamanya penggunaan kontrasepsi hormonal akan meningkatkan risiko

(43)

21

sampai dua kali. Penelitian pada infeksi virus herpes, dan HIV

membuktikan adanya peningkatan risiko kanker serviks.5

2.3.3. Patologi adenokarsinoma serviks

Diagnosis histologis adenokarsinoma in situ (ACIS) membutuhkan

perubahan displastik tegas, yang biasanya digambarkan dengan

basophilia-daya rendah, inti sel hiperkromasia dengan butiran kromatin

baik halus atau kasar, apoptosis inti atau debris kariorrhektik, mitosis

apikal, dan hilangnya polaritas. Kelenjar yang terlibat menunjukkan

arsitektur lobular yang mungkin muncul lebih jelas daripada yang

berdekatan kelenjar endoserviks yang tidak terlibat, tapi infiltrasi ireguler

pada stroma tidak ditemukan. Keterlibatan kelenjar parsial sering

ditemukan. 12,19

(44)

22

2.3.4. Skrining Kanker Serviks

Sejak 2 dekade terakhir terdapat kemajuan dalam pemahaman

tentang riwayat alamiah dan terapi lanjutan dari kanker serviks. Infeksi

HPV sekarang telah dikenal sebagai penyebab utama kanker serviks,

selain itu sebuah laporan sitologi baru telah mengembangkan diagnosis,

penanganan lesi prekanker, dan protokol terapi spesifik peningkatan

ketahanan pasien dengan penyakit dini dan lanjut. Penelitian terbaru

sekarang ini terfokus pada penentuan infeksi menurut tipe HPV

onkogenik, penilaian profilaksis dan terapi vaksin serta pengembangan

strategi skrining yang berkesinambungan dengan tes HPV dan metode

lain berdasarkan sitologi. Hal ini merupakan batu loncatan untuk

mengimplementasikan deteksi dini kanker serviks dengan beberapa

macam pemeriksaan seperti tes Pap (Pap smear), Pap net, servikografi,

Inspeksi Visual Asetat (IVA), tes HPV, kolposkopi dan sitologi berbasis

cairan (Thin-Layer Pap Smear Preparation).24

Namun metode yang sekarang ini sering digunakan diantaranya

adalah Tes Pap dan IVA. Tes Pap memiliki sensitivitas 51% dan

spesifisitas 98%. Selain itu pemeriksaan Pap smear masih memerlukan

penunjang laboratorium sitologi dan dokter ahli patologi yang relative

memerlukan waktu dan biaya yang besar. Sedangkan IVA memiliki

sensitivitas sampai 96% dan spesifisitas 97% untuk program yang

dilaksanakan oleh tenaga medis yang terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa

(45)

23

sehingga dapat menjadi metode skrining yang efektif pada negara

berkembang seperti di Indonesia.1,24

2.3.5. Stadium Kanker Serviks

International Federation of Gynecologists and Obstetricians Staging

System for Cervical Cancer (FIGO) pada tahun 2000 menetapkan suatu

sistem stadium kanker serviks sebagai berikut:5

Tabel 2.2. Klasifikasi stadium kanker serviks berdasarkan FIGO 20095

Stadium Karakteristik

0 Lesi belum menembus membrana basalis

1 Lesi tumor masih terbatas di serviks

1A1 Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3 mm dengan

diameter permukaan tumor < 7 mm

1A2 Lesi telah menembus membrana basalis > 3 mm tetapi < 5 mm

dengan diameter permukaan tumor < 7 mm

1B1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 cm

1B2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 cm

II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan sepertiga

proksimal vagina)

IIA Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina

IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding

panggul

III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan atau

sepertiga vagina distal)

(46)

24

IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul

IV Lesi menyebar keluar organ genitalia

IVA Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke mukosa

vesika urinaria

IVB Lesi telah meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ jauh

2.3.6. Prognosis adenokarsinoma serviks

Prognosis kanker serviks sangat tergantung pada seberapa dini

kasus ini terdiagnosis dan dilakukan terapi yang adekuat. Ada beberapa

faktor prognostik yang utama bagi pasien kanker serviks stadium IB dan

IIA yang dilakukan histerektomi radikal dan limfadenektomi, yaitu:1,19

1. Status keterlibatan KGB

2. Ukuran tumor primer

3. Kedalaman invasi stroma

4. Ada tidaknya invasi ke pembuluh darah dan pembuluh limfe

5. Ada tidaknya keterlibatan parametrium

6. Tipe histologi sel

7. Status batas sayatan vagina

2.4. Vimentin

Vimentin adalah protein yang membentuk filament intermediate

(47)

25

(sitoskeleton), dan ditemukan dalam sel yang secara embrional berasal

dari mesenkim dan diekspresikan oleh sel epitel, termasuk sel epitel

endometrium.25 Vimentin diekspresikan oleh tumor yang berasal dari sel

mesenkim. Vimentin, protein 57kDa, merupakan salah satu dari protein

yang diekspresikan secara luas dan protein yang terpelihara dari famili

filament intermediate tipe III. Oleh karena vimentin merupakan komponen

sitoskeleton mayor dari sel mesenkimal, vimentin sering digunakan

sebagai penanda sel turunan mesenkimal ataupun sel yang mengalami

transisi dari epithelial menjadi mesenkimal selama perkembangan normal

maupun proses progresi metastatik.26

Monomer vimentin, seperti filament intermediate lainnya, memiliki

gugus pusat α-heliks, ditutup pada setiap ujungnya dengan amino

non-helikal (kepala) dan gugus karboksil (ekor). Dua monomer kemungkinan

mengekspresikan secara kotranslasi dalam memfasilitasi pembentukan

dimer melingkar, yang merupakan subunit dasar penyusunan

vimentin.27,28

Urutan α-heliks berisi pola asam amino hidrofobik yang

berkontribusi untuk membentuk "hydrophobic seal" pada permukaan

heliks. Selain itu, terdapat distribusi periodik asam amino asidik dan dasar

yang tampaknya memainkan peran penting dalam menstabilkan dimer

melingkar. Jarak dari residu optimal untuk jembatan garam ionik, yang

(48)

26

Vimentin memainkan peran penting dalam mendukung dan

mempertahankan posisi organel dalam sitosol. Vimentin melekat pada inti,

retikulum endoplasma, dan mitokondria, baik secara lateral maupun

terminal. Sifat dinamis vimentin penting dalam fungsi fleksibilitas untuk sel.

Para ilmuwan menemukan bahwa vimentin memberikan daya pegas dari

jaringan filamen mikrotubulus atau aktin, ketika berada di bawah tekanan

mekanik in vivo. Oleh karena itu, secara umum, diterima bahwa vimentin

merupakan komponen sitoskeletal yang bertanggung jawab untuk

menjaga integritas sel. (Ditemukan bahwa sel-sel tanpa vimentin sangat

rentan ketika terganggu dengan mikropunktur).29,30

Vimentin juga diketahui mengontrol transportasi low-density

lipoprotein (LDL), dari lisosom ke lokasi esterifikasi. Dengan pemblokiran

transportasi kolesterol turunan LDL dalam sel, sel-sel ditemukan

menyimpan persentase lipoprotein yang jauh lebih rendah daripada sel

normal dengan vimentin. Ketergantungan ini tampaknya menjadi proses

pertama dari fungsi biokimia dalam setiap sel yang tergantung pada

jaringan filament intermediate selular.30

Pengaturan unik dari filamen intermediate vimentin pada droplet

lipid dalam beberapa tipe sel tertentu menunjukkan kemungkinan bahwa

filamen intermediate tipe vimentin memiliki fungsi tertentu yang

berhubungan dengan pembentukan droplet lipid pada sel adipogenik.

Perubahan dalam pengaturan filamen vimentin yang menyertai konversi

adiposa merupakan perubahan yang signifikan dalam pengaturan

(49)

27

droplet lipid, ditutupi oleh endoplasma retikulum cisterna, pertama

dijelaskan oleh Franke et al. (1987), terjadi bersamaan dengan

peningkatan besar dalam kapasitas pembentukan lipid sel 3T3-L1.

Selama adipogenesis, penyusunan filamen sitoskeleton vimentin berubah

dari kesatuan fibriliar menjadi satu lapisan filamen intermediate yang

dikelilingi globul lipid.31,32 Sel 3T3-L1 dari morfologi sel adiposit dapat

meningkatkan sintesis dan akumulasi trigliserida. Hubungan signifikan

secara biologis belum diketahui jelas.32,33

Vimentin diketahui berperan dalam menjaga integritas seluler dan

menyediakan tahanan terhadap stres. Vimentin diekspresikan berlebihan

pada beberapa jenis kanker epithelial, termasuk kanker prostat, tumor

gastrointestinal, tumor CNS, kanker payudara, melanoma maligna, dan

kanker paru. Ekspresi berlebihan Vimentin pada kanker berhubungan

dengan percepatan pertumbuhan tumor, invasi, dan prognosis yang

buruk. Akan tetapi, kerja Vimentin dalam perkembangan kanker masih

tidak jelas.26,30

Ketika Vimentin diidentifikasi pada tumor epithelial, hal ini akan

menunjukkan ekspresi sel terhadap dediferensiasi sel menjadi fenotip

yang lebih primitif. Imunoreaktivitas vimentin berlokasi pada sitoplasma sel

tumor dan telah dilaporkan menjadi prediktor agresivitas pada karsinoma

payudara dan karsinoma ginjal. Imunohistokimia dari filamen intermediate,

yang termasuk sitokeratin, vimentin, desmin, glial fibrillary acidic protein,

(50)

28

neoplasma, karena neoplasma cenderung mengekspresikan filament

sama dengan jaringan inang.34

2.5. Imunohistokimia Vimentin

Imunohistokimia / Immunohistochemistry (IHC) adalah sebuah

metode pemeriksaan dengan menggunakan prinsip antibodi dengan

spesifikasi yang tinggi untuk menunjukkan lokasi dan keberadaan sebuah

protein dalam jaringan, yang biasanya dilakukan untuk penelitian, dan

tujuan diagnostik atau prognostik. Penilaian IHC diintrepretasikan

berdasarkan gabungan antara kualitas ikatan antigen dengan antibodi

yang terbentuk di sitoplasma atau inti sel dengan persentase sel yang

terwarnai dalam lapang pandang.35 Diantara metode penilaian IHC

tersebut adalah:

1) H score, merupakan penjumlahan dari persentase sel yang terwarnai

lemah, persentase sel yang terwarnai sedang dikalikan dengan dua,

dan persentase sel yang terwarnai kuat dikalikan dengan tiga.

Penilaian ini memberikan skor dari 0-300.35

2) Allred score, merupakan penjumlahan dari skor persentase sel yang

terwarnai (0= tidak terwarnai, 1= terwarnai <1%, 2=1-10%, 3=10-33%,

4=33-67%, 5= 67-100%) dan skor dari intensitas sel yang terwarnai

(0= tidak terwarnai, 1= terwarnai lemah, 2=terwarnai sedang, 3=

(51)

29

3) Intensitas warna pada sel, merupakan derajat intensitas sel yang

terwarnai, dengan nilai: negative (-) jika tidak ada sel yang terwarnai,

(+) jika sel terwarnai lemah, (++) jika sel terwarnai sedang, dan (+++)

jika sel terwarnai kuat.35

Bila digunakan untuk tumor yang diduga berasal dari otot polos,

Vimentin dianggap sebagai penanda nonspesifik yang biasa disajikan

dalam tumor yang kurang terdiferensiasi dan biasanya berhubungan

dengan ekspresi marker lainnya. Hasil positif pewarnaan Vimentin

dicirikan dengan sitoplasma sel yang berwarna cokelat. Pada kasus ini

sel-sel tumor tersebut menunjukkan hasil negatif atau tidak imunoreaktif

terhadap pewarnaan imunohistokimia Vimentin. Hal ini menunjukkan

bahwa sel tumor tersebut bukan sel yang berasal dari sel mesenkim.38

Pewarnaan vimentin diharapkan dapat menjadi indikator prognostik

yang lebih baik. Pewarnaan ekspresi vimentin yang dilaporkan pada

karsinoma payudara dan karsinoma ginjal, didapati bahwa vimentin yang

positif berhubungan dengan prognosis yang buruk. Pada payudara, tumor

dengan vimentin positif juga merupakan reseptor estrogen negatif dan

memiliki fraksi pertumbuhan Ki67 yang tinggi. Berbeda dengan karsinoma

endometrium, tumor dengan vimentin positif berhubungan dengan tumor

stadium rendah dan prognosis yang lebih baik. Kurangnya pewarnaan

vimentin menandakan perubahan jauh dari fenotip normal endometrium.39

Berikut gambaran hasil pemeriksaan Vimentin pada

(52)

30

Gambar 2.4. Pewarnaan vimentin pada adenokarsinoma endometrium

2.6 Pemeriksaan Imunohistokimia Vimentin Pada Adenokarsinoma Endometrium dan Serviks

Adenokarsinoma endometrioid serviks menyerupai kasus tipe

adenokarsinoma endometrium, namun karsinoma ini berada di serviks.

Pembedaan secara histologik antara adenokarsinoma yang berasal dari

endometrium dengan yang berasal dari serviks mungkin sulit, terutama

pada biopsi kecil atau spesimen kuretase.6,7

Pemeriksaan imunohistokimia dengan vimentin dapat membedakan

kanker endometrium dari kanker endoserviks, khususnya pada gambaran

PA yang tumpang tindih. Hal ini disebabkan protein filament intermediate

vimentin dapat mengendap dengan baik pada epitel kelenjar endometrium

(53)

31

endoserviks.8,38 Pengaturan vimentin juga diketahui berhubungan dengan

jaringan adiposa. Perubahan dalam pengaturan filamen vimentin yang

menyertai konversi adiposa merupakan perubahan yang signifikan dalam

pengaturan sitoplasma.31,32 Jaringan adiposa memiliki enzim aromatase

yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi estrogen di

dalam jaringan adiposa pada individu dengan berat badan berlebih.14

Tabel 2.3. Perbedaan Adenokarsinoma endometrium dan

adenokarsinoma serviks40

Ketika ditemukan pada tumor epithelial, hal ini menunjukkan

ekspresi dediferensiasi sel pada fenotipe yang lebih primitif.

Imunoreaktivitas Vimentin yang terbatas pada sitoplasma sel tumor

dilaporkan sebagai prediktor agresivitas pada kanker payudara dan ginjal.

(54)

32

filamen intermediate, diketahui bahwa vimentin diekspresikan secara luas

oleh kelenjar normal endometrium proliferatif, tetapi tidak pada kelenjar

endometrium sekretori. Pada endometrium proliferatif normal, ko-ekspresi

sitokeratin dan vimentin membentuk tatanan fenotipikal normal, dan

terdapatnya ekspresi vimentin pada kanker endometrium menunjukkan

fenotipe yang kurang maligna. Semakin sedikit vimentin yang

diekspresikan menunjukkan diferensiasi kanker endometrium yang lebih

buruk. 34

Pola pemeriksaan imunohistokimia memungkinkan identifikasi asal

jaringan yang lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan

hematoksilin-eosin saja. Pemeriksaan imunohistokimia yang dapat

membedakan adenokarsinoma endometrium dan adenokarsinoma

endoserviks adalah vimentin, ProExC, carcinoembrionic antigen (CEA),

reseptor estrogen (ER), dan p16. Terdapat beberapa penelitian yang

menilai kemampuan pemeriksaan imunohistokimia dengan vimentin dalam

membedakan adenokarsinoma endometrium dari adenokarsinoma

endoserviks dengan hasil nilai sensitivitas dan spesifisitas yang sangat

tinggi mencapai hingga 97%.8

Pada penelitian Amru Sofian, dkk pada tahun 2006 meneliti peran

pemeriksaan imunohistokimia Vimentin sebagai penanda asal jaringan

kanker endometrium. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa

pemeriksaan imunohistokimia vimentin mampu membedakan asal

jaringan kanker. Karsinoma endometrium dengan metode pemeriksaan ini

(55)

33

jaringan endometrium. Semakin rendah persentase area Vimentin,

semakin tinggi stadium surgikalnya (p= 0,194) dan semakin rendah

persentase area Vimentin, semakin buruk derajat diferensiasi sel kanker

(p=0,12).9

Penelitian Domenico Coppola, dkk didapatkan hasil imunoekspresi

Vimentin ditemukan pada 35% kanker endometrium. Hal ini terdapat pada

90% kanker stadium rendah tetapi hanya pada 17% kanker stadium tinggi.

Ekspresi ini tidak tampak pada pasien yang meninggal karena penyakit

dan diekspresikan pada pasien-pasien yang hidup tanpa bukti penyakit

(67%). Oleh karena itu, Vimentin positif secara keseluruhan berhubungan

dengan tumor stadium rendah (p<0,001) dan prognosis yang lebih baik

(p<0,05).39

Penelitian Kamoi membandingkan pewarnaan imunohistokimia

dalam membedakan adenokarsinoma primer pada endometrium dan

endoserviks. Pola pewarnaan imunohistokimia yang dapat

mengidentifikasi daerah asal yang lebih akurat daripada pewarnaan

hematoksilin eosin sendiri adalah kombinasi imunohistokimia Vimentin

dan skor ER pada karsinoma endometrioid, mendapatkan hasil akurasi

95% pada asal tumor dari endometrium.41

Castrillon dkk juga meneliti pewarnaan imunohistokimia dalam

membedakan adenokarsinoma endometrial dan endoserviks dengan

membandingkan imunohistokimia Vimentin (Vim), carcinoembryonic

(56)

34

20 (CK7 dan CK20). Disimpulkan bahwa Vim dan CEA merupakan marker

imunohistokimia yang berguna dalam membedakan adenokarsinoma

endometrium dan endoserviks, namun CK7, CK20, dan EMA tidak

berguna dalam membedakannya.42

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah: Pemeriksaan ekspresi

Vimentin spesifik terhadap adenokarsinoma endometrium.

2.8. Kerangka Teori

Mutasi PI3KCA Mutasi β-catenin

(57)

35

2.9. Kerangka Konsep

Vimentin Adenokarsinoma

endometrium

Adenokarsinoma

Gambar

Gambar 2.1. Kanker endometrium
Gambar 2.2 Adenokarsinoma endometrium
Tabel 2.1. Klasifikasi stadium kanker endometrium berdasarkan FIGO
Gambar 2.3.  Adenokarsinoma serviks
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi humas dilembaga pendidikan adalah menumbuh dan mengembangkan hubungan yangharmonis melalui komunikasi

Disekolah, misalnya masalah-masalah yang terjadi pada diri siswa tidak serta merta karena kesalahan dalam dirinya tetapi juga berkaitan dengan orangtua,

Penilaian kepatuhan diet diabetes mellitus sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan media video pada penderita diabetes mellitus baik pada kelompok ekperimen

Evaluation of large scale biogas production using anaerobic co-digestion of pig manure and elephant grass silage for car transportation has been conducted in Thailand with a

Tipe kegagalan simple tension (Gambar 1.a) adalah terjadi retak pada serat terluar bagian tarik kemudian retak menjalar pada arah sejajar serat.. Tipe kegagalan cross-grain

Kesimpulan penelitian ini adalah: (a) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan menggunakan indeks pengungkapan menunjukkan bahwa terdapat indikator

Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering

[r]