• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian : penyebab dan solusinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian : penyebab dan solusinya"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MENYONTEK DALAM PELAKSANAAN UJIAN:

PENYEBAB DAN SOLUSINYA

(Studi Kasus di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta)

Oleh

ANITA LIDIAWATI NIM: 1961112239

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

(2)

PERILAKU MENYONTEK DALAM PELAKSANAAN UJIAN: PENYEBAB DAN SOLUSINYA

(Studi Kasus di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Tarbiyah

Oleh

ANITA LIDIAWATI NIM: 1961112239

Di Bawah Bimbingan

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Pembimbing II,

セ@

.::/-,

セ@

... \

'

___..'.---|G|エ[キLMセ@

//

ゥ||ゥセ|j@ セM

Ora. HL Sunarti M NIP. 150 022 714

Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(3)

Skripsi yang berjudul PERILAKU MENYONTEK DALAM PELAKSANAAN UJIAN: PF.NYEBAB DAN SOLUSINYA (Studi Kasus di Fakultas Tarbi,;ah IAIN Jakarta) ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fak1•ltas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Juni 2002, dan teleh diterima sebagai sc.lah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program Strata 1 ($1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

kan/

kap Anggota,

Prof. Dr. H. Salma. NIP. 150 062 5

ra. H' Sofiah M.A NIP. 0 238 005

Jakarta, 25 Juni 2002 Sidang Munaqasyah

Anggota:

Pembantu Dekan 111/

s・ォイ・エ。セm・イ。ョァォ。ー@ Anggota,

セG|スセ@

Drs. Atiq Susilo, MA. NIP. 150 182 900

(4)

LEMBARAN PERSEMBAHAN

Tuhanku ....

Curahkanlah kepadaku selalu ilmu pengetahuan-Mu Walaupun banyak menelan waktu.

Percikkanlah kepadaku cinta-Mu Agar Aku tetap kokoh di jalan-Mu.

"Apakah sama orang-orang yang mengetahui

dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Qs. 39:9)

"Bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui."

(Qs. 16: 43)

,

(5)

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan alam, Nabi saw. beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa setia dan komitmen di dalam memperjuangkan Islam.

Gagasan penulis menelaah tema pokok "Perilaku Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian: Penyebab dan Solusinya", berawal dari banyaknya asumsi yang menyatakan bahwa masalah perilaku menyontek ini sudah sangat memprihatinkan dalam pelaksanaan ujian, ditambah masih banyak pihak lembaga pendidikan yang tidak serius dalam mengantisipasi masalah ini. Asumsi ini pun dapat penulis rasakan kebenarannya selama duduk di bangku sekolah hingga perguruan tinggi sekarang ini, sehingga penulis memantapkan diri untuk membahas masalah ini.

(6)

Penulis juga sangat berterimakasih kepada pembimbing I: Ors. H. M. Ali Hamzah dan pembimbing II: Ora. Hj. Sunarti M, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi tentang muatan-muatan materi yang ada dalam skripsi ini serta memberikan dorongan agar penulis segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Oemikian juga kepada kepala perpustakaan IAIN (khususnya Fakultas Tarbiyah), UNJ, UI, UPI, Iman Jama', kompas, OKI Jakarta, yang telah berkenan memberikan informasi dan izin menggunakan literatur koleksi perpustakaan sebagai sumber referensi skripsi.

Kepada Kedua orang tua yang telah ikhlas mendidik, mendo'akan dan mencukupi kebutuhan moril dan materil penulis sejak kecil. Juga kepada nenek, kakek, seluruh anggota keluarga (khususnya Bang Andi), dan my lovely 'Bang lyan', penulis ucapkan terimakasih.

Kepada teman-teman angkatan '96, adik-adik kelas Fakultas Tarbiyah, teman-teman PSM, HIQMA, Teater Syahid dan Gumelar, LOK, KKN kawasan Jak-Tim, serta pihak-pihak lain yang berjasa, baik secara langsung maupun tidak langsung membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Jazaakumul/aahu khairan katsiiraa.

Penulis menyadari, skripsi ini banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan koreksi yang konstruktif sangat penulis harapkan dari semua pihak. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah khazanah pengetahuan dan kemajuan pendidikan di tanah air.

Penulis

(7)

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISi ... . DAFT AR TABEL ... .

BAB I PENDAHULUAN

A. Pemilihan pokok Masalah B. Tujuan Penelitian ... .

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... . D. Metode Pembahasan ... .

E. Teknik dan Sistematika Penulisan

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA

iii

v

1

8

8

10

10

A. Perilaku Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian ... 12

1. Pengertian Menyontek . . . 12

a. Pengertian Menyontek Secara Umum ... 12

b. Pengertian Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian ... 14

2. Macam-macam Teknik Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian. 15 3. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian ... 18

B. Gambaran Umum Tentang Ujian Semester di Perguruan Tinggi .. 22

1. Penilaian Hasil Belajar di Perguruan Tinggi . . ... .. .. . . .. ... . ... . . .. . .. . 22

(8)

2. Pengertian, Fungsi, Waktu Pelaksanaan, dan Bentuk Ujian

Semester . . . 23

BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN A. Manfaat Penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

C. Populasi dan Sampel ... ... ... ... .... .... ... ... 25

D. Metode Penelitian ... .. ... ... .... .... .... .. .. ... .. .... ... .... .... .... .. .... 27

E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 31 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Ujian Semester di Fakultas Tarbiyah ... 31

2. Gambaran Um um Responden .. ... .... .. .... .. .... .. .... .. 34

B. Penyajian Data Penelitian .. ... ... ... 38

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... .... . . ... .. ... ... .... . ... . .. . ... ... ... ... ... ... ... ... 56

,

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN

(9)

Halaman

1. Variasi Nilai ... .. 23

2. Jumlah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Angkatan 1998-2000 ... 26

3. Jumlah Pengambilan Sampel .... ... ... ... .... ... ... ... ... ... .... 26

4. Jen is Kela min... 35

5. Tingkat Semester ... . 36

6. Jurusan Kuliah .. 36

7. Usia .... 37

8. !PK Terakhir ... . 37

9. Pengertian Menyontek Dalam Pelaksanaan Ujian ... .. 39

10. Jumlah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Yang Menyontek Ketika Ujian ... 40

11. Jumlah Mahasiswa Sekelas Yang Menyontek Ketika Ujian ... ... 41

12. Tingkat Keseringan Mahasiswa Menyontek Ketika Ujian ... .... ... .. ... 41

13. Teknik Menyontek Yang Paling Sering Digunakan Mahasiswa ... 43

14. Alasan Mahasiswa Menggunakan Teknik Menyontek Tersebut... 44

15. Perasaan Mahasiswa Ketika Menyontek.. .... .... .. ... .... ... ... ... ... 45

16. Penyebab Internal Mahasiswa Menyontek Ketika Ujian ... 46

..

17. Penyebab Eksternal Mahasiswa Menyontek Ketika Ujian ... 47

18. Penyebab Uta ma Mahasiswa Menyontek... 49

19. Solusi Dari Penyebab Internal Mahasiswa Menyentek... 50

20. Selusi Dari Penyebab Eksternal Mahasiswa Menyentek... 51

21. Selusi Dari Penyebab Utama Mahasiswa Menyentek Ketika Ujian ... 52

22. Modus Tertinggi Nilai Angket Perilaku Menyentek Dalam Pelaksanaan Ujian: Penyebab Dan Selusinya ... 54

(10)
(11)

PENDAHULUAN

A. Pemilihan Pokok Masalah

Ujian (=achievement test}, yang lebih dikenal dengan istilah 'ulangan', 'EHB' (Evaluasi Hasil Belajar), dan 'testing' di kalangan pelajar, merupakan hal yang lumrah dijumpai dalam proses kegiatan belajar baik di sekolah maupun perguruan tinggi (pendidikan Formal).1

Ujian tersebut tiada lain diadakan untuk: " ... menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu."2

" ... Supaya terjadi perbaikan yang sistematis dalam

belajar." lntinya, menurut Ebel (1979), sebagaimana yang dikutip oleh Saifuddin Azwar, ujian tersebut diadakan untuk: " ... mengukur prestasi belajar siswa."3 Bukan

hanya sekedar memberikan angka-angka untuk dimasukkan dalam laporan kemajuan siswa belajar atau lapor.

Saifuddin Azwar menjelaskan: " ... seringkali test membantu para guru dalam memberikan nilai yang lebih valid (cermat dan akurat) serta lebih reliabel (terpercaya). Dengan demikian, akan dapat dicapai suatu kesimpulan.•yang lebih pada tempatnya."4

1

Kartini Kartono, Bimbingan Be/ajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV Rajawali,

1985), Cet. ke-1, h. 95

2

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1991), Cet. ke-1, Edisi 2, h. 33

3

Saifuddin Azwar, Test Prestasi, (Yogyakarta: Liberty, 1987), Cet. ke-1, h.12

4

Ibid.

(12)

2

Untuk mendapatkan hasil ujian yang benar-benar valid dan reliabel, selain soal-soal ujian harus mencerminkan materi-materi yang telah diajarkan, jawaban-jawaban soal ujian yang diisi juga harus berdasarkan usaha murni dari pelajar yang

bersangkutan, bukan dari hasil contekan.

Sayangnya, perilaku menyontek sering dijumpai pada saat ujian berlangsung, sebagaimana yang dikemukakan M. Sobary dalam Harian Kompas, bahwa: "contek-menyontek menjadi pemandangan

「ゥセウ。@

di ruang-ruang ujian."5

Saifuddin Azwarmenambahkan, "hal ini telah menjadi permasalahan sejak lama."6

Adapun beberapa contoh kasus penyontekan pada saat ujian, di antaranya seperti: pada saat EBTANAS SD, yang justru diprakarsai oleh pengawas ujiannya sendiri.7 Pada saat EBTANAS SMU, yang dilakukan oleh pelajar SMUN 14 dan

SMUN 58 Ciracas Jakarta Timur dengan menyontek dari lembaran-lembaran bocoran soal EBTANAS yang diperjualbelikan.8 Serta, pada saat UMPTN di

Surabaya, yang dilakukan oleh 7 peserta ujian dengan menggunakan pager.9 Di

Korea Selatan bahkan didapati lebih dari 100 orang yang menyontek pada saat UMPTN.10

9

5

M. Sobary, "Asal-Usul Plagiat'', Kompas (Jakarta), 28 Desember 1997, h.2

6

Saifuddin Azwar, Loe.cit.

7

Pembocoran Jawaban oleh Pengawas Kotori Ebtanas SD, Kompas, (Jakarta), 4 Mei 1995, h.

8

Bocoran Soal Ebtanas SMU diperjualbelikan, Kompas, (Jakarta), 1 Juni 2001

9

Tren Radio Panggil dari Gaya Sampai Alat Menyontek, Kompas, (Jakarta), 8 Juli 2001

1

°

(13)

Mochtar Bukhari, seorang pemikir masalah pendidikan dan kebudayaan, seperti yang dikutip Info Aktual Muda menambahkan, perilaku menyontek dalam ujian ini ternyata tidak hanya menjangkiti pelajar SD hingga SMU saja, melainkan juga pada mahasiswa di perguruan tinggi.11

Salah satu contoh di antaranya, seperti yang dikutip dari Harian Kompas terjadi di salah satu universitas Bangladesh pada tahun 1993, dari 340.000 mahasiswa yang mengikuti ujian akhir, sekitar 4000 mahasiswa tertangkap basah melakukan praktek menyontek. Namun, ketika mereka diusir karena ketahuan menyontek, mereka malah menyerang guru-guru dan polisi, serta merusak gedung-gedung pemerintah, sehingga menurut polisi setempat, perilaku mahasiswa yang menyontek tersebut, tidak lebih buruk dibandingkan dengan pelajar yang suka berkelahi di jalanan. 12

Padahal, menurut Saifuddin Azwar, " ... hasil test yang diperoleh dengan jalan yang tidak jujur bukan merupakan cermin prestasi pelajar yang bersangkutan, dan hasil test yang demikian hanya akan memberikan informasi keliru mengenai kemajuan belajarnya."13

Pada tingkat perguruan tinggi, perilaku menyontek bahkan tidak hanya melanda pada ujian saja, tapi " ... juga melanda pada pembuatan skripsi."14 Demikian

pula pada pembuatan tesis dan disertasi, atau dengan kata lain tugas-tugas akademik pada mahasiswa 81, 82 dan 83.15

11

Menyontek di Mata Pendidik, Info Aktua/ Muda, (Jakarta), 27 Juli 1999

12

Kilasan Kawat Dunia, Kompas, (Dhaka), 23 Juni 1993, h. 9

13 Saifuddin Azwar,

Loe.cit.

14

Skripsi dan Nyontek, Kompas, (Jakarta), 31 Agustus 1996, h. 4

15

(14)

4

Pernyataan senada dikemukakan pula oleh Didiek Hadjar Goenadi, ahli peneliti utama, sekaligus ketua umum masyarakat penemu Indonesia: "penjiplakan karya ilmiah pada disertasi program sarjana hingga professor sudah beberapa kali ini terjadi."16 Seperti kasus penjiplakan skripsi Anwar Deli, mahasiswa fakultas

Pertanian Syah Kuala (FP Unsyiah) Banda Aceh, yang lulus 18 Juni 1994 oleh dosennya sendiri.17 Kemudian penjiplakan disertasi Mgch. Nurhasim (peneliti LIPI

Alumnus Universitas Airlangga Surabaya, angkatan 1996) oleh lpong S. Azhar, alumnus UGM Yogyakarta.18 M. Sobary menambahkan, para mahasiswa yang

berani menyontek tersebut kemungkinan sudah terbiasa melakukannya sejak duduk

di bangku Sekolah Dasar.19

Pantaslah, bila wakil komisi IX DPR yang membidangi masalah pendidikan agama, pemuda dan olahraga, yaitu Sukowa/uyo Mintorahardjo, seperti yang dikutip Harian Pelita, menyatakan bahwa perilaku menyontek merupakan salah satu realitas pelanggaran nilai-nilai moral yang telah menodai wajah dunia pendidikan, dan " ... telah berada pada titik yang memprihatinkan, sehingga harus dibenahi secara tuntas."20

16

Pentingnya HAKI dijunjung tinggi dimulai sejak TK, Kompas, 3 Januari 2000, h. 10

17

Seorang Dosen Diduga Jiplak Skripsi Mahasiswa, Kompas, 24 April 1996

18

Soal Disertasi Doktor di UGM: !pong S. Azhar Dituduh Plagiat, Kompas, Jakarta, 24

Desember 1999, h. 25

19

M. Sobary, Loe.cit.

20

(15)

Menurut M. Sobary, meskipun menyontek dalam ujian selama ini dianggap sebagai penyimpangan kecil-kecilan, namun dampaknya sangat berbahaya, salah satunya, si penyontek tidak punya prinsip dalam hidup. 21

Tidak tertutup pula kemungkinan bahwa perilaku menyontek yang tidak jujur ini akan menjadi kebiasaan buruk dan terbawa sampai tua. Hal ini sesuai dengan pendapat para filosof Islam, sebagaimana yang dikutip oleh M. Athiyah al Abrasyi,

bahwa:

"siapa yang membiasakan sesuatu diwaktu mudanya, waktu tua akan menjadi kebiasaannya juga."22

Mochtar Buchori menegaskan, perilaku menyontek tidak boleh dibiarkan begitu saja. Bila sekali dibiarkan, akan terjadi penipuan dan pemalsuan dalam dunia pendidikan, sehingga usaha untuk memajukan ilmu dan menegakkan kebenaran akan mengalami hambatan.23

Penipuan dan pemalsuan merupakan suatu kebohongan. Dalam ajaran Islam, orang-orang yang melakukan suatu kebohongan mendapat kecaman, sebagaimana Firman Allah:

21

M. Sobary, Loe.cit.

22

M. Athiyah al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Dharma Caraka

1985), Cet. ke-2 , h. 4 7

23 Mochtar Buchori, "Plagiat dan Budaya Akademik",

(16)

6

,, ,, 0 .... .,,, ' ,, ,, ,, :1' _,, ¢ 0 ,,

j>.JI)

PセI|NsGNjゥ@

tJ.

:i.W

JI)

c

.:\ii

オTQセ@

0°),.j;

')

Jjj\

;:,_,.i.501 0}-c.!. t.:51

,, ,.. ,, _,, ,, ,.. ,... ,, ,, ,..

( \ • 0

"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta."24

Untuk mengatasi perilaku menyontek ini, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Djojonegoro, seperti yang dikutip Hariai;i Pelita: " ... selayaknya tidak hanya dibebankan kepada sekolah, karena keluarga dan masyarakat juga punya kewajiban yang sama besarnya."25

Demikian pula menurut Paul Suparna SJ., Dekan Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sebagaimana yang diungkapkan harian Kompas, diperlukan perjuangan yang besar dengan dukungan dari berbagai pihak. Bahkan, tambahnya bila perlu bagi pelakunya diberikan sanksi tegas. Sayangnya, menurut beliau, tidak banyak pihak sekolah yang berani secara tegas menindak pelanggaran ini. 26

Oleh karena itu, jelas bahwa perilaku menyontek dalam dunia pendidikan (khususnya pada saat pelaksanaan ujian) merupakan permasalahan yang patut ditangani secara serius, tidak hanya oleh para pendidik, tapi juga oleh ke1luarga dan masyarakat. Apalagi, mengingat telah melandanya perilaku menyontek pad a banyak mahasiswa di perguruan tinggi, yang merupakan institusi paling tinggi.

24

Departemen Agama RI, A/ Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Taha Putra, 1989), h.

418

25

Hapuskan Budaya Nyontek, Loe. cit.

26

(17)

Sebagai upaya antisipasi terhadap perilaku menyontek (dalam ujian) ini, menurut penulis, perlu dicari faktor-faktor penyebabnya yang jelas, supaya nanti dapat ditemukan solusinya. Karena, faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku menyontek ini kemungkinannya bisa sangat luas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh G. W. Bawengan, tan pa mempelajari sebab-sebabnya akan sulit dimengerti mengapa suatu perbuatan telah terjadi, apalagi untuk menentukan tindakan apa yang tepat dalam menangani perbuatan tersebut. 27

Berdasarkan deskripsi keseluruhan di alas, penulis menganggap relevan untuk membahas skripsi dengan judul: "Perilaku Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian: Penyebab dan Solusinya." (Studi Kasus di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta). Selain itu, ada alasan-alasan lain yang membuat penulis tertarik untuk merumuskan judul skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi, perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian yang hampir selalu penulis jumpai sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga di perguruan tinggi saat ini (IAIN Jakarta), belum ditangani sebagai suatu permasalahan serius, sehingga menimbulkan keinginan penulis untuk menyumbangkan pemikiran yang berkaitan dengan masalah perilaku menyontek dalam ujian tersebut.

2. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, selain dengan pertimbangan bahwa sebagai anggota masyarakat ilmiah dan calon guru, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN dituntut untuk menjunjung tinggi

nilai-27

G.W. Bawengan, Pengantar Psychologi Kriminil, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1977), Cet

(18)

8

nilai kejujuran, sesuai dengan tujuan dari Fakultas Tarbiyah itu sendiri, juga karena adanya akses dengan peneliti, sehingga mempermudah penelitian. 3. Masih sedikitnya penelitian yang membahas tentang perilaku menyontek dalam

pelaksanaan ujian di lingkungan kampus IAIN

4. Dengan mencari faktor-faktor penyebab yang jelas terhadap munculnya perilaku menyontek tersebut, diharapkan tidak menemui kesulitan dalam menemukan solusi untuk mengurangi kemungkinan エ・セ。、ゥョケ。@ perilaku menyontek dalam pelaksaanaan ujian tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor penyebab mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta menyontek pada saat ujian semester (UTS dan UAS), serta solusi untuk mengatasinya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih ュ・ュー・セ・ャ。ウ@ permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan batasan sesuai dengan judul yang ada, yaitu sebagai berikut

a. Menyontek yang dimaksud di sini, ialah: menyontek dalam ujian, yang menurut

(19)

ujiannya pada saat ujian berlangsung, seolah-olah jawaban itu murni dari hasil pemikiran sendiri.

b. Ujian yang dimaksud di sini, ialah: achievement test, atau tes prestasi yang biasa dilakukan oleh dosen dalam menilai hasil belajar mahasiswanya di perguruan tinggi, khususnya: Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) dalam bentuk tertulis.

c. Mahasiswa di sini, dibatasi pada mahasiswa Fakoltas Tarbiyah IAIN Jakarta yang berasal dari angkatan 1998, 1999, 2000 (duduk pada semester 4, 6, dan 8), dan terdiri dari 4 jurusan, yaitu: Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Kependidikan Islam (Kl) dan Tadris. Dengan pengambilan sampel sebanyak 10 % atau sekitar 160 responden dari jumlah populasi sebenarnya, yaitu 1592 mahasiswa.

d. Wawancara dibatasi kepada Kasubag Umum Fakultas Tarbiyah, untuk mengetahui seputar teknik pelaksanaan ujian semester di Fakultas Tarbiyah e. Faktor-faktor penyebab menyontek dalam pelaksanaan ujian yang akan diteliti,

masih bersifat penjajagan (belum diketahui dengan jelas dan pasti)

f. Solusi yang dimaksud di sini, ialah: upaya-upaya alternatif yang ditawarkan baik dari responden maupun penulis kepada pihak fakultas Tarbiyah IAIN, para dosen dan mahasiswa pada umumnya sebagai jalan keluar untuk 'mengatasi perilaku menyontek mahasiswa ditinjau dari segi penyebab.

2. Perumusan Masalah

(20)

10

D. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

metode berfikir deduktif, yaitu: suatu cara berfikir yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan-pernyataan-pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran atau rasio (berfikir rasional) untuk diambil sebagai suatu kesimpulan, dan hasilnya dapat digunakan untuk menyusun hipotesis Uawaban sementara yang kebenarannya masih perlu diuji atau dibuktikan melalui proses keilmuan selanjutnya). Dengan kata lain, dalam berfikir deduktif, proses berfikir hanya sampai kepada menurunkan hipotesis, sedangkan pengujian hipotesis secara empiris melalui verifikasi data tidak dilakukan. 28

E. Teknik dan Sistematika Penulisan

1. Teknik Penulisan

Acuan penulisan dalam teknik penulisan skripsi ini, adalah: "Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta" yang diterbitkan oleh IAIN Jakarta Press bekerjasama dengan Logos, cet. ke-1, tahun

2000.

2. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 bab, yang setiap babnya mempunyai sub-sub tersendiri dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

28

Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya llmiah: Maka/ah, Skripsi, Tesis, Disertasi,

(21)

BAB! Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari pemilihan pokok masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, metode pembahasan, teknik dan sistematika penulisan.

BAB II Merupakan kajian pustaka tentang perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian, dan gambaran umum tentang ujian semester di perguruan tinggi. BAB Ill Mengenai metodologi penelitian, yang dirinci dalam: manfaat penelitian,

tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, serta teknik pengolahan dan analisa data.

BAB IV Mengenai hasil penelitian, yang meliputi: deskripsi hasil penelitian dan penyajian data penelitian

(22)
(23)

KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian 1. Pengertian Menyontek

a. Pengertian Menyontek secara Umum

.

Meskipun kata 'menyontek' telah sedemikian terkenal, ternyata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat KBBI), kata tersebut tidak dapat ditemukan secara langsung. Dalam KBBI, kata 'menyontek' baru dapat ditemukan dalam arti kata 'jiplak menjipak yang ke-2, yaitu: "mencontoh atau meniru (tulisan, pekerjaan orang lain)1 dan diberi label 'cak'.2 Label cak dalam KBBI merupakan kependekan dari kata cakupan yang berarti: "ragam bukan baku."3

Ragam bukan baku merupakan bagian dari kekayaan bahasa Indonesia yang dipergunakan baik dalam percakapan lisan maupun ragam tulisan yang kebanyakan bersifat akrab atau informal. Menurut We//y, kata menyontek merupakan hasil perpaduan dari kata 'mencontoh' dengan kata 'ngepek' (bahasa Jawa) yang mengandung arti negatif. 4

Sedangkan dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat KMBI), istilah menyontek dapat ditemukan secara langsung yang diawali dengan

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka. 1996), cet. ke-7, Edisi II, h. 416

2 Ibid.

3 Ibid.,

h. xxvi

4

Welly, "Bye-bye Nyontek", Tren, XIV, (September, 2000), h. 8

(24)

13

huruf 'N', yaitu: Nyontek, dan ternyata juga berarti sama dengan pengertian menyontek dalam KBBI, yaitu: "tiru (mengekor) hasil pekerjaan orang lain."5

Adapun kata 'menyontek' dalam beberapa bahasa, seperti bahasa lnggris, disebut dengan cheating (berasal dari kata: cheat)6 yang menurut Anies SM.

Basa/amah, melalui artikelnya dalam harian Terbit, sebagaimana yang dikutip oleh

Ham, cheating adalah: "segala cara atau usaha yang dilakukan orang untuk mendapatkan hasil memuaskan guna meraih tujuan yang dikehendakinya dengan menempuh jalan yang tidak lazim dan tidak terpuji."7

Sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut juga dengan p/aagiat, yang artinya: "mengambil tulisan, pikiran, gagasan orang lain dan mengemukakannya sebagai hasil karangan atau pemikiran sendiri."8

Tentunya beberapa pengertian menyontek di atas, masih sangat luas cakupannya, atau dengan kata lain, meliputi berbagai sisi kehidupan, bukan hanya dari dunia pendidikan saja, melainkan juga " ... dalam kehidupan sastra, dalam dunia seni suara, dalam kehidupan politik dan juga dalam kehidupan jurnalistik."9

ltu berarti, menyontek sebenarnya dapat dilakukan oleh siapa pun dan dalam bidang apa pun bukan hanya oleh pelajar/mahasiswa pada saat ujian saja.10

5

M. Dahlan al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 454

6

Ar. Adi Candra Pius Abdillah, Kamus Bahasa lnggris-lndonesia. lndonesia-lnggris, (Surabaya:

Arkola tanpa tahun), h. 72

7

Ham, "Plagiatism itu Perilaku Maling?", Tren, Op.cit., h. 4

8

Moch. Buchori, "Plagiat dan Budaya Akademik", Kumpulan makalah Kuliah Pasca Sarjana

UHAMKA, (Jakarta: 14 Januari 2000), h. 1, t.d.

9

Ibid., h. 4

10

(25)

b. Pengertian Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian

Mengenai pengertian menyontek dalam pelaksanaan ujian ini, M. Sobary

mengartikannya secara ringkas dan sederhana, yaitu: " ... perkara memindahkan jawaban teman sebelah ke dalam kertas jawaban sendiri yang berproses sangat

cepat dan bisa terjadi tanpa seizin yang bersangkutan.''11 Sedangkan Sadili mengartikannya lebih rinci lagi, yaitu:

Suatu kondisi khusus yang berhubungan dengan kegiatan belajar seseorang (murid) yang mengharapkan nilai tinggi atau lulus tanpa belajar, sehingga dia melakukan hal-hal yang tidak jujur, misalnya dalam ujian menyiapkan catatan mini untuk digunakan dalam menjawab soal-soal ujian, meniru kertas jawaban orang lain, saling menukar kertas lembar jawaban dan sebagainya.12

Ada pun Grondlound mengartikannya sebagai berikut: "Cheating is uses all available resources in obtaining answer but needs help in controlling resource fullness during testing."13 Atau, menyontek adalah: menggunakan semua sumber yang ada/tersedia untuk memperoleh jawaban, namun penguasaan terhadap sumber-sumber tersebut sangatlah dibutuhkan selama ujian.

Dari ketiga pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan menyontek dalam pelaksanaan ujian adalah: mengambil jawaban soal-soal ujian dari cara-cara yang tidak dibenarkan dalam tata tertib ujian, seperti: dari buku catatan, hasil pemikiran temannya, dan media lain kemudian disalin ke dalam

11

M.Sobary, "Asal-usu! Plagiat", Kompas, (Jakarta), 28 Desember 1997, h. 2

12

Lili Sadili, "Studi tentang Pola Penanggulangan Kasus Menyontek yang Terjadi pada

Murid-murid SMA di Propinsi Jawa Baral", Laporan Penelitian, (Bandung: IKIP, 1993), h. 8, t.d.

13

Gronlound, NE., Measurement Evaluation in Teaching, (New York: Mc Millan, 1985), 5th ed.,

(26)

15

lembar jawaban ujiannya pada saat ujian berlangsung, seolah-olah jawaban itu murni dari hasil pemikirannya sendiri.

2. Macam-Macam Teknik Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian

Menyontek dalam ujian sebenarnya bukan pekerjaan yang mudah untuk dilakukan oleh pelajar/mahasiswa, karena diperlukan keberanian dan keahlian. Maksud keahlian di sini, mempunyai teknik-teknik tertentu dalam menyontek supaya

• tidak sampai ketahuan pengawas ujian.

Teknik menyontek yang biasa dilakukan oleh para pelajar/mahasiswa pada saat ujian itu bermacam-macam. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ketua Himpunan Psikologiwan lnggris, Stephen Newell dalam harian Kompas dari hasil surveinya selama 2 tahun, yaitu: dari teknik yang sederhana sampai dengan teknik yang modern.14

Teknik yang sederhana di antaranya seperti: lirik kanan-kiri, membuat catatan super mikro pada gulungan kertas yang terkadang dilet<?kkan dalam kotak pensil atau di balik lipatan tissue sambil pura-pura menyeka keringat di kening, sementara matanya sigap mencuri pandang pada contekan yang sudah dipersiapkan.15 Ada pula yang menulis catatan di paha, saling tukar lembar jawaban ujian, tanya teman dengan bahasa isyarat atau bisik-bisik.16 Bahkan merayu atau melakukan pendekatan sejenis kepada pengawas ujian, misalnya dengan membagi rokok.17

14

Contekan dengan Teknologi Tinggi, Kompas, (Jakarta), 1 Mei 1995, h. 3

15

Ham, "Plagiarism itu Perilaku Maling?", Tren, XIV (September 2000), h. 4

16

Menyontek di Mata Siswa, Info Aktua/ Muda, 18, (Juli 1999), h. 3

17

(27)

Sedangkan teknik modern menggunakan peralatan teknologi, di antaranya seperti: mencatat rumus dalam kalkulator18

, menggunakan radio panggil: pager19

dan pena radio pengindera jauh. 20 Menurut Newell, seperti yang dikutip harian

Kompas, "menyontek dengan menggunakan peralatan berteknologi tinggi kini memang sedang berkembang''.21

Menyontek dengan menggunakan pager, caranya sebagai berikut: teman yang pintar keluar dulu, lalu mencari telepon umum, dari situ dia memberi pesan jawaban. Pager diletakkan dibalik baju peserta, kemudian saat pager dibuka ada semua jawaban yang di ujikan. 22

Sedangkan teknik menyontek yang menggunakan pena radio pengindera jauh menurut Newell, ternyata telah dilakukan oleh lebih dari separuh mahasiswa lnggris setelah mereka membentuk kelompok penyadap informasi di balai ujian, dengan cara: bahan ujian dan jawaban ditransmisikan melalui pena radio pengindera jauh. Kemudian, mereka yang sedang ujian menyempurnakan jawaban agar sesuai dengan masukan dari luar tadi. 23

Sebenarnya, meskipun pelajar/mahasiswa yang menyontek tersebut berhasil menjawab soal ujian dengan menggunakan teknik-teknik menyontek di atas tanpa

..

sepengetahuan pengawas, sangatlah keliru jika mereka yakin kalau tidak ada yang 18

Menyontek di Mata Siswa, Loe.cit.

19

Eddy Hasby, "Tren Radio Panggil: Dari Gaya Sampai Alat Menyontek", Kompas, (Jakarta), 8

Juli 1997

2

°

Contekan dengan Teknologi Tinggi,

Loe.cit.

21

Ibid.

22 Eddy Hasby,

Op.cit.

23

(28)

17

melihat perbuatannya tersebut. "Dalam konsep Islam, tiada ucapan, gelagat, denyut niat dan rambut rontok sekalipun yang lepas dari malaikat pencatat kebaikan dan keburukan. Jadi, sebagai orang yang beriman, mestinya yakin bahwa menyontek itu sama saja dengan mengelabui diri sendiri juga dengan lain."24

"Perasaan selalu was-was, takut ketahuan orang lain di saat menyontek itu merupakan tanda bahwa ia sedang berbuat dosa."25 Sebagaimana Rasulullah saw .

• bersabda:

,, ,, 4J ,,,., ,, 0 0 0

Hセ@

olJ_;)

セ|jゥ@

d#-

セ@

01

セ@

f)

セ@

セ@

::Jb-

セ@ [N[セ|I@

Dosa adalah apa-apa yang meragukan jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu. (HR. Muslim)" 26

Allah berfirman kepada hamba-Nya untuk meninggalkan setiap perbuatan dosa:

( \ '\ • : il...;':;/I)

"Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang bersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan dosa kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat) disebabkan perbuatan mereka. "27

Kemudian setiap hambanya yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa, Allah akan menjadikannya penghuni neraka yang kekal sebagaimana Firman-Nya:

24

Ham, Loe.cit. 25

Ibid.

26

Imam Nawawi, Hadis Arbain, ( t.t: Assaduddin Press, 1991), h. 37

27

Oepartemen Agama Republik Indonesia, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Taha

(29)

. / '

1@::

セ@

c

_;t51

セ|@

セIセ@

,... .,,, セ@ 0 ,..

..., 0"···

" ... Barang siapa yang berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."28

3. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian

Banyak pendapat yang mengemukakan kemungkinan-kemungkinan penyebab timbulnya perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian, di antaranya sebagai berikut:

a. Menurut Sadili, penyebab utama dari pihak siswa ialah: kurang percaya diri, berprinsip asal lulus, kurang jelas tujuan karena kekaburan cita-cita melanjutkan sekolah, sehingga berani mengambil jalan pintas untuk lulus tanpa belajar dengan cara menggantungkan diri pada orang lain yang tekun belajar. Sedangkan penyebab dari luar siswa, yaitu situasi yang memungkinkan untuk menyontek, sehingga para siswa berkesempatan untuk memanfaatkan situasi tersebut dengan sebaik-baiknya. Pada siswa ada istilah mengatur posisi strategis dan kesepakatan mehggunakan kode-kode tertentu.29

b. Menurut S. Sukarji, beberapa penyebabnya adalah: 1. Tugas yang diberikan terlalu sulit

28

Ibid., h. 23

29

(30)

19

2. Terlalu menekankan pada nilai dan kurang menekankan pada pemahaman

3. Murid-murid merasa tidak mampu dan kurang merasa aman di dalam situasi kelas tersebut.

4. Mendapatkan tekanan untuk memperoleh nilai yang baik atau takut gagal dalam pelajaran tersebut. 30

c. Menurut M. Sobary, penyebabnya adalah: selain karena kebiasaan buruk yang telah tertanam sejak Sekolah Dasar, juga karena sikap acuh tak acuh dosen pengawas ujian sehingga mernbuat mahasiswa yang menyontek tidak merasa malu-malu. 31

d. Menurut Kathleen Kesson, ahli pendidik dari Goddard College, sebagaimana yang dikemukakan Tabloid Bintang, penyebabnya adalah: "Ketakutan mendapat nilai jelek yang muncul akibat rencana pendidikan yang didasarkan ide, bahwa nilai terbaik adalah komoditi langka."32

e. Menurut salah seorang dosen di sebuah perguruan tinggi, sebagaimana yang dikutip dalam Harian Kompas, penyebabnya adalah dosen pengajar yang jarang mau datang mengawasi ujian, sehingga terpaksa tugasnya dilakukan oleh pengawas administrasi yang 'tidak ditakuti' mahasiswa, dan sering diancam atau di bagi rokok untuk tutup mata. Di samping itu, ketidaksigapan pengawas dalam mengawasi ujian yang hany9 duduk di depan kelas terus menerus membaca buku atau koran tanpa sering-sering keliling dan menegur mahasiswa yang berbuat macam-macam

30

S. Sukarji, Psiko/ogi Pendidikan dan Psikologi seko/ah, (Jakarta: Fakultas Psikologi UI, 1990)

h. 101

31

M.Sobary, Op.cit., h. 2

32

(31)

serta jarak peserta ujian yang terlalu dekat, padahal jarak seharusnya minimal 1,5 meter.33

f. Menurut A/ Gini, guru besar filsafat dari Loyola university dan editor Business Ethics Quarterly sebagaimana yang diungkapkan tabloid Bintang, penyebabnya adalah karena didorong rasa keharusan untuk mampu bersaing mendapatkan posisi yang tinggi dalam masyarakat dan sekolah yang hanya bisa dicapai dengan mendapatkan nilai yang tertinggi. "Semakin tinggi berada dalam sebuah piramid semakin banyak anak mengambil resiko untuk menyontek." 34

g. Menurut Rektor Universitas Jayabaya Jakarta, Achyani Atma Kusuma,

sebagaimana yang diungkapkan dalam Harian Pelita, penyebabnya kemungkinan, karena bentuk tes obyektif, sehingga membuka peluang bagi siswa untuk saling memberi kode jawaban. Namun, menurut Dekan Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik universitas Nasional Jakarta (FISIP UNAS), Muchlis Dasuki, kecenderungan siswa menyontek sewaktu mengerjakan tes obyektif tergantung dari peranan pengawas dalam pelaksanaan ujian. 35

"

h. Menurut Anies SM. Basa/amah, peraturan yang diterapkan oleh lembaga pendidikan, setting ruang belajar, pakaian yang dipakai mahasiswa, relatif memberi andil buat menyulut kebiasaan nyontek, bahkan mempengaruhi mahasiswa yang tidak biasa menyontek jadi ikut-ikutan

33

Skripsi dan Nyontek, Loe.cit.

34

Bila Menyontek Jadi Kebiasaan Anak Anda, Loe.cit.

35

(32)

21

menyontek. Sikap seorang guru kelas yang tidak tegas pun dapat menyuburkan budaya nyontek. 35

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa secara garis besar ada dua faktor kemungkinan penyebab timbulnya perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian, yaitu: faktor penyebab internal (yang berasal dari dalam diri mahasiswa) dan eksternal (yang berasal dari luar diri mahasiswa). Adapun faktor

• penyebab internal meliputi:

a. Rasa kurang percaya diri

b. Berprinsip asal lulus karena kekaburan cita-cita dalam melanjutkan sekolah c. Malas belajar

d. Terlalu menekankan pada nilai dan kurang menekankan pada pemahaman e. Takut gagal dalam pelajaran

f. Kebiasaan buruk

g. ketakutan mendapat nilai jelek

Sedangkan faktor penyebab eksternal meliputi: a. Situasi yang memungkinkan untuk menyontek b. Tugas yang diberikan terlalu sulit

c. Adanya tekanan untuk memperoleh nilai yang bagus d. Pengawas ujian yang tidak berfungsi dengan baik e. Jarak peserta ujian yang terlalu dekat

f. Rasa bersaing untuk mendapatkan posisi tinggi

35

(33)

g. Pengaruh teman

h. peraturan yang diterapkan lembaga pendidikan.

i. Bentuk tes obyektif

B. Gambaran Umum Tentang Ujian Semester di Perguruan Tinggi

1. Penilaian Hasil Belajar di Perguruan Tinggi

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar sekaligus merangsang

kegiatan belajar para mahasiswa di perguruan tinggi, dalam setiap proses belajar

mengajarnya selalu disertai dengan penilaian. Adapun komponen-komponen yang

dinilai terdiri dari kehadiran, pekerjaan rumah, partisipasi diskusi kelas atau seminar,

penulisan makalah, dan ujian semester .

"Masing-masing komponen dinilai dengan bobot tertentu."36 Bila nilai formatif

(test formatif, tugas-tugas makalah, pre sensi) hanya berbobot kecil, yaitu antara

10-30 %, ujian semester memiliki bobot cukup tinggi, untuk ujian tengah semester

(UTS) 30 % dan untuk ujian akhir semester (UAS) antara 40-60 %. Angka ini dibuat

dalam bentuk rentangan agar setiap dosen dapat menemukan bobot sesuai dengan

sifat dan atau jumlah mahasiswa yang ditentukan untuk ketiga kelompok komponen

tersebut yang harus mencapai 100 %.

Dari rentangan itu, dosen dapat menentukan nilai dengan variasi:

36

Departemen Agama Republik Indonesia, Buku Pedoman JAIN Syarif HidayafuHah, (Jakarta:

(34)

23

Tabel 1 Variasi Nilai

Alternatif Formatif UTS UAS

Pertama 1 3 6

Kedua 2 3 5

Ketiga 3 3 4

Selanjutnya, Nilai akhir (NA) keberhasilan belajar mahasiswa dapat diketahui dengan menghitung komponen penilaian sesuai dengan bobotnya masing-masing. Dari uraian di alas, dapat diketahui bahwa nilai ujian semester berkedudukan cukup tinggi dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa di perguruan tinggi dalam suatu semester.

2. Pengertian, Fungsi, Waktu Pelaksanaan dan Bentuk Ujian Semester

a.

Pengertian Ujian Semester

Ujian semester adalah ujian yang dimaksudkan untuk mengetahui kemajuan studi mahasiswa pada tiap mata kuliah baik di tengah maupun di akhir semester.38

b. Fungsi Ujian Semester

Adapun fungsi Ujian semester diadakan, di antaranya sebagai berikut: 1) untuk kepentingan diagnosis kesulitan belajar mahasiswa

2) untuk mengetahui kemajuan studi mahasiswa dalam tengah dan satu semester pada setiap mata kuliah

38

Oemar Hamalik, Manajemen Be/ajar di Perguruan Tinggi, (Bandung: Sinar Baru, 1991), cet.

[image:34.595.39.446.80.483.2]
(35)

3) memberikan balikan kepada dosen terhadap sistem penyampaiannya 4) menyediakan informasi untuk kepentingan pengajaran remedial dasar dalam menentukan besarnya satuan kredit yang dapat diambil oleh mahasiswa untuk semester berikutnya berdasarkan perhitungan indeks prestasi. 39

c. Waktu Pelaksanaan Ujian Semester

Ujian semester dilihat dari segi waktu pelaksanaan, biasa diadakan dua kali dalam satu semester, pertama pada waktu tengah semester (kira-kira 2 bulan pertama = 8 x pertemuan) untuk tiap mata kuliah, yang disebut juga dengan UTS (Ujian Tengah Semester). Kedua, pada akhir semester (6 bulan terakhir) untuk tiap mata kuliah, yang disebut juga dengan UAS (Ujian Akhir Semester). Sedangkan mengenai pengaturan waktu pelaksanaannya secara pasti diserahkan menurut kebijakan fakultas.40

d. Bentuk Ujian Semester

"Ujian dapat diselenggarakan secara tulis, lisan, praktikum, penulisan makalah, penugasan lain dan atau gabungan." 41

Ujian semester ini pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk ujian tertulis. Dalam ujian ini mahasiswa diberi selembar soal ujian dan juga,Jembaran untuk menjawab soal/lembaran jawaban. Bentuk instrumen yang digunakan adalah bentuk tes obyektif, atau tes bentuk essay, atau campuran dari kedua bentuk tadi, yakni sejumlah soal disajikan dalam bentuk tes objektif dan sebagian lagi dalam bentuk soal essay. 42

39

Ibid.

40

Ibid.

41

Pedoman Akademik Tahun 2001 JAIN Syarif Hidayatullah, ( Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2001) h. 30

42

(36)
(37)

METODOLOG! PENEL!TIAN

A. Manfaat Penelitian

Dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian, diharapkan selain berguna sebagai bahan masukan atau kebijakan bagi para dosen dan pihak fakultas dalam mengatasi perilaku menyontek mahasiswa pada saat ujian, juga dapat berguna bagi para peneliti selanjutnya sebagai bahan kepustakaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta yang diselenggarakan pada awal semester genap tahun ajaran 2002/2003.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah: "semua individu yang dijadikan sumber pengambilan sampel."1 Adapun yang menjadi obyek populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta baik pria/wanita, yang berasal dari

,

angkatan 1998-2000 (duduk pada semester 4,6, 8) dari 4 jurusan, yaitu: PAI, Kl, PBA dan Tadris.

Dari data statistik bagian akademik tahun 2001/2002, dapat diketahui, bahwa jumlah mahasiswa fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta angkatan 1998-2000 adalah sebanyak 1592 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelffian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1991), h. 18

(38)

26

Tabel 2

Jumlah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Angkatan 1998-2000

JURUSAN/JENIS KELAMIN

l\NGKATAN PAI PBA Kl TADRIS JML

L p JML L p JML L p JML L p JML

1998 72 125 197 29 35 64 19 22 41 44 66 110

1999 69 146 215 35 44 79 27 51 • 78 61 106 167

1592 2000 94 134 228 42 40 82 63 109 172 57 102 159

JML 237 407 640 108 84 225 225 182 291 162 274 436

Sedangkan sampel adalah: "sebagian dari individu yang menjadi obyek penelitian."2

sampel dalam penelitian ini adalah beberapa mahasiswa fakultas Tarbiyah jurusan PAI, Kl, PBA dan Tadris angkatan 1998-2000 yang dipilih dengan teknik probability samples melalui stratifikasi random, yaitu pengambilan sampel dari setiap strafikasi (masing-masing jurusan) sebanyak 10% secara acak. Sehingga jumlah sampel secara keseluruhan berjumlah 10 % atau sebanyak 160 orang dari jumlah populasi sebenarnya 1592 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel3

Jumlah pengambilan sampel

JURUSAN/JENIS KELAMIN

'

ANGKATAN PAI PBA Kl TADRIS JML

L p JML L p JML L p JML L p JML

1998 7 13 20 3 4 7 2 2 4 4 7 11

1999 7 15 22 4 4 8 3 5 8 6 11 17

160 2000 9 13 22 4 4 8 6 11 17 6 10 16

JML 23 41 64 11 12 23 11 18 29 16 28 44

(39)

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk mencari penyebab dan solusi perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian pada mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, adalah metode penelitian eksploratif (penjajagan), yaitu: "metode yang dilakukan untuk mengetahui sebab musabab terjadinya sesuatu."3 Atau, metode

penelitian yang bertujuan untuk lebih mengenal/memperoleh pandangan baru tentang suatu gejala, yang seringkali dapat merumuskan masalah penelitian dengan lebih tepat, atau untuk dapat merumuskan hipotesis, dan tekanan utamanya adalah untuk menemukan ide (gagasan) atau pandangan.4 Singkatnya, "metode yang

bertujuan untuk menemukan titik tolak yang kemudian dirumuskan sebagai hipotesis."5

Penelitian eksploratif ini, bersifat terbuka, masih mencari-cari. Pengetahuan peneliti tentang masalah yang akan diteliti masih terlalu tipis untuk dapat melakukan studi deskriptif. 6

Untuk data yang obyektif, penulis menggunakan beberapa penelitian, yaitu: 1. Penelitian kepustakaan (Library research), yaitu: penelitian yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

"

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek,__(Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Get. Ke-10, h. 8

4

lrawan Soehartono, Metode Penelitian Sosia/, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), Get. ke-3, h. 33

5

Jacob Vredenbergt, Pengantar Metodologi untuk llmu-ilmu Empiris, (Jakarta: Gramedia, 1985), h. 18

6

(40)

28

2. Penelitian lapangan (Field research), yaitu: penelitian untuk memperoleh data-data lapangan dengan cara penyebaran angket kepada responden (mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta) dari 4 Jurusan yaitu: PAI, PBA, Kl dan Tadris yang berasal dari angkatan 1998-2000 (duduk pada semester 4,6,8) dengan pengambilan sampel sebanyak 1 O % atau sekitar 160 responden dari jumlah populasi sebenarnya, yaitu: 1592 mahasiswa. serta wawancara langsung kepada pihak yang terkait dalam penelitian ini, ,yaitu: Drs.Rahmat selaku

Kasubag Umum Fakultas Tarbiyah, guna mendapatkan data-data yang otentik. Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Angket

Angket adalah: "sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui."7

Angket ini berisi aspek identitas serta daftar pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku menyontek, penyebab dan solusinya. Bentuk angket yang digunakan adalah angket yang bersifat tertutup Uawaban telah ditentukan atau pilihan ganda), yaitu sebanyak 10 pertanyaan.

Sedangkan teknik penyebaran angket dilakukan secara langsung dengan menggunakan teknik penarikan probability samples melalui stratifikasl random kepada 160 mahasiswa fakultas Tarbiyah atau sekitar 10 % dari jumlah populasi sebenarnya sebanyak 1592 mahasiswa, dengan perincian: mahasiswa jurusan PAI sebanyak 64 orang, jurusan PBA sebanyak 23 orang, Kl sebanyak 29 orang, dan Tadris sebanyak 44 orang. (lihat kembali tabel 3, h. 26)

'Suharsimi Arikunto, Prosedur Pene/ftian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

(41)

Angket ini disebarkan dengan cara door

to

door, artinya mahasiswa Fakultas Tarbiyah dari keempat jurusan yang dijadikan sampel penelitian ini, didatangi secara langsung. Setelah itu, penulis meminta responden untuk mengisi angket tersebut, lalu dikumpulkan kembali untuk dianalisa.

b. Wawancara

Wawancara adalah: "suatu teknik pengumpulan data dengan jalan •

mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya- jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung."8

Adapun instrumen wawancara berisi dua buah pertanyaan yang sebelumnya telah penulis buat dalam daftar pertanyaan untuk mendapatkan data-data: pertama,

mengenai gambaran teknik pelaksanaan ujian semester (UTS dan UAS) di Fakultas Tarbiyah, yang dilihat dari segi: pengawasan, tata-tertib, sanksi, pengaturan ruangan, penilaian, fungsi dan waktu pelaksanaan. kedua, gambaran umum tentang perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian semester di F akultas Tarbiyah, dengan rincian: ada/tidaknya laporan mahasiswa yang menyontek, tindak lanjut pihak Fakultas Tarbiyah mengenai mahasiswa yang tertangkap basah menyontek, kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatasinya, serta pendapat pribadi dari interviewee.

Sedangkan teknik wawancara, penulis lakukan secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada Kasubag Umum Fakulfas Tarbiyah, yaitu: Ors. Rahmat. Tentunya, setelah mengadakan janji terlebih dahulu untuk mengadakan wawancara tersebut guna melengkapi penelitian ini.

8 I. Djumhur, Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Seka/ah: Guidance dan Counseling,

(42)

30

E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data didapat dari setiap pertanyaan angket, penulis mengolah data dengan cara mengklasifikasikan data yang terdiri dari aneka ragam jawaban ke dalam kategori-kategori tertentu sesuai dengan sub-sub permasalahan yang dibuat dalam bentuk tabel. Kemudian data tersebut dianalisa dan diinterpretasikan untuk menemukan suatu struktur yang bermanfaat dalam rangka pembentukan hipotesis-hipotesis.

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik analisa data kuantitatif melalui distribusi frekwensi dengan persentasi. Adapun rumusnya:

F

P = - X 100 %, dengan ketentuan sebagai berikut: N

P = angka persentasi

F = frekwensi yang sedang dicari persentas i nya

N = number of cases Qumlah frekwensi/banyaknya individu"9

9

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994),

(43)
(44)

A. Deskripsi Hasil Penelitian

BABIV HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Pelaksanaan Ujian Semester di Fakultas Tarbiyah a. Teknik Pelaksanaan Ujian Semester (UTS dan UAS)

1). Pengawasan ujian

Baik UTS maupun UAS, pengawasannya untuk saat ini peraturannya harus dilakukan langsung oleh masing-masing dosen yang mengajar pada mata kuliah yang diujikan. Selain hal tersebut dianggap sebagai satu paket dengan perkuliahan, juga supaya kualitas pelaksanaan ujian lebih bagus, karena dosen yang bersangkutan akan mengetahui persis keadaan mahasiswa yang sesungguhnya, sedangkan bila diawasi oleh karyawan terkadang diremehkan oleh mahasiswa, terutama yang duduk di semester 4 ke atas.

Karyawan dapat dijadikan pengawas ujian hanya sebagai alternatif, yaitu bila dosen yang bersangkutan berhalangan hadir karena ada sesuatu hal. Ada pun jumlah pengawas yang ditetapkan tiap kelas yaitu sebanyak 1 ora,ng, bahkan tidak menutup kemungkinan, seorang dosen mengawas sebanyak dua kelas, untuk mata kuliah yang diujikan. Karena banyaknya jumlah peserta ujian.

2). Tata-tertib pelaksanaan ujian dan sanksi pelanggaran

Selama masa ujian berlangsung, seluruh mahasiswa fakultas Tarbiyah diwajibkan untuk mematuhi tata-tertib ujian yang berlaku, di antaranya sebagai berikut:

(45)

a) Pakaian harus sopan dan rapi (tidak boleh berkaos oblong) serta tidak boleh mengenakan sandal.

b) Hadir tepat waktu.

c) Sebelum ujian dimulai, baik buku maupun catatan, tidak diperkenankan berada di dalam kelas, melainkan harus dikumpulkan di luar kelas. Juga dilarang menanyakan jawaban

kepada sesama peserta ujian, kecuali menanyakan ketidakjelasan soal ujian, itu pun harus kepada pengawas/dosen yang bersangkutan.

d) Mahasiswa dilarang mengikuti ujian semester, bila tatap muka selama perkuliahan kurang dari 75 %. (lihat lampiran)

Bila ada peserta ujian yang melanggar tata tertib ujian, maka dikenakan sanksi berupa teguran/peringatan secara bertahap, baik secara lisan maupun tulisan, supaya keluar dari ruangan dan dilarang untuk mengikuti ujian. Namun untuk menerapkan sanksi yang telah diberlakukan, pada pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada dosen yang mengawas.

3). Pengaturan Ruang Ujian

(46)

33

4). Fungsi dan penilaian ujian

Fungsi ujian semester adalah sebagai evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan mahasiswa pada tengah dan akhir semester yang penilaiannya, sepenuhnya diserahkan kepada dosen yang bersangkutan.

5). Waktu Pelaksanaan Ujian

Waktu pelaksanaan UTS dan UAS secara umum, ketentuannya sama-sama mengikuti kalender akademik institut yang telah ditetapkan. Secara khusus, UTS dilaksanakan pada jam kuliah masing-masing. Sedangkan pelaksanaan UAS terdapat ketentuan sebagai berikut: bila jadwal kuliahnya terletak pada jam ganjil uam ke-1, 3, atau 5) maka ujiannya dilaksanakan pada minggu pertama dari waktu UAS yang telah ditetapkan kalender akademik. Bila jadwal kuliahnya terletak pada jam genap uam ke-2, 4) maka ujiannya dilaksanakan pada minggu kedua dari waktu

UAS yang telah ditetapkan pada kalender akademik. (lihat lampiran)

b. Perilaku Menyontek dalam Pelaksanaan Ujian Semester di Fakultas Tarbiyah: Kenyataan, penyebab, kendala, dan solusinya

Dalam ruang ujian, pada kenyataannya banyak dijumpai perilaku menyontek mahasiswa. Adapun laporan mengenai mahasiswa yang menyontek selama ujian

.•

semester secara khusus, terdapat pada pengawas dari dosen dan juga pada pengawas dari karyawan yang ditulis pada berita acara.

Penyebab mahasiswa yang menyontek ketika ujian, menurut Ors. Rahmat,

(47)

Bila ada mahasiswa yang tertangkap basah menyontek, maka akan ditindaklanjuti dengan pemberlakuan sanksi yang diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing dosen yang mengawas dalam ujian, dengan sanksi-sanksi baik berupa teguran, pengurangan nilai, maupun tidak diluluskan dalam mata kuliah yang diujikan (sebagai sanksi terberat)

Kendala-kendala yang dihadapi pihak Fakultas Tarbiyah dalam menangani perilaku menyontek mahasiswa, di antaranya sebagai berikut:

1) Jumlah mahasiswa terlampau banyak. Padahal, ruang オセ。ョ@ idealnya ditempati maksimal 25 - 30 orang.

2) Sistem pengawasan kurang ketat, baik pengawas dari dosen maupun pengawas dari karyawan ada yang mempunyai toleransi tinggi..

3) Sikap disiplin mahasiswa yang dari awal tidak bisa ditegakkan untuk mematuhi tata tertib, dan mental mahasiswa yang memang sudah terbiasa menyontek (tidak takut pada sanksi).

Rencana pihak Fakultas Tarbiyah selanjutnya dalam menangani perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian, yaitu dengan mencoba memperbaiki mental dan menegakkan disiplin mahasiswa melalui aturan-aturan yang telah ditetapkan dengan tidak memberikan toleransi yang berlebihan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib ujian (khususnya menyontek). 1

2. Gambaran Umum Responden

Seperti yang telah dikemukakan pada bab Ill, bahwa yang menjadi responden penelitian skripsi ini adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah JAIN Jakarta,

1

Ors. Rahmat, Ka.Subag Umum Fakultas Tarbiyah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 12 Juni

(48)

35

dari 4 jurusan, yaitu: PAI, PBA, Kl dan Tadris yang berasal dari angkatan 98, 99, 2000 (duduk pada semester 4, 6, 8).

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik probability samples secara random, yaitu pengambilan unsur sampel secara acak sebanyak 160 orang atau sekitar 10 % dari 1592 jumlah mahasiswa Fakultas Tarbiyah angkatan 1998-2000.

Mengenai gambaran tentang responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel-tabel persentasi berikut ini:

1. Jenis Kelamin responden

a. b.

Tabel4 Jenis kelamin Alternatif jawaban

Pria Wanita

Jumlah

F p

61 38,125 %

99 61,875 %

160 100 %

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel penelitian yang adalah mahasiswi, yaitu sebanyak 99 orang atau 61,875 % dan mahasiswa sebanyak 61 orang atau 38, 125 % dari 160 sampel penelitian.

[image:48.595.38.460.163.498.2]
(49)

2. Tingkat semester kuliah responden a. b. c. Tabel5 Tingkat semester Alternatif jawaban Semester4 Semester6 Semester 8 Jumlah

F p

42 26,25 % 55 I 34,375% 63 39,375% 160 100 %

Dari data di atas dapat dilihat sampel penelitian hampir merata menurut tingkat semester, yaitu: mahasiswa semester 8 sebanyak 63 orang atau 39,375 %, mahasiswa semester 6 sebanyak 55 orang atau 34,375 %, dan mahasiswa semester 4 sebanyak 42 orang atau 26,25 % dari 160 sampel penelitian.

3.Jurusan kuliah responden

a. PAI b. PBA

c. Kl

d. Tadris

Tabel6 Jurusan kuliah Alternatif jawaban

Jumlah

F p

64 40%

23 14,375 % 29 18,125 % 44 27,5% 160 100%

[image:49.595.35.456.111.562.2]
(50)

37

Sampel penelitian kebanyakan berasal dari jurusan PAI, hal tersebut wajar, karena jumlah mahasiswa jurusan PAI yang sebenamya memang paling banyak dibandingkan dengan jurusan lain.

[image:50.595.35.455.162.588.2]

4. Usia Responden

Tabel7 Usia Alternatif jawaban a. :> 20 tahun

b. 21-24 tahun

Jumlah

F p

54 33,75% 106 66,25%

160 100 %

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel penelitian berusia 21-24 tahun, yaitu sebanyak 106 orang atau 66,25 %, sedangkan yang berusia :> 20 tahun hanya sebagian kecil, yaitu sebanyak 54 orang atau 33,75 % dari 160 sampel penelitian.

5. IPK terakhir responden

Tabel8 IPK terakhir Alternatif jawaban

a. 2.00-2.50 b. 2.51-2.99 c. 3.00 ke atas

Jumlah

F p

2 1,25 %, 53 33,125 % 105 65,625 %

160 100 %

(51)

Sisanya, hanya sebagian kecil atau 2 orang atau 1,25 % yang memiliki IPK terakhir 2.00 -2.50 dari 160 sampel penelitian.

B. Penyajian Data Penelitian

Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran angket, untuk memperoleh data perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian yang ditinjau dari segi penyebab dan solusinya.

Angket ini disusun berdasarkan dimensi dan indikator dari variabel yang diteliti, yaitu: pertama, pengetahuan tentang perilaku menyontek mahasiswa dalam pelaksanaan ujian yang meliputi: pengertian menyontek, jumlah mahasiswa yang menyontek, frekwensi menyontek mahasiswa, teknik menyontek mahasiswa, berikut alasannya, dan perasaan mahasiswa ketika menyontek. Kedua, pengetahuan tentang penyebab mahasiswa menyontek ketika ujian, meliputi: penyebab internal dan eksternal mahasiswa menyontek, serta penyebab utama mahasiswa menyontek.

Ketiga, pengetahuan tentang cara mengatasi perilaku menyontek mahasiswa ketika ujian, yang meliputi: solusi dari penyebab internal dan ekstemal mahasiswa menyontek secara umum dan solusi yang tepat mengatasi penyebab secara keseluruhan.

(52)

39

pelaksanaan ujian dan 2 pertanyaan yang berkaitan dengan aspek cara mengatasi

perilaku menyontek mahasiswa dalam pelaksanaan ujian.

Pembahasan mengenai hasil angket dalam bentuk label prosentase dapat

dilihat sebagai berikut:

[image:52.595.55.428.162.564.2]

1. Pengetahuan tentang Perilaku Menyontek Tabel9

.

Pengertian menyontek dalam pelaksanaan ujian

Jawaban F

a. Proses memindahkan/ menyalin/meniru

jawaban (tulisan) dari bL1ku, teman atau 102

media lain ke dalam lembar jawaban sendiri.

b. Perbuatan yang tidak baik/jujur/sportif, 16

menyimpang dan tidak diperbolehkan dalam tata tertib ujian.

c. usaha mencari jawaban ujian melalui 1 bantuan ( catatan, teman dll.) sehingga 19

mempengaruhi jawaban yang seharusnya mumi dari diri sendiri.

d. suatu upaya agar lolos dari nilai c a tau untuk 3 mendapat nilai bagus.

e. Membuka catatan/buku dan menyalinnya ke 15

dalam kertas ujian dengan sembunyi-sembunyi

f. Usaha terakhir yang terpaksa dilakukan dalam

menjawab soal 5

Jumlah 160

p

63,75%

10 %

11,875 %

1,875%

9,375 %

·'

3,125 %

100%

(53)

mencari jawaban ujian melalui bantuan (catatan, teman, di!) sehingga mempengaruhi jawaban yang seharusnya murni dari diri sendiri. 10 % responden berpendapat menyontek adalah perbuatan yang tidak baik/jujur/sportif, menyimpang dan tidak diperbolehkan dalam tata tertib ujian. 9,375 % responden berpendapat menyontek adalah membuka buku catatan/bukw dan menyalinnya ke dalam kertas ujian dengan sembunyi-sembunyi. 3, 125 % responden berpendapat menyontek adalah usaha terakhir yang terpaksa dilakukan dalam menjawab seal. Sisanya,

1,875 % responden berpendapat menyontek adalah suatu upaya agar lolos dari nilai c atau untuk mendapat nilai bagus.

Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas Tarbiyah mengetahui apa itu menyontek dalam pelaksanaan ujian, serta mengetahui buruknya perbuatan tersebut.

Tabet 10

Jumlah mahasiswa Fakultas Tarbiyah yang menyontek ketika ujian Alternatif jawaban F p

a. sedikit 26 16,25 %

b. cukup banyak 66 41,25%

c. banyak 59 36,875 %

d. banyak sekali 9 5,625 %'

Jumlah 160 100%

Dari label di alas diketahui bahwa 41,25 % responden menyatakan cukup banyak mahasiswa fakultas Tarbiyah diperkirakan menyontek ketika ujian, 36,875 %

(54)

41

Dengan demikian, kebanyakan responden mengemukakan bahwa mahasiswa fakultas Tarbiyah, baik jurusan Kl, PAI, PBA, maupun tadris, cukup banyak yang menyontek ketika ujian.

Tabet 11

Jumlah mahasiswa sekelas yang menyontek ketika ujian Alternatif jawaban F p

a. sedikit 58 36,25 %

.

b. cukup banyak 62 38,75 %

c. banyak 34 21,25%

I

d. banyak sekali 6 3,75 %

Jumlah 160 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa 38,75 % responden menyatakan cukup banyak mahasiswa sekelasnya diperkirakan menyontek. 36,25% responden menyatakan sedikit. 21,25 % responden menyatakan banyak. Sisanya hanya 3,75 % responden yang menyatakan banyak sekali mahasiswa sekelasnya yang menyontek ketika ujian.

[image:54.595.36.457.147.478.2]

Dengan demikian kebanyakan responden mengemukakan bahwa mahasiswa sekelasnya pun hampir sebagian menyontek ketika ujian.

Tabel12

Tingkat keseringan mahasiswa menyontek ketika ujian

·'

Altematif Jawaban F p

a. tidak pernah 0 0%

b. hampir tidak pernah 36 22,5%

c. jarang 92 53%

d. cukup sering 23 14,375 %

e. hampir sering 6 3,75 %

f. selalu 3 1,875 %

(55)

Dari tabel di atas diketahui bahwa 57,5 % responden menyatakan mereka jarang menyontek. Biasanya mereka menyontek bila dalam keadaan terdesak/keterpaksaan. Seperti, karena soal sulit atau tidak tahu jawabannya sama sekali. 22,5 % responden menyatakan mereka hampir tidak pernah menyontek. Biasanya mereka menyontek juga bila dalam keadaan terjepit atau hanya lupa sedikit jawabannya. 14,375 % responden menyatakan mereka cukup sering menyontek. !tu disebabkan mereka telah terbiasa mengandalkan jawaban hasil contekan dan tidak percaya terhadap jawaban sendiri. Sedangkan yang menjawab hampir sering menyontek 3,75 % dan selalu menyontek 1,875 %. Hal tersebut disebabkan menyontek telah mereka jadikan kebiasaan buruk dari masa sekolah hingga terbawa sampai mereka duduk di bangku kuliah dan sulit dilepaskan. Sisanya,

o

% responden yang menyatakan tidak pemah menyontek ketika ujian sama sekali.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh responden atau 100 %

(56)

43

Tabel 13

Teknik menyontek yang paling sering digunakan mahasiswa

Jawaban F p

a. menanyakan jawaban ujian langsung kepada 73 45,625 %

teman

b. bekerjasama dengan dua/lebih teman dalam 10 6,25 % mengerjakan soal ujian selama ujian

berlangsung

c. melirik lembar jawaban ujian teman

.

29 18,125 % d. membuka buku/ catatan saat ujian 20 12,5 % e. membuat dan menggunakan kertas catatan 6 3, 75% f. menyalin jawaban teman dengan 19 11,875 %

sepengetahuan mereka

g. memilih posisi duduk yang baik sebelum ujian 3 1,875 %

'

agar dapat kemudahan untuk menyontek

Jumlah 160 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa 45,625 % responden menyatakan teknik menyontek yang paling sering mereka gunakan adalah menanyakan jawaban ujian langsung kepada teman. 18,125 % responden masing-masing menyatakan melirik lembar jawaban ujian teman. 12,5 % responden menyatakan membuka buku/catatan saat ujian. 11,875 % responden menyatakan menyalin jaVfaban teman

[image:56.595.47.447.118.501.2]
(57)

Dengan demikian ada 7 teknik menyontek yang paling sering digunakan

mahasiswa fakultas Tarbiyah pada saat ujian, dan hampir sebagian menggunakan

teknik menyontek yang sangat sederhana, yaitu: menanyakan jawaban ujian

[image:57.595.36.455.149.485.2]

langsung kepada teman.

Tabel 14

Alasan mahasiswa menggunakan t

Gambar

Tabel 1 Variasi Nilai
Jenis Tabel4 kelamin
Tingkat Tabel5 semester
Tabel7 Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Probabilitas suatu peristiwa yang terdiri dari sekelompok peristiwa yang mutually exclusive dalam suatu set (sample space) merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing

114 tegangan yang dipasang pada rangkaian photodioda. Karena tegangan yang dihasilkan pada keluaran sangat kecil maka diberikan rangkaian penguatan differensial dan penguatan non

melaksanakan proses pembelajaran memiliki skor rata-rata 111,87 dan tergolong dalam kategori sangat baik, (2) kinerja guru sesudah bersertifikasi dalam melaksanakan

Dalam beberapa kasus, menjadi social entrepreneur dalam konteks ini mengabdi sebagai volunteer atau amil lembaga zakat belumlah menjadi pilihan utama sebagian

Biasanya tanah-tanah di daerah asal yang dimiliki oleh para transmigran adalah tanah-tanah yang sempit yang kurang lebih 2 hektar di mana tanah-tanah tersebut merupakan hasil

Berdasarkan Undang-Undang Tentang Sistem Keolahragaan Nasional (2005) dalam BAB I Ketentuan Umum pasal 1 menjelaskan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang

a. telah mempunyai dokumen perencanaan yang mengangkut gambaran lokasi, kapasitas, dan layout lokasi kegiatan. tersedianya lahan untuk kegiatan pembangunan pembangkit

tersusun dan terprogram setiap rencana kerja dalam suatu bentuk Rencana Stratejik (Renstra) dengan berbasis kinerja yang merupakan pedoman pelaksanaan Tupoksi, sehingga