• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DENGAN FILIPINA TERKAIT ISU TERORISME TAHUN 2001 – 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DENGAN FILIPINA TERKAIT ISU TERORISME TAHUN 2001 – 2004"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Banyak isu yang terjadi di dunia internasional yang memicu setiap Negara untuk mengeluarkan kebijakan sebagai wujud respon terhadap isu tersebut. Salah satu isu yang menggemparkan dunia internasional adalah isu terorisme dimana telah dianggap berhasil membuat setiap Negara membuat kebijakan baik dalam maupun luar negeri. Terorisme menjadi penting sejak terjadinya peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat. Seruan-seruan anti-terorisme pun di serukan oleh Presiden Amerika Serikat ketika itu, George. W. Bush. Isu terorisme ini mulai mempengaruhi negara-negara di Asia Tenggara karena tuduhan dunia internasional bahwa pelaku terorisme dalam peristiwa 11 September 2001 itu merupakan kelompok-kelompok ekstrimis Islam dan kawasan Asia Tenggara termasuk salah satu kawasan yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

(2)

Keadaan seperti ini membuat masing-masing Negara segera mengambil kebijakan untuk mengatasi aksi terorisme yang semakin meluas. Indonesia dan Filipina juga memerlukan bantuan dari Negara lain dalam mengatasi isu terorisme ini. Oleh karena itu, kedua Negara tersebut membuat kebijakan luar negeri dimana kebijakan tersebut sebagai wujud respon terhadap kebijakan terorisme global keluaran Amerika. Dalam merespon kebijakan tersebut, kebijakan luar negeri Indonesia dan Filipina lebih mengarah dalam bentuk kerjasama internasional, baik dengan Negara lain terutama dengan Amerika maupun dengan organisasi regional seperti ASEAN. Dalam hubungan Indonesia dan Filipina dengan Amerika, tercatat mereka telah melakukan beberapa kerjasama guna merespon isu terorisme global tersebut.

Di Indonesia pada tahun 2005 telah melakukan kerjasama dengan AS, Bush menyetujui partisipasi Indonesia dalam Military Education and Training (IMET)1. Hal ini dikarenakan Indonesia menjadi negara yang menurut AS berperan dalam pemberantasan terorisme global dengan ditemukannya jaringan Al Qaedah yaitu Jama’ah Islamiyah yang telah melakukan berbagai aksi terorisme di Indonesia. Kemudian diteruskan dengan keputusannya Bush pada Mei 2005 untuk mengaktifkan kembali non-lethal Foreign Military Sales (FMS)2 di Indonesia dan

1

Program yang menyediakan dana bagi anggota militer asing untuk menerima pelatihan militer AS yang didanai oleh anggaran Operasi Luar Negeri AS.

2

(3)

November 2005 diputuskan juga untuk membatasi Foreign Military Financing (FMF)3 karena kekhawatiran akan keamanan nasional AS.4

Kemudian di Filipina, Pemerintahan Bush mendukung kebijakan pemerintah Filiphina dalam menerapkan militer untuk menekan kelompok terorisme Abu Sayyaf dan mencari penyelesaian yang di negosiasikan dengan MILF. Pada tahun 2002, AS memasukkan 1.300 pasukan ke Filiphina Selatan untuk membantu Filiphina dalam Operasi melawan Abu Sayyaf di Pulau Brasilian daya Mindanao.5

Kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Filipina dengan Negara lain khususnya AS merupakan bentuk kebijakan luar negeri mereka sebagai respon atas isu terorisme global. Namun dalam pembuatan kebijakan luar negeri tersebut terdapat proses yang melibatkan “aktor-aktor” didalam Negara itu sendiri. Aktor -aktor tersebut menjadi f-aktor utama dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri. Dalam penelitian ini dimaksud untuk membandingkan proses pembuatan kebijakan luar negeri ke dua Negara tesebut.

Dalam melakukan sebuah perbandingan tentu terlebih dahulu melihat persamaan dari kedua Negara ini. Indonesia dan Filipina adalah sebuah Negara berkembang yang terletak di satu kawasan yaitu Asia Tenggara. Pada saat munculnya isu ini, kedua Negara ini sama-sama dipimpin oleh seorang pemimpin

3

Bantuan yang diberikan pada negara-negara yang memenuhi syarat untuk membeli senjata, melakukan pelatihan, artikel pertahanan dan jasa lainnya dari Amerika Serikat, dan didanai oleh anggaran Operasi Luar Negeri AS

4

U.S. Arms Exports and Military Assistance in the “Global War on Terror” 25 Country Profiles, 2007. Center Of Defense Information. http://www.cdi.org/PDFs/Export%20Trends%20Full.pdf

5

Winda Kusuma Wardani Roni, E. “Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap

Terorisme Di Asia Tenggara”, (13107042), Hubungan Internasional, Universitas

(4)

wanita, yaitu Megawati dan Arroyo. Dalam menghadapi isu terorisme ini, kedua Negara secara langsung merespon kebijakan terorisme global keluaran AS dengan melakukan berbagai kerjasama untuk mengatasi masalah terorisme. Kerjasama yang dilakukan kedua Negara pun sama di tingkat regional. Hal ini dikarenakan kedua Negara sama-sama Negara anggota ASEAN sehingga membuat mereka mengikuti dan menandatangani kerjasama dan segala bentuk perjanjian serta deklarasi yang dikeluarkan ASEAN.

Selain itu kedua Negara juga memiliki anggapan kalau isu terorisme ini mengganggu keamanan nasional dan kawasan bahkan menjadi sebuah ancaman tersendiri. Anggapan tersebut muncul dikarenakan didalam Negara masing-masing, isu terorisme sudah tidak asing lagi, bahkan aksi-aksi terorisme semakin banyak terjadi pasca tragedi 9/11. Dengan begitu, kedua Negara ini segera membuat kebijakan luar negeri guna membantu mengurangi tingkat aksi terorisme didalam maupun luar negeri.

(5)

tersebut menjadi indikator dalam membandingkan kebijakan luar negeri kedua Negara tersebut.

Indikator berikutnya ialah lembaga pemerintahan yang meliputi badan eksekutif dan legislatif. Didalam kriteria yang kedua ini juga akan dijelaskan tentang rezim yang berkuasa pada masa itu dimana mencakup pula penjelasan tentang kriteria dari masing-masing rezim di Indonesia dan Filipina. Seperti yang diketahui bahwa kriteria kepemimpinan dari tiap pemimpin suatu Negara dengan Negara lain pasti berbeda meskipun terkadang tujuan dari kebijakan yang diambil sama. Hal ini dikarenakan faktor dari watak serta sudut pandang dari tiap-tiap pemimpin berbeda sehingga hal ini pula yang dapat mempengaruhi proses pengambilan kebijakan luar negeri suatu Negara. Kemudian indikator yang ketiga adalah media massa dimana hal tersebut sangat berpengaruh dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri Indonesia dengan Filipina karena pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh pemimpin Negara juga melihat respon yang diterima nantinya oleh media massa, apakah mendukung atau malah sebaliknya.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan kebijakan luar negeri Indonesia dengan Filipina terkait isu terorisme tahun 2001-2004 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan dari kebijakan luar negeri dari kedua pemimpin negara ini dan hal-hal yang melatarbelakangi dalam proses pembuatan kebijakan tersebut.

1.4 Penelitian Terdahulu

Terkait judul yang diangkat dalam penelitian ini yaitu Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dengan Filipina Terkait Isu Terorisme Tahun 2001-2004, peneliti melakukan penelitian terdahulu yang berjudul Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Terorisme Di Asia Tenggara. penelitian ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat bersikap tegas dalam menghadapi terorisme khususnya di kawasan Asia Tenggara. Terbukti dengan diberlakukannya Undang-Undang baru yaitu Patriot Act 2001 yang berisi menentang terorisme dan berbagai kegiatan yang mendukungnya.

(7)

dengan beberapa negara di Kawasan Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Filiphina, dan Thailand.6

Di dalam penelitian yang menjadi aktor adalah Amerika dimana menekankan lebih kepada kebijakan luar negerinya dan prospek kebijakan tersebut di kawasan Asia Tenggara. Meskipun sama-sama membahas tentang isu terorisme, berbeda dengan penelitian yang penulis angkat yaitu aktor yang diteliti adalah Indonesia dan Filipina yang kemudian di bandingkan kebijakan luar negeri kedua Negara tersebut.

Selain itu, peneliti juga melakukan penelitian terdahulu yang kedua dengan judul Dampak Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat terhadap Stabilitas Keamanan di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan Indonesia dan Amerika Serikat memberikan dampak yang positif bagi Indonesia terutama dalam kerjasama di bidang keamanan. Hal tersebut dilihat dari peluang kerjasama yang dimiliki antara kedua negara, yang memiliki tujuan yang sama terutama dalam memerangi terorisme. Selain itu, adanya komitmen antara keduanya untuk melakukan kerjasama bilateral yang lebih intensif dengan mengadakan pelatihan-pelatihan bersama kedua angkatan bersenjata dari masing-masing negara.

Perbedaan ideologi serta pendapat dari masyarakat kedua negara adalah tantangan yang harus dihadapi dalam kerjasama Indonesia dan Amerika Serikat. Adapun faktor penghambat dan pendorong dalam kerjasama Indonesia dan Amerika Serikat ini tidak menjadikan suatu penghalang bagi keduanya, oleh

6

(8)

karena terus diadakannya kerjasama bilateral terutama dalam bidang keamanan yang dapat saling menguntungkan kedua pihak.

Dari penelitian diatas jelas sekali perbedaannya dengan penelitian yang di angkat penulis. Dalam penelitian diatas lebih menjelaskan terorisme sebagai ancaman keamanan Indonesia sehingga membentuk kerjasama, sedangkan di penelitian ini lebih kearah isu terorisme itu melahirkan kebijakan luar negeri dan membandingkan proses pembuatan kebijakan tersebut dengan Negara lain.

1.5 Landasan Konsep

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri merupakan instrumen kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah suatu negara berdaulat untuk menjalin hubungan dengan aktor-aktor lain dalam politik dunia demi mencapai tujuan nasionalnya7. Ada beberapa definisi mengenai konsep kebijakan luar negeri dari para pakar internasional. Mark R. Amstutz mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai:

”Explicit and implicit actions of governmental officials designed to

promote national interest beyond a country’s territorial boundaries.8”

Dalam definisi ini ada tiga tekanan utama yaitu tindakan atau kebijakan pemerintah, pencapaian kepentingan nasional dan jangkauan kebijakan luar negeri yang melewati batas kewilayahan suatu negara. Dengan demikian semua kebijakan pemerintah yang membawa dampak bagi aktor-aktor lain di

7

Jermadu, Prof. Alexis, Ph.D. Politik Global dalam Teori dan Praktek. Graha Ilmu : 2008. Yogyakarta.

8

(9)

luar batas wilayahnya secara konseptual merupakan bagian dari pengertian kebijakan luar negeri. Definisi lain diberikan oleh Kegley dan Wittkopf menekankan kebijakan luar negeri sebagai:

”The decisions governing authorities make to realize international goals.9”

Selanjutnya kedua penulis tersebut juga menekankan bahwa studi kebijakan luar negeri harus memperhatikan nilai-nilai yang mendasari perumusan tujuan suatu negara serta alat yang digunakannya untuk mencapai tujuan tersebut. Kemudian menurut Howard Lentner pengertian kebijakan luar negeri harus mencakup tiga elemen dasar dari setiap kebijakan yaitu penentuan tujuan yang hendak dicapai, pengerahan sumberdaya atau instrumen untuk mencapai tujuan tersebut, dan pelaksanaan dari kebijakan yang terdiri dari rangkaian tindakan dengan secara aktual menggunakan sumberdaya yang sudah ditetapkan10.

James N. Rosenau juga menguraikan konsep kebijakan luar negeri namun ke dalam tiga pengertian yang berbeda baik substansi maupun cakupannya. Pada tingkat pertama kebijakan luar negeri dipahami sebagai seperangkat prinsip atau orientasi umum yang menjadi dasar pelaksanaan hubungan luar negeri suatu negara. Kebijakan luar negeri juga bisa diartikan sebagai seperangkat rencana dan komitmen yang menjadi pedoman bagi perilaku pemerintah dalam berhubungan dengan aktor-aktor lain dilingkungan

9

Kegley Jr.,Charles W dan Eugene R. Wittkopf. World politics: Trends and Transformation, Belmont: Wadsworth,2003. Ibid. hal, 62

10

(10)

eksternal. Akhirnya rencana dan komitmen tersebut diterjemahkan ke dalam langkah atau tindakan yang nyata berupa mobilisasi sumberdaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu efek dalam pencapaian tujuan.11

Dari berbagai definisi yang dikemukakan diatas terlihat bahwa yang menjadi acuan adalah perilaku atau tindakan negara yang membawa dampak eksternal atau mempengaruhi aktor-aktor lain dalam lingkungan eksternal.

Dalam penelitian ini jelas bahwa isu terorisme yang di ambil berhasil membuat pemerintah Indonesia dan Filipina segera mengeluarkan kebijakan luar negeri guna merespon isu internasional tersebut. Selain itu kebijakan luar negeri yang dikeluarkan kedua negara tersebut juga membawa dampak bagi negara lain khususnya dikawasan asia tenggara dimana seperti kebijakan luar negeri AS terkait isu terorisme ini yang membawa dampak bagi negara-negara lain termasuk Indonesia dan Filipina.

1.5.1.1 Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri

Dalam tulisan ini peneliti memfokuskan pembahasan pada kajian studi komparativ dengan fokus pada proses pembuatan kebijakan luar negeri. Menurut Kenneth W. Thompson dan Roy Macridis dalam The Comparative Study Of Foreign Policy, proses pembuatan kebijakan luar negeri merupakan salah satu faktor signifikan di dalam studi tentang kebijakan luar negeri. Dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri, informasi merupakan hal yang penting guna meminimalisir adanya ketegangan yang mungkin timbul

11

(11)

akibat salahnya informasi yang diterima. Untuk menghubungkan antara informasi dan proses pembuatan kebijakan atau perumusan tujuan, terdapat hal-hal yang harus mempertimbangkan; a.) Adanya informasi yang tersedia untuk pengambilan keputusan dan para elit pemerintahan, b.) Informasi dapat berupa sumber konflik di antara elite, c.) Memiliki informasi merupakan sebagai sumber kekuasaan dan pengaruh di antara elit politik tertentu atau pengambil keputusan, d.) Cara menanggapi informasi yang ada, e.) Permasalahan serius yang didapat dari perbedaan antara informasi yang tersedia untuk umum dan yang tersedia untuk pembuatan berbagai kebijakan publik serta kelompok kepemimpinan.12

Jelas terlihat didalam penelitian ini bahwa Indonesia dan Filipina mengeluarkan kebijakan luar negerinya tentu melalui proses dimana hal apapun menjadi faktor penentu termasuk arus informasi didalam proses pembuatan kebijakan luar negeri.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Tipe Penelitian

Penulisan ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dalam menjelaskan permasalahan yang sedang dibahas. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjabarkan permasalahan yang ada dan mendekripsikannya. Maka dari itu, penulis ingin menjabarkan dan

12

(12)

mendeskripsikan lebih detail tentang kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kedua Negara dan membedakan proses dari pengambilan kebijakan luar negeri kedua Negara ini dengan melihat faktor didalam proses tersebut.

1.6.2 Tekhnik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kualitatif yang terdiri dari data sekunder yang berupa hasil analisa didapatkan melalui studi pustaka. Data Sekunder merupakan data-data yang diperoleh secara tidak langsung di lapangan. Data ini diperoleh dengan mempelajari dan memahami literatur-literatur, majalah, artikel, internet, dan karya ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis. Setelah dikumpulkan, data diseleksi dan dikelompokkan ke dalam bab-bab pembahasan yang disesuaikan dengan sistematika penulisan.

1.6.3 Teknik Analisa Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik analisa kualitatif dimana lebih melihat persoalan dan berusaha mengambarkan secara lebih sederhana dan sistematis dengan teori atau konsep.

(13)

variabel dependennya yang menjadi unit analisa yaitu perbandingan proses pembuatan kebijakan luar negeri Indonesia dan Filipina.

Disini Negara berperan sebagai aktor yang akan dianalisa setiap respon yang menghasilkan sebuah kebijakan terkait isu terorisme yang telah menjadi isu global dimana telah merubah pandangan dunia internasional akan bentuk ancaman baru. Kemudian penulis akan melihat persoalan yang terjadi dan menggambarkannya secara lebih sederhana yang kemudian dianalisa dengan konsep kebijakan luar negeri, DMP dan dengan menggunakan pendekatan aktor rasional yaitu pada tingkat Negara.

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Waktu Penelitian

(14)

1.6.4.2 Batasan Materi Penelitian

Untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu jauh dari materi dalam membahas permasalahan dan keluar jalur dari tujuan penulisan yang ingin dicapai, maka penulis memberikan batasan materi penelitian yang diantaranya adalah memberikan gambaran tentang isu terorisme, respon terhadap isu tersebut dari kedua Negara, hal yang melatarbelakangi kebijakan tersebut dikeluarkan, dan kemudian membandingkannya.

1.6.5 Alur Penelitian

(15)

1.6.6 Bagan Alur Pemikiran Indonesia Kebijakan Terkait Isu Terorisme Tahun 2001-2004 Isu Terorisme -Global War On Terror -kasus terorisme di Indonesia -Kasus terorisme di Filipina Filipina Kebijakan Terkait Isu Terorisme Tahun 2001-2004 Perbedaan melalui perbandingan dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri

Indonesia Filipina

- Rasionalitas Negara (Persepsi Ancaman) - Lembaga

Pemerintahan - Media Massa

- Rasionalitas Negara (Persepsi Ancaman) - Lembaga

(16)

1.7 Sistematika Penulisan

[image:16.595.108.521.310.748.2]

Struktur penulisan dalam tulisan Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dengan Filipina Terkait Isu Terorisme Tahun 2001-2004 yaitu berisikan tentang gambaran dari isu terorisme yang kemudian difokuskan pada respon terhadap isu tersebut dari kedua Negara yang berupa kebijakan luar negeri serta proses yang melatarbelakangi pembuatan kebijakan luar negeri tersebut. Tabel Struktur Penulisan :

BAB SUB BAB

BAB I Pendahuluan

BAB II

BAB III

1.1Latar Belakang 1.2Rumusan Masalah 1.3Tujuan Penelitian 1.4Penelitian Terdahulu 1.5Landasan Konsep

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri 1.5.1.1 Proses Pembuatan

Kebijakan Luar Negeri 1.6 Metodologi penelitian

1.6.1 Tipe Penelitain

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data 1.6.3 Teknik Analisa Data 1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Waktu Penelitian 1.6.4.2 Batasan Materi Penelitian 1.6.5 Alur Penelitian

1.6.6 Bagan Alur Pemikiran 1.7 Sistematika Penulisan

Kebijakan Luar Negeri Indonesia dan Filipina Terkait Isu Terorisme Tahun 2001-2004

2.1 Global War On Terrorism

2.2 Terorisme Di Indonesia 2.3 Terorisme Di Filipina

(17)

BAB IV

Daftar Pustaka

3.1Persamaan Kedua Negara

3.2Perbedaan Dalam Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri

3.2.1 Rasionalitas Negara ( Persepsi Ancaman)

3.2.2 Lembaga Pemerintahan 3.2.3 Media Massa

(18)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh

MIA HASNIYAH

Nim: 07260002

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

viii

kepada Allah SWT yang selalu ada dalam hidupku dan telah memampukan serta memberikan kemudahan dan kelancaran, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DENGAN FILIPINA TERKAIT ISU TERORISME TAHUN 2001-2004. Skripsi ini penulis susun dengan latar belakang munculnya isu terorisme global pasca kejadian 11 September 2001 yang membuat presiden AS G.W. Bush mengeluarkan kebijakan global bagi dunia internasional untuk merespon dengan membuat kebijakan luar negeri terkait isu tersebut. Adapun dampak isu terorisme tersebut sangat besar di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia dan Filipina. Oleh karena itu kedua Negara tersebut mengeluarkan kebijakan luar negerinya. Dalam hal ini yang menjadi fokus penulisan penulis adalah proses pembuatan kebijakan luar negeri tersebut yang kemudian akan semakin menarik untuk dibahas dengan membandingkan proses pebuatannya antara Indonesia dengan Filipina.

Dalam tulisan ini masih terdapat banyak sekali kekurangan yang perlu disempurnakan, sehingga penulis mengharapkan masukan dari pembaca. Untuk itu, lebih dan kurang jelasnya pembahasan dalam penelitian ini, penulis sampaikan permohonan maaf.

Dengan selesainya tulisan ini maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang selalu ada di setiap urusan hidupku, terima kasih dan syukur Alhamdulillah yang tiada henti ku panjat pada-Nya

2. Kedua orang tua, saudara, keluarga yang telah memberikan semangat, dukungan moril maupun materil terutama kekuatan do’a yang tiada henti. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini

(24)
(25)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...v

ABSTRAKSI ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Penelitian Terdahulu ...6

1.5 Landasan Konsep ...8

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri ...8

1.5.1.1 Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri ...10

1.6 Metodelogi Penelitian ...11

1.6.1 Tipe Penelitian ...11

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ...12

1.6.3 Teknik Analisa Data ...12

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian ...13

1.6.4.1 Batasan Waktu Penelitian 13 1.6.4.2 Batasan Materi Penelitian 14 1.6.5 Alur Penelitian 14 1.6.6 Bagan Alur Penelitian 15 1.7 Sistematika Penulisan ...16

BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DAN FILIPINA TERKAIT ISU TERORISME TAHUN 2001-2004 ...18

2.1 Global War On Terrorism ...18

2.2 Terorisme Di Indonesia ...20

(26)

xi

3.2.1 Rasionalitas Negara ( Persepsi Ancaman ) ……….42

3.2.2 Lembaga Pemerintahan ………57

3.2.3 Media Massa ………64

BAB IV PENUTUP ...71

4.1 Kesimpulan dan Saran...71

(27)

xii

Tabel 2: Peta Konflik Politik Global Peradaban Hindu, Islam, dan Barat ...52

Tabel 3: UK Box Office Weekend 12 February-14 February 2010...65

Tabel 4: Hasil pendapatan Film My Name is Khan di beberapa negara ...69

Tabel 5: Peta Konflik Hindu, Islam, dan Barat dalam film My Name is Khan ...73

(28)

Aditama.

Mardenis, dr. SH.M.Si. 2011. Pemberantasan Terorisme: Politik Internasional Dan Politik Hukum Internasional. Jakarta: Rajawali Pers.

Jermadu, Prof. Alexis, Ph.D. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu

Roy C. Macridis, “Foreign Policy In World Politics: 5th Edition”, 1976. Prentice

-Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

William D. Coplin. 1992. Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah Teoritis. Bandung: Sinar Baru

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Dan Metodologi. Jakarta: LP3ES

Pickles, Dorothy. 2001. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta

Bandyopadhyaya, J. 2004. A General Theory of Foreign Policy. Allied Publisher Private Limited

Internet:

Rizal sukma, Keamanan Internasional Pasca 11 September:Terorisme, Hegemoni AS dan Implikasi regional,CSIS Jakarta. http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Keamanan%20Intl%20-%20rizal%20sukma.pdf., diakses pada 2 November 2011

Rensselaer Lee and Raphael Perl. “Terorism, the Future, and US Foreign Policy”. CRS Issue Brief for Congress, 2002. http://www.fas.org/irp/crs/IB95112.pdf., diakses pada 2 November 2011

(29)

www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/134135, diakses 2 November 2011 The National Strategy For Combating Terrorism (NSCT), USAWC Strategy

Research Project, 2003.

http://www.dtic.mil/cgibin/GetTRDoc?AD=ADA424117/pdf.,Diakses 2 November 2011

Sheldon W. Simon, “Southeast Asia and the U.S. War on Terrorism”, laporan untuk pertemuan ke-23 Simposium Pasifik, National Defense University, Washington D.C, 21-22 Feburai 2002, hal. 27

http://www.nbr.org/publications/analysis/pdf.,

Joseph Gerson, “The East Asian Front of World War III”, Desember 2001/Januari 2002, http://www.afsc.org/pwork/0112/011214.htm/pdf., diakses pada 2 November 2011

Ewit Soetriadi, “Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme dengan Hukum Pidana”, Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2008. www.eprints.undip.ac.id/17291/.../EWIT_SOETRIADI Asep Adisaputra , “Korban Kejahatan Terorisme; Ketika Negara kurang

Berperan”, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Departemen Kriminologi,

Program Pasca Sarjana, UI Depok, 2008.

www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/119259/pdf., diakses pada 2 November 2011

Terrorism in Southeast Asia. Bruce Vaughn, Coordinator,et.al. : Specialist in Asian Affairs. October 16, 2009. Congressional Research Service. www.crs.gov/pdf., diakses pada 2 November 2011

(30)

www.fas.org/irp/world/para/manalo/pdf., diakses pada 31 Desember 2011 CRS Report RL33233, The Republic of the Philippines: Background and U.S.

Relations, by Thomas Lum and Larry A. Niksch; and CRS Report RL31265, Abu Sayyaf: Target of Philippine-U.S. Anti-Terrorism Cooperation, by Larry A. Niksch. www.fas.org/sgp/crs/row/RL33233/pdf., diakses pada 31 Desember 2011

CRS Report RL31265, Abu Sayyaf: Target of Philippine-U.S. Anti-Terrorism Cooperation, by Larry A. Niksch. 2002.

www.fas.org/sgp/crs/row/RL33233/pdf., diakses pada 31 Desember 2011 ICG Asia Report N°80,Southern Philippines Backgrounder: Terorism and the

Peace Process. 13 July 2004. www.crisisgroup.org/pdf., diakses pada 31 Desember 2011

ASEAN Documents On Combatting Transnatiomal Crime and Terrorism, A Compilation of ASEAN Declarations, Joint Declarations, and Statements on

Combating Transnational Crime and Terrorism.

www.aseansec.org/documents/DocSeriesOnTC/pdf.,diakses pada 31 Desember 2011

Colonel Victor A. Felix, “Philippine – Us Security Relations: Challenges And Opportunities After The 9/11”. USAWC STRATEGY RESEARCH PROJECT,2005. www.dtic.mil/cgi-bin/GetTRDoc?AD=ADA431897/pdf., http://icweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/philippines/pdf., diakses pada 31 Desember

2011, hal, 24

http://icweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/indonesia/pdf., diakses pada 31 Desember 2011, hal, 20

(31)

15/Default.aspx/pdf., diakses pada 31 Desember 2011

http://www.rsis-ntsasia.org/resources/publications/research-papers/transnational-crime/Neal%20Imperial/pdf., diakses pada 31 Desember 2011

Pemantapan Politik Luar negeri dan Peningkatan Kerjasama Internasional”, www.bappenas.go.id/get-file-server/node/3329/pdf., diakses pada 2 November 2011

Poetranto, Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=19&mnorutisi=7/pdf., diakses 21 November 2011

Rommel C. Banlaoi, “The Role of Philippine-American Relations in the Global Campaign Against Terrorism: Implications for Regional Security,” Singapore: Contemporary Southeast Asia.

www.dtic.mil/cgi-bin/GetTRDoc?AD=ADA424307/pdf., diakses pada 2 November 2011

Sekretariat Jendral Dewan Ketahanan Nasional, “ Keamanan Nasional: Sebuah Konsep dan Sistem Keamanan Bagi Bangsa Indonesia”, http://www.dkn.go.id/wantannas/images/stories/Buku%20Kamnas%20wantan nas.pdf diakses pada 31 Desember 2011

Dr. Asaf Maliach, ICT. “Islamic Terrorism in the Philippines: An Updated Perspective”,http://www.ict.org.il/Articles/tabid/66/Articlsid/214/currentpage/ 15/Default.aspx, diakses pada 25 Februari 2012

(32)

http://unikom.ac.id/jbptunikompp-gdl-fuqohanim4-22706-8-k-bab-v.pdf, diakses pada 1 maret 2012

Kokaew Wongphan, Development And Problems Of The Local Media In The PhilippinesAndIndnesia.

http://www.apimal.org/blogcms/media/13/File/Kokaew.pdf. hal, 415, diakses pada 1 Maret 2012

Gambar

Tabel Struktur Penulisan :

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Kurs, Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS, dan indeks produksi industri IPI adalah beberapa variabel makroekonomi

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 54 Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 6A Tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Pasar Resik Kota Tasikmalaya,

Kegiatan pembinaan keagamaan yang selama ini telah dan sedang dilakukan terhadap para Narapidana dan Tahanan di LP Kuningan ini agar terus lebih ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya,

Sedangkan harta tetap adalah barang – barang yang dimiliki tetapi tidak untuk diperdagangkan, seperti aktiva tetap tidak dibebankan zakat. Akan tetapi untuk aktiva

It may be implemented by investing in environmental friendly sectors, keeping the balancing of exploitation, waste recycling, increased social costs as well as other

[r]

Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis pertama, perhitungan regresi linier berganda untuk pengujian hipotesis pertama yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

Proses Pelaksanaan RitualMemburu Giok di Kawasan Pegunungan Singgah Mata Berikut ini adalah uraian tentang proses pelaksanaan ritual memburu giok di kawasan Pegunungan