• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI TERMODINAMIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI TERMODINAMIKA"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI TERMODINAMIKA

Oleh Dimas Permadi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI TERMODINAMIKA

Oleh Dimas Permadi

Pemahaman siswa mengenai materi bukan hanya pada satu representasi, melainkan dalam banyak representasi. Selain itu, pada dasarnya setiap individu siswa memiliki karakter dan cara belajar yang berbeda yang mempengaruhi siswa untuk dapat memahami suatu materi. Dalam penelitian pengembangan ini dibuat modul yang menampilkan materi dalam banyak bentuk yang dapat disebut modul berbasis multi representasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan modul multi representasi dengan materi termodinamika yang ditujukan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tumijajar sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Penelitian pengembangan ini menggunakan metode penelitian yang diadaptasi dari Sugiyono dan prosedur pengembangan media pembelajaran Sadiman dkk. Prosedur pengembangan modul ini meliputi: identifikasi kebutuhan, merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan butir materi, menyusun alat pengukur keberhasilan, menyusun naskah media,

(3)

lapangan, uji satu lawan satu dilakukan terhadap 2 orang siswa dan uji lapangan dilakukan terhadap 25 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tumijajar. Dari hasil uji coba dapat disimpulkan bahwa modul multi representasi materi termodinamika memiliki kualitas menarik, memudahkan, dan bermanfaat. Selain itu, dari hasil uji efektivitas menyatakan modul ini efektif digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah modul berbasis multi representasi pada materi termodinamika. Modul ini menyajikan banyak representasi dengan susunan penyajian diawali dengan gambar ilustrasi atau grafik, dilanjutkan representasi verbal, persamaan matematika, verbal, dan analogi.

Kata kunci: modul, multi representasi, penelitian pengembangan, dan termodinamika.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan ... 5

B. Modul ... 7

C. Multi Representasi ... 17

D. Termodinamika ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 37

B. Prosedur Pengembangan ... 38

1. Identifikasi Kebutuhan Siswa ... 39

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ... 39

3. Merumuskan Butir-Butir Materi ... 40

(8)

xiv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan ... 65

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 70

12. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ... 156

13. Soal Uji Efektivitas ... 164

14. Hasil Uji Ahli Materi ... 170

15. Hasil Uji Validasi Isi Soal... 177

16. Hasil Uji Ahli Desain ... 181

(9)
(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan hal utama yang harus dilakukan seseorang untuk memperoleh ilmu atau wawasan baru. Ini juga berlaku bagi siswa sekolah yang ingin mendapatkan ilmu dan pemahaman lebih dari apa yang diberikan oleh guru di dalam kelas, akan tetapi sekarang siswa mulai merasa bosan untuk membaca. Selain itu ilmu atau wawasan dapat diperoleh karena adanya media yang mendukung, faktor eksternal ini dapat dalam bentuk apa saja, contohnya saja modul. Modul adalah salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa dan sebagai sumber materi atau panduan mengajar bagi seorang guru.

Pemahaman siswa mengenai materi bukan hanya pada satu representasi, melainkan dalam banyak representasi yang dapat diperoleh dari percobaan atau pun buku-buku yang tersedia. Ini tidak sesuai dengan apa yang diperoleh di sekolah, siswa belum memahami materi dalam banyak representasi

(11)

2 peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar manusia, yang jelas sekali memiliki banyak representasi. Selain itu, pada dasarnya setiap individu siswa memiliki karakter dan cara belajar yang berbeda yang mempengaruhi kecepatan siswa untuk dapat memahami suatu materi, contohnya jika seorang siswa lebih mudah memahami materi lewat visual atau gambar, tetapi guru menjelaskan menggunakan verbal atau persamaan matematis, maka jelas siswa tersebut akan mengalami kesulitan untuk memahami materi yang dijelaskan, untuk mengatasi permasalahan di atas, siswa dapat belajar melalui modul yang dirancang khusus untuk mengembangkan multi representasi.

Berdasarkan hasil observasi di SMAN 1 Tumijajar menggunakan angket untuk mengungkap kebutuhan siswa, didapat total skor 112 dari skor maksimal 147 (kategori diperlukan). Banyak hal yang menjadi alasannya, salah satunya sesuai dengan hasil analisis kebutuhan yang diketahui 80,05% siswa menyatakan belum adanya sumber belajar yang dapat mereka gunakan secara mandiri selain buku ajar.

(12)

3 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

pengembangan ini adalah dibutuhkan modul berbasis multi representasi pada materi termodinamika sebagai media pembelajaran konsep termodinamika.

C. Tujuan Penelitaian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan suatu modul berbasis multi representasi dengan materi termodinamika sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah:

a. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam kekurangan media belajar di SMA/ MA khususnya pada materi termodinamika.

b. Tersedianya sumber belajar bagi siswa yang dapat digunakan secara mandiri atau kelompok dalam proses pembelajaran.

c. Memberikan motivasi kepada guru untuk lebih terampil dan kreatif dalam menggunakan dan mengembangkan media pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah:

(13)

4 b. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan modul berbasis multi

representasi pada materi pokok termodinamika sebagai salah satu media pembelajaran

c. Multi Representasi yang disajikan meliputi ilustrasi, grafik, verbal, persamaan matematika, dan analogi.

d. Materi pokok yang disajikan dalam penelitian ini adalah materi fisika SMA/MA bab termodinamika.

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Pengembangan

1. Pengertian Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan pada awalnya hanya sering digunakan dalam dunia industri, tetapi saat ini penelitian pengembangan mulai populer dikalangan praktisi dan teoritisi pendidikan.Banyak penelitian dan pengembangan pendidikan yang dilakukan di berbagai belahan dunia. Pengertian penelitian pengembangan didefiniskan oleh Sugiyono (2010: 407),

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa

inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektivan produk tersebut.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Lasmawan (2005), penelitian pengembangan merupakan,

Salah satu jenis penelitian yang dimaksudkan untuk

pengembangan dan pengujian sebuah desain, model, produk, atau instrumen untuk kepentingan tertentu, baik yang bersifat

penguatan batang tubuh keilmuan maupun untuk penguatan sebuah produk dipangsa pasar tertentu.

(15)

6 dikembangkan digunakan tahapan-tahapan mulai dari analisis kebutuhan hingga pengujian keefektivan produk agar dapat digunakan secara luas. 2. Model-Model Penelitian Pengembangan

a. Model Sugiyono

Menurut Sugiyono (2011 : 298), langkah-langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal.

b. Model Borg and Gall

Menurut Borg dan Gall (1989: 783-795), pendekatan research and development (R & D) dalam pendidikan meliputi sepuluh langkah. Adapun langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut: (1) Research and Information, (2) Planning, (3) Develop Preliminary form of product collecting, (4) Preliminary field testing, (5) Main product revision, (6) Main field testing, (7) Operational product revision, (8) Operational field testing, (9) Final product revision, (10) Dissemination and Implementation.

c. Model Dick and Carey

(16)

7 sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran; (2) Melaksanakan analisis pembelajaran; (3)

Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa; (4) Merumuskan tujuan performansi;

(5) Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan;

(6) Mengembangkan strategi pembelajaran; (7) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran; (8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif; (9) Merevisi bahan pembelajaran; dan (10)

Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Dari tinjauan beberapa model yang disebutkan di atas, setiap model memiliki persamaan dan perbedaan, dari model-model tersebut langkah-langkah yang digunakan memiliki beberapa persamaan, meskipun kosakata yang digunakan berbeda. Ditinjau dari kebutuhan untuk mengembangkan modul (media pembelajaran) maka model penelitian pengembangan Sugiyono yang paling tepat digunakan.

B. Modul

1. Modul Sebagai Media Cetak

(17)

8 Pengertian modul menurut Asyhar (2011: 155) yaitu:

Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran karena itu modul dilengkapi dengan putunjuk untuk belajar sendiri.

Susilana dan Riyana (2007: 14) menjelaskan lebih spesifik lagi mengenai modul, yaitu:

Modul adalah suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci lembar kerja, lembar tes, dan kunci lembar tes.

Modul harus dapat meningkatkan motivasi siswa dan efektif dalam mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Untuk menghasilkan modul yang baik, maka penyusunannya harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut:

a. Self Instructional; yaitu mampu membelajarkan siswa secara mandiri. Melalui modul tersebut, seseorang atau peserta belajar mampu

membelajarkan diri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter Self Instructional, maka dalam modul harus: 1) berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;

2) berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas; 3) menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan

(18)

9 4) menampilkan soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya yang

memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya;

5) kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya; 6) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7) terdapat rangkuman materi pembelajarannya;

8) terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan pengguna diklat melakukan self assessment;

9) terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;

10) terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi; dan tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.

b. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan

kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan

(19)

10 c. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak

tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pembelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

d. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

e. User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly. Begitu pula penampilan gambar dan format penyajiannya disesuaikan dengan selera siswa.

(20)

11 Modul sebagai media cetak yang baik, penyusunan desain isi modul disesuaikan dengan standar isi dari Badan Standar Pendidikan Nasional (BSNP) sebagai berikut:

a. Tata Letak Isi

1) Tata Letak Konsisten

Dalam modul tata letak setiap unsur diusahakan tetap (konsisten), mulai dari judul, sub judul, dan jarak antar paragraf.

2) Tata Letak Harmonis

Di dalam modul setiap unsur diletakan sehingga menimbulkan keharmonisan dari tiap unsurnya. Contohnya: Bidang cetak dan marjin proporsional, teks dan ilustrasi berdekatan, dan kesesuaian bentuk, warna, dan ukuran unsur tata letak.

3) Tata Letak Lengkap

Setiap kelengkapan tata letak dalam modul dilengkapi sesuai struktur penyusunan modul.

b. Tipografi Isi

1) Tipografi Sederhana

Tipografi sederhana lebih menekankan pada penggunaan huruf yang akan digunakan, mulai dari jenis dan variasinya. Contohnya: tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf, tidak

(21)

12 2) Tipografi Mudah Dibaca

Tipografi sederhana mencakup kemudahan terbacanya isi modul yang dibuat, mulai dari ukuran, panjang baris kalimat, dan spasi baris susunan teks normal.

3) Tipografi Memudahkan Pemahaman

Tipografi disesuaikan agar tidak mengganggu peserta belajar dalam memahami isi materi, meliputi: hierarki judul-judul jelas dan konsisten, dan hierarki judul-judul proporsional.

c. Ilustrasi Isi

1) Konsep Ilustrasi Jelas

Ilustrasi yang digunakan jelas, dalam artian mampu

mengungkapkan makna/arti dari objek, bentuk yang proporsional, bentuk akurat, dan realistik.

2) Ilustrasi Menimbulkan Daya Tarik

(22)

13 Selain 2 komponen di atas, komponen berikutnya meliputi rincian

berikut:

a. Kelayakan Isi

Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut:

1)Kesesuaian dengan SK dan KD mata pelajaran dan perkembangan anak.

2)Substansi keilmuan dan life skills. 3)Wawasan untuk maju dan berkembang. 4)Keberagaman nilai-nilai sosial.

b. Kebahasaan

Komponen kebahasaan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut:

1)Keterbacaan.

2)Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3)Logika berbahasa.

2. Struktur Penulisan Modul

(23)

14 BAGIAN PEMBUKA

a. Judul

Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi yang dibahas.

b. Daftar isi

Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. c. Peta Informasi

Modul perlu menyajikan peta informasi. Pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan antara topik-topik dalam modul.

d. Daftar Tujuan Kompetensi

Penulisan tujuan kompetensi membantu siswa untuk mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat dikuasai setelah menyelesaikan pelajaran.

e. Tes Awal

Pre-tes bertujuan untuk memeriksa apakah pembelajar telah menguasai materi prasyarat untuk mempelajari modul.

BAGIAN INTI

a. Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi

Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk; (1) memberikan gambaran umum mengenai isi materi modul; (2) meyakinkan

(24)

15 materi yang akan dipelajari; (5) memberikan petunjuk bagaimana mempelajari materi yang akan disajikan.

b. Hubungan dengan Materi atau Pelajaran Lain

Materi dalam modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Namun apabila tujuan

kompetensi menghendaki siswa mempelajari materi untuk

memperluas wawasan berdasarkan materi di luar modul maka siswa perlu diberi arahan materi apa, dari mana, dan bagaimana

mengaksesnya. c. Uraian Materi

Uraian materi merupakan penjelasan tentang materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasikan isi materi

pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa kegiatan belajar. Setiap kegiatan belajar memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Adapun sistematikanya misalnya sebagai berikut:

(25)

16 Kegiatan Belajar 2

1) Tujuan/Kompetensi 2) Uraian Materi 3) Tes Formatif 4) Tugas 5) Rangkuman

Dan seterusnya d. Penugasan

Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi apa yang diharapkan setelah mempelajari modul.

e. Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal-hal pokok dalam modul yang telah dibahas.Rangkuman diletakkan pada bagian akhir modul.

BAGIAN PENUTUP

a. Glossary atau daftar istilah

Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam

modul.Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.

b. Tes Akhir

Tes akhir merupakan latihan yang dapat siswa kerjakan setelah

(26)

17 adalah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh siswa dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul.

c. Indeks

Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam modul supaya siswa mudah menemukan topik yang ingin dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang memungkinkan siswa dapat mencarinya.

C. Multi Representasi

1. Pengertian Multi Representasi

Kress dalam Abdurrahman, Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) menyatakan bahwa,

Secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan

menginterprestasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai komunikasi. Baik dalam pembicaraan, bacaan, maupun tulisan. Oleh karena itu, peran representasi sangat penting dalam proses pengolahan informasi mengenai sesuatu.

Menurut Ainsworth (2008) multi representasi merupakan,

Suatu cara yang digunakan untuk memperlihatkan suatu materi ataupun konsep dengan cara yang berbeda-beda, baik itu melalui gambar, teks, diagram, persamaan, dan lain sebagainya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa multi representasi adalah cara menyampaikan sesuatu dalam berbagai bentuk. Representasi

(27)

18 Dengan adanya multi representasi diharapkan siswa lebih mudah

memahami suatu konsep melalui format representasi yang disajikan. Khususnya pada mata pelajaran fisika, multi representasi ini akan membantu siswa memahami konsep fisika dan menyelesaikan masalah fisika.

Hal ini ditegaskan oleh Kohl, Rosengrant, dan Heuvelen (2007),

Good use of multiple representations is considered key to learning physics, and so there is considerable motivation both to learn how students use multiple representation when solving problems and to learn how best to teach problem solving using multiple

representations.

Contoh representasi dalam fisika meliputi kata-kata, simbol matematika, grafik, ilustrasi (gambar), simulasi, dan sebagainya. Hal ini sama seperti diungkapkan oleh Rosengrant (2007):

A representation is something that symbolizes or stands for object and or processes. Examples in physics include words, picture, diagrams, graphs, computer simulations, mathematical equations, etc.

(28)

19 2. Fungsi Multi Representasi

Multi representasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi, dan pembangun pemahaman (Ainsworth, 1999). Pertama, multi representasi digunakan untuk memberikan representasi yang berisi informasi pelengkap atau melengkapi proses kognitif. Kedua, satu representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterpretasi representasi yang lain. Ketiga, dapat dipakai untuk mendorong siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam. Ketiga fungsi tersebut dapat dibagi menjadi bagian-bagian lebih rinci, seperti pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1. Fungsi Multi Representasi (diterjemahkan dari Ainsworth: 1999, 2006)

(29)

20 Beberapa alasan penting penggunaan multi representasi dalam

pembelajaran adalah: a. Kecerdasan majemuk

Siswa belajar menggunakan cara yang berbeda dan memiliki

kecerdasan yang berbeda pula. Representasi yang berbeda yang cocok dengan gaya belajar yang berbeda dari setiap siswa memberikan kesempatan optimal untuk setiap jenis kecerdasan.

b. Visualisasi untuk otak

Kuantitas fisik dan konsep sering dapat dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi nyata atau konkret.

c. Membantu membangun jenis lain dari representasi

Beberapa representasi konkret membantu dalam membangun representasi yang lebih abstrak.

d. Beberapa representasi yang berguna untuk penalaran kualitatif Penalaran kualitatif sering dibantu dengan menggunakan representasi konkret.

e. Representasi matematik yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif. Sebuah representasi matematis dapat digunakan untuk menemukan jawaban kuantitatif dalam suatu permasalahan.

(30)

21 informasi. Secara langsung, multi representasi yang disajikan melengkapi karakteristik self instructional dalam modul.

Fungsi multi representasi sebagai pembangun pemahaman, dimana setiap siswa memiliki kecerdasan berbeda dalam menangkap representasi tertentu. Multi representassi membantu siswa menyesuaikan gaya belajarnya dengan representasi yang mudah dipahaminya. Ini akan membuat modul dapat digunakan dengan baik oleh siswa, sesuai dengan karakteristik modul yaitu user friendly.

Setelah melakukan kajian pustaka sesuai yang telah dipaparkan di atas, maka akan disusun modul dengan materi termodinamika. Pada sub-sub materi termodinamika yang disampaikan, diawali dengan menggunakan ilustrasi gambar atau grafik, karena gambar dan grafik lebih nyata dan konkret dibandingkan verbal dan rumus matematika. Disusun demikian, bertujuan untuk membangun representasi nyata dan konkret terlebih dahulu kemudian diikuti dengan verbal dan persamaan matematika yang lebih abstrak. Susunan ini diharapkan akan membantu siswa untuk memahami konsep termodinamika.

D. Termodinamika

(31)

22 adalah suatu benda atau keadaan yang menjadi pusat perhatian, sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem yang mempengaruhi keadaan sistem secara langsung. Sistem dibedakan menjadi 3 macam, yaitu (1) sistem terbuka, jika antara sistem dan lingkungan memungkinkan terjadinya

pertukaran energi dan materi, (2) sistem tertutup, jika yang terjadi hanya pertukaran energi, dan (3) sistem terisolasi, jika pertukaran energi maupun materi tidak mungkin terjadi.

1. Usaha

Gambar 2.2. Representasi Gambar Usaha Gas Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

Gambar 2.2 (a) : Suatu gas berada dalam bejana tertutup (ruang tertutup) dengan piston (penutup atas) yang dapat bebas bergerak, tinggi piston mula-mula adalah h1.

Gambar 2.2 (b) : Gas dalam bejana kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu, sehingga gas memuai dan mendorong piston mencapai ketinggian h2.

(32)

23

, ingat persamaan tekanan pada materi fluida

Usaha yang dilakukan oleh gas selama memuai:

, karena jarak dalam peristiwa ini adalah

perubahan ketinggian.

,

……… (1)

Dengan W = Usaha P = Tekanan

∆V = Perubahan volum

Dari apa yang telah didapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa usaha yang dilakukan oleh gas sebanding dengan tekanan dan perubahan volum.

2. Usaha pada Berbagai Proses Termodinamika a) Proses Isotermal

(33)

24 Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Pada grafik di atas, dapat dilihat P1 ≠ P2 atau dapat

dikatakan terjadi perubahan tekanan (P) .

2) Dapat pula dilihat V1 ≠ V2 atau dapat dikatakan terjadi

perubahan volum (V).

3) Isotermal, termal identik dengan suhu, ini dapat kita ingat pada proses ini suhu (T) berada dalam keadaan konstan. Pada keadaan ini, dapat kita gunakan persamaan gas ideal,

……… (2)

Dengan menggunakan persamaan usaha sebelumnya, dan memahami bahwa usaha juga merupakan luas daerah di bawah kurva maka,

Karena nRT adalah konstanta maka dapat dikeluarkan,

(34)

25 Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulakan bahwa proses

isotermal adalah proses dimana keadaan suhunya (T) tetap. b) Proses Isobarik

Gambar 2.4. Representasi Grafik Proses Isobarik Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Dari grafik, dapat dilihat bahwa P1 = P2, ini menandakan

tidak terjadi perubahan tekanan (P) atau P = konstan. 2) Dari grafik, dapat dilihat bahwa V1≠ V2, ini menandakan

terjadinya perubahan volum (V).

Pada keadaan ini tidak perlu menggunakan persamaan gas ideal, karena P konstan, sehingga kita dapatkan persamaan usaha,

……….. (4)

(35)

26 c) Proses Isokhorik

Gambar 2.5. Representasi Grafik Proses Isokhorik Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Dari grafik, dapat kita lihat bahwa P2≠ P1 atau keadaan

tekanan (P) berubah.

2) Dari grafik, dapat kita lihat bahwa V1 = V2 atau keadaan

volum (V) konstan.

Pada keadaan ini gunakan persamaan usaha yang didapat di awal,

karena V konstan/tetap maka ∆V = 0

……… (5)

(36)

27 d) Proses Adiabatik

Gambar 2.6. Representasi Grafik Proses Adiabatik Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Dari grafik dapat dilihat P1 ≠ P2 atau dapat dikatakan terjadi

perubahan tekanan (P) .

2) Dari grafik, dapat dilihat V1 ≠ V2 atau dapat dikatakan

terjadi perubahan volum (V).

3) Pada proses ini terjadi perubahan suhu (T) 4) Pada proses ini tidak terjadi pertukaran kalor.

Dari penjelasan di atas, maka pada proses adiabatik memenuhi persamaan berikut,

Dengan yang merupakan hasil perbandingan kapasitas kalor pada tekanan konstan Cp dengan kapasitas kalor pada volum

konstan Cv dan selanjutnya disebut konstanta Laplace.

(37)

28 Karena sistem tidak menerima dan melepas kalor, maka usaha yang digunakan hanya untuk mengubah energi dalam,

Usaha yang dilakukan sistem,

)

Karena , , maka dan

, sehingga diperoleh,

) ………..……… (6)

(38)

29 3. Hukum Pertama Termodinamika

a) Energi Dalam

Gambar 2.7. Representasi Gambar Energi Dalam Gas Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Dari Gambar 2.7. di atas, kita perhatikan ketika sebuah bejana tertutup piston dan dipanaskan, maka akan ada beberapa perubahan yang terjadi, diantaranya:

a. Perubahan Volum b. Perubahan Tekanan c. Perubahan Suhu

2) Perubahan suhu (∆T) ini menandakan adanya perubahan

energi dalam (∆U) dari gas tersebut.

3) Dapat disimpulkan, jika tidak ada perubahan suhu, maka

tidak ada perubahan energi dalam (∆T = 0 maka ∆U = 0)

(39)

30 Perhatikan penjelasan no. 4, jika terdapat n molekul gas, maka

energi dalam (U) merupakan hasil perkalian n dengan ̅. Dapat dituliskan secara matematis sebagai:

̅ ……… (7)

Dengan f adalah derajat kebebasan.

Energi dalam gas, sesuai derajat kebebasannya adalah sebagai berikut:

a. Gas monoatomik (f = 3) seperti He, Ne, dan Ar

maka

b. Gas diatomik seperti H2, O2, dan N2

Pada suhu rendah (T = ± 250 K), f = 3

maka

Pada suhu sedang (T = ± 500 K), f = 5

maka

Pada suhu tinggi (T = ± 1000 K), f = 7

maka

Kembali perhatikan Gambar 3.1, berdasarkan hukum pertama termodinamika, panas yang diterima (Q) akan digunakan untuk

menaikan energi dalam (∆U) dan melakukan usaha (W), dapat kita

lihat sesuai persamaan berikut:

……… (8)

(40)

31 1) Isotermal

Ingat proses isotermal adalah suhu tetap, ∆T = 0 maka ∆U = 0

2) Isobarik

Karena pada proses isobarik tidak ada nilai yang bernilai nol (0) maka persamaan matematikanya tetap.

3) Isokhorik

Diketahui pada proses isokhorik, tidak terjadi perubahan volum sehingga W = 0, maka:

4) Adiabatik

Dikethui pada proses adiabatik tidak terjadi perpindahan kalor (Q=0), maka:

(41)

32 4. Hukum II Termodinamika

Gambar 2.8. Representasi Gambar Hubungan Kalor dan Usaha Menurut Planck

Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Gambar 2.8. (a) adalah proses yang tidak mungkin terjadi 2) Gambar 2.8. (b) adalah proses yang mungkin terjadi

Keadaan di atas sesuai dengan pernyataan Kelvin Planck berikut: Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus dan menghasilkan seluruh kalor yang diserapnya menjadi usaha

(42)

33 Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

Keadaan di atas sesuai dengan pernyataan Clausius berikut: kalor tidak dapat berpindah dari benda bersuhu rendah ke benda bersuhu tinggi tanpa adanya usaha luar yang diberikan kepada sistem.

5. Rangkaian Proses Termodinamika a) Siklus Carnot

Gambar 2.10. Representasi Gambar Siklus Carnot Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Gambar 2.10. Sistem di atas menyerap kalor dari lingkungan untuk menghasilkan usaha. Bila sistem melakukan rangkaian proses, maka usaha yang dihasilkan adalah jumlah usaha dari beberapa proses yang dilakukan. Bila proses itu dapat kembali ke posisi awal dikatakan sistem tersebut melakukan siklus. 2) Siklus di atas disebut siklus carnot.

(43)

34 4) Proses b-c adalah proses pemuaian secara adiabatik

5) Proses c-d adalah proses penekanan secara isotermal 6) Proses d-a adalah proses penekanan secara adiabatik Bila suatu sistem menyerap kalor Q1 dan melakukan usaha W

dengan melepaskan kalor Q2, maka:

……… (9)

b)Efesiensi Mesin Kalor

Gambar 2.11. Representasi Gambar Mesin Kalor Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Sesuai dengan pernyataan Planck bahwa kalor yang diterima (Q1) tidak seluruhnya diubah menjadi usaha (W), akan tetapi

sebagian dikeluarkan berupa kalor yang dibuang (Q2).

2) Efesiensi mesin kalor maksimum akan sama dengan efesiensi mesin carnot.

Efesiensi adalah persentase besarnya usaha yang dihasilkan (W) dari banyaknya kalor yang diterima (Q1). Dari pernyataan tersebut,

(44)

35

……… (10)

c) Mesin Pendingin

Gambar 2.12. Representasi Gambar Mesin Pendingin Secara verbal dapat direpresentasikan seperti berikut:

1) Gambar 2.12. sesuai dengan pernyataan Clausius bahwa kalor tidak dapat berpindah dari benda bersuhu rendah ke benda bersuhu tinggi tanpa adanya usaha luar yang diberikan kepada sistem.

(45)

36 3) Perhatikan Gambar 2.12. dengan menerima usaha (W) pada

sistem (pendingin), sejumlah kalor (Q2) diambil dari reservoir

rendah (T2) (misalnya dari dalam lemari es). Kemudian,

sejumlah kalor (Q1) dibuang ke reservoir bersuhu tinggi (T1)

(misalnya, lingkungan di sekitar lemari es)

Ukuran kemampuan mesin pendingin dinyatakan sebagai koefisien daya guna (koefisien performansi) yang dilambangkan KP dan

dirumuskan dengan persamaan:

Karena usaha yang dinyatakan pada mesin pendingin tersebut adalah W = Q1– Q2, persamaan di atas menjadi:

Jika gas yang digunakan dalam sistem adalah gas ideal, maka persamaan tersebut menjadi

……… (11)

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009: 407). Pengembangan, berupa pembuatan modul berbasis multi representasi pada materi termodinamika. Modul yang dikembangkan dapat digunakan sendiri oleh siswa atau pun dengan bimbingan guru. Desain pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari model pengembangan program media menurut Sadiman, dkk (2011: 99).

(47)

38 B. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode pengembangan yang diadaptasi dari Sugiyono dan prosedur pengembangan media pembelajaran menurut Sadiman, dkk (2011:99), yang memuat langkah-langkah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan produk. Model pengembangan tersebut meliputi delapan prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu : (1) analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, (2) merumuskan tujuan pembelajaran, (3) merumuskan butir-butir materi, (4) menyusun instrumen evaluasi, (5) menulis naskah media, (6) melakukan validasi ahli, (7) melakukan uji coba dan revisi, (8) mencetak naskah produksi. Tahapan menyusun rancangan media yang diadaptasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Menurut Sadiman, dkk (2011: 101)

(48)

39 1. Identifikasi Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan proses sistematis yang mengkaji tujuan yang ingin dicapai, dengan mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi nyata dan yang diharapkan, serta memilih/menetapkan prioritas tindakan. Penetapan tujuan yang ingin dicapai dapat didasarkan pada standar normatif yang ditetapkan di sekolah atau lembaga masing-masing, atau bisa didasarkan pada kebutuhan pengguna (user), bahkan bisa pula didasarkan pada kebutuhan masa datang (future need).

Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan metode wawancara dan angket analisis kebutuhan yang diberikan kepada siswa SMA dan guru fisika SMA. Hasil wawancara dan analisi angket ini kemudian dijadikan sebagai landasan dalam penyusunan latar belakang dan gambaran kebutuhan sekolah.

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Merumuskan tujuan adalah tahap yang sangat penting dalam

merencanakan media pembelajaran, karena tujuan merupakan arah dan target kompetensi akhir yang ingin dicapai dari suatu proses

(49)

40 3. Merumuskan Butir Materi

Materi untuk media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran. Perumusan butir materi didasarkan pada rumusan tujuan yang sebelumnya telah disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Butir materi yang dirumuskan, dimasukkan dalam modul multi representasi.

4. Menyusun Alat Pengukur Keberhasilan

Instrumen ini dimaksudkan untuk mengukur pencapaian pembelajaran, apakah sudah tercapai atau tidak. Alat pengukur keberhasilan ini

dikembangkan berdasarkan pada kompetensi yang telah dirumusakan dan disesuaikan dengan materi yang sudah disiapkan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan instrumen berupa angket uji validasi ahli, angket uji

kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan. Kemudian membuat soal untuk tes efektivitas modul multi representasi berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

5. Menyusun Naskah Media

(50)

41

X

O

6. Melakukan Validasi Ahli

Setiap naskah dan prototipe media pembelajaran yang sudah selesai disusun, divalidasi oleh tim ahli. Naskah berupa prototipe media berbasis cetakan adalah semacam draft yang perlu disempurnakan oleh tim ahli baik dari segi konten, penampilan, dan tata bahasanya. Validasi ahli dilakukan oleh 3 orang ahli. Validasi ahli materi dan desain dilakukan oleh dosen pendidikan fisika dan validasi isi soal dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika SMA. Selanjutnya, dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai saran dari hasil validasi ahli.

7. Melakukan Uji Coba dan Revisi

Media atau prototipe media yang sudah selesai dibuat, selanjutnya diujicobakan. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian dan efektivitas media. Uji coba ini menggunakan satu kelas sebagai subjek yaitu kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Tumijajar. Desain penelitian yang digunakan untuk uji coba ini adalah desain penelitian One-Shot Case Study. Berikut adalah gambar penelitian yang digunakan:

Gambar 3.2. Desain One-Shot Case Study Keterangan:

X = Treatment (belajar menggunakan modul) O = Observasi (hasil belajar)

(51)

42 Desain penelitian tersebut digunakan untuk uji coba lapangan. Uji coba lapangan diperlukan karena terkadang apa yang dikonsepkan oleh penulis dan para ahli belum tentu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Uji coba yang digunakan melalui 2 tahap, yaitu:

a. Uji Satu Lawan Satu

Pada uji ini dipilih dua siswa yang dapat mewakili populasi target dari modul multi representasi. Menyajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Setelah didapatkan hasil pada uji satu lawan satu dan revisi (jika diperlukan), selanjutnya dilakukan uji kelompok lapangan.

b. Uji Lapangan

Uji coba dilakukan kepada 25 siswa kelas XI IPA SMA. Tujuan dari uji coba tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami media, kemenarikan, dan efektivitas. Prosedur yang dilakukan dalam uji lapangan adalah sebagai berikut:

1) Memberikan media yang dikembangkan dengan menjelaskan bahwa media ini dalam tahap uji coba dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.

2) Memberikan waktu satu minggu kepada siswa untuk melihat dan mempelajari modul.

(52)

43 4) Memberikan waktu satu minggu kepada siswa untuk mempelajari

modul.

5) Memberikan tes untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan. 6) Menganalisis hasil uji lapangan untuk melihat kekurangan dan

kelebihan media yang dikembangkan.

Dari hasil uji coba dilakukan revisi produk, sehingga produk yang dihasilkan benar-benar layak untuk digunakan.

8. Naskah Produksi

Pada tahap ini naskah sudah selesai dibuat sehingga pencetakan hasil pun sudah dapat dilakukan. Hasil pencetakan adalah modul berbasis multi representasi pada materi termodinamika.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

(53)

44 2. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui wawancara serta menggunakan instrumen angket dan tes. Wawancara dan angket analisis kebutuhan digunakan untuk menganalisis kebutuhan dengan mengetahui kebutuhan guru serta siswa dalam menggunakan sumber belajar selain buku pegangan, pengetahuan tentang modul, keberadaan modul yang mudah dipahami dan menarik dipelajari, dan pemahaman siswa tentang kalimat, rumus (formula), gambar, dan grafik dalam materi fisika. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi pada produk yang telah dikembangkan; instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan; dan data hasil tes digunakan untuk mengetahui tingkat keefektivan produk.

D. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat kebutuhan program pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi dengan data hasil identifikasi sumber daya yang digunakan untuk

menentukan spesifikasi produk yang mungkin dikembangkan.

(54)

45 ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui evaluasi lapangan kepada pengguna secara langsung. Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli lapangan dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen penilaian uji ahli, baik uji spesifikasi maupun uji kualitas produk oleh ahli desain dan ahli isi/materi, memiliki

pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Ya” dan “Tidak”. Revisi

dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”, atau

para ahli memberikan masukan khusus terhadap media/prototipe yang sudah dibuat.

Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Instrumen penilaian uji satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten

pertanyaan, yaitu: “Ya” dan “Tidak”. Revisi dilakukan pada konten yang

diberi pilihan jawaban tidak.

(55)

46

konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang

menarik”, dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik”,

dan “tidak baik”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda

yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

(56)

47

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Sedangkan untuk data hasil tes, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tumijajar, yaitu

≥ 79, sebagai pembanding. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji

(57)

70

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dihasilkan modul berbasis multi representasi materi termodinamika yang dapat digunakan mandiri oleh siswa dan dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Modul berbasis multi representasi materi termodinamika dinyatakan telah teruji dengan kualitas: menarik, memudahkan, dan bermanfaat menurut pengguna. Selain itu modul berbasis multi representasi materi

(58)

71 B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Guru hendaknya lebih terampil dalam memotivasi dan membimbing siswa untuk menggunakan modul secara disiplin dan berkelanjutan.

2. Guru yang akan menggunakan modul sebagai media pembelajaran di dalam kelas, dapat menggunakan tes formatif 1 dan 2 untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa serta tes akhir untuk pengambilan nilai uji bab termodinamika dengan catatan kunci jawaban ketiga tes tersebut diberikan kepada siswa setelah tes selesai dilaksanakan.

3. Bagi siswa diharapkan benar-benar menggunakan instrumen umpan balik dan tindak lanjut yang disediakan sebelum melanjutkan ke sub materi berikutnya. Latihan soal dan tes formatif dapat digunakan sebagai tes kemudian mencocokan jawaban dengan kunci jawaban. Hal ini untuk mempermudah siswa dalam memahami sub materi berikutnya.

(59)

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi. 2008. Limitation of representation mode in learning gravitational concept and its influence toward student skill problem solving. Proceeding Of The 2nd International Seminar on Science Education. PHY-31: 373 – 377.

Ainsworth, Shaaron. 1999. The Function Multiple Representation. Computer and Education. 33, 131-152. Diakses 29 November 2012 dari

http;//www.cs.pitt.edu/~chopin/references/tig/ainsworth.pdf.pdf.

Ainsworth, Shaaron. 2006. DeFT. A conceptual for Considering Learning with Multiple Representation. Learning and Instruction, 16(3), 183-198. Diakses 30 November 2012 dari

http://www.psychology.nottingham.ac.uk/staff/sea/deft.pdf.

Ainsworth, Shaaron. 2008. The Educational Value of Multiple Representations when Learning Complex Scientific Concept. Diakses 29 November 2012 dari http://www.psychology.nottingham.ac.uk/staff/sea/Ainsworth

Gilbert.pdf

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Atika, Yeni. 2010. Perbedaan Hasil Belajar dan Motivasi Berprestasi Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Fisika Berbasis Multiple

Representations (MR) dan Pembelajaran Konvensional. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penulisan Modul. Diakses 30 November 2012 dari

http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/downloads/2011/02/26-05-A2-B-Penulisan-Modul.doc Hadijah. 2012. Pengaruh Skill Representasi Grafik Terhadap Penguasaan Konsep

(60)

73 Lasmawan, Wayan. 2005. Penelitian Dasar dan Penelitian Pengembangan.

Diakses 30 November 2012 dari

http://www.infokursus.net/download/0604091354Metode_Penel_Pengemb_ Pembelajaran.pdf.

Rosengrant, D., Etkina, E., & Heuvelen, A.V. 2007. An Overview of Recent Research on Multiple Representations. Rutgers, The State University of New Jersey GSE, 10 Seminary Place, New Brunswick NJ, 08904.

Diakses 30 November 2012 dari

http://paer.rutgers.edu/ScientificAbilities/Downloads/Papers/DavidRosperc 2006.pdf.

Sadiman, Arief S., R. Raharjo , Anung Haryono & Rahardjito. 2011. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Supiyanto. 2005. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Gambar

Gambar 2.1. Fungsi Multi Representasi (diterjemahkan dari  Ainsworth: 1999, 2006)
Gambar 2.2. Representasi Gambar Usaha Gas
Gambar 2.3. Representasi Grafik Proses Isotermal
Gambar 2.4. Representasi Grafik Proses Isobarik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekodean khalayak pembaca rubrik Rame Kondhe pada posisi dominan akan menghasilkan pandangan bahwa apa yang disajikan Harian Suara Merdeka yang mengkonstruksi

Gagasan awal penulisan perencanaan fasilitas sisi udara dan terminal bandara internasional Jawa Barat didasarkan pada keputusan pemerintah untuk membangun bandara di

saya lihat disekitar masjid para remaja memiliki permasalahannya tersendiri, karna kami ingin mereka yang menghadapi permasalahan dalam hidup terkai rohaniyah dapat

[r]

Tidak dinyatakan (implied) Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya. Meskipun

[r]

Pemberian kompos ampas tebu pada peubah jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, bobot 100 biji dan Indeks panen dapat dilihat pada Tabel 2

Dampak kebijaksanaan pemerintah yang melindungi peternak sapi perah dan distorsi pasar susu menyebabkan tingkat harga yang diterima peternak atau yang hams dibayar oleh konsumen