ABSTRAK
KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh
Oktarina Lidiawati
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011.
KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh
OKTARINA LIDIAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI
PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR
LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Skripsi)
Oleh
Oktarina Lidiawati
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2.6.2.4 Kehematan ... 36
4.1.1 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 49
4.1.2 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ditinjau dari Masing-masing Indikator ... 50
4.1.2.1 Indikator Judul Perjanjian ... 50
4.1.2.2 Indikator Identitas (Penjual dan Pembeli) ... 52
4.1.2.3 Indikator Ketentuan Isi Surat ... 53
4.1.2.4 Indikator Klausul ... 54
4.1.3 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas IX SMA Swadhipa Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 .. 56
4.1.4 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas IX SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 ditinjau dari Masing-Masing Indikator .. 57
4.1.4.1 Indikator Judul Perjanjian ... 57
4.3 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 69
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung
Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 41 3.2 Perhitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI SMA Swadhipa
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 42 3.3 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual
Beli pada Siswa Kelas XI Swadhipa Natar Lampung Selatan
TahunPelajaran2010/2011 ... 43 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Surat Perjanjian
Jual Beli ... 47
4.5 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Siswa Kelas XI
SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 .... 49 4.6 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Berdasarkan
Indikator Judul Perjanjian Jual Beli ... 50 4.7 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Berdasarkan
Indikator Identitas (Penjual dan Pembeli) ... 51 4.8 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Berdaasarkan
Indikaor Ketentuan Isi Surat ... 52 4.9 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Berdasarkan
Indikator Klausul ... 53 4.10 Hasil Tes Kemampuan Menulis Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada
Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan
TahunPelajaran2010/2011 ... 54 4.11 Hasil Tes Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Ditinjau dari
Indikator Judul Perjanjian ... 55 4.12 Hasil Tes Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Ditinjau dari
4.13Hasil Tes Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Ditinjau dari
Indikator Ketentuan Isi Surat ... 57 4.14 Hasil Tes Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Ditinjau dari
Indikator Klausul ... 58 4.15 Tingkat Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa
Kelas XI SMA Swadhipa NatarTahun Pelajaran 2010/2011 untuk
MOTO
“Dan segala nikmat yang datang padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan” (Q.S An-Nahl: 53)
Janganlah menikmati kemalasanmu. Sesuatu akan hilang karena kemalasanmu. Keberhasilan tidak tercapai tanpa kesungguhan dan tekad yang kuat. Cita-cita
merupakan mahkota hati dan motivasi dalam hidup. (Dr. Aidah Al-Qorni)
“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki”
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Nurlaksana E. R., M. Pd. ...
Sekretaris : Eka Sofia Agustina, S.Pd., M. Hum. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Iqbal Hilal, M. Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan
Allah Subhanawataala. Kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang
terkasih berikut.
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas doa, motivasi, pengorbanan, serta kasih
sayangnya selama ini.
2. Kakakku Joko Pristi Darlis serta saudara kembarku Oktarini Lidiasari
Adikku Devi Triana yang selalu melekatkan cinta dan kasih sayang
untukku.
3. Keluarga besarku yang telah menyelipkan senyum dan doa untuk
keberhasilanku.
4. Seseorang yang akan menjadi imamku kelak.
5. Almamater yang telah mendewasakanku dalam berfikir, bertutur, dan
Judul : KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama Mahasiswa : Oktarina Lidiawati
Nomor Pokok Mahasiswa : 0643041028
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd.
NIP 19640106 198803 1 001 Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. NIP 19780809 2008801 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukananti, Kabupaten Liwa, Lampung Barat pada 10
Oktober 1989. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Andi Rifai dan Ibu Listariana.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu Sekolah Dasar Negeri 1 Sukaraja,
Kecamatan Way Tenong, diselesaikan tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 1 Sekincau diselesaikan tahun 2003. dan Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Sumber Jaya pada tahun 2006.
Tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non-SPMB). Pada tahun 2009 penulis
melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Swadhipa Natar
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah
banyak memberikan saran, motivasi, dan membimbing penulis dengan
penuh kesabaran hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah memberikan
saran dan masukan demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini..
4. Dra. Ni Nyoman Wetty, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama menempuh studi di Universitas Lampung.
5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Lampung.
6. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali
penulis dengan berbagai ilmu.
8. Kedua orang tuaku tercinta (Ayahku Andi Rifai dan Ibuku Listariana)
yang selalu sabar dan ikhlas memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang
yang tiada henti kepada penulis.
9. Kakakku Joko Pristi Darlis serta saudara kembarku Oktarini Lidiasari
Adikku Devi Triana yang selalu melekatkan cinta dan kasih sayang
untukku.
10. Keluarga besarku yang telah menyelipkan senyum dan doa untuk
keberhasilanku.
11. Teman-teman terbaikku, Ovin Nurun Nisa ( K’Ovin), Septa Mustikasari
Marius (Etha), Mbak Resti, Yenny Yulistia (K’Yeni), Nina Rosliana (Teh
Nina), Futikhah (Mbak Puput), Yutriza (Mbak Iyut), Nurul Watifah
(Nurul).
12. Semua pihak yang telah ikut berperan dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Bandarlampung, Oktober 2011
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan
pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan
cara efektif dan efisien. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar
komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud,
1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar
bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu keterampilan membaca,
keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, dan keterampilan menulis. Salah
satu kegiatan berbahasa yang sering dibelajarkan siswa khususnya untuk SMP dan
SMA adalah keterampilan menulis. Kemampuan menulis merupakan kegiatan
yang sangat esensial, menulis merupakan kegiatan yang komplek karena menulis
dituntut untuk mengorganisasikan isi tulisan serta menuangkannya dalam ragam
bahasa tulis (Suparno, 2003:36).
Menulis merupakan aktivitas dalam mengemukakan gagasan melalui media
bahasa. Salah satu bentuk dalam kegiatan menulis adalah surat-menyurat. Sebagai
dibandingkan dengan alat-alat komunikasi lisan. Kelebihan itu antara lain, surat
dapat menyampaikan pikiran sesuai dengan kehendak secara lebih lengkap dan
tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, pesan yang dikirim akan sampai pada alamat
yang dituju sesuai dengan sumber aslinya, dan lebih ekonomis, pemabaca dapat
membacanya berulang-ulang bila dirasa belum memahami isinya, dan dapat
diarsipkan. Selain memiliki kelebihan, berkomunikasi dengan surat ada juga
kelemahannya yaitu, diperlukan pengonsepan, pengetikan, pengiriman,
pengarsipan, pemakaian alat-alat kantor, dan penyedian alat-alat tulis.
Sebagai salah satu sarana bentuk komunikasi tertulis, surat terdiri atas surat
pribadi, surat niaga, dan surat dinas. Salah satu jenis surat niaga adalah surat
perjanjian, surat perjanjian adalah perjanjian tertulis antara kedua belah pihak
yang berjanji dengan tujuan agar kedua belah pihak bersama-sama menepati isi
perjanjian yang dibuat (Finoza, 1991, 27). Dalam dunia bisnis, surat tidak hanya
berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi tetapi juga memiliki fungsi sebagai
hitam diatas putih, misalnya surat perjanjian jual beli. Surat perjanjian jual beli
adalah surat persetujuan yang dibuat oleh dua pihak, yaitu pihak penjual dan pihak
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli suatu barang atau jasa (Honiarti dan
Hasanah, 2008:28). Dengan kata lain, perjanjian yang dibuat antara kedua belah
pihak yang berjanji dalam jual beli harus mencatat semua transaksi antara penjual
dan pembeli termasuk hak dan kewajiban masing-masing pihak. Selain itu, bahasa
yang digunakan pun harus sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Keterampilan menulis surat, sangat penting untuk dimiliki siswa, karena dengan
bentuk tulisan. Selain itu, surat dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat
membuat kesepakatan atau perjanjian. Dengan demikian, surat perjanjian dapat
dijadikan media untuk melatih siswa SMA dalam menulis surat.
Di dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006,
dijelaskan bahwa standar isi bahan kajian Bahasa dan Sastra di Sekolah Menengah
Atas kelas XI terdiri atas dua aspek, yaitu kemampuan berbahasa dan bersastra.
Masing-masing keterampilan tersebut terbagi atas subaspek mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada
hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar berkomunikasi. pembelajaran sastra
adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiannya. Oleh karena
itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis, serta
menumbuhkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, bidang studi Bahasa
dan Sastra Indonesia kelas XI semester satu terdapat pokok bahasan menulis surat
perjanjian jual beli. Standar kompetensinya (SK) mengungkapkan informasi
dalam bentuk proposal, surat dagang dan karangan ilmiah, dangan kompetensi
dasar (KD) menulis surat dagang (jual beli). Hal ini sesuai dengan tujuan
pembelajaran Bahasa dan sastra di Sekolah Menengah Atas untuk kelas XI, yaitu
siswa mampu mengungkapkan pengalaman, gagasan, pesan, pendapat, dan
siswa mampu menulis kreatif dan mampu membuat tanggapan terhadap tulisan
kreatif. Untuk meraih tujuan tersebut, pada pembelajaran semester pertama siswa
kelas XI SMA diberikan materi menulis proposal, surat dagang, atau karangan
ilmiah.
Penelitian tentang surat perjanjian jual beli pernah diteliti sebelumnya oleh
beberapa mahasiwa program Bahasa dan Sastra Indonesia, diantaranya Dede
Julfah dengan judul Penggunaan Kalimat Pada Surat Perjanjian Jual Beli Siswa
Kelas II SMK Negeri 1 Pandeglang Banten Tahun Pelajaran 2002/2003, dan Eka
Kurnia dengan judul Kemampuan Memperbaiki Bahasa Pada Surat Perjanjian
Jual Beli Pada Siswa Kelas II SMK Mutiara Natar Jurusan Akuntansi Tahun
Pelajaran 2004/2005.
Penelitian yang penulis lakukan memiliki persamaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaanya terletak pada objek penelitian yaitu surat perjanjian jual
beli, sedangkan perbedaanya, terletak pada kurikulum dan kajian penelitian.
Penelitian yang dilakukan Dede Julfah meneliti tentang penggunaan kalimat pada
surat perjanjian jual beli, sedangkan Eka Kurnia meneliti tentang memperbaiki
bahasa pada surat perjanjian jual beli , dalam penelitian saat ini menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 dan meneliti tentang
kemampuan menulis surat perjanjian jual beli.
Penelitian ini berlokasi di SMA Swadhipa Natar yang terletak di jalan Swadhipa
217 Bumisari Natar Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Pembelajaran menulis
surat perjanjian jual beli di SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan sudah sering
membuat surat perjanjian jual beli sangat penting dimiliki oleh siswa sebagai
bekal keterampilan membuat untuk memasuki dunia kerja, khususnya bidang
bisnis. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu untuk
mengetahui kemampuan siswa menulis surat perjanjian jual beli yang dibuat oleh
siswa kelas XI. Sesuai dengan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu
mendapatkan informasi tentang menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas
XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalahnya adalah “
Bagaimanakah kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI
SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011”.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis surat
perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan
tahun pelajaran 2010/2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis dapat menambah referensi mengenai kebahasaan khususnya
2. Manfaat praktis
a. Informasi bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada
SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tentang tingkat kemampuan
siswanya dalam menulis surat perjanjian jual beli.
b. menambah pengetahuan siswa kelas XI SMA Swadhipa mengenai
materi menulis surat perjanjian jual beli.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut.
1) Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung
Selatan tahun pelajaran 2010/2011.
2) Objek penelitian adalah kemampuan dalam menulis surat perjanjian jual
beli.
3) Tempat penelitian ini adalah SMA Swadhipa Natar Lampung selatan yang
beralamat di Jalan Swadhipa 217 Bumisari Natar Lampung Selatan.
4) Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2010.
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemampuan
Kemampuan berarti memiliki kesanggupan, keuletan, dan kecakapan untuk
melakukan sesuatu (Depdikbud, 1998:623). Dari pengertian tersebut dapat
diuraikan bahwa seseorang mempunyai kemampuan jika dapat menangkap
sesuatu, baik yang didengar maupun yang dibaca dan dapat memahami isinya
serta mempunyai keahlian dalam mengerjakan sesuatu.
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan yang dimiliki sesorang untuk
berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada pihak
lain dengan menggunakan unsur-unsur kesatuan bahasa untuk menyampaikan
maksud atau pesan tertentu dalam keadaan yang sesuai (Nababan, 1997:20).
Kemampuan adalah daya tangkap, pemahaman, penghayatan, serta keterampilan
yang diperlihatkan (Chamdiah, 1987:37).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian kemampuan, peneliti mengacu
pada pendapat yang menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan,
2.2 Konsep Dasar Menulis
Dalam penelitian subbab ini,akan dijelaskan tentang mengenai konsep dasar
menulis yaitu pegertian menulis dan manfaat kegiatan menulis.
2.2.1 Pengertian Menulis
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis
kepada pihak lain. Menulis itu ialah suatu proses,yaitu penulisan.Ini berarti kita
melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi (Akhadiah dkk, 1998:2). Menulis ialah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat memebaca
lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 1992:21). Menulis adalah menyusun atau
mengorganisasikan buah pikiran atau ide ke dalam rangkaian kalimat yang logis
dan terpadu dalam bahasa yang tertulis (Ambary, 1990:175).
Dari beberapa pendapat tentang pegertian menulis tersebut, peneliti mengacu pada
pendapat (Ambary, 1990:175) yang mengatakan bahwa menulis adalah menyusun
atau mengorganisasikan buah pikiran atau ide ke dalam rangkaian kalimat yang
logis dan terpadu dalam bahasa yang tertulis.
2.2.2 Manfaat Kegiatan Menulis
Menurut Tarigan (1992:1) ada beberapa manfaat kegiatan menulis di antaranya
sebagai berikut.
a. Dengan menulis siswa dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi dirinya.
Siswa dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik.
pengetahuan dan pengalaman yang terkadang tersimpan di alam bawah sadar,
melalui kegiatan menulis siswa mengembangkan gagasan,
b. Kegiatan menulis memaksa siswa lebih banyak menyerap, mencari, serta
menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Dengan demikian,
kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis maupun fakta-fakta
yang berhubungan,
c. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
mengungkapkannya secara tersurat,
d. Melalui tulisan siswa akan dapat meninjau gagasan sendiri secara objektif;
tugas menulis suatu topik mendorong siswa belajar secara aktif, dan
e. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan siswa berfikir serta
berbahasa secara tertib.
2.3 Pengertian Surat
Surat adalah sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi yang
paling tidak melibatkan dua pihak, yaitu pihak pertama pengirim surat, dan pihak
kedua penerima surat (Mustakim, 1994:160).
Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi
dari satu pihak (organisasi, orang, atau instansi) kepada pihak lain (Arifin,
1984:2). Y.S Marjo (2008:15) mengatakan bahwa surat adalah alat komunikasi
tertulis, atau sarana untuk menyampaikan pernyataan maupun informasi secara
tertulis dari pihak satu kepada pihak yang lain. Dengan kata lain surat merupakan
menyampaikan informasi. Pihak-pihak yang bersangkutan dalam kegiatan ini
dapat perseorangan ataupun organisasi.
2.4 Jenis-Jenis Surat
Adapun jenis-jenis surat diantaranya:
1. Jenis Surat Menurut Sifat Isinya
Surat menurut sifat isinya banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat di
kelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Menurut jenisnya surat dibedakan menjadi :
a. Surat Pribadi, yaitu surat yang ditulis untuk kepentingan pribadi, bukan untuk
surat lembaga atau organisasi. Surat pribadi dibedakan menjadi dua jenis:
1) Surat pribadi kekeluargaan, yakni surat pribadi yang dikirim kepada
anggota keluarga, sanak family, sahabat, kenalan, dan sebagainya.
2) Surat pribadi kedinasan, yakni surat pribadi yang dikirimkan kepada
pengurus organisasi, pimpinan instansi, jawatan, perusahaan, dan
sebagainya karena ada hubungannya dengan tugas atau pekerjaannya.
b. Surat dinas, yaitu surat yang ditulis untuk kepentingan atau menyangkut
masalah lembaga, organisasi, instansi, dan sebagainya. Surat dinas dibedakan
1) Surat dinas swasta, yakni surat dinas yang dibuat oleh pihak lembaga
swasta.
2) Surat dinas pemerintah, yakni surat dinas yang di buat oleh pihak lembaga
atau instansi pemerintah.
2. Jenis Surat Menurut Wujudnya
Surat menurut wujudnya banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat di
kelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Menurut wujudnya surat dapat dibedakan menjadi:
a. Surat biasa, yaitu surat yang dibuat pada lembaran-lembaran kertas dan
biasanya dikirim dengan menggunakan sampul surat atau amplop, tetapi ada
juga yang tidak menggunakan sampul, misalnya surat edaran.
b. Warkat pos, yaitu surat yang berbentuk sehelai kertas yang telah di cetak
sedemikian sehingga kalau dilipat merupakan sebuah amplop.
c. Kartu pos, yaitu segala macam surat yang dibuat diatas kertas karton dengan
ukuran minimal 9 cm x 14 cm dan ukuran maksimal 10 cm x 15 cm.
d. Memo dan nota, adalah surat yang berisi suatu pokok masalah/berita yang
ditulis secara singkat untuk intern suatu kantor.
e. Telegram, adalah berita yang dikirim dari jarak jauh dengan menggunakan
pesawat telegraf atau telexprinter. Telegram Wujud
Surat
Surat Biasa
f. Surat kawat, yaitu jenis surat biasa yang disusun dengan gaya penulis telegram
dan dikirim melalui pos seperti surat biasa.
3. Jenis Surat Menurut Keamanan Isinya
Surat menurut keamanan isinya banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat
dikelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Menurut keamanan isinya, surat dibedakan menjadi tiga jenis:
a. Surat biasa, yaitu surat yang tidak akan menimbulkan akibat buruk atau yang
dapat merugikan nama baik seseorang atau lembaga yang bersangkutan jika
isinya terbaca oleh orang lain atau pihak lain.
b. Surat rahasia (konfidensial), yaitu surat yang siinya tidak boleh diketahui oleh
pihak lain dan jika terbaca pihak lain maka dapat merugikan nama baik yang
bersangkutan. Surat rahasia biasanya digunakan untuk dokumen penting atau
berhubungan dengan masalah pribadi.
c. Surat sangat rahasia, yaitu surat yang isinya sangat dirahasiakan dan jika
terbaca oleh pihak lain dapat membahayakan keamanan seseorang atau Negara.
4. Jenis Surat Menurut Penyelesaiannya
Surat menurut penyelesaiannya banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat
dikelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Keamanan Isi Surat
Surat biasa (satu sampul) Surat rahasia (dua sampul)
Menurut proses penyelesaiannya, surat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. surat biasa, adalah surat yang isinya biasa atau tidak perlu diselesaikan
secepatnya. Oleh karna itu, penyelesaiannya dilakukan berdasarkan urutan
masuknya atau datangnya surat.
b. Surat segera atau penting, adalah surat yang isiya penting atau perlu segera
diketahui dan ditanggapi secepatnya oleh si pengirim. Oleh karena itu,
peyelesaiannya juga perlu didahulukan dari pada surat biasa.
c. Surat sangat segera atau sangat penting, adalah surat yang isinya harus
secepatnya diketahui, ditanggapi, atau diselesaikan oleh pihak penerima.
Penyelesaian surat ini harus dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan
didahulukan daripada surat biasa atau surat segera walaupun datangnya lebih
akhir.
5. Jenis Surat Menurut Pelayanan Dinas Postel
Surat menurut pelayanan dinas postel banyak sekali macamnya. Secara sederhana
dapat dikelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini: Proses
Penyelesa iannya
Surat biasa
Surat segera/penting
Menurut pelayanan dinas pos dan telekomunikasi, surat dapat dibedakan menjadi
jenis, yaitu:
a. Surat pos biasa, yaitu surat yang pelayanan pengirimnya didasarkan pada
urutan masuknya surat dengan biaya sebesar perangko pengiriman biasa.
b. Surat pos kilat, yaitu surat yang pelayanannya pengirimannya perlu segera
diselesaikan dengan biaya sebesar perangko pengiriman kilat.
c. Surat kilat khusus, yaitu surat yang pelayanannya pengirimannya diantarkan
kepada si penerima 24 jam terhitung setelah jam pemberangkatan alat angkut
bagi kantor pos yang tidak langsung.
d. Surat pos tercatat atau terdaftar, yaitu surat yang pengirimannya selalu
dimonitor oleh pihak pos. surat ini pun menggunakan resi sebagai tanda bukti
telah mengirimkan surat.
e. Surat poscanta (pos cepat antar kota), yaitu surat dengan jenis pelayanan kilat
khusus lokal dengan cara mengantarkan surat dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya untuk kota-kota besar metropolitan.
f. Surat Pospatas (pos cepat antar kota terbatas), yaitu surat dengan pelayanan
pengiriman paling cepat antar kota. Pelayanan jenis ini dalam waktu paling
lambat 12 jam terhitung dari saat pemberangkatan alat angkut sudah di antar ke
alamat penerima.
g. Faksimil, yaitu surat yang pengirimannya melalui tranmisi elektronik yang
disebut birofak dengan menggunakan alat telecopier. Berita atau surat yang
dikirimkan berupa hasil kopiannya, sehingga berita sampai ditempat tujuan
dengan hitungan menit saja. Dengan syarat si penerima mempunyai telecopier
h. SMS, yaitu surat pengirimannya melalui alamat telepon dengan cara
mengetikkan berita pada monitor HP atau telepon rumah.
i. EMS (exspres mail service), merupakan pelayanan pengiriman surat keluar
negeri yang tercepat. Selambat-lambatnya 72 jam setelah jam pemberangkatan
pesawat udara, surat sudah diantarkan kepada si penerima.
6. Jenis Surat Menurut Banyaknya Sasaran
Menurut banyaknya sasaran yang hendak dituju, maka jenis surat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. Surat biasa, yaitu surat yang dikirimkan hanya kepada seseorang atau alamat
tertentu.
b. Surat edaran /sirkulir, yaitu surat yang ditujukan kepada orang atau pejabat
tertentu dengan kemungkinannya untuk disampaikan kepada lingkup yang
lebih luas.
c. Surat pengumuman, yaitu surat yang ditujukan kepada sejumlah orang atau
pejabat, dan lainnya yang namanya sulit untuk disebutkan satu persatu.
7. Jenis Surat Menurut Kejelasan Asalnya
Menurut kejelasan asalnya, jenis surat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Surat terang, yaitu surat yang pada sampulnya atau di dalamnya dicantumkan
identitas pengirimnya secara jelas sehingga dapat dikenali oleh si penerima.
b. Surat gelap, yaitu surat yang di dalamnya tidak dicantumkan identitas pengirim
8. Jenis Surat Niaga atau Surat Dagang
Berbicara tentang surat dagang sangat luas ruang lingkupnya. Surat dagang dalam
arti yang luas mencakup berbagai macam surat, diantaranya:
1) Surat perkenalan.
2) Surat permintaan penawaran/keterangan daftar barang dan harga.
3) Surat penawaran.
4) Surat pesanan/surat permintaan pengiriman barang.
5) Surat tagihan
6) Surat klaim.
7) Surat tanda bukti.
8) Surat jalan/pemberitahuan pengiriman barang.
9) Surat daftar harga.
Surat-surat dagang lain:
1) Surat pengantar.
2) Surat pemberitahuan.
3) Surat peringatan.
4) Surat pengakuan berhutang.
5) Surat keterangan.
6) Surat perjanjian; juaal beli, sewa beli, kontrak.
7) Iklan.
8) Surat tanda retur.
9) Wesel.
Berdasarkan jenis-jenis surat di atas, penulis membatasi jenis surat berupa surat
perjanjian; jual beli, penulis tertarik dengan jenis surat perjanjian; jual beli karena
jenis surat perjanjin; jual beli ini dipelajari di SMA kelas XI semester satu dengan
kompetensi dasar berupa menulis surat dagang (jual beli), selain itu surat
perjanjian; jual beli memiliki manfaat sebagai salah satu sarana yang dapat
merakam informasi secara panjang lebar, terperinci namun tetap ekonomis.
Kelebihan lainnya adalah surat bersifat praktis karena dapat menyimpan rahasia,
efektif karena informasi yang disampaikan itu asli sesuai dengan sumbernya,
ekonomis karena biaya pembuatan dan pengirimannya sangat murah.
2.5 Surat Perjanjian
Surat perjanjian adalah surat yang berisikan pernyataan seseorang, dua orang atau
lebih yang mengikat dirinya dengan orang lain untuk melakukan suatu perbuatan
hukum, sehingga timbullah hak dan kewajiban antara para pihak yang berjanji.
Dengan dibuatnya surat perjanjian, maka janji-janji para pihak yang telah
bersepakat terekam dalam tulisan. Janji tersebut bukanlah sekedar janji lisan yang
mudah dilupakan. Oleh karena itu, jika ada pihak yang tidak menepati janjinya
seperti ketentuan yang telah disepakati, maka surat perjanjian tersebut dapat
digunakan sebagai bukti tertulis.
Surat perjanjian itu banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat di
Berdasarkan macam-macam surat perjanjian di atas, penulis membatasi jenis surat
perjanjian berupa surat perjanjian; jual beli.
2.5.1 Surat Perjanjian Jual Beli
Dalam dunia bisnis atau niaga surat perjanjian jual beli penting untuk menyatakan
sah atau tidaknya suatu barang. Surat perjanjian jual beli adalah perjanjian tertulis
antara kedua belah pihak yang berjanji dengan tujuan agar kedua belah pihak
bersama-sama menepati isi perjanjian yang dibuat (Finoza, 2001:27). Definisi itu
menunjukkan ciri khas surat perjanjian sebagai surat yang dibuat oleh dua pihak
secara bersama, bahkan seringkali melibatkan pihak ketiga sebagai penguat.
perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak yang berjanji dalam jual beli
harus mencatat semua transaksi antara penjual dan pembeli termasuk hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Selain itu, bahasa yang digunakan pun harus
sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Kemudian menurut Suprapto (2004:317), surat perjanjian jual beli adalah surat
perjanjian antara penjual dan pembeli yang berisi pernyataan bahwa pihak penjual
berkewajiban menyerahkan suatu barang dan berhak atas harga barang tersebut
sedangkan pembeli berkewajiban membayar atas harga barang dan berhak
menerima barang tersebut dari penjual.
Dari ketiga pendapat mengenai surat perjanjian jual beli penulis berpedoman pada
pendapat Suprapto yang menyatakan surat perjanjian jual beli adalah surat
perjanjian antara penjual dan pembeli yang berisi pernyataan bahwa pihak penjual
berkewajiban menyerahkan suatu barang dan berhak atas harga barang tersebut
sedangkan pembeli berkewajiban membayar atas harga barang dan berhak
menerima barang tersebut dari penjual.
Surat perjajnjian ada dua macam, yaitu surat perjanjian (surat akta) dibawah
tangan dan (surat akta) otentik (Marjo, 2000:17). Disebut surat perjanjian tangan
di bawah tangan apabila surat tersebut di buat oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, ditandatangani oleh pihak-pihak itu disaksikan sekurang-kurangnya
oleh dua saksi, tetapi surat tersebut tidak dibuat di depan pejabat pemerintah yang
berwenang (notaris), sedangkan surat perjanjian otentik dibuat sah oleh wakil
pemarintah (notaris) ditandatangani oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian
2.5.2 Fungsi Surat Perjanjian Jual Beli
Adapun fungsi surat perjanjian adalah sebagai berikut.
1. Menciptakan ketenangan bagi kedua belah pihak yang berjanji karena
terdapatnya kepastian di dalam surat perjanjian,
2. Mengetahui secara jelas batas hak dan kewajiban pihak yang berjanji,
3. Menghindari perselisihan, maksudnya dalam surat perjanjian harus tercantum
pasal arbitrase (bahan penyelesai perselisihan atau perkara yang mungkin
timbul akibat suatu perjanjian) yang berisi kesepakatan bersama yang
menetapkan pengadilan sebagai tempat untuk menyelesaikan perkara jika
timbul.
2.5.3 Syarat-Syarat Surat Perjanjian Jual Beli
Surat perjanjian dikatakan sah dan memilki kekuatan hukum jika memenuhi
syarat sebagai berikut.
1. Surat perjanjian harus ditulis di atas kertas bersegel atau kertas biasa yang
dibubuhi materai.
2. Pembuatan surat perjanjian harus ada rasa ikhlas, rela dan tanpa paksaan;
3. Isi perjanjian harus disetujui oleh kedua pihak yang berjanji.
4. Pihak yang berjanji harus sudah dewasa dan dalam keadaan waras dan sadar.
5. Isi perjanjian harus jelas dan tidak mempunyai peluang untuk ditafsirkan secara
berbeda.
6. Isi surat perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan norma
2.5.4 Bagian-Bagian Surat Perjanjian Jual Beli
Adapun bagian-bagian surat perjanjian antara lain:
1. Judul perjanjian
Judul perjanjian merupakan nama atau hal pokok perjanjian,. Judul ini ditulis di
tengah-tengah menggunakan huruf kapital semua.
Contoh:
2. Nama Pihak yang Mengadakan Perjanjian
Nama orang atau badan hukum yang mengadakan perjanjian tertulis dengan
didahului kata pendahuluan yang lazim dipergunakan. “ Yang bertandatangan di
bawah ini… nama dan jabatan, diikuti dengan tempat tinggal/alamat atau
kedudukan”. Apabila nama-nama itu mengenai orang yang digunakan perkataan
“bertempat tinggal atau alamat” dan bila mengenai badan hukum atau organisasi
digunakan perkataan “berkedudukan“ yang diikuti dengan domisilinya.
Selanjutnya apabila nama-nama pihak yang mengadakan perjanjian itu akan
disebut dalam pasal-pasal atau alinea-alinea berikutnya dalam surat perjanjian,
maka agar lebih singkat manyebutnya, biasanya diadakan singkatan sebagai
berikit.
1) Dalam perjanjian pada umumnya, disebut “ pihak kesatu dan kedua”.
2) Dalam perjanjian jual beli lazim disebut “pihak penjual dan pihak pembeli”
atau disingkat menjadi “ penjual dan pembeli”.
Contoh:
3 . Peryataan Pemufakat
Dalam setiap perjanjian yang dibuat harus mengandung pemufakatan misalnya
dengan menyatakan ‘’kedua belah pihak telah mengadakan pemufakatan untuk
mengadakan perjanjian yang diatur dalam pasal-pasal di bawah ini’’ atau’’dengan
ini menyatakan telah sepakat serta setuju untuk mengadakan perjanjian dengan
pokok-pokok ketentuan sebagai berikut’’.
Contoh:
4. Isi Perjanjian
Dalam isi perjanjian dikemukakan objek perjanjian, hak-hak dan kewajiban
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Dalam perjanjian jual beli memuat tentang:
1) jenis barang yang diperjuabelikan;
2) harga yang disetujui bersama;
3) cara pembayaran yang dimufakat;
4) waktu pembayaran;
5) cara penyerahan barang;
Yang bertandatangan di bawah ini: 1. nama :
pekerjaan :
alamat :
yang bertindak dan untuk atas nama… (penjual), 2. nama :
pekerjaan :
alamat :
yang bertindak dan untuk atas nama… (pembeli),
6) waktu penyerahan barang;
7) tempat penyerahan barang.
Contoh:
5. Jangka Waktu Perjanjian
Saat berlaku serta jangka waktu berlakunya perjanjian dan kemungkinan
perjanjiannya. Hal ini dapat dinyatakan “ perjanjian ini mulai berlaku … sampai
dengan tanggal…” atau “ perjanjian ini mulai berlaku ada tanggal ditandatangani
dan berakhirnya sampai ada penarikan kembali”.
Contoh:
6. Domisili
Domisili adalah tempat kedudukan menurut hukum. Domisili ini perlu disebutkan
dalam surat penrjanjian, gunanya adalah untuk menentukan wilayah hukum mana
yang akan dipergunakan bila timbul suatu perelisihan.
Contoh:
Pasal 1
Pihak pertama menjual kepada pihak kedua 20 unit komputer IBM TX100…
Semua barang diserahkan kepada pembeli di jalan Yos Sudarso No. 45 Kotabumi, tiga hari setelah penandatanganan surat perjanjian jual-beli
serta diasuransikan pada perusahaan asuransi Modern Life.
7. Penyelesaian Perselisihan
Penyelesaian perselisihan dalam surat perjanjian biasanya dilakukan dalam dua
tingkat. Tingkat pertama yaitu diadakan secara kekeluargaan atau perdamaian dan
tingkat kedua adalah secara hukum, yaitu ditunjukkan kepada pengadilan negeri.
Contoh:
8. Klausul Penutup (kata penutup)
Klausul ini merupakan bagian terakhir dari surat perjanjian yang lazimnya disusun
seperti “surat perjanjian ini dibuat dengan disaksikan oleh “atau” demikianlah
perjanjian ini dibuat oleh kedua belah pihak di….pada hari…..tanggal….dengan
disaksikan oleh..”
Contoh:
Jakarta, 09 Mei 2002
Pihak kedua, Pihak kesatu,
Munif Mahdiansyah Ahmad Ridwan
Saksi-saksi 1. Machfud 2. Sugiarto
Contoh Surat Perjanjian Jual Beli
Berikut ini akan diberikan contoh cara penulisan surat perjanjian jual-beli atas
nama pribadi yang sesuai dengan kaidah penulisan secara lengkap dapat dilihat di
bawah ini,
Contoh: Surat Perjanjian Jual-Beli
SURAT PERJANJIAN JUAL BELI KOMPUTER
Kami yang bertandatangan di bawah ini: 1. Nama : Ahmad Ridwan
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : JL. Teuku Umar No. 06 Bandar Lampung telp 0721467748
selanjutnya disebut pihak 1 (penjual)
2. Nama : Munif Mahdiansyah Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : JL. Yos Sudarso No. 45 Kotabumi telp 0721467786
dan selanjutnya disebut pihak II (pembeli), sepakat mengadakan perjanjian jual beli komputer dengan ketentuan berikut .
Pasal 1
Penjual telah menjual kepada pembeli dua puluh lima unit komputer IBM Pentium IV @Rp4500.000,00. Jumlah harga seluruh komputer Rp 112.500,00.
Pasal 2
Pembeli membayar uang muka sebesar 50% pada saat penandatanganan surat perjanjian jual beli ini, dan sekaligus sebagai bukti pembayaran atau kuitansi, sedangkan sisanya harus sudah dilunasi satu bulan setelah penyerahan barang.
Pasal 3
Dede Julfah( 2003:15)
Pasal 4
Jika penjual terlambat menyerahkan barang lebih dari sepuluh hari, pembeli berhak membatalkan pesanan dan penjual harus mengembalikan uang muka bertambah denda 10% sebagai ganti rugi
Pasal 5
Sebaliknya, jika pembeli terlambat menyelesaikan sisa pembayaran, pembeli dikenakan denda 10% per bulan dari jumlah uamg yang belum dilunasi tersebut.
Pasal 6
Jika dalam perjanjian itu timbul suatu persoalan, kedua pihak berusaha menyelesaikan secara kekeluargaan. Namun, bila ternyata gagal, maka persoalan ini akan disesuaikan menurut hukum yang berlaku, dan memilih Bandar Lampung sebagai domosili
Pasal 7
Surat perjanjian jual-beli ini dibuat rangkap dua pada kertas bermaterai dan masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Jakarta, 09 Mei 2002
Pihak kedua, Pihak pertama,
Munif Mahdiansyah Ahmad Ridwan
2.6Bahasa Surat
Menurut Arifin (1984:52), bahasa surat adalah bahasa tulis. Oleh karena itu,
sebuah surat harus memiliki syarat-syarat bahasa tulis yang diatur menurut tata
bahasa dan di susun dalam suatu komposisi yang sesuai dengan kaidah. Adapun
syarat-syarat yang dimaksud adalah penataan paragraf, susunan kalimat, pilihan
kata, ejaan, dan situasi yang mendukukung penyampaian maksud tersebut.
Dengan demikian, penulis harus memperhatikan topik yang hendak disampaikan,
dan dapat merumuskan cara penyampaian ide yang paling efektif dan efesien.
Bahasa surat yang dugunakan dalam surat niaga harus singkat dan sederhana.
Dalam menulis surat harus mempertimbangkan baik-baik susunan kalimat, pilihan
kata beserta artinya dan perangkat ejaan serta pungtuasi yang mendukung
pencapaian maksud. Isi surat tidak meragukan, dan mudah dipahami oleh
pembaca surat.
2.6.1 Pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi suatu yang lebih
besar berikut penggunaan tanda bacanya (Musakim, 1994:128). Ejaan adalah
keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
menghubungkan lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam
suatu bahasa), penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian kata dan pemakain
tanda baca (Arifin dan Tasai, 2004:170). Ejaan dalam pennulisan surat menyurat
2.6.1.1Huruf Kapital
Pedoman penulisan huruf kapital dipakai pada:
1) Huruf pertama pada awal kalimat;
Contoh: Ayah pergi ke kebun.
2) Huruf pertama unsur-unsur nama orang, tetapi tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran;
Contoh: Ani Yunilar, Yeti Ramaita
3) Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti oleh nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat, tetapi tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
nama pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat;
Contoh: Presiden Susilo Bambang Yudoyono, Dokter Hendra.
4) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan nama peristiwa sejarah,
tetapi tida dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama;
Contoh: hari Selasa, bulan April, tahun Hijriah, bahasa Lampung.
5) Huruf pertama nama geografi, tetapi tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah
geografi yang digunakan sebagai nama jenis dan yang tidak menjadi unsur
nama diri;
Contoh: Danau Ranau, Asia Tenggara, Gunung Himalaya.
6) Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
Contoh: Radar Lampung, Pedoman Lengkap, Surat Menyurat, Bahasa
Indonesia
7) Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh: S.Pd. (Sarjana Pendidikan), Dr. (Doktor), Sdr (Saudara)
2.6.1.2 Pemakaian Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar
kalimat-kalimat yang kita tulis dapat kita pahami orang persis seperti yang kita
maksudkan.
1. Tanda titik
a. Tanda ttitik tidak dipakai akhir judul, subjudul, kepala karangan, tabel dan
sejenisnya;
b. Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanda surat, nama
dan alamat penerima surat.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
keterangan.
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian atau pemerian;
Contoh: untuk membuat kue mentega dibutuhkan bahan-bahan: tepung
terigu, mentega, telur, dan vanili.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
Contoh:
Tempat rapat : Ruangan 11
Pemimpin rapat : Fahmi Zulkarnain
Hari : Selasa
Tanggal : 23 Mei 2009
Waktu : 11.00
3. Tanda koma
a. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tepat
dan tanggal, nama tempat dan wilayah atau negara yang ditulis secara
berurutan;
b. Tanda koma dipakai di depan angka persepuluh atau diantara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka; dan
4. Tanda koma dipakai di antara nama gelar dan akademik yang mengikutinya
dengan tujuan untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga atau
marga. Contoh: Ny.Anita Dewi, S.Pd.
2.6.1.3 Penulisan Kata
1) kata dasar, kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan.
2) kata turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya;
b) Jika bentuk dasarnya meupakan gabungan kata, maka awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya;
c) Jika bentuk dasarnya merupakan gabungan kata yang telah mendapat awalan
dan akhiran, maka unsure gabungan itu ditulis serangkai.
4) Gabungan kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis secara terpisah;
b) Gabungan kata termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung atau menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan.
5) Kata depan di, ke, dan dari ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
6) Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
a) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
b) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat ditulis
dengan tanda titik.
c) Unruk singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik, kecuali untuk singkatan berikut seperti a.n (atas nama), u.b (untuk beliau),
d.a (dengan alamat), u.p (untuk perhatian), c.q (dalam hal ini).
7) Pemenggalan kata
a) Pemenggalan kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, diantara dua huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum
b. Jika di tengah ada vokal berurutan, pemenggalan itu dilakukan itu
dilakukan diantara kedua huruf vocal itu kecuali huruf diftong ai,au,dan
io tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan
diantara kedua huruf itu;
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu, gabungan huruf konsonan
tidak pernahdiceraikan;
d. Jika ditengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan
yang kedua;
b) Awalan dan akhiran, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta
partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dapat dipenggal
pada pergantian baris;
c) Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsure lain, pemenggalan dapat dilakukan diantara
unsur-unsur itu atau pada unsur-unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah satu;
8) Angka dan bilangan
a) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Didalam
tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi;
b) Angka digunakan untuk menyatakan ukuran (panjang, berat, luas, isi, satuan
waktu, nilai uang, dan kuantitas);
c) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat;
e) Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca;
f) Menulis dengan angka dan bilangan dalam dokumen resmi seperti akta atau
kuitansi;
2.6.2 Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhu syarat-syarat berikut: 1) secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis, 2) sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan pembaca atau penulis (Keraf, 1997:34). Dengan demikian
kedua syarat tersebut bila diimplikasikan kedalam surat perjanjian jual-beli
kemungkinan tidak akan terjadi kesalahpahaman antara penjual dan pembeli,
karena dalam membuat surat gagasannya datang dari kedua belah pihak.
Selain itu, Mustakim (1994:85) mengungkapkan bahwa kalimat efektif adalah
suatu jenis kalimat yang dapat memberikan efek tertentu dalam berkomunikasi,
efek yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kejelasan informasi mengenai objek
yang akan diperjual belikan, sehingga isi surat lebih efektif.
Akhaidah, dkk (1988:116) mengemukakan kalimat efektif merupakan kalimat
yang benar dan jelas sehingga mudah dipahami orang lain secara tepat. Dengan
kata lain sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk
menumbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Menurut Arifin (1984:52), kalimat efektif adalah kalimat yang sesedikit mungkin
Berdasarkan pendapat diatas, pengertian kalimat efektif pada intinya sama, yaitu
kalimat itu harus benar dan jelas sehingga mudah dipahami orang lain secara
tepat. Dalam hal ini, penulis mengacu kepada pendapat yang dikemukakan oleh
Akhaidah, dkk.
Kelengkapan unsur dalam sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah
kalimat. Sehubungan dengan itu Akhaidah, dkk. Juga berpendapat bahwa kalimat
yang lengkap itu harus ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, kalimat
tersebut meliputi unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat,
sekurang-kurangnya unsur subjek dan predikat, ejaan yang disempurnakan, dan
cara memilih kata dalam kalimat (diksi).
Dengan demikian, penggunaan kalimat dalam sebuah surat harus efektif agar
pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Hal ini, sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Nurlaksana, dkk. (1997:58), bahwa dalam
bahasa ditulis sebuah kaliamat tergolong efektif jika mempunyai ciri-ciri
kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan,
dan kelogisan.
2.6.2.1Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa
yang dipakai (Nurlaksana, dkk., 1997:58). Selain itu, Parera (1991:43),
menyatakan bahwa kesepadanan adalah kemaksimalan struktur bahasa
mendukung gagasan dan ide yang dikandung. Dengan demikian, kesepadanan
kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan dan kepaduan pikiran. Ciri-ciri
1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek
dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian
preposisi (kata depan) seperti di, dalam, bagi, untuk, dan pada di depan subjek.
Contoh : Untuk semua pengendara sepeda bermotor harus memiliki SIM. Seharusnya : Semua pengendara kendaraan bermotor harus memiliki SIM. 2. Kalimat itu tidak mempunyai sujek yang ganda. Kalimat yang mempunyai
subjek lebih dari satu (kalimat tunggal) menjadikan kalimat tidak efektif.
Contoh : Perbaikan jalan itu kami dibantu oleh masyarakat setempat. Seharusnya : Perbaikan jalan itu, kami dibantu masyarakat setempat. Atau
Kami dibantu oleh masyarakat setempat dalam memperbaiki jalan itu.
3. Kata penghubung antar kalimat seperti sehingga, sedangkan, karena, dan,
tetapi tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh : Malam ini hujan turu sangat deras. Sehingga nenek menggigil kedinginan.
Seharusnya : Malam ini hujan turun sangat deras sehingga nenek menggigil kedinginan.
4. Predikat kalimat tunggal tidak didahului oleh kata yang. Kata yang biasanya
dipakai sebagai keterangan pewatas pada kalimat majemuk bertingkat.
Contoh : Tanjung Karang yang terletak di pusat Bandar Lampung. Seharusnya : Tanjung Karang terletak di pusat Bandar Lampung.
2.6.2.2Keparalelan
Keparalelan dalam kalimat ialah dalam bentuk-bentuk bahasa yang sama atau
kontruksi bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial (Akhadah,
1988:122), selain itu, Nurlaksana (1997:60), mengemukakan bahwa keparalelan
adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam sebuah kalimat. Dengan
demikian, jika bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan
verba, gagasan lain yang serial dinyatakan dengan verba pula. Andaikan bentuk
pertama menggunakan vrba + yang, bentuk kedua dan sterusnya juga
menggunakan verba + yang.
Contoh: Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling
mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara pengobatannya
tidak ada yang tahu.
Seharusnya: Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling
mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahannya dan
pengobatannya tidak ada yang tahu.
2.6.2.3 Ketegasan
Ketegasan adalah memberikan penekanan pada ide pokok kalimat. Dengan
demikian, kalimat yang efektif adalah kalimat yang ide pokoknya tampak lebih
ditekankan. Untuk membentuk ketegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut ini.
1. Meletakkan kata yang ditekankan pada awal lakimat.
Contoh: saya sudah baca surat kabar itu.
Seharusnya: Surat kabar itu sudah saya baca.
2. Membuat urutan secara bertahap.
Contoh: Ia membeli empat potong baju yang masing-masing berukuran M, L, S, dan XL.
Seharusnya: Ia membeli empat potong baju yang masing-masing berukuran XL, L, M, dan S.
3. Menggunakan partikel –lah untuk memberi penekanan ide pokok.
2.6.2.4 Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, ungkapan,
atau frase yang dipandang tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menicptakan
kehematan kalimat, yaitu:
1. Menghindari pengulangan unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh : Karena saya tidak membawa paying, saya basah kuyup. Seharusnya : Karena tidak membawa payung, saya basah kuyup.
2. Menghindari pemakaian superordinat pada hiponimi.
Contoh : Warna kuning dan warna hijau adalah warna ksayangan ayah saya.
Seharusnya : Kuning dan hijau adalah warna ksayangan ayah saya.
3. Menghindari kesinoniman dalam satu kalimat
Contoh : Reza sejak dari kemarin belum makan nasi Seharusnya : Reza sejak kemarin belum makan nasi.
Reza dari kemarin belum makan nasi.
4. Menghindari penjamahan kata-kata yang bermakna jamak.
Contoh : Tanaman petani hancur diserang oleh sekelompok gajah-gajah liar.
Seharusnya : Tanaman petani hancur diserang oleh sekelompok gajah liar. Tanaman petani hancur diserang oleh gajah-gajah liar.
2.6.2.5 Kecermatan
Kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga kalimat yang
dihasilkan tidak rancu dan ambigu. Dengan perkataan lain, kalimat cermat adalah
kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda.
2.6.2.6 Kepaduan
Kepaduan adalah kepaduan dalam pernyataan dalam sebuah kalimat sehingga
informasi yang di sampaikan tidak terpecah-pecah. Berkaitan dengan hal tersebut
dua hal tersebut perlu diperhatikan.
1. Kalimat yang padu menggunakan pola: aspek + agen + verba secara tertib pada
kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Contoh : Simpulan yang salah saya akan perbaiki. Seharusnya : Simpulan yang salah akan saya perbaiki.
2. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat verba
transitif dan objek penderita.
Contoh : Dia menyalahi daripada peraturan itu. Seharusnya : Dia menyalahi peraturan itu.
2.6.2.7Kelogisan
Sebuah kalimat dianggap logis apabila kalimat itu mengandung makna yang
diterima akal sehat (Kosasih, 2002:129). Selain itu, Nurlaksana, dkk. (1997:64),
memyatakan bahwa kelogisan adalah ide kalimat itu dapat diterima dengan akal
sehat dan sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan. Sebuah kalimat yang
efektif harus mengandung makna yang logis, yang dapat diterima akal sehat.
Kelogisan sebuah kalimat harus diperhatikan oleh setiap penulis agar makna
kalimat yang dibuatnya tidak menimbulkan penafsiran yang beragam pada
pembaca.
Contoh : Bersama surat ini saya beritahukan bahwa pada hari ini saya tidak masuk sekolah karena sakit.
2.7 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan (KBBI:707). Menulis
adalah menyusun atau mengorganisasikan buah pikiran atau ide ke dalam
rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa yang tertulis (Ambary,
1990:175). Surat perjanjian jual beli adalah surat perjanjian tertulis antara kedua
belah pihak yang berisi perjanjian antara kedua belah pihak yang berisi perjanjian
antara penjual dan pembeli yang berisi pernyataan bahwa pihak penjual
berkewajiban menyarahkan suatu barang dan berhak atas harga barang tersebut,
sedangkan pembeli berkewajiban membayar harga atas harga barang dan berhak
menerima barang tersebut dari penjual.
Berdasarkan uraian tersebut kemampuan menulis surat perjanjian jual beli adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan, menyusun atau mengorganisasikan buah
pikiran atau ide ke dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa
yang tertulis antara kedua belah pihak yang berisi perjanjian antara kedua belah
pihak yang berisi perjanjian antara penjual dan pembeli yang berisi pernyataan
bahwa pihak penjual berkewajiban menyarahkan suatu barang dan berhak atas
harga barang tersebut, sedangkan pembeli berkewajiban membayar harga atas
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini sesuai dengan tujuan
penelitian yakni mengetahui dan mendeskripsikan tingkat kemampuan menulis
surat perjanjian jual beli siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan
tahun pelajaran 2010/2011. Metode deskriptif adalah prosedur penyelesaian
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
sebagaimana adanya (Nawawi, 2001:63).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan digunakan peneliti,
sedangkan sampel adalah penentuan subjek yang akan digunakan dalam
penelitian. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung
Selatan tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 157 siswa yang tersebar
Tabel 3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011
No Kelas Jumlah
Populasi
1. XI IPA 1 34
2. XI IPA 2 35
3. XI IPS 1 43
4. XI IPS 2 44
JUMLAH SISWA 157
3.2.2 Sampel
Penentuan sampel yang jumlah subjeknya lebih dari seratus, dapat diambil antara
10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002:112). Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 40 siswa dari 157 siswa. Karena jumlah subjek lebih dari
100, maka dalam penelitian ini penulis mengambil 25% sebagai sampel dari
keseluruhan jumlah populasi. Dalam penentuan sampel, penulis menggunakan
teknik Propotional Cluster Random Sampling, yaitu sampel acak sederhana di
mana setiap sampling unit terdiri dari kumpulan atau kelompok elemen.
Berdasarkan hal di atas, sampel yang penulis ambil adalah 157x25%=40. Jadi,
dari setiap kelas diambil 9-11 siswa sebagai anggota sampel.
Adapun langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut.
1. Nama seluruh siswa setiap kelas diberi kode berupa angka yang sesuai dengan
urutan nama dalam daftar hadir siswa.
3. Mengocok gelas tersebut kemudian mengeluarkan gulungan kertas satu per
satu. Setiap kelas berjumlah 9-11 siswa sehingga jumlah keseluruhan sampel
sebanyak 40 siswa.
4. Dalam pelaksanaan pengetesan , peneliti mengetes secara keseluruhan.
Tabel 3.2 Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes menulis surat
perjanjian jual beli. Tes digunakan untuk mengetahui tentang kemampuan siswa
kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan dalam menulis surat perjanjian
jula beli. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas selama 90 menit.
3.4 Teknik Analisis Data
Cara yang digunakan penulis dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mengumpulkan seluruh data.
2. Mengoreksi hasil pekerjaan siswa.
3. Memberi skor pada surat perjanjian jual beli yang dibuat siswa berdasarkan
indikator judul perjanjian, identitas (penjual dan pembeli), ketentuan isi surat,
dan klausul (penutup).
No Kelas Jumlah Siswa 25% dari
Jumlah Siswa Sampel yang
ditetapkan
1. XI IPA 1 34 9 9
2. XI IPA 2 35 9 9
3. XI IPS 1 43 11 11
4. XI IPS 2 44 11 11
Table 3.3 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011
NO. INDIKATOR DESKRIPTOR SKOR
1. Judul perjanjian Letak judul perjanjian dan
informasi isi perjanjian ditulis lengkap, jelas, dan benar di tengah-tengah mengunakan huruf kapital.
Letak judul perjanjian dan informasi isi perjanjian ditulis lengkap, jelas, di tengah – tengah, tetapi menggunakan huruf kapital hanya di setiap awal kata saja.
Letak judul perjanjian ditulis di tengah-tengah, tetapi tidak mencantumkan informasi isi perjanjian, menggunakan huruf kapital,
Letak judul perjanjian dan informasi isi perjanjian tidak
2. Identitas penjual dan pembeli (meliputi nama, alamat, dan pekerjaan)
pekerjaan ditulis kurang lengkap dan jelas, dan terdapat 5-6 kesalahan penulisan.
Identitas nama, alamat, dan pekerjaan ditulis tidak lengkap dan jelas, dan terdapat 7-8 kesalahan penulisan.
Identitas nama, alamat, dan pekerjaan ditulis tidak lengkap dan terdapat lebih dari 8 kesalahan dalam penulisan. meliputi: harga , waktu dan cara penyerahan, hak dan kewajiban, cara penyelesaian perselisihan ditulis dengan, lengkap, jelas dan benar, kalaupun ada kesalahan hanya 1-2 kesalahan penulisan.
Ketentuan –ketentuan yang disepakati kedua belah pihak meliputi: harga , waktu dan cara penyerahan, hak dan meliputi: harga , waktu dan cara penyerahan, hak dan kewajiban, cara penyelesaian perselisihan ditulis kurang lengkap, jelas ,dan terdapat 5-6 kesalahan penulisan.