• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI MUSLIM ETNIK TIONGHOA DENGAN LINGKUNGAN SOSIALNYA (Studi Pada Muslim Etnik Tionghoa di Kecamatan Telukbetung Selatan Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERAKSI MUSLIM ETNIK TIONGHOA DENGAN LINGKUNGAN SOSIALNYA (Studi Pada Muslim Etnik Tionghoa di Kecamatan Telukbetung Selatan Bandar Lampung)"

Copied!
925
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

INTERAKSI MUSLIM ETNIK TIONGHOA DENGAN LINGKUNGAN

SOSIALNYA

(Studi Pada Muslim Etnik Tionghoa di Kecamatan Telukbetung Selatan

Bandar Lampung)

Oleh

Mia Marissa

Interaksi antar etnik ini membawa pada suatu proses pembauran yang salah satu

faktor pendukung pembauran tersebut adalah agama. Diperkirakan agama Islam

merupakan salah satu faktor yang mempermudah pembauran itu. Dengan menjadi

muslim, etnik Tionghoa lebih mudah mendekatkan diri mereka dengan warga

setempat. Sebagian yang lain menjadi Muslim karena perkawinan dengan

masyarakat setempat. Masyarakat keturunan Tionghoa ada yang memeluk Islam

karena pernikahan. Diawali dengan pembauran, saling mengenal lalu menikah,

namun ada juga yang memeluk Islam karena mereka tertarik dengan ajaran Islam

itu sendiri. Permasalahan tentang Interaksi muslim etnik Tionghoa dengan

lingkungan sosialnya adalah masalah yang menarik untuk dilakukan penelitian,

karena persoalan etnik yang berbeda dapat menimbulkan suatu konflik antara

muslim etnik Tionghoa dengan masyarakat lingkungan setempat. Penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis

begaimana bentuk interaksi muslim etnik Tionghoa dengan lingkungan sosial

mereka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Informan ditentukan dengan

Purposive Sampling

yakni penentuan disesuaikan

dengan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Data

diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Selanjutnya analisis data dilakukan

dengan reduksi data,

display

atau penyajian data dan tahap kesimpulan

(

verifikasi

). Lokasi penelitian di Kecamatan Telukbetung Selatan Bandar

Lampung. Informan dalam penelitian ini adalah 4 orang, yang terdata pada PITI

(Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) di Propinsi Lampung, selain itu berdomisili

dan menetap di Kecamatan Telukbetung Selatan Bandar Lampung. Adapun hasil

penelitian menunjukkan bahwa bentuk interaksi muslim etnik Tionghoa dengan

lingkungan sosial mereka terjadi melalui dua proses yaitu proses asosiatif dengan

bentuk interaksi kerjasama, akomodasi atau adaptasi dan asimilasi. Proses

disosiatif yaitu melalui bentuk interaksi konflik dan pertentangan.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

bjbj¬ú¬ú

(16)
(17)
(18)
(19)

: ! PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia terletak di kawasan Asia Tenggara sebagai Negara kepulauan dan seperti halnya Negara-negara di Asia banyak terdapat masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia yang pada umumnya bermukim di perkotaan dan memeluk agama yang berbeda-beda. Ketika masa orde baru di Indonesia pada pelaksanaan pembangunan ekonomi

pemerintah memberikan masyarakat keturunan Tionghoa kesempatan dibidang ekonomi, namun disisi lain, sumber-sumber inspirasi dan manifestasi kecinanan di Indonesia dibendung. Bangsa Indonesia merupakan bangsa multi etnik yang memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan

keturunan, baik dari keturunan Cina atau Tionghoa, India, Arab dan lain-lain. Dari berbagai etnik yang ada, etnik Tionghoa merupakan salah satu etnik asing terbesar di Indonesia. Disamping sebagai etnik asing

terbesar, etnik Tionghoa memiliki mobilitas yang tinggi. Tingginya

mobilitas etnik inilah yang menyebabkan terjadinya interaksi antar etnik ini dengan etnik-etnik yang ada, khususnya dengan etnik pribumi. Hal ini terjadi merata hampir di tiap kota di seluruh wilayah

nusantara. Interaksi antar etnik ini membawa pada suatu proses pembauran yang salah satu faktor pendukung pembauran tersebut adalah agama.

Diperkirakan agama Islam merupakan salah satu faktor yang mempermudah pembauran itu. Dengan menjadi muslim, etnik Tionghoa dapat mendekatkan diri mereka dengan warga setempat untuk menghapus stigma komunis. Sebagian yang lain menjadi Muslim karena perkawinan dengan masyarakat setempat. Masyarakat keturunan Tionghoa ada yang memeluk Islam karena pernikahan. Diawali dengan pembauran, saling mengenal lalu menikah, namun ada juga yang memeluk Islam karena mereka tertarik dengan ajaran Islam itu sendiri. Pada dasarnya bagi seorang keturunan Tionghoa memeluk Islam bukanlah hal yang mudah, ada banyak faktor yang menyebabkan masyarakat keturunan Tionghoa harus mempertimbangkan secara matang untuk memilih untuk menjadi seorang muslim. Mereka harus meninggalkan kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya memakan makanan tertentu, minum alkohol, berjudi dan sebagainya. Pemujaan terhadap leluhur dengan membakar batang dupa (hio) dan sebagainya seperti yang dilakukan nenek moyang secara turun temurunpun harus ditinggalkan karena tidak dibenarkan Islam. Disamping itu, ada resiko kemunduran ekonomi bila seorang

keturunan Tionghoa memeluk Islam karena bisa dikucilkan serta diboikot dalam usaha dan bisnis oleh keluarga atau sesama etnik Tionghoa. Untuk menjadi seorang muslim tidak jarang diantara mereka ada yang dibuang dari keluarga, dihentikan keuangannya dan tidak mendapatkan bagian dari harta warisan keluarga, sehingga mereka harus berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Etnik Tionghoa dikenal dalam sejarah sebagai etnik yang sangat kuat memegang tradisi leluhur dan cenderung lebih bersikap ekslusif. Dalam konteks sejarah Indonesia, keadaan tersebut didukung oleh adanya pembagian kerja masyarakat Indonesia yang tidak merata. Secara historis telah memberi tempat khusus dalam usaha-usaha ekonomi bagi orang Tionghoa. Sementara kedalam masyarakat mereka sendiri hal ini didukung oleh sistem keluarga dan perkawinan yang mengukuhkan masyarakat Tionghoa. Selain daripada itu masyarakat Tionghoa juga merupakan satu-satunya

(20)

hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran orang umumnya adalah mereka pasti non-Muslim dan eksklusif. Hanya bergaul dengan kelompok mereka sendiri dan kurang bisa berbaur dengan lingkungan sekitar. Padahal, orang-orang yang biasanya sukses dalam bidang ekonomi ini juga ada yang Muslim dan mempunyai komunitas sendiri. Menurut penelitian-penelitian yang pernah dilakukan belum ada data yang pasti mengenai jumlah penduduk Tionghoa Muslim di Indonesia, tetapi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) memperkirakan jumlah penduduk Tionghoa ada 10 juta orang, sedang seorang ahli Cina dari Universitas Indonesia, A. Dahana mencatat

7.200.000 orang, dan seorang peneliti masalah Cina dari Universitas Nasional Singapura menduga ada 5.700.000 orang Tionghoa tersebar di Indonesia (http:// HYPERLINK "http://www.muslimtionghoa.com"

www.muslimtionghoa.com : 22 November 2008). Dari jumlah itu orang Tionghoa Muslim menurut pimpinan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) mencapai 5 (lima) persen, seorang pemerhati tentang Tionghoa muslim Ali Karim memperkirakan Tionghoa Muslim hanya 2 (dua) persen, dan seorang tokoh Tionghoa Muslim yang sangat terkenal yaitu Junus Jahya menduga penduduk Tionghoa Muslim hanya sekitar 1 (satu) persen dari total penduduk Tionghoa di Indonesia (http:// HYPERLINK

(21)

þÿÿÿ þÿÿÿ þÿÿÿ þÿÿÿ -

diperhitungkan sebagai bagian dari masyarakat setempat. Dinyatakan bahwa 26,45% dari jumlah seluruh warga etnik Tionghoa di Indonesia, tinggal di Jakarta yaitu 460.002 orang (5.53% dari seluruh penduduk Jakarta). Begitu juga di Kalimantan Barat, ada 20-30% dari seluruh warga Tionghoa

Indonesia (9.46% dari seluruh penduduk Kalimantan Barat, nomor 3 terbesar setelah etnik Sambas dan lainnya). Di Bangka Belitung, warga etnik

Tionghoa adalah 11,54% dari seluruh penduduk kepulauan itu, nomor 2 setelah etnik Melayu (http://www.jejakdakwahmuslimtionghoa.com : 20 November 2008). Permasalahan tentang Interaksi muslim etnik Tionghoa dengan lingkungan sosialnya adalah masalah yang menarik untuk dilakukan penelitian, karena persoalan etnik yang berbeda dapat menimbulkan suatu konflik antara muslim etnik Tionghoa dengan masyarakat lingkungan

setempat. Kendatipun pada hakekatnya manusia sebagai mahluk tuhan diciptakan dalam kodrat yang sama, namun perbedaan etnik, mampu

melatarbelakangi suatu pendiskriminasian dalam satu golongan tertentu. Di Indonesia pernah terjadi demo anti Cina di Solo bermula terjadinya

perkelahian pemuda yang berdampak pada etnik, termasuk tragedi bulan Mei 1998 Jakarta kelabu, banyak wanita-wanita etnik Cina yang teraniaya, diperkosa, dirampok yang mengakibatkan hampir seluruh pertokoan milik WNI Cina dibakar dan dijarah ( HYPERLINK "http://www.orangtionghoa.com"

http://www.orangtionghoa.com : 20 November 2008). Selain itu, di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tercatat dua peristiwa yang dirasakan sebagai pukulan yang menyakitkan bagi masyarakat Cina, yaitu peristiwa G30S PKI tahun 1965 dan kerusuhan Mei 1998. Pilihan dengan identitas Indonesia telah difasilitasi pemerintah Orde Baru yang memberlakukan asimilasi inkorporasi (total) bagi orang Cina untuk menghilangkan identitas Cina-nya dan menjadi Indonesia. Namun demikian motivasi pemberlakuan asimilasi inkorporasi nampaknya lebih bernuansa ŗhukumanŗ karena sangkaan keterlibatan orang Cina dalam pemberontakan PKI tahun 1965. Pada kenyataannya kebijakan tersebut justru memberikan

kontribusi terhadap berbagai kerawanan gejolak sosial yang memprihatinkan seperti prasangka, kerusuhan kekerasan masa dengan sasaran etnik Cina. Kebijakan tersebut juga menyisakan trauma bagi golongan minoritas ini, selain akibat berbagai tindakan kekerasan yang dialaminya, juga akibat perlakuan diskriminatif yang membelenggu gerak hidup masyarakat Cina ini. Asimilasi inkorporasi (total) itu sendiri pada kenyataannya telah gagal.

Pada kenyataannya tidaklah mungkin untuk meniadakan akar budaya suatu golongan masyarakat begitu saja. Memilih mempertahankan identitas sebagai orang Cina juga bukan persoalan yang mudah, karena ke-Cina-an lekat

(22)

minoritas dan masyarakat pribumi selaku kelompok mayoritas dalam

pembauran bangsa sangatlah berpengaruh terhadap proses pembangunan suatu bangsa. Selama ini komunitas Muslim Tionghoa tidak pernah mendapat

perhatian serius dari pemerintah bahkan cenderung diabaikan. Dari

kalangan Islam yang lain juga kurang mendapat perhatian karena terlanjur tertanam stigma bahwa etnik Tionghoa itu eksklusif dan sulit

didekati. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ŗBagaimana bentuk interaksi muslim etnik Tionghoa dengan lingkungan sosialnya?ŗ Tujuan Penelitian Studi tentang interaksi muslim etnik Tionghoa dengan lingkungan sosialnya ini bertujuan untuk lebih dapat mengetahui,

mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana bentuk interaksi muslim etnik Tionghoa dengan lingkungan sosial mereka. Kegunaan

Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Secara objektif hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu sosial budaya dan agama pada khususnya Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan masalah kebudayaan muslim etnik Tionghoa Secara praktis ini dapat digunakan sebagai titik tolak dalam rangka penelitian yang sejenisnya secara mendalam dan ruang lingkup yang luas Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan masyarakat untuk bisa hidup berdampingan sebagai sesama

penganut agama. PAGE PAGE

(23)

! 6 7 ´ ¼ Š ř

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

฀hŖf- ฀hŠ7¡ hÛ3º hW$Ù ฀฀hŠ7¡

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

$ &

F dà a$ gd 1E

$ dà a$ gdO $ &

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

` h …฀ Š฀

(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

h 1E mH sH 8Ð ï ô ´ Ó

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)

฀h¤~K mH sH haSò ฀hŠ7¡ mH sH -( ŗ฀ Á Å Y

(77)

$ Æ ฀Ŗ฀ dh a$ gd 1E $ &

F Æ

฀h฀฀v฀Ŗ฀ dà a$ gd q¥ $ Æ ฀v฀Ŗ฀ dh a$ gdË Þ $ Æ ฀v฀Ŗ฀ dà a$ gd q¥

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)

฀h¤~K mH sH $ hŔ [ ฀h¤~K 0J >* B* mH ph ÿsH # • j hŔ [ ฀h¤~K U mH sH hŔ [ ฀h¤~K mH sH j hŔ [ ฀h¤~K U mH sH W ^ _ Ř฀ ř฀ Ŗ฀ ° ± ´ µ ¶ Ã Ä Å ù þ ¥ ª ö

(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)

฀h¤~K mH sH $฀h¤~K h86Þ 0J >* B* mH ph ÿsH # • já ฀฀฀฀h¤~K h86Þ U฀฀mH฀฀sH฀฀฀฀h¤~K h86Þ mH sH j ฀h¤~K h86Þ U฀฀mH฀฀sH฀฀฀฀h¤~ K 6 •mH sH (» À Á É û " 7 C V W X Y • • ó ø ! k! Õ! Ú! '" )" Ŕ" ›" â" ç"

# øíåíÝøÝÕÊø·øÊ« ¤Š¤•¤Š¤w¤Šw¤lalal

(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)

฀h¤~K mH sH !

(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)

h| » mH sH h-Zœ hv'º mH sH

h-Zœ hW$Ù mH sH - * "* #* $* ?* G* ©* ®* ÿ* + + + *+ /+ 0+ ?+ @+ A+ ©+ ª+ «+ µ+ ¼+ Á+ Â+ Ë+ è+ é+ ê+ ü+ ý+ þ+

(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)

$ Æ Ø dà a$ gd q¥ $ &

F Æ ฀v฀฀฀„v฀฀„ŠŪ฀d‡฀฀ ^„v฀`„ŠŪa$฀gd q¥ $ &

(127)
(128)
(129)
(130)

„h฀]„h฀gdŠ7¡

฀„øÿ฀„฀ ฀&`#$฀gdŠ7¡ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ µ6 _Y °Z X- & " WMFC 4ú ð

(131)

¨ µ6 _Y

(132)

(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)

~ RQ`2Œ€฀ „}฀ ô~ p€฀ $Q`2Œ€฀ „}฀ Id/1„}฀ Œ€฀

ÿÿÿÿ\+Ð Ðd/1 ÿÿÿÿÿÿ ฀฀฀€ÿÿÿÿ ÔûI X G-• ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀‡* €฀ ÿ T i m e s e w

(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)

0~ ¬• $Q`2È À| Id/1À| È

ÿÿÿÿœ@ť Ðd/1ÿÿ ÿÿ฀€ÿÿ฀ ฀ÿ฀€ÿÿÿÿ ÔûI X 3.• ฀฀฀฀฀฀฀฀‡* €฀ ÿ A r i a l `2 °v

(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)

(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)
(178)
(179)
(180)
(181)
(182)
(183)
(184)
(185)
(186)
(187)
(188)

h L a t a r

(189)
(190)
(191)
(192)
(193)
(194)

R p œÿÿÿ • @ T i m e s N e w R o m a n hð

Ìó Lñ RQ`2Ìó Äð 4ò °ó $Q`2Ìó Äð Id/1Äð Ìó

ÿÿÿÿ\<Ð Ðd/1 ÿÿÿÿÿÿ ฀฀฀€ÿÿÿÿ ÔûI X G-• ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀‡* €฀ ÿ T i m e s e w

(195)
(196)
(197)
(198)

x I n d o n e s i a t e r l e t a k d i

(199)
(200)

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dalam pembuatan aplikasi ini penulis menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0, dengan database MS Access yang juga dijelaskan tentang rancangan database dan

Reduksi keluhan muskuloskeletal dan waktu siklus proses produksi per keping berbasis ergonomi meliputi; perancangan meja dan kursi kerja lipat blanket basah ergonomis, pengaturan

penulisan skripsi ini dengan judul “ HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KESEPIAN PADA LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI

Objek laring yang tampil berbentuk 3D terdapat teks yang menentukan bagian dari laring. Kemudian pada marker terdapat virtualbutton play dan stop, ketika menekan

Menurunnya kepatuhan pasien dislipidemia dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya komplikasi, maka perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui kepatuhan penggunaan

Oleh karena itu, untuk mengembangkan sebuah konsep smart city perlu juga dukungan unsur teknologi maju, seperti informatika melalui aplikasi-aplikasi yang mudah

Pada saat ini yang bersangkutan menjabat sebagai Kepala Seksi Penanggulangan Bencana Alam, Direktorat Perlindungan Hortikultura sejak Tanggal 3 Maret 2016. Sebelumnya pernah menjabat

[r]