• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA

SATUAN KERJA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

WILAYAH I

OLEH:

TENGKU INDAH SURYANA 120522090

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen

Organisasi terhadap Kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika Wilayah I” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa

do’a, bimbingan, pengarahan, bantuan kerja sama semua pihak yang telah turut

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya ingin

mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac., Ak., CA., Selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku

Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1

(3)

Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama

penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding

yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi

kesempurnaan skripsi ini dan Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku

Dosen Penguji yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang

diberikan demi kesempurnaan skrisi ini.

6. Bapak/Ibu Kepala dan Staf Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika Wilayah I, saya ucapkan terima kasih atas izin dan dukungannya

untuk meneliti sehingga memudahkan penyelesaian skripsi ini.

7. Teristimewa terima kasih kepada Ayahanda tercinta T. Melju Effendi dan

Ibunda tersayang Kamsiar yang telah mendidik dan membesarkan penulis

dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Medan, Oktober 2014 Penulis

(4)

ABSTRAK

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA SATKER BADAN

METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA WILAYAH I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu 2 minggu. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data kemudian dilakukan dengan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda dengan uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi.

Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Penelitian ini juga menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

(5)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGET PARTICIPATION AND ORGANIZATION COMMITMENT TO PERFORMANCE METEOROLOGICAL, CLIMATOLOGICAL AND GEOPHYSICAL AGENCY REGION I

The purpose of this research is to know the impact of budgetary participation and organization commitment as simultan and partial toward to Performance Meteorological, Climatological and Geophysical Agency Region I.

The method of this minithhesis is to use a causal research design. The type of data used is the primary data. Primary data obtained by sending questionnaires directly to respondents and quote after period of 2 weeks. The data collected analyzed by the method of data analysis was then performed with the classical assumtion test before testing the hypothesis. Testing hypothesis using multiple regression, the t test, F test, and test the coefficient of determination.

The result of this research show that budgeting participation as partial has an impact to Performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency and organization commitment has an impact to performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency. This research also found that the budgeting participation and organization commitment are simultaneously has an impact to Performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1 Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Anggaran ... 7

2.1.2 Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran ... 9

2.1.2.1 Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran.. 9

2.1.2.2 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah ... 10

2.1.3 Komitmen Organisasi ... 11

2.1.3.1 Pengertian Komitmen Organisasi ... 11

2.1.3.2 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Pemerintah ... 11

2.1.4 Kinerja Satuan Kerja ... 12

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 14

2.3 Kerangka Konseptual ... 18

2.4 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.3 Batasan Operasional ... 22

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 22

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 26

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.8 Metode Analisis Data ... 27

3.8.1 Pengujian Kualitas Data ... 28

3.8.1.1 Uji Validitas ... 28

3.8.1.2 Uji Reliabilitas ... 28

(7)

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 29

3.8.2.2 Uji Multikolinearitas ... 30

3.8.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 31

3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 32

3.8.3.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 32

3.8.3.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 32

3.8.3.3 Koefisien Determinan (�2)... 33

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 34

4.1.1 Sejarah Singkat BMKG ... 34

4.1.2 Visi dan Misi BMKG ... 35

4.1.3 Tugas dan Fungsi BMKG ... 37

4.2 Pembahasan Hasil Analisis ... 39

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 39

4.2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)... 39

4.2.1.2 Komitmen Organisasi (X2) ... 42

4.2.1.3 Kinerja Satker (Y) ... 45

4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 48

4.2.2.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X1... 48

4.2.2.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X2... 50

4.2.2.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y ... 51

4.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 53

4.2.3.1 Hasil Uji Normalitas Data ... 53

4.2.3.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 57

4.2.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58

4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 59

4.2.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 61

4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 62

4.2.4.3 Uji Koefisien Determinan (�2) ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 16

3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 21

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23

4.1 Statistik Deskriptif Variabel X1 ... 39

4.2 Statistik Deskriptif Variabel X2 ... 42

4.3 Statistik Deskriptif variabel Y ... 45

4.4 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 48

4.5 Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 49

4.6 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Komitmen Organisasi ... 50

4.7 Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel Komitmen Organisasi ... 51

4.8 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja Satker .. 52

4.9 Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja Satker .. 53

4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 56

4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ... 57

4.12 Variables Entered/Removed ... 60

4.13 Model Summary (B) ... 60

4.14 Hasil Pengujian Hipotesis Uji-F ... 62

4.15 Hasil Uji t-hitung ... 63

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 19

4.1 Grafik Histogram ... 54

4.2 Normal P-P Plot ... 55

4.3 Grafik Scatterplot ... 59

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

I Kuesioner Penelitian ... 72

II Tabulasi Hasil Kuesioner ... 78

III Statistik Deskriptif ... 82

IV Uji Validitas dan Reliabilitas ... 84

V Regression ... 89

VI Histogram ... 91

VII Normal P-P Plot ... 92

VIII One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test ... 93

(11)

ABSTRAK

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA SATKER BADAN

METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA WILAYAH I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu 2 minggu. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data kemudian dilakukan dengan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda dengan uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi.

Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Penelitian ini juga menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

(12)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGET PARTICIPATION AND ORGANIZATION COMMITMENT TO PERFORMANCE METEOROLOGICAL, CLIMATOLOGICAL AND GEOPHYSICAL AGENCY REGION I

The purpose of this research is to know the impact of budgetary participation and organization commitment as simultan and partial toward to Performance Meteorological, Climatological and Geophysical Agency Region I.

The method of this minithhesis is to use a causal research design. The type of data used is the primary data. Primary data obtained by sending questionnaires directly to respondents and quote after period of 2 weeks. The data collected analyzed by the method of data analysis was then performed with the classical assumtion test before testing the hypothesis. Testing hypothesis using multiple regression, the t test, F test, and test the coefficient of determination.

The result of this research show that budgeting participation as partial has an impact to Performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency and organization commitment has an impact to performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency. This research also found that the budgeting participation and organization commitment are simultaneously has an impact to Performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokrasi menjadi

suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintah

termasuk dibidang pengelolaan keuangan negara. Reformasi yang telah terjadi

sejak tahun 1998 hingga saat ini telah menyebabkan terjadinya perubahan sistem

penyelenggaraan pemerintah dan ketatanegaraan Indonesia secara fundamental.

Hal ini tampak dari UUD 1945 yang telah mengalami amandemen sebanyak

empat kali. Keinginan untuk melakukan perubahan menjadi pendorong terjadinya

reformasi dimana penyelenggaraan sistem orde baru dianggap telah menyimpang.

Terjadinya krisis ini tidak terlepas dari tata cara penyelenggaraan pemerintahan

yang tidak dikelola dengan baik.

Pemerintah telah menetapkan sistem desentralisasi dan otonomi daerah

dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja berupa UU Nomor 25 tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang telah direvisi

menjadi UU Nomor 33 tahun 2004. Kebijakan ini memberikan wewenang kepada

pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara ekonomis,

efisien dan efektif untuk mencapai akuntabilitas publik yang lebih transparan.

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan

(14)

ketidakpuasan. Apa yang menjadi harapan masyarakat terhadap kinerja instansi

pemerintah dengan apa yang dilakukan oleh para pengelola atau pejabat

pemerintah sering berbeda. Ini berdampak pada timbulnya kesenjangan harapan

yang mengakibatkan terjadinya ketidakharmonisan antara pemerintah dan

masyarakat sehingga terjadi tuntutan yang semakin tinggi yang ditujukan kepada

pertanggungjawaban yang diberikan oleh pejabat pemerintah atas kepercayaan

yang diamanatkan kepada mereka. Berarti, kinerja pemerintah kini lebih banyak

mendapat sorotan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan kebutuhan adanya

pengukuran kinerja terhadap instansi pemerintah. Pengukuran ini sebagai alat

untuk melihat sampai sejauh mana kinerja yang dilakukan dengan apa yang telah

direncanakan dalam suatu periode tertentu.

Kinerja (performance) adalah gambaran tentang tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006: 25). Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada

dasarnya adalah prestasi para anggota organisasi itu sendiri, mulai dari tingkat

atas sampai pada tingkat bawah. Kinerja organisasi publik merupakan suatu

sistem yang bertujuan untuk membantu atasan dalam menilai pencapaian suatu

strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Kinerja pemerintah dapat

diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran (Kepmendagri No. 29

Tahun 2002). Kinerja organisasi publik harus dilihat secara luas dengan

(15)

masyarakat dan melakukan perbaikan-perbaikan maupun peningkatan pelayanan

kepada masyarakat.

Penggunaan anggaran merupakan konsep yang sering dipergunakan untuk

melihat kinerja organisasi publik. Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara/Daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja dari perencanaan

alokasi biaya yang ditetapkan. Anggaran berfungsi sebagai alat penilaian kinerja,

dengan adanya partisipasi anggaran diharapkan kinerja aparat pemerintah pusat

maupun daerah akan meningkat, karena anggaran dipakai sebagai suatu sistem

pengendalian untuk mengukur kinerja. Dengan demikian semua pihak ikut terlibat

dan diberi kesempatan untuk membuat anggaran sesuai bidangnya

masing-masing, maka kinerja yang dihasilkan akan baik. Partisipasi yang baik diharapkan

dapat meningkatkan kinerja, yaitu ketika suatu tujuan dirancang dan secara

partisipatif disetujui, maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang

ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena

mereka ikut terlibat dalam proses penyusunan anggaran tersebut (Agusti, 2000).

Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia

dicanangkan melalui pemberlakuan UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun anggaran tahun 2005.

Kinerja dapat diukur dengan membandingkan hasil aktual dengan visi dan

misi sebagai komitmen dari suatu organisasi. Komitmen organisasi merupakan

(16)

mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan

organisasi lebih baik. Individu yang berkomitmen tinggi akan menghindari

senjangan angaran, dan akan menggunakan informasinya agar anggaran menjadi

lebih akurat. Sebaliknya, individu yang berkomitmen rendah akan mementingkan

dirinya sendiri atau sekelompoknya. Individu tersebut tidak memiliki keinginan

untuk menjadikan organisasi kearah yang lebih baik, sehingga kemungkinan

terjadinya senjangan anggaran apabila individu tersebut terlibat dalam

penyusunan anggaran akan lebih besar. Oleh karena itu, upaya memperbaiki

kinerja organisasi tidak mungkin berhasil jika komitmen yang tercermin dari

perilakunya tidak diarahkan dengan baik. Informasi hasil pengukuran kinerja

dapat dijadikan feedback (umpan balik) untuk mengarahkan perilaku pegawai menuju perbaikan kinerja selanjutnya.

Berbagai penelitian sebelumnya terdapat ketidak konsistenan mengenai

hasil penelitian pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja. Sardjito dan

Osmad (2007), Agusti (2012), Muhlis (2012), Yudha dan Abdul (2013) dan

Marisna (2013) menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja manajerial. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Anggraeni (2009) dan Sinaga (2009) menemukan bahwa partisipasi anggaran

tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.

Dalam prakteknya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

(BMKG) menerapkan penyusunan anggaran secara partisipatif, yaitu dengan

melibatkan karyawan mulai dari level terendah di wilayah-wilayah kerja sampai

(17)

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai objek penelitian karena telah

diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja. Dimana anggaran disusun

berdasarkan program kerja, terdapat kejelasan maksud dan tujuan permintaan

dana, dan fokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Berdasarkan

fenomena-fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk menemukan bukti empiris

dalam penelitian berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Satuan Kerja (Satker) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah partisipasi penyusunan

anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara parsial maupun simultan

terhadap kinerja Satuan Kerja (Satker) pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika (BMKG)?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini secara

umum adalah untuk mengetahui apakah pengaruh partisipasi penyusunan

anggaran dan komitmen organisasi secara simultan maupun parsial terhadap

kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

1.4. Manfaat Penelitian

(18)

1. bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan pemikiran dan dapat mengetahui serta mempelajari

masalah-masalah yang berkaitan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan

komitmen organisasi terhadap kinerja pemerintah.

2. bagi organisasi sektor publik atau pihak yang terkait, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi Satuan

Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam

menerapkan kebijakannya sehingga kinerja organisasi publik tersebut

menjadi lebih baik.

3. bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

informasi tambahan dan masukan bagi peneliti yang berminat meneliti

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Anggaran

Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas

pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai

dari uang publik (Mardiasmo, 2004:61). Peraturan Pemerintah No. 24 tahun

2005, “anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan

pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan

yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu

secara sistematis untuk satu periode”.

Pada dasarnya anggaran perusahaan dapat dikelompokkan ke

beberapa kelompok anggaran (Rudianto, 2006:118), yaitu:

a. Anggaran Operasional

Anggaran operasional adalah rencana kerja perusahaan yang kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh pendapatan dalam suatu periode tertentu. Yang termasuk dalam anggaran operasional adalah anggran pendapatan, anggaran biaya, dan anggaran laba.

b. Anggaran keuangan

Anggaran keuangan adalah anggaran yang berkaitan dengan rencana pendukung aktivitas operasi perusahaan. Anggaran ini tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan dan menjual produk perusahaan. Anggaran keuangan mencakup beberapa jenis anggaran yaitu anggaran investasi, anggaran kas dan proyeksi neraca.

Stoner dan Freeman (2001:570) menyatakan bahwa “Ada dua

prosedur yang biasa digunakan dalam menyusun anggaran suatu

(20)

a. Top-Down Budgeting

Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang ditentukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan dengan sedikit atau bahkan tanpa ada konsultasi dengan manajer tingkat bawah. Dengan menerapkan prosedur ini maka memberikan keuntungan yaitu mempersingkat waktu penyusunan anggaran. Kelemahan dari prosedur ini adalah tidak diperhitungkannya kebutuhan tiap-tiap bagian dengan tepat, karena semaunya merupakan keputusan sepihak dari manajer.

b. Bottom-Up Budgeting

Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan anggaran tersebut. Prosedur ini memberikan keuntungan, dalam hal anggaran disusun berdasarkan bagian-bagian yang memang membutuhkan dana atau bagian-bagian yang memberikan penghasilan bagi perusahaan, sehingga alokasi menjadi akurat, atau dengan kata lain tingkat keakuratan anggaran sangat tinggi.

Secara luas anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian

mencakup pengarahan/pengaturan orang-orang dalam organisasi atau

perusahaan dan alat perencanaan untuk direalisasikan. Beberapa fungsi

anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik menurut Nordiawan

(2006:48) antara lain sebagai berikut :

a. Anggaran sebagai alat perencanaan

Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan ke arah mana kebijakan yang dibuat.

b. Anggaran sebagai alat pengendalian

Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending).

c. Anggaran sebagai alat kebijakan

Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menetukan arah atas kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.

(21)

Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan.

e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya.

f. Anggaran sebagai alat penilai kinerja

Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target baik berupa terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.

2.1.2. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

2.1.2.1. Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran

Menurut Robbins (2002:179) “partisipasi merupakan suatu

konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan

sampai tingkat tertentu bersama atasannya”. Partisipasi anggaran

merupakan proses dimana individu-individu terlibat langsung di

dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran

yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas

dasar pencapaian target anggaran mereka (Brownell dalam Sinaga,

2009).

Anthony dan Govindarajan (2005:93) menyatakan bahwa

partisipasi anggaran memiliki dua keunggulan yaitu :

a. tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada dibawah pengawasan manajer.

(22)

Disamping keunggulan yang melekat pada partisipasi, tentu saja

terdapat keterbatasan. Menurut Hansen dan Mowen (2000:362) ada 3

masalah yang menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara

lain :

a. pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah.

b. slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama.

c. partisipasi semu, yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi penganggaran padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka.

2.1.2.2. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah

Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan menimbulkan

inisiatif bagi mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi serta

meningkatkan kebersamaan, sehingga kerjasama diantara anggota dalam

mencapai tujuan juga akan meningkat. Para bawahan yang merasa

aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang

disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral

untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang ditargetkan dalam

anggaran (Soepomo, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa individu yang

dilibatkan dalam penyusunan anggaran akan lebih bertanggung jawab

terhadap pekerjaannya dibandingkan dengan individu yang tidak

(23)

2.1.3. Komitmen Organisasi

2.1.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana

seorang karyawan memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuan dan

keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi

tersebut (Robbins, 2008:100). Menurut Luthans (2006:249), komitmen

organisasi adalah “suatu keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota

organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan

organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan

organisasi”.

Komitmen sebagai fondasi dasar dalam menjalankan suatu

organisasi. Komitmen terwujud dalam bentuk visi dan misi yang

terstruktur dan terukur sehingga dapat diaktualisasikan dalam kinerja

organisasi. Tanpa komitmen suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan

baik, karena komitmen sebagai tujuan dasar yang memberikan alasan

tentang keberadaan suatu organisasi. Komitmen mencerminkan tujuan

jangka panjang agar organisasi memiliki kelangsungan hidup yang jelas

termasuk dalam penyusunan anggaran.

2.1.3.2. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah

Komitmen organisasi akan tumbuh disebabkan karena karyawan

memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan

(24)

telah menemukan bahwa semakin individu memiliki komitmen terhadap

organisasi, semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas

atau pekerjaannya (Porter dan Steers dalam Sunjoyo, 2008). Komitmen

organisasi yang kuat akan menyebabkan individu berusaha keras

mencapai tujuan organisasi dan kemauan mengerahkan usaha atas nama

organisasi guna meningkatkan kinerja manajerial. Artinya dengan

komitmen organisasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik

demi tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya, dengan komitmen

organisasi yang rendah akan tercipta perhatian yang rendah pada

pencapaian tujuan organisasi dan cenderung berusaha memenuhi

kepentingan pribadi.

2.1.4. Kinerja Satuan Kerja

Satuan Kerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disebut Satker,

adalah setiap kantor atau satuan kerja di lingkungan Pemerintah Pusat yang

berkedudukan sebagai Pengguna Anggaran/Barang atau Kuasa Pengguna

Anggaran/Barang (PMK No.119/PMK.05/2007). Menurut PP No.8 tahun

2006, yang dimaksud dengan kinerja adalah “keluaran/hasil dari

kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan

penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur”.

Kumorotomo (2005:103), mengungkapkan kinerja organisasi publik

adalah “hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggung jawaban, efisien, sesuai dengan kehendak

(25)

diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai”. Kinerja

diukur secara berkelanjutan sebagai umpan balik sehingga memperbaiki

kualitas pelayanan publik pada pemerintah daerah maupun pusat. Dengan

begitu, satuan kerja akan mengetahui prestasinya secara objektif dalam

suatu periode waktu tertentu. Mahsun (2006:198), mengungkapkan bahwa:

Pengukuran kinerja pemerintah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Setiap satuan kerja adalah pusat pertanggung jawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan demikian perumusan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua satuan kerja yang ada. Namun demikian dalam pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifikasian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.

Penilaian kinerja manajerial menurut Mahoney, dkk dalam Damanik

(2009) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan fungsi manajemen klasik

yang meliputi delapan dimensi kegiatan yaitu:

1. Kinerja Perencanaan

Menentukan tujuan kebijakan, tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, pemrograman dan lainnya.

2. Kinerja Investigasi

Mengumpulkan dan menyiapkan informasi untuk catatan, laporan, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan menganalisis pekerjaan. 3. Kinerja Pengkoordinasian

Tukar menukar informasi dengan bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitakan departemen lain, hubungan dengan manajer lain.

4. Kinerja Evaluasi

Menilai dan mengukur proposal kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian laporan keuangan, dan pemeriksaan produk.

(26)

Mengarahkan, memimpin, mengembangkan bawahan, membimbing, menjelaskan peraturan kerja kepada bawahan, memberikan tugas, dan menangani keluhan.

6. Kinerja Pemilihan Staf

Mempertahankan angkatan kerja dibagiannya, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, memutasikan, dan mempromosikan pegawai.

7. Kinerja Negoisasi

Melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasuk, serta tawar menawar harga.

8. Kinerja Perwakilan

Menghadiri pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain/perkumpulan bisnis, pendekatan ke masyarakat dan mempromosikan tujuan umum organisasi.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian ini hampir serupa dengan penelitian-penelitian terdahulu yang

meneliti pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi

terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan Agusti (2012) menguji pengaruh

partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah

dengan desentralisasi dan budaya organisasi sebagai variabel moderating.

Hasilnya menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh

terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.

Penelitian Anggraeni (2009) bertujuan untuk mengetahui apakah

partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja

SKPD Labuhan Batu. Hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial

variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara

(27)

Penelitian yang dilakukan oleh Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012)

mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparatur

pemerintah daerah dengan budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai

moderator. Pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda dan analisis

regresi beringkat dengan pendekatan uji interaksi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran

terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara

variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran

dengan kinerja aparat pemerintah daerah

Penelitian yang dilakukan oleh Yudha dan Abdul (2013) mengenai

pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial,

Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam proses penyusunan

anggaran berpengaruh langsung secara positif dan secara statistik signifikan

terhadap kinerja manajerial.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa penelitian ini hampir serupa dengan

penelitian terdahulu yang walaupun pada penelitian terdahulu variabel-variabel

pada penelitian ini dilakukan secara terpisah. Adapun perbedaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu adalah dilihat dari objek penelitiannya. Objek

penelitian terdahulu lebih banyak meneliti di Pemerintahan daerah atau SKPD dan

BUMN, sedangkan objek penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemerintah Non

Departemen (LPND) yaitu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

(28)

akan disajikan temuan-temuan empiris terdahulu dari beberapa penelitian yang

berhubungan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi

pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti (Tahun Penelitian)

Judul Penelitian

Hasil Penelitian 1. Agusti (2012) Pengaruh Partisipasi

Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerinta Daerah Dengan Dimoderasi Oleh Variabel Desentralisasi Dan Budaya Organisasi

Menunjukkan bahwa variabel partisipasi anggaran

berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.

2. Anggraeni (2009) Pengaruh Pertisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu

Secara parsial variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD

Labuhan Batu. Secara

simultan variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu.

3. Marisna (2013) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

Secara parsial dan simultan partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Dinas Kesejahteran dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

4. Muhlis,

Syarifuddin dan Mediaty (2012) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur

(29)

Pemerinta Daerah Dengan Budaya Organisasi dan

Komitmen Organisasi Sebagai Moderator

pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah

5. Sardjito dan Osmad (2007) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating

Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja dan

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya organisasi dan komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.

6. Sinaga (2009)

Pengaruh Partisipasi Anggaran dan

Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Perkebunan

Nusantara III Sei Sikambing Medan

Secara simultan partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Perkebunan Nusantara III Sei Sikambing Medan. Secara parsial partisipasi anggaran tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja manajerial, secara parsial komitmen organisasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.

7. Yudha dan Abdul (2013)

Pengaruh Partisipasi Penyusunan

Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening

Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan

komitmen organisasi berpengaruh langsung secara

positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.

(30)

2.3.Kerangka Konseptual

Partisipasi penyusunan anggaran menggambarkan keterlibatan

individu-individu mulai dari tingkat bawah, menengah dan tingkat atas dalam proses

penyusunan anggaran. Keterlibatan ini sangat penting dalam upaya memotivasi

mereka guna mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi dalam proses penyusunan

anggaran menciptakan terjadinya komunikasi yang baik, interaksi satu sama lain

serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan perusahaan. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para karyawan akan

meningkat.

Komitmen organisasi menggambarkan keyakinan dan dukungan yang

kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Komitmen

organisasi dapat tumbuh dan berkembang karena karyawan memiliki ikatan

emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral, pemberian nilai

serta tekad dari dalam dirinya untuk mengabdi kepada organisasi. Komitmen

organisasi yang kuat akan menyebabkan partisipasi mereka dalam penyusunan

anggaran semakin tinggi sehingga meningkatkan kinerja organisasi.

Dalam penelitian ini partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen

organisasi dianggap mampu mempengaruhi kinerja Satker. Agusti (2012),

Marisna (2013), Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012), Sardjito dan Osmad

(2007), dan Yudha dan Abdul (2013) menemukan bahwa partisipasi anggaran dan

komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Adapun kerangka

(31)

�1

�3

�2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada teori hierarki kebutuhan maslow, manajer yang

dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran akan merasa dihargai pemikiran

dan pendapatnya sehingga kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi. Lebih lanjut,

mereka bisa menerima tujuan anggaran dan tujuan organisasi sehingga akan lebih

termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 1

(�1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

�1 : partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker

BMKG.

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan, ketika seseorang dalam organisasi

kebutuhan aktualisasi dirinya terpenuhi maka akan tumbuh perasaan memiliki

terhadap organisasi dan perasaan ini akan menumbuhkan komitmen yang tinggi

terhadap organisasi tempatnya bekerja. Yudha dan Abdul (2013) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dan

kinerja manajerial. Artinya, semakin tinggi komitmen terhadap organisasi

Partisipasi Penyusunan Anggaran (�1)

Komitmen Organisasi (�2)

Kinerja Satuan

(32)

tempatnya bekerja maka akan semakin baik pula kinerjanya. Berdasarkan uraian

diatas, hipotesis 2 (�2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

�2 : Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG.

Sinaga (2009) menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen

organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempatnya bekerja akan menyebabkan

partisipasi mereka dalam penyusunan anggaran semakin tinggi sehingga

meningkatkan kinerja organisasi. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 3 (�3) yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

�3 : Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi secara

bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dibuat hipotesis yang akan

diuji dalam penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen

organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja Satuan Kerja

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

assosiatif causal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh tiga variabel atau lebih (Sugiyono, 2007:11). Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui dan membuktikan hubungan partisipasi penyusunan anggaran dan

komitmen organisasi sebagai variabel independen dan kinerja Satuan Kerja

sebagai variabel dependen.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan pada satuan kerja di Lingkungan Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Jl. Ngumban Surbakti No. 15

Medan. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dalam kurun waktu 7 bulan.

Jadwal pelaksanaan penelitian tampak pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahap Penelitian

Periode (Tahun 2014)

Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt

Pengajuan Judul

Penyelesaian Proposal

Pengumpulan Data

Penulisan Laporan

(34)

3.3. Batasan Operasional

Pelaksanaan penelitian dibatasi pada Satuan Kerja (Satker) Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I yang membawahi lima

provinsi yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau,

Kepulauan Riau dan Sumatera Barat. Penelitian dilakukan untuk membahas

pengaruh partisipasi penyusunan anggaran (�1) dan komitmen organisasi (�2)

terhadap kinerja (Y).

3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (variabel independen) dan

variabel terikat (variabel dependen). Kinerja sebagai variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam

kegiatan-kegiatan manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi,

supervisi, staffing, negoisasi, dan representasi. Variabel ini diukur dengan

menggunakan instrumen yang diadopsi dari Mahoney (1963), yang terdiri dari

sembilan pertanyaan menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala

pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan

peringkat construct yang diukur (Sugiyono, 2007:86).

Variabel independen dalam penelitian ini ada dua, yaitu partisipasi

penyusunan anggaran dan komitmen organisasi. Variabel partisipasi penyusunan

anggaran diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Milani

(1975), yang terdiri dari enam pertanyaan dengan tujuh skala ordinal. Variabel

(35)

(1979), yang terdiri dari tujuh pertanyaan dengan tujuh skala ordinal. Definisi

operasional dan pengukuran variabel penelitian tampak pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala

Variabel Independen 1. Partisipasi Penyusunan Anggaran Partisipasi anggaran merupakan proses dimana individu-individu terlibat langsung didalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka (Brownell dalam Sinaga, 1982). Menggunakan indikator yang dikembangkan Milani (1975) yang terdiri: kontribusi dalam penyusunan anggaran, keterlibatan dalam penyusunan anggaran, alasan melakukan revisi anggaran, usulan kepada atasan, serta penyelesaian akhir dan meminta pendapat atasan. Skala ordinal 2. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menurut Luthans (2006:249) menyatakan bahwa, komitmen organisasi paling sering diartikan sebagai ”keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi,

keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi”. Menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mowday (1979) antara lain: kerja keras, kebanggaan, keikhlasan,

kesamaan nilai, menyukai pekerjaan, inspirasi, perasaan senang, persepsi dan kepedulian.

(36)

Variabel Dependen 1. Kinerja Pemerintah Kinerja pemerintah menurut Kumorotomo (2005:103), kinerja organisasi publik adalah “hasil akhir (output) organisasi yang sesuai tujuan organisasi, transparan dalam pertanggung jawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana prasarana yang memadai”. Menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mahoney et al (1963) meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, staffing, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara keseluruhan. Skala ordinal

Sumber: diolah oleh peneliti, 2014

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa

orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu (Erlina,

2008:74). Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural dan staf yang

bekerja di BMKG Wilayah I terdiri dari Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian, dan

Staf.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan

karakteristik populasi (Erlina, 2008: 75). Metode pemilihan sampel yang

(37)

kriteria tertentu sehingga dapat mendukung kegiatan ini. Adapun pertimbangan

yang ditentukan oleh penulis dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. merupakan perangkat satuan kerja yang terdapat di 10 Satker Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I.

2. merupakan staf yang bertanggung jawab langsung atau memiliki garis

komando langsung terhadap kepala Satuan Kerja sebagai penanggung jawab

utama.

3. responden ikut berperan dalam proses penyusunan anggaran dalam Satker

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I.

Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan mengambil

sampel pada 10 Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I

yang tersebar di lima provinsi, yaitu:

1. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

2. Provinsi Sumatera Utara

3. Provinsi Riau

4. Provinsi Kepulauan Riau

5. Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan kelompok sampel tersebut, maka yang dijadikan sampel

penelitian adalah kepala bagian, kepala sub bagian dan staf yang bertanggung

jawab langsung atau memiliki garis komando langsung terhadap Kepala Satker

sebagai penanggung jawab utama dan berperan dalam proses penyusunan

anggaran dalam Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

(38)

• Kepala Bagian Tata Usaha 5 orang

• Kepala sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan 10 orang

• Kepala sub Bagian Persuratan dan Kepegawaian 10 orang

• Staf Tata Usaha 25 orang

3.6. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data kualitatif yang terdiri dari data primer

dan data sekunder, yaitu:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, yang

merupakan hasil jawaban responden yang dikumpulkan dengan

mengirimkan kuesioner.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang telah jadi,

berupa dokumen-dokumen resmi serta sumber-sumber lainnya yang terdiri

dari data mengenai sejarah singkat dan struktur organisasi.

Data penelitian ini bersumber dari jawaban para responden yang terdiri

dari Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan,

Kepala Sub Bagian Persuratan dan Kepegawaian, dan Staf pada Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kuesioner diambil dari

penelitian sebelumnya yang telah teruji. Instrumen dalam kuisioner partisipasi

penyusunan anggaran diadopsi dari Milani dalam Marisna (2013); kuesioner

komitmen organisasi dikembangkan oleh Mowday dalam Marisna (2013);

(39)

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan

menggunakan angket atau kuesioner. Metode ini merupakan metode pengumpulan

data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden

tersebut memberikan jawabannya. Dalam mengumpulkan data primer yang

berupa kuesioner, responden diberi waktu selama dua minggu dengan

pertimbangan karena kesibukan kerja para responden. Setelah dua minggu peneliti

mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh para responden dan peneliti akan

mengolah data tersebut.

3.8. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

regresi linier berganda (multiple regression analysis) karena terdiri 2 variabel independen dan satu variabel dependen. Model persamaan digambarkan sebagai

berikut:

Y=a+++e

Keterangan :

Y = Kinerja Satuan Kerja BMKG

a = Konstanta

β1 = Koefisien regresi partisipasi penyusunan anggaran

β2 = Koefisien regresi komitmen organisasi

X1 = Partisipasi penyusunan anggaran

X2 = Komitmen organisasi

(40)

Analisis regresi berganda bermanfaat terutama untuk tujuan peramalan

(estimation), yaitu tentang bagaimana variabel independen digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen. Penelitian ini pada dasarnya menguji

hipotesis tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen

organisasi terhadap kinerja satuan kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika. Teknik analisis data menggunakan alat bantu perangkat lunak SPSS

versi 18 for Windows.

3.8.1. Pengujian Kualitas Data 3.8.1.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut :

1. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan

tersebut valid.

2. Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka butir pertanyaan

tersebut tidak valid.

3.8.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil

pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan lebih dari dua kali terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat yang sama. Untuk melihat

(41)

menggunakan koefisien Cronbach Alpha (α). Nilai cronbach alpha

reliabilitas yang baik adalah semakin mendekati 1. Suatu variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6 (Nunnally dalam Ghozali, 2005).

3.8.2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini didasarkan pada metode pangkat kuadrat terkecil biasa

yang mengestimasi garis regresi dengan meminimalkan jumlah kuadrat

kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Erlina, 2008:102).

Tujuannya adalah mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi

sampel.

3.8.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan

dengan melihat histogram atau normal probability plot. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal

dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya.

Proses uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogrov-Sminov (Uji K-S). Distribusi data dapat dilihat dengan

(42)

1. Jika Zhitung (Kolmogrov Smirnov) < Ztabel (1,96), atau angka

signifikan > tarif signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data

dikatakan normal.

2. Jika Zhitung (Kolmogrov Smirnov) > Ztabel (1,96), atau angka

signifikan < tarif signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan

tidak normal.

Uji normalitas data juga dapat dilihat dengan memperlihatkan

penyebaran data (titik) pada normal P Plot of Regression Standardized Residual variabel independen, dimana:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

3.8.2.2. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005:111) “uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara

variabel independen atau variabel bebas”. Suatu model regresi yang baik

tidak ditemukan hubungan atau korelasi diantara variabel independen.

Semakin rendah korelasi antar variabel independen maka persamaan

tersebut semakin baik. Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas

maka dilakukan dengan melihat nilai VIF (variance Inflation Factor) dan

(43)

Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10. Uji multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan melihat korelasi

antar variabel independen, jika nilai korelasi antar variabel independen

lebih besar dari 0,95 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala

multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian tersebut.

3.8.2.3. Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2005:105) “ uji heterokedastisitas bertujuan

untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain”. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat

digunakan untuk menentukan heterokedastisitas, antara lain:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit), maka mengindikasikan heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

(44)

3.8.3. Pengujian Hipotesis

3.8.3.1.Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya

yaitu:

Ho : �1 ,�2 = 0 , yang artinya variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : �1 , �2 ≠ 0 , yang artinya variabel independen secara simultan

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Uji ini memiliki kriteria pengambilan keputusan yaitu:

Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak.

Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau Ho diterima.

3.8.3.2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual, uji

ini dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh variabel bebas

(independen) secara parsial terhadap variabel tidak bebas (dependen).

Bentuk pengujiannya yaitu:

Ho : �1 , �2 = 0, yang artinya suatu variabel independen secara parsial

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : �1 , �2 ≠ 0, yang artinya suatu variabel independen secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen.

(45)

Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak.

Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau Ho diterima.

3.8.3.3. Koefisien Determinan (��)

Koefisien Determinan (�2) digunakan untuk mengukur proporsi

atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap

variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinan berkisar

antara nol sampai dengan satu. Apabila nilai �2 semakin kecil, maka

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya

terhadap variabel dependen dikatakan rendah. Apabila nilai �2

mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen

(46)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Singkat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

Sejarah pengamatan Meteorologi dan Geofisika di Indonesia dimulai

pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara

perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun

kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil

pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan

perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi

instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch

Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh

Dr. Bergsma.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi

tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi

yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia

khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk

Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum

dan Tenaga.

Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya

(47)

Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan

Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.

Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi

dan Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan

Udara. Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti

namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat

eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya

dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan

Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah

Departemen Perhubungan.

Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48

tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non

Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.

Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan

Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga

Pemerintah Non Departemen. Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi

dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang

Yudhoyono.

4.1.2. Visi dan Misi BMKG

Dalam rangka mendukung dan mengemban tugas pokok dan fungsi

(48)

diperlukan aparatur yang profesional, bertanggung jawab dan berwibawa

serta bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), disamping itu harus

dapat menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran dan kebenaran guna ikut

serta memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Oleh

karena itu kebijakan yang akan dilakukan BMKG Tahun 2010-2014 adalah

mengacu pada Visi, Misi, dan Tujuan BMKG yang telah ditetapkan.

Visi :

Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka

mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan

nasional, dan berperan aktif di tingkat Internasional.

Misi :

Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan visi yang jelas

yaitu berupa langkah-langkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang telah

ditetapkan yaitu :

1. mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas

udara dan geofisika.

2. menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas

udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.

3. mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi,

(49)

4. berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi,

klimatologi , kualitas udara dan geofisika.

4.1.3. Tugas dan Fungsi BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mempunyai status

sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh

seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan

Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh Menteri

yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi :

1. perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang

meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

2. perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan

geofisika;

3. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,

klimatologi, dan geofisika;

4. pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan

data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

5. pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan

(50)

6. penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta

masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;

7. penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak

terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor

meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

8. pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi,

dan geofisika;

9. pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang

meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

10. pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan

jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

11. koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan

komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

12. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen

pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

13. pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi,

dan geofisika;

14. pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan

geofisika;

15. pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan

BMKG;

16. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

(51)

17. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;

18. penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,

klimatologi, dan geofisika.

4.2. Pembahasan Hasil Analisis

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner

kepada responden. Dari 50 kuesioner yang dikirim kepada responden, hanya

44 yang dikembalikan. Hal ini berarti tingkat pengembalian atau respon rate

88 % dan observasi penelitian berjumlah 44.

4.2.1.1. Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)

Tabel 4.1 berikut menyajikan deskripsi jawaban responden pada

kuesioner.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran ()

Pertanyaan N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

PA1 44 2 7 3.95 1.542

PA2 44 2 7 4.82 1.386

PA3 44 1 7 3.73 1.590

PA4 44 1 7 3.50 1.621

PA5 44 1 7 4.02 1.592

PA6 44 1 7 4.52 1.470

(52)

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Jawaban terhadap pertanyaan pertama, berkaitan dengan seberapa

besar unsur keterlibatan responden di BMKG dalam proses

penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 2, jawaban tertinggi

adalah 7, dengan rata-rata 3,95. Ini menunjukkan bahwa para

responden memberikan kontribusi tinggi terhadap penyusunan

anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1,542 menunjukkan bahwa

tidak terdapat jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data

yang outlier. Dikatakan outlier apabila data tersebut nilainya lebih besar dari 2,5 standar deviasi.

2. Jawaban terhadap pertanyaan kedua, berkaitan dengan seberapa

masuk akal alasan yang diberikan oleh atasan responden dalam

melakukan revisi anggaran. Jawaban terendah adalah 2, jawaban

tertinggi adalah 7, dengan rata-rata 4,82. Ini menunjukkan bahwa para

responden memberikan kontribusi tinggi terhadap penyusunan

anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1,386 menunjukkan bahwa

tidak terdapat jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data

yang outlier.

3. Jawaban terhadap pertanyaan ketiga, berkaitan dengan seberapa sering

responden di BMKG menyatakan permintaan, pendapat, dan atau

usulan kepada atasan. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi

adalah 7, dengan rata-rata 3,73. Ini menunjukkan bahwa para

(53)

anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1,590 menunjukkan bahwa

tidak terdapat jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data

yang outlier.

4. Jawaban terhadap pertanyaan keempat, berkaitan dengan seberapa

banyak pengaruh responden di BMKG dalam penetapan anggaran

final/akhir. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 7,

dengan rata-rata 3,50. Ini menunjukkan bahwa para responden

memberikan kontribusi tinggi terhadap penyusunan anggaran. Nilai

standar deviasi sebesar 1,621 menunjukkan bahwa tidak terdapat

jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data yang outlier. 5. Jawaban terhadap pertanyaan kelima, berkaitan dengan seberapa

penting kontribusi responden di BMKG dalam penyusunan anggaran.

Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 7, dengan

rata-rata 4,02. Ini menunjukkan bahwa para responden memberikan

kontribusi tinggi terhadap penyusunan anggaran. Nilai standar deviasi

sebesar 1,592 menunjukkan bahwa tidak terdapat jawaban yang

bersifat ekstrim dan tidak terdapat data yang outlier.

6. Jawaban terhadap pertanyaan keenam, berkaitan dengan seberapa

sering responden di BMKG dimintai pendapat atau usulan ketika

penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi

adalah 7, dengan rata-rata 4,52. Ini menunjukkan bahwa para

responden memberikan kontribusi tinggi terhadap penyusunan

(54)

tidak terdapat jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data

yang outlier.

4.2.1.2. Komitmen Organisasi (��)

Tabel 4.2 berikut menyajikan deskripsi jawaban responden

kuesioner komitmen organisasi.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Komitmen Organisasi (

Referensi

Dokumen terkait

Viskometer Brookfield merupakan alat ukur viskositas yang menggunakan spin atau putaran untuk mengetahui nilai viskositas dari cairan yang ingin diketahui, semakin

Berkas persyaratan pencairan tunjangan profesi guru yang kami kirim ke Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya adalah

studi ini rnencoba untuk rnencari faktor-faktor yang mernpengaruhi para rernaja dalam pernakaian nerkotika atau minurnan keras. Oleh karena itu, penelitian ini.lebih

 Melakukan kegiatan observasi dengan teknik wawancara tentang pengetahuan produk rekayasa yang dibuat berdasarkan rangkaian pengubah besaran listrik, bahan dasar dari alam,

Sampel penelitian ini adalah 30 siswa kelas X yang belum pernah mengikuti pelatihan balut bidai di SMA N 2 Sleman Yogyakarta diambil dengan metode Simple

KESEHATAN, MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA OBAT TRADISIONAL DI KABUPATEN/KOTA SE-PROPINSI RIAU TH.. PENINGKATAN PELAYANAN DAN

daya hidup bangsa ini di era globalisasi. Inilah komitmen Muhammadiyah dalam konteks kebangsaan di Indonesia. Sesuai dengan pembahasan sebelumnya tentang beberapa relasi

Ketika saya sedang konsentrasi rnendengarkan pe1ajaran, seke1ornpok ternan yang duduk dibelakang saya rnengobrol dengan suara keras sehingga saya rnerasa terganggu,