SKRIPSI
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA
SATUAN KERJA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
WILAYAH I
OLEH:
TENGKU INDAH SURYANA 120522090
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen
Organisasi terhadap Kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Wilayah I” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
do’a, bimbingan, pengarahan, bantuan kerja sama semua pihak yang telah turut
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac., Ak., CA., Selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding
yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi
kesempurnaan skripsi ini dan Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku
Dosen Penguji yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang
diberikan demi kesempurnaan skrisi ini.
6. Bapak/Ibu Kepala dan Staf Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Wilayah I, saya ucapkan terima kasih atas izin dan dukungannya
untuk meneliti sehingga memudahkan penyelesaian skripsi ini.
7. Teristimewa terima kasih kepada Ayahanda tercinta T. Melju Effendi dan
Ibunda tersayang Kamsiar yang telah mendidik dan membesarkan penulis
dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Medan, Oktober 2014 Penulis
ABSTRAK
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA SATKER BADAN
METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA WILAYAH I
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu 2 minggu. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data kemudian dilakukan dengan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda dengan uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi.
Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Penelitian ini juga menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
ABSTRACT
THE EFFECT OF BUDGET PARTICIPATION AND ORGANIZATION COMMITMENT TO PERFORMANCE METEOROLOGICAL, CLIMATOLOGICAL AND GEOPHYSICAL AGENCY REGION I
The purpose of this research is to know the impact of budgetary participation and organization commitment as simultan and partial toward to Performance Meteorological, Climatological and Geophysical Agency Region I.
The method of this minithhesis is to use a causal research design. The type of data used is the primary data. Primary data obtained by sending questionnaires directly to respondents and quote after period of 2 weeks. The data collected analyzed by the method of data analysis was then performed with the classical assumtion test before testing the hypothesis. Testing hypothesis using multiple regression, the t test, F test, and test the coefficient of determination.
The result of this research show that budgeting participation as partial has an impact to Performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency and organization commitment has an impact to performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency. This research also found that the budgeting participation and organization commitment are simultaneously has an impact to Performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7
2.1.1 Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Anggaran ... 7
2.1.2 Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran ... 9
2.1.2.1 Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran.. 9
2.1.2.2 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah ... 10
2.1.3 Komitmen Organisasi ... 11
2.1.3.1 Pengertian Komitmen Organisasi ... 11
2.1.3.2 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Pemerintah ... 11
2.1.4 Kinerja Satuan Kerja ... 12
2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 14
2.3 Kerangka Konseptual ... 18
2.4 Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
3.3 Batasan Operasional ... 22
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 22
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 26
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 27
3.8 Metode Analisis Data ... 27
3.8.1 Pengujian Kualitas Data ... 28
3.8.1.1 Uji Validitas ... 28
3.8.1.2 Uji Reliabilitas ... 28
3.8.2.1 Uji Normalitas ... 29
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas ... 30
3.8.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 31
3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 32
3.8.3.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 32
3.8.3.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 32
3.8.3.3 Koefisien Determinan (�2)... 33
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 34
4.1.1 Sejarah Singkat BMKG ... 34
4.1.2 Visi dan Misi BMKG ... 35
4.1.3 Tugas dan Fungsi BMKG ... 37
4.2 Pembahasan Hasil Analisis ... 39
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 39
4.2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)... 39
4.2.1.2 Komitmen Organisasi (X2) ... 42
4.2.1.3 Kinerja Satker (Y) ... 45
4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 48
4.2.2.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X1... 48
4.2.2.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X2... 50
4.2.2.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y ... 51
4.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 53
4.2.3.1 Hasil Uji Normalitas Data ... 53
4.2.3.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 57
4.2.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58
4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 59
4.2.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 61
4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 62
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinan (�2) ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 16
3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 21
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23
4.1 Statistik Deskriptif Variabel X1 ... 39
4.2 Statistik Deskriptif Variabel X2 ... 42
4.3 Statistik Deskriptif variabel Y ... 45
4.4 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 48
4.5 Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 49
4.6 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Komitmen Organisasi ... 50
4.7 Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel Komitmen Organisasi ... 51
4.8 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja Satker .. 52
4.9 Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja Satker .. 53
4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 56
4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ... 57
4.12 Variables Entered/Removed ... 60
4.13 Model Summary (B) ... 60
4.14 Hasil Pengujian Hipotesis Uji-F ... 62
4.15 Hasil Uji t-hitung ... 63
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 19
4.1 Grafik Histogram ... 54
4.2 Normal P-P Plot ... 55
4.3 Grafik Scatterplot ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
I Kuesioner Penelitian ... 72
II Tabulasi Hasil Kuesioner ... 78
III Statistik Deskriptif ... 82
IV Uji Validitas dan Reliabilitas ... 84
V Regression ... 89
VI Histogram ... 91
VII Normal P-P Plot ... 92
VIII One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test ... 93
ABSTRAK
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA SATKER BADAN
METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA WILAYAH I
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu 2 minggu. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data kemudian dilakukan dengan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda dengan uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi.
Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Penelitian ini juga menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
ABSTRACT
THE EFFECT OF BUDGET PARTICIPATION AND ORGANIZATION COMMITMENT TO PERFORMANCE METEOROLOGICAL, CLIMATOLOGICAL AND GEOPHYSICAL AGENCY REGION I
The purpose of this research is to know the impact of budgetary participation and organization commitment as simultan and partial toward to Performance Meteorological, Climatological and Geophysical Agency Region I.
The method of this minithhesis is to use a causal research design. The type of data used is the primary data. Primary data obtained by sending questionnaires directly to respondents and quote after period of 2 weeks. The data collected analyzed by the method of data analysis was then performed with the classical assumtion test before testing the hypothesis. Testing hypothesis using multiple regression, the t test, F test, and test the coefficient of determination.
The result of this research show that budgeting participation as partial has an impact to Performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency and organization commitment has an impact to performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency. This research also found that the budgeting participation and organization commitment are simultaneously has an impact to Performance of Meteorological, Climatological and Geophysical Agency.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokrasi menjadi
suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek
transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintah
termasuk dibidang pengelolaan keuangan negara. Reformasi yang telah terjadi
sejak tahun 1998 hingga saat ini telah menyebabkan terjadinya perubahan sistem
penyelenggaraan pemerintah dan ketatanegaraan Indonesia secara fundamental.
Hal ini tampak dari UUD 1945 yang telah mengalami amandemen sebanyak
empat kali. Keinginan untuk melakukan perubahan menjadi pendorong terjadinya
reformasi dimana penyelenggaraan sistem orde baru dianggap telah menyimpang.
Terjadinya krisis ini tidak terlepas dari tata cara penyelenggaraan pemerintahan
yang tidak dikelola dengan baik.
Pemerintah telah menetapkan sistem desentralisasi dan otonomi daerah
dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja berupa UU Nomor 25 tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang telah direvisi
menjadi UU Nomor 33 tahun 2004. Kebijakan ini memberikan wewenang kepada
pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara ekonomis,
efisien dan efektif untuk mencapai akuntabilitas publik yang lebih transparan.
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan
ketidakpuasan. Apa yang menjadi harapan masyarakat terhadap kinerja instansi
pemerintah dengan apa yang dilakukan oleh para pengelola atau pejabat
pemerintah sering berbeda. Ini berdampak pada timbulnya kesenjangan harapan
yang mengakibatkan terjadinya ketidakharmonisan antara pemerintah dan
masyarakat sehingga terjadi tuntutan yang semakin tinggi yang ditujukan kepada
pertanggungjawaban yang diberikan oleh pejabat pemerintah atas kepercayaan
yang diamanatkan kepada mereka. Berarti, kinerja pemerintah kini lebih banyak
mendapat sorotan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan kebutuhan adanya
pengukuran kinerja terhadap instansi pemerintah. Pengukuran ini sebagai alat
untuk melihat sampai sejauh mana kinerja yang dilakukan dengan apa yang telah
direncanakan dalam suatu periode tertentu.
Kinerja (performance) adalah gambaran tentang tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006: 25). Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada
dasarnya adalah prestasi para anggota organisasi itu sendiri, mulai dari tingkat
atas sampai pada tingkat bawah. Kinerja organisasi publik merupakan suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu atasan dalam menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Kinerja pemerintah dapat
diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran (Kepmendagri No. 29
Tahun 2002). Kinerja organisasi publik harus dilihat secara luas dengan
masyarakat dan melakukan perbaikan-perbaikan maupun peningkatan pelayanan
kepada masyarakat.
Penggunaan anggaran merupakan konsep yang sering dipergunakan untuk
melihat kinerja organisasi publik. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja dari perencanaan
alokasi biaya yang ditetapkan. Anggaran berfungsi sebagai alat penilaian kinerja,
dengan adanya partisipasi anggaran diharapkan kinerja aparat pemerintah pusat
maupun daerah akan meningkat, karena anggaran dipakai sebagai suatu sistem
pengendalian untuk mengukur kinerja. Dengan demikian semua pihak ikut terlibat
dan diberi kesempatan untuk membuat anggaran sesuai bidangnya
masing-masing, maka kinerja yang dihasilkan akan baik. Partisipasi yang baik diharapkan
dapat meningkatkan kinerja, yaitu ketika suatu tujuan dirancang dan secara
partisipatif disetujui, maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang
ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena
mereka ikut terlibat dalam proses penyusunan anggaran tersebut (Agusti, 2000).
Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia
dicanangkan melalui pemberlakuan UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun anggaran tahun 2005.
Kinerja dapat diukur dengan membandingkan hasil aktual dengan visi dan
misi sebagai komitmen dari suatu organisasi. Komitmen organisasi merupakan
mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan
organisasi lebih baik. Individu yang berkomitmen tinggi akan menghindari
senjangan angaran, dan akan menggunakan informasinya agar anggaran menjadi
lebih akurat. Sebaliknya, individu yang berkomitmen rendah akan mementingkan
dirinya sendiri atau sekelompoknya. Individu tersebut tidak memiliki keinginan
untuk menjadikan organisasi kearah yang lebih baik, sehingga kemungkinan
terjadinya senjangan anggaran apabila individu tersebut terlibat dalam
penyusunan anggaran akan lebih besar. Oleh karena itu, upaya memperbaiki
kinerja organisasi tidak mungkin berhasil jika komitmen yang tercermin dari
perilakunya tidak diarahkan dengan baik. Informasi hasil pengukuran kinerja
dapat dijadikan feedback (umpan balik) untuk mengarahkan perilaku pegawai menuju perbaikan kinerja selanjutnya.
Berbagai penelitian sebelumnya terdapat ketidak konsistenan mengenai
hasil penelitian pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja. Sardjito dan
Osmad (2007), Agusti (2012), Muhlis (2012), Yudha dan Abdul (2013) dan
Marisna (2013) menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja manajerial. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Anggraeni (2009) dan Sinaga (2009) menemukan bahwa partisipasi anggaran
tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
Dalam prakteknya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) menerapkan penyusunan anggaran secara partisipatif, yaitu dengan
melibatkan karyawan mulai dari level terendah di wilayah-wilayah kerja sampai
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai objek penelitian karena telah
diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja. Dimana anggaran disusun
berdasarkan program kerja, terdapat kejelasan maksud dan tujuan permintaan
dana, dan fokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Berdasarkan
fenomena-fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk menemukan bukti empiris
dalam penelitian berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Satuan Kerja (Satker) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah partisipasi penyusunan
anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara parsial maupun simultan
terhadap kinerja Satuan Kerja (Satker) pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG)?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini secara
umum adalah untuk mengetahui apakah pengaruh partisipasi penyusunan
anggaran dan komitmen organisasi secara simultan maupun parsial terhadap
kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
1.4. Manfaat Penelitian
1. bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan pemikiran dan dapat mengetahui serta mempelajari
masalah-masalah yang berkaitan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan
komitmen organisasi terhadap kinerja pemerintah.
2. bagi organisasi sektor publik atau pihak yang terkait, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi Satuan
Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam
menerapkan kebijakannya sehingga kinerja organisasi publik tersebut
menjadi lebih baik.
3. bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi tambahan dan masukan bagi peneliti yang berminat meneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Anggaran
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai
dari uang publik (Mardiasmo, 2004:61). Peraturan Pemerintah No. 24 tahun
2005, “anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu
secara sistematis untuk satu periode”.
Pada dasarnya anggaran perusahaan dapat dikelompokkan ke
beberapa kelompok anggaran (Rudianto, 2006:118), yaitu:
a. Anggaran Operasional
Anggaran operasional adalah rencana kerja perusahaan yang kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh pendapatan dalam suatu periode tertentu. Yang termasuk dalam anggaran operasional adalah anggran pendapatan, anggaran biaya, dan anggaran laba.
b. Anggaran keuangan
Anggaran keuangan adalah anggaran yang berkaitan dengan rencana pendukung aktivitas operasi perusahaan. Anggaran ini tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan dan menjual produk perusahaan. Anggaran keuangan mencakup beberapa jenis anggaran yaitu anggaran investasi, anggaran kas dan proyeksi neraca.
Stoner dan Freeman (2001:570) menyatakan bahwa “Ada dua
prosedur yang biasa digunakan dalam menyusun anggaran suatu
a. Top-Down Budgeting
Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang ditentukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan dengan sedikit atau bahkan tanpa ada konsultasi dengan manajer tingkat bawah. Dengan menerapkan prosedur ini maka memberikan keuntungan yaitu mempersingkat waktu penyusunan anggaran. Kelemahan dari prosedur ini adalah tidak diperhitungkannya kebutuhan tiap-tiap bagian dengan tepat, karena semaunya merupakan keputusan sepihak dari manajer.
b. Bottom-Up Budgeting
Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan anggaran tersebut. Prosedur ini memberikan keuntungan, dalam hal anggaran disusun berdasarkan bagian-bagian yang memang membutuhkan dana atau bagian-bagian yang memberikan penghasilan bagi perusahaan, sehingga alokasi menjadi akurat, atau dengan kata lain tingkat keakuratan anggaran sangat tinggi.
Secara luas anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian
mencakup pengarahan/pengaturan orang-orang dalam organisasi atau
perusahaan dan alat perencanaan untuk direalisasikan. Beberapa fungsi
anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik menurut Nordiawan
(2006:48) antara lain sebagai berikut :
a. Anggaran sebagai alat perencanaan
Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan ke arah mana kebijakan yang dibuat.
b. Anggaran sebagai alat pengendalian
Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending).
c. Anggaran sebagai alat kebijakan
Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menetukan arah atas kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.
Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan.
e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya.
f. Anggaran sebagai alat penilai kinerja
Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target baik berupa terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.
2.1.2. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
2.1.2.1. Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran
Menurut Robbins (2002:179) “partisipasi merupakan suatu
konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan
sampai tingkat tertentu bersama atasannya”. Partisipasi anggaran
merupakan proses dimana individu-individu terlibat langsung di
dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran
yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas
dasar pencapaian target anggaran mereka (Brownell dalam Sinaga,
2009).
Anthony dan Govindarajan (2005:93) menyatakan bahwa
partisipasi anggaran memiliki dua keunggulan yaitu :
a. tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada dibawah pengawasan manajer.
Disamping keunggulan yang melekat pada partisipasi, tentu saja
terdapat keterbatasan. Menurut Hansen dan Mowen (2000:362) ada 3
masalah yang menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara
lain :
a. pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah.
b. slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama.
c. partisipasi semu, yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi penganggaran padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka.
2.1.2.2. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah
Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan menimbulkan
inisiatif bagi mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi serta
meningkatkan kebersamaan, sehingga kerjasama diantara anggota dalam
mencapai tujuan juga akan meningkat. Para bawahan yang merasa
aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang
disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral
untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang ditargetkan dalam
anggaran (Soepomo, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa individu yang
dilibatkan dalam penyusunan anggaran akan lebih bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya dibandingkan dengan individu yang tidak
2.1.3. Komitmen Organisasi
2.1.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana
seorang karyawan memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi
tersebut (Robbins, 2008:100). Menurut Luthans (2006:249), komitmen
organisasi adalah “suatu keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota
organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan
organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan
organisasi”.
Komitmen sebagai fondasi dasar dalam menjalankan suatu
organisasi. Komitmen terwujud dalam bentuk visi dan misi yang
terstruktur dan terukur sehingga dapat diaktualisasikan dalam kinerja
organisasi. Tanpa komitmen suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan
baik, karena komitmen sebagai tujuan dasar yang memberikan alasan
tentang keberadaan suatu organisasi. Komitmen mencerminkan tujuan
jangka panjang agar organisasi memiliki kelangsungan hidup yang jelas
termasuk dalam penyusunan anggaran.
2.1.3.2. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah
Komitmen organisasi akan tumbuh disebabkan karena karyawan
memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan
telah menemukan bahwa semakin individu memiliki komitmen terhadap
organisasi, semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas
atau pekerjaannya (Porter dan Steers dalam Sunjoyo, 2008). Komitmen
organisasi yang kuat akan menyebabkan individu berusaha keras
mencapai tujuan organisasi dan kemauan mengerahkan usaha atas nama
organisasi guna meningkatkan kinerja manajerial. Artinya dengan
komitmen organisasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik
demi tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya, dengan komitmen
organisasi yang rendah akan tercipta perhatian yang rendah pada
pencapaian tujuan organisasi dan cenderung berusaha memenuhi
kepentingan pribadi.
2.1.4. Kinerja Satuan Kerja
Satuan Kerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disebut Satker,
adalah setiap kantor atau satuan kerja di lingkungan Pemerintah Pusat yang
berkedudukan sebagai Pengguna Anggaran/Barang atau Kuasa Pengguna
Anggaran/Barang (PMK No.119/PMK.05/2007). Menurut PP No.8 tahun
2006, yang dimaksud dengan kinerja adalah “keluaran/hasil dari
kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur”.
Kumorotomo (2005:103), mengungkapkan kinerja organisasi publik
adalah “hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggung jawaban, efisien, sesuai dengan kehendak
diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai”. Kinerja
diukur secara berkelanjutan sebagai umpan balik sehingga memperbaiki
kualitas pelayanan publik pada pemerintah daerah maupun pusat. Dengan
begitu, satuan kerja akan mengetahui prestasinya secara objektif dalam
suatu periode waktu tertentu. Mahsun (2006:198), mengungkapkan bahwa:
Pengukuran kinerja pemerintah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Setiap satuan kerja adalah pusat pertanggung jawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan demikian perumusan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua satuan kerja yang ada. Namun demikian dalam pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifikasian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.
Penilaian kinerja manajerial menurut Mahoney, dkk dalam Damanik
(2009) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan fungsi manajemen klasik
yang meliputi delapan dimensi kegiatan yaitu:
1. Kinerja Perencanaan
Menentukan tujuan kebijakan, tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, pemrograman dan lainnya.
2. Kinerja Investigasi
Mengumpulkan dan menyiapkan informasi untuk catatan, laporan, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan menganalisis pekerjaan. 3. Kinerja Pengkoordinasian
Tukar menukar informasi dengan bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitakan departemen lain, hubungan dengan manajer lain.
4. Kinerja Evaluasi
Menilai dan mengukur proposal kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian laporan keuangan, dan pemeriksaan produk.
Mengarahkan, memimpin, mengembangkan bawahan, membimbing, menjelaskan peraturan kerja kepada bawahan, memberikan tugas, dan menangani keluhan.
6. Kinerja Pemilihan Staf
Mempertahankan angkatan kerja dibagiannya, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, memutasikan, dan mempromosikan pegawai.
7. Kinerja Negoisasi
Melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasuk, serta tawar menawar harga.
8. Kinerja Perwakilan
Menghadiri pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain/perkumpulan bisnis, pendekatan ke masyarakat dan mempromosikan tujuan umum organisasi.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian ini hampir serupa dengan penelitian-penelitian terdahulu yang
meneliti pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi
terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan Agusti (2012) menguji pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah
dengan desentralisasi dan budaya organisasi sebagai variabel moderating.
Hasilnya menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh
terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
Penelitian Anggraeni (2009) bertujuan untuk mengetahui apakah
partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja
SKPD Labuhan Batu. Hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial
variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara
Penelitian yang dilakukan oleh Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012)
mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparatur
pemerintah daerah dengan budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai
moderator. Pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda dan analisis
regresi beringkat dengan pendekatan uji interaksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran
terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara
variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran
dengan kinerja aparat pemerintah daerah
Penelitian yang dilakukan oleh Yudha dan Abdul (2013) mengenai
pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial,
Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam proses penyusunan
anggaran berpengaruh langsung secara positif dan secara statistik signifikan
terhadap kinerja manajerial.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa penelitian ini hampir serupa dengan
penelitian terdahulu yang walaupun pada penelitian terdahulu variabel-variabel
pada penelitian ini dilakukan secara terpisah. Adapun perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah dilihat dari objek penelitiannya. Objek
penelitian terdahulu lebih banyak meneliti di Pemerintahan daerah atau SKPD dan
BUMN, sedangkan objek penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) yaitu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
akan disajikan temuan-temuan empiris terdahulu dari beberapa penelitian yang
berhubungan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi
pada tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti (Tahun Penelitian)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian 1. Agusti (2012) Pengaruh Partisipasi
Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerinta Daerah Dengan Dimoderasi Oleh Variabel Desentralisasi Dan Budaya Organisasi
Menunjukkan bahwa variabel partisipasi anggaran
berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
2. Anggraeni (2009) Pengaruh Pertisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu
Secara parsial variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD
Labuhan Batu. Secara
simultan variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu.
3. Marisna (2013) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
Secara parsial dan simultan partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Dinas Kesejahteran dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.
4. Muhlis,
Syarifuddin dan Mediaty (2012) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur
Pemerinta Daerah Dengan Budaya Organisasi dan
Komitmen Organisasi Sebagai Moderator
pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah
5. Sardjito dan Osmad (2007) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating
Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja dan
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya organisasi dan komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.
6. Sinaga (2009)
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan
Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Perkebunan
Nusantara III Sei Sikambing Medan
Secara simultan partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Perkebunan Nusantara III Sei Sikambing Medan. Secara parsial partisipasi anggaran tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja manajerial, secara parsial komitmen organisasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
7. Yudha dan Abdul (2013)
Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening
Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan
komitmen organisasi berpengaruh langsung secara
positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
2.3.Kerangka Konseptual
Partisipasi penyusunan anggaran menggambarkan keterlibatan
individu-individu mulai dari tingkat bawah, menengah dan tingkat atas dalam proses
penyusunan anggaran. Keterlibatan ini sangat penting dalam upaya memotivasi
mereka guna mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi dalam proses penyusunan
anggaran menciptakan terjadinya komunikasi yang baik, interaksi satu sama lain
serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan perusahaan. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para karyawan akan
meningkat.
Komitmen organisasi menggambarkan keyakinan dan dukungan yang
kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Komitmen
organisasi dapat tumbuh dan berkembang karena karyawan memiliki ikatan
emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral, pemberian nilai
serta tekad dari dalam dirinya untuk mengabdi kepada organisasi. Komitmen
organisasi yang kuat akan menyebabkan partisipasi mereka dalam penyusunan
anggaran semakin tinggi sehingga meningkatkan kinerja organisasi.
Dalam penelitian ini partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen
organisasi dianggap mampu mempengaruhi kinerja Satker. Agusti (2012),
Marisna (2013), Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012), Sardjito dan Osmad
(2007), dan Yudha dan Abdul (2013) menemukan bahwa partisipasi anggaran dan
komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Adapun kerangka
�1
�3
�2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada teori hierarki kebutuhan maslow, manajer yang
dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran akan merasa dihargai pemikiran
dan pendapatnya sehingga kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi. Lebih lanjut,
mereka bisa menerima tujuan anggaran dan tujuan organisasi sehingga akan lebih
termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 1
(�1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
�1 : partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker
BMKG.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan, ketika seseorang dalam organisasi
kebutuhan aktualisasi dirinya terpenuhi maka akan tumbuh perasaan memiliki
terhadap organisasi dan perasaan ini akan menumbuhkan komitmen yang tinggi
terhadap organisasi tempatnya bekerja. Yudha dan Abdul (2013) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dan
kinerja manajerial. Artinya, semakin tinggi komitmen terhadap organisasi
Partisipasi Penyusunan Anggaran (�1)
Komitmen Organisasi (�2)
Kinerja Satuan
tempatnya bekerja maka akan semakin baik pula kinerjanya. Berdasarkan uraian
diatas, hipotesis 2 (�2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
�2 : Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG.
Sinaga (2009) menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen
organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempatnya bekerja akan menyebabkan
partisipasi mereka dalam penyusunan anggaran semakin tinggi sehingga
meningkatkan kinerja organisasi. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 3 (�3) yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
�3 : Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dibuat hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen
organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja Satuan Kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
assosiatif causal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh tiga variabel atau lebih (Sugiyono, 2007:11). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dan membuktikan hubungan partisipasi penyusunan anggaran dan
komitmen organisasi sebagai variabel independen dan kinerja Satuan Kerja
sebagai variabel dependen.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan pada satuan kerja di Lingkungan Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Jl. Ngumban Surbakti No. 15
Medan. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dalam kurun waktu 7 bulan.
Jadwal pelaksanaan penelitian tampak pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahap Penelitian
Periode (Tahun 2014)
Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt
Pengajuan Judul
Penyelesaian Proposal
Pengumpulan Data
Penulisan Laporan
3.3. Batasan Operasional
Pelaksanaan penelitian dibatasi pada Satuan Kerja (Satker) Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I yang membawahi lima
provinsi yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau,
Kepulauan Riau dan Sumatera Barat. Penelitian dilakukan untuk membahas
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran (�1) dan komitmen organisasi (�2)
terhadap kinerja (Y).
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (variabel independen) dan
variabel terikat (variabel dependen). Kinerja sebagai variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam
kegiatan-kegiatan manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi,
supervisi, staffing, negoisasi, dan representasi. Variabel ini diukur dengan
menggunakan instrumen yang diadopsi dari Mahoney (1963), yang terdiri dari
sembilan pertanyaan menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala
pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan
peringkat construct yang diukur (Sugiyono, 2007:86).
Variabel independen dalam penelitian ini ada dua, yaitu partisipasi
penyusunan anggaran dan komitmen organisasi. Variabel partisipasi penyusunan
anggaran diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Milani
(1975), yang terdiri dari enam pertanyaan dengan tujuh skala ordinal. Variabel
(1979), yang terdiri dari tujuh pertanyaan dengan tujuh skala ordinal. Definisi
operasional dan pengukuran variabel penelitian tampak pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala
Variabel Independen 1. Partisipasi Penyusunan Anggaran Partisipasi anggaran merupakan proses dimana individu-individu terlibat langsung didalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka (Brownell dalam Sinaga, 1982). Menggunakan indikator yang dikembangkan Milani (1975) yang terdiri: kontribusi dalam penyusunan anggaran, keterlibatan dalam penyusunan anggaran, alasan melakukan revisi anggaran, usulan kepada atasan, serta penyelesaian akhir dan meminta pendapat atasan. Skala ordinal 2. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menurut Luthans (2006:249) menyatakan bahwa, komitmen organisasi paling sering diartikan sebagai ”keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi,
keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi”. Menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mowday (1979) antara lain: kerja keras, kebanggaan, keikhlasan,
kesamaan nilai, menyukai pekerjaan, inspirasi, perasaan senang, persepsi dan kepedulian.
Variabel Dependen 1. Kinerja Pemerintah Kinerja pemerintah menurut Kumorotomo (2005:103), kinerja organisasi publik adalah “hasil akhir (output) organisasi yang sesuai tujuan organisasi, transparan dalam pertanggung jawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana prasarana yang memadai”. Menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mahoney et al (1963) meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, staffing, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara keseluruhan. Skala ordinal
Sumber: diolah oleh peneliti, 2014
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa
orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu (Erlina,
2008:74). Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural dan staf yang
bekerja di BMKG Wilayah I terdiri dari Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian, dan
Staf.
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Erlina, 2008: 75). Metode pemilihan sampel yang
kriteria tertentu sehingga dapat mendukung kegiatan ini. Adapun pertimbangan
yang ditentukan oleh penulis dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. merupakan perangkat satuan kerja yang terdapat di 10 Satker Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I.
2. merupakan staf yang bertanggung jawab langsung atau memiliki garis
komando langsung terhadap kepala Satuan Kerja sebagai penanggung jawab
utama.
3. responden ikut berperan dalam proses penyusunan anggaran dalam Satker
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I.
Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan mengambil
sampel pada 10 Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I
yang tersebar di lima provinsi, yaitu:
1. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
2. Provinsi Sumatera Utara
3. Provinsi Riau
4. Provinsi Kepulauan Riau
5. Provinsi Sumatera Barat
Berdasarkan kelompok sampel tersebut, maka yang dijadikan sampel
penelitian adalah kepala bagian, kepala sub bagian dan staf yang bertanggung
jawab langsung atau memiliki garis komando langsung terhadap Kepala Satker
sebagai penanggung jawab utama dan berperan dalam proses penyusunan
anggaran dalam Satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
• Kepala Bagian Tata Usaha 5 orang
• Kepala sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan 10 orang
• Kepala sub Bagian Persuratan dan Kepegawaian 10 orang
• Staf Tata Usaha 25 orang
3.6. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data kualitatif yang terdiri dari data primer
dan data sekunder, yaitu:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, yang
merupakan hasil jawaban responden yang dikumpulkan dengan
mengirimkan kuesioner.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang telah jadi,
berupa dokumen-dokumen resmi serta sumber-sumber lainnya yang terdiri
dari data mengenai sejarah singkat dan struktur organisasi.
Data penelitian ini bersumber dari jawaban para responden yang terdiri
dari Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan,
Kepala Sub Bagian Persuratan dan Kepegawaian, dan Staf pada Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kuesioner diambil dari
penelitian sebelumnya yang telah teruji. Instrumen dalam kuisioner partisipasi
penyusunan anggaran diadopsi dari Milani dalam Marisna (2013); kuesioner
komitmen organisasi dikembangkan oleh Mowday dalam Marisna (2013);
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan
menggunakan angket atau kuesioner. Metode ini merupakan metode pengumpulan
data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden
tersebut memberikan jawabannya. Dalam mengumpulkan data primer yang
berupa kuesioner, responden diberi waktu selama dua minggu dengan
pertimbangan karena kesibukan kerja para responden. Setelah dua minggu peneliti
mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh para responden dan peneliti akan
mengolah data tersebut.
3.8. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan
regresi linier berganda (multiple regression analysis) karena terdiri 2 variabel independen dan satu variabel dependen. Model persamaan digambarkan sebagai
berikut:
Y=a+����+����+e
Keterangan :
Y = Kinerja Satuan Kerja BMKG
a = Konstanta
β1 = Koefisien regresi partisipasi penyusunan anggaran
β2 = Koefisien regresi komitmen organisasi
X1 = Partisipasi penyusunan anggaran
X2 = Komitmen organisasi
Analisis regresi berganda bermanfaat terutama untuk tujuan peramalan
(estimation), yaitu tentang bagaimana variabel independen digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen. Penelitian ini pada dasarnya menguji
hipotesis tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen
organisasi terhadap kinerja satuan kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika. Teknik analisis data menggunakan alat bantu perangkat lunak SPSS
versi 18 for Windows.
3.8.1. Pengujian Kualitas Data 3.8.1.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut :
1. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan
tersebut valid.
2. Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka butir pertanyaan
tersebut tidak valid.
3.8.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan lebih dari dua kali terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat yang sama. Untuk melihat
menggunakan koefisien Cronbach Alpha (α). Nilai cronbach alpha
reliabilitas yang baik adalah semakin mendekati 1. Suatu variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6 (Nunnally dalam Ghozali, 2005).
3.8.2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian ini didasarkan pada metode pangkat kuadrat terkecil biasa
yang mengestimasi garis regresi dengan meminimalkan jumlah kuadrat
kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Erlina, 2008:102).
Tujuannya adalah mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi
sampel.
3.8.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan
dengan melihat histogram atau normal probability plot. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal
dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya.
Proses uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogrov-Sminov (Uji K-S). Distribusi data dapat dilihat dengan
1. Jika Zhitung (Kolmogrov Smirnov) < Ztabel (1,96), atau angka
signifikan > tarif signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
dikatakan normal.
2. Jika Zhitung (Kolmogrov Smirnov) > Ztabel (1,96), atau angka
signifikan < tarif signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan
tidak normal.
Uji normalitas data juga dapat dilihat dengan memperlihatkan
penyebaran data (titik) pada normal P Plot of Regression Standardized Residual variabel independen, dimana:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
3.8.2.2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005:111) “uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara
variabel independen atau variabel bebas”. Suatu model regresi yang baik
tidak ditemukan hubungan atau korelasi diantara variabel independen.
Semakin rendah korelasi antar variabel independen maka persamaan
tersebut semakin baik. Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas
maka dilakukan dengan melihat nilai VIF (variance Inflation Factor) dan
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10. Uji multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan melihat korelasi
antar variabel independen, jika nilai korelasi antar variabel independen
lebih besar dari 0,95 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala
multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian tersebut.
3.8.2.3. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2005:105) “ uji heterokedastisitas bertujuan
untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain”. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat
digunakan untuk menentukan heterokedastisitas, antara lain:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengindikasikan heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
3.8.3. Pengujian Hipotesis
3.8.3.1.Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya
yaitu:
Ho : �1 ,�2 = 0 , yang artinya variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : �1 , �2 ≠ 0 , yang artinya variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Uji ini memiliki kriteria pengambilan keputusan yaitu:
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak.
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau Ho diterima.
3.8.3.2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual, uji
ini dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh variabel bebas
(independen) secara parsial terhadap variabel tidak bebas (dependen).
Bentuk pengujiannya yaitu:
Ho : �1 , �2 = 0, yang artinya suatu variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : �1 , �2 ≠ 0, yang artinya suatu variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak.
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau Ho diterima.
3.8.3.3. Koefisien Determinan (��)
Koefisien Determinan (�2) digunakan untuk mengukur proporsi
atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap
variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinan berkisar
antara nol sampai dengan satu. Apabila nilai �2 semakin kecil, maka
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya
terhadap variabel dependen dikatakan rendah. Apabila nilai �2
mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Singkat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
Sejarah pengamatan Meteorologi dan Geofisika di Indonesia dimulai
pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara
perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun
kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil
pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan
perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi
instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch
Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh
Dr. Bergsma.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi
tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi
yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia
khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk
Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum
dan Tenaga.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya
Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi
dan Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan
Udara. Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti
namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat
eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya
dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan
Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah
Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48
tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan
Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen. Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono.
4.1.2. Visi dan Misi BMKG
Dalam rangka mendukung dan mengemban tugas pokok dan fungsi
diperlukan aparatur yang profesional, bertanggung jawab dan berwibawa
serta bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), disamping itu harus
dapat menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran dan kebenaran guna ikut
serta memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Oleh
karena itu kebijakan yang akan dilakukan BMKG Tahun 2010-2014 adalah
mengacu pada Visi, Misi, dan Tujuan BMKG yang telah ditetapkan.
Visi :
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka
mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan
nasional, dan berperan aktif di tingkat Internasional.
Misi :
Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan visi yang jelas
yaitu berupa langkah-langkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang telah
ditetapkan yaitu :
1. mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika.
2. menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
3. mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi,
4. berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi,
klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
4.1.3. Tugas dan Fungsi BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mempunyai status
sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh
seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan
Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh Menteri
yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi :
1. perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
2. perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
3. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
4. pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan
data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
5. pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
6. penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;
7. penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
8. pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
9. pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
10. pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
11. koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
12. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
13. pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
14. pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
15. pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG;
16. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
17. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
18. penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
4.2. Pembahasan Hasil Analisis
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner
kepada responden. Dari 50 kuesioner yang dikirim kepada responden, hanya
44 yang dikembalikan. Hal ini berarti tingkat pengembalian atau respon rate
88 % dan observasi penelitian berjumlah 44.
4.2.1.1. Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)
Tabel 4.1 berikut menyajikan deskripsi jawaban responden pada
kuesioner.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran (��)
Pertanyaan N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
PA1 44 2 7 3.95 1.542
PA2 44 2 7 4.82 1.386
PA3 44 1 7 3.73 1.590
PA4 44 1 7 3.50 1.621
PA5 44 1 7 4.02 1.592
PA6 44 1 7 4.52 1.470
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Jawaban terhadap pertanyaan pertama, berkaitan dengan seberapa
besar unsur keterlibatan responden di BMKG dalam proses
penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 2, jawaban tertinggi
adalah 7, dengan rata-rata 3,95. Ini menunjukkan bahwa para
responden memberikan kontribusi tinggi terhadap penyusunan
anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1,542 menunjukkan bahwa
tidak terdapat jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data
yang outlier. Dikatakan outlier apabila data tersebut nilainya lebih besar dari 2,5 standar deviasi.
2. Jawaban terhadap pertanyaan kedua, berkaitan dengan seberapa
masuk akal alasan yang diberikan oleh atasan responden dalam
melakukan revisi anggaran. Jawaban terendah adalah 2, jawaban
tertinggi adalah 7, dengan rata-rata 4,82. Ini menunjukkan bahwa para
responden memberikan kontribusi tinggi terhadap penyusunan
anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1,386 menunjukkan bahwa
tidak terdapat jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data
yang outlier.
3. Jawaban terhadap pertanyaan ketiga, berkaitan dengan seberapa sering
responden di BMKG menyatakan permintaan, pendapat, dan atau
usulan kepada atasan. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi
adalah 7, dengan rata-rata 3,73. Ini menunjukkan bahwa para
anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1,590 menunjukkan bahwa
tidak terdapat jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data
yang outlier.
4. Jawaban terhadap pertanyaan keempat, berkaitan dengan seberapa
banyak pengaruh responden di BMKG dalam penetapan anggaran
final/akhir. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 7,
dengan rata-rata 3,50. Ini menunjukkan bahwa para responden
memberikan kontribusi tinggi terhadap penyusunan anggaran. Nilai
standar deviasi sebesar 1,621 menunjukkan bahwa tidak terdapat
jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data yang outlier. 5. Jawaban terhadap pertanyaan kelima, berkaitan dengan seberapa
penting kontribusi responden di BMKG dalam penyusunan anggaran.
Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 7, dengan
rata-rata 4,02. Ini menunjukkan bahwa para responden memberikan
kontribusi tinggi terhadap penyusunan anggaran. Nilai standar deviasi
sebesar 1,592 menunjukkan bahwa tidak terdapat jawaban yang
bersifat ekstrim dan tidak terdapat data yang outlier.
6. Jawaban terhadap pertanyaan keenam, berkaitan dengan seberapa
sering responden di BMKG dimintai pendapat atau usulan ketika
penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi
adalah 7, dengan rata-rata 4,52. Ini menunjukkan bahwa para
responden memberikan kontribusi tinggi terhadap penyusunan
tidak terdapat jawaban yang bersifat ekstrim dan tidak terdapat data
yang outlier.
4.2.1.2. Komitmen Organisasi (��)
Tabel 4.2 berikut menyajikan deskripsi jawaban responden
kuesioner komitmen organisasi.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Komitmen Organisasi (