• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bimbingan Keberagamaan Orang Tua Terhadap MInat Shalat Berjamaah Remaja Di Masjid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Bimbingan Keberagamaan Orang Tua Terhadap MInat Shalat Berjamaah Remaja Di Masjid"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

HAMIDAH

NIM: 109011000100

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Hamidah (109011000100), “Pengaruh Bimbingan Keberagamaan Orang Tua Terhadap Minat Shalat Berjamaah Remaja di Masjid” Skripsi Program

Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan keberagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja di masjid. Penelitian ini dilaksanakan di RW 002 Kelurahan Kramat Pela Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada bulan November 2012 sampai dengan Februari 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Populasi dari penelitian ini yaitu 37 remaja laki-laki sebagai subjek peneliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara kuesioner sebanyak 30 soal, 15 soal yang berhubungan dengan bimbingan keberagamaan orang tua, 15 soal yang berhubungan dengan minat shalat berjamaah remaja di masjid, dengan lima alternatif pilihan jawaban. Berdasarkan uji statistik dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh rhitung = 0,415> rtabel = 0,325 sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh antara bimbingan keberagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja di masjid.

(6)

ii

Hamidah (109011000100), “Pengaruh Bimbingan Keberagamaan Orang Tua Terhadap Minat Shalat Berjamaah Remaja di Masjid” Skripsi Study Program of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

This research aims to determine the effect of religious guidance of parent to teenage an interest prayers in the mosque. The research was conducted in RW 002 Kramat Pela village, Kebayoran Baru, South Jakarta in November 2012 until February 2014. The method used is descriptive of analysis. The population of this research is 37 teenage

boys as a research subject. The instrument used of this research is the way the questionnaire as many as 30 questions, 15 questions relating to religious guidance of parents, 15 questions relating to interest teenage prayers in the mosque, with five alternative answers. Based on a statistical test with a significance level of 0.05 was obtained rhitung = 0.415> rtable = 0.325 so it can be concluded that there are significant between religious guidance of parent to teenage an interest prayers in the mosque.

(7)

iii

Solawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah Allah, yaitu Nabi Muhammad Saw.

Suatu yang paling membahagiakan penulis adalah setelah sekian lama penulis mengemban pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akhirnya selesai juga tugas akhir yang lama belum terselesaikan. Maka dari itu, dengan kesadaran penuh dari hati yang paling dalam penulis akui bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, ibu Nurlena Rifai, M.A,

Ph.D dan seluruh staf beserta seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah menyumbangkan ilmu dan masukan kepada penulis. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. 4. Ibu Eri Rossatria Pembimbing skripsi yang sabar membimbing dan

memberi arahan dan masukan kepada penulis yang sangat berarti dan membantu dalam penulisan skripsi.

5. Bapak Aminuddin Yakub MA, pembibmbing akademik.

6. Orang Tua H. Sukarma dan Hj. Aminah yang selalu memberikan dorongan dan nasihat kepada penulis untuk melanjutkan skripsi yang lama terhambat.

7. Adji Syaputra yang selalu menemani dan sangat membantu dalam pembuatan skripsi ini yang memotivasi dan tidak pernah lupa mndoakan penulis agar skripsi ini selesai pada waktu yang ditentukan.

(8)

iv

(9)

v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua ... 8

1. Pengertian Bimbingan Keberagamaan ... 8

2. Bentuk-bentuk Bimbingan ... 12

3. Fungsi Bimbingan ... 13

4. Orang Tua... 15

a. Pengertian Orang Tua ... 15

b. Peran Orang Tua ... 16

c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak... 17

B. Minat Remaja Terhadap Shalat Berjamaah di Masjid ... 19

1. Minat ... 19

a. Pengertian Minat ... 19

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat ... 20

2. Remaja... 22

a. Pengertian Remaja ... 22

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja ... 23

3. Shalat Berjamaah ... 25

(10)

vi

a. Pengertian Masjid... 28

b. Fungsi Masjid ... 29

C. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 33

F. Analisa Data ... 36

G. Hipotesis Statistik ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

B. Deskripsi Data ... 41

1. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua ... 41

2. Minat Shalat Berjamaah di Masjid ... 49

C. Pengujian Hipotesis ... 56

D. Hasil Penelitian ... 59

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Implikasi ... 62

(11)

vii

Tabel 3.1 Kisi-kisi angket penelitian ... 34

Tabel 3.2 Interpretasi nilai r ... 38

Tabel 4.1 Menyuruh anak melaksankan shalat ... 41

Tabel 4.2 Mengajak anak untuk shalat berjamaah ... 42

Tabel 4.3 Menegur bila tidak shalat berjamaah di masjid ... 42

Tabel 4.4 Orang tua menyuruh anak untuk shalat ... 43

Tabel 4.5 Orang tua memberi perlengkapan shalat untuk anak ... 44

Tabel 4.6 Mencontohkan kepada anak cara shalat dengan benar ... 44

Tabel 4.7 Orang tua mengajak anaknya berpuasa bersama... 45

Tabel 4.8 Orang tua menasihati anaknya untuk berbuat baik ... 45

Tabel 4.9 Orang tua menyuruh anaknya membaca alquran ... 46

Tabel 4.10 Orang tua menegur apabila anaknya tidak mengaji ... 47

Tabel 4.11 Orang tua membangunkan anaknya untuk sahur ... 47

Tabel 4.12 Orang tua menegur apabila anaknya berkata tidak baik ... 48

Tabel 4.13 Shalat berjamaah di masjid ... 48

Tabel 4.14 Melaksanakan shalat berjamaah bersama di masjid ... 49

Tabel 4.15 Malas shalat di masjid ... 50

Tabel 4.16 Terpaksa berjamaah di masjid ... 50

Tabel 4.17 Merasa rugi jika tidak ke masjid ... 51

Tabel 4.18 Melaksanakan shalat berjamaah ... 51

Tabel 4.19 Melaksanakan shalat berjamaah ... 52

Tabel 4.20 Meninggalkan shalat ... 52

Tabel 4.21 Melaksanakan shalat meskipun dalam keadaan sakit ... 53

Tabel 4.22 Melaksanakan shalat dalam keadaan sibuk ... 54

Tabel 4.23 Melaksanakan shalat karena ajakan teman... 54

Tabel 4.24 Melaksanakan shalat meskipun orang tua tidak ada di rumah ... 55

Tabel 4.25 Tetap shalat di masjid meskipun hujan ... 55

(12)
[image:12.595.153.444.266.565.2]
(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, Allah SWT menciptakan manusia semata-mata hanyalah untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini telah dijelaskan di dalam Al-Qur‟an:

د عي َاا إ َ ج ا تق خ ام

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku” (Q.S. Adzariyat: 56).1

Berdasarkan ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Bentuk pengabdian seorang hamba (manusia) kepada penciptanya (Allah SWT) adalah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Adapun salah satu bentuk pengabdian tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan ibadah shalat. Karena ibadah shalat merupakan salah satu bentuk ketaatan dan kecintaan manusia kepada Allah SWT, dan ibadah shalat juga merupakan sarana komunikasi manusia untuk mendekatkan dirinya kepada penciptanya, yakni Allah SWT.

Didalam syariat Islam, shalat merupakan ciri khas dari umat Islam yang membedakan dengan umat yang lain, dengan kata lain, Islam memberikan

hukuman yang lugas bagi mereka yang “melupakan” kewajiban shalat.

Apalagi jika mereka mengingkari kewajiban tersebut, mereka bisa

1

(14)

dikategorikan telah keluar dari Islam (murtad), hal ini diperkuat dengan sabda Rasulullah SAW:

َّا د ع ا َ إ : مَس ي ع َ ا يَص ا سر اق اق ديرب ب ع

(يئاس ا ا ر) رفك دقف ا كرت ف ا َّ ا م يب ا يب

“Diriwayatkan dari Ibnu Buraidah, dia berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda; sesungguhnya pembatas antara kita dengan mereka (orang kafir)

adalah shalat. Siapa saja yang meninggalkan shalat maka dia telah kafir.”

(H.R. an-Nasa‟i).2

Melihat pentingnya ibadah shalat bagi manusia, maka pembinaan ibadah shalat harus dibiasakan sejak kecil dengan cara berjamaah bersama keluarga ataupun ke masjid. Kebiasaan inilah yang harus ditanamkan dalam lingkungan keluarga terlebih dahulu karena pada umumnya pendidikan yang pertama kali diperoleh seorang anak berasal dari lingkungan keluarga.

Salah satu syiar yang agung adalah shalat berjamaah di masjid. Orang-orang muslim sepakat bahwa melaksanakan shalat fardhu di masjid merupakan salah satu ketaatan yang sangat dianjurkan dan ibadah yang paling besar untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan, shalat fardhu di masjid dengan berjamaaah merupakan syiar yang paling besar dan paling tampak dalam Islam.3

Masyarakat nyaris tidak memiliki kepedulian untuk berjamaah di masjid. Padahal, dizaman Rasullullah, masjid adalah pusat pengembangan umat. Nyaris, dihampir seluruh bidang strategis: ekonomi, sosial politik, budaya, dan pendidikan semua tergarap dengan baik. Bahkan ketika awal Nabi hijrah ke Madinah, masjidlah yang pertama beliau dirikan.

Dengan shalat berjamaah, muslim akan selalu bersilaturrahmi dan berinteraksi dengan muslim lain sehingga terjalin persatuan dan kesatuan yang lebih erat. Allah juga menyariatkan kepada umat muslim untuk berkumpul dalam waktu-waktu tertentu. Diantaranya adalah berkumpul setiap hari pada

2

Muhammad Jihad Akbar, Mukjizat Ibadah Fajar, (Jakarta: Alfabeta, 2007), cet I, h. 19 3

(15)

siang dan malam hari. Seperti shalat lima waktu; lima kali dalam sehari-semalam orang-orang muslim berkumpul di masjid untuk melaksanakannya.

Selain itu, shalat berjamaah akan memberikan nilai ibadah yang tinggi disisi Allah karena bagi umat Islam yang mengerjakan shalat berjamaah maka mereka akan mendapatkan pahala dua puluh tujuh kali lebih tinggi dibandingkan shalat sendiri berdasarkan hadits Nabi di bawah ini;

ا ر ع ب َ ا د ع ع

: اق َ ا سر َ

عا ج جرَا ا ص

ع دي ت

ق س يف تا ص تيب يف تا ص

ً جرد ير ع اًعضب

.

)

ي ع قفَتم

(

“Dari „Abdullah bin Umar, bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda: sesungguhnya orang yang shalat berjamaah itu punya nilai lebih dua puluh tujuh derajat daripada ia shalat di rumahnya atau di pasar”. (Muttafaq

„alaih).4

Hadits tadi menunjukkan bahwa seseorang yang shalat berjamaah itu punya nilai lebih sebanyak dua puluh tujuh derajat daripada ia shalat di rumahnya, atau shalat di pasar sendirian. Dan kalau ia shalat berjamah baik di rumah maupun di pasar, ia juga mendapatkan pahala yang besar tersebut. Alasan mengapa shalat di masjid itu lebih utama daripada di rumah dan di pasar, dan shalat di rumah itu lebih utama daripada shalat di pasar, adalah karena pasar itu adalah tempat setan.5

Dengan tingginya pahala yang dijanjikan oleh Allah seharusnya seorang muslim memiliki minat yang tinggi untuk melaksanakan shalat berjamaah.

Jika sejak kecil seorang anak sudah diajarkan dan dibiasakan melakukan ibadah, tidak mengherankan apabila dewasa kelak akan terbiasa melakukannya. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan Islam.

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan dan bersumber dari al-Quran dan Hadits.6

4

Ibnu Hajar Al-Asqalani Terj. A. Hassan, Bulughul-Maram, (Bandung: CV. Diponegoro, 1989), h. 217

5

Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, (Jakarta: PustakaAL-Kautsar, 2008), h. 351 6

(16)

Imam al-Ghazali dalam bukunya Ayyuhal Walad sebagaimana yang dikutip M. Nur Abdul Hafizh bahwa menetapkan makna tarbiyah adalah bagaikan seorang petani yang tengah mencabut duri dan membuang tanaman asing yang mengganggu diantara tumbuhan yang ia tanam, agar tanaman tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik.7

Keberhasilan pendidikan yang didapat pada diri seseorang tergantung pada keberhasilan pendidikannya pada masa kanak-kanak. Anak adalah generasi penerus. Dalam proses perkembangan serta pendidikan, seseorang anak harus mendapat bimbingan dari orang tuanya. Untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari pada diri anak, maka peran orang tua sangat menentukan.

Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tuanya dan anggota keluarga yang lain).8

Orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan bagi anak, karena menurut agama Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan dalam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.

Sebagaimana dalam sabda Rosulullah saw sebagai berikut:

م ام

د ي د م

َاإ

ا ارِّ ي أ ادِ ي ا بأف ر ف ا ع

اسِج ي

Anak itu dilahirkan dalam keadan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R. Muslim)9

7

M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), cet. 1, h. 38

8

Zuhairini, et.al, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 3, h. 177 9

(17)

Kunci pendidikan dalam rumah tangga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegasnya lagi pendidikan agama bagi anak. Mengapa kunci? Karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.10

Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah SWT. Amanat wajib dipertanggung jawabkan. Tanggung jawab orang tua kepada anak tidaklah kecil.

Sebagaiman firman Allah SWT dalam al-Quran sebagai berikut:

ا ا د ق اًرا م ي أ م سف أ ا ق ا ماء يَّا ا يأي

ا

راجح ا س

م رمأ ام َ ا ّعي َا دادش ا غ م ا ي ع

رم ي ام عفي

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan”.(Q.S.At-Tahrim:6)11

Pada masa remaja, anak memerlukan arahan yang baik dari orang tua, disisi lain agama menjadi faktor yang paling penting dalam kehidupan mereka. Dengan pengetahuan agama yang cukup, mereka tidak akan terjerumus ke dalam tingkah laku negatif.

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).

Apabila mereka (remaja) mengikuti pendidikan agama Islam dengan baik dan memperhatikan dengan benar maka kematangan sikap beragama mereka akan terlihat dalam kehidupan sehari-sehari.

10

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, ..., h. 157 11

(18)

Namun kenyataan yang ada, masih saja dijumpai anak-anak remaja yang belum memahami arti penting dari shalat berjamaah, dan masih ada pula remaja-remaja yang belum mengerjakan shalat berjamaah di masjid.

Dalam kehidupan skarang ini mengalami banyak perubahan. Mulai dari ekonomi, sosial bahkan tekhnologi. Bersamaan dengan itu muncul sejumlah maslah sosial yang mengakibatkan timbulnya krisis keagamaan pada remaja. Terutama masalah pelaksanaan ibadah. Mereka terbuai dengan fasilitas-fasilitas tekhnologi yang menyebabkan mereka enggan melaksanakan shalatnya.

Kenyataan yang terjadi pada masyarakat sekarang ialah kurangnya intensitas bimbingan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Hal ini disebabkan karena orang tua terlalu memfokuskan pada bagaimana cara untuk menghidupi anggota kelurganya dengan memenuhi kebuTuhan sandang, pangan, dan papan. Sedangkan kebuTuhan yang bersifat membimbimbing, memberikan perhatian sangat minim dilakukan.

Hal tersebut melatar belakangi penulis untuk mengadakan penelitian,

sehingga penulis mengambil judul “Pengaruh Bimbingan Keberagamaan

Orang Tua Terhadap Minat Shalat Berjamaah Remaja di Masjid”

B. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Shalat bagi anak remaja merupakan suatu beban, bukan suatu kebuTuhan hidup.

2. Kesadaran melaksanakan shalat berjamaah di masjid masih kurang. 3. Kebanyakan para remaja tidak konsisten melaksanakan shalat lima waktu.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

(19)

berikut yaitu remaja pria, adapun remaja yang dimaksud di sini yaitu yang beragama Islam mulai dari usia 13-20 tahun. Shalat berjamaah yang dimaksud penulis adalah shalat magrib berjamaah di masjid di RW 002 Kelurahan Kramat Pela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan yang hendak dijadikan sasaran penelitian adalah apakah ada pengaruh dari bimbingan keberagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana minat remaja mengikuti shalat berjamaah di masjid di RW 002 Kramat Pela Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian a. Praktisi

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan kajian lebih lanjut dan diharapkan pula dapat bermanfaat sebagai alat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi dan menambah pengetahuan serta studi kepustakaan dalam bidang pendidikan.

b. Civitas Akademisi

(20)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

Sabda Rasulullah SAW mengenai bimbingan keberagamaan orang tua yaitu

م . . ها سر اق

ر

أ ا

ب

ا

ا ي ع م برضا ي س ع س ا َّ اب مك ء

ع

ر

س

ي

ف

ِر

ق

ب ا

ي

م

ف

ا

ض

جا

ع

(د حا ا ر) ...

Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika menolak, sedang umur mereka masuk sepuluh tahun. Serta pisahkanlah tempat tidur

diantara mereka” (HR. Ahmad).

Berikut penjelasan tentang bimbingan keberagamaan orang tua. 1. Pengertian Bimbingan Keberagamaan

(21)

terjemahan dari kata bahasa inggris guidance yang berasal dari kata kerja

“to guide” yang berarti menunjukkan.12

Sedangkan definisi-definisi bimbingan antara lain yang dikemukakan oleh Mohammad Surya sebagaimana yang dikutip Hallen A yaitu “bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”.13

W.S. Winkel menyatakan, bimbingan berarti “pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup”.14

Selanjutnya pendapat Crow & Crow menyatakan bahwa bimbingan adalah “bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki ataupun perempuan yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendir”i.15

Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan secara sistematis kepada seseorang atau masyarakat agar mereka mengembangkan potensi-potensi diri yang dimilikinya dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya.

12

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1994), cet. Ke-5, h. 1

13

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. Ke-1, h. 5

14

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), cet. Ke-1, h. 7

15

(22)

Kata keberagamaan ditinjau dari aspek bahasa berasal dari kata

“agama” yang berarti ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan

(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.16

Menurut Quraisy Shihab, “agama adalah sebagai hubungan antara makhluk dengan khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap bathinnya serta tampak pada ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula sikap kesehariannya”.17

Menurut Harun Nasution pengertian “agama berdasarkan asal kata, yaitu Al-din yang berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan”.18

Secara terminologi (istilah) terdapat banyak definisi mengenai agama karena terdapat pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektivitas dari orang yang mengartikannya. Berikut penulis mencantumkan beberapa diantaranya.

Menurut Ahmad Tafsir “agama ialah sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut”.19 Hampir serupa dengan definisi itu, Harun Nasution mendefinisikan “agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari”.20

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008).

17

Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1999), cet ke-XV, h. 210 18

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama,(Bandung: Pustaka Setia,2008), h. 14 19

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2009), cet. ke-17, h. 9

20

(23)

Sedangkan menurut Robert H. Thouless “definisi agama adalah sikap (cara penyesuaian diri) terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas daripada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang dan waktu -the spatio-temporal physical world (dalam hal ini, yang dimaksud adalah dunia spiritual)”.21

Selanjutnya, bila kata agama mendapatkan awalan ber-menjadi

“beragama” yang berarti beribadat: taat kepada agama. Kemudian bila

ditambahkan lagi ke-dan akhiran –an, menjadi “keberagamaan” yang berarti perihal beragama.22 Dengan demikian secara kebahasaan keberagamaan dapat dimaknai perihal ketaatan seorang individu yang meyakini suatu ajaran agama, dan tergambar jelas dalam segenap aspek kehidupannya, baik hubungannya dengan Tuhan, manusia, maupun lingkungannya.

Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.23

Dari pengertian dan penjelasan keberagamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keberagamaan adalah suatu keadaan yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang mencerminkan kepaTuhan dan ketundukan terhadap ajaran-ajaran agama serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya yaitu akidah, ibadah, dan akhlakul karimah.

Dalam masyarakat Islam telah pula dikenal prinsip-prinsip

guidance and counseling yang bersumber dari firman Allah SWT serta hadits Nabi SAW.

21

Syamsul Arifin, op. cit, h. 15-16 22

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)

23

(24)

Di antara dasar-dasar bimbingan dan konseling dalam alquran dan hadits Nabi SAW adalah sebagai berikut.

ج سح ا ظع ا ح اب كِبر ي س إ عدا

تَاب م د

سحأ

م عأ كَبر َ إ

ي س ع َ ض ب

يدت اب م عأ

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl: 125).24

Di samping ayat al-Quran di atas, terdapat pula sabda Nabi SAW yang menjelaskan bahwa penasihatan atau konseling merupakan kewajiban agama.

Dengan demikian, maka bimbingan dan penyuluhan agama dapat diartikan sebagai usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental spiritual. Dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, sasaran bimbingan dan penyuluhan agama adalah membangkitkan daya rohaniah manusia melalui iman, dan ketakwaan kepada Allah SWT.25

2. Bentuk-bentuk Bimbingan

Jika dilihat dari segi bidangnya, bimbingan dan konseling dapat dibedakan menjadi beberapa macam bentuk bimbingan, antara lain:

a. Vocational Guidance

Yaitu bimbingan dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi, untuk persiapan memasuki lapangan pekerjaan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dalam bidang pekerjaan.

24

(25)

b. Educational Guidance

Yaitu bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran dalam belajar, dan juga memilih jenis/jurusan sekolah lanjutan yang sesuai.

c. Personal-social Guidance

Yaitu bimbingan dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan dalam diri sendiri dan kesukaran-kesukaran yang timbul dalam pergaulan sosial.

d. Mental Health Guidance

Yaitu suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa klien. Sehingga ia akan memperoleh ketenangan hidup ruhaniah yang sewajarnya seperti yang diharapkan.26

e. Religious Guidance

Yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem seseorang dalam kaitannya dengan masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut agamanya.

3. Fungsi Bimbingan

Bimbingan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: a. Fungsi Pencegahan

Dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada anak, sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.

b. Fungsi Pemahaman

Memberikan pemahaman tentang diri anak beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh pihak-pihak yang membantunya.

25

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ..., h. 2 26

(26)

c. Fungsi Penyembuhan

Memberikan bantuan kepada anak untuk mengatasi kondisi atau keadaan yang tidak mengenakan sehingga perlu diangkat atau di keluuarkan dari kondisi atau keadaan tersebut.

d. Fungsi pemeliharaan

Mempertahankan hal-hal positif yang ada pada diri anak, dan menjadikannya bertambah lebih baik dan berkembang.

e. Fungsi Penyaluran

Mengenal bakat dan minat anak. Dan memberikan arahan untuk mengembangkan potensi anak sesuai dengan bakat dan minatnya.

f. Fungsi penyesuaian

Membantu terciptanya penyesuaian secara baik antara anak dan linkungannya.

g. Fungsi Pengembangan

Untuk membantu anak dalam mengembangkan secara keseluruhan potensinya agar lebih terarah.

h. Fungsi Perbaikan

Untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak. i. Fungsi Advokasi

Membantu anak memperoleh pembelaan atas hak dan kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.27

Sedangkan funsi bimbingan menurut H. M. Arifin mempunyai tiga fungsi yaitu:

1) Fungsi Pencegahan (preventif) maksudnya adalah bimbingan berfungsi sebagai usaha pencegahan timbulnya masalah yang dapat menghambat perkembangan pada diri seorang anak.

2) Fungsi penyaluran maksudnya adalah, bimbingan berfungsi memberikan bantuan kepada anak, untuk mendapatkan kesempatan menyalurkan potensi yang ada pada dirinya agar lebih berkembang.

27

(27)

3) Pendorong anak untuk belajar maksudnya adalah bimbingan dapat mendorong anak untuk menambah minat belajarnya.28

4. Orang Tua

Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.

Untuk memperjelas pengertian orang tua, berikut akan dikemukakan pendapat para ahli.

a. Pengertian Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian orang tua adalah ayah atau ibu kandung atau orang yang dianggap tua atau dituakan (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya) atau orang yang dihormati dan disegani.29

Menurut Hasbullah, “orang tua merupakan pendidik pertama, utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian seorang anak”.30

Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan berupa naluri orang tua.31

Pria dan wanita yang berjanji dihadapan Tuhan untuk hidup sebagai suami isteri, berarti juga bersedia memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Ini berarti bahwa pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan siap sedia untuk menjadi orang tua.32

28

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ..., h. 14 29

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 802

30

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, ..., h. 22 31

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), cet. 14, h. 294 32

(28)

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang mempunyai tanggung jawab secara kodrati dalam mendidik anak.

b. Peran Orang Tua

Orang tua yaitu ibu dan ayah memegang peranan yang paling penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak lahir sampai anaknya dewasa segala tingkah laku dan perangai ibu dan ayahnya selalu ditiru.

Maka dari itu orang tua mempunyai peran penting di dalam membimbing dan mendidik putra-putrinya. Peran ibu dan ayah antara lain:

1) Peran Ibu

Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari.

Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai:

a) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang b) Pengasuh dan pemelihara

c) Tempat mencurahkan isi hati

d) Pengatur kehidupan dalam rumah tangga e) Pembimbing hubungan pribadi

f) Pendidik dalam segi-segi emosional33

2) Peran Ayah

Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap

33

(29)

pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya.

Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendakati anak-anaknya.

Ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan disini bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai:

a) Sumber kekuasaan di dalam keluarga

b) Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar c) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga

d) Pelindug terhadapa ancaman dari luar

e) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan f) Pendidik dalam segi-segi rasional34

c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Keberagamaan Anak

Manusia memerlukan pemeliharaan, pengawasan, dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar.35

Seperti yang dijelaskan diatas orang tua adalah pendidik kodrati, karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anaknya, hingga secara moral keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi, serta membimbing keturunan mereka.

Salah satu kewajiban dan hak utama orang tua yang tak dapat dipindahkan adalah: mendidik anak-anaknya, sebab orang tua memberikan hidup kepada anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk mendidik mereka.36

Para orang tua sebagai penanggung jawab utama pendidikan agama anak, bagaimanapun diharapkan dapat menjadikan dirinya teladan dalam

34

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, ..., h. 83 35

Jalaludin, Psikologi Agama, ..., h. 293 36

(30)

kehidupan beragama dilingkungan keluarganya. Sebab, kata Elizabeth Nottingham, setiap individu disaat ia tumbuh menjadi dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntutan umum untuk (mengarahkan) aktifitasnya dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Di sini Elizabeth melihat adanya peran orang tua sebagai penentu, danhampir di semua masyarakat masih memprioritaskan nilai-nilai keagamaan sebagai nilai yang berisi aturan-aturan yang paling luhur. Bahkan menurutnya nilai-nilai keagamaan merupakan landasan bagi sebagian besar nilai-nilai sosial. Makanya pendidikan agama di rumah tangga merupakan warisan nilai yang paling penting bagi anak-anak.37

Tanggung jawab pendidikan yang perlu di sadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak menurut Hasbullah antara lain:

1) Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan makan, minum dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

2) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapatr membahayakan dirinya.

3) Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu oranglain.

4) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir hidup muslim.38

ِي ِّح : اّخ ا ث ع مكدا أ ا بِدأ

تيب آ ِّح م

آرق ا ات

Didklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai Nabimu. Mencintai ahli baitnya, dan membaca al-Quran. (H.R. Ath-Thabrani)39

37

Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 94

38

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, ..., h. 89 39

(31)

Dalam kaitan itulah terlihat peranan pendidikan keluarga dalam menanamkan jiwa keagamaan pada diri anak. Maka tak mengherankan jika Rasul menekankan tanggung jawab itu pada kedua orang tuanya.40

Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk beragama. Namun keberagamaan tersebut memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang secara benar. Untuk itu anak-anak memerlukan tuntunan dan bimbingan, sejalan dengan tahap perkembangan yang mereka alami. Tokoh yang paling menentukan dalam menumbuhkan rasa keagamaan itu adalah kedua orang tuanya.41

B. Minat Remaja terhadap Shalat Berjamaah di Masjid 1. Minat

a. Pengertian minat

Dalam kegiatan apapun terutama shalat berjamaah, minat seseorang merupakan peran yang sangat penting. Bila seseorang tidak memiliki minat terhadap shalat apa lagi shalat berjamaah, maka sulit diharapkan seseorang tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dalam shalatnya. Sebaliknya, apabila seseorang siswa tersebut beribadah dengan minatnya sendiri tanpa diperintah, maka hasilnyapun akan baik.

Pada dasarnya, kegiatan yang dilakukan seseorang didasari oleh kecenderungan hati atau keinginan atau bisa disebut juga minat. Minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu.

Pengertian minat dari segi bahasa yakni “keinginan dan perhatian

yang mengandung unsur-unsur suatu dorongan untuk berbuat sesuatu”.42 Adapun yang dimaksud dengan minat menurut Ahmad D Marimba

adalah “kecenderugan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada

40

Jalaludin, Psikologi Agama, ..., h. 294 40

Ibid., h. 70

42

(32)

kepentingan dengan sesuatu itu.”43 Jadi dapat dikatakan bahwa, minat itu timbul karena adanya rasa senang pada diri seseorang yang menyebabkan selalu memperhatikan, mengingat dan melaukannya secara terus mnerus tanpa adanya peringatan dari orang lain.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang besar yang menetap pada diri dan hati seseorang untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu.

Dengan minat seseorang akan memusatkan sesuatu atau mengarahkan seluruh aktivitas fisik dn psikisnya ke arah yang diamatinya. Minat merupakan perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu, minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.

Minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak memiliki minat atau tidak ada kehendak untuk melakukannya, ia tidak akan memiliki rasa tanggung jawab untuk melakukan shalat berjamaah.

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan dapat di katakan sangat bergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan agamanya yang mempengaruhi besar kecil minat mereka terhadap masalah keagamaan.44

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Sebagaimana telah diterangkan dalam pengertian bahwa minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas. Karenanya minat biasanya diekspresikan melalui suatu

43

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989), cet. Ke-8, h. 79

44

(33)

pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada lainnya.

Minat seseorang timbul secara tiba-tiba. Minat tersebut ada karena pengaruh dari beberapa faktor, menurut Suhartiningsih dalam skripsinya

“Peranan Keluarga dalam Menumbuhkan Minat Remaja untuk

Melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi” faktor-faktor yang mempengaruhi minat anak, antara lain:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah sesuatu yang membuat anak berminat, yang datangnya dari dalam diri. Menurut Rober dalam Muhibbin Syah faktor internal tersebut adalah pemusatan perhatian, keingintahuan motivasi, dan kebutuhan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah, sesuatu yang membuat anak berminat yang datang dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan dari guru, teman bergaul, tersedianya prasarana dan sarana atau fasilitas, dan keadaan lingkungan.

Faktor-faktor yang menimbulkan minat pada diri seseorang terhadap sesuatu dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Faktor motif sosial

Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada.

b. Faktor emosional

Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu.

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

(34)

masa topan badai dan stres, karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Jika terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi jika tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan dengan baik.45

Masa remaja adalah masa yang perlu perhatian secara serius, karena mereka memasuki kegoncangan jiwa. Pertumbuhan jasmani ditandai dengan perubahan pada anggota tubuhnya yang menyebabkan kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran.

Masa remaja juga merupakan salah satu perkembangan manusia. Masa remaja sering dilukiskan orang sebagai salah satu masa yang penuh gejolak, problematis, transisi, unik, gelisah, dan tidak stabil.

Menurut Zakiah Daradjat, “masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh

kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.”46

Sedangkan menurut Bambang Syamsul Arifin, “masa remaja ialah masa perubahan dan kegoncangan disegala bidang, yang dimulai dengan perubahan jasmani yang sangat cepat, jauh dari keseimbangan dan keserasian”.47

Remaja juga bisa diartikan sebagai masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun.48

Jadi yang dimaksud dengan remaja adalah batas seorang yang berawal dari anak-anak yang beralih ke masa dewasa, yang jauh dari keseimbangan emosi dan mental.

45

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13

46

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), Cet. Ke-17, h. 85 47

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, ..., h. 72 48

(35)

Masa remaja merupakan masa yang dalam kondisi bimbang dan gamang, biasanya kondisi seperti ini akan mudah terpengaruh oleh lingkungannya baik pengaruh positif maupun negatif. Jika tidak diiringi dengan bimbingan keagamaan secara baik maka akan menjadi berbahaya terhadap pembentukan mental/jiwa remaja tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Menurut pandangan Gunarsa dan Gunarsa (1991) bahwa secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomi), yakni endogen dan exogen.

1) Faktor Endogen (nature)

Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat heraditer yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur tubuh (tinggi badan), bakat minat, kecerdasan, kepribadian, dan sebagainya.49

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu ada dua hal

a) Sifat jasmaniah yang di wariskan dari orang tua. Contoh: anak yang ayah dan ibunya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi tinggi daripada anak yang berasal dari orang tua yang bertubuh pendek.

b) Kematangan. Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi tinggi, tetapi kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda. Contoh: anak tiga bulan diberi makanan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan otot kakinya berkembang sehingga mampu untuk berjalan. Ini tidak mungkin berhasil sebelum mencapai umur lebih dari sepuluh bulan.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri anak yaitu

a) Kesehatan. Anak yang sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terlambat

b) Makanan. Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya pesat.

49

(36)

c) Simulasi lingkungan. Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan.50

2) Faktor Eksogen (nurture)

Pandangan faktor eksogen menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan dimana seorang mengadakan relasi/interaksi dengan individu atau sekelompok individu didalamnya. Lingkungan sosial ini dapat berupa: keluarga, tetangga, teman, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan sebagainya.51

Dalam lingkungan keluarga, salah satu aspek penting yang dapat memengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota keluarga. Harmonis-tidaknya, intensif-tidaknya interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam keluarga. Gardner (1983) dalam penelitiannya menemukan bahwa interaksi antar anggota keluarga yang tidak harmonis merupakan suatu korelat yang potensial menjadi penghambat perkembangan soisal remaja.52

Seperti yang dijelaskan di atas, linkungan sekolah juga memiliki potensi memudahkan atau menghambat perkembangan hubungan sosial remaja.

Kondusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi perkembangan hubungan sosial remaja tersimpula dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru etos keahlian atau kualitas guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang tumbuh remaja. Hadir atau tidaknya faktor-faktor tersebut secara favourable dapat mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja, meskipun disadari pula bahwa sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu (Barrow & Woods, 1982)53

Sedangkan pengaruh dari lingkungan masyarakat menurut Soetjipto Wirosardjono (1991), bentuk-bentuk perilaku sosial merupakan

50

M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. Ke-5, h.22

51

Agoes dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, ..., h. 14 52

(37)

hasil tiruan dan adaptasi dari pengaruh kenyataan sosial yang ada. Kebudayaan kita menyimpan potensi melegitimasi anggota masyarakat untuk menampilkan perilaku sosial yang kurang baik dengan berbagai dalih, yang sah maupun yang tak terelakkan.54

Dengan demikian, iklim kehidupan masyarakat memberikan urutan penting bagi variasi perkembangan hubungan sosial remaja. Apalagi, remaja senantiasa ingin selalu sejalan dengan trend yang sedang berkembang dalam masyarakat agar tetap selalu dipandang trendy.

3. Shalat Berjamaah

a. Pengertian Shalat Berjamah

Shalat jamaah merupakan alat untuk menumbuhkan cinta kasih sayang diantara orang-orang yang beriman. Seluruh muslim disuatu daerah bertemu setiap harinya untuk melaksanakan shalat. Mereka saling mengenal secara lebih dekat dan melupakan rasa dendam.

Disebut jama‟ah, karena ijtima‟nya (berkumpulnya) orang-orang untuk melakukan shalat dalam satu waktu dan tempat. Bila berbeda keduanya (waktu dan tempat) atau salah satunya, maka tidak disebut jamaah. Karena itu, shalat mengikuti imam melalui radio ataupun televisi tidak sah, karena yang demikian itu bukan shalat jamaah.55

Sedangkan menurut Abu Zahra’ shalat berjamaah adalah shalat

bersama-sama yang dipimpin seorang imam shalat yang adil. Imam shalat yang adil itu adalah orang yang saleh.56

Menurut Shalih shalat berjamah adalah keterikatan antara shalat seorang makmum dan shalat seorang imam dengan syarat-syarat tertentu.57

53

Ibid., h. 97 54

M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, ...,h. 98 55

Taudhih Al-Ahkam min Bulugh Al-Maram, Terj. Oleh Aan Anwariyah dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), h. 458

56Abu Zahra’,

Shalat Nabi SAW, (Bandung: Penerbit Kota Ilmu, 2001), h. 100 57

(38)

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa, yang dimaksud dengan shalat berajamaah adalah shalat yang didirikan bersama-sama yang dipimpin seorang imam.

b. Hukum Shalat Berjamaah

Ulama berselisih pendapat dalam hal hukum shalat berjamaah diantaranya yaitu menurut Imam Hanbali shalat berjamaah itu hukumnya wajib atas setiap individu yang mampu melaksanakannya. Tetapi jika ditinggalkan dan ia shalat sendiri, maka ia berdosa, sedangkan shalatnya tetap sah.

Sedangkan menurut Imamiyah, Hanafi, dan sebagian besar ulama

Syafi’i mengatakan shalat berjamaah hukumnya tidak wajib, baik fardhu

„ain atau kifayah, tetapi hanya disunnahkan dengan sunnah muakkadah.

Imamiyah mengatakan, shalat berjamaah itu dilakukan dalam shalat-shalat yang fardhu, tidak dalam shalat sunnah kecuali dalam shalat istisqo dan shalat dua hari Raya saja.

Sedangkan empat mazhab lainnya mengatakan bahwa shalat berjamaah dilakukan secara mutlak, baik dalam shalat fardhun maupun dalam sholat sunnah.58

Namun shalat berjamaah sangatlah dianjurkan, karena kita akan memperoleh pahala yang lebih besar daripada shalat sendiri. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasullullah SAW:

َ ا :ا ع َ ا يضر ر ع با ع

ا ص ا سر

ي ع

ر) ً جرد ير ع ع سب ِّف ا اص ضفت عا ج ا اص : اق م س

ا

( را ا

Dari ibnu Umar r.a. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Shalat Berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh

tujuh derajat .” (H.R. Bukhori dan Muslim)59

58

(39)

c. Manfaat Shalat Berjamaah

Di dalam ajaran Islam shalat dapat mencegah manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri sebab, dengan mendirikan shalat dapat menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-ankabut ayat 45:

م كي ا يح اام تا

ءا حف ا ع ت َّ ا َ إ َّ ا مقا ّت ا

ر كا اركّ ر ا

ع ّت ام م عي ا

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al

-Qura‟an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesunggguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang

lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.60

Adapun manfaat shalat berjamaah yang dapat dirasakan diantaranya:

1) Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara para jamaah 2) Mengikat tali silaturrahmi

3) Adanya rasa persatuan

4) Tolong menolong dan sifat kemasyarakatan.

Bila shalat berjamaah dilaksanakan dengan rutin, maka insya Allah

hal-hal tersebut dapat kita rasakan bagi diri sendiri dan umumnya bagi kehidupan bermasyarakat dengan berinteraksi dengan orang lain.

4. Masjid

a. Pengertian Masjid

Kata masjid menurut bahasa merupakan isim yang diambil dari kata sujud; bentuk dasarnya adalah sajada-yasjudu yang berarti tempat

59

Imam Nawani, Tarjamah Riyadhus Shalihin, (Surabaya: Duta Ilmu, 2003), cet. Ke-1, Jilid 6, h. 269

60

(40)

sujud atau tempat menyembah Allah SWT. bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin.61

Sedagnkan menurut istilah, menurut Az-Zarkasyi mendefinisikan sebagai tempat ibadah. Selain itu, ia menduga, pemilihan kata masjid untuk menyebut tempat shalat adalah karena sujud merupakan perbuatan paling mulia dalam shalat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.62

Menurut Zaini Dahlan, ”masjid adalah perangkat masyarakat yang pertama didirikan oleh Rasul SAW”.63

Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Setiap orang bisa melakukan shalat di mana saja, di rumah, di kebun, di jalan, di kendaraan, dan di tempat lainnya kecuali di atas kuburan.

Selain itu, masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi dikalangan kaum muslimin.

Akan tetapi, makna yang terkandung didalamnya sebenarnya jauh lebih luas daripada sekedar tempat sujud. Masjid juga bisa disebut dengan tempat dimana para umat muslim berkumpul dan bertemu, baik pada waktu-waktu sembahyang maupun diwaktu lainnya.

Masjid merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam. Masjid bagi umat Islam diibaratkan seperti air bagi ikan, ikan tidak akan bertahan hidup lama jika dipisahkan dari air.

b. Fungsi Masjid

Masjid bukan hanya sebagai bangunan angker yang hanya digunakan untuk tempat shalat atau iktikaf atau berbagai ibadah dalam arti yang sempit. Masjid pada waktu itu berperan sebagai “Islamic center”

tempat membina hubungan manusia dengan Allah SWT. dan hubungan manusia dengan manusia seperti di gelar dan di tegakkan peradilan,

61

Mohammad E. Ayub dkk., Manajemen Masjid, (Depok: Gema Insani, 2007), h. 1 62

Huri Yasin Husain, Fiqih Masjid, (jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), h. 12 63

(41)

bahkan di sana pula dibicarakan perjanjian dengan tetangga non muslim. Seperti ayat yang Allah jelaskan di bawah ini:

َاإ آ فقث ام يأ َِّ ا م ي ع تبرض

حب

ِم

م ج َ ا

ساَ ا

Kehinaan akan menimpa manusia di mana saja meraka berada

kecuali memelihara hubungan Allah dengan manusia. Q.S. Ali‟Imran:

11264

Rasulullah SAW adalah bertugas menyampaikan wahyu Allah SWT dan sebagian beliau menerima wahyu tersebut di masjid Nabawi sehingga ada tempat yang namnya “Babul Jibril” karena ditempat itulah beliau menerima wahyu dari Allah SWT yang merupakan sumber segala ilmu.65

Dalam praktek kehidupan Rasulullah SAW sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan mendorong umat Islam untuk menguasai ilmu, jangan karena jauh dan kesulitan digunakan sebagai alasan keterbatasan untuk tidak mencari ilmu. “tuntutlah ilmu walau sampai kenegeri Cina” itulah motivasi yang Rosul sampaikan kepada umatnya.

Banyak sekali petunjuk-petunjuk Rasul tentang perlunya umat Islam menguasai ilmu pengetahuan. Karena itu mesjid sabagai pusat-pusat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Fungsi masjid adalah:

1) Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2) Masjid adalah tempat kaum muslimin ber’itikaf, membersihkan diri,

menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keuTuhan kepribadian.

3) Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat. 4) Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan

kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

64

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, ..., h. 81 65

Supardi dan Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat,

(42)

5) Masjid adalah tempat membina keuTuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. 6) Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk

meningkatkan kecerdasan dan ilmu penegtahuan muslimin

7) Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin umat.

8) Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya.

9) Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.66

Fungsi-funsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional yang sejalan dengan program pembangunan. Umat Islam harus bersyukur karena saat ini masjid semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi jumlahnya maupun keindahan arsitekturnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya kehidupan beragama.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah”

dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.67Hipotesis adalah dugaan yang kemungkinan benar atau juga kemungkinan salah setelah dilakukan penelitian oleh penguji.

Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti membenarkan dan akan dikelola jika tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesis tergantung pada penyelidikan bukti-bukti yang di kumpulkan.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara keberagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja.

2. Hipotesis alternative (Ha), yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara keberagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja.

66

Mohammad E. Ayub dkk., Manajemen Masjid, ..., h. 8 67

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI),

(43)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di R.W. 002 Kelurahan Kramat Pela Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal tanggal 7 November 2012 sampai dengan 17 Maret 2014.

B. Metode Penelitian

Guna menjawab pertanyaan yang di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis, yaitu memparkan secara mendalam dan secara obyektif sesuai dengan data yang digunakan.

C. Populasi dan Sampel

(44)

tinggal di Jalan Rambay Bawah II RW 002 Kelurahan Kramat Pela Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang berjumlah 37 orang.

Karena jumlah populasi di bawah 100 orang, maka penulis mengambil keseluruhan dari remaja pria di wilayah tersebut sebagai populasi.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat atau independent (X) dan variabel bebas atau dependent (Y). Adapun variabel terikat (X) adalah keberagamaan orang tua. Sedangkan variabel bebas (Y) adalah minat shalat berjamaah remaja di masjid.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai berikut:

1. Observasi

Metode ini dilakukan dengan memperhatikan wilayah RW 002 untuk mengamati keadaan lingkungan.

2. Wawancara

(45)

3. Angket (kuesioner)

[image:45.595.115.516.281.725.2]

Tekhnik angket yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menyusun beberapa pertanyaan secara tertulis kepada responden dan dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan diajukan kepada 37 anak remaja pria yang dijadikan sebagai sampel dan responden hanya dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap tepat baginya.

Tabel 3.1 Kisi-kisi angket

Variabel

Dimensi Variabel

Indikator Variabel

No. Item

Jumlah

Bimbingan keberagamaan orang tua (variabel X)

 Motivasi Orang tua menyuruh anak melaksanakan shalat

Orang tua menyuruh anak berpuasa

Menyuruh membaca Al-quran

Menyuruh anak berbuat baik

Memberi hadiah

1, 2

7, 11

9

8

5,

2

2

1

1

(46)

F. Analisia Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan bentuk tabel dengan menggunakan tekhnik deskriftif prosentase dengan rumus sebagai berikut:

 Mengawasi Menegur anak

Menghukum

3, 12 4, 10

2 2

 Mencontohkan Orang tua shalat di masjid

Orang tua shalat dengan cara yang benar

15

6

1

1

Minat shalat berjamaah remaja di masjid (variabel Y)

Minat Suka melaksanakan shalat berjamaah di masjid

Mendahulukan shalat berjamaah

Berusaha untuk shalat berjamaah di masjid

1, 4, 5, 6, 10

8, 9, 12, 13 2, 3, 7, 10, 11

5

4

(47)

Keterangan :

P = Angka persentase yang sedang dicari persen F = Frekuensi

N = Responden

Dalam analisis penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment. Secara operasional, analisa data tersebut dilakukan melalui tahap:

1. Mencari angka korelasi dengan rumus:

Keterangan:

rxy = Angka Indeks korelasi “r” Product Moment

N = Number of Casses

∑X = Jumlah skor dalam sebaran X

∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑XY = Jumlah hasil perkalian skor X dengan skor Y

∑X2

= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑Y2

(48)

2. Memberikan interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment

a. Interprestasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan

perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment,

[image:48.595.155.527.268.579.2]

seperti dibawah ini:

Tabel 3. 2

Interpretasi nilai r

Besarnya “r”

Product Moment (rxy)

Interprestasi

0,00  0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y) 0,20  0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang lemah/ rendah

0,40  0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang sedang/ cukup

0,70  0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang kuat/ tinggi

0,90  1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang sangat kuat/ tinggi

b. Interprestasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom (df) yang rumusnya adalah:

df= N-nr

(49)

Df = Degress of freedom N = Number of Cases

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.

Untuk mencari konstribusi variabel X terhadap variabel Y penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r2 X 100%

Keterangan:

KD = Konstribusi variabel X terhadap Y

R = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

G. Hipotesis Statistik H0 :

(50)

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Data Singkat Kelurahan Kramat Pela

Kelurahan Kramat Pela memiliki luas wilayah 123.80 Ha, yang terbagi menjadi 10 Rukun Warga (RW) dan 82 Rukun Tetangga (RT). Dan jumlah penduduk di kelurahan Kramat Pela ini sebanyak 17.795 jiwa terdiri dari 3683 Kepala Keluarga (KK) 8515 perempuan dan 9280 laki-laki.

Agama yang dianut masyarakat kelurahan Keramat Pela ini mayoritasnya adalah islam, sedikitnya agama lain yaitu Protestan, Katolik, dan Budha.

2. Letak Geografis RW 002 Kelurahan Kramat Pela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Lingkungan RW 002 merupakan salah satu dari sepuluh rukun warga yang ada di Kelurahan Kramat Pela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

RW 002 yang dipimpin oleh Bpk. Mahmud memiliki luas wilayah + 8 Ha.

3. Keadaan Penduduk

(51)

Penduduk di wilayah RW 002 mayoritas bermata pencaharian sebagai pedagang, supir, buruh, karyawan.

Sarana pendidikan yang ada di RW 002 menurut Bpk. Mahmud selaku ketua Rw adalah 5 TPA (Taman Pendidikan Alquran) dan 2 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Sedangkan sarana keagamaan di RW 002 yaitu hanya 1 masjid dan 3 musholla.

Menurut pengakuan Bpk. Mahmud selaku ketua RW 002 agama yang dianut oleh masyarakat RW 002 adalah islam, hanya terdapat 2 keluarga yang beragamakan Katolik dan Protestan di wilayah tersebut.

B. Deskripsi Data

Data penelitian ini diperoleh dari 37 responden yang menjawab 30 butir soal. Setelah diuji validitas soal, diketahui bahwa soal yang valid berjumlah 26 soal. Data angket yang terkumpul dari soal-soal yang valid dipersentasikan ke dalam tabel-tabel.

1. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

[image:51.595.133.513.327.719.2]

Untuk mengetahui hasil dari setiap butir soal dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1

Menyuruh anak melaksanakan shalat

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4 5

Sangat Sering Sering Jarang Pernah Tidak Pernah

8 12

5 10

2

21,7 32,4 13,5 27 5,4

(52)
[image:52.595.152.507.284.536.2]

Dari tabel di atas, dapat diketahui 21,7% responden menjawab orang tuanya sangat sering menyuruhnya untuk shalat. Sedangkan sebagian besar (32,4%) responden menjawab sering, dan 13,5% responden menjawab orang tuanya jarang menyuruhnya untuk shalat, 27% responden menjawab pernah dan sedikitnya (5,4%) responden menjawab orang tuanya tidak pernah menyuruhnya untuk shalat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua sering menyuruh anaknya melaksankan shalat.

Tabel 4.2

Mengajak anak shalat berjamaah

No.

Gambar

Tabel 4.28 Interpretasi data ...............................................................................
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket
Tabel 3. 2
Tabel 4.1 Menyuruh anak melaksanakan shalat
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Variabel yang Paling Dominan yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Jasa Terhadap Kepuasan Pelanggan

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan hal-hal yang menjadi faktor dalam mempengaruhi efikasi diri pengasuhan individu yaitu adanya pengalaman orang

Krisi identitas pada masa remaja timbul karena remaja merasa sudah terlalu besar untuk dikategorikan sebagai anak-anak, namun belum bisa dikategorikan sebagai orang dewasa

EFEKTIFITAS BUAH JERUK SIEM MADU DALAM MENGURANGI PEMBENTUKAN

bauran pemasaran dalam meningkatkan volume penjualan soes merdeka

Kehidupan sosial budaya sekolah seharusnya dikembangkan lebih utama, bagi penyediaan tempat yang baik bagi anak dan pemuda untuk memperoleh pendidikan dan belajar dalam

Hasil analisis sidik ragam (lampiran 7) menunjukkan bahwa penggunaan gula aren dalam air minum ternak babi memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)

penanggulangan bencana, kelompok gerakan sosial tanggap bencana membangun sistem kekerabatan antar anggota maupun antar kelompok untuk suatu penanganan yang terfokus,