• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Minat Remaja Terhadap Shalat Berjamaah di Masjid

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja (dalam Santrock, 1999), dianggap sebagai

masa topan badai dan stres, karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Jika terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi jika tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan dengan baik.45

Masa remaja adalah masa yang perlu perhatian secara serius, karena mereka memasuki kegoncangan jiwa. Pertumbuhan jasmani ditandai dengan perubahan pada anggota tubuhnya yang menyebabkan kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran.

Masa remaja juga merupakan salah satu perkembangan manusia. Masa remaja sering dilukiskan orang sebagai salah satu masa yang penuh gejolak, problematis, transisi, unik, gelisah, dan tidak stabil.

Menurut Zakiah Daradjat, “masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh

kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.”46

Sedangkan menurut Bambang Syamsul Arifin, “masa remaja ialah masa perubahan dan kegoncangan disegala bidang, yang dimulai dengan perubahan jasmani yang sangat cepat, jauh dari keseimbangan dan keserasian”.47

Remaja juga bisa diartikan sebagai masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun.48

Jadi yang dimaksud dengan remaja adalah batas seorang yang berawal dari anak-anak yang beralih ke masa dewasa, yang jauh dari keseimbangan emosi dan mental.

45

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13

46

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), Cet. Ke-17, h. 85

47

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, ..., h. 72

48

Masa remaja merupakan masa yang dalam kondisi bimbang dan gamang, biasanya kondisi seperti ini akan mudah terpengaruh oleh lingkungannya baik pengaruh positif maupun negatif. Jika tidak diiringi dengan bimbingan keagamaan secara baik maka akan menjadi berbahaya terhadap pembentukan mental/jiwa remaja tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Menurut pandangan Gunarsa dan Gunarsa (1991) bahwa secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomi), yakni endogen dan exogen.

1) Faktor Endogen (nature)

Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat heraditer yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur tubuh (tinggi badan), bakat minat, kecerdasan, kepribadian, dan sebagainya.49

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu ada dua hal

a) Sifat jasmaniah yang di wariskan dari orang tua. Contoh: anak yang ayah dan ibunya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi tinggi daripada anak yang berasal dari orang tua yang bertubuh pendek.

b) Kematangan. Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi tinggi, tetapi kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda. Contoh: anak tiga bulan diberi makanan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan otot kakinya berkembang sehingga mampu untuk berjalan. Ini tidak mungkin berhasil sebelum mencapai umur lebih dari sepuluh bulan.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri anak yaitu

a) Kesehatan. Anak yang sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terlambat

b) Makanan. Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya pesat.

49

c) Simulasi lingkungan. Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan.50

2) Faktor Eksogen (nurture)

Pandangan faktor eksogen menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan dimana seorang mengadakan relasi/interaksi dengan individu atau sekelompok individu didalamnya. Lingkungan sosial ini dapat berupa: keluarga, tetangga, teman, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan sebagainya.51

Dalam lingkungan keluarga, salah satu aspek penting yang dapat memengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota keluarga. Harmonis-tidaknya, intensif-tidaknya interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam keluarga. Gardner (1983) dalam penelitiannya menemukan bahwa interaksi antar anggota keluarga yang tidak harmonis merupakan suatu korelat yang potensial menjadi penghambat perkembangan soisal remaja.52

Seperti yang dijelaskan di atas, linkungan sekolah juga memiliki potensi memudahkan atau menghambat perkembangan hubungan sosial remaja.

Kondusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi perkembangan hubungan sosial remaja tersimpula dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru etos keahlian atau kualitas guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang tumbuh remaja. Hadir atau tidaknya faktor-faktor tersebut secara favourable dapat mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja, meskipun disadari pula bahwa sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu (Barrow & Woods, 1982)53

Sedangkan pengaruh dari lingkungan masyarakat menurut Soetjipto Wirosardjono (1991), bentuk-bentuk perilaku sosial merupakan

50

M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. Ke-5, h.22

51

Agoes dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, ..., h. 14

52

hasil tiruan dan adaptasi dari pengaruh kenyataan sosial yang ada. Kebudayaan kita menyimpan potensi melegitimasi anggota masyarakat untuk menampilkan perilaku sosial yang kurang baik dengan berbagai dalih, yang sah maupun yang tak terelakkan.54

Dengan demikian, iklim kehidupan masyarakat memberikan urutan penting bagi variasi perkembangan hubungan sosial remaja. Apalagi, remaja senantiasa ingin selalu sejalan dengan trend yang sedang berkembang dalam masyarakat agar tetap selalu dipandang trendy.

Dokumen terkait