KAJIAN PENGARUH DURASI GETARAN KUAT/STRONG
MOTION DURATION TERHADAP RESPONS STRUKTUR
BANGUNAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
Oleh :
HENDRA SUSILO
11 0404 114
SUBJURUSAN STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi kasih karunia dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan judul “Kajian pengaruh durasi getaran kuat/strong motion
duration terhadap respons struktur bangunan”. Tugas Akhir ini diajukan untuk
melengkapi syarat-syarat dalam menempuh Ujian Sarjana di Departemen Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT, selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu dalam membimbing dan memberi saran dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
2. Bapak Ir. Besman Surbakti, MT, selaku Dosen Pembanding yang telah
memberi kritik dan saran yang membangun.
3. Bapak M. Agung Putra Handana, ST., MT, selaku Dosen Pembanding
yang telah memberi kritik dan saran yang membangun.
4. Bapak Ir. Sanci Barus, MT, selaku Koordinator Subjurusan Struktur.
5. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik
Sipil.
6. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil.
7. Mama dan papa, The One and Only Brother Hendry Gunawan, The One
and Only Sister Henny Setiawaty. Terima kasih buat segalanya.
8. Teman-teman stambuk 2011, terutama Andre “Brother Jon” Bachtiar
Sihaloho, Andrew Samuel Erionkita Purba, Nikson Andreas Samosir,
Stefano Manurung. May God Bless You wherever You go friends!
Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih banyak memiliki kekurangan,
oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Terima kasih.
Medan, November 2015
Penulis,
ABSTRAK
Gempa merupakan efek dari interaksi lempeng-lempeng yang ada pada
kerak bumi. Saat terjadi gempa, maka pelepasan energi yang merambat ke
permukaan tanah dalam bentuk getaran terjadi secara cepat. Getaran pada
permukaan tanah ini disebut ground motion. Durasi getaran kuat/strong motion
duration (SMD) berbeda dengan durasi gempa. Durasi SMD dibatasi oleh suatu
nilai ambang batas. Biasanya nilai puncak percepatan tanah (PGA) atau Intensitas
Arias.
Umumnya terdapat empat pengertian dari strong motion duration, yaitu:
(1) bracketed duration, (2) uniform duration, (3) significant duration, dan (4)
effective duration. Namun, pengertian yang paling sering digunakan dalam
memahami dan menggambarkan durasi getaran kuat adalah significant duration.
Significant duration merupakan rentang durasi antara 5%-95% (T5-T95) dari
kumulatif energi yang ditentukan dengan persentase Intensitas Arias. Durasi ini
mencakup kumulatif energi sebesar 90%. Defenisi ini dikemukakan oleh Trifunac
dan Brady (1975).
Analisis pengaruh strong motion duration menggunakan metode analisis
riwayat waktu (time history analysis) dan proses perhitungan dibantu dengan
software SAP 2000. Rekaman gempa yang dipakai adalah Imperial Valley, Tabas,
Kobe, Northridge, Loma Prieta, dan San Fernando. Persentase strong motion
duration masing-masing rekaman gempa tersebut adalah 53,15%, 50,14%,
47,81%, 42,17%, 34,73%, dan 28,94%.
Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa strong motion duration
tidak berpengaruh terhadap respons struktur bangunan. Hal ini bisa dilihat dari
besarnya persentase strong motion duration tidak berbanding lurus terhadap
respons struktur bangunan, baik perpindahan, rasio simpangan antar lantai,
percepatan lantai, momen maksimum, geser maksimum ataupun normal
maksimum balok dan kolom struktur bangunan.
Daftar Isi
Kata Pengantar ... i
Abstrak ... iii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar ... xi
Daftar Notasi ... xv
BAB I Pendahuluan ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Dasar Teori ... 2
1.3Perumusan Masalah ... 3
1.4Tujuan ... 4
1.5Manfaat ... 4
1.6Pembatasan Masalah ... 4
1.7Metodologi Penulisan ... 4
1.8Sistematika Penulisan ... 6
BAB II Studi Pustaka ... 7
2.1Pendahuluan ... 7
2.2Pengertian Strong Motion Duration ... 7
2.3Metode Analisis Beban Gempa ... 10
2.3.1Metode Analisis Statik Ekivalen ... 10
2.3.2Metode Analisis Ragam Spektrum Respons ... 22
2.3.2.1 Prosedur Analisis Ragam Spektrum Respons .... 23
2.3.3Metode Analisis Riwayat Waktu (Time History Analysis) ... 24
2.3.3.1Metode Analisis Riwayat Waktu Linier ... 24
2.3.3.2Evaluasi Respons Dinamik Dengan Metode Numerik ... 26
BAB III Metodologi Analisis ... 30
3.1 Pembuatan Respons Spektra Desain ... 30
3.2 Pengolahan Rekaman Gempa ... 40
3.2.1 Rekaman Gempa Asli ... 40
3.2.2 Pencocokan/Matching Rekaman Gempa Asli Pada Respons Spektra Desain ... 42
3.2.3 Penskalaan PGA Rekaman Gempa Pada PGA Site (PGAM) ... 45
3.2.4 Significant Duration ... 48
3.3 Permodelan Struktur ... 55
3.3.1 Data Teknis Struktur ... 55
3.3.2 Pembebanan Struktur ... 56
3.3.3 Gambar Struktur ... 57
BAB IV Analisis dan Pembahasan ... 59
4.2 Analisis Struktur ... 60
4.3 Kontrol Hasil Analisis Struktur ... 63
4.4 Respons Struktur Hasil Analisis ... 66
4.4.1 Analisis Arah Memanjang ... 66
4.4.2 Analisis Arah Melintang ... 78
4.5 Pembahasan ... 90
BAB V Kesimpulan dan Saran ... 94
5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Saran ... 95
Daftar Pustaka ... xviii
Daftar Tabel
Tabel 2.3.1.1-1 : Faktor R, Cd, dan Ω0 Untuk Sistem Penahan Gaya
Gempa ... 13
Tabel 2.3.1.1-2 : Faktor Keutamaan Gempa ... 17
Tabel 2.3.1.1-3 : Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x ... 18
Tabel 2.3.1.1-4 : Koefisien Untuk Batas Atas Perioda Yang Dihitung ... 18
Tabel 3.2.4 : Rekapitulasi Berbagai Rekaman Gempa Berdasarkan Significant Duration ... 55
Tabel 4.3-1 : Perioda Fundamental Struktur ... 64
Tabel 4.3-2 : Rasio Partisipasi Massa ... 64
Tabel 4.3-3 : Base Shear Pada Struktur Arah Memanjang ... 65
Tabel 4.3-4 : Base Shear Pada Struktur Arah Melintang ... 65
Tabel 4.4.1-2 : Perpindahan Minimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang ... 67
Tabel 4.4.1-3 : Rasio Simpangan Antar Lantai Maksimum Analisis
Time History Berbagai Rekaman Gempa Arah
Memanjang ... 68
Tabel 4.4.1-4 : Rasio Simpangan Antar Lantai Minimum Analisis
Time History Berbagai Rekaman Gempa Arah
Memanjang ... 69
Tabel 4.4.1-5 : Percepatan Lantai Maksimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang ... 70
Tabel 4.4.1-6 : Percepatan Lantai Minimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang ... 71
Tabel 4.4.1-7 : Momen Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang ... 72
Tabel 4.4.1-8 : Momen Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang ... 73
Tabel 4.4.1-9 : Geser Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang ... 74
Tabel 4.4.1-10 : Geser Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang ... 75
Tabel 4.4.1-11 : Normal Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang ... 76
Tabel 4.4.1-12 : Normal Maksimum Kolom Analisis Time History
Tabel 4.4.2-1 : Perpindahan Maksimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 78
Tabel 4.4.2-2 : Perpindahan Minimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 81
Tabel 4.4.2-3 : Rasio Simpangan Antar Lantai Maksimum Analisis
Time History Berbagai Rekaman Gempa Arah
Melintang ... 80
Tabel 4.4.2-4 : Rasio Simpangan Antar Lantai Minimum Analisis
Time History Berbagai Rekaman Gempa Arah
Melintang ... 81
Tabel 4.4.2-5 : Percepatan Lantai Maksimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 82
Tabel 4.4.2-6 : Percepatan Lantai Minimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 83
Tabel 4.4.2-7 : Momen Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 84
Tabel 4.4.2-8 : Momen Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 85
Tabel 4.4.2-9 : Geser Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 86
Tabel 4.4.2-10 : Geser Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 87
Tabel 4.4.2-11 : Normal Maksimum Balok Analisis Time History
Tabel 4.4.2-12 : Normal Maksimum Kolom Analisis Time History
Daftar Gambar
Gambar 1.1 : Pertemuan Lempeng Indo-Australia, Lempeng
Pasifik, dan Lempeng Eurasia di Indonesia ... 1
Gambar 1.2 : Significant duration ... 3
Gambar 2.2-1 : Bracketed duration ... 8
Gambar 2.2-2 : Uniform duration ... 8
Gambar 2.2-3 : Significant duration ... 9
Gambar 2.2-4 : Effective duration ... 10
Gambar 2.3.1.1 : Penentuan Simpangan Antar Lantai ... 21
Gambar 2.3.2.1 : Respons spektrum umum ... 24
Gambar 2.3.3.2 : Notasi Metode Time-stepping ... 27
Gambar 3.1-1 : Respons Spektra Percepatan 0,2 Detik (SS) Untuk Daerah Medan ... 33
Gambar 3.1-2 : Respons Spektra Percepatan 1,0 Detik (S1) Untuk Daerah Medan ... 33
Gambar 3.1-3 : Respons Spektra Desain ... 39
Gambar 3.2.2-1 : Respons Spektra Desain dan Respons Spektra Masing-Masing Rekaman Gempa Sebelum Matching ... 42
Gambar 3.2.3 : Percepatan Puncak (PGA) Untuk Daerah
Medan ... 46
Gambar 4.2-1 : Beban Mati Pada Struktur Potongan Arah
Memanjang ... 61
Gambar 4.2-2 : Beban Hidup Pada Struktur Potongan Arah
Memanjang ... 61
Gambar 4.2-3 : Beban Mati Pada Struktur Potongan Arah
Melintang ... 62
Gambar 4.2-4 : Beban Hidup Pada Struktur Potongan Arah
Melintang ... 63
Gambar 4.4.1-1 : Perpindahan Maksimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 66
Gambar 4.4.1-2 : Perpindahan Minimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 67
Gambar 4.4.1-3 : Rasio Simpangan Antar Lantai Maksimum Analisis
Time History Berbagai Rekaman Gempa Arah
Memanjang ... 68
Gambar 4.4.1-4 : Rasio Simpangan Antar Lantai Minimum Analisis
Time History Berbagai Rekaman Gempa Arah
Memanjang ... 69
Gambar 4.4.1-5 : Percepatan Lantai Maksimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 70
Gambar 4.4.1-6 : Percepatan Lantai Minimum Analisis Time History
Gambar 4.4.1-7 : Momen Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 72
Gambar 4.4.1-8 : Momen Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 73
Gambar 4.4.1-9 : Geser Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 74
Gambar 4.4.1-10: Geser Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 75
Gambar 4.4.1-11: Normal Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 76
Gambar 4.4.1-12: Normal Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Memanjang .... 77
Gambar 4.4.2-1 : Perpindahan Maksimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 78
Gambar 4.4.2-2 : Perpindahan Minimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 79
Gambar 4.4.2-3 : Rasio Simpangan Antar Lantai Maksimum Analisis
Time History Berbagai Rekaman Gempa Arah
Melintang ... 80
Gambar 4.4.2-4 : Rasio Simpangan Antar Lantai Minimum Analisis
Time History Berbagai Rekaman Gempa Arah
Melintang ... 81
Gambar 4.4.2-5 : Percepatan Lantai Maksimum Analisis Time History
Gambar 4.4.2-6 : Percepatan Lantai Minimum Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 83
Gambar 4.4.2-7 : Momen Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 84
Gambar 4.4.2-8 : Momen Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 85
Gambar 4.4.2-9 : Geser Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 86
Gambar 4.4.2-10: Geser Maksimum Kolom Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 87
Gambar 4.4.2-11: Normal Maksimum Balok Analisis Time History
Berbagai Rekaman Gempa Arah Melintang ... 88
Gambar 4.4.2-12: Normal Maksimum Kolom Analisis Time History
Daftar Notasi
IA : intensitas Arias (cm/s)
ag(t) : percepatan tanah dasar (g)
td : durasi total rekaman gempa (s)
g : gravitasi (cm/s2)
V : geser dasar seismik (kg)
Cs : koefisien respons seismik
W : berat seismik efektif
R : faktor modifikasi respons
Cd : faktor pembesaran defleksi
Ω0 : faktor kuat-lebih sistem
Ie : faktor keutamaan gempa
SDS : parameter percepatan spektrum respons desain dalam
rentang perioda pendek
SD1 : parameter percepatan spektrum respons desain pada
perioda 1,0 detik
T : perioda fundamental
Ta : perioda fundamental pendekatan
Cu : koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Ct dan x : parameter perioda pendekatan
hn : tinggi struktur (m)
AB : luas dasar struktur, m2
Ai : luas badan dinding geser “i” (m2)
Di : panjang dinding geser “i” (m)
hi : tinggi dinding geser “i” (m)
Fx : gaya lateral struktur (kN)
Cvx : faktor distribusi vertikal
δx : defleksi pusat massa di tingkat x
δxe : defleksi pada lokasi yang disyaratkan yang ditentukan dengan
analisis elastis
∆ : simpangan antar lantai desain
∆a : simpangan antar lantai izin
SS : parameter respons spektra percepatan gempa pada perioda
pendek 0,2 detik di batuan dasar
S1 : parameter respons spektra percepatan gempa pada perioda 1
detik di batuan dasar
SMS : parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek
Fa : koefisien periode pendek 0,2 detik
Fv : kofisien periode pendek 1,0 detik
SPGA : nilai PGA di batuan dasar
FPGA : faktor amplifikasi untuk PGA
PGAM : nilai percepatan puncak (PGA) di permukaan tanah
berdasarkan klasifikasi site
ABSTRAK
Gempa merupakan efek dari interaksi lempeng-lempeng yang ada pada
kerak bumi. Saat terjadi gempa, maka pelepasan energi yang merambat ke
permukaan tanah dalam bentuk getaran terjadi secara cepat. Getaran pada
permukaan tanah ini disebut ground motion. Durasi getaran kuat/strong motion
duration (SMD) berbeda dengan durasi gempa. Durasi SMD dibatasi oleh suatu
nilai ambang batas. Biasanya nilai puncak percepatan tanah (PGA) atau Intensitas
Arias.
Umumnya terdapat empat pengertian dari strong motion duration, yaitu:
(1) bracketed duration, (2) uniform duration, (3) significant duration, dan (4)
effective duration. Namun, pengertian yang paling sering digunakan dalam
memahami dan menggambarkan durasi getaran kuat adalah significant duration.
Significant duration merupakan rentang durasi antara 5%-95% (T5-T95) dari
kumulatif energi yang ditentukan dengan persentase Intensitas Arias. Durasi ini
mencakup kumulatif energi sebesar 90%. Defenisi ini dikemukakan oleh Trifunac
dan Brady (1975).
Analisis pengaruh strong motion duration menggunakan metode analisis
riwayat waktu (time history analysis) dan proses perhitungan dibantu dengan
software SAP 2000. Rekaman gempa yang dipakai adalah Imperial Valley, Tabas,
Kobe, Northridge, Loma Prieta, dan San Fernando. Persentase strong motion
duration masing-masing rekaman gempa tersebut adalah 53,15%, 50,14%,
47,81%, 42,17%, 34,73%, dan 28,94%.
Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa strong motion duration
tidak berpengaruh terhadap respons struktur bangunan. Hal ini bisa dilihat dari
besarnya persentase strong motion duration tidak berbanding lurus terhadap
respons struktur bangunan, baik perpindahan, rasio simpangan antar lantai,
percepatan lantai, momen maksimum, geser maksimum ataupun normal
maksimum balok dan kolom struktur bangunan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia termasuk dalam wilayah cincin api yaitu daerah patahan yang
sangat rawan bencana gempa bumi karena posisi geografis Indonesia yang terletak
pada zona tektonik yang sangat aktif. Hal ini karena wilayah Indonesia terletak
pada tiga lempeng besar dunia yaitu, Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia,
dan Lempeng Eurasia. Lempeng aktif artinya lempeng yang selalu bergerak dan
saling berinteraksi. Lempeng Pasifik bergerak relatif ke barat, Lempeng
Indo-Australia bergerak relatif ke utara, dan Lempeng Eurasia bergerak relatif ke
tenggara. Interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia
sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi. Selain Indonesia,
beberapa negara rawan gempa bumi yaitu Jepang, Taiwan, China, Filipina,
Selandia Baru, dan Amerika Serikat.
Gambar 1.1 Pertemuan Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan
Gempa bumi telah banyak menelan korban jiwa, kerugian materil dan imateril.
Di Indonesia, sejak tahun 2004 telah terjadi beberapa kali gempa besar, yaitu
gempa Aceh disertai tsunami tahun 2004 (Mw = 9,2), gempa Nias tahun 2005 (Mw
= 8,7), gempa Yogya tahun 2006 (Mw = 6,3), dan gempa Padang tahun 2009 (Mw
= 7,6). Pencegahan kerusakan bangunan akibat gempa dapat dilakukan melalui
proses perencanaan disertai pelaksanaan konstruksi yang baik dengan
memperhitungkan tingkat beban gempa rencana.
Beban gempa merupakan salah satu beban yang diperhitungkan dalam
perencanaan struktur bangunan sesuai SNI 03-1726-2010. Umumnya, beban
gempa dihitung dengan analisis gaya lateral ekivalen menggunakan respon spektra
sesuai zona atau wilayah dimana bangunan tersebut berada. Respon Spektra
merupakan suatu plot yang menunjukkan respon maksimum yang ditimbulkan
oleh getaran bumi pada berbagai frekuensi natural suatu sistem berderajat tunggal.
Pembuatan respon spektra membutuhkan data percepatan tanah yang terjadi akibat
gempa atau yang biasa disebut rekaman gempa. Rekaman gempa dapat kita
peroleh melalui website Pacific Earthquake Engineering Research Center
(http://ngawest2.berkeley.edu/).
1.2Dasar Teori
Gempa merupakan efek dari interaksi lempeng-lempeng yang ada pada kerak
bumi. Saat terjadi gempa, maka pelepasan energi yang merambat ke permukaan
tanah dalam bentuk getaran terjadi secara cepat. Getaran pada permukaan tanah
ini disebut ground motion. Bagaimana pergerakan ground motion dapat diketahui
dari rekaman gempa yang tercatat pada alat pencatat gempa. Rekaman gempa
biasanya berbentuk riwayat waktu (time history) terhadap percepatan, kecepatan
dan perpindahan ground motion.
Dalam analisis dinamika struktur, terdapat karakeristik dari getaran tanah
(ground motion) akibat gempa, yaitu: (1) nilai puncak dasar dari getaran
tanah/amplitudo, meliputi: percepatan puncak dasar/peak ground acceleration
(PGA); kecepatan puncak dasar/peak ground velocity (PGV); perpindahan puncak
dasar/ peak ground displacement (PGD), (2) kandungan frekuensi (frequency
Dalam pemilihan rekaman gempa untuk analisa riwayat waktu (time history),
parameter yang sering digunakan adalah magnitudo gempa, jarak sumber gempa
terhadap lokasi rekaman gempa dicatat, kondisi tanah setempat, dan tipe gempa.
Durasi getaran kuat (SMD) tidak termasuk dalam parameter pemilihan rekaman
gempa. Umumnya terdapat empat pengertian dari strong motion duration (SMD),
yaitu: (1) bracketed duration, (2) uniform duration, (3) significant duration, dan
(4) effective duration.
Pada tugas akhir ini, penyusun tertarik untuk mengkaji pengaruh SMD
terhadap respon struktur bangunan. Penyusun menggunakan pengertian significant
duration dalam menganalisa pengaruh durasi getaran kuat/strong motion duration
terhadap respon struktur bangunan.
Gambar 1.2 Significant duration
(Sumber : Bommer and Martinez-Pereira, 1999)
1.3Perumusan Masalah
Dalam tugas akhir ini, penulis akan mengkaji pengaruh SMD rekaman gempa
yang berbeda-beda menggunakan rekaman gempa asli yang dicocokan/matching
dengan respons spektra desain kemudian diskalakan pada PGA site kemudian
membandingkan respons yang terjadi pada bangunan menggunakan software
1.4Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu untuk mengetahui pengaruh SMD
terhadap respons struktur bangunan.
1.5Manfaat
Manfaat dari penulisan tugas akhir ini yaitu menjadi salah satu pertimbangan
dalam merencanakan bangunan tahan gempa pada suatu daerah tertentu
berdasarkan rekaman gempa daerah tersebut.
1.6Pembatasan Masalah
Batasan dalam tugas akhir ini, yaitu:
1. Menggunakan analisis elastis linier (elastic linier analysis)
2. Mengabaikan kandungan frekuensi (frequency content)
3. Tidak memperhitungkan beban angin
4. Pembebanan struktur merujuk pada Pedoman Perencanaan Pembebanan
Untuk Rumah dan Gedung 1987 (PPPURG 1987).
5. Peraturan rujukan SNI 03-1726-2010 dan Peta Hazard Gempa Indonesia
2010
1.7Metodologi Penulisan
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menggunakan metode studi
literatur, yaitu mencari referensi dari buku-buku dan jurnal yang berhubungan
dengan strong motion duration (SMD) gempa dan menganalisis perhitungan
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA :
1. DATA BANGUNAN
2. REKAMAN GEMPA ASLI
PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN
ANALISIS STRUKTUR DENGAN METODE ANALISA RIWAYAT WAKTU ( TIME HISTORY ANALYSIS)
MEMBUAT RESPON SPEKTRA
KESIMPULAN DAN SARAN BAGAN PENELITIAN
MENCOCOKAN/MATCHING REKAMAN GEMPA ASLI TERHADAP RESPON SPEKTRA
PENGOLAHAN REKAMAN GEMPA BERDASARKAN SIGNIFICANT DURATION
MENSKALAKAN REKAMAN GEMPA PADA PGA SITE
1.8Sistematika Penulisan
Penyusunan tugas akhir ini ditulis dalam lima bab. Sistematika penulisannya
adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, dasar teori, perumusan masalah, tujuan,
manfaat, pembatasan masalah, metodologi penulisan, sistematika penulisan dari
tugas akhir ini.
BAB II. STUDI PUSTAKA
Bab ini memuat penjelasan tentang teori durasi getaran kuat/strong motion
duration (SMD) dan metode analisis beban gempa.
BAB III. METODOLOGI ANALISIS
Bab ini memuat tentang pembuatan respon spektra, pengolahan rekaman
gempa dan permodelan struktur bangunan.
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang perhitungan beban struktur, analisis struktur, kontrol
hasil analisis struktur, respons struktur hasil analisis dan pembahasan.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan dari pembahasan serta saran yang dapat diberikan
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1Pendahuluan
Durasi gempa adalah total waktu getar saat gelombang gempa tercatat pada
alat pencatat gempa sampai kembali pada kondisi semula. Durasi gempa menjadi
penting untuk dibahas karena pengaruhnya terhadap respon seismik bangunan.
Durasi berkaitan langsung dengan siklus respon struktur bangunan akibat gempa
sebagai penyesuaian dari energi gempa yang telah tersalurkan pada bangunan dari
jumlah energi gempa total.
Durasi getaran kuat/strong motion duration (SMD) berbeda dengan durasi
gempa. Durasi SMD dibatasi oleh suatu nilai ambang batas. Biasanya nilai puncak
percepatan tanah (PGA) atau Intensitas Arias.
2.2Pengertian strong motion duration (SMD)
Umumnya terdapat empat pengertian dari strong motion duration (SMD),
yaitu:
1. Bracketed duration, yaitu rentang durasi antara batas amplitudo rekaman
gempa yang lebih besar dari batas amplitudo yang ditentukan terhadap
durasi total gempa. Bolt (1973) mengusulkan nilai batas amplitudo absolut
0.05 g atau 0.1 g untuk menunjukkan getaran kuat gempa. Pagratis (1995)
mengatakan bracketed duration sangat sensitif terhadap perubahan nilai
ambang batas amplitudo. Hal ini berpengaruh pada durasi yang akan kita
peroleh apabila rekaman gempa diskalakan pada PGA yang berbeda.
Kawashima dan Aizawa (1989) mengenalkan konsep baru yang
mengusulkan nilai batas amplitudo tidak absolut melainkan menyesuaikan
dengan nilai percepatan rekaman gempa secara proposional sehingga
masih dapat menyesuaikan dengan rekaman gempa yang diskalakan pada
PGA yang berbeda. Kawashima dan Aizawa menyebut konsep ini dengan
Gambar 2.2-1 Bracketed duration
(Sumber : Bommer and Martinez-Pereira, 1999)
2. Uniform duration, yaitu kumulatif durasi hanya dari batas amplitudo
rekaman gempa yang lebih besar dari batas amplitudo yang ditentukan
terhadap durasi total gempa. Bolt (1973) mengusulkan nilai batas
amplitudo absolut 0.05 g atau 0.1 g untuk menunjukkan getaran kuat
gempa. Namun data rekaman gempa yang diasumsikan kuat tidak
diperoleh secara bersambung. Dan nilai batas amplitudo yang absolut
mengalami kendala yang sama dengan bracketed duration.
Gambar 2.2-2 Uniform duration
3. Significant duration, yaitu rentang durasi antara 5%-95% (T5-T95) dari
kumulatif energi yang ditentukan dengan persentase Intensitas Arias.
Durasi ini mencakup kumulatif energi sebesar 90%. Defenisi ini
dikemukakan oleh Trifunac dan Brady (1975). Rumus untuk menentukan
Intensitas Arias adalah:
Dimana:
IA : Intensitas Arias
ag(t) : percepatan tanah dasar
td : durasi total rekaman gempa
g : percepatan gravitasi
Penggambaran grafik berdasarkan energi dan waktu dari rekaman getaran
kuat gempa dikenal dengan Husid plot. Penggambaran grafik berdasarkan
Intensitas Arias dan waktu dikemukakan oleh Husid (1969).
Gambar 2.2-3 Significant duration
(Sumber : Bommer and Martinez-Pereira, 1999)
4. Effective Duration, yaitu rentang durasi antara Intensitas Arias sebesar
0,01 m/s sampai selisih Intensitas Arias sebesar 0,125 m/s dengan
Intensitas Arias puncak. Definisi ini dikemukakan oleh Bommer dan
Gambar 2.2-4 Effective duration
(Sumber : Bommer and Martinez-Pereira, 1999)
Dari keempat pengertian durasi getaran kuat/strong motion duration (SMD)
yang telah dipaparkan, pengertian yang paling sering digunakan dalam memahami
dan menggambarkan durasi getaran kuat adalah significant duration.
2.3Metode analisis beban gempa
Beban gempa adalah beban luar yang bekerja pada struktur bangunan dengan
arah tegak lurus dengan ketinggian bangunan sebagai akibat dari pergerakan tanah
yang disebabkan oleh gempa bumi. Dalam analisis beban gempa, terdapat tiga
metode analisis yaitu metode statik ekivalen, metode ragam spektrum respons dan
metode riwayat waktu.
2.3.1Metode analisis statik ekivalen
Dalam metode statik ekivalen, beban gempa yang terjadi akibat pergerakan
tanah diekivalenkan menjadi gaya lateral statik tegak lurus tehadap pusat massa
tiap lantai bangunan. Besaran beban gempa metode statik ekivalen tergantung dari
beberapa faktor, antara lain: massa struktur, perioda getar empiris struktur, faktor
keutamaan gempa, faktor reduksi gempa, sistem struktur, faktor redundansi,
wilayah gempa, dan jenis tanah.
Beberapa batasan dalam penggunaan metode statik ekuivalen:
1.Berlaku hanya untuk struktur regular (ketinggian tidak lebih dari 40 meter
atau 10 tingkat) dengan T < 3,5Ts. (Ts = SD1/SDS)
2.Kekakuan tingkat-tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebh dari 30%.
3.Kekuatan tingkat-tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebh dari 20%.
Jika batasan tersebut dilanggar maka digunakaan analisis dinamik.
(Konsep SNI Gempa 2010, Prof. Iswandi Imran, PhD)
2.3.1.1Prosedur gaya lateral ekivalen
1.Geser dasar seismik, V.
Persamaan untuk menentukan geser dasar seismik, V adalah sebagai
berikut:
V = CsW
Keterangan :
Cs : koefisien respons seismik.
W : berat seismik efektif.
a.Koefisien respons seismik, Cs.
Persamaan untuk menentukan koefisien respons seismik, Cs adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
SDS : parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda
pendek.
R : faktor modifikasi respons.
Ie : faktor keutamaan gempa.
Nilai Cs tidak perlu melebihi persamaan berikut ini:
Dan harus tidak kurang dari persamaan berikut ini:
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah dengan S1
sama dengan atau lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari:
Keterangan:
SD1 : parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda 1,0 detik
R : faktor modifikasi respons.
Ie : faktor keutamaan gempa.
T : perioda fundamental struktur (detik).
S1 : parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan.
b.Berat seismik efektif, W.
Berat seismik efektif struktur, W, harus menyertakan seluruh beban mati
dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:
Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar
25 persen beban hidup lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan
struktur parkiran terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi
5 persen dari berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu
disertakan);
Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai:
diambil sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat
daerah lantai minimum sebesar 0,48 kN/m2;
Berat operasional total dari peralatan yang permanen;
Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis
Tabel 2.3.1.1-1 Faktor R, Cd, dan Ω0 Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
14.Dinding geser batu bata ringan (AAC) polos
biasa
1,5 2,5 1,5 TB TI TI TI TI
15.Dinding rangka ringan (kayu) dilapisi
dengan panel struktur kayu yang ditujukan
untuk tahanan geser, atau dengan lembaran
dingin) menggunakan bresing strip datar
4 2 3,5 TB TB 20 20 20
B.Sistem rangka bangunan
1.Rangka baja dengan bresing eksentris 8 2 4 TB TB 48 48 30
2.Rangka baja dengan bresing konsentris
khusus
6 2 5 TB TB 48 48 30
3.Rangka baja dengan bresing konsentris
biasa
Tabel 2.3.1.1-1 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)
dimaksudkan untuk tahanan geser
7 2,5 4,5 TB TB 22 22 22
23.Dinding rangka ringan (baja canai dingin)
yang dilapisi dengan panel struktur kayu
yang dimaksudkan untuk tahanan geser,
atau dengan lembaran baja
7 2,5 4,5 TB TB 22 22 22
24.Dinding rangka ringan dengan panel geser
dari semua material lainnya
2,5 2,5 2,5 TB TB 10 TB TB
25.Rangka baja dengan bresing terkekang
terhadap tekuk
8 2,5 5 TB TB 48 48 30
Tabel 2.3.1.1-1 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)
C.Sistem rangka pemikul momen
1.Rangka baja pemikul momen khusus 8 3 5,5 TB TB TB TB TB
2.Rangka batang baja pemikul momen khusus 7 3 5,5 TB TB 48 30 TI
3.Rangka baja pemikul momen menengah 4,5 3 4 TB TB 10 TI TI
4.Rangka baja pemikul momen biasa 3,5 3 3 TB TB TI TI TI
5.Rangka beton bertulang pemikul momen
khusus
8 3 5,5 TB TB TB TB TB
6.Rangka beton bertulang pemikul momen
menengah
5 3 4,5 TB TB TI TI TI
7.Rangka beton bertulang pemikul momen
biasa
paling sedikit 25 persen gaya gempa yang
ditetapkan
1.Rangka baja dengan bresing eksentris 8 2,5 4 TB TB TB TB TB
2.Rangka baja dengan bresing konsentris
Tabel 2.3.1.1-1 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)
12.Rangka baja dengan bresing terkekang
terhadap tekuk
8 2,5 5 TB TB TB TB TB
13.Dinding geser pelat baja khusus 8 2,5 6,5 TB TB TB TB TB
E.Sistem ganda dengan rangka pemikul
momen menengah mampu menahan
paling sedikit 25 persen gaya gempa yang
ditetapkan
1.Rangka baja dengan bresing konsentris
khusus
F. Sistem interaktif dinding geser-rangka
dengan rangka pemikul momen beton
bertulang biasa dan dinding geser beton
bertulang biasa
4,5 2,5 4 TB TI TI TI TI
G. Sistem kolom kantilever didetail untuk
memenuhi persyaratan untuk:
1.Sistem kolom baja dengan kantilever khusus 2,5 1,25 2,5 10 10 10 10 10
2.Sistem kolom baja dengan kantilever biasa 1,25 1,25 1,25 10 10 TI TI TI
3.Rangka beton bertulang pemikul momen
khusus
Tabel 2.3.1.1-1 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)
4.Rangka beton bertulang pemikul momen
menengah
1,5 1,25 1,5 10 10 TI TI TI
5.Rangka beton bertulang pemikul momen
biasa
1 1,25 1 10 TI TI TI TI
6.Rangka kayu 1,5 1,5 1,5 10 10 10 TI TI
H. Sistem baja tidak didetail secara khusus
untuk ketahanan seismik, tidak termasuk
sistem kolom kantilever
3 3 3 TB TB TI TI TI
Catatan : R mereduksi gaya sampai tingkat kekuatan, bukan tingkat tegangan izin
Keterangan:
R : koefisien modifikasi respons Ω0 : faktor kuat-lebih sistem
Cd : faktor pembesaran defleksi
TB : Tidak Dibatasi
TI : Tidak Diizinkan
Tabel 2.3.1.1-2 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa (Ie)
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
2.Perioda fundamental, T.
Perioda fundamental struktur, T, tidak boleh melebihi hasil koefisien
untuk batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dan perioda
fundamental pendekatan (Ta). Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis
untuk menentukan perioda fundamental struktur, T, diizinkan secara
Perioda fundamental pendekatan (Ta), dalam detik, harus ditentukan
Tabel 2.3.1.1-3 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x
Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka
memikul 100 persen gaya gempa yang
disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku
dan akan mencegah rangka dari defleksi jika
dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap
tekuk
0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Tabel 2.3.1.1-4 Koefisien Untuk Batas Atas Perioda Yang Dihitung
Parameter percepatan respons
spektral desain pada 1 detik, SD1
Alternatif lain untuk menghitung periode fundamental pendekatan (Ta),
untuk struktur dengan ketinggian tidak lebih dari 12 tingkat dan tinggi
tingkat minimal 3 meter adalah:
a.Untuk sistem rangka pemikul momen:
Ta = 0,1N
Keterangan:
N : jumlah tingkat
b.Untuk sistem dinding geser:
Persamaan untuk menghitung Cw adalah sebagai berikut:
Keterangan:
AB : luas dasar struktur, m2
Ai : luas badan dinding geser “i”, m2
Di : panjang dinding geser “i”, m
hi : tinggi dinding geser “i”, m
x : jumlah dinding geser dalam bangunan yang efektif dalam menahan
gaya lateral dalam arah yang ditinjau.
Pemilihan perioda fundamental, T.
Jika didapat nilai T yang lebih akurat dari bantuan software komputer (Tc),
maka:
Jika Tc > Cu Ta , gunakan T = Cu Ta
Jika Ta < Tc < Ta Cu , gunakan T = Tc
3.Distribusi vertikal gaya gempa
Cvx : faktor distribusi vertikal
V : gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
wi dan wx : bagia berat seismik efektif total struktur (w) yang
ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx : tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau x
k : eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai
berikut:
untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik
atau kurang, k = 1
untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik
atau lebih, k = 2
untuk struktur yang mempunyai perioda antara 0,5 dan
2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus ditentukan dengan
interpolasi linier antara 1 dan 2
4.Simpangan antar lantai
Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan
terbawah yang ditinjau. Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam
arah vertikal, diizinkan untuk menghitung defleksi di dasar tingkat
pusat massa di tingkat x (δx) (mm) harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
Keterangan:
Cd : faktor pembesaran defleksi sesuai Tabel 2.3.1.1-1
δxe : defleksi pada lokasi yang disyaratkan yang ditentukan dengan
analisis elastis
Ie : faktor keutamaan gempa
Gambar 2.3.1.1 Penentuan Simpangan Antar Lantai
Simpangan antar lantai tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingkat izin (∆a) pada Tabel 2.3.1.1-5 untuk semua tingkat.
Tabel 2.3.1.1-5 Simpangan Antar Lantai Izin (∆a)
Struktur Kategori Resiko
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser
batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan
dinding interior, partisi, langit-langit dan
sistem dinding eksterior yang telah didesain
untuk mengakomodasi simpangan antar
lantai tingkat.
0,025hsx 0,020hsx 0,015hsx
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx
Keterangan:
hsx : tinggi tingkat di bawah tingkat x
2.3.2Metode analisis ragam spektrum respons
Dalam metode analisis ragam spektrum respons, analisis harus dilakukan
untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis harus menyertakan
jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam
terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam
masing-masing arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
Nilai untuk masing-masing parameter yang ditinjau, yang dihitung untuk
berbagai ragam, harus dikombinasikan menggunakan metoda akar kuadrat jumlah
kuadrat (SRSS) atau metoda kombinasi kuadrat lengkap (CQC). Metoda CQC
harus digunakan untuk masing-masing nilai ragam dimana ragam berjarak dekat
2.3.2.1Prosedur analisis ragam spektrum respons:
2.Tentukan jumlah ragam yang akan digunakan pada analisis. Gunakan
jumlah ragam yang cukup agar mencapai minimal 90% massa total di
masing-masing arah.
3.Dengan menggunakan respons spektrum umum, hitung percepatan
spektral untuk masing-masing ragam yang berkontribusi.
4.Kalikan percepatan spektral dengan faktor partisipasi ragam dan dengan
(Ie/R).
5.Hitung perpindahan untuk masing-masing ragam.
6.Hitung gaya elemen untuk masing-masing ragam.
7.Kombinasikan perpindahan ragam secara statistik (SRSS atau CQC) untuk
menentukan perpindahan sistem.
8.Kombinasikan gaya-gaya komponen secara statistik (SRSS atau CQC)
untuk menentukan gaya rencana.
9.Jika geser dasar desain dari analisis ragam (di masing-masing arah) kurang
dari 85% geser dasar yang dihitung menggunakan metode statik ekivalen
(dengan batasan T = Ta Cu), maka gaya elemen yang dihasilkan dari
analisis ragam harus diskalakan sedemikian hingga geser dasar tersebut =
0,85 kali geser dasar metode statik ekivalen.
10.Tambahkan torsi tak terduga.
11.Untuk perhitungan drif, kalikan hasil analisis ragam (tanpa perlu
penskalaan 85%) dengan Cd/Ie.
Gambar 2.3.2.1 Respons Spektrum Umum
2.3.3Metode analisis riwayat waktu (Time History Analysis)
Dalam metode analisis riwayat waktu, terdapat dua bentuk analisis, yaitu
analisis respons riwayat waktu linier dan analisis respons riwayat waktu nonlinier.
Namun pada tulisan ini hanya akan memaparkan analisis metode analisis riwayat
waktu linier.
2.3.3.1Metode analisis riwayat waktu linier
Analisis respons riwayat waktu linier harus terdiri dari analisis model
matematis linier suatu struktur untuk menentukan responsnya melalui metoda
integrasi numerik terhadap kumpulan riwayat waktu percepatan gerak tanah yang
kompatibel dengan spektrum respons desain untuk situs yang bersangkutan.
Untuk setiap gerak tanah yang dianalisis, parameter-parameter respons
individual harus dikalikan dengan besaran skalar berikut: parameter respons gaya
harus dikalikan dengan Ie/R; besaran simpangan antar lantai harus dikalikan
dengan Cd/R; dan gaya geser dasar maksimum hasil analisis harus lebih besar atau
sama dengan 85% gaya geser dasar statik. Analisis respons riwayat waktu linier
dimensi. Paling sedikit tiga gerak tanah yang sesuai harus digunakan dalam
analisis. Gerak tanah yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut:
1.Analisis dua dimensi
Apabila analisis dua dimensi dilakukan maka setiap gerak tanah
harus terdiri dari riwayat waktu percepatan tanah horizontal yang diseleksi
dari rekaman gempa aktual. Percepatan tanah yang sesuai harus diambil
dari rekaman peristiwa gempa yang memiliki magnitudo, jarak patahan,
dan mekanisme sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang
mengontrol ketentuan gempa maksimum yang dipertimbangkan. Apabila
jumlah rekaman gerak tanah yang sesuai tidak mencukupi maka harus
digunakan rekaman gerak tanah buatan untuk menggenapi jumlah total
yang dibutuhkan. Gerak-gerak tanah tersebut harus diskalakan sedemikian
rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons dengan redaman 5 persen
dari semua gerak tanah yang sesuai di situs tersebut tidak boleh kurang
dari spektrum respons desain setempat untuk rentang perioda dari 0,2T
hingga 1,5T, dimana T adalah perioda getar alami struktur dalam ragam
getar fundamental untuk arah respons yang dianalisis.
2.Analisis tiga dimensi
Apabila analisis tiga dimensi dilakukan maka gerak tanah harus
terdiri dari sepasang komponen percepatan tanah horizontal yang sesuai,
yang harus diseleksi dan diskalakan dari rekaman peristiwa gempa
individual. Gerak tanah yang sesuai harus diseleksi dari
peristiwa-peristiwa gempa yang memiliki magnitudo, jarak patahan, dan mekanisme
sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang mengontrol ketentuan
gempa maksimum yang dipertimbangkan. Apabila jumlah pasangan gerak
tanah yang sesuai tidak mencukupi maka harus digunakan pasangan gerak
tanah buatan untuk menggenapi jumlah total yang dibutuhkan. Untuk
setiap pasang komponen gerak tanah horizontal, suatu spektrum SRSS
harus dibuat dengan mengambil nilai SRSS dari spektrum respons dengan
5 persen faktor redaman untuk komponen-komponen gerak tanah yang
setiap komponen dari suatu pasangan gerak tanah). Setiap pasang
gerak-gerak tanah tersebut harus diskalakan sedemikian rupa sehingga pada
rentang perioda dari 0,2T hingga 1,5T, nilai rata-rata spektrum SRSS dari
semua pasang komponen horizontal tidak boleh kurang dari nilai ordinat
terkait pada spektrum respons yang digunakan dalam desain.
Untuk situs yang berada dalam jarak 5 km dari patahan aktif yang
menjadi sumber bahaya gempa, setiap pasangan komponen gerak tanah
harus dirotasikan ke arah normal-patahan dan arah sejajar-patahan sumber
gempa dan harus diskalakan sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata
komponen normal patahan tidak kurang dari spektrum respons gempa
MCER (Maximum Considered Earthquake) untuk rentang perioda dari
0,2T hingga 1,5T.
2.3.3.2Evaluasi Respons Dinamik Dengan Metode Numerik
Getaran tanah yang terjadi akibat gempa sangat bervariasi dan acak. Oleh
sebab itu, untuk menganalisa respons yang terjadi dibutuhkan suatu metode
numerik yang mendekati getaran tanah tersebut. Metode ini disebut metode
time-stepping. Untuk sistem inelastis persamaan getaran adalah sebagai berikut:
atau
Nilai gaya menyesuaikan dengan getaran tanah, sehingga memberikan
persamaan sampai N dengan interval waktu:
Maka, persamaan saat waktu i, menjadi:
Dimana adalah gaya perlawanan pada waktu i; untuk sistem
elastis linier. Pada saat interval waktu i+1, maka persamaan menjadi:
Gambar 2.3.3.2 Notasi Metode Time-stepping
Beberapa metode analisis berdasarkan metode time-stepping adalah Central
Difference Method dan Newmark’s-β Method. Prosedur analisis Central
Difference Method dan Newmark’s-β Method adalah sebagai berikut:
Central Difference Method
1. Perhitungan awal
2. Perhitungan setiap riwayat waktu, i
Newmark’s-β Method
- Average Acceleration
Linear Acceleration
1. Perhitungan awal
2. Perhitungan setiap riwayat waktu, i
3. Ulangi langkah 2.1 – 2.5 untuk waktu selanjutnya
Keterangan:
: perpindahan : massa
: kecepatan : kekakuan
: percepatan : redaman
: gaya luar : waktu
Dalam tugas akhir ini, digunakan metode analisis riwayat waktu linier
(analisis dua dimensi). Gerak tanah untuk analisis dipilih rekaman gempa yang
sudah dikenal luas seperti Imperial Valley, Loma Prieta, Kobe, Northridge, San
Fernando dan Tabas. Rekaman gempa terlebih dahulu diolah sedemikian rupa
sebelum digunakan dalam tahapan analisis dan penentuan significant duration.
Tahapan pengolahan rekaman gempa adalah sebagai berikut:
mencocokan/matching rekaman gempa pada Respons Spektra Desain
menggunakan software seismomatch, selanjutnya rekaman gempa hasil
pencocokan/matching tersebut diskalakan pada PGA site menggunakan software
seismosignal. Rekaman gempa hasil penskalaan pada PGA site inilah yang
digunakan dalam tahapan analisis dengan software SAP2000 dan penentuan
BAB III
METODOLOGI ANALISIS
3.1Pembuatan Respons Spektra Desain
1. Data-data yang ditentukan:
Jenis bangunan : gedung perkantoran
Lokasi : Medan
Jenis tanah : tanah lunak
2. Menentuan kategori resiko bangunan
Pada Tabel 3.1-1, kategori resiko bangunan untuk gedung perkantoran
adalah II
Tabel 3.1-1 Kategori Resiko Bangunan
Jenis pemanfaatan Kategori
risiko
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk:
Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
Fasilitas sementara
Gudang penyimpanan
Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
Perumahan
Rumah toko dan rumah kantor
Pasar
Gedung perkantoran
Gedung apartemen/ Rumah susun
Pusat perbelanjaan/ Mall
Bangunan industri
Fasilitas manufaktur
Pabrik
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko tinggi terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk:
Bioskop
Gedung pertemuan
Stadion
Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
Fasilitas penitipan anak
Penjara
Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori
risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk,
tapi tidak dibatasi untuk:
Pusat pembangkit listrik biasa
Fasilitas penanganan air
Fasilitas penanganan limbah
Pusat telekomunikasi
Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori
risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas
manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau
tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
3. Menentukan faktor keutamaan gempa
Pada Tabel 3.1-2, faktor keutamaan gempa untuk kategori risiko bangunan
II adalah 1,0.
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas
yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
Bangunan-bangunan monumental
Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya
Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur
stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material atau
peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke
dalam kategori risiko IV.
Tabel 3.1-2 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa (Ie)
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
4. Menentukan SS dan S1 dari peta gempa
Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati
besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2
persen (gempa 2500 tahun). Pada Gambar 3.1-1 dan 3.1-2 didapat SS = 0,5g
dan S1 = 0,3g.
Gambar 3.1-1 Respons Spektra Percepatan 0,2 Detik (SS) Untuk Daerah
Medan
Gambar 3.1-2 Respons Spektra Percepatan 1,0 Detik (S1) Untuk Daerah
Keterangan:
SS : parameter respons spektra percepatan gempa pada perioda pendek
0,2 detik di batuan dasar mengacu pada Peta Gempa Indonesia 2010
S1 : parameter respons spektra percepatan gempa pada perioda 1 detik di
batuan dasar mengacu pada Peta Gempa Indonesia 2010
5. Menentukan klasifikasi site
Pada Tabel 3.1-3, tanah lunak termasuk dalam klasifikasi site E
Tabel 3.1-3 Klasifikasi site
Klasifikasi site
Profil tanah rata-rata untuk lapisan 30 m teratas
Vs (m/dt) N Su (kPa)
ketebalan lebih dari 3m dengan karakteristik
sebagai berikut:
Indeks plastisitas, PI > 20, Kadar air (w) ≥ 40%, dan
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah
satu atau lebih dari karakteristik seperti:
Rentan dan berpotensi gagal terhadap beban
gempa seperti likuifaksi, tanah lempung
sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
Lempung organik tinggi dan/atau gambut
Analysis) Plastisitas tinggi (ketebalan H > 7,5m dengan
PI > 75)
Lapisan lempung lunak/medium kaku
dengan ketebalan H > 35m
Keterangan :
Vs : kecepatan rambat gelombang geser rata-rata pada regangan geser
yang kecil, di dalam lapisan 30m teratas
N : tahanan penetrasi standar (N SPT) rata-rata dalam lapisan 30m
teratas
Su : kuat geser niralir rata-rata di dalam lapisan 30m teratas
N/A : tidak dapat dipakai
Tabel 3.1-4 Koefisien Perioda Pendek 0,2 Detik (Fa)
Tabel 3.1-5 Koefisien Perioda 1,0 Detik (Fv)
detik. SD1 adalah respons spektra percepatan desain untuk perioda 1,0 detik.
Rumus untuk menentukan nilai SDS dan SD1 adalah
SDS = x SMS
SD1 = x SM1
Nilai SMS dan SD1 dapat ditentukan dari rumus berikut ini:
SMS = Fa x SS
SM1 = Fv x S1
Maka, rumus untuk menentukan nilai SDS dan SD1 menjadi:
SDS = x Fa x SS
SD1 = x Fv x S1
Dari langkah sebelumnya telah didapat nilai
SS : 0,5g Fa : 1,7
Maka, didapat nilai SDS dan SD1 menjadi:
SDS = x 1,7 x 0,5g = 0,5667g
SD1 = x 2,8 x 0,3 = 0,56g
8. Respons Spektra Desain
Respons spektra desain dapat digambarkan dengan mengikuti ketentuan
berikut ini:
Untuk perioda lebih kecil dari T0, respons spektra percepatan, Sa
didapatkan dari persamaan:
Sa = SDS
Untuk perioda lebih besar atau sama dengan T0, dan lebih kecil atau sama
dengan Ts, respons spektra percepatan, Sa adalah sama dengan SDS.
Untuk perioda lebih besar dari Ts, respons spektra percepatan, Sa
didapatkan dari persamaan berikut:
Sa =
Keterangan:
T0 : 0,2 Ts
Tabel 3.1-6 Nilai Respons Spektra Desain (Lanjutan)
3.2Pengolahan Rekaman Gempa 3.2.1Rekaman Gempa Asli
Dalam tugas akhir ini digunakan enam buah rekaman gempa asli bersumber
dari http://ngawest2.berkeley.edu/, yaitu:
Nama Gempa Stasiun Magnitudo
Imperial Valley-06 Delta 6,53
Loma Prieta APEEL 2 - Redwood City 6,93
Kobe Abeno 6,9
Northridge-01 Anaheim – W Ball Rd 6,69
San Fernando 2516 Via Tejon PV 6,61
Tabas Dayhook 7,35
Akselerogram masing-masing rekaman gempa ditampilkan dalam gambar
berikut ini:
1. Imperial Valley ( T = 99,92detik , PGA = 0,34970g )
3. Kobe ( T = 99,92detik , PGA = 0,23091g )
4. Northridge ( T = 34,95detik , PGA = 0,06661g )
6. Tabas ( T = 10,47 detik , PGA = 0,40937g )
3.2.2Pencocokan/Matching Rekaman Gempa Asli pada Respons Spektra Desain
Pencocokan/Matching rekaman gempa asli pada respons spektra desain
menggunakan software seismomatch.
Gambar 3.2.2-1 Respons Spektra Desain dan Respons Spektra Masing-Masing
Gambar 3.2.2-2 Respons Spektra Desain dan Respons Spektra Masing-Masing
Rekaman Gempa Setelah Matching
Akselerogram masing-masing rekaman gempa setelah cocok/matching pada
respons spektra desain dapat dilihat sebagai berikut:
2. Loma Prieta ( T = 71,89detik , PGA = 0,29751g )
3. Kobe ( T = 99,92detik , PGA = 0,28009g )
5. San Fernando ( T = 99,92detik , PGA = 0,22723g )
6. Tabas ( T = 10,47 detik , PGA = 0,36552g )
3.2.3Penskalaan PGA Rekaman Gempa pada PGA site (PGAM)
Sebelum menskalakan PGA rekaman gempa pada PGA site, akan ditentukan
terlebih dahulu PGA site. Untuk daerah Medan, mengacu pada Gambar 3.2.3
didapat SPGA = 0,25g. Untuk SPGA = 0,25g pada tanah lunak (SE), dari hasil
interpolasi mengacu pada Tabel 3.2.3 didapat FPGA = 1,45. Rumus untuk
menentukan PGAM = FPGA x SPGA. Maka, nilai PGAM = 1,45 x 0,25 =
0,3625g. Penskalaan PGA rekaman gempa pada PGA site menggunakan
Gambar 3.2.3 Percepatan Puncak (PGA) Untuk Daerah Medan
Tabel 3.2.3 Faktor Amplifikasi Untuk PGA (FPGA)
Klasifikasi Site
SPGA : nilai PGA di batuan dasar mengacu pada Peta Gempa Indonesia
2010
FPGA : faktor amplifikasi untuk PGA
PGAM : nilai percepatan puncak (PGA) di permukaan tanah berdasarkan
klasifikasi site
SS : lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis
respon spesifik
Hasil penskalaan PGA masing-masing rekaman gempa pada PGA site dapat
1. Imperial Valley ( Scale Factor = 1,532 )
2. Loma Prieta ( Scale Factor = 1,2184 )
3. Kobe ( Scale Factor = 1,2942 )
5. San Fernando ( Scale Factor = 1,5953 )
6. Tabas ( Scale Factor = 0,9917 )
3.2.4Significant Duration
Significant duration ditentukan dengan persentase 5%-95% dari Intensitas
Arias. Rumus untuk menentukan Intensitas Arias adalah:
Dimana:
IA : Intensitas Arias
ag(t) : percepatan tanah dasar
td : durasi total rekaman gempa
g : percepatan gravitasi
Significant duration didapat dengan bantuan software seismosignal. Hasil
penentuan significant duration dan Intensitas Arias masing-masing rekaman
1. Imperial Valley (Significant duration = 53,11detik, Intensitas Arias =
7,11 m/s)
Arias Intensity 5,00360% pada detik ke 7,90
Arias Intensity 95,00180% pada detik ke 61,01
2. Loma Prieta (Significant duration = 24,97 detik, Intensitas Arias = 1,97
m/s)
Arias Intensity 5,01354% pada detik ke 10,21
Arias Intensity 95,00019% pada detik ke 35,18
3. Kobe (Significant duration = 47,77 detik, Intensitas Arias = 1,59 m/s)
Arias Intensity 5,02539% pada detik ke 15,93
Arias Intensity 95,00280% pada detik ke 63,70
4. Northridge (Significant duration = 14,74 detik, Intensitas Arias = 2,5
m/s)
Arias Intensity 5,20815% pada detik ke 10,82
Arias Intensity 95,00031% pada detik ke 25,56
5. San Fernando (Significant duration = 28,92 detik, Intensitas Arias = 2,31
m/s)
Arias Intensity 5,01482% pada detik ke 8,56
Arias Intensity 95,00048% pada detik ke 37,48
6. Tabas (Significant duration = 5,25 detik, Intensitas Arias = 0,8 m/s)
Arias Intensity 5,02427% pada detik ke 1,49
Arias Intensity 95,02477% pada detik ke 6,74
Tabel 3.2.4 Rekapitulasi Berbagai Rekaman Gempa Berdasarkan
Significant Duration
3.3Permodelan Struktur 3.3.1 Data Teknis Struktur
Lokasi bangunan : Medan
Jenis bangunan : gedung perkantoran
Konstruksi bangunan : struktur beton bertulang
Sistem struktur : sistem rangka pemikul momen khusus
3.3.2 Pembebanan Struktur
Pembebanan struktur merujuk pada Pedoman Perencanaan Pembebanan
Untuk Rumah dan Gedung 1987 (PPPURG 1987).
1. Beban mati
Beban mati adalah berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
gedung tersebut. Adapun berat sendiri bahan bangunan dan komponen
gedung yang diperhitungkan dalam tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
Berat jenis beton bertulang : 2400 kg/m3
Berat jenis baja : 7850 kg/m3
Spesi lantai keramik t = 2cm : 42 kg/m2
Penutup lantai keramik : 24 kg/m2
Plafond + penggantung : 20 kg/m2
Mechanical & electrical : 30 kg/m2
2. Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan
penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang
berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan/atau beban akibat
air hujan pada atap. Beban hidup yang digunakan pada tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
Beban hidup atap : 100 kg/m2
Beban hidup lantai : 250 kg/m2
3. Beban gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan
tanah akibat gempa tersebut. Dalam tugas akhir ini, beban gempa
dengan bantuan software SAP 2000. Rekaman gempa yang dipakai
adalah Imperial Valley, Tabas, Kobe, Northridge, Loma Prieta, dan
San Fernando.
4. Kombinasi beban
Kombinasi beban yang digunakan adalah 1,2D + 1,0E + 1,0L
Keterangan :
D : beban mati
E : beban gempa
L : beban hidup
3.3.3 Gambar Struktur
Gambar struktur yang akan ditampilkan adalah denah bangunan, potongan
arah memanjang dan potongan arah melintang. Masing-masing gambar
tersebut ditampilkan sebagai berikut:
1. Denah bangunan
6x4 meter
2. Potongan arah memanjang
4x4 meter
6x4 meter
3. Potongan arah melintang
4x4 meter
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1Perhitungan Beban Struktur
1. Beban gravitasi lantai 1-3
Beban mati
2. Beban gravitasi lantai 4 (atap)
Beban mati
dicocokan/matching pada respons spektra desain kota Medan menggunakan
software Seismomatch kemudian diskalakan pada PGA site kota Medan dengan
gempa Imperial Valley, Tabas, Kobe, Northridge, Loma Prieta dan San Fernando.
Akselerogram masing-masing rekaman gempa dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
4.2Analisis Struktur
Metode analisis yang digunakan adalah analisis respons riwayat waktu linier dua
dimensi. Analisis dilakukan dengan bantuan software SAP 2000 version 17.
Analisis masing-masing arah dapat dilihat sebagai berikut:
1. Analisis potongan arah memanjang
Beban gravitasi
Distribusi beban yang dipikul oleh balok adalah beban segitiga. Hal ini terjadi
karena bentuk setiap pelat adalah persegi. Distribusi beban yang terjadi pada
balok struktur adalah sebagai berikut:
a. Beban mati
- Balok lantai 1-3 (4.04x4) : 16,16 KN/m
- Balok lantai 4 (2.9x4) : 11,6 KN/m
b. Beban hidup
- Balok lantai 1-3 (2,5x4) : 10 KN/m
Gambar 4.2-1 Beban Mati Pada Struktur Potongan Arah Memanjang
Gambar 4.2-2 Beban Hidup Pada Struktur Potongan Arah Memanjang
Beban gempa
Beban gempa yang diberikan pada struktur adalah rekaman gempa pada bagian