• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK ULAYAT TANAH PADA MASYARAKAT ADAT MELAYU DELI DESA KLAMBIR V KEBON, KECAMATAN HAMPARAN PERAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HAK ULAYAT TANAH PADA MASYARAKAT ADAT MELAYU DELI DESA KLAMBIR V KEBON, KECAMATAN HAMPARAN PERAK."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

HAK ULAYAT TANAH PADA MASYARAKAT ADAT

MELAYU DELI DESA KLAMBIR V KEBON,

KECAMATAN HAMPARAN PERAK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

GRACELIA NOVIANTI RAMBE NIM : 3123122021

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Gracelia Novianti Rambe, Nim : 3123122021, Hak Ulayat Tanah Pada Masyarakat Adat Melayu Deli Desa Klambir V Kebon, Kecamatan Hamparan Perak. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Hak Ulayat tanah pada Masyarakat Adat Melayu Deli Desa Klambir V Kebon Kecamatan Hamparan Perak, Mengetahui hak masyarakat atas pengusahaan Tanah Ulayat, Mengetahui pelaksanaan Hak Ulayat Tanah pada masyarakat adat Melayu Deli Desa Klambir V Kebon, serta untuk mengetahui Persepsi masyarakat Melayu Deli terhadap keberadan hak Ulayat Tanah di Desa Klambir V Kebon. Penelitian ini penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, dengan melakukan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi literatur dari buku-buku, skripsi, tesis dan jurnal yang berkaitan dengan objek penelitian. Narasumber dipilih dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sumber data dengan orang yang dianggap paling tahu tentang objek penelitian. Hasil penelitian ini adalah sebaagai berikut : 1) Hak Ulayat Tanah pada masyarakat adat Melayu Deli Desa Klambir V Kebon dalam bahasan ini adalah hak penguasaan masyarakat Melayu terhadap tanah yang menjadi warisan tradisional para leluhur mereka dan merupakan kepunyaan bersama para warganya. Hak yang dimaksud adalah hak untuk menempati dan mengambil manfaat dari tanah untuk kepentingan warga serta generasinya. 2) Masyarakat adat Melayu Deli meliputi 3 kategori, yaitu adanya

Mastotin atau Penduduk Asli, Kedua ada Semenda karena adanya perkawinan

silang, pendatang dan penduduk asli berasimilasi, yang berbaur atau berkeluarga dalam hubungan perkawinan, dan yang ketiga ada Resam yaitu penduduk Pendatang yang tidak melakukan perkawinan namun tetap tinggal dan bertahan. 3) Adanya Hak masyarakat dalam pengusahaan tanah ulayat diakui oleh Undang-Undang dan Hukum adat sebagai bagian dari masyarakat adat Indonesia yang sudah ada dari dahulunya. 4) Pelaksanaan hak ulayat banyak mengakibatkan konflik antara masyarakat Melayu asli dengan masyarakat pendatang serta masyarakat Melayu dengan Pihak Perkebunan diakibatkan oleh tidak adanya pengakuan resmi dari penerintah.

Kata Kunci: Hak Ulayat, Hukum Adat, Tanah Ulayat, Masyarakat Adat Melayu

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang senantiasa menjadi penolong disepanjang kehidupan penulis. Berkat kasih dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ‘Hak Ulayat Tanah Pada Masyarakat Adat Melayu Deli Desa Klambir V Kebon, Kecamatan Hamparam Perak’ ini dengan baik dan tepat waktu. Penelitian dimaksudkan untuk menuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

3. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Akademik 4. Ibu Dr. Rosramadhana, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

5. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Periode 2012-2016

6. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos. MSP selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu penulis dengan memberikan Ilmu dan waktu untuk membimbing penulis

7. Bapak Dr. Erond L Damanik, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Akademik sekaligus dosen penguji dalam Skripsi ini, terimakasih untuk arahan dan bimbingan yang Bapak berikan selama ini

8. Bapak Drs. Tumpal Simarmata,M.Si, Dan Bapak Drs.Waston Malau, MSP selaku Dosen Penguji yang memberikan berbagai kritikan dan saran yang berguna untuk memperbaiki penyusunan skripsi ini

9. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

10.Orang Tua penulis Lodewyk Rambe dan Saut Minar Modesta Pandiangan atas Doa, perjuangan, pengorbanan, kasih sayang, dukungan moral dan materi yang diberikan kepada penulis

(7)

Saema Rambe yang selama ini banyak memberikan Doa, perhatian dan dukungan materi kepada penulis

12.Teman seperjuangan, Mahasiswa/i Antropoogi dan Sosiologi 2012, Terimakasih atas kebersamaan dan pertemanan yang sudah kita lewati semasa perkuliahan

13.Sahabat-sahabat terbaik penulis Dina Sri Rejeki Samosir, Ira Gusnita Pakpahan dan Yustri Simamora yang selalu bersama semasa perkuliahan ini dan banyak memberikan nasehat, dukungan serta bantuan kepada penulis, Terimakasih ‘UNTITLE GROUP’

14.Teman-teman terbaik Adonia Hermanto Marbun, Aries Sihotang, Herdi Perangin-angin, Janwilson Sitanggang, Remina Tarigan, Ramli Sihombing dan Sally Sipahutar.

15.Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi Chandra Arliani, Ai Ginting, Lukas, dan Ipi Manalu

16.Teman-teman semasa PPL Fiolina Yuyun Nababan, Heripeniopa Nahampun, Jelita Simbolon, Mariani, ka Suci, bang Jo Simatupang dan bang Dany terimakasih untuk pertemanan yang tetap terjaga selama PPL dan sampai sekarang

17.Teman-teman selama penulis bekerja, Kak Yuti Handayani, Deddy, Jefri dan kak Wulandari beserta keluarga, terimakasih untuk pertemanan yang berwarna selama penulis bekerja dan nasihat yang banyak diberikan kepada penulis

18.Bapak Safwan selaku Penetua Adat Pada Masyarakat Adat Melayu Deli Desa Klambir V dan Informan kunci pada penelitian ini

19.Bapak Suprayogo selaku Kepala Desa Klambir V Kebon dan seluruh pegawai

20.Bapak Iqbal dan Bapak M. Rajali selaku pihak BPRPI, Ibu Maimuna Tarigan, dan Pak Ahyar serta beserta masyarakat yang ikut memberikan bantuan informasi kepada penulis

Akhirnya, biarlah kiranya kemurahan Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Dan semoga segala kerja keras dalam penyelesaian skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca.

Medan 16 Januari 2017 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Pembatasan Masalah ... 6

1.4Perumusan Masalah ... 6

1.5Tujuan Penelitian ... 6

1.6Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.2 Penelitian yang relevan tentang Hukum adat (Hak Ulayat) ... 8

(9)

2.2.1 Sistem Hukun Adat ... 13

2.2.2 Teori Tentang Kepemilikan Tanah Ulayat ... 16

2.3 Kerangka Konseptual ... 19

2.3.1 Hak Ulayat ... 19

2.3.2 Tanah... ... 19

2.3.3 HukumAdat... 20

2.3.4 Melayu Deli ... 21

2.4 Kerangka Berpikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Informan dan Objek Penelitian ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.3.1 Wawancara ... 25

3.3.2 Observasi ... 26

3.3.2 Studi Literatur ... 27

3.4 Teknik Analisis Data ... 27

3.3.1 Pengumpulan Data ... 27

3.3.2 Reduksi Data ... 28

3.3.3 Penyajian Data ... 28

3.3.4 Pengambilan simpulan data atau verifikasi ... 28

(10)

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 33

4.2.1 Tanah Melayu di Sumatera Timur ... 33

4.2.2 Hak Ulayat Tanah Desa Klambir V Kebon... 37

4.2.3 Hak Penguasaan atas Tanah Ulayat ... 46

4. 2.4 Pelaksanaan Hak Ulayat Tanah ... 52

4.2.3.1 Sebelum Indonesia Merdeka... 52

4.2.3.2 Setelah Indonesia Merdeka ... 54

4.2.3.3 Lahirnya BPRPI ... 56

4. 2.4 Persepsi Masyarakat terhadap keberadaan Tanah Ulayat ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan…….. ... 67

5.2 Saran……… ... 68

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Skema Alur Kerangka Berfikir………23

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Sebaran penduduk Desa Klambir Lima Kebon berdasarkan

Suku Bangsa...31

Tabel 2. Persentase Penduduk Desa Klambir Lima menurut Agama...31

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tanah sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia,

merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup bangsa dalam

mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan

merata. Maka tanah adalah untuk diusahakan atau digunakan bagi pemenuhan

kebutuhan yang nyata. Tanah merupakan kebutuhan pokok manusia, manusia

bertindak untuk memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam pada tanah untuk

memenuhi tututan hidupnya, sehingga tanah tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia begitu pula sebaliknya. Sehubungan dengan itu penyediaan,

peruntukan, penguasaan, penggunaan dan pemeliharaannya perlu diatur, agar

terjamin kepastian hukum dalam penguasaanya dan pemafaatannya serta sekaligus

terselenggara perlindungan hukum bagi rakyat banyak, dengan tetap

mempertahankan kelestarian kemampuannya dalam mendukung kegiatan

pembangunan yang berkelanjutan. (Harsono, 2003:4)

Penegakan hukum tentang tanah di Indonesia, selain diatur dalam UUPA,

juga berpegang teguh pada hukum adat, sebab hukum adat dapat disebut juga

sebagai hukum kebiasaan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat,

yang sudah ada dari zaman nenek moyang. Hukum adat itu sendiri masih harus

terus dipertahankan walaupun kehidupan manusia terus berkembang sesuai

(14)

2

Kasus pertanahan di Sumatera Utara khususnya di daerah perkebunan

mempunyai sejarah yang cukup panjang. Sumatera Utara yang sebelumnya

disebut sebagai Sumatera Timur memang merupakan daerah perkebunan yang

menjadi rebutan kalangan investor asing terutama investor swasta Belanda dengan

kekuatan Belanda sebagai penjajah di Indonesia. Penemuan tembakau sebagai

komoditi yang menguntungkan di dataran-dataran rendah pesisir Sumatera Timur

menjadi pemicu bagi para pemegang tampuk kekuasaan politik pada masa

tersebut, khususnya bagi kedua pihak penting pertama dalam penandatanganan

kontrak awal konsesi perkebunan tembakau yaitu Pihak kesultanan dan pekebun

asing. Kontrak perkebunan yang telah dibuat menghasilkan sebuah konflik

pertanahan yang telah berlangsung sejak zaman kolonial hingga saat ini. Konflik

yang dimaksud khususnya dalam areal perkebunan yang berasal dari konsensi

yang diberikan sultan kepada perusahaan perkebunan (onderdeming) diatas tanah

ulayat, yang merupakan tanah kepunyaan bersama masyarakat Melayu.

Sejarah menunjukkan bahwa hak orang Melayu atas tanah diakui dan

dicantumkan kedalam akta konsensi. Pada akta tersebut dicantumkan bahwa orang

Melayu tetap dapat mengolah tanah, walaupun tanah telah ditanami tembakau.

Selanjutnya jika tembakau sudah dipanen orang Melayu boleh mengelola bekas

tanah yang ditanami tembakau tersebut. Oleh sebab itu selama tembakau belum

dipetik, orang melayu menunggu tembakau sampai dipanen. Mereka yang

menunggu panen tembakau disebut Rakyat Penunggu. Sedang tanah bekas kebun

tembakau yang diolah Rakyat Penunggu disebut tanah Jaluran. Sejak perkebunan

(15)

3

Rakyat Penunggu tetap memperoleh tanah jaluran, yang diyakini sebagai Tanah

Ulayat oleh orang Melayu.

Bagi masyarakat hukum adat, maka tanah mempunyai fungsi yang sangat

penting. Tanah merupakan tempat dimana warga masyarakat hukum adat

bertempat tinggal, dan tanah juga memberikan penghidupan baginya. Iman

Sudiyat dalam Soekanto mengungkapkan bahwa tanah adalah salah satu unsur

essensiil pembentuk negara, tanah memegang peran vital dalam kehidupan dan

penghidupan suatu bangsa.

Hak Ulayat dalam pengertian Urip santoso merupakan serangkaian

wewenang dan kewajiban suatu masyarakat hukum adat atas suatu wilayah

tertentu untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, yang

ada dalam wilayah yang bersangkutan. Wewenang dan kewajiban tersebut timbul

dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun-temurun antara masyarakat

hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan. Hubungan itu selain

merupakan hubungan lahiriah, juga merupakan hubungan batiniah yang bersifat

religio-magish. Yaitu berdasarkan kepercayaan para warga masyarakat hukum

adat yang bersangkutan, bahwa wilayah tersebut adaah pemberian suatu kekuatan

yang gaib atau peninggalan nenek moyang yang diperuntukkan bagi kelangsungan

hidup generasinya.

Pemegang Hak Ulayat adalah masyarakat hukum adat yang

bersangkutan, terdiri atas orang-orang yang merupakan warganya. Masyarakat

(16)

4

adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga

bersama suatu persekutan hukum karena kesatuan tempat tinggal atau dasar

kesamaan keturunan. Pelaksana Hak Ulayat adalah Pengusaha Adat masyarakat

hukum adat yang bersangkutan, yaitu kepala adat sendiri atau bersama-sama

dengan para tetua adat masig-masing. Pengusaha adat dalam hubungannya dengan

tanah u layat melaksanakan tugas kewenangan yang termasuk bidang hukum

publik sebagai petugas masyarakat hukum adatnya.

Hak Ulayat Tanah adalah bagian hukum adat oleh masyarakat Melayu

Deli, yang berisi tatanan wewenang dan kewajiban masyarakat tersebuat atas

tanah yang ditempati sebagai hak bersama oleh warga. Masyarakat Melayu Deli,

memiliki peraturan tersendiri untuk menentukan penggunaan tanah adat yang

menjadi warisan leluhur mereka. Kepemilikan tanah yang mengandung unsur

kebersamaan, memberikan hak kepada ‘orang luar’, yaitu bukan warga

masyarakat hukum adat yang bersangkutan, diperbolehkan membuka dan

menggunakan sebagian tanah ulayat bukan masyarakat hukum adatnya. Untuk itu

diperlukan izin Pengusaha Adat masyarakat hukum yang bersangkutan dengan

pembayaran yang disebut recognitie.

Hak Ulayat Tanah pada masyarakat Melayu deli ini menarik untuk

diteliti karena pada dasarnya Hak Ulayat dijumpai di hampir seluruh wilayah

Indonesia. Tetapi dengan bertambah kuatnya hak-hak pribadi para warga

masyarakat hukum adat yang bersangkutan atas bagian tanah ulayat yang

(17)

5

hak ulayat di banyak masyarakat hukum adat semakin melemah, hingga pada

akhirnya menjadi jarang keberadaannya.

Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengatur kehidupan masyarakat

baik mengatur hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat, hubungan

masyarakat dengan alam maupun hubungan masyarakat dengan para leluhurnya

dengan tetap mempertahankan hak ulayat sebagai hukum adat di wilayah tersebut.

Demikianlah Hak Ulayat yang ada dalam masyarakat Melayu ini dapat kita lihat

sebagai warisan budaya yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Karena

itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Hak Ulayat Tanah Pada Masyarakat Adat Melayu Deli Desa Klambir V Kebon, Kecamatan Hamparan Perak”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

yang menjadi identifikasi masalah adalah:

1. Arti dan Fungsi tanah bagi masyarakat Melayu

2. Hukum Adat sebagai penegakan hukum tentang tanah

3. Keberadaan Tanah Ulayat sebagai bekas perkebunan Kolonial

4. Hak para Warga dan ‘orang luar’ terhadap Tanah Ulayat

(18)

6

1.3 Pembatas Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka yang menjadi

pembatasan masalah yaitu: “Hak Ulayat Tanah Pada Masyarakat Adat Melayu Deli Desa Klambir V Kebon, Kecamatan Hamparan Perak”.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Hak Ulayat tanah pada Masyarakat Adat Melayu Deli Desa

Klambir V Kebon Kecamatan Hamparan Perak?

2. Bagaimana hak masyarakat atas pengusahaan Tanah Ulayat?

3. Bagaimana pelaksanaan Hak Ulayat Tanah pada masyarakat adat

Melayu Deli Desa Klambir V Kebon?

4. Bagaimana Persepsi masyarakat terhadap keberadaan hak Ulayat

Tanah di Desa Klambir V Kebon?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan maslah diatas maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Hak Ulayat tanah pada Masyarakat Adat Melayu Deli

Desa Klambir V Kebon Kecamatan Hamparan Perak

(19)

7

3. Mengetahui pelaksanaan Hak Ulayat Tanah pada masyarakat adat

Melayu Deli Desa Klambir V Kebon

4. Mengetahui Persepsi masyarakat Melayu Deli terhadap keberadan hak

Ulayat Tanah di Desa Klambir V Kebon

1.6 Manfaat Penelitian

Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk dapat memberikan

kontribusi bagi pengembangan keilmuan sekaligus dijadikan bahan rujukan bagi

studi maupun penelitian lain yang berhubungan dengan Hak Ulayat ataupun

Hukum Adat.

Secara Praktis, manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, penelitian ini sangat memberi pengalaman dan kepuasan

tersendiri bagi penulis yang ingin sekali mengetahui kebudayaan yang ada

disekitar kita terutama mengenai Hak Ulayat yang ada pada masyarakat

Melayu Deli.

2. Bagi penelitian Antropologi, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan

refrensi untuk memperkuat hasil penelitian yang dilakukan peneliti lain

dalam bidang Hak Ulayat.

3. Bagi lingkungan masyarakat, penelitian ini dapat bermanfaat untuk

mengatur kehidupan masyarakat baik mengatur hubungan antar manusia

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan peneliti

tentang Hak Ulayat Tanah pada Masyarakat Tanah pada Masyarakat Melayu Deli

Desa Klambir V, Kecamatan Hamparan Perak, maka peneliti membuat

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hak Ulayat Tanah pada masyarakat adat Melayu Deli Desa Klambir V

Kebon dalam bahasan ini adalah hak penguasaan masyarakat Melayu

terhadap tanah yang menjadi warisan tradisional para leluhur mereka dan

merupakan kepunyaan bersama para warganya. Hak Ulayat yang

dimaksud adalah hak untuk menempati dan mengambil manfaat dari tanah

untuk kepentingan warga serta generasinya.

2. Hak masyarakat dalam pengusahaan tanah ulayat dilihat dari

Undang-Undang diakui adanya Hak Ulayat sebagai bagian dari masyarakat adat

Indonesia yang sudah ada dari dahulunya. Masyarakat berhak

menggunakan tanah dan mengambil manfaat selama tidak bertentangan

dengan hukum yang lebih tinggi. Dan hak atas pengusahaan tanah ulayat

ini juga diatur dalam Hukum Adat, dimana hanya anggota masyarakat adat

hukum adat yang dapat menggarap tanah ualayat tersebut. Demikian juga

pada masyarakat di Desa Klambir Lima Kebon yang berhak atas tanah

(21)

68

3. Pelaksanaan Hak Ulayat Tanah masyarakat Melayu tidak lepas dari sejarah

perjuangan tanah ulayat dan lahirnya BPRPI. Pada pelaksanaannya yang

sebenarnya hak ulayat memiliki sanski tersendiri bagi masyarakat yang

melakukan jual beli tanah ulayat, namun kenyataannya sanski kurang

tegas. Pelaksanaan hak ulayat juga banyak mengakibatkan konflik antara

masyarakat Melayu asli dengan masyarakat pendatang serta masyarakat

Melayu dengan PPN ataupun PTPN. Hingga kini masyarakat masih terus

berjuang mendapatkan pengakuan dari pemerintah adanya Tanah Ulayat

ini.

4. Persepsi Masyarakat setempat sangat menyambut baik adanya tanah ulayat

sebagai tanah warisan mereka. Mengingat semakin menipisnya lahan

penduduk dan banyaknya masyarakat yang membutuhkan lahan untuk

tempat tinggal dan memenuhi kebutuhan. Namun mereka juga sangat

menyayangkan terjadinya konflik yang diakibatkan tidak adanya

pengakuan dari pemerintah tentang tanah dan hak ulayat di Desa Klambir

V Kebon ini.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang penulis ambil, melalui hasil penelitian

penulis melihat bahwa pada dasarnya memang benar bahwa masyarakat desa

Klambir V Kecamatan Hamparan Perak ini dahulunya memiliki hak ulayat atas

tanah mereka. Sejarah juga menjelaskan bahwa banyak masyarakat Melayu

kehilangan hak atas tanah mereka sendiri. Hak Ulayat juga harus dilihat dari sudut

(22)

69

ada di Indonesia dan menjadi cikal bakal Hukum Nasional saat ini. Berdasarkan

penelitian ini penulis memberikan beberapa saran, diantaranya kepada:

1. Pihak Pemerintah

Pemerintah agar lebih bijak lagi dalam menghadapi masalah-masalah

tanah yang ada di Indonesia, masalah agraria menjadi salah satu topik hangat yang

terjadi akhir-akhir ini. Pemerintah diharapkan mampu mencari jalan keluar yang

sebaik-baiknya dan tidak merugikan salah satu pihak. Agar konflik Tanah Ulayat

yang pernah menjatuhkan korban tidak terulang lagi. Ada baiknya Pemerintah

mencari solusi dengan sifat kekeluargaan dan tidak melupakan sejarah dan

kebudayaan Indonesia.

2. Masyarakat

Masyarakat agar lebih bijak lagi menghadapi isu-isu yang dapat

menyebabkan konflik dan tetap bekerjasana dalam mendapatkan pengakuan Hak

Ulayat dari pemerintah.

3. Pihak Pemangku Adat dan lembaga BPRPI

Sebagai lembaga yang menaungi masyarakat dalam mendapatkan hak

tradisional dan bekerja keras untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah

harus ikut bekerjasama dengan pemerintah dalam mendapatkan jalan keluar yang

adil dan turut serta mengurangi pelanggaran hak tanah sesuai dengan Hukum Adat

dan Hukum Nasional. BPRPI juga harus mampu mengkondusifkan masyarakat

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Agustono Budi, Muhammad OsmarTanjung, EdySuhartono. 1997. Badan

Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia vs PTPN II.Medan: AKATIGA

Effendie. B. 1981. Kumpulan tulisan tentang hukum Tanah. Bandung: Alumni

Hadikusumah. H. H. 1983. Sejarah Hukum Adat Indonesia. Bandung:Alumni

---.2010. Pengantar Antropologi Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Harsono. B. 2003. Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional. Unversitas Trisakti

---. 2008. HukumAgraria Indonesia.Jakarta; PenerbitDjambatan

Ihromi. T.O. 1984. Antropologi dan hukum. Jakarta: yayasan obor indonesia

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Mahadi, S.H. 1976. Sedikit "SejarahPerkembanganHak-hakSuku Melayuatas Tanah di Sumatera Timur" (Tahun 1800-1975).Bandung: PenerbitALUMNI

Moleong, Lexy J. 2012. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pelly, Usman. 2013. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing di Perkotaan. Medan: Unimed Press

Santoso, U. 2005. HukumAgrariadanHak-HakAtas Tanah. Jakarta: KencanaPrenada Media Group

S,H, Wignjodipoero, Soerojo. 1920-1980. Pengantar dan asas-asas hukum adat. Jakarta: Cv Haji Masagung

Simanuntak. B. A. 2015. Arti dan Fungsi Tanah Bagi Masyarakat Batak Toba, Karo, Simalungun (Edisi Pembaruan). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

(24)

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit ALFABETA

SumberTesis, Ksripsi, ArtikeldanJurnal:

Carolyn, Christina. “Hambatan-Hambatan Hukum Dalam Penyelesaian Tanah

Garapan Pada Areal Eks Hgu Ptpn II Kebun Helvetia: Atas Adanya Sk Kbpn Nomor 42/HGU/BPN/2002”.

Nasution,Agussalam. 2012. “Teori Hukum Pertanahan yang pernah berlaku di Indonesia”. UniversitasMuhammadiyah Sumatera Utara.

Sembiring, Rosnidar. 2001 Keberadaan Hak Ulayat di Kabupaten Simalungun. Medan: Universitas Sumatera Utara

Syafruddin Kalo, Perbedaan Persepsi Mengenai Penguasaan Tanah dan Akibatnya Terhadap Masyarakat Petani di Sumatera Timur pada Masa Kolonial yang Berlanjut pada Masa Kemerdekaan, Orde Baru dan Reformasi,Program Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Widyanartitantri, SihotangKasdin.2006 “Perlindungan Hak Masyarakat atas Tanah (Kajian tentang strategi BPRPI dalam melindungi Hak Ulayat Masyarakat Melayu di Sumatera Utara.Unika Atma Jaya

Sumber Internet:

Gowa, Samata. 2011 “Hak Ulayat dalam kuliah Hukum Pertanaan”.

http://amirsyampa.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hak-ulayat.html. (Diposkan pada: Selasa, 31 Januari 2013)

http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/01/mengenal-hukum-tanah-dalamadat.html, (diakses pada hari Sabtu, 16 November 2013, jam 09:00 Wib)

http://bersukacitalah.wordpress.com/2011/01/20/tahap-analisis- data-penelitian-kualitatif/. (Diakses pada 20 Januari 2011)

http://salamnasution.blogspot.co.id/2012/05/teori-hukum-pertanahan-yang-pernah.html (Diakses pada 16 Januari 2017)

Gambar

Gambar
Tabel

Referensi

Dokumen terkait

755 Yohanes SMP Bunda Hati Kudus DKI Jakarta srt baptis 756 Giovanie Anggasta Yogg SMP Katolik RICCI II Banten lengkap 757 Agustinus Dimas Riyandi SMP YPPK Santu

Penggunaan beberapa mikroorganisme dengan dosis dan lama inkubasi yang berbeda dapat meningkatkan koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan koefisien cerna bahan organik (KCBO)

rendah (ketinggian bangunan sampai dengan 12 meter) di lokasi sesuai dengan fungsi jalan lokal/lingkungan, Pelaku pembangunan wajib menyediakan lahan pada lahan

Oleh itu, diharapkan agar dengan terbinanya laman web ini akan dapat memberi ruang kepada sesiapa sahaja yang berminat untuk mempelajari konsep asas pengaturcaraan C++ secara

Kepadatan tulang punggung akhir unit percobaan yang diberikan susu kalsium tinggi sebanyak 500 ml tidak berbeda nyata dengan kepadatan tulang punggung akhir perlakuan

Istana Negara baru yang mempunyai nilai-nilai arsitektur asli Indonesia sebagai. identitas dan wajah Negara Indonesia harus menjadi perhatian segera bagi

Petir/kilat merupakan gejala listrik alami dalam atmosfer Bumi yang tidak dapat dicegah (Pabla, 1981 dan Hidayat, 1991) yang terjadi akibat lepasnya muatan listrik baik

Tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an juga mengandung tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengajaran tentang huruf-huruf hijaiyah, tanda baca dan tajwid