• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MIND MAPPING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MIND MAPPING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBE MIND MAPPING

TER

Diajukan Dalam Me

UN

PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENG

MIND MAPPINGDAN KEMAMPUAN BERPIKIR FORM

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

BIMA ANGGRAINI

NIM. 8146175004

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017

ENGGUNAKAN IR FORMAL

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Bima Anggraini. NIM. 8146175004. Efek Model Pembelajaran Inquiry TrainingMenggunakan Mind Mappingdan Kemampuan Berpikir Formal Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran Inquiry Trainingmenggunakan mind mappingdan dengan pembelajaran konvensional, perbedaanketerampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir formaldi atas rata–rata dandi bawah rata-rata, serta interaksi antara model pembelajaran Inquiry Trainingmenggunakan mind mappingdankemampuan berpikir formal dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain two group pretest-postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IXSMP IT An-NizamMedan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cluster random samplingdan sampel dibagi menjadi dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Trainingmenggunakan mind mappingdan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian ini menggunakan keterampilan proses sains dalam bentuk unjuk kerja dan tes kemampuan formal dalam bentuk tes uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yangdiajarkan dengan modelpembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan siswayang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir formaldi atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir formaldi bawah rata-rata, dan terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Trainingmenggunakan mind mappingdan kemampuan berpikir formal dalam meningkatkanketerampilan proses sains siswa.

(6)

ii ABSTRACT

Bima Anggraini. NIM. 8146175004. The Effect of Inquiry Training Learning Model Use Mind Mapping and Formal Thingking Ability on Student’s Science Process Skills in Junior High School . A Thesis. Medan: Post Graduate School, State University of Medan, 2016.

The aim of this research were to analyzes: the different students’s science process skills by using inquiry training learning model and using conventional learning,the differentstudents’s science process skills in the group of students who had formal thinking abilityabove average and below average, andtheinteraction inquiry training learning model and conventional learningwith formal thinking ability of the students’s science process skills. This research carried out by a quasi-experimental with using two group pretest-postest design. The population of this study was class IX SMP IT An-Nizam Medan. The sample in this research was conductedby clusterrandom samplingof twoclasses, experiment class by using inquiry training learning model and control class by using conventional learning. The instruments of this study used science process skills in the perform work form and formal thinking abilitytest were collected by essay test. The data was analyzed by using two-way analysis of varians. The results of this research are students’s science process skills of inquiry training learning model were better than conventional learning, students’s science process skills who had formal thinking abilityabove average were better than students who had formal thinking abilitybelow average, andthere were an interactions between the inquiry training learning model with formal thinking ability in improving students's science process skills.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Mind Mapping dan

Kemampuan Berpikir Formal Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

SMP”ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan tesis ini.

2. Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si, sebagai Pembimbing I dan Ibu Dr. Betty M. Turnip, M.Pdsebagai Pembimbing IIyang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu Drs. Eva Marlina Ginting, M.Si selaku narasumber yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Dr. Nurdin Siregar. M.Si dan Bapak Dr. Karya Sinulingga. M.Si selaku validator instrumen penelitian.

5. Bapak dan Ibu dosen pendidikan fisika program pascasarjana UNIMED yangtelah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selamaperkuliahan. 6. Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan

dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

(8)

iv

guru dan pegawai Tata Usaha yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ayahanda tercinta M. Damas dan ibunda tercinta Nur Aliah Purba T yang terus memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak henti, hanya Allah yang dapat membalasnya. Serta kakak-kakak (Messy Dastirha dan Ria Agusten), abang ipar (Ilham Nur Ngadap,S.H dan Robert Nasution),adik-adikku tersayang (Musadikqoh dan Ines Muhaymun MD) dan keponaanku (Resty, Fateh, Nizzwa dan Raysha), juga keluarga besar Purba Tondang dan orang terdekat, yang senantiasa memberikan motivasi dan doa. Juga tidak lupa untuk adik-adikku kost.

9. Sahabat seperjuangan Kelas Reguler A-2 angkatan 2014 Program Studi Magister Pendidikan Fisika (Arini, Envil, kak Fadillah, Fine, Haflah, Irdes, Ismadi, Johan, kak Naomi, Nurul, kak Pesta, Putri, Saanatun, Siska dan Tionar)juga Kelas Reguler A-1 (Lilis, Tetty, Kinov, Anggi, Josua dan Shinta dll)yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi dan doa selama perkuliahan dan dalam penyelesaian tesis ini.

10. Teman-teman Physics angkatan 2008 UNRI juga untuk abang-abangku, kakak-kakakku. Terima kasih untuk doa dan dukungannya.

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.

Doa dan harapan penulis semoga Allah SWT membalas kebaikan dan bantuan yang telah saudara/i berikan kepada penulis.Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.

Medan,Januari 2017 Penulis,

(9)

v

2.1.1.1. Teori-teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inkuiri ... 17

2.1.1.2. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri ... 19

2.1.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri ... 20

2.1.2. Model Pembelajaran Inquiry Training ... 21

2.1.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry Training ... 26

2.1.3. MindMapping (Peta Pikiran) ... 27

2.1.4. Kemampuan Berpikir Formal ... 30

2.1.5. Keterampilan Proses Sains ... 35

2.1.5.1. Teori-teori Belajar yang Mendukung Keterampilan Proses Sains ... 37

2.1.5.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 38

2.1.6. Pembelajaran Konvensional ... 40

2.1.6.1. Metode Ceramah ... 40

2.1.6.2. Metode Tanya Jawab ... 42

2.1.7. Penelitian Relevan ... 44

2.2. Kerangka Konseptual ... 47

(10)

vi

2.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelompokyang Memiliki Kemampuan Berpikir Formal Diatas Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan

dengan Dibawah Rata-Rata ... 49

2.2.3. Terdapat Interaksi Model Pembelajaran InquiryTraining dan Kemampuan Berpikir FormalTerhadap Keterampilan Proses Sains Siswa ... 51

2.3. Hipotesis ... 53

3.9.2. Standar Deviasi atau Simpangan Baku ... 64

3.9.3. Uji Prasyarat Analisis ... 65

4.1.1. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Pretest ... 71

4.1.1.1. Uji Normalitas ... 72

4.1.1.2. Uji Homogenitas ... 73

4.1.1.3. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t) ... 74

4.1.2. Hasil Instrumen Kemampuan Berpikir Formal ... 76

4.1.3. Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian ... 80

4.1.4. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Postest ... 82

4.1.4.1. Uji Normalitas ... 83

4.1.4.2. Uji Homogenitas ... 84

(11)

vii

4.1.6. Pengujian Hipotesis ... 89

4.1. Pembahasan ... 98

4.2.1. Keterampilan Proses Sains Siswa dengan ModelPembelajaran Inquiry Training Menggunakan Mind Mapping Lebih Baik dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional ... 98

4.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompokyang Memiliki Kemampuan Berpikir Formal diatas Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan dengan yang dibawah Rata-Rata ... 102

4.2.3. Ada Interaksi Model Pembelajaran InquiryTraining Menggunakan Mind Mapping dan Kemampuan Berpikir Kreatif untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1. Kesimpulan ... 108

5.2. Saran ... 108

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Bagan Alur Prosedur Penelitian ... 60 Gambar 4.1. Grafik Uji Normalitas Data Pretest ... 73 Gambar 4.2. Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa Pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 76 Gambar 4.3. Hasil Kemampuan Berpikir Formal Siswa Pada Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 78 Gambar 4.4. Persentase Peningkatan Hasil Lembar Kerja Siswa Setiap

Pertemuan ... 81 Gambar 4.5. Hasil Postest Keterampilan Proses Sains Siswa Pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 86 Gambar 4.6. Interaksi Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir

Formal Terhadap Keterampilan Proses Sains... 93 Gambar 4.7. Nilai Rata-rata Keterampilan Proses Sains... 100 Gambar 4.8. Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Formal ... 104 Gambar 4.9. Diagram Nilai Rata-rata Keterampilan Proses Sains

(13)

ix

ADAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tahap-tahap Model Inquiry Training ... 26

Tabel 2.2. Komponen dan Indikator Keterampilan Proses ... 39

Tabel 2.3. Penelitian Relevan ... 44

Tabel 3.1. Control Group Pretes-Postes Design ... 56

Tabel 3.2. Desain Penelitan (ANAVA 2x2) ... 57

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Instrumen Kemampuan Berpikir Formal... 61 Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 72

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Keterampilan Proses Sains Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 73

Tabel 4.4. Uji-T Keterampilan Proses Sains Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74

Tabel 4.5 Skor Rerata Pretest Kategori Butir Soal Indiator Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 75

Tabel 4.6. Persentase Siswa Yang Menjawab Benar Per Indikator Keteramilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75

Tabel 4.7. Data Kemampuan Berpikir Formal ... 77

Tabel 4.8. Skor Rerata Kategori Butir Soal Indikator Kemampuan Berpikir Formal Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 78

Tabel 4.9. Persentase Siswa Yang Menjawab Benar Per Indikator KBF Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 78

Tabel 4.10. Data Kelompok Kemampuan Berpikir Formal Diatas Rata-rata dan Dibawah Rata-rata Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 79

Tabel 4.11. Data Keterampilan Postest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 83

Tabel 4.12. Uji Normalitas Data Keterampilan Proses Sains Postest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 84

Tabel 4.13. Uji Homogenitas Data Keterampilan Proses Sains Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 84

(14)

x

Tabel 4.15. Persentase Siswa Yang Menjawab Benar Per Indikator Keteramilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 85

Tabel 4.16. Keterampilan Proses Sains Siswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Formal ... 87

Tabel 4.17. KPS Siswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Formaldi Atas Rata-Rata dan di Bawah Rata-Rata pada Masing-Masing Kelas ... 88

Tabel 4.18. Hasil ANAVA ... 88

Tabel 4.19. Statistik ANAVA... 89

Tabel 4.20. Hasil Perhitungan ANAVA Dua Jalur ... 89

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi menjadi tumpuan

utama agar suatu bangsa dapat berkompetisi dengan bangsa lain. Terwujudnya

sumber daya manusia yang berkualitas tinggi tidak terlepas dari upaya

meningkatkan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan

yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Pendidikan merupakan salah satu fungsi

terpenting dalam membantu perkembangan pribadi, individu, kelompok,

masyarakat, kebudayaan nasional, bangsa dan Negara. Melalui pendidikan

diharapkan semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa

dikembangkan secara maksimal agar mandiri dalam proses pembangunan pribadi

secara manusia. Upaya peningkatan mutu pendidikan, berbagai hal telah

dilakukan pemerintah, antara lain: penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku

ajar, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan

dan peningkatan kualitas pendidikan.

Meskipun upaya-upaya yang disebutkan di atas telah dilakukan, namun

hasilnya belum seperti yang diharapkan. Rendahnya kualitas pendidikan yang

dihasilkan tidak terlepas dari berbagai faktor di antaranya pengemasan

(16)

2

pada buku teks dan ketercapaian kurikulum dengan didominasi oleh pembelajaran

langsung.

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran rumpun sains yang terdapat

dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Fisika sebagai salah satu bagian dari

sains, pada hakikatnya sains sebagai kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta,

konsep, prinsip, hukum, teori, dan model yang biasa disebut produk. Sains sebagai

cara berpikir merupakan aktivitas yang berlangsung di dalam pikiran seseorang

yang berkecimpung di dalamnya karena adanya hasrat ingin tahu dan hasrat untuk

memahami fenomena alam. Selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata

pelajaran fisika merupakan wahana untuk memecahkan masalah merupakan cara

bagaimana informasi ilmiah diperoleh, diuji, dan divalidasi.

Fisika dapat dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk,

sehingga dalam pembelajaran fisika siswa perlu terlibat aktif. Berbagai

kesempatan harus diberikan kepada siswa untuk bersentuhan langsung dengan

objek yang sedang dipelajarinya.

Berdasarkan hasil servei pendahuluan di SMP IT An-Nizam terhadap

guru fisika yang bersangkutan dengan sistem wawancara mengatakan siswa

kurang berkesempatan aktif dan menemukan pengalaman belajar sendiri serta

untuk pratikum/ekeperimen jarang dilaksanakan selama proses pembelajaran

fisika. Siswa yang kurang berkesempatan aktif dalam bertanya mengenai materi

yang disampaikan guru karena kemampuan meneliti siswa masih rendah dan

menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit. Bertanya merupakan

salah satu komponen keterampilan meneliti, dimana dalam meneliti perlu

(17)

3

dilaksanakan. Hal ini dikarenakan alat-alat pratikum yang kurang memadai, waktu

yang tidak mencukupi dan guru yang sebelumnya belum pernah melaksanakan

pratikum. Sehingga keterampilan proses sains siswa masih tergolong rendah

disebabkan tidak adanya praktikum disekolah oleh guru.

Telah diketahui bahwa di kalangan siswa berkembang kesan yang kuat

bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang

menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurang minat, kurangnya matematis dan

motivasi untuk mempelajari fisika dengan senang hati, merasa terpaksa atau suatu

kewajiban. Di samping penggunaan metode pembelajaran yang

cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan suatu

konsep dalam proses pembelajaran berlangsung, pembelajaran pun lebih bersifat

teacher centered (berpusat pada guru) guru hanya menyampaikan. Pembelajaran

seperti itu menimbulkan keadaan kurang terlatih untuk mengembangkan daya

pikir formalnya dalam memecahkan permasalahan atau mengaplikasikan

konsep-konsep yang dipelajarinya serta proses fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun langsung ke

masyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan/konsep

tetapi tidak mengetahui proses dan bagaimana harus bersikap yang seharusnya

dari konsep fisika yang dipelajari. Oleh karena itu, hendaknya dilakukan

perubahan paradigma proses pembelajaran. Perubahan paradigma yang dimaksud

adalah perubahan dari pembelajaran yang bersifat teacher-centered ke

pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif (student-centered).

Proses pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika

(18)

4

keterampilan proses sains (KPS), sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat

fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai produk. Dalam

pembelajaran fisika yang harus diperhatikan adalah bagaimana siswa

mendapatkan pengetahuan, konsep dan teori melalui pengalaman praktis dengan

cara melaksanakan observasi atau eksperimen, secara langsung sehingga dirinya

berperan sebagai ilmuan

Adapun hal-hal yang perlu ditingkatkan tersebut adalah pertama,

penggunaan metode pembelajaran, karena selama pembelajaran hanya sedikit

siswa yang aktif disebabkan guru masih menggunakan metode konvensional yaitu

dengan ceramah dan berpusat pada guru. Dengan tidak adanya kegiatan pratikum

atau kegiatan yang menunjang keterampilan siswa pada metode ceramah yang

diterapkan, hal ini menyebabkan keterampilan proses sains (KPS) siswa tidak

berkembang dengan maksimal, hal ini terlihat pada saat pembelajaran bahwa pada

umumnya siswa belum dapat menyusun hipotesis, melakukan pengamatan dengan

benar, membaca grafik dengan benar, menentukan variabel percobaan,

menginterprestasi data dan menarik kesimpulan yang benar. Akibatnya,

keterampilan proses sains siswa menjadi rendah (Zufiani dalam Kalsum, 2010) .

Padahal dengan terlatihnya siswa menggunakan keterampilan proses sains akan

memudahkannya dalam menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dalam pembelajaran model ceramah dan mencatat. Kondisi kelas

seperti ini dapat membuat siswa bosan dan tidak mendapatkan pengalaman

belajarnya sendiri serta semakin enggan untuk belajar fisika.

Keberhasilan proses pembelajaran fisika dapat dilihat dari tingkat

(19)

5

konsep-konsep mata pelajaran Fisika untuk masih kurang, terbukti dengan tes-tes

yang berhubungan kemampuan kognitif diperoleh hasil yang kurang memuaskan,

yaitu nilai tes masih kurang dari standar kompetensi minimal yang harus dicapai.

Tes yang berupa ulangan harian yang merupakan tes yang diadakan setiap

bahasan materi selesai diajarkan, hasilnya sangat mengecewakan. Pemahaman

siswa terhadap konsep fisika merupakan hal yang penting dalam proses

pembelajaran. Di mana semakin tinggi pemahaman serta hasil belajar

mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

Siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi makna dari

pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang

disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson &

Krathwohl, 2001).

Kedua, sumber informasi masih didominasi oleh guru, sehingga siswa

jarang dijadikan sumber informasi alternatif, sehingga tidak muncul interaksi. Hal

ini membuat siswa tidak terbiasa bertanya, mengeluarkan pendapat berdebat dan

perilaku aktif lainnya. Sehingga pemahaman belajar yang diperoleh siswa tidak

maksimal, karena keaktifan siswa maka ia akan mampu mengolah kesan

pengamatan menjadi pengetahuan. Keaktifan siswa menyebabkan suasana kelas

saat proses pembelajaran berlangsung sangat tidak kondusif, beberapa siswa

banyak yang sibuk dengan aktifitasnya sendiri yang tidak mendukung kegiatan

belajar.

Ketiga, perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sudah mengalami

kemajuan yang pesat. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan media

(20)

6

menyampaikan materi pembelajaran dan efesien dalam alokasi waktu. Media

pembelajaran merupakan hal yang penting, termasuk dalam proses pembelajaran

fisika. Pemilihan media pembelajaran yang tepat pada pembelajaran fisika dapat

meningkatkan hasil belajar yang optimal. Media yang menggunakan mind

mapping merupakan media pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa yang

dapat membelahkan kedua belahan otak. Penggunaan mind map membantu siswa

dalam membuat dokumentasi materi pelajaran dengan kreatif dan mengulangnya

kembali di rumah, memudahkan mengingat dan menghubungkan sebuah ide

dengan ide lainnya. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan

secara harfiahakan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008). Catatan yang

dibuat tersebut membentuk gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama di

tengah dan subtopikserta perincian mejadi cabang-cabangnya. Hal tersebut dapat

menjadikan siswa merasa senang dan tidak bosan dalam mengikuti pelajaran,

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar (Wicoff dalam Chomsi, 2012).

Keterampilan proses sains adalah kesempatan siswa agar dapat

menemukan fakta, membangun konsep-konsep melalui kegiatan atau

pengalaman-pengalaman seperti ilmuwan. Indikator keterampilan proses diantaranya seperti

merancang percobaan, mengamati, mengklarifikasi, menafsirkan, menyimpulkan,

dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains siswa merupakan bagian

penting yang tak terpisahkan dari kegiatan eksperimen di laboratorium merupakan

latihan untuk melatih penguasaan proses sains sebagai pengalaman belajar siswa

(Yunizea, 2012).

Menurut Trowbridge dan Bybee dalam Sarwi (2010) kegiatan laboratorium

(21)

7

kegiatan laboratorium yang bersifat verifikasi dan kegiatan laboratorium kegiatan

inkuiri. Eksperimen verifikasi merupakan metode eksperimen yang bertujuan

untuk memperjelas dan membuktikan suatu konsep físika yang telah diperoleh

dalam proses pembelajaran sebelumnya. Siswa melakukan eksperimen setelah

mendapatkan konsep secara langsung dari guru untuk membenarkan

kebenarannya. Menurut Dhevi dalam Yunizea (2012) kegiatan eksperimen yang

bersifat inkuiri adalah suatu kegiatan eksperimen yang bertujuan melatih siswa

untuk membentuk gagasan dan memahami konsep sains yang sedang

dipelajarinya. Dalam eksperimen yang bersifat inkuiri, pembentukan gagasan dan

pemahaman konsep sains dalam diri siswa dilakukan melalui upaya penemuan

atau penyelidikan terhadap konsep yang sedang dipelajarinya. Sedangkan

eksperimen berbasis verifikasi ini melakukan suatu proses sebuah penelitian untuk

memberikan pengertian kepada siswa terhadap teori atau konsep yang telah guru

berikan melalui suatu eksperimen, sehingga dapat mengerti dan memahami

konsep dan teori tersebut (Sintia dalam Yunizea, 2012). Pada eksperimen berbasis

verifikasi, guru berperan menerangkan suatu teori, kemudian siswa dapat

membuktikannya melalui sebuah eksperimen. Ketika siswa melakukan

eksperimen, siswa akhirnya menarik kesimpulan bahwa teori atau konsep sesuai

atau tidak dengan percobaannya.

Keterampilan proses sains diperlukan untuk pembelajaran yang

mengembangkan keterampilan komunikasi. Salah satu alternatif model yang dapat

diterapkan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa serta dapat

memberikan penguatan terhadap kualitas pembelajaran yaitu dengan

(22)

8

pencarian kebenaran, informasi atau pengetahuan. Menurut Sagala (2007), Inkuiri

merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang

pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi

penerapan proses sains dengan berpikir logis dan berpikir kritis. Dalam hal ini

model yang dimasksud adalah model Inquiry Training. Model ini bertujuan untuk

melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan

memecahkan masalah secara ilmiah. Model Inquiry Training juga sangat penting

untuk mengembangkan nilai dan sikap dalam berpikir ilmiah.

Menurut Joyce (2009), model pembelajaran Inquiry Training dirancang

untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui

latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu

yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan

mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan

pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Melalui

model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif mengajukan pertanyaan mengapa

sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data

secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat

digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Menurut Dimyati & Mujiono (2013) “Tujuan utama Inquiry adalah

mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu

memecahkan masalah secara ilmiah”. Proses pembelajaran Inquiry Training siswa

berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran. Guru memberi

(23)

9

berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan dalam

suatu masalah.

Kemampuan berpikir siswa dalam kegiatan pembelajaran fisika masih

mengalami kendala berupa kurangnya matematika siswa sehingga dalam

mengerjakan soal siswa mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat dari hasil

belajar fisika siswa dibawah rata-rata belum mencapai KKM. Banyak siswa yang

mengalami kesalahan konsep sehingga mereka kesulitan dalam memecahakan

persoalan yang berhubungan dengan materi fisika. Konsep yang ada pada materi

fisika sebagiannya akan mengalami konsep-konsep yang bersifat abstrak. Agar

siswa memahami materi tersebut dengan lebih bermakna maka diharapkan siswa

sudah memiliki berpikir formal. Pecapaian prediktor terbaik dalam kelas inquiry

adalah kemampuan penalaran formal (Lawson dalam Erni, 2012). Herron (1975)

dalam Erma mengatakan bahwa seseorang bisa saja tidak dapat mencapai tingkat

berpikir formal sepanjang hidupnya jika tidak pernah berlatih menggunakan

kemampuan tersebut. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Shayer dan

Adey (1992) dalam Erma menunjukkan bahwa kemampuan berpikir formal siswa

dapat distimulasi atau dipercepat melalui intervensi dalam pembelajaran

IPA.Kemampuan berpikir formal adalah salah satu unsur dalam teori

perkembangan intelektual Piaget.

Berdasarkan hasil penelitian Ali dalam Eni (2012) mengatakan

kemampuan berpikir formal mempunyai korelasi positif dengan hasil belajar

fisika baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, meskipun

dilakukan pengontrolan terhadap variabel kreativitas dan motivasi berprestasi. Hal

(24)

10

positif dengan hasil belajar fisika. Hal tersebut juga berarti makin tinggi

kemampuan berpikir formal siswa, makin tinggi hasil belajar fisika. Muhammad

Hifni (2015:9) mengatakan bahwa efek model pembelajaran Inquiry Training

menggunakan media macromedia flash lebih baik dalam meningkatkan

keterampilan proses sains daripada pembelajaran konvensional. Ayu Rahmi

(2012:5) menyimpulkan keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan menggunakan

model pembelajaran Latihan Inkuiri (inquiry training) mengalami peningkatkan

setiap pertemuannya. Hal ini dapat terlihat dari hasil analisis data observasi

aktivitas guru dan siswa yang menunjukkan peningkatan setiap pertemuan dengan

kriteria sangat baik.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa diperlukan model pembelajaran yang sesuai, dan

model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu pembelajaran yang sesuai

untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan karena model pembelajaran

inkuiri merupakan salah satu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki

secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan

sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Jadi pada penelitian ini

penelitian menggunakan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan

mind mapping sebagai model pembelajaran yang digunakan dalam upaya

(25)

11

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat dan motivasi siswa untuk mempelajari fisika

2. Proses pembelajaran yang masih menonton dan satu arah.

3. Kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang

nyata dan aktif

4. Kurangnya merangsang berpikir formal terbukti dengan kesalahan

konsep dalam proses sains

5. Keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran fisika masih

tergolong rendah.

1.3 Batasan Masalah

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran Inquiry Training menggunakan mind mapping.

2. Model pembelajaran ini dipilih karena dalam proses pembelajarannya

melibatkan keterampilan proses sains sehingga diharapkan dengan

menerapkan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan

berpikir formal dan keterampilan proses sains.

3. Materi pelajaran pada penelitian ini akan dibatasi pada materi pokok

(26)

12

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains yang diajarkan dengan

model pembelajaran Inquiry Training menggunakan mind mapping

dengan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran konvensional?

2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains dengan kemampuan

berpikir formal diatas rata-rata dan kemampuan berpikir formal dibawah

rata-rata?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran Inquiry Training

menggunakan mind mapping dan pembelajaran konvensional dengan

kemampuan berpikir formal dalam mempengaruhi keterampilan proses

sains siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains siswa yang

diajarkan dengan model pebelajaran Inquiry Training menggunakan mind

mapping dan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains dengan

kemampuan berpikir formal diatas rata-rata dan kemampuan berpikir

(27)

13

3. Untuk menganalisis interaksi pembelajaran Inquiry Training menggunkan

mind mapping dan pembelajaran konvensional dengan kemampuan

berpikir formal terhadap keterampilan proses sains.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian serta bahan masukan untuk penelitian lebih

lanjut pada peneliti lain.

1.6.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

guru-guru agar memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir formal dan keterampilan proses sains.

b. Bagi Siswa

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh siswa sebagai

wahana penerapan ilmu yang diperoleh selama pembelajaran dan dapat

memperbanyak ilmu pengetahuan yang didapat sehingga dapat menjadi

bekal di masa depan.

c. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini peneliti dapat menambah wawasan dan

pengetahuan yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran Inquiry

(28)

14

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterprestasikan hasil

penelitian, maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran

yang bertujuan umum untuk membantu siswa mengembangkan

disiplin intelektual dan keterampilan yang dapat meningkatkan

pertanyaan-pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari

rasa keingintahuan mereka.

2. Keterampilan proses sains adalah kesempatan siswa agar dapat

menemukan fakta, membangun konsep-konsep melalui kegiatan atau

pengalaman-pengalaman seperti ilmuwan.

3. Kemampuan berpikir formal adalah salah satu unsur dalam teori

perkembangan intelektual Piaget. Kemampuan berpikir formal

meliputi pengontrolan variabel, kemampuan proposional, kemampuan

probabilistik, kemampuan korelasi dan kemampuan kombinatorial.

4. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara

(29)

108

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas IX semester I

SMP IT An-Nizam Medan pada tahun ajaran 2016/2017 dan pembahasan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Keterampilan proses sains siswa yang diterapkan dengan model

pembelajaran Inquiry Training menggunakan mind mappinglebih baik

dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

konvensional.

2. Keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki

kemampuan berpikir formal diatas rata-rata lebih baik dibandingkan

dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir formal

dibawah rata-rata.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training

menggunakan mind mappingdan kemampuan berpikir formal dalam

meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas maka berikut ini diajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Inquiry Training menggunakan mind mappingsangat

baik untuk diterapkan disekolah karena dapat meningkatkan hasil belajar

(30)

109

2. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk

meningkatkan keterampilan proses sains fisika siswa. Dilihat dari karakter

siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran

Inquiry Training, maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan

percobaan-percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki

respon yang cepat untuk melakukan model pembelajaran Inquiry Training.

3. Kemampuan berpikir formalsiswa perlu diperhatikan agar dapat membantu

model pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh tujuan

pembelajaran pada ranah keterampilan.

4. Guru dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry

Training lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan

berpikir formal diatas rata-rata karena dapat meningkatkan keterampilan

proses sains siswa.

5. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, dalam penerapan model

Inquiry Trainingperlu diperhatikan pembagian anggota kelompok,

sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat menyebabkan anggota

kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

6. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian

model Inquiry Training, sebaiknya peneliti merancang variasi

pembelajaran yang beragam. Disamping itu diharapkan agar lebih melatih

dan memotivasi siswa dalam mengajukan pertanyaan yang hanya bisa

dijawab “ya” dan “tidak” sesuai dengan demontrasi yang telah dilakukan.

(31)

110

mengumpulkan dan mengorganisasi data untuk menjawab penyebab

terjadinya fenomena tersebut.

7. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengalokasikan waktu lebih banyak

sehingga pelaksanaan penelitian dengan model pembelajaran inquiry

(32)

111

DAFTAR PUSTAKA

Allyn and Bacon.1995.Teaching Children Science: A Discovery Approach.4th ed.A Simon & Schuster Company.

Anderson, O. W and Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Addison Wesley Longman, Inc.

Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. Newyork: McGraw-Hill Companies.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jilid 2. Jakarta:

Bumi Aksara

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Aziz, Benni. 2012. Pengaruh Metode Pembelajaran Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Getaran Dan Gelombang Di Kelas VIII SMP Neeri 12 Binjai. Jurnal Pendidikan Fisika 1 (1), 51-56.

Bayu, F, Nirwana. 2014. Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil

Belajar Pada Model Latihan Inkuiri. Jurnal Pembelajaran Fisika 2 (3), 31-42

Bilgin, Ibrahim. 2009. The Effects Of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach On University Students’ Achievement Of Acid And Bases Concepts And Attitude Toward Guided Inquiry Instruction.Academic Journal 4 (10), 1036-1046.

Buzan, T. 2008. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia

Deghani, M. (2011). Relationship Between Students Thinking and Self Efficacy

Beliefs in Fardowsy University of Mashhad: ProcediaSocial and Behavioral Sciences 15, 2952 –2955.

Derlina,Lia Afriyanti Nst. 2016. Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry

Training Berbantuan Media Visual Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Cakrawala Pendidikan 2, 153-163.

Derlina, S. Mihardi. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Inquiry Training Dalam Pembelajaran Fisika Untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Formal Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (2), 162-169.

(33)

112

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eka, I Putu. 2005. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivis Dan Penalaran Formal Terhadap Miskonsepsi Pembelajaran Fisika Siswa Pokok Bahasan Tekanan. (Tesis). Bali: Universitas Singaraja.

Erlida Amnie.2014. Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap Penguasaan

Konsep Siswa Pada Ranah Kognitif. Jurnal Pembelajaran Fisika 2 (7), 123-137.

Erlina. (2011). Deskripsi Kemampuan Berpikir Formal Mahasiswa Pendidikan

Kimia Universitas Tanjung Pura. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan6 (3), 631-640.

Erman & Edy Minarto. 2011. Memacu Kemampuan Berpikir Formal Siswa

Melalui Pembelajaran IPA Sejak Dini. Jurnal Pendidikan Dasar Universitas Negeri Surabaya5 (2), 89-97.

Ginting, FW., dan Bukit, N. 2015. Efek Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media PhET Terhadap Keterampian Proses Sains Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika 4 (2),

14-20

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia

Hadma, Yuliani.2012. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Keterampilan

Proses Dengan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Kemampuan Analisis.Jurnal Inkuiri 1 (3), 207-216.

Harlem,Wyne and Elstgeest.1992. UNESCO Sourcebook For Science In The

Primary School: A Workshop Approach To Teacher Education.United Nations Educational Scientific And Cultural Organization.

Hidayat, Dedy. (2012). Korelasi Kemampuan Berpikir Formal dengan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah (Siswa SMP Muhammadiyah 2 Samarinda pada Konsep Alat Optik). Skripsi Online (http://deylunkob.blogspot.co.id/2013/06/korelasi-kemampuan-berpikir-formal.html Diakses 14 April /2016)

Hidayat, M, Iman.2015. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis

Multimedia Lectora Dan Kemampuan Berpikir Formal Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika 4 (1), 25-32

(34)

113

Berpikir Logis Siswa Kelas VIII MTs N Binjai.Tesis Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNIMED

Hurapea, F dan Motlan. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Ketermpilan Proses Sains Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika 4 (2), 55-62.

Imaduddin, Muhammad Chomsi. 2012.Efektifitas Metode Mind Mapping Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Pada Siswa Kelas VIII. Humanitas

9 (1), 62-75.

Indrawati, Sutarto.2013. Strategi Belajar Mengajar SAINS.UPT Penerbitan UNEJ

Joyce, B., Weil, M. 2003. Models of Teaching, Fifth Edition. Prentice-Hall of

India: New Delhi.

Joyce, B, Weil, M & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching, Edisi

Delapan.Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Kanli,Uygar. The Effects of a Laboratory Approaches on the Development of

UniversityStudents’ Science Process Skills and Conceptual Achiement.Essays in Education, 143- 153.

Karplus, Robert. 1977. Science Teaching And The Development Of Reasoning.

Journal Of Research In Science Teaching 14 (2), 169-175.

Lailatil, Masruro.2015. Model Pembelajaran Inquiry Training Disertai Teknik PetaKonsep Dalam Pembelajaran Fisika di SMK Negeri 1 Panji.Artikel Ilmiah Mahasiswa 1(1),1-4

Lina, Arifa Fitriya. 2013. TheRelations Of Formal Thinking Ability And Inquiry

Approac In Science Learning.

M.Syawaidi. 2015. Kemampuan Berpikir Formal Mahasiswa. Jurnal Pendidikan

Matematika 8 (2), 137-153.

Nandi S, Anna Yunizea. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Eksperimen Inkuiri dengan Verifikasi Bebasis Keterampilan Proses Sains. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Nur, Aziz RP.2015. Pengaruh Keterampilan Proses Sains Dan Sikap Ilmiah

(35)

114

Oloyede, I Oluwafunmilayo .2012. The Relationship Between Acquisition Of

Science Process Skills, Formal Reasoning Ability And Chemistry Achievement. IJAAAS 8 (1),1-4

Pandey A., Nanda G.K, Ranjan V. 2011. Effectiveness Of Inquiry Training

Model Over Conventional Teaching Method On Academic Achievement Of Science Students In India. Journal of Innovative Research in Education 1(1), 7-20.

Pramono, Joko., Abdul Ghofur, Muh. 2013. Fisika 3 Untuk SMP/MTs Kelas IX.

PT. MasmediaBuana Pustaka (Anggota IKAPI), Sidoarjo.

Pravitasari,Tria.2009.Penerapan Pembelajaran Inquiry Training Model (Model Latihan Inkuiri) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Pamekasan. (online) (http://karya ilmiah.um.ac.id/index.php/fisika/article/view/4830. Diakses 26 Desember 2014).

Sadia, I Wayan. 2007. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa`Sma

Melalui Penerapan Model Pembelajaran “Problem Based Learning” Dan “Cycle Learning” Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA 1.

Sagala, S. 2011.Konsep dan Makna Pembelajaran. CV. Alfabeta, Bandung.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sumanti, Eni Nasution. 2016. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Dan

Penalaran Formal Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. (Tesis). Medan: Universitas Negeri Medan.

Supiyanto. 2004. Fisika SMA Untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga

Rajshree, S, V. 2003. Effectiness of Inquiry Training Model for Teaching Science, An International Peer Reviwed. Scholary Research Journal For Interdisciplinary Studies. 2278-8808

Respati,Sri Purwati Ari.2008.Penerapan Pembelajaran Inquiry Training Model Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kinerja Ilmiah Sains

Fisika Pada Siswa Kelas VIII SMPN 4

Malang.(online)(http://library.um.ac.id/free- contents/index.php/pub/detail/penerapan-pembelajaran-inquiry-training-

model-untuk-meningkatkan-pemahaman-konsep-dan-kinerja-ilmiah-sains-fisika-pada-siswa-kelas-

(36)

115

Rurin, Rahma.2015. PenerapanModel PembelajaranInquiry Training Untuk

Meningkatkan Kerja Ilmiah Dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VIII BPGRI4

DAMPIT.(online).(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=7

0120. Diakses 27 November 2015)

Rustaman, N,Y.2003. Strategi Belajara Mengajar Biologi. Commo Textbook

JIKA IMSTEP. Bandung:FPMTPA UPI

Subagyo,Y.2009.Pembelajaran Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu Dan Pemuaian.Jurnal Pendidikan FisikaIndonesia,5,42-46.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Susanti, Ana. 2014. Pembelajaran Biologi Menggunakan Inquiry Training

Models Dengan Vee Diagram Dan Kwl Chart Ditinjau Dari Keterampilan Berpikir Kritis Dan Kemampuan Penalaran Formal. Jurnal Inkuiri 3 (1) 75-84.

Tawil, M.2014. Keterampilan-keterampilan Sains dan Implementasi Dalam Pembelajaran IPA. Makassar:Badan Penerbit UNM

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana

Trianto.2008. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta:Bumi Aksara.

Valanides, Nicolas. 1997. Formal Reasoning Abalities And School Achievemnat.

Studies in Educational Evalutioan 23 (2), 169-185.

Wahyudi,Lutfi Eko.2013.Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Di SMA N 1 SUMENEP.Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2 (2),62-65.

Yakar, Zeha.2013.Effect Of Teacher Education Progran on Science Process Skills of Pre-Service Teachers.Academic Jurnal 9 (2),17-23.

Gambar

Gambar 3.1.  Bagan Alur Prosedur Penelitian  .......................................
Tabel 4.15.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan konsep sirkulasi wisata pada tapak, jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan

Aturan penggunaan lahan di Minangkabau adalah berdasarkan pepatah " nan rato kaparumahan, tabu tumbuah dinan lereng, kok manggu kapakuburan, nan bancah ditanami

 Melakukan permainan peran tentang pelaksanaan bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah,keluarga, dan masyarakat sekitar

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

[r]

Dengan berkembangnya bidang jasa Event Organizer pada saat perusahaan akana. menyelenggarakan suatu event maka semua penyedia jasa event akan

[r]

TITANAT DARI TITANIA TEKNIS SEBAGAI ELEKTRODA BATERAI ION LITIUM ” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan