• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AGAMA KELOMPOK 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TUGAS AGAMA KELOMPOK 9"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

Nama : Desi Karina Lestari Linda Yuliani Resa Rizky

Semester : 1 (SAKEC/ Kelas C 211) Program Studi : Akuntansi ( Fakultas Ekonomi)

YAYASAN SASMITA JAYA UNIVERSITAS PAMULANG

SK MENDIKNAS NO.136/D/O/2001

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak menerima bantuan dan bim-bingan dari berbagai pihak khususnya dari dosen. Oleh karena itu, pada kesempat-an kali ini kami sampaikkesempat-an terima kasih kepada:

1. Bapak Ariza Roni Taufik, S.E.,M.Ak (Pembimbing belajar). 2. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan material.

3. Teman- teman yang telah memberikan aspirasi demi terciptanya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan baik dalam ma-teri maupun teknik penyesuainnya. Oleh karena itu, dengan senang hati kami me-nerima saran dan kritikan demi perbaikan makalah yang kami buat ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan hidayah serta ka-runia-Nya kepada kita semua, Amin.

Tangerang Selatan, 21 November 2015

(3)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BUDAYA DAN ETOS KERJA DALAM ISLAM

ETOS KERJA DALAM ISLAM

a. Pengertian

Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang men-jadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok. Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai kemauan yang disertai sema-ngat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif. Akhlak atau etos dalam terminologi adalah membiasakan kehendak.

b. Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. De-ngan itu, suatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap ke-hidupan seseorang di akhirat kelak, apakah masuk golongan ahli syurga atau seba-liknya.

(4)

menyusah-kan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahli Syurga seperti yang digambarmenyusah-kan dalam Al-Qur’an bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan /jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer, direktur, teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan sikap malunya pada-Nya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya.

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca hadits-hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah, maka tidak heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan, mereka yang memelihara mata, telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah yang banyak dan se-umpamanya.

c. Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan Allah SWT.

(5)

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya.” Mende-ngar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi ke-dua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fi sabilil-lah.” (HR Ath-Thabrani).

Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja ada-lah ibadah. Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa dilepas-kan dari kerja. Budilepas-kankah Allah SWT menciptadilepas-kan manusia untuk beribadah ke-pada-Nya?

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerja-nya.

Dan berbicara tentang etos kerja Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-peran dalam hidupnya. Ada lima peran pen-ting yang diemban Rasulullah SAW, yaitu :

1) sebagai rasul. Peran ini beliau jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam; menerima, menghapal, me-nyampaikan, dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran; menjadi guru (pembimbing) bagi para sahabat; dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian.

(6)

3) sebagai panglima perang. Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul me-mimpin pertempuran melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima perang beliau ha-rus mengorganisasi lebih dari 53 pasukan bersenjata. Haha-rus memikirkan strategi perang, persedian logistik, keamanan, transportasi, kesehatan, dan lainnya.

4) sebagai kepala rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus mendidik, membahagiakan, dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau, tujuh anak, dan beberapa orang cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat perhatian terhadap keluarganya. Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat bercanda dan menjahit sendiri bajunya.

5) sebagai seorang pebisnis. Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam, negeri yang saat ini meliputi Syria, Jordan, dan Lebanon. Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa ter-sulit dalam perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing de-ngan pemain pemain senior dalam perdagade-ngan regional. Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan “ter-pikatnya” konglomerat Mekah, Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian mela-marnya menjadi suami.

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya ter-sebut dengan sempurna, bahkan menjadi yang terbaik. Tak heran bila para ilmu-wan, baik itu yang Muslim maupun non-Muslim, menempatkan beliau sebagai orang yang paling berpengaruh, paling pemberani, paling bijaksana, paling ber-moral, dan sejumlah paling lainnya.

d. Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

(7)

2) Dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, peren-canaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.

3) Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. “Barang-siapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya,” demikian beliau bersabda.

4) Dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfo-kus.

5) Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas.

6) Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama.

7) Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang tera-khir, Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketak-waan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting.

Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagi-aan hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagikebahagi-aan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia di-nyatakan sebagai permainan, perhiasan lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mancari kebahagiaan di akhirat.

(8)

tergan-tung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari kerid-haan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tuju-annya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati sesama ma-nusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya .

f. Etos kerja Islami

Dalam kehidupan pada saat sekarang, setiap manusia dituntut untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja seseorang akan mengha-silkan uang, dengan uang tersebut seseorang dapat membelanjakan segala kebu-tuhan sehari-hari hingga akhirnya ia dapat bertahan hidup. Akan tetapi dengan be-kerja saja tidak cukup, perlu adanya peningkatan, motivasi dan niat. Setiap pekerja, terutama yang beragama islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja secara Islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai ibadah. Hasil yang di-peroleh dari pekerjaannya juga dapat digunakan untuk kepentingan ibadah, terma-suk didalamnya menghidupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu seleksi memililih pekerjaan menumbuhkan etos kerja yang islami menjadi suatu keharusan bagi se-mua pekerjaan.

Adapun etos kerja yang islami tersebut adalah: niat ikhlas karena Allah semata, kerja keras dan memiliki cita-cita yang tinggi.

Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja, atau etos yang tinggi, dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya, diantaranya:

 Orientasi kemasa depan. Artinya semua kegiatan harus di rencanakan dan di perhitungkan untuk menciptakan masa depan yang maju, lebih sejahte-ra, dan lebih bahagia daripada keadaan sekarang, lebih-lebih keadaan di masa lalu. Untuk itu hendaklah manusia selalu menghitung dirinya untuk mempersiapkan hari esok.

(9)

lam, Islam mengajarkan agar setiap detik dari waktu harus di isi dengan 3 (tiga) hal yaitu, untuk meningkatkan keimanan, beramal sholeh (memba-ngun) dan membina komunikasi social.

 Bertanggung jawab. Semua masalah diperbuat dan dipikirkan, harus diha-dapi dengan tanggung jawab, baik kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan melemparkan kesalahan di ba-wah.

 Hemat dan sederhana. Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi, laksana seorang pelari marathon lintas alam yang harus berlari jauh maka akan tampak dari cara hidupnya yang sangat efesien dalam mengelola seti-ap hasil yang diperolehnya. Dia menjauhkan sikseti-ap boros, karena boros adalah sikapnya setan.

 Adanya iklim kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat. Setiap orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun ke-majuan itu harus di capai secara wajar tanpa merugikan orang lain.

g. Contoh Kasus Etos Kerja Islami

Joko, Bambang, dan Ahmad adalah pegawai negeri sipil di suatu daerah di pulau Jawa. ,Mereka ditempatkan di instansi pemerintah yang sama. Dalam kegiatan se-hari-hari nampak jelas perbedaan dari ketiga orang tersebut.

(10)

Sementara Bambang adalah pegawai yang rajin, datang tepat waktu, dan pekerja-an diselesaikpekerja-an dengpekerja-an baik. Dalam prinsipnya jika ingin mendapat penghasilpekerja-an lebih maka harus lebih rajin ketimbang karyawan lainnya. Jika ingin cepat naik pangkat, maka pekerjaan harus diselesaikan dengan baik. Karena dengan begitu ia bisa memberi lebih untuk keluarganya.

Sedangkan Ahmad adalah karyawan yang sederhana, rajin, bekerja cukup baik, datang tepat waktu, dan tidak pernah terlewat shalat 5 waktunya. Baginya pekerja-an dia saat ini bukpekerja-an hpekerja-anya untuk mencari nafkah, namun juga ibadah kepada Al-lah, pengabdian untuk masyarakat. Maka dia bekerja dengan cerdas, bekerja ikh-las, tak melupakan kewajibannya, tetap rendah hati.

Dalam contoh kasus diatas terlihat jelas perbedaan dari 3 orang tersebut. Joko ti-dak mempunyai etos kerja, Bambang memiliki etos kerja yang baik namun tujuan-nya hatujuan-nya sebatas untuk kebutuhan dunia. Dan Ahmad adalah pegawai yang me-miliki etos kerja islami, bukan hanya tujuan dunia, tapi Ahmad mempunyai tujuan yang lebih jauh dan lebih penting, yaitu akhirat.

f. Ayat Al Qur’an Mengenai Etos Kerja

Beberapa Surat Yang Mengarah dalam Etos Kerja dalam Islam di antaranya :

(Q.S. Al-Ashr: 1-3)

ررصص ععلصاوع ) 1 ( نن إر نع اسع نصلصر ا يفرلع ررسص خخ ) 2 ( لنإر نع يذرلنا اونخمعآع اولخمرعع وع تر احع لراصن لا اوصصع اوعتعوع ق ق حع لصابر اوصصع اوعتعوع رربصصن لابر ) 3

( “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling mena-sehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3) Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu Copy the BEST Traders and Make Mo-ney : http://bit.ly/fxzulu

(11)

(Q.S. At-Taubah,9 : 105)

اوللممععا للقلوم ىرريرسر فر

ههلللا مم كه لرمرعر ههلهوسه ررور

نر ونهممؤممه لماور

ۖ

نر وددررتهسر ور ىى لرإم

م م لماعر بم يمغرلما

ةمدراهرشل لاور مم كه ئهببنريهفر

نموللممععتم معتلنعكل اممبل Artinya

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Daftar Pustaka

Referensi

Dokumen terkait