• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI

SMA NEGERI 1 KISARAN

Drs. Abdul Azis Rambe1 Abstract

The objectives of this research are to investigate (1) the difference of the students´ achievement in Indonesian that taught by instructional strategy of learning community with inquiry, (2) the difference of the students´ achievement that have visual, auditory and kinestetic learning style, (3) interaction between instructional strategy and learning style on the students´ achievement in Indonesian.The populatin of this research is all students of XI classes of SMA Negeri 1 Kisaran Kabupaten Asahan which have 240 students all together and consist of six classes. These sample were taken by Random Sampling method. The sample of this research was 40 students taught by instructional strategy of learning community and 40 students by inquiry learning. The research instrument which used to measure the achievement is test multiple choice with 4 options and 40 questions. To get data of learning style used the real test that expanded by De Porter with 72 questions. The research method used quasy-experiment with 2 x 3 factorial design. Technique of analyzing data used ANAVA of two directions at significants α = 0.05. The result indicated that (1) The students´ achievement in Indonesia that taught by instructional strategy of learning community (X = 30.25) was higher than the students´ achievement that taught by inquiry learning (X = 28.35) with F count = (8.72) > F tabel = 3.15, (2) the students´

achievement in Indonesia with visual learning style (X = 20.73), the students´ achievement in

Indonesian with auditorial learning style (X = 24.14), the students´ achievement in Indonesia

with kinestetic learning style (X = 24.55). Based on the result indicated the data of learning style

with F count = 10.36 critic value F tabel at significant α = 0.05 is 3.15. This research indicated that that F count = 10.63 > F tabel = 3.15, so to be found differences amomg the students´ achievement in Indonesia with visual, auditorial and kinestetic, (3) be found interaction between the instructional strategy by learning style on the students´ achievement in Indonesian with F count = 13.95 > F tabel = 3.15. The multiple comparation by Scheffee test showed (a) The students´ achievement in Indonesian that taught by instructional strategy of learning community was higher than the students´ achievement in Indonesia that taught by inquiry learning (b) the students´ achievement in Indonesia which auditory learning style was higher if they were taught by learning community than inquiry learning, (c) be found interaction between instructional strategy and learning style on the students´ achievement in Indonesian.

A. Pendahuluan

Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Tak heran apabila pelajaran ini diberikan sejak masih duduk di bangku SD hingga lulus SMA. Pembelajaran tersebut diharapkan siswa mampu menguasai, memahami, dan

dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, yang mencakup menyimak (listening), berbicara

(speaking), membaca (reading), dan menulis (writing), dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, kenyataan yang terjadi adalah kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA masih jauh dari apa yang diharapkan.

(2)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

Menurut Badudu (1985), problematika Bahasa Indonesia yang klasikal adalah pengajaran Bahasa Indonesia yang bersifat formal akademis, dan bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa siswa itu sendiri.

Menurut Alfianto (2008), permasalahan lain yang muncul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah antara lain : 1) pembelajaran belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa tetapi, lebih pada penguasaan materi, hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan oleh guru dibandingkan pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktik, 2) persepsi sebagian guru yang menganggap bahwa keberhasilan siswa lebih banyak dilihat dari nilai UN. Akibatnya, materi yang diberikan kepada siswa sekedar membuat mereka dapat menjawab soal-soal tersebut tetapi, tidak mempunyai kemampuan memahami dan mengimplementasikan materi tersebut untuk kepentingan praktis dan kemampuan berbahasa mereka. Ironisnya, kemampuan penguasaan Bahasa Indonesia siswa SMA masih rendah. Kompetensi kebahasaan siswa masih kurang baik, karena yang terjadi adalah penurunan dan bukan peningkatan dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, peran guru Bahasa Indonesia juga tak lepas dari sorotan, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Alfianto (2008), kemampuan guru dalam pemahaman tujuan pembelajaran, mengembangkan program pembelajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar cenderung masih kurang. Guru Bahasa Indonesia juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek keterampilan menulis, kosa kata, berbicara, membaca, dan kebahasaan. Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis, dan apresiasi sastra. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling esensial. Artinya, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses yang dialami siswa sebagai peserta didik. Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat tercapai sebelum peningkatan mutu pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, ada beberapa komponen yang dapat menentukan keberhasilan proses pendidikan yang dilaksanakan. Komponen tersebut adalah guru, kurikulum, siswa, materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran termasuk di dalamnya metode dan media yang digunakan.

(3)

parameternya adalah rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar), dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan dominasi siswa sehingga tidak memberhentikan akses bagi anak didik untuk berkermbang secara mandiri melalui proses

berpikirnya. Pada pembelajaran ini, suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa

menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut karena tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam proses belajar mengajar di kelas.

Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu agar siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah alternatif baru yang lebih variatif, aplikatif, dan menarik dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak didik untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa sudah tertarik dalam pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa (Ishaq, 2006). Salah satu strategi pembelajaran yang variatif, aplikatif,

dan menarik adalah masyarakat belajar (learning community) yang menekankan kepada kerja sama

kelompok untuk menyelesaikan sebuah masalah. Dalam strategi ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 – 5 orang yang heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar kelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru mamantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan guru.

(4)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

Kenyataan yang terjadi adalah siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya.

Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran adalah memilih strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karaktersitik siswa. Menurut Lie (2008 : 7) suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemiakian rupa sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Menurut Slavin (1995), karakteristik siswa adalah aspek-aspek yang ada di dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi perilakunya. Aspek-aspek itu bisa berupa bakat, motivasi berprestasi, gaya belajar, persepsi, sikap, lokus kendali, kemampuan awal, strategi belajar, kemampuan berpikir logis, kemampuan berpikir kreatif, ketekunan belajar, kecerdasan, jenis kelamin, etnis, dan aspek-aspek lain pada diri pebelajar yang dapat mempengaruhi perilakunya.

Landasan teoretis pendidikan modern adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuannya lewat

keterlibatan aktif proses belajar mengajar dan lebih diwarnai student centered daripada teacher

centered. Menurut Trianto (2009) ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan kepada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan penemuan. Salah satu prinsip yang dikemukakan Vygotsky (1978) adalah penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Berdasarkan teori tersebut dapat diterapkan strategi pembelajaran masyarakat belajar yang lebih menekankan pada

kerja kelompok untuk meningkatkan hasil belajar dengan sharing antara teman, kelompok, dan

antara siswa yang tahu ke siswa yang belum tahu sehingga materi pelajaran dapat diserap oleh seluruh siswa.

(5)

proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Selain strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, perlu juga dipertimbangkan gaya belajar yang dimiliki siswa dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, pembahasan dalam penelitian ini termasuk gaya belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia. Setiap manusia memiliki gaya belajar tersendiri dalam menjalankan proses suatu pembelajaran. Gaya belajar dapat dipengaruhi kebiasaan seseorang dalam menghadapi dan memecahkan persoalan yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar seseorang, diantaranya faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar yang dipaksakan tidak akan bermakna karena dilakukan dengan tidak berdasarkan kehendak hati atau tidak bersumber dari dalam diri. Menurut Susilo (2009:114) ada banyak gaya belajar yang unik misalnya ada yang tidak bisa belajar bila tidak sambil menonton TV, ada yang tidak bisa konsentrasi bila tidak sambil mendengar musik, ada yang hanya konsentrasi bila belajar waktu subuh atau di tempat yang sepi. Jadi gaya belajar dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam pembelajaran, yang intinya adalah gaya belajar itu diharapkan mampu meningkatkan daya serap terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru . Untuk itulah peneliti tertarik membahas dan meneliti peranan gaya belajar dalam pembelajaran.

Bertolak dari uraian di atas, timbul pemikiran bahwa perlunya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menarik untuk mengatasi rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yaitu dengan mengubah strategi pembelajaran dan cara belajar siswa di dalam kelas dengan memperhatikan gaya belajar siswa sebagai bagian integral dalam pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah strategi pembelajaran

masyarakat belajar (learning community) menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja

sama dengan orang lain. Dalam prinsip ini, ditekankan hasil belajar dapat diperoleh dari sharing

antara teman, kelompok, dan antara siswa yang tahu ke siswa yang belum tahu. Sedangkan strategi pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk berusaha mencari dan memecahkan sendiri persoalan-persoalan yang di alami.

B. Metode Penelitian

(6)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampel kelompok secara

acak (cluster random sampling) yakni dari 6 kelas dipilih 2 kelas sebagai sampel yang dikenakan

perlakuan melalui pemilihan secara acak. Untuk menentukan jenis perlakuan pada setiap kelas dilakukan secara undian dan hasilnya diperoleh kelas XI IPA 1 (40 orang) menggunakan strategi

pembelajaran masyarakat belajar (learning community) dan kelas XI IPA-2 (40 orang) menggunakan

strategi pembelajaran inkuiri, maka jumlah sampel penelitian adalah 80 orang.

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu)

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. Penggunaan metode ini terkait dengan sampel peneliti yang tidak dapat dikendalikan secara penuh, karena penelitian dilakukan di sekolah karena berbagai kondisi seperti pembagian kelas, jumlah kelas, dan jadwal pembelajaran sudah ditentukan pihak sekolah.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa analisis deskriptif dan analisis inferensial. Teknik analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan data penelitian meliputi mean, median, standard deviasi dan kecendrungan data. Data yang telah diperoleh selanjtnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram. Teknik analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan teknik analisis varians (ANAVA) dua jalur (desain factorial 2X3) dengan taraf siknifikan 5 %. Jika berdasarkan hasil pengujian menunjukkan terdapatnya interaksi maka perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji scheffe karena diperkirakan jumlah sampel dari masing-masing sel dalam rancangan penelitian tidak sama.

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

a. Hasil Penelitian

[image:6.595.78.300.636.782.2]

Untuk keperluan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis varian dua jalur (ANAVA) faktorial 2 X 3 dan uji lanjut Scheffe diperlukan harga rata-rata tiap kelompok. Setelah data diolah dengan ANAVA 2 jalur faktorial 2 x 3, maka diperoleh hasil analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Ringkasan Perhitungan ANAVA Faktorial 2 X 3

(7)

Karena Fhitung (13,95) > Ftabel (3,15), dapat disimpulkan adanya interaksi antara strategi

pembelajaran dengan gaya belajar yang mempengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.

1. Perbedaan Hasil Belajar Bahasa Indonesia antara Siswa yang Diajar dengan Starategi

Pembelajaran Masyarakat Belajar dan Strategi Pembelajaran Inquiri

Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik yang diruskan sebagai berikut

Ho : µA1 = µA2

Ha : µ A1 > µA2

Dari hasil perhitungan analisis tentang perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang

diajar dengan starategi pembelajaran masyarakat belajar sebesar X =30,25 dan strategi

pembelajaran inquiri X = 28,53, didapat hasil perhitungan Fh = 8,72 dan harga Ft = 3,15, sehingga

Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian temuan penelitian menyimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan : hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan starategi pembelajaran masyarakat belajar lebih tinggi daripada hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran inquiri pada taraf kepercayaan α = 5 % telah teruji kebenarannya.

2. Perbedaan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Antara Siswa Dengan Gaya Belajar Visual,

Auditorial, dan Kinestetik

Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik yang dirumuskan sebagai berikut :

Ho : µB1 = µB2 = µB3

Ha : µ B1 ≠ µB2 ≠ µB3

Rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual 20,73, rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial 24,14, rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik 24,55. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil perhitungan data

kebiasaan belajar dimana Fhitung = 10,63 nilai kritik Ftabel pada taraf signifikan 0,05 adalah 3,15. Hasil

ini menunjukkan bahwa Fhitung = 10,63 > Ftabel = 3,15, sehingga Ho ditolak Ha diterima, dengan

demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik telah teruji kebenarannya.

(8)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

Hipotesis statistik yang diuji adalah : Ho : A>< B = 0

Ha : A>< B ≠ 0

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil perhitungan data tentang interaksi

antara strategi pembelajaran dan kecenderungan gaya belajar siswa, dimana Fhitung = 13,95 dan nilai

kritik Ftabel pada taraf signifikan 0,05 adalah 3,15 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, dengan

demikian hipoetsis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara strategi pembelajaran dan kecenderungan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar bahasa Indonesia telah teruji kebenarannya.

[image:8.595.72.264.348.486.2]

Karena terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kecenderungan gaya belajar siswa dalam mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia, maka perlu dilakukan uji lanjutan yaitu dengan menggunakan uji Scheffe. Ringkasan uji Scheffe dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengujian Perhitungan Perbandingan Ganda ( Uji Scheffe )

b.Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Diajar dengan Strategi Masyarakat Belajar Lebih Tinggi dari Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Strategi Inquiri

Berdasarkan hasil-hasil perhitungan dalam penelitian yang diperoleh, terlihat bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran masyarakat belajar adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil belajar bahasa Indonesia yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran inquiri. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran dengan strategi masyarakat belajar, mengarahkan siswa berpikir, memprediksi bacaan berdasarkan bentuk teks (pendahuluan, ringkasan atau judul), melalui gambar yang mengarahkan siswa memperoleh tujuan dan motivasi memahami bacaan.

(9)

hakekat serta kesulitan membaca materi yang dibaca. Apa yang sedang siswa lakukan dan bagaimana melakukannya merupakan keterampilan membaca yang melibatkan pemikiran tingkat tinggi. Strategi masyarakat belajar yang mengarahkan siswa melibatkan kegiatan berpikir diyakini kelebihannya dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa, karena dengan menduga atau memprediksi siswa melalui kegiatan berpikir yang sebagaimana dinyatakan oleh Reutzel dan Cooter (1992) strategi masyarakat belajar dapat dikembangkan untuk memahami teks bacaan. Ekspositori yang banyak terdapat dibuku-buku teks Sains, Kesehatan, dan Studi Sosial.

Kenyataan yang dihadapi dalam penerapan strategi pembelajaran masyarakat belajar (Learning Community) konsepnya menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam prinsip ini, ditekankan hasil belajar dapat diperoleh dari sharing antara teman, kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Strategi pembelajaran masyarakt belajar merupakan konsekuensi logis dari pembelajaran yang bersifat kelompok. Menurut Nata (2009:257) pendidikan di masa sekarang bukan lagi dilihat semata-mata ”mengisi air ke dalam gelas” atau sekedar mengisi otak anak dengan berbagai teori atau konsep ilmu pengetahuan, melainkan pengajaran yang lebih bersifat ”menyalakan cahaya”, yaitu mendorong, menggerakkan, dan membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan imajinasi dan inspirasinya secara aktual. Strategi masyarakat belajar menempatkan guru bukan sebagai orang yang serba tahu dengan otoritas yang dimilikinya dalam menuangkan berbagai ide dan gagasan, melainkan hanya sebagai salah satu sumber informasi, penggerak, pendorong, dan pembimbing agar peserta didik dengan kemauannya sendiri dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang selanjutnya mengarah pada terjadinya

masyarakat belajar (learning society) (Husein:1995).

Mengenai kelebihan strategi pembelajaran masyarakat belajar (learning community), Slavin

(1995) menjalaskan bahwa masrakat belajar (learning community) memiliki keuntungan : 1) siswa

bekarja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, 2) siswa aktif membentuk dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil. Aktif berperan sebagai tutor dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan keberhasilan kelompok, 3) interaksi antarsiswa membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpendapat, 4) interaksi antarsiswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif siswa.

(10)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

dilakukan oleh Nasution (2006) yang mengemukakan bahwa strategi pembelajaran masyarakat

belajar lebih efektif dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional sejalan dengan temuan

penelitian ini. Hal ini sesuai dengan dugaan sebelumnya yang mengunggulkan strategi masyarakat belajar yang dipaparkan dalam kerangka berpikir terbukti secara empiris di lapangan, sehingga hasil ini telah menguatkan bahwa dengan strategi masyarakat belajar hasil belajar Bahasa Indonesia siswa akan lebih baik.

2. Perbedaan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Antara Siswa Yang Memiliki Kecenderungan Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik

Selain stragei pembelajaran seorang guru seharusnya juga memperhatikan siswanya sebagai individu yang meiliki keunikan tersendiri. Siswa sebagai seorang pembelajar memiliki hakekat kecenderungan tertentu menyerap, memproses, dan menguasai informasi dan keterampilan baru yang disebut sebagai gaya belajar.

Gaya belajar adalah cara yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal. Slameto (2003: 160) menyatakan bahwa gaya belajar dapat dikonsepsikan sebagai sikap, pilihan atau strategi yang stabil menentukan cara seseorang yang khas dalam menerima, mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah. Setiap siswa berbeda dalam cara memperoleh, menyimpan serta menerapkan pengetahuan. Siswa dapat berbeda dalam cara pendekatan terhadap situasi belajar, dalam cara menerima, mengorganisasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka dan cara mereka merespon metode pengajaran tertentu.

Rose dan Nicholl (1997) dalam DePorter (2000: 165) menyatakan bahwa orang belajar dengan cara yang berbeda-beda dan semua cara sama baiknya. Setiap cara mempunyai kekuatan sendiri-sendiri. Dalam kenyataannya, kita semua memiliki ketiga gaya belajar itu, hanya saja biasanya satu gaya mendominasinya.

Ada beberapa tipe gaya belajar, yaitu visual, auditorial dan kinestetik. Ketiga gaya belajar tersebut, memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang menggunakan indera penglihatannya dalam menerima dan memasukkan informasi ke dalam otak. Siswa dengan kecenderungan gaya belajar visual suka menggambar, mendesain, dan menciptakan benda, berkhayal, melihat gambar, menonton, bermain dengan mesin, dan sangat handal dalam berimajinasi, merasakan perubahan, menyelesaikan potongan puzzle, membaca peta, serta belajar dengan sangat baik dengan cara memvisualisasikan, berkhayal, bekerja dengan warna dan gambar.

(11)

auditorial suka menyanyi, menyenandungkan nada-nada tertentu, dan sangat handal mengingat melodi, tepat waktu, serta belajar dengan sangat baik sembari mendengarkan musik. DePorter (2005:

168) menyatakan, siswa dengan gaya belajar auditorial mendengarkan kuliah, contoh dan cerita serta

mengulang informasi adalah cara-cara utama belajar siswa ini. Para siswa auditorial berbicara pada diri mereka sendiri untuk lebih memahami pelajarannya.

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang menggunakan syarat atau sentuhan dan gerak tubuh dalam menerima dan memasukkan informasi ke dalam otak. Siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik suka bergerak terus, menyentuh, membutuhkan ruang gerak dan berbicara, menggunakan bahasa tubuh, dan sangat handal dalam kegiatan fisik seperti olahraga, menari, dan berakting, serta belajar dengan sangat baik dengan menyentuh, bergerak, dan memproses pengetahuan melalui sensitivitas tubuh. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan interaksi kelompok, paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Siswa ini menyukai proyek terapan. Banyak di antara siswa kinestetik menjauhkan diri dari bangku, mereka labih menyukai duduk di lantai dan menyebarkan semua pekerjaan mereka di sekelilingnya (DePorter, 2005: 168).

Perbedaan gaya belajar yang begitu beragam terkadang membuat guru kesulitan mengakomodir setiap gaya belajar siswanya secara perorangan, dengan demikian guru dianjurkan mendesain pembelajaran yang dapat mengorganisir kegiatan pembelajaran yang berbeda-beda diwaktu yang berbeda dengan gaya belajar yang berbeda. Gaya belajar merupakan variabel penting yang mempengaruhi pilihan-pilihan siswa dalam bidang akademik, kelanjutan perkembangan akademik. Gaya belajar juga mempengaruhi bagaimana siswa belajar serta bagaimana siswa dan guru berinteraksi di dalam kelas. Jumlah pengetahuan siswa yang diperoleh melalui berbagai metode pengajaran yang berbeda banyak dipengaruhi gaya belajar siswa yang bersangkutan. Stein, et.al (1968, 1971).

(12)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

Hasil yang diperoleh dari perhitungan penelitian ini diketahui bahwa rata-rata hasil belajar Bahasa Indoensia siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual dan yang diajar dengan strategi masyarakat belajar adalah 30,36, dan siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual

dan diajar dengan strategi inquiri adalah 26,82, dan setelah diuji dengan uji Scheffe diperoleh Fhitung =

4,13 lebih besar dari Ftabel = 2,29 pada taraf signifikan 0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran masyarakat belajar dan memiliki kecenderungan gaya belajar visual dengan hasil belajar kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran inquiri dan memiliki kecenderungan gaya belajar visual.

Jika siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih terakomodir gaya belajarnya dengan membaca, maka siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial lebih terakomodir gaya belajarnya dengan perilaku atau kegiatan mendiskusikan apa yang dibacanya dan memahami apa yang mereka dengar dan apa yang mereka katakan. Siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik lebih terakomodir menerima informasi dengan perilaku menyentuh sesuatu atau melakukan sesuatu.

Dari hasil analisis data secara keseluruhan diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual yang diajar dengan strategi masyarakat belajar adalah 30,36 dan siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial adalah 30,64, sedangkan siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik adalah 31,70. Hal ini berindikasi bahwa siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik secara rata-rata mempunyai hasil belajar bahasa Indonesia lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual dan auditorial.

Hasil analisis data secara keseluruhan siswa yang diajar dengan strategi inquiri rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual adalah 26,82, dan siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial adalah 30,82, sedangkan siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik adalah 29,9. Hal ini berindikasi bahwa siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial secara rata-rata mempunyai hasil belajar bahasa Indonesia lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.

(13)

sebagaimana yang dikutip Clouston (1997) menyatakan sangat jelas terdapat hubungan antara gaya belajar bahasa siswa dan strategi belajar bahasa siswa.

3. Interaksi Antara Strategi Belajar dengan Kecenderungan Gaya Belajar

Ada dua hal penting yang mempengaruhi hasil belajar yaitu strategi pembelajaran dan gaya belajar siswa. Untuk dapat memahami bacaan bahasa Indonesia siswa memilih perilaku atau kegiatan yang mengakomodir penerimaan informasi baru, menyimpan dan memanggil kembali informasi yang pernah mereka peroleh sebelumnya. Langkah-langkah siswa yang secara sadar digunakan siswa untuk meningkatkan kemahiran, menyimpan, mengingat, memanggil kembali, dan menggunakan informasi baru (Rigney,1978; Oxford,1990) jika sesuai dengan kegiatan atau perilaku siswa yang dapat mengakomodir penerimaan dan pemasukan informasi akan membantu siswa merasa senang dan termotivasi dalam proses pembelajarannya. Kesesuaian strategi dan gaya belajar akan membuat siswa termotivasi dan meningkatkan hasil belajarnya lebih cepat (Johnston dan Erwig: 1999).

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa strategi pembelajaran saling berinteraksi dalam

mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 8,72

lebih besar dari Ftabel = 3,15 pada taraf signifikan 0,05. Dan setelah diuji lanjut dengan uji Scheffe

terlihat interaksi yang ditunjukkan nilai; hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan

strategi pembelajaran inkuiri dan kecenderungan gaya belajar visual (µA2B1) dengan hasil belajar

bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri dan kecenderungan gaya

belajar auditori (µA2B2) sebesar 3,33, hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi

pembelajaran inkuiri dan kecenderungan gaya belajar visual (µA2B1) dengan hasil belajar bahasa

Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri dan kecenderungan gaya belajar

kinestetik (µA2B3) sebesar 4,40; hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi

pembelajaran inkuiri dan kecenderungan gaya belajar visual (µA2B1) dengan hasil belajar bahasa

Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran masyarkat belajar dan kecenderungan gaya

belajar auditori (µA1B2) sebesar 4,27; hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi

pembelajaran inkuiri dan kecenderungan gaya belajar visual (µA2B1) dengan hasil belajar bahasa

Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran masyarkat belajar dan kecenderungan gaya

belajar kinestetik (µA1B3) sebesar 3,23; hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi

pembelajaran masyarkat belajar dan kecenderungan gaya belajar auditori (µA1B2) dengan hasil

belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri dan kecenderungan

gaya belajar auditori (µA2B2) sebesar 3,02; hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan

strategi pembelajaran masyarkat belajar dan kecenderungan gaya belajar auditori (µA1B2) dengan

hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri dan

(14)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

diajarkan dengan strategi pembelajaran masyarkat belajar dan kecenderungan gaya belajar visual (µA1B1) dengan hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran

masyarkat belajar dan kecenderungan gaya belajar kinestetik (µA1B3) sebesar 3,17; hasil belajar

bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran masyarkat belajar dan kecenderungan

gaya belajar kinestetik (µA1B3) dengan hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi

pembelajaran inkuiri dan kecenderungan gaya belajar auditori (µA2B2) sebesar 3,17; hasil belajar

bahasa Indonesia yang diajarkan dengan strategi pembelajaran masyarkat belajar dan kecenderungan

gaya belajar kinestetik (µA1B3) dengan hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan

strategi pembelajaran inkuiri dan kecenderungan gaya belajar kinestetik (µA2B3) sebesar (2,99).

Berdasarkan perhitungan statistik dapat dilihat bahwa Fhitung secara keseluruhan lebih tinggi dari Ftabel

(2,29). Hal ini berarti bahwa dalam penerapan strategi pembelajaran masyarakat belajar lebih unggul diberikan pada siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik. Namun demikian bukan berarti tidak baik digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terhadap siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual dan auditorial.

C. Simpulan, Implikasi Dan Saran

a. Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara keseluruhan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran masyarakat belajar lebih tinggi daripada hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran inquiri.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Pada siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik terhadap hasil belajar bahasa Indonesianya. Kecenderungan gaya belajar kinestetik lebih baik hasil belajar bahasa Indonesianya dari siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual dan auditorial.

(15)

strategi pembelajaran inquiri. Hasil belajar bahasa Indonesia dari siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran inquiri dan memiliki kecenderungan gaya belajar visual dan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran inquiri dan memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari ketiga kelompok tersebut. Siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial lebih efektif bila diajarkan dengan strategi pembelajaran masyarakat belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia dipengaruhi oleh strategi pembelajaran dan kecenderungan gaya belajar siswa.

b. Implikasi

Dari simpulan pertama hasil penelitian ini bahwa hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran masyarakat belajar lebih tinggi daripada hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran inquiri, maka hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru-guru bahasa Indonesia untuk menggunakan strategi pembelajaran masyarakat belajar dalam pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat SMA.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran masyarakat belajar menitikberatkan kerja sama antara sesama siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pada strategi pembelajaran masyarakat belajar ini siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dalam materi pelajaran dapat berbagi informasi kepada temannya yang kurang dalam kemampuan akademik.Siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang dapat diberi kesempatan memperbaiki kekurangan atau pengetahuan yang keliru melalui teman-teman yang lain ketika bersama-sama memecahkan masalah. Melalui kegiatan yang demikian akan terjadi interaksi yang meliputi penyampaian ide, konsep, gagasan atau prosedur kerja dalam memecahkan masalah pembelajaran.

(16)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

belajar ini adalah memicu diskusi lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan. Hal ini perlu diperhatikan oleh guru karena dengan membiarkan mereka sibuk belajar tanpa menciptakan suasana pembelajaran yang memicu curah pendapat atau diskusi maka akan sulit bagi mereka untuk mengambil keputusan.

Strategi pembelajaran inquiri yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial juga menghasilkan hasil belajar yang cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa strategi pembelajaran inquiri adalah cocok dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial. Karena memang gaya belajar auditorial yang lebih peduli pada apa yang mereka lihat dan penuh energi akan cepat mengambil keputusan berdasarkan apa yang mereka lihat, karena mereka bukan tipe yang harus menganalisis secara teliti sebelum mengambil keputusan, melainkan tipe pengambil keputusan dengan resiko tinggi. Guru sebaiknya mengauditorialkan keadaan saat menjelaskan agar mereka dapat melihat apa yang sedang dijelaskan. Guru sebaiknya juga berusaha menyeimbangkan energi mereka, bukan meminta mereka diam atau menganggap mereka tidak sopan jika mereka sekali waktu menyela pembicaraan karena mereka memang suka bergerak cepat dan berbicara dalam nada tinggi.

Sementara siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik yang lebih peduli pada apa yang mereka rasakan dan lebih cenderung mengambil keputusan berdasarkan perasaan dan emosi, guru dituntut untuk bisa membuat mereka merasakan apa yang dikatakan. Libatkan mereka untuk menggunakan pengetahuan mereka dengan membiarkan mereka bergerak berjalan-jalan atau menandai kata atau kalimat yang mereka anggap penting.

Perbedaan gaya belajar siswa menuntut guru untuk mengetahui dan memahaminya sehingga dapat mendesain strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa yang untuk seluruh gaya belajar. Jika kecenderungan gaya belajar dari siswa di kelas tersebut tidak ada yang mendominasi maka dia dapat mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran secara bergantian.

c. Saran

Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka diajukan saran sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa dan guru, disarankan untuk melakukan tes

gaya belajar.

2. Bagi guru bahasa Indonesia disarankan untuk memperhatikan gaya belajarnya sendiri untuk dapat menciptakan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

(17)

4. Bagi guru yang mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa, disarankan untuk menggunakan strategi pembelajaran masyarakat belajar kepada siswa yang khususnya memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik.

5. Bagi siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial disarankan agar guru dapat menerapkan strategi pembelajaran inquiri.

6. Penelitian ini hanya melihat hasil belajar bahasa Indonesia aspek kognitif, maka disarankan kepada peneliti lanjutan untuk melihat hasil belajar bahasa Indonesia sampai pada aspek psikomotor.

7. Disarankan kepada pemangku kepentingan di Dinas Pendidikan untuk memberdayakan guru-guru bahasa Indonesia yang telah menyelesaikan program Pascasarjana Teknologi Pendidikan dalam mendesain dan mengembangkan kurikulum di daerah.

8. Bagi pengelola lembaga pendidikan maupun para kepala sekolah untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan tentang gaya belajar dan strategi pembelajaran kepada guru-guru bahasa Indonesia agar pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka

Alfianto. 2008. Kooperatif Learning. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cita

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Badudu, J.S. 1985. Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Jakarta : Gramedia

Bloom, B.S. 1995. Taxonomy of Educational Objectives. Handbook 1: Cognitive domain. New

York : David McKay.

Bruner, J.S. 1960. The Process of Education. Cambridge : Harvard University Press.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

De Porter, B. dan Mike Hernacki. 2005. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman

dan Menyenangkan; Penerjemah, Alwiyah Abdurrahman. Bandung : Kaifa.

Dick and Carey. 2005. The Systematic Design of Instructional. 2nd ed. Glenvill, III : Scott,

Foresman and Co.

Djamarah, S.B. dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Banja

Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

(18)

Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011

Dryden & Jeannette. 2002. Sex Differences and Apologis : One Aspect of Communicative

Competence, Apllied Linguistic

Gagne, R.M. 1989. The Condition of Learning and Theory of Instruction (fourth edition) New

York : Hott Rinehart and Winston

Gani. 1988. Pentingnya Sastra Indonesia Respons dan Analisis. Bandung : Dinamika Press

Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta :

Bumi Aksara

Hergenhahn,B.R, Mattehew H.Olson. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). Alih bahasa :

Tri Wibowo. Jakarta : Kencana.

Husen, Torsten. 1995. The Learning Society/Masyarakat Belajar; penerjemah, P. Surono

hrgosewoyo, Yusufhadi Miarso. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

http://yusfafirzal.wordpress.com

http:/www.psb-psma.org

http://www.sekolahrumah.com

Ishak. 2006. Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang Kelas.

Jakarta : Balai Pustaka

Melvita, Santi. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar

Bahasa Inggris. Tesis. PPs UNIMED : Medan

Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi

Aksara

Nuh, Muhammad, 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil

Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X MAN 1 Medan, Tesis. PPs UNIMED.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Konstektual. Jakarta : Depdiknas

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Piaget,J. 1971. Psychology and Epistemology. New York : The Viking Press.

Rahmanto. 1988. Kooperatif Learning. Jakarta : Alfabeta.

Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theories and Models : An Overview of Their

Current Status. Hillsdale, NJ : Lawrence Erlbaum Associates

Rohadi, Ahmad dan Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta

(19)

Rusyana. 1982. Pembelajaran Puisi di Kelas. Jakarta : Rineka Cipta.

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

---. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

---. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 1995. Cooperatif Learning Theory, Reserch and Practice, second Edition.

Massachustts : Allyn and Bacon Publishers.

Sudjana,N. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Susilo, M. Joko. 2009. Sukses dengan Gaya Belajar. Cetakan ke-2. Yogyakarta : Pinus.

Tarigan, Robert. 1985. Pengajaran Puisi. Bandung : Ganeka Eksakta.

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di

Kelas. Jakarta : Cerdas Pustaka.

---. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya : Kencana

Pranada Media group.

UNESCO dan UNICEP. 2005. Cultur and Education Experiment in Indonesia.

Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Vygotsky,L.S. 1978. Mind and Society. Cambridge : Harvard University Press.

Gambar

Tabel 1   Ringkasan Perhitungan ANAVA Faktorial 2 X 3
Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengujian Perhitungan Perbandingan

Referensi

Dokumen terkait

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia ; Direktorat Jendral Kerja Sama ASEAN.. Media Publikasi Direktorat Jendral Kerja Sama

[r]

Therefore, for this project, we actually need to conduct feature development, then data merging and reorganizing, and then feature selection, which is to utilize all the

Perencanaan pendidikan berbasis karakter di TK Islam Terpadu Al- Qalam Kendari mengacu pada kurikulum nasional yang diintegrasikan dengan memasukkan pendidikan nilai

[r]

Asumsi yang digunakan adalah : (1) seluruh individu betina pada interval berat 5–15 kilogram adalah betina potensial repoduktif dan memiliki kesempatan yang sama untuk dikawini,

tentang kesulitan siswa dalam mata pelajaran akuntansi terutama pada.

Dengan demikian yang dimaksud dengan judul evaluasi pembelajaran pendidikan akhlak (Studi Kasus pada kelas XI MAN 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/20011) adalah