• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA DAN MENJADI PENDENGAR YANG BAIK PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA DAN MENJADI PENDENGAR YANG BAIK PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eks-perimen baik yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan saintis, maupun be-rupa proses atau kerja ilmiah. Selain itu, perilaku maupun nilai-nilai yang semes-tinya ditanamkan juga pada pembelajaran ilmu kimia. Pembelajaran kimia secara umum ditekankan pada penyampaian pengamatan langsung atau pengembangan kompetensi diri peserta didik agar dapat melihat dan mengamati sendiri kejadian atau gejala yang terjadi. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran kimia harus mem-perhatikan karateristik ilmu kimia sebagai produk, proses, maupun sikap/nilai. Sudah seharusnya hasil pembelajaran tidak hanya dilihat dalam ranah kogitif saja, namun juga dilihat hasil pembelajaran dari ranah afektif maupun psikomotorik. Terutama dalam ranah afektif, hasil pembelajaran diantaranya berwujud perilaku berkarakter dan keterampilan sosial.

(2)

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men-cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pe-ngembangan perilaku berkarakter. Menurut Nur (2012) aspek-aspek perilaku berkarakter yang paling memungkinkan untuk dilakukan penilaian pada proses pembelajaran adalah: (1) gigih terus mencoba, (2) menunggu giliran, (3) peduli, (4) bekerjasama, dan (5) kreatif, sedangkan untuk keterampilan sosialnya yaitu: (1) menjadi pendengar yang baik, (2) bertanya, dan (3) berpendapat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru mata pelajaran kimia dan guru PPL tahun 2011 semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung, ternyata salah satu perilaku berkarakter yang menjadi sorotan adalah minimnya siswa da-lam hal memiliki kemampuan bekerjasama baik dada-lam berdiskusi untuk menye-lesaikan tugas yang diberikan guru maupun ketika dilangsungkan praktikum. Un-tuk keterampilan sosial, salah satunya yang menjadi perhatian khusus adalah ke-mampaun siswa untuk menjadi pendengar yang baik ketika berlangsungnya kegia-tan pembelajaran.

(3)

dari suatu reaksi sehingga memubutuhkan kefahaman siswa dalam materi ini. Kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik dibutuhkan siswa dalam upayanya mencapai kompetensi dasar tersebut. Untuk itu, diperlukan me-tode pembelajaran yang efektif dalam upaya untuk menciptakan iklim pembelaja-ran yang menyenangkan sehingga dapat memunculkan sikap bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik bagi siswa pada pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan adalah metode Hypnoteaching.

Metode pembelajaran hypnoteaching menyajikan materi pelajaran dengan meng-gunakan bahasa-bahasa bawah sadar, dimana diketahui bahwa alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap cara kerja otak. Hypnoteaching merupakan ga-bungan dari lima metode belajar mengajar seperti quantum learning, accelerate learning, power teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan hypnosis. Kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching adalah proses belajar mengajar yang lebih dinamis, sehingga siswa lebih nyaman dalam belajar dengan banyaknya in-teraksi yang baik dengan guru. Dengan metode yang mampu memunculkan keter-tarikan tersendiri pada setiap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran, hal ini akan memunculkan kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik pada siswa.

(4)

hypnotea-ching. Selanjutnya penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso (2011), menyata-kan bahwa dengan menggunamenyata-kan metode hypnoteaching membuat peserta diklat IPA merasa lebih dihargai, lebih mudah termotivasi, lebih siap dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat menciptakan daya magnetis pada peserta diklat.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dipandang perlu dila-kukan penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Hypnotea-ching Dalam Meningkatkan Kemampuan Bekerjasama dan Menjadi Pendengar yang Baik Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelaruan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efektivitas metode hypnoteaching dalam meningkatkan

kemampu-an bekerjasama pada materi kelarutkemampu-an dkemampu-an hasil kali kelarutkemampu-an?

2. Bagaimana efektivitas metode hypnoteaching dalam meningkatkan kemampu-an menjadi pendengar ykemampu-ang baik pada materi kelarutkemampu-an dkemampu-an hasil kali kelaru-tan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan efektivitas metode hypnoteaching dalam meningkatan ke-mampuan bekerjasama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 2. Mendeskripsikan efektivitas metode hypnoteaching dalam meningkatan

(5)

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi dunia pendidikan

Memberikan informasi mengenai efektivitas metode pembelajaran hypnotea-ching terhadap kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik siswa.

2. Bagi guru

Memberikan alternatif dalam memilih metode pembelajaran yang dapat memunculkan atau meningkatkan kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik siswa.

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangsih pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

4. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan/gambaran bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

(6)

2. Langkah-langkah dalam metode Hypnoteaching meliputi Hello Effect, Self Talk, Pacing, Leading, Relaxation, dan Anchoring.

3. Kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik dinilai melalui lembar observasi yang telah disediakan.

4. Indikator kemampuan bekerjasama yaitu: a) Bersedia melakukan tugas yang diberikan, b) memperhatikan apa yang dikerjakan orang lain, c) Mendorong agar setiap anggota kelompok tetap bekerjasama, d) Meminta pendapat kepada orang lain, dan e) Menyelesaikan tugas tepat waktu.

5. Indikator menjadi pendengar yang baik yaitu: a) Bersedia mendengar orang lain berbicara, b) Tidak menyela pembicaraan orang lain, c) Memfokuskan pandangan pada pembicara, d) Menunjukkan keterampilan menyimak, dan e) Tidak berbicara ketika ada orang lain bicara.

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Hypnoteaching

Menurut Jaya (2010), bahwa:

Hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sa-dar dan pikiran bawah sasa-dar. Hypnoteaching merupakan perpaduan dua kata yaitu “hypnosis” yang berarti mensugesti dan “teaching” yang berar-ti mengajar. Sehingga dapat diarberar-tikan bahwa hypnoteaching sebenarnya adalah “menghipnotis/mensugesti” siswa agar menjadi pintar dan melejit -kan semua anak menjadi bintang.

Hypnoteaching pada dasarnya merupakan cara mengajar yang unik, kreatif, dan juga imajinatif, yaitu sebelum pembelajaran berlangsung siswa dikondisikan un-tuk siap belajar. Emosional dan psikologis siswa tidak luput diperhatikan. Suasa-na belajar dibuat semeSuasa-narik mungkin, dan yang tidak kalah penting adalah guru harus bisa menjaga stabiltas emosi dan psikologisnya.

(8)

seperti quantum learning, accelerate learning, power teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan hypnosis.

Kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching adalah proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Pe-serta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya. Proses pembela-jarannya lebih beragam dan proses pemberian ketrampilan banyak diberikan. Pe-serta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karena termotivasi lebih untuk belajar dan peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati. Di-mana pembelajaran yang diberlakukan bersifat aktif dan pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif. Sehingga peserta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif. Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena peser-ta didik tidak menghafal. Perhatian peserpeser-ta didik akan terserap penuh terhadap materi.

Pembelajaran hypnoteaching adalah metode ini belum banyak diterapkan, sehing-ga belum banyak referensi yang bisa diperoleh. Banyaknya peserta didik yang ada di sebuah kelas, menyebabkan kurangnya waktu dari pendidik untuk memberi perhatian satu per satu peserta didiknya. Maka dari itu perlu pembelajaran dan pelatihan agar pendidik memahami serta bisa mempraktekkan metode hypnotea-ching ini.

Menurut Setiyo Prajoko dalam Rahmaniah (2010), beberapa hal yang dilakukan dalam menggunakan metode Hypnoteaching sebagai berikut:

(9)

kemudian membangun motivasi kepada siswa dalam mengikuti pembela-jaran yang akan dilaksanakan.

2. Mengidentifikasi kebutuhan siswa yang merupakan tahapan awal sebelum dilaksanakan proses pembelajaran. Mengidentifikasi kebutuhan siswa yaitu menentukan bentuk pembelajaran apa yang menarik untuk siswa, sehingga siswa dapat nyaman dan termotivasi untuk belajar.

3. Merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media hypnotis seperti, suara, gambar, gerak, dan symbol symbol.

4. Memulai mengajar dengan tetap pada rencana yang dibuat dengan mela-kukan induksi (cara untuk masuk kedalam keadan fokus).

5. Melakukan afirmasi yaitu menyatakan sesuatu yang positif tentang diri sendiri sebagai bahan untuk memunculkan gagasan pada diri anak. 6. Memberikan pujian. Faktor yang sangat penting adalah pemberian pujian

kepada siswa. Dengan pemberian pujian, siswa akan merasa diperhatikan sehingga dia akan merasa nyaman dan lebih memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti proses pembelajaran.

7. Melakukan visualisasi agar siswa dapat mengeluarkan ide dan gagasan-nya sebagagasan-nyak-bagagasan-nyakgagasan-nya tentang topic pembelajaran hari itu.

8. Melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan (mencakup: Motivasi, keaktifan siswa, kreatifitas siswa selama proses pembelajaran), dan juga evaluasi terhadap pemahaman siswa akan materi yang di berikan.

Dalam melakukan Hypnoteaching adapun komponen-komponennya yaitu:

1. Sapaan di awal

Menyapa siswa di awal sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan dapat mengkondisikan siswa sekaligus memastikan bahwa siswa sudah dalam kondisi siap untuk memulai pembelajaran. Dalam menyapa siswa sebaiknya seorang guru menggunakan bahasa-bahasa yang menyenangkan dan mudah dimengerti siswa, hal ini akan membuat siswa nyaman dalam memulai belajar.

2. Pacing

(10)

kelompok tersebut akan menghasilkan gelombang otak yang sama, dan efeknya akan timbul rasa nyaman dalam kelompok tersebut. Dengan kenyamanan yang berasal dari kesamaan gelombang otak tersebut, maka setiap pesan yang disam-paikan akan diterima dengan baik.

Cara untuk melakukan pacing pada siswa:

a) Menyamakan kedudukan dengan siswa/ siswa dianggap sebagai teman b) Menggunakan bahasa yang sering digunakan oleh siswa, bila perlu

menggu-nakan bahasa sehari-hari (gaul) siswa.

c) Melakukan gerakan dan mimik yang sesuai dengan bahasan d) Menyangkutkan tema pelajaran dengan peristiwa yang sedang trend

di kalangan remaja.

e) Selalu update dengan trend, gossip yang ada dikalangan remaja.

3. Leading

Setelah terjalin hubungan yang interaktif dan adanya keakraban, maka siswa akan menurut apa yang dikatakan dan diinstruksikan oleh guru. Guru berperan sebagai pemimpin yang memberikan perintah/instruksi kepada siswa.

4. Menggunakan kata positif

Penggunaan kata-kata positif akan sangat mendukung dalam memberikan sugesti dialam bawah sadar siswa. Karena dengan kata-kata yang negatif, alam bawah sadar akan cenderung untuk menolak.

5. Melakukan relaksasi

(11)

6. Melakukan refleksi (Anchoring)

Refleksi dilakukan sebelum pembelajaran diakhiri. Refleksi dapat dilakukan dengan menanyakan kesan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini sekaligus dilakukannya anchoring terhadapat siswa, untuk memandu siswa dalam mengingat pembelajaran yang telah dilakukan.

Adapun komponen-komponen dalam melakukan pembelajaran dengan metode Hypnoteaching, semakin dikuatkan berdasarkan pendapat Iman (2011) seorang pakar Hypnoteraphy dari Indonesia Board of Hypnoteraphy (IBH),yaitu:

1. Hello Effect (Sapaan di awal)

2. Self Talk (menyampaikan kata-kata positif, memberikan pujian dll) 3. Pacing (menyamakan kondisi dengan pesrta didik)

4. Leading (memberikan perintah atau instruksi kepada siswa) 5. Relaxation (membuat siswa menjadi rilek dan nyaman)

6. Anchoring (jangkar emosi yang dapat digunakan sebagai cantolan pengingat terhadap suatu pengalaman tertentu).

B. Kemampuan Bekerjasama sebagai Perilaku Berkarakter

(12)

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam bersikap maupun dalam bertindak.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU no.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa di antara tujuan pen-didikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir gene-rasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

Menurut Kamus Modern Bahasa Indonesia, karakter adalah watak, tabiat, pemba-waan, kebiasaan. Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat (KBBI, 2001).

Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etisspiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural.

(13)

Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan serta tekanan dari pihak lain.

Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Berdasarkan kutipan di atas, terdapat empat ciri dasar dalam pendidikan karakter yaitu pertama seseorang harus mempunyai nilai yang menjadi pedoman dalam setiap tindakan yang dilakukannya, kedua seseorang harus memiliki koherensi yang menjadi dasar dalam membangun keberanian, percaya diri, teguh pada prin-sip sehingga tidak terombang–ambing pada situasi yang baru, ketiga seseorang ha-rus mampu memberikan keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dan yang keempat seseorang harus memiliki rasa keteguhan dan kesetiaan.

Megawangi (2004) dalam Elmubarok (2008) sebagai pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun karakter mulia yang selayaknya diajarkan kepada anak, yang kemudian disebut sebagai 9 pilar yaitu:

1. Cinta Tuhan dan kebenaran (love Allah, trust, reverenpce, loyalty) 2. Tanggungjawab, kedisiplinan, dan kemandirian (responsibility,

excellence, self reliance, discipline, orderliness) 3. Amanah (trustworthiness, reliability, honesty) 4. Hormat dan santun (respect, courtessy, obedience)

5. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation)

6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah (confidence, assertive-ness, creativity, resourcefulness, courage, determination and enthu-siasm) 7. Keadilan dan kepemimpinan (justice, fairness, mercy, leadership) 8. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty) 9. Toleransi dan cinta damai (tolerance, flexibility, peacefulness, unity)

(14)

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang mem-bantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat diper-tanggungjawabkan.

Brooks and Goble (1997) dalam Koesoema (2010) menyatakan bahwa: Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan dalam pendidikan dasar dan menengah merupakan daya tawar berharga bagi seluruh komunitas. Para siswa mendapatkan keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan positif yang mampu meningkatkan rasa percaya dalam diri mereka , membuat hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif. Tugas–tugas guru menjadi lebih ringan dan lebih memberikan kepuasan ketika para siswa memiliki disi-plin yang lebih besar di dalam kelas. Orang tua bergembira ketika anak–anak mereka belajar untuk menjadi lebih sopan , memiliki rasa hormat dan produk-tif. Para pengelola sekolah akan menyaksikan berbagai macam perbaikan da-lam hal disiplin, kehadiran , beasiswa , pengenalan nilai – nilai moral bagi sis-wa maupun guru, demikian juga berkurangnya tindakan vandalisme di dalam sekolah. Dari uraian di atas, pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran di sekolah memberikan keuntungan kepada siswa, karena memberikan perlakuan yang positif sehingga membangun rasa percaya diri dan bertanggung jawab siswa sehingga tugas-tugas yang diberikan oleh guru dapat terselesaikan dengan baik tanpa rasa terbebani sedikit pun.

Selanjutnya menurut Efendy (2010) nilai karakter terbagi menjadi 4 yaitu  Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius)

 Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (jujur, bertanggung jawab, hidup sehat , disiplin , kerja keras, percaya diri, berjiwa wira usaha, berpikir logis, kritis,kreatif, inovatif, mandiri , ingin tahu dan cinta ilmu)

 Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama (sadar akan kewajiban diri sendiri dan orang lain, patuh pada aturan – aturan sosial , menghargai karya dan prestasi orang lain, santun dan demokratis)

(15)

Pendidikan karakter menurut Efendy (2010) meliputi 9 pilar yang saling kait– mengait, yaitu:

1. Responsibility (tanggung jawab) 2. Respect (rasa hormat)

3. Fairness (keadilan) 4. Courage (keberanian) 5. Honesty (kejujuran)

6. Citizenship ( kewarganegaraan) 7. Self-discipline (disiplin diri ) 8. Caring (peduli)

9. Perseverance (ketekunan)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter meliputi bebe-rapa nilai karakter yaitu nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter dalam hubungan-nya dengan sesama, dan nilai karakter dalam hubunganhubungan-nya dengan nilai nasio-nalis.

Dalam sebuah contoh Perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SMK yang dibuat oleh Nur (2012), salah seorang guru besar dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyatakan bahwa terdapat beberapa perilaku berkarakter yang dapat diamati selama pembelajaran berlangsung yaitu: gigih terus mencoba, menunggu giliran, peduli, bekerjasama, dan kreatif.

Menurut Khan (2010) ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilak-sanakan dalam proses pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter berbasis nilai religious, yang merupakan kebe-naran wahyu Tuhan (konservasi moral)

(16)

4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pendidikan ada empat jenis karakter yaitu pendidikan karakter yang berbasis religious, pendidikan ka-rakter berbasis nilai budaya, pendidikan kaka-rakter baerbasis lingkungan, dan pen-didikan karakter berbasis potensi diri.

C. Menjadi Pendengar yang Baik sebagai Keterampilan Sosial

Teori belajar sosial diawali dengan kepercayaan bahwa individu memiliki kapasi-tas untuk berfikir simbolik, kecenderungan individu untuk belajar dengan arah sendiri, dan luasnya faktor sosial yang dapat mempengaruhi perbuatan imitatif (meniru). Teori belajar sosial adalah teori belajar yang menekankan kepada ke-mampuan individu untuk mengambil sari/inti informasi dari tingkah laku orang lain, memutuskan tingkah laku mana yang akan diambil, dan untuk melaksanakan tingkah laku tersebut. Teori ini dikemukakan oleh Albert Bandura dalam Yuseva dan Yanti (2012) yang menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor perilaku berperan penting dalam pembelajaran.

(17)

untuk berpikir lebih logis dan kritis dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru. Dengan keterampilan sosial yang dimiliki oleh seorang anak, maka ia dapat menjalankan perannya sebagai bagian dari lingkungan sosialnya dengan baik.

Selanjutnya, menurut Nur(2012), seorang Guru Besar dari Universitas Negeri Surabaya dalam sebuah Perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMKnya menjelaskan bahwa terdapat beberapa keterampilan sosial yang dapat diamati terhadap siswa dapat suatu pembelajaran yaitu: menjadi pendengar yang baik, bertanya, dan berpendapat.

Kemudian Hamalik (2001) mengungkapkan, salah satu kebutuhan siswa dalam belajar adalah kemampuan sosial. Oleh karena itu, mata pelajaran dan prosedur mengajar disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan itu. Masih menurut Hamalik (2001), hubungan-hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok, kerja sama dengan teman-teman sekelompok akan berpenga-ruh pada kelakuan dan motivasi belajarnya. Pernyataan tersebut dapat diartikan kecakapan siswa dalam bertanya, menyumbang ide, menjadi pendengar yang baik dan berkomunikasi berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa.

D. Kerangka Pemikiran

(18)

nilai. Sehingga hasil pembelajarannya pun tidak hanya dilihat dalam ranah kogitif saja, namun perlu melihat pula hasil pembelajaran dari ranah yang lain. Terutama hasil pembelajaran dalam ranah afektif yang antara lain berwujud perilaku berka-rakter serta keterampilan sosial. Baik perilaku berkaberka-rakter maupun keterampilan sosial sudah sepatutnya dilatihkan/dimunculkan pula pada siswa pada proses pem-belajaran.

Kemampuan bekerjasama siswa merupakan salah satu perilaku berkarakter yang perlu dimiliki oleh seorang siswa, termasuk pada mata pelajaran kimia. Kecende-rungan naluri siswa bahkan manusia secara umum yang lebih senang apabila didengarkan, perlu diimbangi dengan kemampuan siswa untuk menjadi pendengar yang baik. Keterampilan ini sangat penting dimiliki untuk melengkapi soft skill yang dibutuhkan siswa.

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan merupakan salah satu materi pokok dalam pe-lajaran kimia, yang menuntut siswa untuk memprediksikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi sehingga memubutuhkan kefahaman siswa dalam materi ini. Kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik dibutuhkan siswa dalam upayanya mencapai kompetensi dasar tersebut. Untuk itu, diperlukan me-tode pembelajaran yang efektif dalam upaya untuk menciptakan iklim pembelaja-ran yang menyenangkan sehingga dapat memunculkan sikap bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik bagi siswa pada pembelajaran.

(19)

kenyamanan yang berasal dari kesamaan gelombang otak tersebut, maka setiap pesan yang disampaikan guru akan diterima dengan baik oleh siswa sehingga apa yang diinstruksikan dan dikatakan kepadanya akan dituruti dengan baik (leading). Kenyamanan siswa dalam pembelajaran dengan metode hypnoteaching akan dirasakan siswa sampai di akhir kegiatan pembelajaran dengan relaksasi yang diberikan, sehingga akan memudahkan siswa dalam mengingat pelajaran yang telah diterima dalam proses anchoring. Dengan pengkondisian dan kenyamanan yang dialami siswa selama proses pembelajaran, akan memunculkan ketertarikan tersendiri dari siswa terhadap pembelajaran. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memunculkan sikap bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik disamping akan memudahkan siswa dalam memahami konsep dari materi yang sedang dipelajari. Dengan kefahaman siswa terhadap materi yang dipejalari didukung dengan munculnya sikap afektif yang memang diharapkan ada pada siswa (kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik), maka kompetensi dasar yang diharapkan dari proses pembelajaran akan tercapai.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas XI semester genap SMAN 13 Bandar Lampung TP

2011/2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar dan pengalaman yang sama.

2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.

(20)

F. Hipotesis Penelitian

(21)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian sebanyak satu kelas yakni kelas XI IPA2 yang berjumlah 36 orang siswa, terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan mengguna-kan teknik purposive sampling, dengan pertimbangannya ialah berdasarkan rata-rata hasil belajar dan aspek afektif siswa pada kelas XI IPA2 memiliki nilai yang paling kurang baik sehingga kelas XI IPA2 ditetapkan sebagai sampel.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kualitatif, dimana data dikumpulkan dengan menggunakan teknik interview

(wawancara), participant observation (observasi berperan serta), dan dokumentasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Wawancara, yaitu tanya jawab langsung dengan kepala sekolah, guru bidang studi kimia, dan siswa itu sendiri untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi seko-lah secara keseluruhan.

(22)

3. Dokumentasi, studi dokumen digunakan sebagai pelengkap dari penggunaan me-tode observasi dalam pengumpulan data penelitian. Dokumentasi yang digunakan berupa video rekaman penelitian.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pre-experiment yang bermaksud untuk mendeskripsi-kan peningkatan kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik meng-gunakan metode hypnoteaching pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Se-dangkan desain penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study Design, di-mana paradigmanya adalah terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya (Sugiyono, 2010). Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

X = treatment yang diberikan O = observasi

Gambar 1. Desain penelitian One-Shot Case Study Design

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini sebagai variabel bebasnya adalah pembelajaran yang diberikan, yaitu dengan menggunakan metode hypnoteaching. Sebagai variabel terikatnya ada-lah kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik.

(23)

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. LKS Kimia dengan metode hypnoteaching pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Lembar observasi kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik setiap pertemuan dalam pembelajaran. Pengunaan lembar cek atau observasi ini berfungsi sebagai acuan untuk mengamati dan menjaring kemunculan indikator nilai afektif (kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik) pada siswa selama kegiatan pembelajaran. Adapun indikatornya tercantum dalam Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Indikator Nilai Afektif Siswa

No Nilai Afektif Indikator Pencapaian

1 Kemampuan bekerjasama

a. Bersedia melakukan tugas yang diberikan b. Memperhatikan apa yang dikerjakan orang lain c. Mendorong agar setiap anggota kelompok tetap

bekerjasama

d. Meminta pendapat kepada orang lain e. Menyelesaikan tugas tepat waktu. 2 Menjadi

pendengar yang baik

a. Bersedia mendengar orang lain berbicara b. Tidak menyela pembicaraan orang lain c. Memfokuskan pandangan pada pembicara d. Menunjukkan keterampilan menyimak e. Tidak berbicara ketika ada orang lain bicara.

(Ahmad, 2012) 3. Silabus yang sesuai dengan standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(24)

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan standar Kuriku-lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

F. Validitas Penelitian

Validitas Penelitian ini menggunakan Validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk mengujinya.

G. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Melakukan persiapan dan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di SMAN 13 Bandar Lampung.

2. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

3. Melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang berkaitan, yakni kepala seko-lah, guru bidang study, dan juga kepada siswa.

4. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode hypno-teaching.

5. Melakukan observasi dan dokumentasi selama proses pembelajaran.

(25)

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

H. Teknik Analisis Data

Prosedur dari analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengelompokkan data yang terkumpul

2. Mentabulasi data yang terkumpul untuk memudahkan dalam menganalisis 3. Untuk perhitungan persentase frekuensi pada setiap pertemuan dihitung dari

kemunculan kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik seluruh siswa dalam kelompok pada setiap pertemuan

4. Menghitung persentase setiap kemunculan (√) untuk setiap siswa dan indikator dengan teknik persentase sederhana yaitu perhitungan menggunakan rumus berikut (Arikunto dalam Ahmad, 2012)

Gambar 2. Alur Penelitian Tahap Persiapan dan Observasi

Melakukan Wawancara

Melakukan Observasi dan Dokumentasi Selama Proses

Pembelajaran

Analisis Data

Penentuan Populasi dan Sampel

(26)

%X =∑����� �� ���� ��ℎ���� �� ×∑����� �� ���� �� � � �� %

Keterangan:

%X : persentase aspek bekerjasama/menjadi pendengar yang baik siswa yang diamati

∑ Tindakan yang dilakukan : jumlah siswa yang memunculkan tiap indikator yang diobservasi

∑ Tindakan yang diharapkan : jumlah siswa yang diharapkan memunculkan indikator yang diobservasi

Angka persentase untuk masing-masing siswa dalam setiap pertemuannya kemudian ditafsirkan sebagai berikut (Arikunto dalam Ahmad, 2012).

Tabel 2. Tafsiran angka persentase setiap individu

Untuk mengetahui dominansi indikator maupun masing-masing nilai afektif yang dimunculkan oleh siswa dalam setiap pertemuannya dianalisis melalui penafsiran kalimat berdasarkan Somemantri (Ahmad, 2012) diterangkan dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Tafsiran dominansi indikator dan nilai afektif Persentase Tafsiran

0% Tidak seorangpun

1%-30% Sebagian kecil

Persentase Tafsiran

0% - 20% Kurang sekali

21% - 40% Kurang

41% - 60% Cukup

61% - 80% Baik

(27)

Tabel 3 (lanjutan)

31%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51%-80% Sebagian besar

81%-99% Hampir seluruhnya

(28)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran dengan metode hypnoteaching efektif dalam meningkatkan ke-mampuan bekerjasama pada siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan per-sentase rata-rata kemampuan bekerjasam siswa dalam lima kali pertemuan yang diobservasi. Secara berurutan perentasenya yakni pertemuan pertama 44,85%, pertemuan kedua 50,00%, pertemuan ketiga 61,25%, pertemuan ke-empat 63,53%, dan pertemuan kelima 65,00%.

(29)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dimana terdapat kendala-kendala yang ditemui di lapangan, maka disarankan sebagai berikut :

1. Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai metode pembelajaran yang digunakan, yakni metode hypnoteaching agar dalam pelaksanaannya siswa dapat memahami dan menjalankan apa yang disampaikan oleh guru.

2. Pengkondisikan terhadap siswa haruslah digencarkan sejak awal pembelajaran dengan melihat kondisi siswa. Hal ini sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan.

3. Apabila dalam satu kelas terdapat siswa dengan jumlah yang cukup besar, guru sebaiknya dapat melakukan berbagai hal agar seluruh siswa dapat terjangkau, misalnya dengan mengatur tempat duduk dan sebagainya. 4. Penggunaan komponen-komponen metode hypnoteaching sebaiknya

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2012. Mengetahui Gambaran Kemampuan Bekerjasama Siswa SMA Melalui Pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head Together Dengan Praktikum. Tanggal akses 19 September 2012.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0351_060417_chapter3.pdf Davehard. 2010. Jurnal. Tanggal akses 08 Maret 2012. http://cahpurboz's

blog.htm/.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tanggal akses 29 November 2011.

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php.

Edistria, Ega. 2012. Pengaruh Penerapan Hypnoteaching dalam Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Berfikir kreatif Siswa SMP. Tanggal akses 03 Agustus 2012.

http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1007362_chapter4.pdf. Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Alfabeta. Bandung. Hamalik, O. 2001. Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Bumi Aksara. Jakarta.

Hasan, S.H, dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Kemendiknas. Jakarta.

Iman, F.N. 2011. Hypnosis in Teaching. Indonesia Board of Hypnoteraphy (IBH). Bandung.

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Pelangi Publishing. Yogyakarta.

Koesoema, D. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo. Jakarta.

(31)

Rahmaniah, A. 2010. Hypnoteaching. Tanggal akses 02 Mei 2012. http:// Camp Counseling.htm/.

Samani, M. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Berkarakter. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Santoso, H.B. 2011. Menciptakan Daya Magnetis Widyaiswara Dengan Metode Pembelajaran Hypnoteaching. Tanggal akses 22 Juli 2012.

http://www.scribd.com/doc/54030100/ABSTRAK

Savitri, Indri. 2008. 9 Keterampilan Sosial. Tanggal akses 09 Februari 2012. http://pembelajaran-anak.blogspot.com/2008/08/9-ketrampilan-sosial.html. Sofyan, Ahmad. 2012. Konsep dan Strategi MP Dalam Membangun Karakter

Peserta Didik. Tanggal akses 20 September 2012. http://www.mpuin-jkt.sch.id/html/index.php?id=artikel&kode=1

Subroto, Waspodo.T. 2012. Pengembangan Silabus dan RPP atau Subject Spesific Pedagogy (SSP). Tanggal akses 17 Mei 2012. http://pengertian-perilaku-afektif-berkarakter.htm.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Alfabeta. Bandung.

Jaya, N.T. 2010. Hypnoteaching, Bukan Sekedar Menagajar. D-Brain. Bekasi. Yuseva, A dan I. Yanti. 2012. Teori Belajar Sosial dan Implementasinya dalam

(32)

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA DAN MENJADI

PENDENGAR YANG BAIK PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

(Skripsi)

Oleh

PAZAR RAKASIWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(33)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA DAN MENJADI

PENDENGAR YANG BAIK PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Oleh

PAZAR RAKASIWI

Kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik yang merupakan wujud dari hasil pembelajaran ranah afektif sudah sepatutnya dilatihkan/dimun-culkan pada siswa dalam proses pembelajaran, dan metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode hypnoteaching. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan efektivitas peningkatan kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik dengan menggunakan metode hypnoteaching pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Penelitian ini adalah penelitian pre-experiment dengan menggunakan One-Shot Case Study Design dimana siswa kelas XI IPA2 SMAN 13 Bandar Lampung se-mester genap tahun ajaran 2011/2012 dengan siswa sebanyak 36 orang sebagai kelompok yang akan diobservasi. Sumber data diperoleh dari interview (wawan-cara), participant observation (observasi berperan serta), dan dokumentasi.

(34)

pa terjadi pada pada rata-rata kemunculan menjadi pendengar yang baik yang pa-da pertemuan pertama sebesar 66,67%, pertemuan kedua 70,56%, pertemuan keti-ga 73,13%, pertemuan keempat 74,71%, dan pertemuan kelima 81,11%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam lima kali pertemuan yang diobservasi, terus terjadi pe-ningkatan baik pada kemampuan bekerjasama maupun menjadi pendengar yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode hypnoteaching efektif dalam meningkatkan kemampuan bekerjasama dan menjadi pendengar yang baik pada siswa.

(35)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Pazar Rakasiwi

NPM : 0743023042

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Alamat : Jl. Hi.Komaruddin Gg.Way Lima II No.56 Rajabasa Raya, Bandar Lampung

Menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, November 2012 Yang menyatakan,

(36)

MOTTO

“Semakin kuat iman semakin menikmati takdir ALLAH, karena pastilah baik

semua takdir untuk orang yang beriman”

(Abdullah Gymnastiar)

“Jika tidak memberi manfaat janganlah membahayakan, Jika tidak memperbaiki

janganlah merusak, Jika tidak membangun janganlah menghancurkan”

(Salim A Fillah)

“Apapun yang dikehendaki, targetkan lebih dari yang dikehendaki”

(Tung Desem Waringin)

“Saatnya yang muda pun berkarya!!”

(37)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini:

Teristimewa untuk Papah dan Mama’ku tercinta, yang telah sabar membesarkan, mendidik, memberikan semangat, kehangatan, cinta dan kasih sayang, dan tiada berhenti

mendoakan ku dalam setiap sujudnya.

Adik-adikku Pita dan Paisal atas inspirasi dan motivasi tersendiri. Semoga apa yang abang persembahkan ini bisa menjadi penyemangat buat kalian untuk lebih baik.

Kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, semoga karya kecil ini turut berkontribusi dalam kemaslahatan ummat.

(38)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul ”Efektivitas Metode Pembelajaran Hypnoteaching Dalam Meningkatkan Kemampuan Bekerjasama dan Menjadi Pendengar yang Baik Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan” adalah salah satu syarat untuk mem-peroleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan P.MIPA FKIP Unila;

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Kimia, Pembimbing Akademik, sekaligus Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

(39)

7. Bapak Triyatmo, S.Pd selaku kepala dan Ibu Dra. Gusnaili, selaku guru mitra kelas XI SMA N 13 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian;

8. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Kimia 07: Herdi, Arya, Ralek, Joni, Asep, Paul, Maul, Andri, Indra, Gusti, Rohmah, Desia, Dwi, Ria, Wina, Ica, Nana, Adis, Wuri, Dian, Ratu, Indri, Berti, Memey, Sulis, Novi, Rosalia, Reni, Rosita, Kiki, Mimi, Eliska, Armi, Neli, Yayuk, Puspita, Nurani, Esti, Giri, Iis, Okta, Agnes, Ika, Devi terima kasih atas persaudaraan, keceriaan dan

kekompakannya selama menempuh bangku perkuliahan;

9. Para Ustadz, Murobbi, dan Naqibku yang dengan rela dan keikhlasan mau membagi ilmunya;

10.Pimpinan FPPI 2008/2009 dan 2009/2010, Puskomnas FSLDKI, Pembinaan Community atas persaudaraan dan ukhuwah yang sangat luar biasa.

11.Adik-adik penerus estafet perjuangan, semoga menjadi jundi-jundi Allah yang amanah.

12.Keluarga Asrama:Abah, Ibu, Ka Rohman, Mas Eko, Mb Eni, Mb Eti, Anak-anak ASP V dan yang lainnya terimakasih atas kekeluargaan yang diberikan. 13.Kakak dan adik tingkatku di Program Studi Pendidikan Kimia atas

masukan-nya.

(40)

Akhirnya kata, disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat nbagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis

(41)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Hypnoteaching ... 7

B. Kemampuan Bekerjasama sebagai Perilaku Berkarakter... 11

C. Menjadi Pendengar Yang Baik sebagai Keterampilan Sosial ... 16

D. Kerangka Pemikiran ... 17

E. Anggapan Dasar ……….. 19

I. Hipotesis Penelitian ………... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 21

B. Jenis dan Sumber Data ... 21

C. Desain Penelitian ... 22

D. Variabel Penelitian ... 22

(42)

xiv

H. Teknik Analisis Data …... 25

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN 1. Silabus Kontrol ... 50

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 52

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 81

4. Lembar Observasi ... 129

5. Indikator Penilaian ... 130

(43)

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA DAN MENJADI

PENDENGAR YANG BAIK PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Oleh

PAZAR RAKASIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(44)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Desain Penelitian One-Shot Case Study Design………... 22

2. Alur Penelitian... 25

3. Persentase Rata-rata Kemunculan Kemampuan Bekerjasama dalam Setiap

Pertemuan ………..……...………. 32

4. Persentase Rata-rata Kemunculan Menjadi Pendengar Yang Baik dalam

(45)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator nilai afektif siswa... 23

2. Tafsiran angka persentase setiap individu………... 26

3. Tafsiran dominansi indikator dan nilai afektif ... 26

4. Persentase kemunculan rata-rata tiap indikator dan rata-rata kemampuan

bekerjasama dalam setiap pertemuuan ... 29

5. Persentase kemunculan rata-rata tiap indikator dan rata-rata menjadi

(46)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN

HYPNOTEACHING DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA DAN MENJADI

PENDENGAR YANG BAIK PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI

KELARUTAN

Nama Mahasiswa : Pazar Rakasiwi

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023042

Program Studi : Pendidikan Kimia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M.Si. Dra. Nina Kadaritna, M.Si.

NIP. 196608241991112001 NIP. 196004071985032002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

Gambar

Tabel 1.  Indikator Nilai Afektif Siswa
Gambar 2. Alur Penelitian
Tabel 2. Tafsiran angka persentase setiap individu
Tabel 3 (lanjutan)

Referensi

Dokumen terkait

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. 55 Dalam penelitian ini, sumber data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah hasil wawancara. dengan kepala

[r]

Perlindungan hak-hak pribadi diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28G ayat (1), yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hendra (2009) yang menemukan hubungan yang bermakna antara postur kerja dengan keluhan MSDs berdasarkan jenis

[r]

Jumlah polong per tanaman dan bobot per polong ber- korelasi positif-sangat nyata dan memiliki nilai pengaruh langsung positif serta besar- nya hampir sama maka

Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh CSR (GRI index) terhadap penjualan (Ln. Total Sales) dan biaya operasional (operating efficiency

Tabel 5.2 Gambaran Nyeri Pada Bayi Tanpa Diberikan Swaddling Dan Side-Stomach Position Saat Dilakukan Imunisasi (Kelompok Kontrol) Di Puskesmas Bareng Kota Malang Pada Hari