Performance SMP .In Subdistrict Of East Tanjungkarang
By Bustami
The objective of this research is to find out the relationship between the useful of learning resource , Pedagogic knowledge, perception of principal’s supervision and the teacher performance.
This research is executed by all junior High School (SMP) in subdistrict of east Tanjungkarang District Bandar Lampung. Method is use by mothod survey. This research responden is all teachers amount 60 , who is selected by pursuant to technique of simple random sampling. Instrument utilized by the form of qustioner. The Research Result shows : (1) There are positive relation between useful of learning resources (x1) with the teacher performance (y), the corelation (rx1y) of between the variabael is 0,674. Coeffisien determination ( rx1y)2 =
0,454. Contribution useful of learning resource to the teacher performance is 45,4% . (2) There are positive relation between Pedagogic knowledge (x2) with the teacher performance (y). the corelation (rx2y) of between the variable is
0,577. Coeffisien determination ( rx2y)2 = 0,333. It means contribution
pedagogic knowledge to the teacher performance 33,3% . (3) There are positive relation betwen principal’s supervision (x3) with the teacher performance (y).
With the corelation (rx3y) of between the variable is 0,675.. Coeffisien
determination (rx3y)2 = 0,455. It means contribution useful of learning resource
to the teacher performance 45,5%. (4) There are positive relation betwen useful of learning resource (x1), pedagogic knowledge (x2) and principal’s supervision (x3) with the teacher performance (y). With the corelation (rx1,2,3y) of between
the variable is 0,736. coeffisien determination ( Rx1,2,3y)2 = 0,542. It means
ABSTRAK
Hubungan Pemanfaatan Sumber Belajar Pengetahuan
Pedagogik, dan Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja
Guru Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Tanjung
Karang Timur
Oleh : Bustami
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan sumber belajar, pengetahuan pedagogik, dan persepsi guru atas supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kecamatan Tanjungkarang Timur kota Bandar Lampung.
Penelitian dilaksanakan pada guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei korelasional. Populasi berjumlah 531 guru dan sampel penelitian berjumlah 60 guru, ditentukan dengan teknik proportional area random sampling. Instrumen pengumpulan data dengan kuesioner dan test.
Hasil penelitian adalah : (1) terdapat hubungan positif, kuat dan signifikan antara pemanfaatan sumber belajar (X1), pengetahuan pedagogik (X2), dan persepsi guru atas supervisi kepala sekolah (X3) secara bersama-sama dengan kinerja guru (Y) dengan koefisien rx1,2,3y = 0,736 dan koefisien determinasi (Rx1,2,3y)2 =
0,542, berarti pemanfaatan sumber belajar, pengetahuan pedagogik, persepsi guru atas supervisi kepala sekolah secara bersama-sama memberi kontribusi sebesar 54,2% terhadap kinerja guru, (2) terdapat hubungan positif, kuat dan signifikan antara pemanfaatan sumber belajar (X1) dengan kinerja guru (Y) dengan koefisien rx1y = 0,674 dan koefisien determinasi (rx1y)2 = 0,454, berarti
pemanfaatan sumber belajar memberi kontribusi sebesar 45,4% terhadap kinerja guru, (3) terdapat hubungan positif, kuat dan signifikan antara pengetahuan pedagogik (X2) dengan kinerja guru (Y) dengan koefisien rx2y = 0,577 dan
koefisien determinasi (rx2y)2 = 0,333, berarti pengetahuan pedagogik memberi
kontribusi sebesar 33,3% terhadap kinerja guru, (4) terdapat hubungan positif, kuat dan signifikan antara persepsi guru atas supervisi kepala sekolah (X3) dengan kinerja guru (Y) dengan koefisien rx3y = 0,675 dan koefisien
determinasi (rx3y)2 =0,455, berarti persepsi guru atas supervisi kepala sekolah
V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan pada penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif, erat dan signifikan antara pemanfaatan sumber
belajar, pengetahuan pedagogik dan supervisi kepala sekolah secara
bersama-sama dengan kinerja guru artinya ada kecendrungan makin
tinggi tingkat pemanfaatan sumber belajar, pengetahuan pedagogik dan
supervisi kepala sekolah makin tinggi kinerja guru. Dengan demikian
peningkatkan pemanfaatan sumber belajar, pengetahuan pedagogik,
supervisi kepala sekolah diupayakan semaksimal mungkin agar kinerja
guru meningkat.
2. Terdapat hubungan positif, erat dan signifikan antara Pemanfaatan sumber
belajar dengan kinerja Guru artinya ada kecendrungan makin tinggi
tingkat pemanfaatan sumber belajar makin tinggi kinerja guru. Dengan
demikian peningkatan pemanfaatan sumber belajar harus diupayakan
semaksimal mungkin dengan cara menyiapkan sumber-sumber belajar dan
sekaligus memberikan pelatihan kepada guru dalam menggunakan dan
disesuaiankan dengan metode yang tepat. Sumber belajar yang tersedia
bila tidak diikuti adanya pengetahuan dan keterampilan guru maka akan
sia-sia. Pemanfaatan sumber belajar yang baik akan berdampak pada
pembelajaran yang kondusif dan akan menghasilkan out put yang baik hal
3. Terdapat hubungan positif, erat dan signifikan antara Pengetahuan
pedagogik dengan kinerja guru artinya ada kecendrungan makin tinggi
pengetahuan pedagogik guru makin tinggi pula kinerja guru. Dengan
demikian perlu upaya untuk meningkat pengetahuan pedagogik guru baik
dengan MGMP sekolah ataupun MGMP kota. Diharapkan makin tingggi
pengetahuan pedagogik guru maka berdampak kompetensi pedagogik
tinggi yang akan berpengaruh pada kinerja guru makin baik.
4. Terdapat hubungan positif, erat dan signifikan antara supervisi kepala
sekolah dengan kinerja guru artinya ada kecendrungan makin baik
supervisi kepala sekolah makin tinggi pula kinerja guru. Dengan demikian
peningkatan perepsi guru atas supervisi kepala sekolah mutlak diperlukan
dalam rangka meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hal tersebut perlu
kepala sekolah mencari cara-cara atau pendekatan dalam melakukan
supervisi untuk meningkatkan kinerja guru. sebagaimana pendapat Peter
Senge (2002: 81) semakin baik sikap bawahan terhadap atasannya maka
akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Berdasarkan hal tersebut perlu
upaya-upaya untuk menumbuhkan sikap positif terhadap supervisi kepala
sekolah dengan cara-cara; kepala Sekolah dalam memberikan supervisi
menggunakan pendekatan kekeluargaan, supervisi dilakukan untuk
memecahkan masalah bersama bukan untuk mencari kesalahan, supervisi
5.2 Implikasi
5.2.1. Implikasi Teoritis.
Penelitian ini memperkuat pernyataan teori bahwa variabel kinerja guru
dipengruhi oleh berbagai variabel. Untuk memaksimalkan kinerja guru perlu
memperhatikan variabel: pemanfaaatan sumber belajar, pengetahuan pedagogik
dan supervisi kepala sekolah.
5.2.2. Impilikasi penelitian .
Hasil penelitian bahwa pemanfaatan sumber belajar, pengetahuan pedagogk, dan
supervisi kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru SMP di kecamatan Tanjung
Karang Timur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian serupa di lokasi yang berbeda
apakah hasil sama. Perlu dilakukan penelitian kinerja denga menggunakan
variabel yang berbeda untuk mengetahui mana yang baik.
5.2.3. Implikasi praktis
Untuk memonitor perkembangan kinerja guru perlu dilakukan penilaian secara
berkala. Selama ini kinerja guru sudah dilakukan seperti adanya DP3 yang dibuat
oleh kepala sekolah, tetapi itu bersifat umum kepegawaian seharusnya mengacu
pada kegiatan yang dilakukan guru.
5.2.4. Implikasi kebijakan
a. Upaya peningkatan pemanfaatan sumber belajar.
Pemanfaatan sumber belajar adalah peran guru dalam menyediakan,
dengan berbagai sumber belajar yang ada sehingga mempermudah peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu .
Secara umum, sumber belajar dapat berupa:
1) Barang Cetak, seperti kurikulum, buku pelajaran, Koran, majalah, dan lain-lain.
2) Tempat, seperti: sekolah, perpustakaan, museum, dan lain-lain
3) Nara sumber/orang, seperti: guru, tokoh masyarakat, instruktur, dan lain-lain.
Jenis-jenis sumber belajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam
proses belajar-mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
demikian hasil belajar peserta didik pada dasarnya merupakan interaksi antara
komponen system instruksional dengan peserta-peserta didik.
Pemanfaatan sumber belajar sudah barang tentu akan menambah wawasan
penge-tahuan siswa. Melalui sumber belajar, pemahaman siswa mengenai suatu materi
pelajaran akan bertambah. Hal tersebut sekaligus akan mencegah verbalistis bagi
siswa. Dengan pemanfaatan sumber belajar maka siswa tidak hanya mengetahui
materi pelajaran dalam bentuk kata-kata saja, namun secara komprehensif akan
mengetahui substansi dari materi yang dipelajari.
Bila dikaitkan dengan pendapat Howard gadner tentang kecerdasan majemuk,
Menurut Howard Gardner (1987): hal terpenting bagi kita adalah menyadari dan
megembangkan semua ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya.
Kita berbeda karena memiliki kombinasi kecerdasan yang berlainan. Mengingat
bahwa kita memiliki kecerdasan yang berbeda-beda tentu memiliki gaya belajar
(dengan mendengar menjadi paham) dan ada pula yang kinestetik ( melalui
gerakan). Dengan pembelajaran hanya menggunakan satu sumber saja seperti
buku maka pembelajaran tidak akan menarik dan tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih berinteraksi.
Sumber belajar juga bertujuan mengajak siswa ke dunia nyata. Dalam pengertian,
siswa tidak hanya berada dalam bayangan-bayangan suatu materi akan tetapi
melalui sumber belajar, siswa langsung dihadapkan ke dunia nyata, yaitu suatu
situasi yang berhubungan langsung dengan materi pelajaran.
Pemanfaatan sumber belajar juga bertujuan mengembangkan proses
belajar-mengajar yang menarik. Dalam pengertian, melalui pemanfaatan sumber belajar
sudah barang tentu proses belajar-mengajar lebih aktif dan interaktif. Hal menarik
yang dapat dijumpai ketika guru memanfaatkan sumber belajar adalah adanya
interaksi banyak arah, yakni antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa
dengan siswa dan guru.
b. Upaya peningkatan pengetahuan pedagogik
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu
memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru
bukan hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping
itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi anak, mengembangkan watak
anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak.
Bila kita kaitkan dengan Jean Piaget, Dalam teori Cognitive Development, ia
intelek-tual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai istilah scheme: pola tingkah laku
yang dapat diulang. Yang berhubungan dengan : 1) reflex pembawaan (bernapas,
makan, minum), 2) scheme mental (pola tingkah laku yang susah diamati, dan
yangdapatdiamati). Sesuai dengan pendapat teori perkembangan kognitif Piaget
bahwa : perkembangan kognitif individu meliputi empat tingkat yaitu : (1)
sensory motor (0 – 2 th), (2) pre operational ( 2 – 7 th), (3) concrete operational (
7 – 11 th), dan (4) formal operational ( 11 – 15 th) . Siswa SMP dengan rata-rata
usia 12 sampai 15 tahun merupakan usia pada tingkat formal operational, hal ini
merupakan sesuatu yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam kegiatan
pembelajaran. Tentu tidak sama perlakuan yang diberikan dalam pembelajaran
antara siswa SD , SMP dan SMA/K, pada siswa SD kegiatan dalam membimbing
siswa lebih banyak di dominasi guru, sedangkan pada siswa SMP pedagogik yang
sudah mengarah pada andragogi ( pendidikan orang dewasa). Tahap dimana sudah
diarahkan pada berpikir formal.
Untuk meningkatkan pengetahuan pedagogik guru perlu di upayakan kesadaran
untuk meningkatkan pengetahuan pedagogik dengan kesadaran yang berasal dari
diri sendiri (motivasi intrinsik) yakni upaya peningkatan terhadap profesinya.
Sebab jika mengandalkan dari sekolah dengan workshop yang diselenggarakan
oleh sekolah atau Dinas Pendidikan akan sulit, guru hendaknya biasa membaca
buku, artikel, atau membuka internet. Demikian halnya juga pihak sekolah perlu
mengupayakan agar semua guru berpendidikan strata satu (S1) dan dilakukan
c. Upaya Peningkatan Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi Kepala Sekolah perlu diadakan perbaikan sebab masih adanya anggapan
negatif guru tentang pelaksanan supervisi. Yaitu anggapan bahwa supervisi hanya
mencari kesalahan guru. Disamping itu Kepala Sekolah juga timbul
keragu-raguan dan perasaan tidak enak untuk mensupervisi guru, sebab kepala sekolah
sendiri juga tidak yakin akan kemampuannya sebagai seorang supervisor.
Kepemimpinan merupakan seorang yang mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
kelompok yang berkaitan dengan tugas dan kerja kelompok. Peter Senge, 2002:
81) berpendapat semakin baik sikap bawahan terhadap atasannya maka akan
berpengaruh terhadap kinerjanya. Berdasarkan hal tersebut guru dapat
membangkitkan persepsi positif terhadap kepemimpinan melalui kegiatan yang
mendukung kinerja. Bila dikaitkan dengan organisasi belajar menurut peter senge
bahwa organisasi pembelajar (OB) adalah organisasi yang memberikan
kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut
untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Oleh karena itu perlu
diadakan perbaikan-perbaikan dalam melakukan supervisi dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama. Kepala Sekolah dan guru saling bekerjasama dalam memecahkan
masa-lah. Kepala sekolah sebagai seorang supervisor disekolahnya tidak bisa sepihak
tetapi bersama-sama guru untuk memecahkan masalah. Bersama-sama guru
pelaksanaannya. Dengan cara ini guru dilibatkan dalam perencanaan supervisi,
sehingga guru akan merasa dihargai.
Kedua. Kepala Sekolah dalam memberikan supervisi menggunakan pendekatan
kekeluargaan, Pendekatan antar ppribadi yang akrab akan membuat jarak pemisah
antara bawahan dengan pimpinan menjadi tidak kentara. Suasana kekeluargaan
dan tidak formal justru akan dapat memecahkan masalah, memecahkan kebuntuan
yang ada. Dengan suasana yang akrab dan kekeluargaan membuat guru akan
merasa tidak seperti diawasi tetapi sematamata merasa untuk saling
mengingat-kan, saling memberi masukan dan saling nasehat menasehati.
Ketiga. Guru dapat menanggapi supervisi dari Kepala Sekolah dengan terbuka
dan senang hati. Supervisi yang ditanggapi dengan rasa curiga tidak akan
mengena sasaran, maka sebaiknya guru dapat menanggapi supervisi oleh kepala
sekolah dengan terbuka dan senang hati. Dengan demikian tidak ada rasa enggan
dan segan baik dari kepala sekolah dalam mensupervisi guru, maupun dari guru
dalam menerima supervisi dari kepala sekolah. Supervisi dilakukan untuk
memperbaiki keadaan dan mencegah timbulnya persoalan, oleh karena itu sikap
yang bijak dari kepala sekolah dan guru sangat diperlukan dalam mengahadapi
supervisi ini.
Keempat. Supervisi dilakukan untuk memecahkan masalah bersama bukan untuk
mencari kesalahan. Masih ada anggapan adanya sebagian guru bahwa supervisi
berarti mencari kesalahan sehingga perlu ditegur dan diberi tindakan. Padahal
bukan itu tujuan supervisi, supervisi jelas untuk memperbaiki keadaan dan
sekolah yang tidak mencari-cari kesalahan guru dan menegur begitu saja tanpa
adanya dialog terlebih dulu. Adanya supervisi yang mencari kelemahan dan
kesalahan guru hanya akan membuat guru menjadi frustasi dan tidak bisa bekerja
dengan baik.
Kelima. Supervisi dilaksanakan secara kontinyu dan terjadwal. Pealaksanaan
su-pervisi dibuat secara kontinyu dan terjadwal agar tercapai konsistensi, sehingga
supervisi di sutu sekolah memang ada dan harus dilaksanakan. Namun jika
supervisi tanpa terjadwal dan tidak kontinyu hanya mengesankan seolah-olah hal
itu hanya main-main atau hanya sekadar formalitas saja.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasinya maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Guru
a. Para guru hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam memanfaatkan sumber belaar, baik yang ada dilingkungan sekolah
ataupun yang ada diluar lingkungan sekolah. Hal ini ikut dipengaruhi oleh
pengetahuan guru bahwa guru harus berperan sebagai fasilitator dan
menyiapkan situasi sehingga terjadi kegiatan belajar bagi siswanya. Hal ini
diharapkan tibul dari kesadaran diri dari guru sebagai seorang yang
profesional.
b. Para guru hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan pedagogiknya,
dipengaruhi dari faktor luar saja tapi yang lebih penting adalah yang berasal
dari diri sendiri (motivasi intrinsik) yakni upaya peningkatan terhadap
profesinya. Sebab jika mengandalkan dari sekolah dengan workshop yang
diselenggarakan oleh sekolah atau Dinas Pendidikan akan sulit, guru
hendaknya biasa membaca buku, artikel, atau membuka internet.
2. Sekolah/ kepala sekolah
Melaksanakan supervisi secara teratur dengan menggunakan pendekatan
kekeluargaan. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul salah persepsi terhadap
supervisi kepala sekolah dengan guru, sehinggan timbul jarak yang jauh antara
Kepala Sekolah dengan guru. Kepala Sekolah tidak perlu segan dalam
menjalankan tugasnya karena mempunyai perasaan yang tidak enak kepada guru.
Dan bagi guru juga tidak perlu merasa seperti diadili oleh kepala sekolah sebab
dalam supervisi ini semua bertujuan baik yaitu untuk memperbaiki kinerja guru,
terutama dalam kegiatan pembelajaran . Adanya perasaan tidak enak diantara
kedua pihak maka akan timbul ketimpangan di sekolah sehingga timbul ketidak
puasan guru terhadap kerjanya.
3. Dinas pendidikan
Dinas Pendidikan harus berkonsentrasi pada pembinaan pemanfaatan sumber
belajar, pengetahuan pedagogik dan supervisi kepala sekolah baik sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama karena ketiga variabel tersebut memberikan
kontribusi ketiga variabel pada SMP swasta lebih rendah dibandingkan dengan
SMP negeri maka perlu perhatian khusus pada SMP swasta. Perhatian ini seperti
pemberian bantuan blockgrant, dak atau pendidikan penyetaraan S1, sehingga
fasilitas dan Sumber Daya Manusia (SDM) mendekati standar yang berdampak
UUD 1945 mengamanatkan mengenai pentingnya pendidikan bagi seluruh warga
negara seperti tertuang di dalam pasal 28B ayat (1) bahwa setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan umat manusia, dan pasal 31 ayat (1) bahwa setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan.
Selanjutnya menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Bab I pasal 1, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.
Sekolah sebagai suatu lembaga formal merupakan organisasi dengan kegiatan
utama pendidikan, dimana SDM dapat dikembangkan dengan lebih terarah sesuai
dengan spesifikasi tertentu, melalui proses pembelajaran. Hal ini merupakan ciri
khusus pada organisasi sekolah yang membedakannya dari organisasi-organisasi
kerja yang lain. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dikelola secara
kuantitatif tujuan sekolah adalah menghasilkan sejumlah lulusan (out put)
sebanyak-banyaknya setelah menyelesaikan program tertentu yang diwajibkan.
Ditinjau dari segi kualitas sekolah bertujuan menghasilkan SDM yang bermutu
dan menjadi pelopor pembangunan yang tangguh.
Guru profesional tentulah harus memiliki kompetensi. Mengenai kualifikasi
tenaga pendidik Pemerintah telah mengeluarkan peraturan mentri No. 16 tahun
2007, yang mengharuskan guru memiliki 4 kompetensi. Keempat kompetensi
tersebut yaitu: kompetensi: paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Walaupun disebutkan 4 kompetensi tersebut terpisah, namun masing-masing tidak
dapat dipisahkan dan menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi.
Menyelenggarakan proses pembelajaran merupakan tugas guru yang utama yaitu
terjadinya interaksi antara siswa dan sumber belajar yang pada akhirnya akan
meghasilkan perubahan tingkah laku. Keberhasilan seorang guru dapat dilihat
antara lain dengan prestasi belajar siswa baik dalam belajar maupun dalam
mengembangkan ilmu yang telah didapat di sekolah. Ditangan gurulah seluruh
orang tua dan masyarakat bertumpu untuk keberhasilan anak-anaknya dlam
memperoleh pelayanan pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Clark &
Yinger, Clark & Elmore sebagaimana dikutip Anderson (1989:227) bahwa guru
dengan segala karakteristiknya merupkan faktor penentu utama dalam menyusun
rencana yang pada gilirannya sangat menentukan keefektifan pembelajaran.
Melihat hasil kegiatan Latihan Ujian Nasional (LUN I) tahun pelajaran 2009/2010
untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kecamatan Tanjungkarang
Timur dengan peserta latihan ujian sebanyak 2199 siswa, dari sejumlah peserta
tersebut yang lulus 1311 siswa dan yang tidak lulus 888 siswa. Bila dihitung
dalam persentase berarti tingkat kelulsan sebesar 59,6% dan tingkat ketidak
lulusan sebesar 40, 4 %.
Bila dikaitkan dengan hasil supervisi yang dilakukan peneliti tangal 21 juli 2009,
pada awal tahun pelajaran di salah satu SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur
(sekolah binaan peneliti) dengan guru berjumlah 52 Orang, terdapat 20 orang
guru sudah membuat program pembelajaran seperti program tahunan, program
semester dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)), sedangkan yang lain dengan alasan yang berbeda menyatakan:” akan mengumpulkan nanti, belum
ditulis, tingal dicetak masih di komputer”. Atau menunjukkan yang sudah lama dengan alasan “kan tidak jauh beda”?. Selanjutnya dari 20 orang guru yang sudah
mengumpulkan perencanaan pembelajaran saya menanyakan kepada 10 orang guru, “ Berapa jumlah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
yang ada pada semester ini “, delapan orang guru tidak dapat menjawab, ada 2
orang guru yang menjawab namun ketika di kroscek ternyata salah. Ini berarti
pengetahuan guru terhadap perkembangan kurikulum belum baik.
Dari hasil prapenelitian dan pengamatan yang dilakukan peneliti di SMP di
sebagai satu-satunya sumber belajar, pada kegiatan pembelajaran guru
mengurutkan lembar demi lembar dari buku yang disusun oleh penerbit. Kegiatan
pembelajaran yang hanya menjadikan satu buah buku sebagai pedoman, ini
merupakan kenyataan, bahwa guru belum menggunakan media pembelajaran, dan
belum memaksimalkan perpustakaan sebagai sumber-sumber belajar. Kegiatan
pembelajaran seperti ini kurang kreatif, minat siswa menjadi kurang, dan
mengakibatkan hasil pembelajaran kurang maksimal.
Pada pelaksanaan kegiatan evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan guru, dari
hasil pengamatan peneliti terhadap banyak guru, ternyata pada kegiatan ulangan
harian, soal-soal ulangan tidak mengacu pada indikator pencapaian, Kompetensi
Dasar (KD) dan Standar Kompetensi (SK). Soal-soal yang ada dalam buku
diambil, tanpa mempertimbangkan apakah sesuai dengan indikator pencapaian,
Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi (SK). Demikian juga dalam
pelaksanaan remedial, kegiatan masih berupa perbaikan nilai.
Sebagai pemimpin di Sekolah, kepala sekolah harus dapat menempatkan diri
sebagai bagian dari personalia yang dipimpinnya. Pimpinan yanag bertanggung
jawab terhadap kegiatan sekolah juga mempunyai peranan penting dalam
mengembangkan kinerja guru di sekolah. Kepemimpinan di sekolah dalam rangka
pencapaian tujuan, harus mampu menggerakkan dan mendayagunakan kemapuan
guru sebagai pelaksana. Salah satu tugas kepala sekolah sebagai supervisor
meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas
pembelajaran, namun pada kenyataannya lebih dari 40% kepala SMP di
kecamatan Tanjungkarang Timur yang tidak membuat program supervisi,
kalaupun ada yang membuat dan melaksanakan tetapi belum menindak lanjuti
hasil supervisi.
Ketidaksiapan guru pada perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang
hanya menggunakan satu buah buku sebagai sumber belajar dan kegiatan evaluasi
yang belum optimal serta data hasil perolehan LUN 1 diatas merupakan salah
satu bentuk kinerja guru yang belum baik. Kinerja guru penting dan berhubungan
erat dengan kegiatan pembelajaran dan kualitas lulusan di suatu sekolah. Oleh
karena itu perubahan kinerja guru memunyai dampak langsung terhadap perilaku
siswa. Kinerja guru dipengaruhi berbagai macam faktor, baik yang di sekolah
maupun faktor yang ada di luar lingkungan sekolah. Faktor yang ada di sekolah
misanya kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, sarana prasarana
pembelajaran, kemampuan guru mengelola pembelajaran.
Setiap anak merupakan individu yang unik (berbeda satu sama lain), maka
sedapat mungkin guru memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing siswa. Dengan begitu maka diharapkan kegiatan mengajar
benar-benar membuahkan kegiatan belajar pada diri siswa. Hal ini dapat dilakukan kalau
memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk selalu
berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang ada.
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan anak. Pedagogik sebagai
ilmu sangat dibutuhkan oleh guru, sebab tugas guru bukan hanya mengajar untuk
menyampaikan, atau mentransformasikkan pengetahuan kepada para anak di
sekolah, melainkan guru mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian
anak didiknya secara terpadu. Guru mengembangkan sikap mental anak,
mengembangkan hati nurani atau kata hati anak, sehingga ia (anak) akan sensitif
terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat derajat manusia, menghargai
sesama manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak,
keterampilan hidup di masyarakat sehingga ia mampu untuk menghadapi segala
permasalahan hidupnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dalam pasal 19 tentang standar proses dan pasal 55, 56 dan 57
mengenai standar pengolaan menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan dalam
melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan
penilaian hasil pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran yang efektif
dan efisien diperlukan kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan,
serta pengambilan langkah tindak lanjut hasil pengawasan. Tugas ini
dipercayakan kepada pengawas satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan
Menurut Gibson yang dikutip oleh Ilyas (1999:57) untuk mencapai kinerja yang
baik ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
yaitu: Pertama, variabel individu, yang meliputi: kemampuan dan keterampilan;
Latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin;
Kedua, variabel organisasi, yang mencakup antara lain: sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan, Ketiga, variabel psikologis,
yang meliputi: presepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.
Merujuk kepada Teori Gibson di atas maka penelitian ini akan meneliti dari sisi
pemanfaatan sumber belajar termasuk dalam variabel individu yang berhubungan
dengan kemampuan dan keterampilan, pengetahuan pedagogik termasuk dalam
variabel individu berhubungan dengan kemampuan. Supervisi kepala sekolah
termasuk dalam variabel organisasi berhubungan dengan kepemimpinan dan
dengan variabel psikologis berhubungan dengan persepsi guru atas supervisi
kepala sekolah. Pentingnya pemanfaatan sumber belajar dan pengetahuan
pedagogik dan supervisi kepala sekolah diteliti karena hal ini ikut memberi
kontribusi pada kinerja guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar
Lampung.
I.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah bahwa ada
guru-guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur diantaranya dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Sumber belajar di sekolah yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur.
2. Pengetahuan terhadap perkembangan kurikulum (bagian dari pengetahuan pedagogik) guru SMP di Kecamatan Tanjungkarang timur yang perlu ditingkatkan
3. Kegiatan evaluasi pembelajaran yang belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4. Motivasi guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur rendah
5. Pelaksanaan Supervisi kepala sekolah di kecamatan Tanjungkarang Timur belum maksimal ?
I.3 PEMBATASAN MASALAH
Melihat identifikasi masalah di atas nampaknya banyak faktor yang kemungkinan
mempengaruhi tinggi dan rendahnya kinerja guru, untuk meneliti kesemua faktor
yang telah diidentifikasi tentulah sangat berat, karena keterbatasan kemampuan
penulis, waktu, tenaga dan biaya. Karena itu pembahasan dalam penulisan ini
dibatasi pada tiga yaitu:
1. Hubungan antara pemanfaatan sumber belajar dengan kinerja guru SMP
di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung
2. Hubungan antara pengetahuan pedagogik dengan kinerja guru SMP
di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung
3. Hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja
I.4PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
perma-salahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara pemanfaatan sumber belajar, pengetahuan
pedagogik dan supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru SMP di
kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung
2. Apakah terdapat hubungan antara pemanfaatan sumber belajar dengan kinerja
guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung
3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan pedagogik dengan kinerja guru
SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung
4. Apakah terdapat hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja
guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung
I.5 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara:
1. Pemanfaatan sumber belajar, pengetahuan pedagogik dan supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung.
2. Pemanfaatan sumber belajar dengan kinerja guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung.
3. Pengetahuan pedagogik dengan kinerja guru SMP di kecamatan Tanjungkarang Timur Bandar Lampung.
I.6 KEGUNAAN PENELITIAN
I.6.1 Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data informasi empirik dan
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya teknologi pendidikan kawasan
manajemen pengembangan sumber daya manusia khsususnya informasi
manajemen yang berhubungan dengan kinerja guru.
I.6.2 Secara Praktis
1. Penelitian lanjutan untuk meneliti indikator yang belum diteliti pada penelitian ini.
2. Memberikan informasi kepada kepala sekolah dalam mensupervisi dan mengembangkan kemampuan guru.
3. Memberikan informasi kepada guru tentang pentingnya profesionalisme guru dalam menyongsong perubahan yang begitu cepat. Sebagai agen pembelajaran untuk menyiapkan generasi mendatang yang mandiri.
4. Memberikan informasi bagi Dinas pendidikan sehingga peningkatan kinerja guru dapat lebih terarah