PENGARUH PROPORSI TEPUNG LIMBAH IKAN ASIN DAN TEPUNG KEDELAI YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypohpthalmus)
Oleh:
STEFANNY WIDIANINGRUM ABADI
Skripsi
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH PROPORSI TEPUNG LIMBAH IKAN ASIN DAN TEPUNG KEDELAI YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypohpthalmus)
Oleh
Stefanny Widianingrum Abadi
Kegiatan pembesaran ikan patin siam (Pangasionodon hypohpthalmus)
memerlukan biaya pakan sebesar 40 sampai 50% biaya produksi. Padahal pakan dalam pertumbuhan ikan patin siam sangat dibutuhkan, tidak hanya kualitas dan kuantitas tetapi juga proporsi sumber protein nabati dan hewani yang seimbang. Maka diperlukan pakan alternatif yang memiliki keseimbangan sumber prtein dengan harga terjangkau. Pengujian pakan ini bertujuan menganalisis pengaruh proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan patin siam (P. hypopthalmus). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai dan tiga ulangan. Perlakuan I (100% tepung kedelai dan 0% tepung limbah ikan asin), II (75% tepung kedelai dan 25% tepung limbah ikan asin), III (50% tepung kedelai dan 50% tepung limbah ikan asin), IV (25% tepung kedelai dan 75% tepung limbah ikan asin), dan V (0% tepung kedelai dan 100% tepung limbah ikan asin). Nilai pertumbuhan berat mutlak ikan patin berturut-turut sebesar 0, 46 gram, 0,92 gram, 1,20 gram, 1,45 gram, dan 1,16 gram. Nilai pertumbuhan berat mutlak ini meningkat seiring dengan
bertambahnya proporsi tepung limbah ikan asin dalam pakan kecuali pada proporsi 100% tepung limbah ikan asin.
PENGARUH PROPORSI TEPUNG LIMBAH IKAN ASIN DAN TEPUNG KEDELAI YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypohpthalmus)
Oleh:
STEFANNY WIDIANINGRUM ABADI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Perikanan
pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul : PENGARUH PROPORSI TEPUNG LIMBAH
IKAN ASIN DAN TEPUNG KEDELAI YANG
BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypohpthalmus)
Nama Mahasiswa : Stefanny Widianingrum Abadi Nomor Pokok Mahasiswa : 0514111037
Jurusan / Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Supono, S.Pi., M.Si. Munti Sarida, S.Pi
NIP. 19701002200501100 NIP. 198309232006042001
2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Supono, S.Pi., M.Si. ________________
Sekretaris : Munti Sarida, S.Pi ________________
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. ________________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Madu pada tanggal 05 Febuari 1987 dan merupakan anak keempat dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Tunggul Abadi (Alm) dan Ibu Siti Animah.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri IV Gunung Madu pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Satya Dharma Sudjana Gunung Madu pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Tri Sukses Natar tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi di lingkungan internal kampus. Organisasi yang pernah diikuti penulis, antara lain Himpunan
Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIMAPERILA) periode 2006-2007 sebagai anggota bidang kerohanian.
Penulis melakukan Praktek Umum (PU) tahun 2008 tentang Pembenihan
(LIPI) Cibinong Bogor. Sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar
sarjana perikanan di Universitas Lampung, penulis telah menyelesaikan penelitian tentang Pengaruh Proporsi Tepung Limbah Ikan Asin dan Tepung Kedelai yang
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Skripsi ini merupakan karya tulis yang berisi tentang hasil penelitian dengan judul “ Pengaruh Proporsi Tepung Limbah Ikan Asin dan Tepung Kedelai yang Berbeda dalam Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan Ikan Patin Siam (Pangasionodon hypohpthalmus)” dan merupakan salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah S.W.T. yang telah memberikan nikmat waktu, ilham, dan kesehatan dalam penyusunan skripsi.
2. Almarhum Papah yang melihat dari langit, dan Mamahku yang selalu mendoakan dan memberi semangat dengan nasehatnya, serta dukungan
secara moril maupun material kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
5. Bapak Supono, S.Pi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
6. Ibu Munti Sarida, S.Pi., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
7. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Dosen Pembahas dan Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan kritik, saran, motivasi, dan
pengarahan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
8. Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si. dan Ibu Henni Wijayanti M., S.Pi., M.Si. yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta kelancaran administrasi dari awal hingga terselesaikan skripsi ini.
9. Kakak-kakakku Mas Andi, Mas Inu, Mba Ajeng, Mba Vika, Mas Aan, dan
Mba Ririn, juga Keponakanku yang lucu-lucu, Gigi, Alika, Liyas, dan Yasmine terimaksih atas semangat, doa, dan kasih sayang yang kalian berikan.
10. Jadmiko Darmawan W.P. yang telah banyak memberikan inspirasi dan dukungan hingga selesainya skripsi ini.
11. Keluarga Besar Civitas Akademika Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Unila dan teman-teman angkatan 2005 yang selalu kompak, semangat, dan ceria, semoga persahabatan kita akan terjalin
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan pengorbanan yang telah
Bapak, Ibu, Saudara, dan Saudari berikan kepada Penulis dan mencatatnya
sebagai amal sholeh. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, 17 Mei 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 3
C. Manfaat ... 3
D. Kerangka Pemikiran ... 3
E. Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Kebutuhan nutrisi ikan patin ... 6
B. Sumber protein pakan ... 8
1. Protein hewani ... 9
2. Protein nabati ... 9
III. METODE PENELITIAN ... 12
A. Waktu dan Tempat ... 12
B. Alat dan Bahan ... 12
1. Alat ... 12
2. Bahan ... 12
C. Metode ... 13
1. Rancangan percobaan ... 13
2. Prosedur Penelitian ... 14
2.1. Diagram Alir ... 14
2.2. Prosedur Pembuatan Pakan ... 15
3. Pengumpulan Data ... 17
4. Analisis data ... 18
A. Hasil ... 19
1. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Patin ... 19
2. Tingkat Kelangsungan Hidup ... 21
3. Kualitas Air ... 22
B. Pembahasan ... 24
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 30
A. SIMPULAN ... 30
B. SARAN ... 30
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Perbandingan kandungan nutrient limbah ikan asin
dan ikan teri kering... 9
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alir pembuatan pakan ... 14
2. Diagram alir pengujian pakan secara biologis ... 15
3. Grafik pertumbuhan berat mutlak ikan patin ... 19
4. Grafik pertumbuhan berat selama 42 hari ... 20
5. Grafik tingkat kelangsungan hidup ikan patin ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Tabel pertumbuhan berat mutlak ikan patin selama 42 hari
dan analisis ragamnya ... 33
2. Tabel berat ikan patin selama 42 hari ... 35
3. Tabel SR ikan patin selama 42 hari... 36
4. Tabel kualitas air wadah pemeliharaan ... 38
5. Foto kegiatan penelitian ... 39
6. Hasil uji proksimat bahan baku pakan ... 45
7. Kandungan protein bahan baku pakan ... 45
8. Kandungan protein bahan baku suplemental ... 45
9. Total bahan baku pakan yang dibutuhkan ... 47
PERSEMBAHAN
DENGAN SEGENAP KERENDAHAN HATI, KUPERSEMBAHKAN KARYA KECILKU INI KEPADA MAMAKU DAN ALMARHUM PAPAH TERSAYANG, SAUDARAKU (MAS ANDI, MAS INU, DAN MBAK AJENG)
DAN JADMIKO DARMAWAN W. P. SERTA ALMAMATERKU TERCINTA
MOTTO
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah banyak dibudidayakan secara luas di Indonesia. Ikan patin ini diintroduksi
dari Thailand pada tahun 1972, dan dikenal sebagai Lele Bangkok (Hardjamulia et al., 1987 dalam Sularto et al., 2006). Kelebihan ikan patin siam mempunyai daya
toleransi yang tinggi pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen terlarut rendah, dan responsif terhadap pemberian pakan tambahan (Ensminger, 1990 dalam Haetami et al., 2007).
Dalam budidaya ikan patin siam, pakan tambahan yang diberikan berperan sebagai sumber nutrien guna mempercepat pertumbuhan. Pakan merupakan
bagian terbesar dari biaya operasional, yaitu mencapai 40 sampai 50% biaya produksi (Craig, 2009). Hal ini disebabkan oleh tingginya harga pakan komersial yang berbahan baku utama tepung ikan. Tepung ikan menyediakan nutrien yang
mudah dicerna oleh ikan karena tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, sedangkan dua zat ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan
baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi (Masyamsir, 2001), dan karena berbagai keunggulan inilah maka banyak yang menggunakan tepung ikan sebagai bahan baku utama dalam pakan, sehingga permintaan tepung ikan
terus meningkat, sementara sumber tepung ikan masih terbatas (Delgado et al.,
2
Untuk mengatasi tingginya harga pakan komersial, para petani ikan patin
siam di Kota Metro Lampung Tengah membuat pakan buatan sendiri sebagai pakan alternatif dengan komposisi yang sederhana. Dalam pembuatan pakan, penggunaan bahan baku lokal potensial untuk kepentingan budidaya tidak hanya
berfungsi untuk menekan biaya produksi, tetapi sekaligus menjamin kontinyuitas bahan dalam pembuatan pakan. Bahan baku yang dapat dipilih yaitu mempunyai
kandungan nutrien yang cukup dengan harga terjangkau dan kontinyu, antara lain limbah ikan asin, kedelai, dan dedak.
Tepung limbah ikan asin memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Menurut Margono (2000), ikan asin memiliki kandungan protein sebesar 42%. Bahan lain yang akan digunakan adalah tepung kedelai. Menurut Mudjiman
(1984), tepung kedelai yang berperan sebagai sumber protein nabati juga memiliki protein yang cukup tinggi, yaitu 39,6%. Tepung kedelai mengandung asam amino
lisin yang merupakan asam amino paling esensial diantara asam-asam amino lainnya. Sedangkan dedak berfungsi sebagai sumber karbohidrat yang dapat juga dimanfaatkan sebagai binder (perekat pakan).
Dalam budidaya, kualitas dan kuantitas nutrien yang baik merupakan dasar untuk menghasilkan ikan yang sehat dan berkualitas (Craig, 2009). Untuk itu,
dalam pembuatan pakan diperlukan formulasi yang tepat untuk mencukupi kebutuhan nutrien ikan patin siam. Selain kandungan protein yang cukup, komposisi pakan yang berasal dari nabati dan hewani harus sesuai dengan
3
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan patin siam (P. hypopthalmus).
C. Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya informasi tentang proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang tepat dalam pakan ikan patin
siam, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan patin siam. Selain itu, penggunaan pakan ini diharapkan dapat menekakan biaya produksi dalam
budidaya ikan patin siam dengan penggunaan bahan baku tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai dalam pakan.
D. Kerangka Pemikiran
Permasalahan yang dihadapi oleh petani ikan patin siam tradisional adalah tingginya harga pakan komersial. Penyebab tingginya harga pakan komersial adalah penggunaan tepung ikan sebagai sumber protein yang menjadi nutrien
utama bagi pertumbuhan ikan. Diantara bahan-bahan lainnya, tepung ikan adalah bahan yang paling mahal. Tepung ikan menyediakan nutrien yang mudah dicerna
oleh ikan karena tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, sedangkan dua zat ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi (Masyamsir, 2001), dan karena berbagai
4
seperti tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai diharapkan dapat berfungsi
sebagai sumber energi dalam pakan seperti halnya tepung ikan, sehingga dapat menekan biaya produksi dalam budidaya ikan patin siam (P. hypophthalamus). Penggunaan tepung limbah ikan asin sebagai sumber protein hewani dan
tepung kedelai sebagai sumber protein nabati diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein dari ikan patin siam. Mutu protein dipengaruhi oleh sumber
asalnya serta kandungan asam aminonya. Protein nabati lebih sukar dicerna daripada protein hewani. Hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus di
dalam dinding selulosa yang memang sukar dicerna. Selain itu, kandungan asam amino esensial dari protein nabati pada umumnya kurang lengkap dibandingkan dengan protein hewani. Akan tetapi adanya protein nabati dalam pakan juga
dibutuhkan oleh ikan. Untuk itu, di dalam pembuatan pakan dibutuhkan proporsi yang seimbang antara sumber protein nabati dan hewani agar ikan dapat tumbuh
dengan baik.
Oleh karena itu dipilih bahan baku pakan berupa tepung limbah ikan asin sebagai sumber protein hewani dan tepung kedelai sebagai sumber protein nabati
dalam pakan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ikan patin siam. Permasalahan lainnya adalah sebagian petani ikan patin siam tradisional selama
ini telah membuat pakan dengan bahan limbah ikan asin dan kedelai, akan tetapi mereka belum bisa membuat pakan dengan kandungan nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ikan patin siam. Untuk itu, dibutuhkan formulasi pakan buatan dengan
5
E. Hipotesis
H0 → i = 0 ; (Pada selang kepercayaan 95%, tidak ada pengaruh perlakuan
proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda terhadap pertumbuhan berat mutlak ikan patin siam)
H1 → i ≠ 0 ; (Pada selang kepercayaan 95%, minimal ada satu perlakuan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Nutrisi Ikan Patin (Pangasionon hypohpthalmus)
Dalam pembuatan pakan, bahan baku yang digunakan dapat dipilih berdasarkan kandungan nutriennya. Kandungan nutrien dapat dilihat dari
sejumlah unsur yang terdapat dalam pakan diantaranya adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Iman, 2004).
Ikan menggunakan protein secara efisien sebagai sumber energi. Sebagian
besar energi yang dapat dicerna (digestible energy) dalam protein dapat
dimetabolisme dengan lebih baik oleh ikan dibandingkan dengan hewan lainnya.
Secara garis besar, fungsi utama protein di dalam tubuh ikan (Anonima, 2009) adalah sumber energi bagi ikan, terutama bila komponen lemak dan karbohidrat yang terdapat di dalam pakan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi, berperan
dalam pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh, pembentukan enzim, hormon, dan antibodi, juga berperan dalam proses osmoregulasi di dalam tubuh.
Kebutuhan protein ikan air tawar pada umumnya adalah 35 sampai 40% (Batubara, 2010). Sedangkan untuk ikan patin kebutuhan protein dibedakan berdasarkan umur, antara lain pakan induk : pakan buatan dengan kandungan
protein sebesar 28% sampai 35%, pakan benih sampai umur 15 hari yaitu nauplii
7
pakan benih dari umur 15 hari sampai 45 hari (di kolam) berupa pakan buatan
dengan kadar protein min 28 % dan pakan alami Moina sp dan Daphnia sp yang ditebar pada waktu persiapan kolam (SNI, 2000). Menurut Haetami et al., (2007), pakan dengan kandungan protein 35% dan 40% dapat menghasilkan konsumsi,
pertumbuhan, efisiensi pakan, dan imbangan efisiensi protein pakan yang optimal. Dalam penelitian ini digunakan ikan patin siam berumur ± 2 bulan, maka kadar
protein yang dibutuhkan adalah sebesar 28 sampai 35%. Untuk itu, kandungan protein yang ditargetkan dalam pakan yang dibuat adalah sebesar 30%.
Kebutuhan protein pakan langsung dipengaruhi oleh tingkat ketercernaan dan pola asam amino esensial dalam pakan. Untuk mencapai keseimbangan nutrien di dalam pakan, sebaiknya digunakan protein yang berasal dari sumber
nabati dan hewani secara bersama-sama (Afrianto, 2005).
Lemak dalam pakan digunakan oleh ikan sebagai sumber energi utama, pembentukan sel “prekursor”, dan pemeliharaan keutuhan biomembran yang
berperan dalam pengangkutan antar sel untuk nutrien yang larut lemak, seperti sterol dan vitamin (Afrianto, 2005). Sebagai sumber energi utama, kemampuan
lemak untuk menghasilkan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan
karbohidrat atau protein. Namun, karena ikan memiliki kemampuan yang sangat
baik mengonsumsi protein, peranan lemak sebagai sumber energi menempati kedudukan kedua setelah protein (Mudjiman, 1984).
Kebutuhan lemak pada ikan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, pakan,
8
daripada omega-3, sedangkan ikan laut sebaliknya. Akan tetapi, sebagian besar
ikan membutuhkan lemak antara 4 sampai 8% (Afrianto, 2005).
Karbohidrat juga berperan sebagai sumber energi dalam pakan. Ikan herbivora membutuhkan pakan buatan dengan kandungan karbohidrat berkisar
antara 20% sampai 30% , sedangkan ikan karnivora membutuhkan karbohidrat 10% sampai 20% karena kemampuan mencernanya relatif rendah (Afrianto,
2005). Hal ini dikarenakan kebutuhan karbohidrat pada ikan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya.
Karbohidrat terdiri atas serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Serat kasar sangat sulit dicerna oleh ikan, namun kehadirannya dalam pakan tetap diperlukan, yakni untuk meningkatkan gerak peristaltik usus. Pemberian serat
kasar dalam pakan sebaiknya diperhatikan, karena serat kasar dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada proses penyerapan pakan di dalam
usus halus (Mudjiman, 1984).
B. Sumber Protein Pakan
Ada lima persyaratan yang sebaiknya dipenuhi dalam pemilihan bahan baku pakan, antara lain nilai gizi, mudah dicerna, tidak beracun, mudah diperoleh,
9
1. Protein Hewani
1.1. Tepung Limbah ikan asin
Tepung limbah ikan asin dapat digunkan sebagai bahan baku pakan buatan. Selain memiliki kandungan protein yang tinggi, limbah ikan asin juga
mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. Berikut adalah kandungan nutrien yang terdapat pada limbah ikan asin dan dibandingkan dengan kadar
nutrien ikan teri kering (Tabel 1).
Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrien limbah ikan asin dan ikan teri kering.
Komponen Limbah ikan asin (%) Ikan Teri Kering (%)
Protein 42,00 33,40
Lemak 1,50 3,00
Fosfor 0,30 1,50
Besi 0,002 0,0036
Vitamin B1 0,01 mg 0,15
Sumber : Margono, 1993
Menurut hasil uji proksimat bahan baku pakan yang dilakukan di
laboratorium teknologi hasil pertanian politeknik negeri lampung, tepung limbah ikan asin memiliki kandungan protein sebesar 54,4%, lemak 6,9%, karbohidrat
6,4%, air 6,9%, abu 11,2%, dan serat kasar 13,9%.
2. Protein Nabati 2.1. Kedelai
10
berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril) (Anonim,
2009).
Kacang kedelai memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Dalam pembuatan pakan ikan, kedelai harus diubah ke dalam bentuk tepung. Dalam
pembuatan tepung kedelai, proses pemanasan merupakan tahap yang penting. Pemanasan ini berakibat antitripsin yang dapat mengurangi kemampuan mencerna
protein (Hermawan, 2009) dan enzim lipokgenase menjadi tidak aktif, sehingga tepungnya bergizi dan tidak berbau langu (Afrianto, 2005).
Tepung kedelai merupakan bahan makanan yang penting dalam bahan baku pakan ikan. Hal ini disebabkan biji kedelai memiliki kandungan asam amino lisin yang merupakan asam amino paling esensial diantara asam-asam amino
lainnya (Mudjiman, 1984). Kandungan nutrien tepung kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan nutrien tepung kedelai
Nutrien Kandungan (%)
Protein 39,6
Lemak 14,3
Karbohidrat 29,5
Abu 5,4
Serat 2,8
Air 8,4
Sumber : Mudjiman, 1984
2.2. Dedak
Menurut definisinya, dedak (bran) adalah hasil samping proses
11
padi, termasuk sebagian kecil endosperm berpati. Namun, karena alat
penggilingan padi tidak memisahkan antara dedak dan bekatul maka umumnya dedak dan bekatul bercampur menjadi satu dan disebut dengan dedak atau bekatul saja. Banyaknya dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahannya.
Sebanyak 14,44% dedak kasar, 26,99% dedak halus, 3% bekatul dan 1 sampai 17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering (Anonimb, 2009). Kandungan
nutrien dedak dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nutrien dedak padi.
Nutrien Kandungan (%)
Bahan kering 91,0
Protein kasar 13,5
Lemak kasar 0,6
Serat kasar 13.0
Energi metabolis 1890,0 kal/kg
Calcium 0,1
otal Fosfor 1,7
Asam Pantotenat 22,0 mg/kg
Riboflavin 3,0 mg/kg
iamin 22,8 mg/kg
12
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2009, bertempat di Laboratorium Basah Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan 1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan pakan, antara lain mesin
penggiling, alat pencetak pakan, nampan, timbangan digital, dan alat tulis. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam pengujian pakan secara
biologis, antara lain wadah kultur berupa akuarium ukuran 40 x 30 x 30 cm3, instalasi aerasi, blower, penggaris, timbangan digital, ember, spidol permanen, termometer, DO meter, pH meter, dan alat tulis.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan, antara lain tepung kedelai, tepung limbah ikan asin, dedak, dan air. Sedangkan bahan yang
13
C. Metode
1. Rancangan percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai dan tiga ulangan,
meliputi:
1. 0% tepung limbah ikan asin dan 100% tepung kedelai
2. 25% tepung limbah ikan asin dan 75% tepung kedelai 3. 50% tepung limbah ikan asin dan 50% tepung kedelai
4. 75% tepung limbah ikan asin dan 25% tepung kedelai 5. 100% tepung limbah ikan asin dan 0% tepung kedelai
Model linier Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
ij ij Yij
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan satuan percobaan dari perlakuan proporsi tepung limbah ikan asin dan kedelai yang berbeda ke-i pada ulangan ke-j
μ : Nilai tengah umum
ij : Pengaruh perlakuan proporsi tepung limbah ikan asin dan kedelai yang berbeda ke-i
14
2. Prosedur Penelitian 2.1. Diagram Alir
[image:31.595.207.432.175.530.2]Diagram alir dalam pembuatan pakan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir pembuatan pakan Alat dan bahan disiapkan
Bahan-bahan dihaluskan dan diuji
Formulasi pakan dihitung
Bahan baku pakan dihitung
Pakan dicetak
Pakan dikeringkan
15
[image:32.595.224.413.121.467.2]Diagram alir pengujian pakan secara biologis disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir pengujian pakan secara biologis
2.2. Prosedur Pembuatan Pakan
Adapun tahapan pembuatan pakan pada penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Alat dan bahan dipersiapkan untuk pembuatan pakan, meliputi penyediaan alat berupa pencetak pakan, timbangan, serta bahan baku
pakan yang dibutuhkan yaitu limbah ikan asin, kedelai, dan dedak. Wadah pemeliharaan disiapkan
Wadah diisi air
Ikan patin diberi pakan
Kualitas air diukur
Akuarium disipon setiap hari
Pakan diberi 2 x sehari
16
2. Masing-masing bahan baku pakan dihaluskan menjadi bentuk tepung
lalu diuji dengan uji proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dalam bahan.
3. Formulasi pakan dihitung berdasarkan perlakuan serta kandungan
nutrien dalam bahan baku pakan yang akan digunakan dengan target protein pakan sebesar 30%.
4. Bahan baku pakan yang telah dihaluskan, dicampur dan diaduk hingga homogen lalu ditambahkan air.
5. Pakan dicetak dengan mesin pencetak pakan.
6. Pakan yang sudah dicetak dikeringkan dengan penjemuran di bawah sinar matahari sampai beratnya setara dengan berat awal bahan baku
pakan.
7. Pakan ditumbuk dengan ukuran sesuai bukaan mulut ikan patin siam.
2.3. Prosedur Pengujian Pakan Secara Biologis
Adapun tahapan dalam pengujian pakan secara biologi pada penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Wadah disiapkan untuk pemeliharaan ikan patin siam, yaitu sebanyak 15
buah akuarium dengan ukuran 40 x 30 x 30 cm3.
2. Wadah pemeliharaan dibersihkan, kemudian dilakukan pengeringan dan
dilengkapi perangkat aerasi.
3. Masing-masing akuarium diisi dengan air sebanyak 25 liter lalu diaerasi selama 24 jam dan diberi garam dengan dosis 2 mg/l untuk membasmi
17
4. Sebelum penebaran ikan patin siam, ikan sampel ditimbang terlebih
dahulu.
5. Aklimatisasi ikan patin dilakukan selama 3 hari.
6. Ikan patin siam ditebar dalam akuarium dengan kepadatan 10
ekor/akuarium.
7. Kondisi kualitas air diukur pada media setiap 7 hari sekali. Kualitas air
yang diamati antara lain suhu, pH, dan oksigen terlarut.
8. Untuk menjaga kondisi kualitas air juga perlu dilakukan penyiponan
setiap hari sebanyak 15%. Untuk mengangkat sisa pakan dan kotoran ikan yang ada di dasar akuarium.
9. Pakan ikan diberikan sesuai dengan perlakukan secara adlibitum dengan
frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
10.Berat ikan ditimbang setiap 7 hari sekali selama 42 hari untuk
mengetahui pertumbuhan ikan.
3. Pengumpulan Data
Pertumbuhan merupakan perubahan panjang atau berat yang terjadi pada tubuh organisme hidup (Effendi, 1997). Untuk mengetahui pertumbuhan larva
perlu dilakukan sampling pertumbuhan setiap tujuh hari. Sampling dilakukan dengan mengukur berat ikan. Pengukuran berat larva dilakukan menggunakan
timbangan digital (akurasi 0,05gr). Data pertumbuhan berat mutlak diperoleh dengan rumus (Effendi, 1997) :
Wm = Wt – Wo
Keterangan :
18
Wt : Berat rata-rata akhir ikan patin siam (gr/ekor) Wo : Berat rata-rata awal benih ikan patin siam (gr/ekor)
Parameter lainnya yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup ikan patin siam dan kualitas air secara umum seperti oksigen terlarut, pH, dan suhu pada media yang digunakan.
Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) ikan dapat dihitung setelah 42 hari masa pemeliharaan dan diketahui jumlah ikan yang dipanen.
Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dihitung dengan rumus (Effendi, 1997) :
% 100
No Nt Rate Survival
Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan pada saat pemanenan (ekor) No : Jumlah ikan pada saat penebaran (ekor)
4. Analisis data
Data pertumbuhan ikan patin siam (P. hypopthalmus) yang diperoleh
dianalisis dengan Anova (Analysis of Variance) dengan selang kepercayaan 95%. Jika berbeda nyata maka uji dilanjutkan menggunakan uji beda nyata terkecil (uji
BNT) dengan hipotesis uji lanjut :
Ho : Perngaruh berbagai proporsi pakan memberikan respon yang sama
terhadap pertumbuhan berat mutlak pada selang kepercayaan 95%.
H1 : Minimal ada satu perlakuan proporsi pakan yang memberikan respon
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Patin
Pertumbuhan berat mutlak ikan patin yang diberi pakan dengan proporsi
[image:36.595.136.490.380.596.2]tepung limbah ikan asin dengan tepung kedelai yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3. 1.16±0.38 1.45±0.25 1.20±0.52 0.92±0.02 0.46±0.33 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60
0% T LIA : 100% T K
25% T LIA : 75% T K
50% T LIA : 50% T K
75% T LIA : 25% T K
100% T LIA : 0% T K
Proporsi pakan P er tum buha n B er at M ut la k ( gr ).. a ab b b b Keterangan :
Huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
TLIA : tepung limbah ikan asin
TK : tepung kedelai
20
Pertumbuhan berat mutlak ikan patin yang diberi pakan dengan proporsi
75% tepung limbah ikan asin dan 25% tepung kedelai memiliki nilai yang tertinggi, yaitu sebesar 1,45 gr. Sedangkan pakan dengan proporsi 100% tepung kedelai memiliki nilai terendah, yaitu sebesar 0,46 gr (Lampiran 1).
Adapun grafik yang menggambarkan pertumbuhan berat ikan patin setiap tujuh hari disajikan dalam Gambar 4 :
-0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
0 7 14 21 28 35 42
ha ri ke
[image:37.595.127.483.271.471.2]-b e ra t (g ra m ) A B C D E
Gambar 4. Grafik pertumbuhan berat ikan patin yang diberi pakan dengan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda setiap 7 hari selama 42 hari.
Hasil analisis ragam menunjukkan proporsi pakan yang berbeda menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak ikan
patin (P < 0,05). Proporsi pakan yang memberikan pengaruh nyata berdasarkan uji lanjut adalah pakan dengan proporsi 100% tepung kedelai terhadap 50% tepung limbah ikan asin dan 50% tepung kedelai, 75% tepung limbah ikan asin dan 25%
21
limbah ikan asin dan 75% tepung kedelai. Pertumbuhan berat mutlak ikan patin
menurun seiring dengan bertambahnya proporsi tepung kedelai dalam pakan buatan.
2. Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) ikan juga dinilai dapat memberikan gambaran akan kualitas pakan yang diberikan selama pemeliharaan sehingga ikan mampu bertahan hidup dan tumbuh. Pengujian pakan secara
biologis dengan proporsi yang berbeda menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan yang dapat dilihat pada Gambar 5.
86,67±11.55% 90,00±0% 66,67±15.28% 73,33±20.82% 73,33±23.09% 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
0% T LIA : 100% T K
25% T LIA : 75% T K
50% T LIA : 50% T K
75% T LIA : 25% T K
100% T LIA : 0% T K
Proporsi pakan K el angs unga n hi dup ( % ).. a a a a a Keterangan :
Huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
TLIA : tepung limbah ikan asin
[image:38.595.144.476.358.554.2] TK : tepung kedelai
Gambar 5. Grafik tingkat kelangsungan hidup ikan patin yang diberi pakan dengan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda selama 42 hari.
Tinggkat kelangsungan hidup ikan patin yang tertinggi selama
22
ikan asin dan 25% tepung kedelai. Sedangkan nilai terendah terjadi pada pakan
dengan proporsi 50% tepung limbah ikan asin dan 50% tepung kedelai yaitu sebasar 66,67% (Lampiran 3).
Analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan
hidup ikan patin selama pemeliharaan memiliki kesamaan pada setiap proporsi pakan. Dengan demikian, tingkat kelangsungan hidup tidak dipengaruhi oleh
pemberian pakan dengan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda (P > 0,05). Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan patin yang
diperoleh memiliki pola yang bervariasi, hal ini dikarenakan tingkat kelangsungan hidup ikan patin tidak dipengaruhi oleh pemberian pakan dengan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda.
3. Kualitas Air
Parameter kualitas air juga perlu diukur untuk menilai apakah media pemeliharaan masih dalam kisaran kualitas air yang dapat ditolerir oleh ikan patin.
Kualitas air pada media hidup ikan patin selama pengujian pakan dengan proporsi yang berbeda dapat dilihat pada dalam Gambar 6.
SUHU
26.5 27.0 27.5 28.0 28.5 29.0
0 7 14 21 28 35 42
Hari ke-ºC
0% TLIA : 100% TK
25% TLIA : 75% TK
50% TLIA : 50% TK
75% TLIA : 25% TK
23 DO 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
0 7 14 21 28 35 42
Hari
ke-ppm
0% TLIA : 100% TK
25% TLIA : 75% TK
50% TLIA : 50% TK
75% TLIA : 25% TK
100% TLIA : 0% TK
pH 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
0 7 14 21 28 35 42
Hari
ke-0% TLIA : 10ke-0% TK
25% TLIA : 75% TK
50% TLIA : 50% TK
75% TLIA : 25% TK
100% TLIA : 0% TK
[image:40.595.136.493.113.495.2]Keterangan : - TLIA = Tepung Limbah Ikan asin - TK = Tepung Kedelai
Gambar 6. Data kualitas air selama penelitian berlangsung.
Kualitas air selama pengujian pakan secara biologis masih dalam kisaran yang normal dan dapat ditolerir oleh ikan patin (Lampiran 4). Standar kisaran kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin adalah (SNI, 2009) : suhu berkisar
24
B. Pembahasan
Pemberian pakan buatan dengan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda meningkatkan bobot tubuh pada ikan patin. Pakan yang diberikan pada ikan berfungsi sebagai sumber energi untuk melakukan
proses metabolisme tubuh dan pertumbuhan. Pakan juga berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit, pembentukan warna tubuh,
peningkatan cita rasa, reproduksi, dan perbaikkan metabolisme lemak (Afrianto, 2005). Jika pakan yang diberikan sudah mampu memenuhi kebutuhan energi ikan,
maka sisa energi dalam pakan digunakan untuk pertumbuhan. Pakan dengan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda-beda dengan kandungan protein 30% pada semua pakan, diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ikan patin.
Dalam pakan buatan, protein merupakan sumber energi utama bagi ikan,
untuk itu kandungan protein dalam pakan harus mencukupi kebutuhan ikan. Menurut Craig (2009), Catfish membutuhkan protein antara 28% sampai 32%, dalam penelitian ini pakan dibuat dengan kandungan protein sebesar 30%
sehingga pertumbuhan meningkat berkisar antara 0,46 sampai 1,45 gram. Kebutuhan protein sangat tinggi pada ikan kecil, dan akan menurun seiring
dengan pertambahan umur. Selain itu, kebutuhan protein juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi lingkungan, kualitas air, faktor genetik, dan
feeding rate (Craig, 2009).
25
lemak antara 4 sampai 8%. Dari ketiga bahan baku pakan yang digunakan kedelai
memiliki kadar lemak tertinggi, yaitu sebesar 17,5% (Lampiran 6). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Twibell and Wilson (2003) menyimpulkan bahwa pemberian pakan dengan kandungan kedelai sebesar 0% sampai 13,9% dapat
meningkatkan pertumbuhan ikan lebih baik dibandingkan pakan dengan kandungan kedelai 27,7% sampai 55,5%. Seperti halnya dalam penelitian ini,
pakan dengan kadungan tepung kedelai 0% dan 8,9% memiliki pertumbuhan berat mutlak yang lebih baik dibandingkan dengan proporsi pakan dengan kandungan
tepung kedelai yang lebih tinggi.
Karbohidrat dalam pakan juga berperan sebagai sumber energi dan menurut Goddard (1996) dalam Kadir (2005) karbohidrat juga dapat digunakan
sebagai perekat (binder). Menurut Suhenda et al. (2010) benih ikan patin jambal dapat memanfaatkan karbohidrat dengan baik untuk mendukung pertumbuhan dan
sintasannya.
Dalam penelitian ini, digunakan tepung limbah ikan asin, tepung kedelai, dan, dedak sebagai bahan baku pakan ikan. Tepung limbah ikan asin memiliki
kandungan protein yang sangat tinggi, yaitu mencapai 54,7%. Kelebihan lainnya, tepung limbah ikan asin ini dapat diperoleh dengan mudah dan dengan harga yang
terjangkau. Tepung kedelai memiliki protein yang cukup tinggi, yaitu mencapai 42,7% akan tetapi, kandungan lemak dalam tepung kedelai yang tinggi dapat menyebabkan keracunan bagi ikan. Selain itu, harga kedelai cukup tinggi dan
26
Dari bahan-bahan yang telah dipilih, dibuat pakan dengan proporsi tepung
limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda-beda. Untuk menilai proporsi pakan yang paling efektif maka parameter yang dihitung adalah pertumbuhan berat mutlak dan tingkat kelangsungan hidup ikan. Perlakuan proposi pakan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan
patin (P > 0,05).
Perlakuan 75% tepung limbah ikan asin dan 25% tepung kedelai memiliki
pertumbuhan berat mutlak yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu 1, 45 gram selama 42 hari (Lampiran 10). Nilai pertumbuhan berat mutlak ini lebih baik dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mediawati (2009),
dengan pemberian pakan komersial pada ikan patin selama 14 hari menghasilkan nilai pertumbuhan berat mutlak sebesar 0,664 gram.
Pertumbuhan berat mutlak terendah terlihat pada perlakuan 100% tepung kedelai, hal ini disebabkan kandungan protein pada pakan dengan proporsi 100% tepung kedelai hanya bersumber dari protein nabati saja. Menurut Mudjiman
(1984), protein nabati selalu terbungkus oleh selulosa sehingga ikan akan sulit mencernanya sehingga pertumbuhan ikan menjadi lambat, sedangkan protein
hewani memiliki kandungan asam amino yang lebih lengkap dibandingkan dalam protein nabati. Selain itu menurut Gufran (2005), ikan patin merupakan ikan omnivora yang cenderung karnivora, karenanya ikan patin lebih menyukai pakan
27
akan tetapi tidak terjadi pada ikan salmon dan Catfish. Sedangkan perlakuan
pakan dengan proporsi 25% tepung limbah ikan asin dan 75% tepung kedelai, memiliki kandungan protein hewan di dalam pakannya, akan tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga pertumbuhan ikan patin menjadi tidak optimal.
Tingkat kelangsungan hidup ikan yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan proporsi 75% tepung limbah ikan asin dan
25% tepung kedelai memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tertinggi yaitu sebesar 90% dan yang terendah adalah perlakuan 50% tepung limbah ikan asin
dan 50% tepung kedelai sebesar 66,67%.
Menurut Gufran (2005), ikan patin memiliki angka mortalitas berkisar antara 30 sampai 40% atau memiliki tingkat kelangsungan hidup berkisar antara
60 sampai 70%. Data ini menunjukkan tingkat kelangsungan hidup ikan patin yang dipelihara selama penelitian masih normal yaitu berkisar antara 66,67
sampai 90% (Lampiran 3).
Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penyakit, kualitas air, benih, manajemen pakan, dan padat
penebaran. Penyakit, kualitas air, dan benih ikan merupakan tiga hal yang saling berinteraksi dan erat kaitannya. Kualitas air yang buruk akan menyebabkan
timbulnya penyakit juga berkurangnya nafsu makan ikan, sehingga ikan menjadi lemah dan mudah terserang penyakit lalu mengalami kematian. Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh data kualitas air dengan kisaran yang dapat
28
pH berkisar antara 5,5 sampai 8,5, dan DO lebih dari sama dengan 3. Suhu dan
DO selama pemeliharaan masih dalam batas normal, akan tetapi pH sedikit asam. Ini dikarenakan tidak terjadi proses fotosintesis dalam akuarium pemeliharaan, sehingga nafsu makan ikan menjadi rendah dan pertumbuhan relatif terhambat.
Penyakit tidak ditemukan dalam penelitian ini, untuk pencegahan digunakan air yang bersumber dari air tanah yang diendapkan dan diaerasi terus-menerus.
Kedua hal ini dapat mendukung ikan yang dipelihara agar tetap sehat. Pemberian pakan berkualitas dapat digunakan lebih efektif dan sebagai alternatif dalam
meningkatkan daya tahan tubuh ikan terhadap lingkungan dan serangan penyakit dalam suatu sistem akuakultur (Setiawati, 2004).
Benih yang digunakan sebagai ikan uji juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan. Benih yang digunakan dalam penelitian berasal dari satu induk yang sama sehingga tidak memberi
pengaruh terhadap parameter-parameter yang diamati. Selain itu benih yang akan digunakan juga diseleksi sehingga ikan dapat bertahan hidup selama pengujian pakan.
Manajemen pakan dapat meningkatkan nilai tingkat kelangsungan hidup ikan, yaitu dengan pemberian pakan secara teratur dan cukup. Dalam penelitian,
pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari yaitu pakan diberikan terus menerus sampai ikan kenyang dengan tanda ikan tidak mau makan lagi.
29
yaitu penyakit, kualitas air, benih, manajemen pakan dan padat penebaran yang
homogen sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan patin siam antar proporsi pakan.
Dari hasil pertumbuhan berat mutlak ikan patin, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai dengan jumlah yang seimbang dalam pakan akan sangat berpengaruh untuk meningkatkan
30
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Pemberian pakan dengan proporsi tepung limbah ikan asin dan tepung kedelai yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
ikan patin (Pangasionodon hypohpthalmus).
B. SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2009. Bahan Baku Pakan Ikan. Sumber : www.forumsains.com/ dikutip pada tanggal 10 juli 2009 pukul 11.00 WIB.
Anonimb. 2009. Dedak Padi. Sumber : http://cisaruafarm.com/ dikutip pada tanggal 13 Juli 2009 pukul 10.00 WIB.
Affandi, R. dan U. M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press : Pekan Baru. 213 Hal.
Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta. 148 Hal.
Al Jabar, I. 2005. Penggunaan Tepung Bungkil Kedelai sebagai Pengganti Tepung Ikan dalam Pakan Juvenil Kerapu Bebek. Fakultas perikanan dan kelautan. IPB : Bogor. 25 Hal.
Batubara, U.M. 2009. Penggunaan Limbah Kecap Ikan sebagai Sumber Lemak dalam Pakan Ikan Patin Pangasius hypopthalmus. Universitas Sumatera Utara : Medan. 56 Hal.
Craig, S., L.A.Helfrich. 2009. Understanding Fish Nutrition, Feed, and Feeding.
Virginia Cooperative extension. Publication 420-256.
Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius : Yogyakarta. 87 Hal.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama : Yogyakarta. 157 Hal.
Haetami, K., Susangka, I., Andriani, Y. 2007. Kebutuhan dan Pola Makan Ikan Jambal Siam dari Berbagai Tingkat Pemberian Energi Protein Pakan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran : Bandung. 41 Hal.
32
Iman, H. K. 2004. Pemanfaatan Bekatul Fermentasi sebagai Bahan Subtitusi Protein Tepung Kedelai dalam Ransum terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift (Oreocrhomis sp.) Ukuran 5-7 cm. Universitas
Muhammadiyah Malang: Malang. 17 Hal.
Kadir, M. 2005. Penggunaan Limbah Kecap Ikan sebagai Sumber Lemak dalam Pakan Ikan Patin Pangasius hypopthalmus. IPB : Bogor. 50 Hal. Gufran, M.H.K.K. 2005. Budidaya Ikan Patin (Biologi, Pembenihan, dan
Pembesaran. Yayasan Pustaka Nusatama : Yogyakarta. 170 Hal.
Margono, T. 2000. Buku Panduan Teknologi Pangan. LIPI : Jakarta
Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan : Jakarta.
Mediawati, I. 2009. Pengaruh Penggunaan Dedak Fermentasi pada Pakan
Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius djambal).Program Studi Sarjana Biologi SITH. ITB.
Mudjiman, A.. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya : Jakarta. 190 Hal.
Setiawati, M. 2004. Kebutuhan Nutrien Pakan Peningkat Daya Tahan Tubuh Ikan dalam Akuakultur. IPB : Bogor. 14 Hal.
SNI 01- 6483.4 - 2000. 2000. Produksi benih ikan patin siam siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar. Sumber : http://www.bsn.go.id/ dikutip pada tanggal 10 Juli 2009 pukul 10.00 WIB. 10 Hal.
Sularto dan Hafsaridewi, R. 2006. Peningkatan Produksi Massal Benih Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) dan Patin Siam (Pangasius
hypothalmus) Melalui Perbaikan Manajemen Induk, Pakan, dan Lingkungan. Loka Riset Pemuliaan teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar : Subang.
Twibell, R.G., Wilson, R.P. 2003. Preliminary Evidence that Cholesterol Improves Grwth and Feed Intake Of Soybean Meal-Based Diets in Aquaria Studies with Juvenile Channel Catfish, Ictalurus Punctatus. Elsevier. Aquaculture 236 (2004) 539-546
Umekalsoom, M.Salim, T. Shahzadi, dan A. Barlas. 2009. Growth Performance and Feed Corversion Ratio (FCR) in Hybrid Fish (Catla catla X Labeo Rohita) Fed on Wheat Bran, Rice Bran, and Blood Meal.