• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuisisi N, P, K dan produksi Kelapa Sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Akuisisi N, P, K dan produksi Kelapa Sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

AKUISISI N, P, K DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT

MENGHASILKAN MELALUI PENINGKATAN

KEANEKARAGAMAN TANAMAN SELA

SKRIPSI

OLEH:

DINA ARSYI FAZRIN 090301020

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

AKUISISI N, P, K DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT

MENGHASILKAN MELALUI PENINGKATAN

KEANEKARAGAMAN TANAMAN SELA

SKRIPSI

OLEH:

DINA ARSYI FAZRIN

090301020/BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Akuisisi N, P, K dan produksi Kelapa Sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela

Nama : Dina Arsyi Fazrin

NIM : 090301020

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

DR. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS. Ir. Irsal, MP. Ketua Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(4)

ABSTRAK

DINA ARSYI FAZRIN : Akuisisi N, P, K dan Produksi Kelapa sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela. Dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan IRSAL.

Produktivitas kelapa sawit yang masih rendah diperlukan perlakuan untuk peningkatan ketersediaan unsur hara salah satunya melalui peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Penelitian ini bertujuan untuk menguji akuisisi N, P, K dan produksi kelapa sawit menghasilkan dengan peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun, Kab. Simalungun Sumatera Utara pada bulan September sampai Desember 2013, menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial, Analisis data menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT untuk data yang nyata. Parameter yang diamati adalah bobot segar daun tanaman sela (g), bobot segar akar tanaman sela (g), bobot kering daun tanaman sela (g), bobot kering akar tanaman sela (g), analisis NPK tanah (%), analisis klorofil daun kelapa sawit (%), analisis klorofil daun tanaman sela (%), jumlah tandan buah segar (tandan), berat tandan buah segar (kg).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman tanaman sela berpengaruh nyata terhadap bobot segar daun tanaman sela (g), bobot segar akar tanaman sela (g), bobot kering daun tanaman sela (g), bobot kering akar tanaman sela (g), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap analisis NPK tanah (%), analisis klorofil daun kelapa sawit (%), analisis klorofil daun tanaman sela (%), jumlah tandan buah segar (tandan), berat tandan buah segar (kg).

(5)

ABSTRACT

DINA ARSYI FAZRIN Acquisition of N , P , K and Produce Palm Oil Production Plant Diversity through Improved Plant sidelines. Supervised by CHAIRANI HANUM and IRSAL .

Productivity is still low palm oil needed treatment for an increase in the availability of nutrients such as through an increase the sidelines plant diversity. This study aims to examine the acquisition of N , P , K and production of oil palm produce with increased the sidelines plant diversity. This research was conducted in PTPN III Kebun Bangun , Kab . Simalungun North Sumatera in September to December 2013 , using a randomized block design Non Factorial , analysis of data using analysis of variance followed by DMRT for real data . The parameters were observed the sidelines plant leave fresh weight ( g ) , fresh weight the sidelines plant roots ( g ) , dry weight the sidelines plants leaves ( g ) , root dry weight the sidelines plants ( g ) , NPK analysis of soil ( % ) , leaf chlorophyll analysis palm oil ( % ) , the sidelines plant leaf chlorophyll analysis ( % ) , the amount of fresh fruit bunches ( bunches ) , fresh fruit bunch weight ( kg ) .

The results showed that sidelines plant diversity real effect on the fresh weight of the sidelines plant leaf ( g ) , fresh weight sidelines plant roots ( g ) , dry weight the sidelines plant leaves ( g ) , root dry weight sidelines plants ( g ) , but no significant effect the soil NPK analysis ( % ) , palm leaf chlorophyll analysis ( % ) , the sidelines plant leaf chlorophyll analysis ( % ) , the amount of fresh fruit bunches ( bunches ) , fresh fruit bunch weight ( kg ) .

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran, pada tanggal 21 Februari 1991 dari ayah Kustar Anata dan ibu Ernawati. Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran, Kab. Asahan dan pada tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemandu Minat dan Prestasi (PMP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan diantaranya anggota Departemen Kemuslimahan BKM Al-Mukhlisin FP USU 2009/2011, anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), menjadi Asisten Laboratorium Dasar Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Akuisisi N, P, K dan Produksi Kelapa Sawit Menghasilkan Melalui Peningkatan

Keanekaragaman Tanaman Sela ” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

DR. Ir. Chairani Hanum, MS., sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. Irsal, MP,. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayahanda Kustar Anata dan Ibunda Ernawati yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang, juga kepada saudara-saudara tercinta Chintiya Maya Atmana Sara, S.Pd., Dicky Fransiska ST., Dita Ayu Anggelina yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan studi.

Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan

penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Desember 2013

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN

Stenotaphrum secundatum ... 7

Arachis glabrata ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan WaktuPenelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1.Bobot Segar Daun (g) pada Perlakuan Pemberian Tanaman Sela ... 20

2.Bobot Kering Daun (g) pada Perlakuan Pemberian Tanaman Sela ... 21

3.Bobot Segar Akar (g) pada Perlakuan Pemberian Tanaman Sela ... 23

4.Bobot Kering Akar (g) pada Perlakuan Pemberian Tanaman Sela ... 24

5.Hasil Analisis Klorofil Daun Kelapa Sawit ... 26

6.Hasil Analisis Klorofil Daun Tanaman Sela ... 27

7.Hasil Analisis N, P, K Tanah ... 28

8.Jumlah Tandan Buah Segar ... 29

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1.Data bobot segar daun (g) ... 32

2.Daftar sidik ragam bobot segar daun ... 32

3.Data bobot kering daun (g) ... 33

4.Daftar sidik ragam bobot kering daun ... 33

5.Data bobot segar akar (g) ... 34

6.Daftar sidik ragam bobot segar akar ... 34

7.Data bobot kering akar (g) ... 35

8.Daftar sidik ragam bobot kering akar ... 35

9.Data klorofil daun kelapa sawit (%) ... 36

10.Daftar sidik ragam klorofil daun kelapa sawit (%) ... 36

11.Data klorofil daun tanaman sela (%) ... 37

12.Daftar sidik ragam klorofil daun tanaman sela ... 37

13.Jadwal pelaksanaan penelitian ... 38

14.Bagan penelitian ... 39

(12)

ABSTRAK

DINA ARSYI FAZRIN : Akuisisi N, P, K dan Produksi Kelapa sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela. Dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan IRSAL.

Produktivitas kelapa sawit yang masih rendah diperlukan perlakuan untuk peningkatan ketersediaan unsur hara salah satunya melalui peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Penelitian ini bertujuan untuk menguji akuisisi N, P, K dan produksi kelapa sawit menghasilkan dengan peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun, Kab. Simalungun Sumatera Utara pada bulan September sampai Desember 2013, menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial, Analisis data menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT untuk data yang nyata. Parameter yang diamati adalah bobot segar daun tanaman sela (g), bobot segar akar tanaman sela (g), bobot kering daun tanaman sela (g), bobot kering akar tanaman sela (g), analisis NPK tanah (%), analisis klorofil daun kelapa sawit (%), analisis klorofil daun tanaman sela (%), jumlah tandan buah segar (tandan), berat tandan buah segar (kg).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman tanaman sela berpengaruh nyata terhadap bobot segar daun tanaman sela (g), bobot segar akar tanaman sela (g), bobot kering daun tanaman sela (g), bobot kering akar tanaman sela (g), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap analisis NPK tanah (%), analisis klorofil daun kelapa sawit (%), analisis klorofil daun tanaman sela (%), jumlah tandan buah segar (tandan), berat tandan buah segar (kg).

(13)

ABSTRACT

DINA ARSYI FAZRIN Acquisition of N , P , K and Produce Palm Oil Production Plant Diversity through Improved Plant sidelines. Supervised by CHAIRANI HANUM and IRSAL .

Productivity is still low palm oil needed treatment for an increase in the availability of nutrients such as through an increase the sidelines plant diversity. This study aims to examine the acquisition of N , P , K and production of oil palm produce with increased the sidelines plant diversity. This research was conducted in PTPN III Kebun Bangun , Kab . Simalungun North Sumatera in September to December 2013 , using a randomized block design Non Factorial , analysis of data using analysis of variance followed by DMRT for real data . The parameters were observed the sidelines plant leave fresh weight ( g ) , fresh weight the sidelines plant roots ( g ) , dry weight the sidelines plants leaves ( g ) , root dry weight the sidelines plants ( g ) , NPK analysis of soil ( % ) , leaf chlorophyll analysis palm oil ( % ) , the sidelines plant leaf chlorophyll analysis ( % ) , the amount of fresh fruit bunches ( bunches ) , fresh fruit bunch weight ( kg ) .

The results showed that sidelines plant diversity real effect on the fresh weight of the sidelines plant leaf ( g ) , fresh weight sidelines plant roots ( g ) , dry weight the sidelines plant leaves ( g ) , root dry weight sidelines plants ( g ) , but no significant effect the soil NPK analysis ( % ) , palm leaf chlorophyll analysis ( % ) , the sidelines plant leaf chlorophyll analysis ( % ) , the amount of fresh fruit bunches ( bunches ) , fresh fruit bunch weight ( kg ) .

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan komoditi pertanian subsektor perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Kelapa sawit memiliki arti penting karena komoditi ini mampu menambah devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu

produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria (Fauzi, dkk., 2002).

(15)

tanaman lorong toleran naungan yang mampu bertahan di bawah tegakan kelapa sawit, diantarany, Stenotaphrum secundatum dan Arachis glabrata.

Penganekaragaman tanaman sela ini memiliki multi fungsi sebagai “up welling” dari pada hara yang dibutuhkan tanaman, peningkatan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia dan biologi tanah serta dengan perkembangannya yang cepat tanaman lorong ini mampu mengendalikan pertumbuhan gulma di sekitar areal pertanaman. Di samping itu dapat meningkatkan efektivitas pupuk yang diberikan. Karena kemungkinan terjadinya pencucian (Leaching) besar dengan efisiensi pupuk hanya sekitar 60%. Selain itu, laju erosi (run off) yang terjadi semakin kecil karena akar tanaman lorong mampu menahan dan mengikat agregat tanah sehingga kebutuhan tanaman kelapa sawit akan air akan terpenuhi, serta dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk membantu menyediakan pakan ternak.

Melihat berbagai permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pemanfaatan berbagai tanaman sela seperti kacangan dan pakan ternak yang diusahakan di areal pertanaman kelapa sawit menghasilkan dan melihatakuisisi N, P, dan K dan produksi kelapa sawit menghasilkan melalui peningkatan keanekaragaman tanaman sela.

Tujuan Penelitian

Menguji produksi dan akuisisi N, P, dan K pada kebun kelapa sawit menghasilkan dengan peningkatan keanekaragaman tanaman sela.

Hipotesis Penelitian

(16)

Kegunaan Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa sawit berakar serabut yang terdisi atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier.Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah.Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman ± 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 2008).

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).`

Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2008).

(18)

Tandan buah tumbuh di ketiak daun.Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2005).

Buah terdiri dari tiga lapisan. Eksokarp yaitu bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, Mesokarp, serabut/daging buah, Endokarp yaitu cangkang pelindung inti. Endokarp yaitu inti/kernel kelapa sawit.Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi (Soehardiyono, 1998).

Syarat Tumbuh

Iklim

Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah.Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

(19)

yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5- 7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Risza, 2008).

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil tanaman. Pada tanaman kelapa sawit temperatur optimal berkisar antara 24°-28°C dengan lama penyinaran matahari 5-7 jam per hari.Suhu rata-rata tahunan daerah pertanaman kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan adalah pada rata-rata suhu 25°C dan 27°C (Sianturi, 1993).

Tanah

Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N). Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).

Kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 6,5-7,0 dengan pH tanah ideal 5,5. Tanah harus gembur dan berdrainase baik.Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dalam banyak hal tergantung pada karakter lingkungan fisik dan kimia dimana tanaman ditumbuhkan (Sianturi, 1993).

(20)

untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah

besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawita dalah antara 0-150. Sedangkan di atas kemiringan 150 harus dibuat teras kontur. Pada topografi datar di daerah Sumatera Timur biasanya dijumpai tanah gleyhumik atau hidromorfik. Sedangkan tanah organosol (tanah gambut) vegetasinya terdiri dari hutan lebat dan terendam air (Risza, 2008).

Stenotaphrum secundatum

Rumput Stenotaphrum secundatum dikenal dengan nama umum “Buffallo grass” (Australia) atau St. Agustine grass (Amerika Serikat). Termasuk dalam family “Gramineae’ dengan sub-family Panicoideae (Sirait, dkk., 2010).

Stenotaphrum secundatum merupakan jenis rumput yang cocok tumbuh pada areal yang intensitas cahayanya rendah (Whiteman, 1980). Lebih jauh Smith dan Whiteman (1983) menyebutkan bahwa rumput S.secundatum merupakan tanaman yang sangat cepat berkembang, memiliki rhizoma dan stolon yang padat, perakaran yang kuat, kemampuan berkompetisi dengan gulma sangat kuat sehingga mampu menekan pertumbuhan gulma serta tahan terhadap penggembalaan berat.

(21)

Rumput Stenotaphrum secundatum dapat mempertahankan produksinya pada kondisi cahaya hanya 40% (taraf naungan 60%).Spesies yang toleran naungan sering menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau masih meningkat pada naungan sedang.Rumput Stenotaphrum secundatum dapat tumbuh pada curah hujan 1000 hingga >2000 mm di daerah tropis basah dan sub-tropis, namun lebih menyukai curah hujan yang lebih tinggi. Tumbuh dengan baik pada temperatur antara 20 hingga 300C pada ketinggian 0 hingga 1300 m di atas permukaan laut (Sirait, dkk., 2010).

Nilai nutrisi rumput Stenotaphrum secundatum (kandungan nitrogen, kecernaan protein kasar maupun kecernaan bahan kering) mengalami penurunan yang cepat dengan bertambahnya umur tanaman. Sehubungan dengan hal itu disarankan agar frekwensi penggembalaan maupun pemotongan dilakukan lebih teratur. Rumput ini sangat disukai ternak ruminansia besar maupun kecil saat masih muda. Terdapat kandungan oksalat sejumlah kira-kira 1% namun dilaporkan tidak menyebabkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsinya (Prawiradiputra, 2006).

(22)

lahan perkebunan kelapa, kelapa sawit maupun karet. Penggembalaan sebaiknya dilakukan secara bergiliran dengan membagi lahan rumput yang tersedia dalam beberapa petak (dibuat pagar pembatas). Lama pengembalaan paling optimal adalah 7 (tujuh) hari untuk setiap petak, dan kembali digembalakan ke petak yang pertama setelah 45-60 hari. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi rumput S.secundatum untuk tumbuh kembali setelah digembalai ternak (Prawiradiputra, 2006).

Stenotaphrum secundatum merupakan tumbuhan yang tumbuh baik pada intensitas cahaya rendah/toleran naungan, sangat cepat berkembang dan tumbuh cepat. Tumbuhan ini memiliki rhizoma dan stolon yang padat, memiliki perarakan sangat kuat, mampu berkompetisi dengan gulma, tahan pengembalaan berat, toleran pada tingkat naungan sampai 75%. Produktivitas S.Secundatum berkisar antara 17,0-41,0 ton/ha/tahun (bahan segar) atau 2,2-6,1 ton/ha/tahun. Dapat menjadi pilihan dalam pengembangan integrasi ternak dengan tanaman perkebunan (karet/kelapa sawit). Produktivitas tersebut dicapai pada penanaman dengan jarak tanam 50x50 cm antar dan di dalam baris, dibutuhkan materi tanam sebanyak 40.000 pols per ha

(23)

Kualitas hijauan dapat dilihat dari komposisi kimia hijauan dan kecernaan hijauan. Secara kualitas rumput Steno yang ditanam dengan kondisi ternaung memiliki kandungan protein kasar yang nyata lebih tinggi daripada Steno tanpa naungan. Fenomena ini terjadi karena dalam kondisi ternaung pembentukan dinding sel tanaman lebih sedikit, tanaman lebih sukulen dan kandungan isi sel lebih tinggi. Di samping hal tersebut, pada kondisi ternaung kehilangan nitrogen

karena penguapan lebih sedikit daripada dalam kondisi tanpa naungan (Suarna dan Sukarji, 2001).

Pengaruh naungan danaplikasi berbagai taraf nitrogen terhadap nilai kecernaan in vitro bahan kering hijauan. Sebagaimana halnya terhadap kandungan protein kasar hijauan, naungan juga memberikan pengaruh yang sama terhadap nilai kecernaan invitro hijauan. Peningkatan intensitas naungan memberikan perbaikan kualitas hijauan, tetapi menurunkan kandungan bahan kering hijauan. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Norton et al. (1991) bahwa naungan dapat menurunkan produksi hijauan, tetapi dapat meningkatkan kandungan nitrogen tanaman.

Arachis glabrata

(24)

Hasil penelitian Sirait dkk (2008) tanaman pakan ternak Arachis glabrata

menunjukkan adaptasi yang baik pada perlakuan naungan. Tidak terdapat perbedaan nyata produksi, konsumsi dan kecernaan pakan (kecuali kecernaan ADF) pada perlakuan naungan dengan tanpa naungan. Retensi nitrogen

A.glabrata pada N-75 nyata lebih tinggi dibanding N-55 dan N-0, tetapi retensi N pada N-55 dan N-0 tidak berbeda nyata. Kandungan protein kasar A.glabrata pada perlakuan naungan lebih tinggi disbanding tanpa naungan. Dengan hasil penelitian ini A.glabrata dapat direkomendasikan ditanam pada naungan sedang (hingga naungan 55%) dilihat dari adaptasi, produksi maupun kecernaannya serta berpotensi sebagai pakan ternak kambing.

Arachis glabrata tanaman pakan ternak yang berbeda dengan Arachis hypogea karena kemampuan reproduksi yang dapat tumbuh kembali dari rimpang maupun biji. Arachis glabrata dapat tumbuh pada tanah berpengairan baik dari tanah liat sampai tanah berpasir dan lebih menyukai tanah asam, selain itu tanaman ini tahan terhadap naungan dan merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Amerika Selatan (Sirait, dkk. 2008).

Produksi bobot segar dan bobot kering hijauan Arachis glabrata pada perlakuan interval pemotongan 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan yang paling baik adalah pada lapisan 1 kasa (intensitas cahaya + 50%) semakin meningkatnya intensitas naungan semakin rendah bobot segar maupun bobot kering dan tanaman

Arachis glabrata masih dapat tumbuh baik pada lapisan 2 kasa (intensitas cahaya

+ 30%) (Sutedi, dkk. 2010).

(25)

glabrata merupakan leguminosa yang memiliki kemampuan beradaptasi pada tanah yang berdrainase baik mulai dari tanah pasir sampai liat, lebih menyukai tanah masam namun dapat tumbuh baik pada tanah netral atau sedikit basa, selain

itu beradaptasi baik pada daerah tropis maupun subtropis (Bowman dan Wilson, 1996).

Arachis glabrata memiliki kualitas hijauan yang baik dan memiliki produksi bahan kering yang baik. Prine et al. (1981) melaporkan bahwa produksi bahan kering Arachis glabrata di Florida berkisar antara 0,7 – 1,3 ton/ha, sedangkan di daerah subtropis berkisar antara 0,8 – 1,0 ton/ha. Selain itu Arachis glabrata ini juga berpotensi sebagai tanaman pasture (padang penggembalaan).

Pada umumnya Arachis (baik A.glabrata maupun A. pintoi) dikenal

sebagai tanaman pakan yang bermutu tinggi. Bila ditanam sebagai penutup tanah

di perkebunan, Arachis dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menghemat

pemberian pupuk nitrogen karena mampu mengikat N dari udara. Sebagai

tanaman hias, Arachis dikenal sebagai pintonia. Selain karena kecantikan

bunganya yang berwarna kuning (yang mekar serentak pada pagi hari),

pertanaman Arachis mampu membentuk hamparan yang tebal dan padat sehingga

menekan pertumbuhan gulma. Tanaman ini juga kurang begitu memerlukan

(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun, Kabupaten Simalungun. Penelitian dimulai dari bulan September hingga Desember 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit Stenotaphrum secundatum, bibit Arachis glabrata sebagai bahan tanam yang diperoleh dari balai penelitian kambing potong Sei Putih, kebun kelapa sawit TM 8, kompos, pupuk NPK, dan bahan lain yang mendukung penelitian.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, timbangan, spektrofotometer untuk mengukur jumlah klorofil daun, lux meter untuk mengukur intensitas cahaya dan alat lain yang mendukung penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan 5 jenis tanaman sela, yaitu:

S0: Tanpa tanaman sela S1: Arachis glabrata 100%

S2: Stenotaphrum secundatum 100%

(27)

Diperoleh sebanyak 6 perlakuan, yaitu :

S0 S3

S1 S4

S2 S5

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 18 plot

Jumlah tanaman/plot : 36 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 540 tanaman

Jumlah sampel/plot : 1 jenis tanaman/plot Jumlah sampel seluruhnya : 24 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yij= µ + ρi + αj + εij

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4,5,6,

Dimana:

Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan tanaman sela pada taraf ke-j

µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan tanamanpada taraf ke-j εij : Galat dari blok ke-i, perlakuan tanamanke-j

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan pertanaman di gawangan kelapa sawit menghasilkan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa pelepah kelapa sawit. Kemudian tanah digemburkan dan dibuat bedengan. Kemudian dibuat pagar mengelilingi plot penelitian untuk menghindari gangguan dari hewan ternak. Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah, pupuk yang diberikan adalah pupuk kompos yang diolah menjadi satu pada plot penelitian. Kemudian dibuat lubang tanam dengan jarak 1x1 meter dan diberi pupuk NPK 3 gr per lubang tanam.

Penanaman Bibit

Bibit Stenotaphrum secundatum, dan Arachis glabrata yang digunakan berasal dari setek. Bibit ditanam satu minggu setelah pengolahan lahan. Bibit ditanam 1 per lubang tanam sesuai dengan perlakuan.

Pemeliharaan

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh pada minggu kedua. Untuk menjaga keseragaman dilakukan penanaman bibit cadangan bersamaan dengan penanaman pertama pada polibek di sekitar pertanaman.

Pemupukan

(29)

Panen

Pemanenan dilakukan setelah 3 bulan dilakukan penelitian. Tanaman sela yang dipanen merupakan tanaman sampel yang terdapat di setiap perlakuan. Pemanenan tanaman sela dilakukan dengan cara mencabut tanaman sampel hingga ke akar, kemudian dipisahkan bagian akar dan tajuk tanaman sela untuk pengambilan data parameter tanaman.

Pengamatan Parameter

Bobot Segar Daun tanaman sela (g)

Pengukuran bobot segar daun tanaman sela dilakukan setelah panen dengan menghitung bobot segar tanaman sampel per perlakuan. Tanaman sela dipotong bagian pangkal batangnya, kemudian dibersihkan dari kotoran dan dicuci, dikeringanginkan dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot Segar Akar tanaman sela (g)

Pengukuran bobot segar akar tanaman sela dilakukan setelah panen dengan menghitung bobot segar akar tanaman sampel per perlakuan. Tanaman sela dipotong bagian pangkal batangnya, diambil bagian akarnya kemudian dibersihkan dari kotoran dan dicuci, dikeringanginkan dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot Kering Daun tanaman sela (g)

(30)

dengan suhu 80oC dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot Kering Akar tanaman sela (g)

Pengukuran bobot kering dilakukan setelah panen dengan menghitung bobot kering akar tanaman sampel per perlakuan. Tanaman sela dipotong bagian pangkal batangnya kemudian dibersihkan dari kotoran dan dicuci, dikeringanginkan diambil bagian akar tanaman diovenkan selama 24 jam dengan suhu 80oC dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Analisis NPK tanah (%)

Analisis tanah dilakukan sebelum dan setelah penelitian dilaksanakan, yaitu dengan mengambil sampel tanah secara acak di 10 titik pada lahan penelitian kemudian dikompositkan untuk dianalisis di laboratorium.

Klorofil Daun Kelapa Sawit (%)

Pengukuran klorofil daun kelapa sawit dilakukan sebelum penanaman tanaman sela dan setelah panen tanaman sela dilakukan. Pelepah yang dijadikan sampel adalah pelepah ke 17 dan diambil anak daun yang berada di tengah yang diambil dari 2 sisi (4 kiri dan 4 kanan) dan diambil bagian tengah nya untuk dijadikan sampel daun. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer di laboratorium.

Klorofil Daun Tanaman Sela (%)

(31)

Jumlah Tandan Buah Segar (tandan)

Jumlah tandan buah segar dilakukan sebelum penelitian dan setelah penelitian dilakukan untuk melihat perbandingan produksi yang diperoleh sebelum dan sesudah ditanami berbagai tanaman sela. Pemanenan dilakukan dengan interval 1 bulan sekali. Pemanenan dilakukan pada tanaman yang telah membrondol (minimal 1 brondolan).

Berat Tandan Buah Segar (kg)

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun afdeling 2 berada di blok F 17 pada tanaman menghasilkan umur 8 tahun (tahun tanam 2005).

Gambar 1. Sebelum Tanam Gambar 2. Setelah Tanam

Kondisi areal pertanaman kelapa sawit menghasilkan umur 8 tahun tidak terdapat vegetasi yang dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah, vegetasi yang ada hanya gulma seperti pakis-pakisan dan rumput. Kondisi tanah yang sangat keras, sehingga dibutuhkan pengolahan tanah untuk melakukan budidaya. Setelah diukur tingkat intensitas cahaya yang ada pada lahan penelitian diperoleh hasil tingkat intensitas cahaya sebesar 40% yaitu dengan taraf naungan 60%. Kondisi ini sesuai untuk dilakukan penanaman Arachis glabrata dan

(33)

Bobot Segar Daun Tanaman Sela (g)

Gambar 3. Daun S. secundatum Gambar 4. Daun A. glabrata

Data pengamatan bobot segar daun tanaman sela (g) pada beberapa perlakuan tanaman sela dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian tanaman sela memberikan pengaruh nyata terhadap bobot segar daun. Rataan bobot segar daun tanaman sela dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bobot segar daun tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian tanaman sela

Perlakuan Bobot segar daun

……….g………

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

(34)

(A. glabrata 75%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%).

Dari hasil pengamatan bobot segar daun tanaman sela (g) pada perlakuan pemberian tanaman sela data tertinggi terdapat pada perlakuan S2 b (S. secundatum 100%) yakni 53,56 g yang berbeda nyata dengan S1 a (A. glabrata

100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 e (A. glabrata

75%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum

75%). Hal ini disebabkan karena Stenotaphrum secundatum pada perlakuan S2 b (S. secundatum 100%) hanya ditanam 1 jenis tanaman dalam satu plot, sehingga tanaman tumbuh lebih baik dibanding yang lainnya karena kontribusi unsur hara tidak terbagi ke tanaman lainnya, pemberian unsur hara yang ada di dalam tanah hanya diberikan pada tanaman Stenotaphrum secundatum sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimal dibanding plot yang terdapat lebih dari satu jenis tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur www.fp.uns.ac.id, (2008) yang menyatakan bahwa jumlah populasi tanaman Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Semakin tinggi tingkat kerapatan dan jumlah suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara.

Bobot Kering Daun Tanaman Sela (g)

(35)

Tabel 2. Bobot kering daun tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian tanaman sela

Perlakuan Bobot kering daun

……….g………

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh nyata terhadap bobot segar daun tanaman sela dengan hasil tertinggi terdapat pada perlakuan S2 b (S. secundatum 100%) yakni 43,61 g yang berbeda nyata dengan S1 a (A. glabrata 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 e (A. glabrata 75%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%).

(36)

Produktivitas S.Secundatum berkisar antara 17,0-41,0 ton/ha/tahun (bahan segar) atau 2,2-6,1 ton/ha/tahun.

Bobot Segar Akar Tanaman Sela (g)

Gambar 5. Akar S. secundatum Gambar 6. Akar A. glabrata

Data pengamatan bobot segar akar tanaman sela (g) pada beberapa perlakuan tanaman sela dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian tanaman sela memberikan pengaruh nyata terhadap bobot segar akar tanaman sela. Rataan bobot segar akar tanaman sela dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot segar akar tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian tanaman sela

Perlakuan Bobot segar akar

………..g………

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

(37)

(A. glabrata 100%), S2 b (S. secundatum 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%).

Dari hasil analisis sidik ragam bobot segar akar tanaman sela diketahui bahwa perlakuan S4 e (A. glabrata 75%), yakni 37,19 g yang berbeda nyata dengan S1 a (A. glabrata 100%), S2 b (S. secundatum 100%), S3 c (A. glabrata

50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata

25%) dan S5 h (S. secundatum 75%). Hal ini dikarenakan tanaman Arachis glabrata memiliki perakaran yang dalam dengan cabang yang banyak sehingga mempengaruhi bobot akar secara signifikan hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Sirait dkk. (2008) yaitu perakaran yang kuat dan dalam, akar berkembang dengan banyak cabang, batang menjalar di permukaan tanah, daun dan bunganya mirip dengan kacang tanah dan dapat distek untuk perbanyakan vegetatif.

Bobot Kering Akar Tanaman Sela (g)

(38)

Tabel 4. Bobot kering akar tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian tanaman sela

Perlakuan Bobot kering akar

…………...g………

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman sela dengan hasil tertinggi terdapat pada perlakuan S4 e (A. glabrata 75%), yakni 21,49 g yang berbeda nyata dengan S1 a (A. glabrata 100%), S2 b (S. secundatum 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%).

Dari hasil analisis sidik ragam pada parameter bobot kering akar tanaman sela diperoleh hasil tertinggi terdapat pada perlakuan S4 e (A. glabrata 75%), yakni 21,49 g yang berbeda nyata dengan S1 a (A. glabrata 100%), S2 b (S. secundatum 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%).

(39)

baik mulai dari tanah pasir sampai liat, lebih menyukai tanah masam namun dapat tumbuh baik pada tanah netral atau sedikit basa, selain itu beradaptasi baik pada daerah tropis maupun subtropis. Arachis glabrata memiliki kualitas hijauan yang baik dan memiliki produksi bahan kering yang baik. Prine et al. (1981) melaporkan bahwa produksi bahan kering Arachis glabrata di Florida berkisar antara 0,7 – 1,3 ton/ha, sedangkan di daerah subtropis berkisar antara 0,8 – 1,0 ton/ha. Selain itu Arachis glabrata ini juga berpotensi sebagai tanaman pasture (padang penggembalaan).

Klorofil Daun Kelapa Sawit

Gambar 7. Proses analisis klorofil daun kelapa sawit

Data pengamatan klorofil daun kelapa sawit dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian tanaman sela memberikan pengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun kelapa sawit. Hasil analisis klorofil daun kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis klorofil daun kelapa sawit

Perlakuan Klorofil

…………%...

S0 (Tanpa tanaman sela) 59,954

(40)

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun kelapa sawit dengan hasil tertinggi terdapat pada perlakuan S3 (Arachis g. 50% + Stenotaphrum s. 50%) sebesar 60,519%, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan S2 (Stenotaphrum s.

100%) sebesar 59,953%.

Berdasarkan hasil sidik ragam klorofil daun kelapa sawit diperoleh hasil perlakuan pemberian tanaman sela tidak berpengaruh nyata terhadap klorofil daun kelapa sawit. Dapat dilihat bahwa hasil klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan S3 (Arachis g. 50% + Stenotaphrum s. 50%) yaitu sebesar 60,519%, hal ini dikarenakan pengaruh pemberian unsur nitrogen yang dilakukan oleh Arachis glabrata yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara menjadi nitrogen yang tersedia bagi tanaman. Unsur nitrogen sangat dibutuhkan tanaman dalam pembentukan klorofil daun pada saat proses fotosintesis terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur Balitnak, (2010) yang menyatakan bahwa pada umumnya Arachis (baik A.glabrata maupun A. pintoi) dikenal sebagai tanaman pakan yang bermutu

tinggi. Bila ditanam sebagai penutup tanah di perkebunan, Arachis dapat

meningkatkan kesuburan tanah dan menghemat pemberian pupuk nitrogen karena

mampu mengikat N dari udara.

Klorofil Daun Tanaman Sela

(41)

Data pengamatan klorofil daun tanaman sela dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian tanaman sela memberikan pengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun tanaman sela. Hasil analisis klorofil daun tanaman sela dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil analisis klorofil daun tanaman sela

Perlakuan Klorofil

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun tanaman sela dengan hasil tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (Arachis g. 100%) sebesar 62,662%, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan S2 (Stenotaphrum s. 100%) sebesar 59,895%.

Berdasarkan hasil analisis klorofil daun tanaman sela diperoleh jumlah klorofil terendah terdapat pada perlakuan S2 (Stenotaphrum s. 100%) yaitu sebesar 59,895%. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak ada nya tanaman Arachis glabrata yang terdapat pada perlakuan S1 yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara sehingga unsur hara yang diperlukan tanaman menjadi bertambah untuk peningkatan produktivitas tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Balitnak, (2010) yang menyatakan bahwa pada umumnya Arachis baik A.glabrata maupun

A. pintoi dikenal sebagai tanaman pakan yang bermutu tinggi. Bila ditanam

(42)

tanah dan menghemat pemberian pupuk nitrogen karena mampu mengikat N dari

udara.

Analisis NPK Tanah

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian tanaman sela memberikan pengaruh tidak nyata terhadap NPK Tanah. Hasil analisis NPK tanah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil analisis NPK tanah

Waktu N P K

………...%...

Tanpa tanaman sela 0.18 4 0.38

Di bawah tegakan tanaman sela 0.14 43 0.35 Tabel 7 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan fosfor di dalam tanah setelah diberi perlakuan tanaman sela dan terjadi penurunan kadar nitrogen dan kalium setelah dilakukan pemberian tanaman sela.

(43)

Jumlah Tandan Buah Segar

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tandan buah segar. Hasil pengamatan jumlah tandan buah segar dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Tandan Buah Segar

Bulan Jumlah pokok Jumlah tandan Jumlah tandan rata-rata

.….pokok….. ………..tandan………

Agustus 3262.4 1337 2.440

September 2277.8 828 2.751

Oktober 2844 788 3.609

November 2651 1323 2.004

Desember 4888 1368 3.573

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh tidak nyata terhadap produksi jumlah tandan buah segar dengan hasil rata-rata tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 3,573 tandan, sedangkan terendah terdapat pada bulan November sebesar 2,004 tandan.

(44)

hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga jantan dan menurunkan jumlah bunga betina.

Berat Tandan Buah Segar

Dari hasil pengamtan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tanaman sela memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produksi berat tandan buah segar. Hasil pengamatan berat tandan buah segar dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Berat tandan buah segar Bulan Berat

tandan

Jumlah pokok

Jumlah

tandan Berat tandan rata-rata ...tandan… …pokok... …tandan… ………….kg………….

Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh tidak nyata terhadap produksi berat tandan buah segar dengan hasil rata-rata tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 18,775 kg, sedangkan terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 12,200 kg.

(45)

butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah

bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3)

melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman

penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan,

mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tidak terdapat pengaruh yang nyata dari akuisisi N, P, K, tanah dengan perlakuan peningkatan keanekaragaman tanaman sela, tetapi dapat meningkatkan unsur fosfor di dalam tanah.

2. Pertumbuhan Stenotaphrum secundatum yang ditandai dengan bobot kering tajuk menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan S1 (Stenotaphrum secundatum 100%) sebesar 43.61 g dan dengan bobot kering akar menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan S3 (Stenotaphrum secundatum

25%) sebesar 4.03 g.

3. Pertumbuhan Arachis glabrata yang ditandai dengan bobot kering tajuk menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan A3 (Arachis glabrata 75%) sebesar 21.83 g dan dengan bobot kering akar menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan A3 (Arachis glabrata 75%) sebesar 21.49 g.

4. Produksi kelapa sawit mengalami peningkatan pada bulan Oktober, Nopember dan Desember yang ditandai dengan peningkatan bobot tandan buah segar dengan perlakuan keanekaragaman tanaman sela.

Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, C., S. Kita, H. Toda., O. Karyanto., and K. Hariba. 2000. Legume Cover Crop as a Soil Amendment in Short Rota Plantation of Tropical Forest.

Balitnak, 2007. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol.29. no.2.Ciawi

Bowman, A.M. and G.P.M. Wilson. 1996. Persistence and yield of forage peanuts (Arachis spp.) on the New South Wales north coast. Tropical Grassland 30: 402 – 406.

Crowder, L.V. 1960. Gramineaes Leguminoses Forages in Colombia, DIA Boletin Technic, 8. Bogota.

Djaenudin, D. 1992. Interpretasi potensi lahan untuk pewilayahan komoditas pertanian. Latihan alih teknologi hasil penelitian tanah dan agroklimat. Puslit Tanah dan Agroklimat dan BPLP, Ciawi, Bogor.

Fanindi, A., S. Yuhaeni, E. Sutedi dan Oyo. 2011. Pengaruh Naungan Dan Interval Pemotongan Terhadap Produksi Hijauan Arachis glabrata (Effect Shade Levels and Cutting Interval on Arachis Glabrata Production). Balitnak, Ciawi.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal.

Jayadi, S. 1991. Tanaman Makanan Ternak Tropika. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun., 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Jakarta.

Norton, B.W., J.R. Wilson, H.M.Shelton, and K.D. Hill, 1991. The Effect of shade on forage quality. In: H.M. Shelton and W.W Sturs (eds.). Forages for Plantation Crops. Proceeding of workshop, Sanur, Bali, Indonesia. 83 – 88. Prawiradiputra, B.R., Sajimin, N.D. Purwantari dan I. Herdiawan. 2006. Hijauan

Pakan Ternak di Indonesia. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

(48)

S-Risza, S. 2008. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Sastrosayono, S., 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sianturi, R. F. 1993. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Kebun Inti Pir Trans PT Agrowijaya Sei Tungkal Jambi. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan).

Sinukaban, N. 1994. Membangun Pertanian Menjadi Lestari dengan Konservasi. Faperta IPB. Bogor.

Sirait, J., R. Hutasoit, Junjungan dan K. Simanihuruk. 2008. Potensi arachis glabrata yang ditanam pada taraf naungan berbeda sebagai pakan ternak kambing: morfologi, produksi, nilai nutrisi Dan kecernaan (Potency of

Arachis glabrata Planted at Different Shading Level as Goat Feed: Morphology, Production, Nutritive Value and Digestibility). Loka Penelitian Kambing Potong. Galang.

Soejono, A. T. 1986. Peranan Cara Pembukaan Lahan Alang-Alang Terhadap Pertumbuhan Gulma Pada Pertanaman Calopogoniumgonium mucunoides.Desv. Prosiding Konperensi Ke VIII. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bandung

Sunarko., 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Kanisius. Jakarta.

Sturr, W. W., and H. M. Shelthon. 1990. Review of Forage Resources in Plantation Crops of Southeast Asia and The Pacific. Forages fo Plantation Crops. Proceeding of a Workshop. Sanur beach. Bali. 25-31.

(49)

Lampiran 1. Data Bobot Segar Daun (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Daun

(50)

Lampiran 3. Data Bobot Kering Daun tanaman sela (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Daun

(51)

Lampiran 5. Data Bobot Segar Akar Tanaman Sela (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Daun

(52)

Lampiran 7. Data Bobot Kering Akar Tanaman Sela (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3

Lampiran 8. Daftar sidik ragam bobot kering akar

(53)

Lampiran 9. Klorofil Tanaman Kelapa Sawit

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3

S0 58.728 60.169 60.9659 179.863 59.9543 S1 61.568 60.7254 58.3553 180.649 60.2162 S2 57.6543 61.6824 60.5237 179.86 59.9535 S3 62.5431 58.6711 60.3447 181.559 60.5196 S4 59.6561 57.0211 63.7286 180.406 60.1353 S5 57.2654 61.6322 62.1149 181.013 60.3375 Total 357.415 359.901 366.033 1083.35

Rataan 59.5692 59.9836 61.0055 60.1861

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Klorofil Tanaman Kelapa Sawit

SK DB JK KT FH F.05 Ket.

PERLAKUAN 5 0.73649 0.1473 0.02687 3.32583 tn BLOK 2 6.55855 3.27928 0.59819 4.10282 tn

GALAT 10 54.8196 5.48196

TOTAL 17 62.1146

FK 65202.5

(54)

Lampiran 11. Klorofil Tanaman Sela

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3

S1 62.54 60.87 64.58 187.99 62.66

S2 58.34 59.57 61.77 179.68 59.89

S3 60.23 61.87 65.1 187.20 62.40

S4 61.98 59.87 62.92 184.77 61.59

S5 63.11 58.46 66.29 187.86 62.62

Total 306.2 300.64 320.66 927.5

Rataan 61.24 60.128 64.132 61.8333

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Klorofil Tanaman Sela

SK DB JK KT FH F.05 Ket.

PERLAKUAN 4 16.355 4.08875 1.77795 3.83785 * BLOK 2 42.7204 21.3602 9.28827 4.45897 tn

GALAT 8 18.3976 2.29969

TOTAL 14 77.4729

FK 57350.4

(55)

Lampiran 14. Bagan penelitian

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

S3

S4

S0

S5

S0

S4

S2

S1

S3

S2

S0

S4

S5

S1 S1

S2 S5 S3

(56)

Lampiran 15. Gambar Penelitian

(57)

Tanaman Sampel

Gambar

Tabel 1. Bobot  segar daun tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian     tanaman sela
Tabel 2. Bobot kering daun tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian tanaman sela
Tabel 3. Bobot  segar akar tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian tanaman sela
Tabel 4. Bobot kering akar tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian tanaman sela
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berikut adalah tabel kegiatan pelaksanan: melakukan pelatihan tata cara survey dan penggalian potensi bersama dengan instruktur yang dipandu oleh aparat desa Muaro

Abstrak—Berdasarkan penelitian penulis pada tahun 2013, kepariwisataan Kota Surabaya mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan akan pemenuhan atribut

Distribusi sumberdaya manusia berkualitas melalui tenaga kerja yang terjadi di kampung-kampung sentra batik di Kota Pekalongan dapat digambarkan bahwa, tenaga kerja

Dari hasil penelitian ini menunjukkan resep yang diberikan di Puskesmas Bontolempangan II Kabupaten Gowa bahwa 50 resep memiliki potensi drug-drug interaction

sebagai penelitian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar.10 Dalam secara singkat pengertian tradisi adalah suatu hal yang sudah

Hal ini berarti 56,3 persen dari variansi manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 dijelaskan oleh variansi

Berdasarkan Tabel 6 tentang skala penilaian dapat dinyatakan bahwa media pembelajaran bervisi SETS dari aspek materi mendapatkan hasil penilaian dari ahli materi,

Oleh sebab itu untuk mengetahui besar pendapatan yang diperoleh petani aren didaerah tersebut maka dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan harapan untuk