• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU DAN ASPEK PAKAN RUSA TIMOR (

Rusa

timorensis

Blainville 1822) REMAJA PADA KANDANG

DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

MUHAMMAD ZIA UL HAQ

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Muhammad Zia Ul Haq

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD ZIA UL HAQ. Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda. Dibimbing oleh M. YAMIN dan PUJO SETIO.

Upaya peningkatan produktivitas penangkaran rusa timor (Rusa timorensis) dapat dilakukan melalui perbaikan manajemen pakan dan pemeliharaan yang disesuaikan dengan perilaku rusa. Penelitian ini bertujuan mempelajari aspek pakan dan perilaku harian rusa timor pada kelompok umur remaja (12-24 bulan) di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga, Bogor. Pada penelitian ini, rusa diberi pakan hijauan pilihan (rumput hanjeli, rumput gajah, rumput sulanjana dan gewor) dan rumput lapang. Pada kandang individu, nilai preferensi tertinggi adalah rumput gajah dan nilai palatabilitas tertinggi adalah rumput sulanjana. Hal sebaliknya terjadi pada kandang kelompok. Rataan konsumsi harian pakan segar dan bahan kering, pertambahan bobot badan rusa dan efisiensi pakan lebih tinggi bila diberikan pakan hijauan pilihan yaitu 4.87±0.51 kg/individu, 0.73±0.07 kg/individu, 0.15±0.05 kg/individu dan 22.59%. Rataan koefisien cerna pakan rusa timor adalah BK 52.95±6.90%, lemak kasar 30.87±26.00%, protein kasar 49.68±2.76%, serat kasar 56.49±6.48%, dan BETN 59.21±8.40%. Perilaku harian rusa timor pada kandang individu didominasi oleh makan, ruminasi, lokomosi dan istirahat. Kesimpulan penelitian ini bahwa untuk meningkatkan produktivitas rusa sebaiknya ternak dipelihara pada kandang individu.

Kata kunci: pakan, perilaku, penangkaran, rusa timor

ABSTRACT

MUHAMMAD ZIA UL HAQ. Behavior and Feeding Aspects of Adolescent Java Deer (Rusa timorensis Blainville, 1822) On Different Cages and Kind of Feeding. Supervised by M. YAMIN and PUJO SETIO.

Efforts to improve the productivity of java deer (Rusa timorensis) can be done through improvements in the feed management and maintenance customized with deer behavior. This research aims to study the aspects of feed and daily behavior of java deer in adolescent age group (12-24 months) in captive breeding of Hutan Penelitian Dramaga, Bogor. In this study, deer were fed selective forage (Coix lacryma-jobi Lour, Pennisetum purpureum Schum, Hierochloe horsfieldii

Maxim, and Commelina benghalensis L) and field grass. Result show on individual cages, the highest feed preference value was Pennisetum purpureum

(5)

Daily behavior of java deer in individual cages were dominated by eating, rumination, movement and resting. In conclusion, to increase production that deers is better to be raised on individual cages.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PERILAKU DAN ASPEK PAKAN RUSA TIMOR (

Rusa

timorensis

Blainville 1822) REMAJA PADA KANDANG

DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

MUHAMMAD ZIA UL HAQ

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda

Nama : Muhammad Zia Ul Haq NIM : D14070252

Disetujui oleh

Dr Ir M Yamin, MAgrSc Pembimbing I

Drh Pujo Setio, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Ir. M. Yamin, M.Agr.Sc. dan Bapak Drh. Pujo Setio, M.Si. sebagai pembimbing penelitian. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu selama penelitian, khususnya rekan-rekan di Penangkaran HP Dramaga, Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai aspek pakan dan tingkah laku rusa timor. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan strategi baru dalam optimalisasi manajemen pemberian pakan sehingga dapat menunjang efesiensi budidaya rusa.

Bogor, Agustus 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Aspek Pakan 5

Kandungan Gizi Bahan Pakan 5

Preferensi dan Palatabilitas Pakan 6

Tingkat Konsumsi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan 8

Kecernaan Bahan Pakan 10

Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestible Energy (DE) 11

Perilaku Rusa Timor 11

Perilaku Makan 12

Perilaku Non Makan 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(11)

DAFTAR TABEL

1 Identitas individu rusa timor sebagai materi penelitian di penangkaran

HP Dramaga, Bogor 2

2 Analisis proksimat kandungan zat gizi bahan pakan 6 3 Persentase preferensi rusa timor terhadap pakan hijauan pilihan pada

kandang individu dan kelompok di penangkaran HP Dramaga 7 4 Persentase palatabilitas pakan rusa timor pada kandang individu dan

kelompok di penangkaran HP Dramaga 7

5 Rataan tingkat konsumsi pakan rusa timor (Rusa timorensis) pada

kandang individu di penangkaran HP Dramaga 8

6 Rataan jumlah konsumsi pakan segar berdasarkan jenis pakan dan waktu pemberian pada kandang individu di penangkaran HP Dramaga 10 7 Koefisien cerna pakan pilihan rusa timor pada kandang individu di

penangkaran HP Dramaga 10

8 Gross energy (GE), total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy (DE) pakan rusa timor pada kandang individu di penangkaran

HP Dramaga 11

9 Persentase perilaku harian rusa timor pada kondisi habitat yang berbeda 12

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi hutan penelitian (HP) dramaga, Bogor 5

2 Grafik kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada pagi hari 7 3 Grafik kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada sore hari 8 4 Persentase perilaku harian rusa timor (Rusa timorensis) selama hari

terang di penangkaran HP dramaga, Bogor 11

5 Grafik hubungan antara perilaku makan dan ruminasi rusa timor pada

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan jenis satwa liar yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Namun demikian, pemanfaatannya masih dapat dilakukan terutama dari hasil penangkaran sesuai PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Pemanfaatan rusa timor dilakukan karena nilai ekonomis hasil penangkaran, antara lain berupa daging, ranggah, velvet, kulit, dan hewan hidupnya. Jenis satwa liar ini juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber daya genetik (SDG) ternak dan sumber protein hewani alternatif. Peluang rusa sebagai satwa harapan dan prospek pemuliaan untuk ternak dapat dilakukan dengan mengacu kepada Undang-Undang (UU) No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta PP No. 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak.

Optimalisasi penangkaran rusa timor di Indonesia dapat dilakukan melalui penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) penangkaran. Oleh sebab itu, inovasi dalam sistem pemeliharaan rusa yang berbasis peternakan perlu dilakukan agar rusa dapat dibudidayakan secara efektif dan tinggi produktivitasnya. Upaya peningkatan produktivitas penangkaran yang dapat dilakukan antara lain perbaikan manajemen pakan dan pemeliharaan sesuai dengan perilaku rusa timor.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari perilaku dan aspek pakan rusa timor kelompok umur remaja (12-24 bulan) pada kandang dan jenis pakan yang berbeda di penangkaran rusa Hutan Penelitian (HP) Dramaga, Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan (Januari-April 2012). Metode penelitian berupa percobaan lapangan (kandang penangkaran) di Penangkaran Rusa Timor Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, dan pengujian sampel pakan serta feses (analisa proksimat) di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor. Metode pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, dengan analisis data deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa data primer hasil pengamatan dan pengukuran, serta data sekunder tentang informasi materi penelitian dan kondisi umum penangkaran.

Bahan

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah empat individu rusa timor

(Rusa timorensis Blainville 1822) kelompok umur remaja (12-24 bulan) dengan identitas ditunjukan Tabel 1. Kandang pelihara yang digunakan adalah empat unit kandang individu dengan luas 3 m2/unit dan satu unit kandang kelompok dengan luas 12 m2.

Pakan hijauan pilihan pada perlakuan yang diberikan adalah rumput hanjeli (Coix lacryma-jobi Lour), rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum), rumput sulanjana (Hierochloe horsfieldii Maxim), dan gewor (Commelina benghalensis

L.), sedangkan pakan yang digunakan sebagai pembanding adalah rumput lapang HP Dramaga yang biasa diberikan pada rusa.

Alat

(14)

3

Prosedur

Penelitian aspek pakan dilakukan dengan cara cafetaria feeding dan frekuensi pemberian dua kali pada pagi (pukul 06.00 WIB) dan sore (pukul 15.00 WIB) selama 24 hari pengamatan. Hari pengamatan berbeda antara perlakuan pemberian pakan hijauan pilihan dan rumput lapang. Volume pemberian pakan hijauan pilihan sebanyak 4 kg/individu/periode waktu pemberian (masing-masing jenis adalah 1 kg) dan pakan rumput lapang sebanyak 4 kg/individu/periode waktu pemberian. Parameter pengamatan aspek pakan adalah nilai gizi, preferensi dan palatabilitas, volume konsumsi, pertambahan bobot badan, serta kecernaan bahan pakan. Perincian parameter pengamatan sebagai berikut:

 Kandungan Gizi; merupakan nilai unsur gizi pakan dari hasil analisis proksimat untuk setiap sampel jenis pakan.

 Preferensi; merupakan nilai kecenderungan rusa dalam memilih jenis pakan dari beberapa jenis yang diberikan. Pengamatan preferensi pakan dilakukan selama 6x5 menit pertama setiap periode waktu pemberian pakan dan ulangan sebanyak 6 kali (3 hari awal dan 3 hari akhir pengamatan).

 Palatabilitas; merupakan nilai suatu jenis pakan yang paling banyak dimakan dari beberapa jenis yang diberikan. Nilai ini diukur setiap akhir periode makan dari persentase selisih penimbangan pakan awal dan sisa.

 Volume Konsumsi Harian; merupakan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap individu rusa selama satu hari. Nilai ini dihitung dari selisih penimbangan pakan awal dan sisa pakan selama satu hari setiap individu rusa.  Pertambahan Bobot Badan Harian; merupakan selisih bobot badan rusa antara

akhir dan awal perlakuan dan dibagi dengan jumlah hari perlakuan.

 KecernaanPakan; meliputi koefisien cerna, Total Digestible Nutrient (TDN), dan Digestible Energy (DE). Dasar perhitungan kecernaan pakan dihitung dari hasil proksimat sampel bahan pakan dan feses, dengan menggunakan rumus menurut Tillman et al. (1991):

Keterangan: KC = koefisien cerna; I = zat yang dimakan; dan F = zat dalam feses

Keterangan: TDN = Total Digestible Nutrient; PK = Protein Kasar; LK = Lemak Kasar; SK = Serat Kasar; BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; dan dd = dapat dicerna

(15)

4

Penelitian perilaku harian rusa hanya dilakukan selama hari terang yaitu 12 jam (pukul 06.00-18.00 WIB) dengan ulangan pengamatan sebanyak tiga kali. Hal ini diasumsikan karena aktivitas harian oleh pengelola di penangkaran lebih utama pada hari terang. Pengamatan perilaku selama hari terang dilakukan dengan membagi empat periode waktu masing-masing selama tiga jam, yaitu pukul 06.00-09.00 WIB, pukul 09.00-12.00 WIB, pukul 12.00-15.00 WIB, dan pukul 15.00-18.00 WIB. Perilaku rusa yang diamati meliputi makan (aktivitas makan dan ruminasi) dan non makan (eliminative, lokomosi, grooming, istirahat, dan vokalisasi). Uraian tingkah laku tersebut menurut Fraser (1974) adalah sebagai berikut:

1. Tingkah laku makan: meliputi semua aktivitas makan dan minum. Makanan dimasukkan ke rongga mulut dari hasil pengambilan yang dilakukan dengan menggunakan lidah;

2. Tingkah laku mencari perlindungan: tingkah laku hewan dalam mencari lokasi dan suasana yang nyaman serta aman dari segala bahaya;

3. Tingkah laku menyelidik: ditandai dengan mengangkat kepala untuk melihat sekeliling, mendengar, mencium suatu objek, kemudian meneruskan makan; 4. Tingkah laku meniru: tingkah laku yang menyangkut berbagai macam

aktivitas dan semua hewan melakukan aktivitas yang sama; 5. Agonistic: mencakup sikap agresif dan sikap tunduk hewan; 6. Eliminative: mencakup aktivitas defekasi dan urinasi; 7. Epimiletic: berhubungan dengan tingkah laku keindukan;

8. Et-epimiletic: merupakan tingkah laku seekor anak untuk mendekati induknya atau pemeliharanya;

9. Tingkah laku seksual: hewan jantan dan betina mempunyai tingkah laku seksual yang berbeda.

Pengamatan perilaku rusa dihitung berdasarkan persentase penggunaan waktu setiap aktivitas selama 12 jam pada hari terang.

(16)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Hutan Penelitian (HP) Dramaga merupakan areal penelitian yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (P3KR), Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan. HP Dramaga memiliki luas ± 60 hektar dan merupakan salah satu hutan penelitian yang mewakili ekosistem dataran rendah. HP Dramaga terletak pada posisi 6o32’59.04”-6o33’13.98” LS dan 106o44’0.06”–106o44’59.64” BT, ketinggian 244 m dpl dan bertopografi datar sampai bergelombang ringan (P3KR 2012). Rataan curah hujan di daerah ini adalah 3552 mm/tahun dengan hari hujan 187 hari, suhu maksimum 32.8o C dan suhu minimum 22.4o C, serta rataan kelembaban 84.17%±4.32% (BMKG 2012).

Gambar 1. Lokasi Hutan Penelitian (HP) Dramaga, Bogor

Penangkaran Rusa Timor berada di wilayah HP Dramaga dengan areal seluas ± 2.5 ha yang terdiri bangunan fisik (kandang, gudang, instalasi pengolahan limbah kantor, halaman parkir dan instalasi lainnya) seluas ± 0.5 ha dan kebun pakan seluas ± 2 ha. Fasilitas kandang penangkaran terdiri dari kandang halaman (yard), kandang pedok intensif (mini ranch), kandang pembiakan, kandang individu dan koridor antar kandang. Jumlah populasi rusa timor sampai dengan bulan Juli 2012 adalah 49 ekor, yang terdiri dari 31 ekor rusa dewasa umur >24 bulan (13 ekor jantan dan 18 ekor betina), 9 ekor rusa remaja umur 12-24 bulan (2 ekor jantan dan 7 ekor betina), dan 9 ekor rusa anakan 0-12 bulan (3 ekor jantan dan 6 ekor betina).

Aspek Pakan Kandungan Gizi Bahan Pakan

(17)

6

paling tinggi dari 17 jenis pakan hijauan yang pernah diujicoba di penangkaran HP Dramaga, Bogor. Namun demikian, keempat jenis pakan hijauan pilihan yang diujicobakan belum memenuhi kebutuhan protein, kalsium dan fosfor untuk pertumbuhan optimal, walaupun kebutuhan energi sudah terpenuhi. Rusa membutuhkan protein, kalsium, dan fosfor masing-masing adalah 13-16%, 0.45%, dan 0.35% dari bahan kering pakannya untuk pertumbuhan optimal (Setio et al.,

2011). Kebutuhan protein rusa timor yang berumur lebih dari 12 bulan adalah 19% dari bahan kering sedangkan kebutuhan energi rusa adalah 3381 Kkal/ekor/hari. Oleh sebab itu, pemberian pakan perlu dibuat formulasi (pencampuran bahan pakan lainnya), sehingga kebutuhan pertumbuhan rusa dapat terpenuhi dan tidak terjadi defisiensi zat gizi pakan.

Tabel 2 Analisis proksimat kandungan zat gizi bahan pakan Zat makanan

(18)

7 Tabel 3 Persentase preferensi rusa timor terhadap pakan hijauan pilihan pada

kandang individu dan kelompok di penangkaran HP Dramaga Perlakuan Pemberian

Pakan

Preferensi Rusa Terhadap Pakan Hijauan Pilihan (%) Rumput

Hanjeli

Rumput

Sulanjana Rumput Gajah Gewor

Kandang Individu

Pagi 14.65±0.04 21.78±0.08 38.64±0.09 24.93±0.09 Sore 8.78±0.05 26.98±0.06 36.8±0.09 28.17±0.09 Rataan 11.71±0.05 24.38±0.07 37.36±0.08 26.55±0.08

Kandang Kelompok

Pagi 10.84±3.90 38.87±15.59 34.99± 10.15 15.26±8.66 Sore 19.95±10.51 37.22±12.69 26.84±8.25 16.11±7.95 Rataan 15.39±3.30 38.04±13.21 30.91±7.10 15.68±7.22

Tabel 4 Persentase palatabilitas pakan rusa timor pada kandang individu dan kelompok di penangkaran HP Dramaga

Perlakuan Pemberian Pakan

Palatabilitas Pakan Terhadap Hijauan Pilihan (%) Rumput

Hanjeli

Rumput

Sulanjana Rumput Gajah Gewor

Kandang

Berdasarkan uji lanjutan, ternyata tidak terdapat pengaruh yang nyata antara preferensi dan palatabilitas terhadap model kandang pemeliharaan dan terhadap waktu pemberian pakan. Data pada Tabel 3 dan 4 yang dianalisa dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa pada selang kepercayaan 95%, didapatkan

P-value > 0.05. Selanjutnya, pola kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada kandang individu terdapat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

(19)

8

Gambar 3 Grafik kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada sore hari Kecenderungan pemilihan pakan pada rusa timor tergambar dalam dua pola pemilihan pakan, yaitu kecenderungan peningkatan dan penurunan, serta pola pemilihan dari jenis pakan yang dimakan lebih dahulu. Rumput gajah dan gewor merupakan jenis pakan yang paling dipilih lebih dahulu dibandingkan rumput sulanjana dan rumput hanjeli pada lima menit pertama di pagi dan sore hari. Kecenderungan pemilihan rumput gajah dan gewor relatif menurun pada periode lima menit berikutnya. Sebaliknya, pemilihan pakan meningkat pada rumput sulanjana dan rumput hanjeli. Disparitas yang cukup besar dalam konsumsi awal antara rumput gajah dan gewor dengan rumput sulanjana dan rumput hanjeli terkait dengan kandungan kadar air. Konsumsi rumput gajah dan gewor yang memiliki kadar air tinggi merupakan penyesuaian kebutuhan kadar air pakan terhadap temperatur lingkungan.

Tingkat Konsumsi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan

Pakan digunakan sebagai sumber energi untuk memenuhi berbagai kehidupan, baik untuk pemenuhan hidup pokok maupun untuk perkembangan dan produksi. Rataan tingkat konsumsi pakan rusa timor terhadap pakan hijauan pilihan dan rumput lapang pada kandang individu ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Rataan tingkat konsumsi pakan rusa timor (Rusa timorensis) pada

kandang individu di penangkaran HP Dramaga

Parameter Kelompok Hijauan Pilihan Kelompok Rumput Lapang

♂ ♀ Rataan ♂ ♀ Rataan

∑ individu 2 2 2 2

Berat badan awal

(kg/individu) 28.28±0.18 21.85±4.74 25.06±4.61 32.54±0.76 24.60±6.31 28.57±5.88 Rataan PBBH

(kg/individu/hari) 0.18±0.02 0.11±0.07 0.15±0.05 -0.08±0.03 -0.01±0.08 -0.05±0.07 Konsumsi BB

(kg/individu/hari) 5.31±0.48 4.44±0.63 4.87±0.51 477±0.25 4.26±0.36 4.51±0.26 Konsumsi BK

(kg/individu/hari) 0.79±0.07 0.67±0.09 0.73±0.07 0.59±0.03 0.53±0.04 0.56±0.03 Efisiensi Pakan

(%) 21.57 23.60 22.59 16.48 19.82 18.15

(20)

9 Rataan tingkat konsumsi pakan hijauan dalam bentuk segar (berat basah) di penangkaran HP Dramaga selama 24 hari pengamatan terhadap jenis pakan hijauan pilihan perlakuan sebesar 4.87±0.51 kg/individu/hari dan pakan rumput lapang sebesar 4.51±0.26 kg/individu/hari. Tingkat konsumsi pakan hijauan ini hampir sama nilainya dengan penelitian Setio et al. (2010) yang menggunakan hijauan lapangan, yaitu tingkat konsumsi pakan segar untuk rusa kelompok umur 12-24 bulan adalah 4.69±0.73 kg/individu/hari. Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa palatabilitas terhadap suatu bahan pakan dapat mempengaruhi volume konsumsi pakan.

Rataan efisiensi konsumsi pakan hijauan pilihan pada kandang individu di penangkaran adalah 22.59%. Hasil tersebut lebih tinggi dari efisiensi konsumsi pakan rusa timor di alam berdasarkan penelitian Hasiholan (1995) yaitu sebesar 19%. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan kondisi lingkungan dan tingkat persaingan antara pola pemeliharaan pada kandang individu di penangkaran dengan kehidupan di alam bebas. Perbedaan nilai efisiensi juga dapat dipengaruhi kualitas gizi yang terkandung dalam pakan, terutama antara jenis pakan hijauan pilihan dan rumput lapang. Analisa konsumsi pakan rusa timor berdasarkan uji t pada selang kepercayaan 95% menghasilkan p-value < 0.05 yang berarti bahwa jenis pakan yang diberikan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rusa timor pada kandang individu.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dan efesiensi pakan pada rusa. Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan jenis kelamin pada rusa kelompok umur 12-24 bulan mempunyai tingkat konsumsi pakan yang berbanding terbalik dengan efisiensi pakan. Tingkat konsumsi pakan yang tinggi akan menghasilkan efisiensi pakan yang rendah. Sementara itu, rata-rata efisiensi pakan terhadap berat badan awal pada rusa betina lebih tinggi dibandingkan pada rusa jantan untuk semua perlakuan (Tabel 5). Namun, peningkatan bobot badan jantan lebih tinggi dibandingkan rusa betina pada perlakuan pemberian pakan hijauan pilihan.

Rataan pertambahan bobot badan harian rusa yang diberikan pakan hijauan pilihan pada kandang individu adalah 0.15±0.05 kg/individu/hari. Nilai tersebut lebih tinggi dari hasil penelitian Setio et al. (2010) untuk rusa kelompok umur 12-24 bulan, yaitu 0.11±0.03 kg/individu/hari. Nilai pertambahan bobot badan harian rusa yang tinggi dikarenakan tingkat konsumsi pakannya yang lebih tinggi. Selain itu, pertambahan bobot badan harian individu rusa yang diberikan pakan rumput lapang tidak setinggi individu rusa yang diberikan pakan hijauan pilihan. Hal ini disebabkan perbedaan kesukaan rusa dan kandungan zat gizi pakan. Analisa uji t pada selang kepercayaan 95% menghasilkan P-value < 0.05 yang berarti bahwa jenis pakan yang diberikan berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan rusa timor. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot badan harian menunjukan bahwa konsumsi pakan sebanyak 6.04 kg bahan kering dapat menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar satu kilogram pada rusa kelompok umur 12-24 bulan.

(21)

10

Tabel 6 Rataan jumlah konsumsi pakan segar berdasarkan jenis pakan dan waktu pemberian pada kandang individu di penangkaran HP Dramaga

Jenis Pakan Rataan konsumsi (gram/individu/hari)

Pagi Sore

Hijauan Pilihan 2 517.29±332.52 3 083.65±397.34

Rumput lapang 2 239.55±249.31 2 833.64±211.95

Tabel 6 menunjukan bahwa konsumsi pakan segar, baik pada hijauan pilihan maupun rumput lapang, lebih banyak pada sore hari. Analisa uji t pada selang kepercayaan 95% menghasilkan P-value < 0.05 yang berarti bahwa waktu pemberian pakan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rusa timor pada kandang individu. Kwatrina (2009) menyatakan bahwa faktor umur, jenis kelamin, dan kondisi tubuh sangat mempengaruhi konsumsi pakan pada ruminansia. Selain itu, faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat konsumsi adalah jenis pakan dan keadaan satwa.

Kecernaan Bahan Pakan

Nilai koefisien cerna pakan dapat menggambarkan kemampuan hewan dalam mencerna suatu pakan. Selain itu, nilai kecernaan dapat menentukan kualitas pakan yang dikonsumsi oleh hewan (Anggorodi 1979). Tillman et al.

(1991) menyatakan bahwa terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan koefisien cerna, yaitu metode koleksi total dan metode indikator. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode koleksi total, yaitu penentuan nilai koefisien cerna dilakukan berdasarkan perhitungan hasil analisa bahan pakan dan feses. Hasil pengamatan nilai koefisien cerna ditunjukkan pada Tabel 7.

(22)

11

Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestible Energy (DE)

Total digestible nutrient (TDN) merupakan nilai dari zat pakan yang dapat dicerna, sedangkan digestible nutrient (DE) merupakan nilai dari energi yang dapat tercerna. Nilai TDN dalam pakan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh persentase bahan kering, kandungan mineral dan lemak dalam bahan kering tercerna. Nutrien dan energi yang tercerna tersebut digunakan rusa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan nutrien dan energi yang tidak tercerna diekskresikan melalui feses. Kadar TDN bahan makanan umumnya berhubungan terbalik terhadap kadar serat kasarnya (Anggorodi 1979). Hasil perhitungan gross energy (GE), TDN dan DE pakan ditunjukan pada Tabel 8.

Tabel 8. Gross energy (GE), total digestible nutrient (TDN)dan digestible energy

(DE) pakan rusa timor pada kandang individu di penangkaran HP Dramaga

Parameter Rataan

Konsumsi GE (Kkal/ekor/hari) 3 333.92 ±411.44 GE Feses (Kkal/ekor/hari) 1 563.10 ±351.94 GE tercerna (Kkal/ekor/hari) 1 770.83 ±262.38

DE (%) 53.37

TDN (%) 54.27

Perilaku Rusa Timor

Hasil pengamatan menunjukkan terdapat tujuh aktivitas umum yang dilakukan rusa timor setiap hari pada hari terang (pukul 06.00-18.00 WIB) yaitu makan, ruminasi, eliminasi (urinasi dan defekasi), lokomosi, merawat tubuh (grooming), vokalisasi, dan istirahat (resting) (Gambar 4).

Gambar 4 Persentase perilaku harian rusa timor (Rusa timorensis) selama hari terang di penangkaran HP dramaga, Bogor

(23)

12

Perilaku harian rusa timor yang paling dominan adalah makan. Sementara itu, perilaku seksual hanya ditemukan di kandang kelompok pada saat rusa jantan dan betina digabungkan dalam satu kandang. Analisa uji t pada selang kepercayaan 95% menghasilkan p-value > 0.05 yang berarti bahwa persentase perilaku rusa timor pada pemeliharaan kandang individu dan kandang kelompok tidak berbeda nyata.Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola aktivitas harian adalah karakteristik ekologi habitatnya.

Hasil penelitian perilaku rusa yang dilakukan pada kandang individu dan kelompok ini berbeda dengan hasil penelitian Wirdateti et al. (2005) di daerah

perkebunan kelapa sawit dan Masy’ud (2007) di Taman Nasional Bali Barat

(Tabel 9). Perbedaan nilai persentase perilaku tersebut disebabkan oleh karakteristik habitatnya yang berbeda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku diantaranya umur, siklus biologi, status sosial, musim, dan karakteristik ekologi habitatnya.

Tabel 9 Persentase perilaku harian rusa timor pada kondisi habitat yang berbeda Jenis Perilaku

(24)

13

Gambar 5 Grafik hubungan antara perilaku makan dan ruminasi rusa timor pada kandang individu

Grafik tersebut menunjukan bahwa aktivitas makan dipengaruhi oleh waktu pemberian pakan dan aktivitas makan berbanding terbalik dengan aktivitas ruminasi. Garis tegak A, B dan D pada Gambar 5 menunjukan disparitas antara nilai tertinggi suatu aktivitas dengan nilai terendah aktivitas lainnya. Interval antara dua aktivitas makan diisi oleh aktivitas ruminasi yang tinggi. Aktivitas makan terlihat mulai pagi hari setelah pemberian pakan dan meningkat hingga titik tertinggi pada garis A, tetapi aktivitas ruminasi berada di titik terendah. Hal ini disebabkan aktivitas ruminasi pada rusa diperkirakan tinggi pada malam hari dan kekosongan pada perut rusa muncul menjelang pagi. Oleh sebab itu rusa melakukan aktivitas makan setelah pemberian pakan di pagi hari untuk mengisi perutnya kembali.

Pada saat aktivitas makan mulai menurun dari titik A, terdapat peningkatan aktivitas ruminasi. Aktivitas ruminasi pada garis B berada pada titik tertinggi, sebaliknya aktivitas makan berada pada titik terendah. Aktivitas makan mulai muncul lagi dengan persentase yang sangat rendah dari garis B hingga titik C. Hal ini dikarenakan sebelum pemberian pakan kedua (pukul 15.00-15.30 WIB) rusa masih memakan pakan yang tersisa. Kenaikan aktivitas makan dan penurunan aktivitas ruminasi secara drastis mulai muncul lagi saat pemberian pakan kedua. Rentang waktu pemberian pakan sore hari hingga pada titik tertinggi aktivitas makan (titik D) lebih singkat tetapi lebih rendah daripada saat pemberian pakan pagi hari. Hal ini dikarenakan rentang waktu makan rusa pada malam hari lebih panjang daripada siang hari, sehingga rusa masih memiliki waktu makan hingga pagi hari.

Perilaku Non Makan

Perilaku non makan yang lebih banyak muncul pada saat pengamatan berturut-turut adalah lokomosi, resting (rebahan, diam, dan tidur), grooming dan vokalisasi. Nilai perilaku lokomosi pada penelitian ini cukup tinggi karena sifat rusa yang selalu waspada dan sensitif apabila merasa terganggu atau saat didekati pengunjung. Perbedaan lokomosi dengan rusa di alam adalah ruang pergerakan atau perpindahan posisi yang terbatas pada pemeliharaan dalam kandang. Rusa di alam bebas biasa melakukan lokomosi dengan berpindah tempat, terutama untuk

(25)

14

mencari makan atau tempat perlindungan (Masy’ud et al. 2007). Aktivitas resting

(rebahan, diam dan tidur) pada umumnya dilakukan diantara waktu makan atau pada periode interval between feeding bout. Aktivitas resting pada kandang kelompok ditandai dengan berbaring di bawah naungan sambil melakukan

ruminasi. Masy’ud et al. (2007) menyatakan bahwa aktivitas resting pada rusa di alam biasanya dilakukan sebagai selingan aktivitas makan, yaitu berbaring di bawah pohon atau semak hutan sambil meruminasi. Grooming merupakan aktivitas merawat diri, biasanya dilakukan dengan cara menjilat bagian tubuhnya untuk menghilangkan kotoran yang melekat. Aktivitas grooming akan lebih sering muncul jika terdapat parasit atau luka di badan rusa. Sementara itu, aktivitas vokalisasi merupakan suatu bentuk komunikasi antar rusa, walaupun berbeda kandang atau berjauhan. Perilaku vokalisasi umumnya terjadi pada saat rusa mendengar suara rusa lainnya atau persediaan pakan telah habis. Selain untuk berkomunikasi, vokalisasi pada rusa di penangkaran akan muncul jika rusa merasa terancam atau terganggu.

Perilaku lain yang dapat diamati selama penelitian adalah eliminative dan seksual. Aktivitas eliminasi meliputi urinasi dan defekasi yang biasanya akan muncul beberapa saat setelah rusa mulai berdiri dari posisi rebahan. Aktivitas seksual hanya dapat diamati pada pemeliharaan dalam kandang kelompok. Perilaku tersebut terdapat pada rusa yang ber-pedicle dengan adanya aktivitas berlari, mengejar, dan menaiki rusa betina.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(26)

15

Saran

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam manajemen pakan dan pemeliharaan rusa di penangkaran. Namun demikian, penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk menguji jenis-jenis pakan lainnya yang dianggap memiliki nilai gizi, preferensi dan palatabilitas tinggi, terutama jenis pakan lokal yang mudah didapat dan tersedia sepanjang tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta (ID). [BMKG] Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Suhu dan

Kelembaban Harian Hutan Penelitian Dramaga. BMKG, Bogor (ID). Fraser AF. 1974. Farm Animal Behavior 2nd. London (UK): Bailliereindah.

Garsetiasih R, Heriyanto NM. 2007. Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap produksi rumput sulanjana (Hier0chloe horsfieldii Kunth Maxim) sebagai pakan rusa di penangkaran Haurbentes, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (ID). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 4(6): 583-590. http://isjd,pdii,lipi,go,id/admin/jurnal/4607583590,pdf [26 Juni 2012] Garsetiasih R. 2007. Daya cerna jagung dan rumput sebagai pakan rusa (Cervus

timorensis). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor (ID).

Kurniawan. 1997. Pengaruh komposisi kelompok sosial terhadap pola penggunaan waktu rusa jantan dewasa. [skripsi]. Bogor (ID): Institut efektivitas perbaikan habitat rusa timor (Rusa timorensis, de Blainville 1822) di Tajung Pasir Taman Nasional Bali Barat. Media Konserv. 12(3): 10-15.

Novriyanti. 2011. Kajian manajemen penangkaran, ingkat konsumsi, paatabilitas pakan, dan aktivitas harian trenggiling (Manis javanca) di Penangkaran UD Multi Jaya Abadi, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (P3KR). 2012.

Hutan Penelitian Dramaga. Bogor (ID). http://www.p3kr.com/hutan-penelitian-dramaga/ [26 Juni 2012]

(27)

16

Setio P, Takandjandji M, Iskandar S, Sudaryo C. 2010. Pengetahuan dan Teknologi Penangkaran Rusa. Materi Sosialisasi. Kementrian Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor (ID).

Setio P, Iskandar S, Sudaryo C. 2011. Teknik peningkatan reproduksi penangkaran rusa. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Kehutanan, Bogor (ID).

Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (ID).

Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta (ID).

(28)

17 Lampiran 1 Analisis proksimat kandungan zat gizi feses rusa timor pada kandang

individu di penangkaran HP Dramaga Rusa

Kandungan zat gizi BK

(%)

Abu (%)

Lemak (%)

Protein (%)

Serat Ka-sar (%)

GE (kal/gram)

1 24.05 15.02 1.57 8.94 22.54 3739

2 24.8 15.2 4.03 8.66 19.40 3696

3 30.45 13.77 1.65 7.43 19.21 3753

(29)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 1989. Penulis adalah anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Mir Purnama dan Ibu Diah Sutarsih. Tahun 1995 Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Jatisari II dan diselesaikan tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama IT IQRO. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Jakarta pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Hutan Penelitian (HP) Dramaga, Bogor
Tabel 2 Analisis proksimat kandungan zat gizi bahan pakan
Tabel 3  Persentase preferensi rusa timor terhadap pakan hijauan pilihan pada kandang individu dan  kelompok di penangkaran HP Dramaga
Tabel 5 Rataan tingkat konsumsi pakan rusa timor (Rusa timorensis) pada  kandang individu di penangkaran HP Dramaga
+3

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan kontribusi praktis bagi perusahaan-perusahaan dalam rangka pengambilan keputusan sehubungan dengan penggunaan dan pemanfaatan sisem informasi akuntansi berbasis

Pesanan diterima sekaligus pada saat permintaan telah menghabiskan seluruh stok persediaan (dan tingkat persediaan mencapai nol), sehingga tidak ada

Hal ini diduga merupakan pengaruh dari pemberian taurin dengan dosis tersebut, di mana taurin diduga bereaksi secara antagonis dalam melawan sel kanker dengan hasil yang

Software Design Dari hasil analisis dan identifikasi masalah terhadap proses bisnis manajemen aset tetap pada PEMDA Kabupaten Nagekeo, selanjutnya akan dirancang sebuah perangkat

Puji syukur kehadirat Allah Swt karena laporan pra tugas akhir dengan judul Perancangan Pusat Budidaya Terumbu Karang di Kabupaten Lamongan ini dapat terselesaikan dengan

UNCLOS atau United Nations Convention on the Law of the Sea1982 terdiri dari 17 Bab, 320 pasal, dan 9 lampiranyang ditandatangani di Montego Bay, Jamaica, 10

Prinsip kehati-hatian dalam mengelola perusahaan telah diatur dalam Pasal 85 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan: (1) Setiap

Tidak ketinggalan, ujian metabolit sekunder seperti tanin dan sebatian polifenol, antrakuinon serta gula deoksi dan glikosida kardium turut dijalankan.... penghasilan keladi