• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kapasitas Location Area Code (LAC) Pada Kualitas CSSR Yang Diamati Di MSS Pada Jaringan Komunikasi Bergerak Generasi Ke 3 (3G)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kapasitas Location Area Code (LAC) Pada Kualitas CSSR Yang Diamati Di MSS Pada Jaringan Komunikasi Bergerak Generasi Ke 3 (3G)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENGARUH KAPASITAS LOCATIONS AREA CODE (LAC) PADA KUALITAS CSSR YANG DIAMATI DI MSS PADA JARINGAN

KOMUNIKASI BERGERAK GENERASI KE 3(3G)

Diajukan untuk memnuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

090422021

ADI HARYO WICAKSONO

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

ABSTRAK

Teknologi telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) merupakan suatu evolusi dari teknologi GSM. Sistem 3G hadir untuk memberikan mobilitas global dengan berbagai layanan termasuk telepon, pesan, internet dan data

broadband. Sistem 3G yang disebut sebagai International Mobile

Telecommunications 2000 (IMT-2000) didefinisikan dan distandarkan oleh International Telecommunication Union (ITU). Sebuah jaringan 3G terdiri dari tiga bagian yaitu User Equipment (UE), UMTS Terrestrial Radio Access Network (UTRAN) dan Core Network (CN).

Pada bagian jaringan telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) tersebut, terdapat beberapa fungsi MSC diantaranya adalah Location Area Code (LAC). LAC adalah beberapa cell yang dikelompokkan bersama dalam rangka untuk mengoptimalkan signalling. Semakin banyak jumlah cell dalam suatu LAC akan mempengaruhi jumlah paging yang pada akhirnya dapat mempengaruhi performasi jaringan yaitu pada parameter Call Setup Success Rate (CSSR). CSSR adalah ukuran tingkat keberhasilan proses pembangunan hubungan telepon.

LAC mempunyai batasan kapasitas dalam menampung paging atau biasa disebut dengan call attempt. Dalam hal ini pada RNC MEDAN (02), LAC mempunyai kapasitas sebesar 8.000.000 call attempt. Apabila jumlah call attempt melebihi dari kapasitas yang ditetapkan sebesar 8.000.000, ,maka panggilan tersebut akan tertolak atau yang disebut dengan rejected call. Hal tersebut akan menyebabkan turun nya nilai Succesfull Rate menjadi kurang dari 100%, lebih rendah dari standar nilai yang ditetapkan oleh PT. TELKOMSEL sebesar 100%.

Unuk mengatasi turun nya nilai Succesfull Rate, hal yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi site-site yang memberikan kontribusi terbanyak dalam nilai rejected call dan kemudian dilakukan splitting LAC pada site-site yang bermasalah tersebut.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

laporan Tugas Akhir ini.

Penulisan laporan yang berjudul “Pengaruh Kapasitas Location Area Code (LAC) Pada Kualitas CSSR Yang Diamati Di MSS Pada Jaringan Komunikasi Bergerak Generasi Ke 3 (3G)”, penulis susun berdasarkan pengamatan selama menjalani kegiatan pengolahan data pada PT. TELKOMSEL

Medan yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2011 s/d 21 September 2011.

Telah banyak ilmu yang penulis peroleh selama menjalani masa praktek

meliputi masa pembekalan awal, pendeskripsian kegiatan dan perealisasian

metode yang didapatkan di bangku perkuliahan. Penulisan laporan tugas akhir ini

didasarkan pada referensi yang telah ada sebelumnya guna mendapatkan sumber

yang benar-benar presisi agar menghasilkan suatu laporan yang benar-benar

sesuai dengan yang dibutuhkan oleh kalangan pembaca.

Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik dari Perusahaan ataupun dari Universitas

Sumatera Utara. Maka dalam kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan

terima kasih yang tulus kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, yakni :

1. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Rahmad Fauzi, ST. MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro

(5)

3. Bapak Sihar P. Panjaitan, ST.MT, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.

4. Para staf PT. TELKOMSEL yang telah membantu dalam pelaksanaan Tugas

Akhir.

5. Untuk ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberi banyak dukungan,

semangat,dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan Kerja Praktek.

6. Maidylla Utari yang selalu memberikan support.

7. Seluruh saudara yang telah banyak memberi dukungan dan doa kepada

penulis.

8. Teman-teman ekstensi teknik elektro telekomunikasi stambuk 2009.

Penulis begitu menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan Tugas

Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan laporan ini.

Medan, 20 April 2012

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.1 Tujuan ... 2

1.1 Rumusan Masalah ... 2

1.1 Batasan Masalah ... 2

1.1 Metodologi Penelitian ... 3

1.1 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Karakteristik Jaringan UMTS (3G) ... 5

2.2 Trafik ... 9

(7)

2.2.2 Satuan dan Definisi Trafik ... 10

2.2.3 Karakteristik Trafik ... 12

2.2.4 Pola Kedatangan Panggilan ... 13

2.2.5 Interarrival Time ... 14

2.2.6 Holding Time ... 15

2.2.7 Macam-Macam Trafik ... 17

2.2.8 Probabilitas Blocking ... 18

2.2.9 Kongesti Trafik ... 19

2.2.10 Konsep Jam Sibuk ... 20

2.2.11 Grade Of Service (GOS) ... 20

2.3 Arsitektur Jaringan UMTS ... 23

2.3.1 UTRAN... 23

2.3.2 User Equipment ... 28

2.3.3 Core Network (CN) ... 28

BAB III KONDISI RNC MEDAN(02) 3.1 Pendahuluan ... 33

3.2 Call Attempt ... 34

3.3 Traffic RNC Medan ... 34

(8)

3.3.2 Pengamatan Data Traffic (Tanggal 26-29 November 2011) ... 35

3.4 Pengolahan Data ... 39

3.4.1 Perhitungan Total Call Attempt RNC MEDAN(02) Tiap Jam ... 39

3.4.2 Perhitungan Rata-Rata Call Attempt RNC MEDAN(02) Tiap Jam ... 41

3.4.3 Identifikasi Site-Site Yang Mempunyai Nilai Rejected Call

Tertinggi ... 42

BAB IV ANALISIS PERFORMANSI RNC MEDAN(02)

4.1 Pendahuluan ... 45

4.2 Analisis Sebelum Perbaikan Performansi RNC MEDAN(02) ... 45

4.2.1 Analisis 6 Site Sebelum Perbaikan ... 45

4.3 Analisis 6 Site Setelah Dilakukan Perbaikan Terhadap Performansi RNC

MEDAN(02) ... 47

4.3.1 Analisis Performansi RNC MEDAN(02) Setelah Perbaikan Pada

6 Site ... 47

4.3.2 Analisis Performasi 6 Site Setelah Perbaikan ... 52

4.4 Hasil Analisis Performansi RNC MEDAN(02) ... 53

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 54

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengamatan Trafik Pada Sistem Jaringan Telekomunikasi……. 12

Gambar 2.2 Peakness Factor ...………..…...14

Gambar 2.3 Interarrival Time ...………..15

Gambar 2.4 Holding Time ...………..18

Gambar 2.5 Jaringan Telekomunikasi ...………..19

Gambar 2.6 Variasi Trafik Selama 1 Hari ………...23

Gambar 2.7 Variasi Trafik Selama 1 Minggu ………..23

Gambar 2.8 Arsitektur Jaringan UMTS ………..….. 26

Gambar 2.9 RNC 3820 ...………..….. 28

Gambar 2.10 Konfigurasi Hardware Pada RNC 3820 ……….... 30

Gambar 2.11 Arsitektur Core Network Pada UMTS…... 32

Gambar 3.1 Peta Border LAC………... 40

Gambar 3.2 Kondisi Data Traffic Tanggal 26 November 2011... 43

Gambar 3.3 Kondisi Performansi Success Rate Tanggal 26 November 2011………. 43

Gambar 4.1 Peta Border LAC Setelah Splitting LAC ... 57

(10)

30 November 2011 ...……… 61

Gambar 4.3 Kondisi Performansi Success Rate Setelah Splitting LAC Tanggal

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi WCDMA ……… 7

Tabel 3.1 Data Traffic Tanggal 26 Nopember 2011 ...………… 41

Tabel 3.2 Total Call Attempt Tiap Jam ...……….. 46

Tabel 3.3 Rata-rata Call Attempt Tiap Jam ...……….. 48

Tabel 3.4 Rata-rata Rejected Call 6 Site ...……… 50

Tabel 4.1 Rata-rata Rejected Call 6 Site ………... 54

Tabel 4.2 Data Traffic setelah Splitting LAC Tanggal 30 Nopember 2011…..59

(12)

DAFTAR SINGKATAN

CSSR : Call Setup Success Rate

3G : Generation 3

LAC : Local Area Code

RNC : Radio Network Controller

UTRAN : UMTS Terrestrial Radio Access Network

UMTS : Universal Mobile Telecommunication

IMT 2000 : Internasional Mobile Telecommunication 2000

BISDN : Broadband Integrated Services Digital Network

2G : Generation 2

WCDMA : Wideband Code Division Multiple Access

HSDPA : High Speed Packet Downlink Access

HCS : Hierarchical Cell Structures

CDMA : Code Division Multiple Access

FDD : Frequency Division Duplex

RF : Radio Frequency

(13)

BPSK : Binary Phase Shift Keying

WCDM : Wideband Code Division Multiple

BTS : Base Transceiver Station

MS : Mobile Station

OVSF : Orthogonal Variable Spreading Factor

CPU : Central Processing Unit

A.K : Agner Krarup

PF : Peakness Factor

VMR : Variance to Mean Ratio

CV : Coefficient of Variance

GoS : Grade of Service

RNS : Radio Network Subsystem

RRM : Radio Resource Management

GPB : General purpose Processor Board

mMP : module Main Processor

SPB : Special purpose Processor Board

TUB : Timing Unit Board

(14)

ET IPG : Exchange Terminal – Internet Protocol Group

ATM : Asnychronous Transfer Mode

SCB : Switch Core Board

UE : User Equipment

USIM : UMTS Subscriber Identity Module

CN : Core Network

PDN : Public Data Network

N-ISDN : Narrow band-Integrated Services Digital Network

B-ISDN : Broadband-Integrated Services Digital Network

SMS : Short Message Service

PSTN : Public Switched Telephone Network

N-ISDN : Narrow band-Integrated Services Digital Network

IP : Internet Protocol

3G SGSN : 3 GPRS Support Node

DNS : Domain Name Server

DHCP : Dynamic Host Configuration Protocol

3G- MSC : 3 GPRS- Mobile Switching Center

(15)

VLR : Visitor Location Register

HLR : Home Location Register

AuC : Authentication Center

EIR : Equipment Identity Register

OMC : Operations and Maintenance Center

SGSN : Serving GPRS Support Node

BSS : Base Station Subsystem

GGSN : Gateway GPRS Support Node

PDN : Public Data Network

RAB : Radio Access Bearer

AS : Access Stratum

NAS : Non Access Stratum

MM : Mobility Management

SM : Session Management

MSC : Mobile Switching Center

(16)

ABSTRAK

Teknologi telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) merupakan suatu evolusi dari teknologi GSM. Sistem 3G hadir untuk memberikan mobilitas global dengan berbagai layanan termasuk telepon, pesan, internet dan data

broadband. Sistem 3G yang disebut sebagai International Mobile

Telecommunications 2000 (IMT-2000) didefinisikan dan distandarkan oleh International Telecommunication Union (ITU). Sebuah jaringan 3G terdiri dari tiga bagian yaitu User Equipment (UE), UMTS Terrestrial Radio Access Network (UTRAN) dan Core Network (CN).

Pada bagian jaringan telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) tersebut, terdapat beberapa fungsi MSC diantaranya adalah Location Area Code (LAC). LAC adalah beberapa cell yang dikelompokkan bersama dalam rangka untuk mengoptimalkan signalling. Semakin banyak jumlah cell dalam suatu LAC akan mempengaruhi jumlah paging yang pada akhirnya dapat mempengaruhi performasi jaringan yaitu pada parameter Call Setup Success Rate (CSSR). CSSR adalah ukuran tingkat keberhasilan proses pembangunan hubungan telepon.

LAC mempunyai batasan kapasitas dalam menampung paging atau biasa disebut dengan call attempt. Dalam hal ini pada RNC MEDAN (02), LAC mempunyai kapasitas sebesar 8.000.000 call attempt. Apabila jumlah call attempt melebihi dari kapasitas yang ditetapkan sebesar 8.000.000, ,maka panggilan tersebut akan tertolak atau yang disebut dengan rejected call. Hal tersebut akan menyebabkan turun nya nilai Succesfull Rate menjadi kurang dari 100%, lebih rendah dari standar nilai yang ditetapkan oleh PT. TELKOMSEL sebesar 100%.

Unuk mengatasi turun nya nilai Succesfull Rate, hal yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi site-site yang memberikan kontribusi terbanyak dalam nilai rejected call dan kemudian dilakukan splitting LAC pada site-site yang bermasalah tersebut.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Call Setup Success Rate (CSSR) adalah salah satu parameter penting

dalam pengukuran kualitas layanan suatu jaringan telekomunikasi (QoS – Quality

of Service) yang sangat menentukan kepuasan pelanggan. CSSR adalah istilah

dalam telekomunikasi yang merepresentasikan tingkat keberhasilan pembangunan

panggilan telepon. Perhitungan CSSR berdasarkan semua panggilan yang

terhubung dari nomor panggil ke nomor yang dipanggil (success call), dibagi

dengan semua upaya pembangunan panggilan (call attempt).

Ada beberapa faktor teknis yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan

dan kegagalan suatu pembangunan hubungan telepon. CSSR untuk jaringan

konvensional (jaringan kabel) sangat tinggi dan secara signifikan di atas 99,9 %.

Dalam sistem komunikasi bergerak dengan menggunakan saluran radio tingkat

kegagalan sambungan telepon (rejected call) lebih tinggi yang menyebabkan

CSSR untuk jaringan telekomunikasi bergerak lebih rendah. CSSR jaringan

telekomunikasi bergerak komersial biasanya antara 90% sampai 98% atau lebih

tinggi.

Pada jaringan telekomunikasi bergerak khususnya jaringan 3G, faktor

terbesar terjadinya kegagalan pembangunan hubungan telepon adalah kurangnya

(18)

pelanggan yang berbeda, ketidaksempurnaan dalam fungsi jaringan, keterbatasan

kapasitas jaringan dan kapasitas LAC dalam suatu RNC.

Pada tugas akhir ini akan dianalisa kondisi CSSR existing RNC (Radio

Network Controller) MEDAN, dan pengaruh proses splitting LAC terhadap CSSR

pada RNC MEDAN. Splitting LAC dilakukan di RNC (Radio Network

Controller) yang dilakukan untuk meningkatkan performa CSSR (Call Setup

Succesfull Rate) atau tingkat keberhasilan pembangunan panggilan telepon.

Proses analisis yang dilakukan antara lain yaitu penetapan parameter, pengamatan

masalah di lapangan dan proses perhitungan yang semuanya akan dianalisis untuk

melihat proses pembangunan hubungan telepon yang terjadi setelah dilakukan

splitting LAC.

Pemilihan judul tugas akhir ini didasari oleh berkurangnya tingkat

kepuasan pelanggan terhadap layanan seluler khususnya pada jaringan

komunikasi generasi ke 3 (3G) karena padatnya trafik yang ada. Sehingga

diharapkan solusi dari analisis yang dilakukan dapat meningkatkan kembali

tingkat kepuasan pelanggan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu untuk mengetahui pengaruh

proses splitting LAC terhadap Call Setup Success Rate (CSSR) pada RNC

MEDAN.

1.3 Rumusan Masalah

(19)

2. Bagaimana mengetahui tingkat keberhasilan panggilan telepon pada kondisi

trafik normal sebelum dan sesudah dilakukan splitting LAC.

3. Bagaimana mengetahui tingkat keberhasilan panggilan telepon pada kondisi

trafik jam sibuk sebelum dan sesudah dilakukan splitting LAC.

4. Bagaimana menganalisa pengaruh splitting LAC terhadap Call Setup Success

Rate (CSSR) yang terjadi pada kedua kondisi trafik diatas.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penulisan Tugas Akhir ini yaitu:

1. Pengamatan hanya dilakukan pada sebuah teknologi selular dimana telah

dioperasikan layanan komunikasi 3G.

2. Hanya mengamati Call Setup Success Rate (CSSR) pada 1 RNC saja yaitu

RNC MEDAN (02).

3. Pengamatan dilakukam selama 4 hari sebelum dilakukan splitting LAC (26-29

November 2011) dan 4 hari setelah dilakukan splitting LAC (30 November – 3

Desember 2011).

4. Parameter Call Setup Success Rate (CSSR) yang digunakan hanyalah :

a. pmNoPagingAttemptUtranRejected (jumlah upaya panggilan telepon yang

di tolak oleh UTRAN).

b. pmNoPagingType1AttemptCs (jumlah upaya panggilan telepon yang

(20)

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini yaitu:

1. Studi literature

Berupa tahap pendalaman materi, mengidentifikasi permasalahan serta

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Pengumpulan Data

Tujuannya untuk mendapatkan parameter-parameter yang digunakan dari data

yang didapat nantinya.

3. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan selanjutnya diolah sehingga informasi yang didapat

lebih mudah diinterpretasikan dan dianalisis lebih lanjut.

4. Analisis Data

Selanjutnya hasil olahan tersebut dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan

alat-alat analisis yang sesuai agar dapat dihasilkan informasi tentang pengaruh

proses splitting LAC terhadap Call Setup Success Rate (CSSR) pada RNC

MEDAN (02).

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Tugas Akhir ini terdapat lima bab, antara lain:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang pembuatan tugas akhir,

(21)

memuat mengenai rumusan masalah yang muncul dan batasan

masalah dalam pelaksanaan tugas akhir.

BAB II : DASAR TEORI

Bab ini memuat dasar teori yang berhubungan dengan pembuatan

tugas akhir, amtara lain mengenai arsitektur jaringan 3G secara

garis besar setelah itu pembahasan struktur, hirarki, fungsi RNC

dan yang terakhir pengertian dan jenis-jenis handover.

BAB III : PERENCANAAN SISTEM

Bab ini berisikan perencanaan sistem aliran proses pengerjaan

untuk melakukan analisa handover pada jaringan 3G. Proses

analisa ini nantinya membutuhkan data-data untuk melihat

pengaruh proses splitting LAC terhadap Call Setup Success Rate

(CSSR) pada RNC.

BAB IV : ANALISA HASIL PERENCANAAN

Bab ini memuat tentang hasil analisa terhadap data yang diolah

dengan menggunakan parameter perhitungan. Hasil analisa juga

berupa tampilan grafik atau tabel perhitungan berdasarkan Call

Setup Success Rate (CSSR) yang diamati.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Karakteristik Jaringan UMTS (3G)

Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) merupakan sebagai

sistem pengganti dari generasi 2G yang biasa disebut dengan Global System for

Mobile Communication (GSM). UMTS merupakan suatu sistem komunikasi

wireless generasi ketiga (3G) dari suatu jaringan mobile services. Gagasan utama

di balik evolusi jaringan 3G adalah untuk mempersiapkan infrastruktur universal

yang mampu membawa teknologi saat ini serta teknologi yang akan datang.

Sebuah infrastruktur harus dirancang sedemikian rupa sehingga perubahan dan

evolusi teknologi dapat disesuaikan dengan jaringan tanpa menyebabkan

ketidakpastian untuk layanan yang ada dengan menggunakan struktur jaringan

yang ada. Pemisahan teknologi akses, teknologi transportasi, teknologi layanan

(kontrol koneksi) dan aplikasi pengguna dari satu sama lain dapat menangani

tuntutan kebutuhan tersebut.

UMTS disebut juga IMT-2000 versi eropa. Tujuan dari UMTS adalah

menyediakan mobilisasi terminal, yang akan memungkinkan pengguna untuk

begerak atau berpindah dari suatu terminal ke terminal lainnya, meregistrasi

layanan-layanan yang berbeda pada terminal-terminal yang berbeda pula dan

memungkinkan registrasi terhadap lebih dari satu pengguna pada sebuah terminal.

Mengintegrasikan layanan-layanan yang ada pada jaringan fix, seperti BISDN

(23)

UMTS dirancang untuk memperbaharui jaringan 2G atau Global System

for Mobile Communication (GSM) yang diterapkan secara global dan memilih

sistem modulasi W-CDMA (Wideband Code Division Multiple Access).

Teknologi ini berjalan pada frekuensi 1885-2025 Mhz dan 2110-2200 Mhz

untuk High Speed Packet Downlink Access (HSDPA) yang merupakan kelanjutan

dari UMTS dimana ini menggunakan frekuensi radio sebesar 5Mhz dengan

kecepatan mencapai 2 Mbps. Didalam karakteristiknya, sistem jaringan UMTS

(3G) mempunyai berbagai keunggulan service sebagai berikut :

1. Kapasitas lebih tinggi dan penambahan coverage: sampai 8 kali lebih tinggi

trafik per carrier dibandingkan dengan carrier narrowband CDMA.

2. Variabel dan kecepatan data yang tinggi, sampai 384 kbit/s pada wide area

dan 2 Mbit/s pada lokal area.

3. Service packet dan circuit switched.

4. Layanan multiple simultan pada tiap mobile terminal.

5. Mendukung untuk Hierarchical Cell Structures (HCS) pada metode handoff

yang baru diantara carrier CDMA[1]

Spesifikasi dari WCDMA dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Spesifikasi WCDMA

SPESIFIKASI JENIS / NILAI

Channel Bandwith 5Mhz

Duplex Mode FDD dan TDD

Chip Rate 3,84 Mcps

Downlink RF Channel

Structure Direct Spread (DS)

Frame Length 10 ms

Spreading Modulation Balanced QPSK (downlink), Dual-channel

QPSK (uplink), Complex spreading circuit

(24)

Channel Coding Convolutional and turbo codes

Coherent detection User dedicated time mulitiplexed pilot

(downlink and uplink) common pilot in downlink Channel multiplexing in

downlink Data and control channel are multiplexed

Channel multiplexing in uplink

Control and pilot channel time multiplexed I & Q multiplexing for data and control channel

Multirate Variable spreading and multicode

Spreading factor 4-256(uplink), 4-512(downlink)

Power control Open and fast close loop (1,6 khz)

Spreading (downlink)

OVSF sequences for channel separation. gold sequences 218-1 for cell and user separation (truncated cycle 10 ms)

Spreading (uplink)

OVSF sequences. gold sequences 241 for user separation (different time shifts in I and Q channel, truncated cycle 10 ms)

Handover Soft handover, inter-frequency handover

Berdasarkan Tabel 2.1 spesifikasi WCDMA diatas, dapat diperoleh

penjelasan sebagai berikut:

1. Pada WCDMA mempunyai lebar pita dari channel radio sebesar 5 Mhz. Pada

mode FDD (Frequency Division Duplex), frekuensi-frekuensi carrier dipisah

5 MHz untuk penggunaan uplink dan downlink masing-masing, sedangkan

pada mode TDD (Time Division Duplex) hanya satu frekuensi 5 MHz dengan

waktu yang dipakai bergantian (time-shared) antara uplink dan downlink.

Dengan uplink sebagai koneksi dari mobile user ke arah base station, dan

downlink sebagai koneksi dari base station ke arah mobile.

2. Mode komunikasi data menggunakan Frequency Division Duplex dan Time

Division Duplex.

3. Chip rate merupakan parameter kecepatan data jumlah user dalam WCDMA.

Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi chip rate, maka semakin banyak

(25)

jumlah user, semakin besar jumlah chip rate, maka semakin tinggi kecepatan

data yang diperoleh masing-masing user. Dalam WCDMA, chip rate yang

digunakan sebesar 3,84 Mbps[2].

4. Struktur downlink pada kanal RF menggunakan metode direct spread. Dimana

teknik komunikasi ini yang dicirikan oleh bandwidth lebar dan peak power

yang rendah[3].

5. WCDMA untuk panjang frame adalah 10 ms dan di dalam 1 frame terdiri dari

15 time slot. Satu time slot adalah satu unit yang terdiri dari beberapa bit.

Penomoran bit pada satu time slot tergantung pada kanal fisik[5].

6. Modulasi spreading menggunakan metode dual channel QPSK pada sisi

uplink, penggunaan metode tersebut untuk menghindari gangguan pada saat

transmisi ke arah uplink dengan menyediakan dua saluran fisik untuk

multiplexing.

7. Modulasi menggunakan metode QPSK pada sisi downlink dan BPSK pada sisi

uplink[7].

8. Channel coding menggunakan metode convolutional code dimana urutan bit

informasi tidak dikelompokkan dalam blok-blok yang berbeda sebelum

dikodekan. Convolutional coding digunakan pada voice dan turbo coding

digunakan pada komunikasi data[5].

9. Spreading factor merupakan perbandingan antara spreading rate (kecepatan

chip tiap detik) terhadap user data rate (kecepatan simbol data user tiap detik).

Dalam WCDM spreading factor bernilai 4-256 (uplink), 4-512 (downlink)[2].

10.Power Control merupakan suatu upaya untuk mengontrol daya pancar dari

(26)

interferensi dapat ditekan seminimal mungkin dan memaksimalkan kapasitas.

Open loop power control untuk mengatasi masalah near far serta shadowing

pada reverse link dari sistem WCDMA pada metode downlink, sedangkan fast

close loop power control digunakan pada saat uplink[6].

11.Spreading dengan menggunakan sistem OVSF (Orthogonal Variable

Spreading Factor) dimana kode channel-nya berbentuk kode orthogonal.

Dengan menggunakan kode orthogonal tidak akan terjadi interferensi pada

saat kode ini sinkronisasi. Pada sisi downlink, kode orthogonal dapat

memisahkan pengguna yang berbeda dalam satu sel/sektor [7].

2.2 Trafik

Secara umum, pengertian trafik adalah perpindahan suatu benda dari suatu

tempat ke tempat lain. Dalam lingkungan telekomunikasi benda adalah berupa

informasi yang dikirim melalui media transmisi. Sehingga trafik dapat

didefinisikan sebagai perpindahan informasi (pulsa, frekuensi, percakapan, dsb)

dari suatu tempat ke tempat lain melalui media telekomunikasi.

Trafik juga dapat juga diartikan sebagai pemakaian (pendudukan)

terhadap suatu sistem peralatan/saluran telekomunikasi yang diukur dengan waktu

(berapa lama dan kapan), juga terkait dengan apa yang dipakai, dari mana, ke

mana dan lain-lain. Sibuknya sistem CPU sehingga tidak dapat memproses data

atau menunda pemrosesan merupakan suatu indikasi kepadatan trafik.

Dalam sistem telepon, permintaa hubungan (panggilan yang datang) tidak

dapat ditentukan kapan datang nya dan berapa lama pembicaraan telepon

berlangsung (berapa lama suatu peralatan/saluran diduduki). Proses ini dinamakan

(27)

2.2.1 Satuan dan Definisi Trafik

Satuan atau unit trafik yang umum digunakan adalah Erlang, yang diambil

dari nama seorang ilmuwan Dermark, Agner Krarup Erlang (1878 1929), seorang

penemu teori trafik.

Trafik pada telepon dibangkitkan oleh sejumlah pelanggan, dalam suatu

proses pemanggilan mulai dari saat pemanggil mengangkat hand-set pesawat

telepon, menekan/memutar nomor telepon yang dituju, penyambungan dilevel

sentral sehingga tiap peralatan dapat diidentifikasi lama waktu pemakaiannya

(besar trafiknya).

1. Volume trafik yaitu jumlah waktu dari masing-masing pendudukan pada

seluruh saluran/sirkit. Dengan cara lain, volume trafik dapat ditentukan dengan

mengalikan jumlah panggilan dengan rata-rata waktu pendudukan, seperti

pada persamaan 2.1.

V = n x h ………. (2.1)

Dimana:

V = Volume Trafik

n = Jumlah panggilan

h = Rata-rata waktu pendudukan (mean holding time)

2. Intensitas Trafik adalah jumlah waktu pendudukan persatuan waktu atau

volume trafik (V) dibagi dengan periode waktu pengamatan, jika ditulis

dengan rumus dapat dilihat pada persamaan 2.2.

(28)

Dimana

A= Intensitas trafik

V= Volume trafik

T= Waktu pengamatan

Rumus lain dari intensitas trafik dapat dilihat pada persamaan 2.3 yaitu

dengan mengalikan jumlah panggilan per waktu pengamatan dengan rata-rata

waktu pendudukan.

A = y x h ………. (2.3)

Dimana :

A = Intensitas Trafik

y = jumlah panggilan persatuan waktu pengamatan

h = Mean holding time

Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa intensitas trafik tidak

memiliki satuan. Sebagai penghargaan kepada A.K. Erlang yang pertama

menyelidiki trafik telekomunikasi, maka ditetapkanlah satuan intensitas trafik

dalam Erlang, dimana pengertian 1 (satu) Erlang adalah apabila sebuah sirkit diduduki secara terus menerus selama satu jam.

Dalam suatau pengamatan sistem jaringan telekomunikasi, dipantau

jumlah panggilan datang D(t), jumlah pendudukan saluran J(t) dan jumlah

pendudukan yang terakahir B(t), pengamatan trafik pada sistem jaringan

(29)

Pendudukan peralatan/jaringan

Gambar 2.1 Pengamatan Trafik pada Sistem Jaringan Telekomunikasi

2.2.2 Karakteristik Trafik

Sumber trafik adalah subscriber (pelanggan). Kapan dan berapa lama

pelanggan menggunakan jaringan (mengadakan pembicaraan) tidak dapat

ditentukan. Trafik di dalam suatu jaringan tergantung dari jumlah panggilan yang

masuk ke jaringan itu sendiri dan berapa lama pendudukannya (holding time).

Dengan demikian perlu untuk menegetahui karakteristik kedatangan

panggilan (pattern of arrivals), karakteristik selang waktu kedatangan

panggilan-panggilan (arrival time)dan karakteristik lamanya pendudukan (holding time).

Adapun beberapa karakteristik tipikal dalam katagori panggilan telepon

yaitu:

1. Private subscriber : 0,01 – 0,04 erlang

2. Business subscriber : 0,03 – 0,06 erlang

3. Private branch exchange : 0.10 – 0,60 erlang

4. Pay phone : 0,07 erlang

Artinya seorang pelanggan rumahan (private subscriber) biasanya

menggunakan 1% s.d 4% waktunya untuk berbicara melalui telepon pada suatu

selang yang disebut ”jam sibuk”, untuk ini diperlukan 2250-9000 pelangan

rumahan untuk menghasilkan trafik 90 erlang.

Sistem Jaringan

(30)

2.2.3 Pola Kedatangan Panggilan

Pola kedatangan panggilan yaitu jumlah panggilan yang datang ke dalam

suatu jaringan pada suatu waktu. Pola kedatangan panggilan dapat diprediksikan

dengan mengetahui besarnya peakness factor (PF) atau variance to mean ratio

(VMR) yaitu perbandingan antara variasi dan rata-rata jumlah panggilan yang

datang (berdasarkan interarrival time-nya), rumus PF ini dapat dilihat pada

persamaan 2.4.

PF = VMR = ... (2.4)

Dari nilai PF tersebut dapat diklasifikasikan 3 pola kedatangan panggilan

yaitu:

1. Pola kedatangan acak (random) : PF =1

2. Pola kedatangan smooth : PF<1

3. Pola kedatangan kasar (rough, cluster) : PF >1

Gambar peakness factor akan diperlihatkan pada Gambar 2.2.

range smooth trafific range rough (cluster) traffic

0 1 ∞

Peakness factor

(31)

2.2.4 Interarrival Time

Interarrival time yaitu waktu antara datangnya panggilan yang satu

dengan panggilan berikutnya, misalnya ∆t adalah selang waktu antara kedatangan panggilan 0 dan ke 1 pada periode waktu T seperti tampak pada Gambar 2.3.

Kedatangan panggilan

T

Gambar 2.3 Interarrival Time

Jika ∆t = T, maka selama periode waktu T hanya ada 1 call yang datang atau jika ∆t = 0, berarti tidak ada panggilan yan g datang selama periode T tersebut.

Jika c adalah jumlah panggilan (call) yang datang selama periode T, maka

nilai probabilitas interarrival time dapat dinyatakan dengan persamaan 2.5.

P (∆t ≤ T) = P (c >1) = 1-p (c = 0) ……… (2.5) Untuk pola kedatangan panggilan acak (random) dapat dituliskan sebagai

persamaan distribusi eksponensial sesuai dengan persamaan 2.6.

P (∆t ≤ T) = 1 - ……… (2.6)

(32)

Dimana a rata-rata datangnya panggilan (jumlah panggilan persatuan

waktu). Rumus untuk menentukan rata-rata interarrival time terdapat pada

persamaan 2.7.

E {∆t} = ……….. (2.7)

dan persamaan 2.8 untuk mencari variasi interarrival time :

V {∆t} = E {∆t}2 – E {∆t}2 = ……….. (2.8)

Sehingga coefficient of variance (CV) dapat dilihat pada persamaan 2.9.

Cv{∆t} = = 1 ……… (2.9)

Dengan demikian, jika:

CV{∆t} = 1 , interarrival time adalah acak yang bearti juga datangnya secara acak CV{∆t} < 1, datangnya panggilan-panggilan secara smooth (kecil)

CV{∆t} > 1, datangnya panggilan-panggilan secara rough (kasar)

Catatan:

Kedatangan panggilan-panggilan yang acak diartikan sebagai asumsi

bahwa sumber trafik yang ingin melakukan panggilan sangat banyak dan tak

terhingga secara terus-menerus (tidak pernah datang), sehingga dapat dianggap

konstan. Seperti aliran air yang mengalir, dianggap tetap meskipun debit air

tersebut tidak selalu tetap.

2.2.5 Holding Time

Holding time (waktu pendudukan) atau service time (waktu pelayanan)

(33)

diklarifikasikan menjadi dua jenis yaitu holding time yang konstan dan holding

time yang bervariasi.

Holding time dikatakan konstan karena lamanya pendudukan

panggilan-panggilan terhadap suatu server adalah sama, sedangkan holding time dikatakan

bervariasi (acak) karena lamanya pendudukan panggila-panggilan terhadap suatu

server berbeda-beda.

Untuk holding time yang bervariasi dan berdistribusi eksponensial, nilai

probabilitas holding time terdapat pada persamaan 2.10.

P (th ≤ t) = 1 - ………... (2.10)

Dimana:

Th = holding time (waktu pendudukan)

P (th≤ t ) = probabilitas waktu pendudukan yang berlangsung selama waktu kurang dari atau sama dengan t.

Tm = mean holding time (waktu pendudukan rata-rata)

Misalkan selama waktu T, suatu saluran (sirkit) diduduki oleh P buah

panggilan, maka saluran sibuk dan bebas akan diperlihatkan pada Gambar 2.4.

t1 t2 t3

0 T

Gambar 2.4 Holding Time

Sirkit sibuk (holding time)

(34)

Rata-rata waktu pendudukan (mean holding time) dari semua panggilan

selama T terdapat pada persamaan 2.11.

Tm = = ……… (2.11)

Dimana tm adalah mean holding time, dan panggilan ke -i memiliki holding

time t.

2.2.6 Macam-Macam Trafik

Dalam jenis trafik terdapat tiga bagian yaitu Offered Traffic, Carried

Traffic, dan Lost Traffic tau reject Traffic:

1. Offered Traffic (AO = A), merupakan intensitas traffik yang ditawarkan ke

sistem/server peralatan telekomuniaksi).

2. Carried Traffic (Ac = Y), merupakan intensitas traffic yang dapat dilayani/

dimuat oleh sistem.

3. Lost traffic atau Reject Traffic (AR = R), merupakan intensitas trafik yang

ditolak oleh sistem (trafik yang hilang), sistem jaringan telekomunikasi dapat

dilihat pada Gambar 2.5.

Ao AC

AR

Gambar 2.5 Jaringan Telekomunikasi

Besar trafik Ac dapat diukur, sedangkan besar trafik Ao diestimasikan

dengan menambahkan trafik yang dimuat dan kemungkinan (probabilitas) trafik

(35)

yang ditolak. Hubungan antara besarnya trafik dengan probabilitas trafik yang

ditolak dapat dilihat dari persamaan 2.12.

Ao = Ac + Ar ……… (2.12)

Dalam mendesain jaringan antar sentral, jumlah sirkit yang harus

diinstalasi tidaklah mungkin menyediakan sebanyak jumlah pelanggan. Dengan

demikian, akan ada kemungkinan sejumlah panggilan ditolak (tidak terlayani)

pada saat seluruh sirkit diduduki. Jumlah panggilan yang diperbolehkan ditolak

tidak boleh lebih dari 1%. Artinya bila ada 100 panggilan yang datang bersamaan,

hanya 1 panggilan yang diperkenankan ditolak (dibuang dari sistem). Besar

probabilitas (kemungkinan) panggilan yang dapat ditolak dinyatakan dengan

simbol “B” atau sering juga disebut sebagai Probabilitas Blocking. Dilihat dari

sisi pelayanan istilah probabilitas blocking dinyatakan dengan “Grade of Service” (GOS). Besarnya probabilitas blocking untuk sejumlah panggilan identik dengan probabilitas trafik yang ditolak, sehingga besarnya Ar dapat dinyatakan dengan

persamaan 2.13.

Ar = Ao x B ……….. (2.13)

Karena Ao = Ac + Ar, maka trafik Ao dapat dihitung dengan persamaan 2.14.

Ao

=

……….. (2.14)

2.2.7 Probabilitas Blocking

Blocking adalah suatau kemampuan sistem untuk menolak melayani

panggilan karena kanal yang tersedia sudah berisi (tingginya jumlah panggilan

(36)

probabilitas blocking yang terjadi dengan besar intensitas trafik dan jumlah

saluran dapat dilihat pada persamaan 2.15.

Pb = ………(2.15)

Dimana:

Pb = probabilitas blocking yang terjadi

A = besar intensitas trafik

N = jumlah saluran

Ada beberapa jenis blocking antara lain :

1. Blocking call set up, terjadinya banyak percobaan pengulangan melakukan

panggilan.

2. Blocking kanal suara, jika panggilan datang sebagian tidak dapat dilayani

karena tidak mendapatkan kanal suara.

3. Blocking end office, truk panggilan dari sentral ke end office mulia meningkat

dan jumlah terhubung ke end office menjadi tidak mencukupi.

2.2.8 Kongesti Trafik

Kongesti adalah suatu keadaan dimana semua saluran/server sedang dalam

keadaan diduduki serempak pada suatu waktu.

Pelayanan terhadap panggilan-panggilan yang datang pada saat terjadi

kongesti tergantung kepada sistem operasi yang dugunakan oleh server. Sistem

operasi yang dimaksud tersebut adalah : loss system (sistem hilang), waiting

system (sistem tunggu), dan overflow system (sistem luap)

Pada sistem hilang (loss system), panggilan-panggilan yang datang pada

(37)

(waiting system), panggilan-panggilan yang datang pada saat terjadi kongesti akan

dipersilahkan menunggu sampai tiba gilirannya untuk dilayani. Sedangkan pada

sistem luap (overflow system), panggilan-panggilan yang datang pada saat terjadi

kongesti tersebut akan dilimpahkan ke server berikutnya (server alternative)

untuk dilayani. Terdapat 2 pengertian pada kondisi kongesti yaitu :

1. Call congestion

Probabilitas panggilan yang dan menemui kondisi kongesti. Biasanya

diperkirakan dengan rasio antara jumlah panggilan yang ditolak (NR) dengan

jumlah panggilan datang (No) selama waktu pengamatan T terdapat pada

persamaan 2.16.

B = .……… (2.16)

B disebut sebagai call congestion blocking probability. Namun dalam kenyataan jumlah Ng dan No yang sesungguhnya sangat sulit diukur karena

seringnya terjadinya repeated call attemp.

2. Time congestion

Probabilitas lamanya waktu terjadinya kongesti. Biasanya diperkirakan

dengan rasio antara lamanya waktu kongesti dengan lamanaya pengamatan

terdapat pada persamaan 2.17.

B = ………. (2.17)

(38)

2.2.9 Konsep Jam Sibuk

Sumber trafik adalah pelanggan. Kapan dan berapa lama pelanggan

mengadakan pembicaraan telepon tidak dapat ditentukan lebih dahulu. Jadi trafik

ini besarnya merupakan besar statistik dan kuantitasnya hanya bisa diselesaikan

dengan statistik dan teori probabilitas. Jumlah panggilan merupakan fungsi waktu,

sedang variasi dari jumlah panggilan tersebut sama dengan variasi trafik. Bila

trafik dalam suatu sistem peralatan telekomunikasi diamati, maka akan terlihat

bahwa harganya akan berubah-ubah (bervariasi). Variasi trafik terjadi dalam

interval waktu :

1. Menit ke menit

2. Jam ke jam

3. Hari ke hari

4. Musim ke musim (hari besar, musim liburan, dll)

Variasi dalam waktu yang pendek (dalam satu jam) terlihat bahwa

perubahannya tidak teratur, dapat naik, dapat turun ataupun tetap. Kurva trafik

dalam satuan waktu dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan 2.7.

(39)

Gambar 2.7 Variasi Trafik Selama 1 minggu

Pada Gambar 2.6 diatas terlihat bahwa pada kira-kira pukul 10.00 nilai

trafik merupakan yang tertinggi. Hal ini karena ternyata sumbangan trafik terbesar

berasal dari pelanggan bisnis. Bila pengamatan trafik tersebut dilakukan pada

hari-hari lain, bentuk kurvanya tidak tepat sama, mungkin nilai tertingginya

terjadi pada sekitar pukul 10.30. Dari kurva-kurva tersebut terdapat pengertian

Jam Sibuk(Time Consistent Busy Hour).

Jam sibuk yaitu periode satu jam (60 menit) dalam satu hari di mana trafiknya

mempunyai nilai tertinggi dalam jangka lama. Jadi jam sibuk ini didapat dari kurva

rata-rata dari banyak kurva (banyak hari).

2.2.10 Grade of Service (GoS)

Grade of Service (GoS) adalah tingkat/level pelayanan pada kondisi

kongesti trafik dari suatu peralatan pada jam sibuk. GoS ini menggambarkan

tingkat penanganan trafik yang sangat tergantung kepada jumlah server yang

dioperasikan (switching equitment, saluran atau trunk).

Dalam prakteknya GoS ini adalah perbandingan jumlah panggilan yang

tidak dapat dilayani dengan segera (ditolak atau harus menunngu) karena semua

(40)

tersebut. Panggilan-panggilan yang ditolak/hilang atau harus menunggu tersebut

adalah disengaja karena adanya pembatasan jumlah server yang disebabkan oleh

pertimbangan ekonomis.

Didalam sistem hilang (loss system), GoS dapat dinyatakan dengan rasio

antara rejected traffic dengan offered traffic pada jam sibuk, yang dapat dihitung

dengan persamaan 2.18.

B = = ……… (2.18)

Dikarenakan lamanya holding time panggilan yang hilang dianggap sama

dengan holding time panggilan yang terlayani, maka GoS dapat pula dinyatakan

denga rasio antara jumlah panggilan yang hilang dengan jumlah panggilaan yang

datang (ditawarkan), yang dapat dihitung dengan persamaan 2.19.

B = ……….. (2.19)

Sedangkan pada sistem tunggu (waiting syistem), GoS ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

1. Rata-rata waktu menunggu, mean waiting time E (W)

2. Rata-rata panjang antrian, mean queue length E (Nw)

3. Rata- rata waktu tunda, mean queueing time E (Q)

4. Rata rata jumlah panggilan yang tertunda di dalam system, mean queue size E

(Ne)

5. Probabilitas panggilan-panggilan yang berada diruang tunggu menunggu

melebihi waktu tertentu P(W > t)

(41)

7. Probabilitas semua panggilan di dalam sistem menunggu melebihi waktu

tertentu P (Q > t)

8. Probabilitas jumlah panggilan di dalam sistem yang lebih besar dari jumlah

tertentu P (Nq > n)

2.3 Arsitektur Jaringan UMTS

Jaringan UMTS mempunyai arsitektur yang terdiri dari berbagai perangkat

yang saling terintegrasi dan saling mendukung sesuai dengan Gambar 2.8. dan

Gambar 2.9 di bawah ini.

2.3.1 UTRAN

Di dalam UTRAN (UMTS terrestrial radio access network) merupakan

bagian dari Radio Network Subsystems (RNS). Satu RNS terdiri dari beberapa

radio elemen dan bagian tersebut saling terkait dan berhubungan. Radio elemen

tersebut diantaranya adalah Node-B, biasa disebut Base Station dan RNC (Radio

Network Controller) sebagai fungsi control. Arsitektur jaringan UMTS dapat

dilihat pada Gambar 2.8.

(42)

1. Node –B

Node B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node B

merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio

kepada UE dan untuk memberikan lingkupan radio serta juga menyediakan interface

udara ke user. Fungsi lain yang ada dalam base station termasuk radio transceiver, pengkodean kanal, pengendalian panggilan, pendeteksian akses dan penyediaan kanal radio.Fungsi utama node B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi, demodulasi dan

lain-lain. Node B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce

Management), seperti handover dan power control [9].

2. RNC

RNC (Radio Network Controller) menyediakan semua hal yang diperlukan

untuk pengendalian radio lokal seperti handover intra RNC, pengontrolan satu

atau lebih base station, pengendalian daya, dan alokasi kanal. RNC juga bertindak

sebagai suatu consentrator site untuk trafik dan signaling [2].

Ada beberapa tipe RNC yang dipakai oleh operator telekomunikasi dalam

jaringan UMTS, diantaranya pada operator Telkomsel meggunakan tipe Ericsson

(43)

Pada Main Subrack RNC 3820 diharuskan terpasang 12 module utama

yang terdiri dari module :

1. GPB

Module GPB merupakan salah satu module utama di dalam RNC. GPB

berfungsi sebagai processor pada RNC dengan beberapa tugas sebagai

berikut:

a. Module Main Processor (mMP) untuk menghandle trafik pada saat

tertentu.

b. Pusat operasi dan maintenance pada RNC.

2. SPB

Module SPB juga merupakan module utama pada RNC yang mempunyai

fungsi sebagai berikut:

a. Menghandle semua traffic pengguna.

b. Pembagi traffic pada waktu tertentu ke module processor.

3. TUB

Module TUB berfungsi menghasilkan reference time signal untuk Radio

Acces Network dan termasuk sistem clock oscillator. Selain itu juga menerima

input sinkronisasi

4. CMXB

Module CMXB berfungsi sebagai Ethernet switching dengan kapasitas

200 Gbps Ethernet switch. 10 Gbps Ethernet port digunakan untuk koneksi

external dan interface di dalam link Subrack.

(44)

Module ET IPG berfungsi sebagai penyedia 1 Gbps Ethernet. Node pada

internal module berfungsi sebagai ATM ke Gateway Ethernet dan terhubung

ke CMXB melalui IP/Ethernet yang terdapat pada bagian backplane. Module

tambahan dibutuhkan untuk memenuhi kapasitas yang dibutuhkan apabila

tidak mencukupi.

6. SCB

Module SCB berfungsi sebagai ATM switching yang terdiri dari 16

Gbps ATM switch. Selain fungsi tersebut, module SCB juga mengatur

pembagian sistem clock, power filter, dan interface pada inter Subrack link.

(45)

Sesuai dengan fungsinya sebagai Radio Network Control (RNC),

parameter yang digunakan dalam unjuk kerja RNC tersebut dilihat pada Radio

Resources Connection (RRC). RNC akan aktif melakukan control terhadap

kapasitas tiap cell untuk menghasilkan RRC Rejection Ratio yang optimal/rendah.

Untuk nilai RRC Rejection Ratio didapatkan dengan persamaan 2.20.

… (2.20)

Dalam operasionalnya, PT. Telkomsel menentukan nilai RRC sebesar 97%

yang artinya RNC akan bekerja dengan optimal apabila nilai RRC Rejection

Ratio-nya maksimal sebesar 3%.

2.3.2. User Equipment

User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan

untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan

smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module)

yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk

keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Komponen

User equipment (UE):

1. Mobile Equipment (ME), ME merupakan terminal itu sendiri, melaksanakan

semua transmisi radio, penerimaan dan fungsi pengolahan.

2. UMTS Subscriber Identity Module (USIM), kartu yang unik mengidentifikasi

pengguna UMTS untuk tujuan otentikasi, memegang informasi berlangganan

dan menyediakan tambahan fitur keamanan.

Total RRC Attempt - Succesfull RRC Attempt Total RRC Attempt

(46)

2.3.3 Core Network (CN)

Core Network (Jaringan inti) pada UMTS bertanggung jawab untuk fungsi

transmisi dan switching, manajemen pengguna,pengguna layanan, netrworking

dengan jaringan eksternal. Core network memberikan dukungan untuk paket dan

circuit switched traffic. Sebagian besar core network UMTS cenderung berevolusi

dari infrastruktur jaringan yang ada (GSM, PDN, N-ISDN, B-ISDN). Jenis

layanan pada core network UMTS diantaranya meliputi Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Arsitektur Core Network Pada UMTS

1. Suara

2. Pesan universal (email terintegrasi, pesan suara, SMS)

3. Video

4. Internet akses Wireless

(47)

Interworking didukung untuk :

1. PSTN

2. GSM

3. N-ISDN

4. IP

Core Network secara logis dibagi ke dalam bagian sirkuit switching dan bagian

paket switching. Entitas jaringan dikelompokkan ke dalam bidang fungsional

sesuai:

1. Entitas untuk mendukung layanan paket-switched.

2. Entitas untuk mendukung layanan circuit-switched.

3. Entitas umum untuk paket dan layanan circuit-switched.

Entitas packet switching diantaranya adalah

1. Melayani GPRS Support Node (3G-SGSN).

2. Gateway GPRS Support Node (3G-GGSN).

3. Domain Name Server (DNS).

4. Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) server.

5. Firewall.

6. Pengisisan paket gateway.

Entitas Circuit switching :

1. Mobile Switching Center (3G-MSC)

(48)

3. Visitor Location Register (VLR).

Shared packet dan entities circuit switching

1. Home Location Register (HLR)

2. Authentication Center (AUC)

3. Equipment Identity Register (EIR).

Pemisahan dari sirkuit switching dan bagian packet switching juga dicapai dengan

interface logis terpisah antara core network dan UTRAN. Daerah lain yang dapat

dianggap sebagai bagian dari core network meliputi:

1. Sistem manajemen jaringan (seperti penagihan dan pengadaan, dan

manajemen pelayanan)

2. Operations and Maintenance Center (OMC).

a. MSC (Mobile Switching Center)

MSC (Mobile Switching Center) merupakan sentral dari jaringan yang menyediakan fasilitas routing dan pengendalian sambungan, pelayanan

interworking, billing, interkoneksi ke jaringan lain dan PSTN. Pada MSC

juga terdapat komponen yang disebut VLR (Visitor Location Register)

yang berfungsi sebagai register penyedia pembaruan (updating) lokasi,

informasi lokasi dan database lokal.

b. HLR (Home Location Register)

HLR (Home Location Register) merupakan database utama jaringan

(49)

yang diinginkan oleh pelanggan, service tambahan serta informasi

mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location).

c. SGSN ( Serving GPRS Support Node)

SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke

jaringan GPRS. Fungsi SGSN adalah sebagai berikut

1. Mengantarkan packet data ke MS

2. Update pelanggan ke HLR

3. Registrasi pelanggan baru

d. GGSN

GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke

jaringan paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan

fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch network dan

dihubungkan dengan SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan

berperan antarmuka logik bagi PDN,dimana GGSN akan memancarkan

dan menerima paket data dari SGSN atau PDN. Selain itu juga terdapat

beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub, Iur. Antara UE dan UTRAN

terdapat interface Uu. Di dalam UTRAN terdapat interface Iub yang

menghubungkan Node B dan RNC, Interface Iur yang menghubungkan

antar RNC, sedangkan UTRAN dan CN dihubungkan oleh interface Iu.

Protokol pada interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai fungsinya,

yaitu bagian control plane dan user plane . Bagian user plane merupakan

protocol yang mengimplementasikan layanan Radio Access Bearer

(RAB), misalnya membawa data user melalui Access Stratum (AS).

(50)

mobile user dengan jaringan dari aspek : jenis layanan yang diminta,

pengontrolan sumber daya transmisi , handover , mekanisme transfer Non

Access Stratum (NAS) seperti Mobility Management (MM), Connection

Management (CM), Session Management (SM) ,dan lain-lain [9].

e. EIR

EIR (Equipment Identity Register) adalah basis data yang berisi

informasi tentang identitas dari perlengkapan mobile untuk mencegah

panggilan dari pencurian, unauthorized, atau stasion bergerak yang rusak.

AUC dan EIR di implementasikan sebagai node yang berdiri sendiri atau

kombinasi node AUC/EIR.

f.

AUC

Unit yang disebut AUC

autentikasi dan enkripsi parameter untuk memverifikasi identitas

pengguna dan menjamin kerahasiaan dari setiap panggilan. AUC

melindungi operator jaringan dari tipe-tipe penggelapan atau kecurangan

(51)

BAB III

KONDISI RNC MEDAN (02)

3.1 Pendahuluan

Pada BAB III akan dibahas mengenai kondisi RNC Medan dengan

melakukan pengamatan berdasarkan data-data yang diperoleh dari PT

TELKOMSEL Medan yang dilakukan pada bulan Maret 2011. Data-data ini

merupakan data yang diambil dari satu cluster RNC Medan yang meliputi wilayah

SUMBAGUT. Semua data diatas akan diamati pada RNC Medan serta MSC

Medan sebagai fungsi switching.

Ada beberapa jenis data di dalam bab ini yang akan digunakan untuk

menunjang analisis pada penelitian, data-data yang akan diambil adalah data

berupa parameter-parameter Performansi, yaitu:

1. Laju Kedatangan Pangilan (Call Attemp)

Call Attemp adalah upaya panggilan yang dilakukan di dalam permintaan

percakapan. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai jumlah panggilan yang

masuk dan yang ditolak untuk menentukan tingkat keberhasilan didalam

pembangunan percakapan. Kedatangan laju panggilan didalam sistem selular

memiliki Pattern Random Trafik.

2. Traffic

Traffic dapat diartikan sebagai pemakaian yang diukur dengan waktu dan

dikaitkan dengan apa yang dipakai serta arah pemakaian tersebut. Traffic disini

(52)

melalui jumlah traffic yang ada dan akan dilakukan pengamatan tiap hari nya

untuk menetukan performansi dari RNC tersebut.

3.2 Call Attempt

RNC (Radio Network Controller) mempunyai kapasitas yang terbatas di

dalam menghandle kedatangan laju panggilan (Call Attemp). Laju kedatangan

suatu panggilan yang datang biasanya diukur dalam waktu per jam yang akan kita

amati pada MSC MEDAN.

Pada tiap tipe RNC mempunyai kapasitas yang berbeda dalam menghandle

laju kedatangan panggilan tersebut. Kapasitas dalam menghandle (Call Attemp) ,

sangat berpengaruh besar pada performansi suatu RNC didalam hal ini adalah

RNC MEDAN. Apabila laju kedatangan panggilan lebih besar dari kapasitas

RNC, maka akan terjadi overload yang akhirnya akan menyebabkan rejected call.

Dari pengamatan data laju kedatangan panggilan, kita akan mengetahui apakah

terdapat masalah pada nilai SR (Succesfull Rate) yang mengalami penurunan nilai

pada jam-jam tertentu.

3.3 Traffic RNC MEDAN (02)

Banyaknya Traffic didalam satu RNC, akan mempengaruhi performansi

suatu RNC di dalam hal ini adalah RNC MEDAN (02). Traffic yang terjadi dalam

jam-jam tertentu akan diamati dalam beberapa hari sehingga akan diketahui

masalah pada SR (Succesfull Rate) yang mengalami penurunan. Dalam hal ini

penurunan nilai SR (Succesfull Rate) terjadi pada saat jam sibuk (Busy Hour),

yang kemudian akan kita lakukan pengolahan data untuk mencari penyebab dari

(53)

3.3.1 Pengamatan Traffic Pada RNC MEDAN (02) (Tanggal 26-29 November 2011)

Didalam pengamatan traffic disini adalah pengamatan data traffic yang

dilakukan pada MSC MEDAN. Data-data yang diperoleh pada MSC Medan akan

diolah untuk mendapatkan performansi dari RNC MEDAN, dalam hal ini yang

akan kita bahas adalah RNC MEDAN (02) dimana kondisi tersebut akan

menggambarkan kondisi jaringan yang terjadi. Pada RNC MEDAN (02) terdiri

dari beberapa LAC (Local Area Code) yang berada di dalam satu cluster RNC

MEDAN (02) sehingga dapat dikatakan bahwa LAC (Local Area Code) berada

dibawah control RNC tersebut.

Pengamatan performansi yang dilakukan dalam hal ini mempunyai dua

kondisi dasar yaitu performansi RNC MEDAN (02) yang diamati pada MSC

MEDAN dalam keadaan busy traffic (traffic padat) dan low traffic (traffic

rendah).

3.3.2 Pengamatan Data Traffic (Tanggal 26-29 November 2011)

Dalam satu LAC (Local Area Code) pada jaringan UMTS, terdiri dari

beberapa cell. Pada RNC MEDAN(02) mempunyai 3 alokasi LAC yang terdiri

dari :

1. Alokasi LAC 5070 dengan jumlah cell sebanyak 60 cell.

2. Alokasi LAC 5071 dengan jumlah cell sebanyak 201 cell.

(54)

Pada Gambar 3.1 peta border LAC dapat dijelaskan bahwa dalam RNC

Medan (02) terdiri dari 3 alokasi LAC yaitu 5070, 5071, dan 5072. Tiap LAC

akan menghandle beberapa site yang terdiri dari beberapa sector (cell) yang

ditunjukkan dengan gambar berbentuk seperti payung pada peta border LAC.

Gambar 3.1 Peta BorderLAC

Dengan demikian total jumlah cell pada RNC MEDAN (02) berjumlah

354 cell. Langkah selanjutnya melakukan pengamatan terhahap data traffic, data

trafik yang diamati terdapat pada Tabel 3.1 sesuai dengan Lampiran A.

Tabel 3.1 Data Traffic Tanggal 26 November 2011

RNC ID Tanggal

dan Jam

Laju Kedatangan

Panggilan

Kapasi tas LAC

Laju Kedatangan

Pamggilan yang Gagal

Suc cess Rate

RNC MEDAN (02)

11/26/2011 -

0:00 1.837.334

8.000.00

0 0

100, 00% RNC MEDAN

(02)

11/26/2011 -

1:00 965.914

8.000.00

0 0

(55)

Tabel 3.1 adalah gambaran data traffic pada RNC MEDAN (02) yang

terjadi pada tanggal 26 November 2011. Data traffic ini digunakan sebagai contoh

untuk melihat performansi pada RNC MEDAN (02). Dari tabel tersebut terlihat

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Succesfull Rate (SR) antara

lain:

1. pmNoType1AttemptCs yaitu laju kedatangan panggilan (call attempt).

2. pmNoType1AttemptCsUtranRejected yaitu laju kedatangan panggilan yang gagal (rejected call).

12:00 10.837.742

8.000.00

13:00 11.945.774

8.000.00

14:00 12.500.035

8.000.00

15:00 12.225.488

8.000.00

16:00 11.345.662

8.000.00

17:00 10.762.855

(56)

3. Capacity LAC yaitu daya tampung/kapasitas LAC dalam menerima laju kedatangan panggilan (call attempt).

Sebagai contoh misalkan pada jam 07.00, pmNoType1AttemptCs (call attempt) mempunyai nilai 6.745.246 kali, pmNoType1AttemptCsUtranRejected

(rejected call) mempunyai nilai 0 kali, dan kapasitas LAC adalah 8.000.000 call

attempt. Maka nilai successful rate (SR) berdasarkan ketentuan dari PT.

TELKOMSEL adalah SR = (1-rejected call/call attempt) x 100% sehingga pada

pukul 07.00 nilai successful rate (SR) 100%. Begitupun seterusnya pada jam-jam

yang lain pada tabel di atas dapat dihitung dengan perhitungan nilai successful

rate (SR) dan didapatkan nilai sesuai dengan Tabel 3.1.

Pada tabel diatas yang menjadi acuan parameter untuk melihat

performansi dari suatu RNC dalam hal ini RNC MEDAN (02) adalah nilai

Succesfull Rate (SR) yang merupakan persentase tingkat keberhasilan LAC dalam

menampung laju kedatangan panggilan (call attempt). Tingkat keberhasilan yang

diinginkan adalah 100% atau dengan kata lain semua laju kedatangan panggilan

(call attempt) dapat ditampung dan dihandle oleh LAC dengan kapasitas daya

tampung laju kedatangan panggilan (call attempt) adalah 8000000 per jam.

Apabila nilai Succesfull Rate (SR) dibawah 100% yang merupakan standar dari

PT. TELKOMSEL, maka dianggap tidak memenuhi standard tingkat keberhasilan

LAC dalam menampung laju kedatangan panggilan (call attempt) sehingga hal

tersebut harus ditelusuri dan dicari penyebab dari menurunnya nilai tingkat

keberhasilan.

Grafik performansi dari RNC MEDAN (02) yang diamati pada tanggal 26

(57)

tersebut terlihat bahwa penurunan performansi terjadi pada jam-jam tertentu

dalam satu hari. Nilai tingkat keberhasilan menjadi turun (melebihi kapasitas LAC

dalam menampung laju kedatangan panggilan (call attempt)) yaitu mulai pada

pukul 10.00 – 18.00 pada hari tersebut. Sehingga dapat dikatakan pada rentang

waktu tersebut merupakan rentang waktu traffic sibuk (busy traffic). Sedangkan

rentang waktu antara 0.00 – 09.00 dan 19.00 – 23.00 adalah rentang waktu

terjadinya traffic normal (normal traffic).

Gambar 3.2 Kondisi Data Traffic Tanggal 26 November 2011

Grafik yang memperlihatkan nilai Succesfull Rate (SR) yang menjadi

acuan utama didalam pengamatan performansi terlihat pada Gambar 3.3 sesuai

dengan lampiran B. Pada garafik tersebut terlihat kecenderungan penurunan nilai

tingkat keberhasilan/Succesfull Rate (SR) terjadi pada jam 09.00 – 16.00 yang

merupakan rentang waktu traffic sibuk (busy traffic) akibat banyaknya rejected

call pada jam tersebut. Selanjutnya akan dilakukan pengolahan data untuk

mencari penyebab terjadinya rejected call pada jam-jam sibuk diatas serta

(58)

Gambar 3.3 Kondisi Performansi Success Rate Tanggal 26 November 2011

3.4 Pengolahan Data

Pada sub bab ini akan dilakukan pengolahan data (perhitungan secara

matematis) berdasar data-data yang diperoleh dari data traffic. Pengolahan data ini

dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya rejected call yang

mengakibatkan penurunan nilai SR pada jam-jam sibuk. Adapun pengolahan data

tersebut dilakukan dengan menghitung beberapa parameter, diantaranya adalah:

1. Total callattempt RNC MEDAN (02) tiap jam (dari jam 00.00 sampai dengan

jam 23.00).

2. Rata-rata callattempt RNC MEDAN (02) tiap jam.

3. Rata-rata call attempt di tiap LAC dengan perhitungan proposianal sesuai

jumlah cell dalam satu LAC untuk satuan per jam.

Hasil dari pengolahan data tersebut berupa tabel pengamatan sehingga

(59)

3.4.1 Perhitungan Total Call Attempt RNC MEDAN (02) Tiap Jam

Dengan menggunakan rumus total call attempt dapat dihitung jumlah call

attempt untuk setiap jam pengamatan.

Total call attempt jam (x) = callattempt tanggal 26 November 2011 jam (x) + call

attempt tanggal 27 November 2011 jam (x) + call

attempt tanggal 28 November 2011 Jam (x) + call

attempt tanggal 29 November 2011 Jam (x)

Contoh perhitungan total call attempt untuk jam 23.00:

Total call attempt jam 23.00 = 2.961.178+ 3.118.283 + 3.593.763 +

3.268.121

= 12.941.345 (callattempt)

dan seterusnya untuk jam selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.2. Adapun

data trafik tiap jam tanggal 26-29 November 2011 dapat dilihat pada Lampiran B.

Tabel 3.2 Total Call Attempt Tiap Jam Tanggal 26-29 November 2011

Jam Laju Kedatangan Panggilan Yang Diterima RNCMEDAN(02)

0.00 8.358.077

1.00 4.605.106

2.00 2.801.413

3.00 2.386.921

4.00 2.228.121

5.00 5.375.434

6.00 12.810.448

7.00 25.333.560

8.00 29.508.215

9.00 29.644.237

10.00 33.192.542

11.00 36.461.357

12.00 41.276.266

13.00 46.361.113

14.00 50.144.941

15.00 47.574.142

Gambar

Tabel 2.1 Spesifikasi WCDMA
Gambar 2.1 Pengamatan Trafik pada Sistem Jaringan Telekomunikasi
Gambar peakness factor akan diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.3 Interarrival Time
+7

Referensi

Dokumen terkait