HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HIGIENE DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA PEMULUNG
(LASKAR MANDIRI) DI KELURAHAN SUMUR BATU KECAMATAN BANTAR GEBANG TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
YENI FARIDAWATI 109101000065
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Desember 2013
Yeni Faridawati, NIM: 109101000065
Hubungan Antara Personal Higiene, Karakteristik Individu Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
xviii + 94 halaman, 16 tabel, 2 gambar, 2 bagan, 6 lampiran. ABSTRAK
Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005). Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Pemulung merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terkena gangguan kulit akibat kondisi lingkungan kerja yang buruk. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari 10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, yang dilakukan pada bulan Agustus – September 2013 pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 66 responden. Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain karakteristik individu yang meliputi umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi dan personal higiene yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki, dan kuku). Penentuan keluhan gangguan kulit berdasarkan kuisioner dan wawancara, variabel karakteristik individu berdasarkan wawancara, dan variabel personal higiene berdasarkan wawancara dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chi square dan t independent.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,6 % pemulung mengalami keluhan gangguan kulit. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini adalah masa kerja (P value 0,013) dan kebersihan kulit (P value 0,03).
Disarankan kepada pemulung di kelurahan Sumur Batu lebih memperhatikan perilaku hidup bersih dengan cara diantaranya mencuci tangan dan kaki dengan air mengalir dan sabun setelah bekerja, sebelum dan sesudah makan, serta menggunakan handuk milik sendiri setelah mandi sehingga mengurangi risiko keluhan gangguan kulit.
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH Undergratuated Thesis, December 2013
Yeni Faridawati, NIM: 109101000065
Correlations of Personal Hygiene and Individuals Characteristic with Complaints of skin disorders on Scavengers at Sumur Batu Subdistrict Bantar Gebang District.
Xviii+ 94 pages, 16 tables, 2 pictures, 6 attachments
Complaints of skin disorders is an itch-like sensation (during morning, afternoon, evening, or all day), that causes red spots / bumps / bulla containing clear fluid or pus on the skin surface of the body raised rash to appear (Graham, 2005). Scavengers are people of whom collected scrap items or certain bins for the recycling process and is one of the job at risk of developing skin disorders due to poor working conditions. Based on pre-eliminary study at Sumur Batu Subdistrict Bantar Gebang District, founded that 9 out of 10 scavengers were having complaints of skin disorders.
This research was quantitative study with cross sectional approach, held in August-September 2013 at the Sumur Batu district Bantar Gebang Subdistrict. The purpose of this study was to analyze the correlation between personal hygiene and individuals characteristic with complaints of skin disorders on Scavengers at Sumur Batu Subdistrict Bantar Gebang District. Total sample are 66 people. The independent variables are Individuals characteristic including age, hours of work, years of employment, and history of allergies; and personal hygiene includes skin, hands, feet, and nail hygiene. Determination of skin disorders complaint based on questionnaires and interviews, whereas the individuals characteristic and personal hygiene variables are based on interviews and observations. Afterwards, chi square and t independent test are used to analiyze the data.
The results showed that 60.6% scavengers suffered complaints of skin disorders. Factors associated with complaints of skin disorders in this study are years of employment (P value 0.013) and skin hygiene (P value 0.03).
Thus, to those scavengers at Sumur Batu Subdistrict are expected to pay more attention to the health behavior such as washing their hand and foot with running water and soap after work, before and after eating; also using one's own towel after a shower in reducing the risks of skin disorders complaint.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Yeni Faridawati
TTL : Ponorogo, 10 Febuari 1992
Alamat : Jl. Pahlawan, Gg swadaya RT 003, RW 09 No. 30 Rempoa Ciputat Agama : Islam
Gol. Darah : A
No. Telp : 085776439743
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997 – 2003 SDN SITU GINTUNG 1 2003 – 2006 MTSN 3 JAKARTA 2006 – 2009 SMAN 87 JAKARTA
2009 – Sekarang S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2003-2005 Koord Divisi Perlengkapan PMR MTSN 3 JAKARTA 2006 – 2007 Sekretaris Karang Taruna Rajawali Rempoa
2007 – 2008 Wakil Keputrian ROHIS SMAN87 JAKARTA
2010 - 2011 Koord. Divisi Artisitik PASIFIK (Paduan Suara Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga dapat terselesainya laporan kerja praktek ini. Shalawat beserta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad Saw.
Skripsi dengan judul “ Hubungan antara Personal Higiene dan Karakteristik
Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013” ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini banyak kesulitan yang dihadapi, tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan laporan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And ; selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Febrianti M. Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dewi Utami Iriani SKM, M.Kes, Ph.D sebagai dosen pembimbing pertama, terima kasih Ibu sudah memberikan saran, kritik, motivasi, dan sabar membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
membuat penulis menjadi semangat untuk segera menyelesaikan laporan skripsi ini.
5. Kepada semua staff Dinas Kesehatan Bekasi, Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang, Kelurahan Sumur Batu, dan Dinas Kesbangpolinmas Bekasi, terima kasih atas bantuan dan telah memberikan izin kepada penulis, sehingga penulis bisa melaksanakan penelitian di daerah Bapak dan Ibu sekalian.
6. Kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, kedua adik tersayang, dan nenek, terimakasih atas doa yang tulus, perhatian, kasih sayang yang melimpah yang diberikan kepada penulis dari awal penelitian sampai terselesaikannya laporan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan kesling 2009, Ziah, Cita, Dila, Ami, Maya, Reni, Tari, Nisa, Ratna, Nita, Imah, Agung, Yudi, Morrys, Ersa, Aan, Rudi, Udin kalian sangat super sekali. Terima kasih sudah mau berbagi ilmu, berbagi cerita, dan mendengarkan keluh kesah penulis.
8. Dua sahabat super, Lilik dan Badra yang sudah lulus duluan dengan setia mendengar keluh kesah penulis dan dan memberikan semangat membara kepada penulis sehingga sedikit demi sedikit penulis bisa menyusul kelulusan kalian. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Terakhir kiranya penulis berharap semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Mohon kritik dan sarannya.
Jakarta, 10 Desember 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pertanyaan Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 8
2. Tujuan Khusus ... 8
E. Manfaat 1. Instansi Terkait ... 9
2. Bagi Pemulung ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sampah
1. Pengertian Sampah ... 11
2. Pengelolaan Sampah Menurut Sumbernya ... 11
3. Jenis Sampah ... 13
4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan ... 14
B. Keluhan Gangguan Kulit 1. Penyakit Kulit ... 15
2. Penyebab Penyakit Kulit ... 17
C. Anatomi Kulit ... 18
D. Fungsi Kulit ... 19
E. Definisi Pemulung ... 20
F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 22
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung 1. Kondisi Lingkungan TPA ... 22
b. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku ... 29
c. Kebersihan Rambut ... 31
3. Karakteristik Individu ... 32
H. Kerangka Teori ... 38
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep... 40
B. Definisi Operasional ... 43
C. Hipotesis ... 45
D. Definisi Operasional ... 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian ... 47
a. Kriteria Inklusi ... 47
b. Kriteria Eksklusi ... 48
2. Sampel Penelitian... 48
a. Teknik Pengumpulan Data ... 50
b. Instrumen Penelitian ... 50
c. Pengolahan Data ... 51
d. Analisa Data ... 53
BAB V HASIL PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu ... 54
a. Data Geografis ... 54
b. Data Demografi ... 55
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I ... 56
B. Analisis Univariat 1. Distribusi Karakteristik Individu ... 57
a. Distribusi Umur ... 57
c. Distribusi Masa Kerja ... 58
d. Distribusi Riwayat Alergi ... 59
2. Distribusi Personal Higiene ... 59
a. Distribusi Kebersihan Kulit ... 59
b. Distribusi Kebersihan Kuku, Tangan, dan Kaki ... 60
C. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit . 61 a. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 61
b. Hubungan jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 62
c. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 63
d. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 64
2. Hubungan antara Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 65
a. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 65
b. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 66
BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ... 68
B. Keluhan Gangguan Kulit ... 69
C. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit 1. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 71
2. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 73
3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 76
4. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 79
D. Hubungan Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit 1. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 81
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.11 Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung
(Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 201361 Tabel 5.12 Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 201362 Tabel 5.13 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 201363 Tabel 5.14 Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013... 64 Tabel 5.15 Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013... 65 Tabel 5.16 Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan
Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Pengantar dari Kelurahan Sumur Batu
2. Lampiran 2 Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan aktivitas memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan sampah (Sarudji dan Keman, 2010 dalam Listautin, 2012).
Pencegahan pencemaran oleh sampah, walaupun sudah dilakukan tetapi masih tetap belum dapat diselesaikan dan masih selalu menjadi permasalahan, terutama di daerah pemukiman. Pembuangan sampah (limbah) yang dilakukan secara sembarangan akan mencemari lingkungan, bahkan bila dibuang di tempat yang telah disediakan (tempat sampah) juga masih tetap merupakan masalah, baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial. Sampah selalu dianggap sebagai masalah yang sangat mengganggu dengan dampak yang beranekaragam, baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan kota/pemukiman (Sumantri, 2010).
penyebab penyakit dan lingkungan (environment) dalam bentuk interaksi. Interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu pada titik lingkungan (Budiarto & Anggraeni, 2002).
Gambar 1.1
Model Segitiga Epidemiologi ( Listautin, 2012)
Salah satu penyakit akibat sampah berupa penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak di dalam sampah (Soemirat, 2009). Penyakit kulit merupakan penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab misalnya bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebersihan diri dan lain-lain (Budiono, 2011 dalam listautin 2012).
Menurut Soepadmo (2006) dalam Rianti (2010), penyakit infeksi kulit banyak ditemukan dikalangan penduduk didaerah beriklim panas, lembab, keadaan perorangan yang kurang higiene, lingkungan yang buruk, pekerja-pekerja yang berhubungan dengan kotoran (misalkan sampah dan selokan), dan pekerja-pekerja yang berhubungan dengan minyak-minyak pelumas. Masyarakat umumnya beranggapan bahwa penyakit kulit bukan penyakit yang membahayakan sehingga tidak perlu penanganan dengan segera jika belum dalam keadaan parah. Jika keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat ditanggulangi maka lama kelamaan akan menjurus ke arah gangguan kulit yang lebih serius.
ini sangat membantu sistem pengelolaan sampah untuk meringankan beban daya dukung lingkungan. Akan tetapi kondisi lingkungan kerja pemulung yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan sengatan matahari tentunya dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Kurniawati, 2006).
Pada Tahun 1986 Pemerintah DKI Jakarta mulai membangun TPA Bantar Gebang. Areal TPA Bantar Gebang mencakup 3 kelurahan dari 8 kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Bantar Gebang, yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu (Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, 2008).
Data Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang pada Tahun 2012, menunjukkan bahwa penyakit kulit termasuk penyakit terbesar ke 7 dari 10 penyakit yang ada di Puskesmas. Selain itu berdasarkan data yang ditemukan dan pernyataan dari pihak Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang paling banyak mengalami keluhan gangguan kulit terdapat di Kelurahan Sumur Batu. Berdasarkan data yang di dapat dari Kelurahan Sumur Batu diketahui jumlah pemulung yang ada disana sekitar 350 orang, namun jumlah data pemulung tersebut dapat berubah sewaktu-waktu dikarenakan tempat tinggal pemulung yang yang tidak menetap.
dengan mendapatkan imbalan yang sesuai. Para pemulung tersebut tinggal di tempat yang jauh dari fungsinya sebagai rumah sehat. Mereka tinggal di sebuah pondok yang terbuat dari kayu, bambu, kardus dan plastik bekas. Rata- rata pondok mereka berukuran 3 x 5 m yang posisinya saling berdampingan dan berhadapan antar pondok pemulung.
Hasil penelitian Listautin (2012), tentang keluhan kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung menunjukkan ada hubungan paparan terhadap cahaya matahari, zat kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku dan kaki, dan alat pelindung diri, dengan keluhan gangguan kulit. Variabel yang tidak ada pengaruh adalah paparan terhadap bau-bauan, kontak dengan vektor, kebersihan rambut, dan IMT.
Kemudian hasil penelitian Silalahi (2010), menyatakan bahwa kebersihan kulit, kebersihan kulit kepala dan rambut, pemakaian pakaian kerja, mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah. Tetapi tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara kebersihan kuku, pemakaian sarung, pemakaian sepatu kerja, dan pemakaian masker, terhadap keluhan gangguan kulit.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari 10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Pada umumnya keluhan gangguan kulit yang dirasakan yaitu timbulnya gatal-gatal bila mereka mulai berkeringat dan setelah itu timbul kemerahan. Namun tidak sedikit juga ada yang mengalami timbul nanah pada permukaan kulitnya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu, penelitian ini menggunakan variabel riwayat alergi yang termasuk dari variabel karakteristik individu responden.
B. Rumusan Masalah
Pemulung (Laskar Mandiri) dalam keberadaannya antara diharapkan atau tidak diharapkan, namun diperlukan fungsinya sebagai pemisah sampah dalam meminimalisir banyaknya timbunan sampah. Laskar Mandiri merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terkena gangguan kulitakibat kondisi lingkungan kerja yang buruk. Pekerjaan pemulung yaitu memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu di Tempat Pembuangan Akhir sampah, yang kemudian dikumpulkan kepada pengumpul untuk dilakukan daur ulang.
mengalami keluhan gangguan kulit di Kecamatan Bantar Gebang terdapat di Kelurahan Sumur Batu.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari 10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Jika keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat ditanggulangi maka lama kelamaan akan menjurus ke arah gangguan kulit yang lebih serius dan lebih memperburuk kondisi penderita.
Dengan demikian penulis ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013? 2. Bagaimana gambaran higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan
tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
4. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu (umur, masa kerja, pendidikan, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
5. Apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara personal higiene, karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
c. Mengetahui gambaran karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja, dan riwayat alergi) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
d. Mengetahui apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, tangan, kaki, dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
e. Mengetahui apakah hubungan antara karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
E. Manfaat
1. Instansi Terkait
sehingga bisa diciptakan program kesehatan yang dapat dijangkau oleh pemulung.
2. Bagi Pemulung
Dapat dijadika informasi kepada mengenai bahaya dan faktor apa saja yang dapat dapat mengakibatkan gangguan kulit sebelum, selama melakukan pekerjaan dan sesudahnya supaya tidak ada keluhan gangguan kulit yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
F. Ruang Lingkup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
1. Pengertian Sampah
Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yamg dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumantri, 2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, mengartikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).
2. Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya
a. Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa/di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.
b. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan, sampah kering, abu, sisa-sisa-sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
c. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misal : rumah sakit, dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan saran pemerintah yang lain.
d. Industri berat dan ringan
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
e. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
3. Jenis Sampah
Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi beberapajenis yaitu sebagai berikut:
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:
1) Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan gelas, dan abu
2) Sampah yang bersifat organik. Contohnya: sisa-sisa makanan, kertas, plastik, daun-daunan, sisa sayur-sayuran dan buah-buahan.
b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1) Sampah yang mudah dibakar. Contohnya: kertas, karet, plastik, kain-kain dankayu.
c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
1) Sampah-sampah yang tidak membusuk. Contohnya: plastik, kaleng-kaleng,pecahan gelas, karet dan abu.
2) Sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya: potongan-potongandaging, sisa-sisa makanan, sisa-sisa daun-daunan, buah-buahan, kertas danlain-lain.
4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Menurut Adnani (2011) dan Soemirat (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Pengaruh langsung
Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah yang bersifat korosif terhadap tubuh, sampah karsinogenik, teratogenik dan sebagainya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung bakteri patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga dan sampah industri. b. Pengaruh tidak langsung
dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegypty yang hidup dan berkembang biak di lingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng dengan genangan air), sedangkan tikus disamping merusak harta benda masyarakat juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pes dan leptospirosis serta penyakit bawaan sampah lainnya seperti keracunan gas metan (CH4), hidrogensulfida (H2S) dan sebagainya.
Pengaruh tidak langsung lainnya dapat dirasakan akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah yang tergantung dengan jenis sampahnya seperti mengandung mikroba patogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya.
B. Keluhan Gangguan Kulit
Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).
1. Penyakit Kulit
kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia, sinar matahari, virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptesscabiei).
a. Gatal-gatal
Rasa gatal menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan biasanya penderita tidak tahan dan berusaha untuk menggaruknya. Hal ini seringkali menyebabkan timbulnya infeksi dan tampak terjadi penanahan. Salah satu penyakit kulit adalah skabies dengan gejala keluhan gatal-gatal yang terjadi pada malam hari dan adanya bintik-bintik padat. Gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila didukung oleh:
1) Kulit berkeringat, gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila kulit berkeringat. Gatal-gatal juga dapat timbul karena kulit terkena benda plastik terlalu lama atau terkena kain sintesis.
2) Pakaian, bila gatal-gatal disebabkan oleh pakaian atau sejenisnya dianjurkan untuk menjaga kebersihan pakaian atau segera mengganti pakaian. Pakaian yang kotor akan disenangi oleh bakteri yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan.
tangan, kaki atau mandi secara teratur dua kali sehari (Sitorus, 2008).
b. Kulit kemerahan
Kulit merupakan perlindungan tahap awal bagi tubuh dari segala bakteri, efeknegatif sinar ultraviolet, dan lain-lain. Sehingga kulit juga memiliki sifat yangsensitif. Kemerahan pada kulit terjadi karena beberapa faktor yaitu alergi terhadapudara, debu, plastik maupun obat-obatan dan akibat matahari. Sinar mataharimerupakan sumber radiasi ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh. Pemaparanberlebihan dalam waktu singkat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, terasa panasdan luka bakar karena matahari (Sitorus, 2008 dalam Listautin, 2012). 2. Penyebab Penyakit Kulit
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :
a. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :
1) Mengubah pHnya
2) Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi) 3) Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya
b. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :
1) Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.
2) Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dll. 3) Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak
mineral, dll
4) Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akrrridin, dll.
c. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.
C. Anatomi Kulit
dalam fungsi kekebalan tubuh serta sebagai alat peraba yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan lingkungan (Alatas, 1998).
Kulit adalah organ khusus yang terdiri dari komponen hidup dan tidak hidup. Kulit tersusun dari jaringan-jaringan yang berbeda seperti pembuluh darah, jaringan ikat, lemak, kelenjar- kelenjar, organ peraba dan saraf. Tiga lapisan jaringan utama penyusun kulit adalah epidermis, dermis dan lemak subkutan (Alatas, 1998).
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit
D. Fungsi Kulit
Kulit merupakan organ yang langsung terkena trauma dan kerusakan akibat kontak dengan alam sekitarnya. Fungsi kulit antara lain :
penyerapan sinar ultraviolet yang berbahaya dari pancaran sinar matahari, dilakukan oleh pigmen melanin yang dibentuk oleh sel melanosit.
2. Alat sekresi yang berperan dalam respon fisiologik maupun patologik, antara lain dilakukan oleh kalenjar keringat dan kalenjar sebasea.
3. Fungsi imunologik yang berperan dalam reaksi kekebalan tubuh.
E. Definisi Pemulung
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering dianggap memiliki konotasi negatif. Ada dua jenis pemulung : pemulung lepas, yang bekerja sebagai swausaha, dan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari industri daur ulang. Bagi sebagian besar orang, pemulung adalah pekerjaan yang hina dan memalukan. Interaksi seorang pemulung dengan tumpukan sampah menjadikan banyak orang jijik dengan pekerjaan ini (Junaedi, 2012)
sebagaimana mestinya. Di beberapa kota besar jumlah keberadaan pemulung cukup banyak, mereka merupakan kelompok masyarakat dengan risiko tinggi terjangkit penyakit akibat kerja mengingat jenis pekerjaan mereka (Junaedi, 2012).
Dilihat dari sudut pandang kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki resiko yang sangat tinggi untuk tertularnya penyakit. Lingkungan yang tidak kondusif dan kotor mengakibatkan terjangkitnya berbagai macam penyakit misalkan saja : batuk pilek, gatal-gatal, diare dan lain-lain. Selain itu dipengaruhi juga dengan gizi yang kurang serta akses pelayanan kesehatan yang sangat minim. Melihat kondisi mereka, perlu diketahui bahwa mereka juga merupakan warga Negara seperti yang di amanatkan pada pasal 34 yang patut mendapat perhatian dan perlindungan dari Pemerintah sebagaimana warga masyarakat lainnya. Sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan secara efektif (Junaedi, 2012)
masyarakat. Padahal kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai kesehatan masyarakat (Junaedi, 2012).
F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2000 dalam Hasibuan, 2005).
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal (Dinkes,2006). Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung
1. Kondisi Lingkungan TPA
lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut (Soemirat, 2009).
Lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu disekitar kita seperti rumah, gunung, udara, air, sinar matahari, senyawa kimia, dan lain-lain. Lingkungan biologis merupakan segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme hidup seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, plankton, kuman dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial adalah manusia lain yang ada disekitar kita seperti tetangga, kawan, bahkan orang yang tidak kita kenal.
Kemudian pengertian lingkungan kerja sendiri yaitu merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, kimia, dan biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008 dalam Listautin, 2010).
a. Penyediaan Air
tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Sehingga dapat menganggu fungsi ataupun bentuk suatu organ (Achmadi, 2008).
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan berimplikasi terhadap keluhan penyakit bagi penggunanya terutama gangguan kulit.Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ramdani (2008),santri di pesantren Nurul Hidayah Leuwilang masih menggunakan air bersumber dari sumur gali yang masih diragukan kualitasnya, dampak dari penggunaan air bersih yang tidak higienis dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan secara permanen dapat menggangu kesehatan dan estetika bagi santri.
dari adanya erupsi kulit di kaki, terutama yang berupa lepuhan kecil atau ruam merah yang dalam (Djunaedi, 2012).
b. Suhu dan Kelembaban
Menurut Adhi Juanda dalam Suma’mur (2009), salah satu faktor yang mempengaruhi penyakit kulit yaitu faktorlingkungan (misalnya: suhu dankelembaban).
Selain itu menurut Subakir (2005) dalam Kurniawati (2006) jamur penyebab gangguan kulit dapat tumbuh dengan baik pada suhu kamar 25 - 30°C, dengan kelembaban 60%. Walaupun demikian ada beberapa jamur pathogen yang dapat tumbuh pada 45 - 50°C.
Berdasarkan penelitian Ma’rufi dkk (2005), terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan penyakit scabies pada santri pondok pesantren.
c. Paparan Sinar Matahari
Matahari adalah sumber energi dan cahaya terpenting bagi semua planet yang berada dalam sistem tata surya kita, termasuk planet bumi yang kita diami. Oleh karena itu peranan sinar matahari sangat penting bagi kehidupan manusia.
pencahayaan alam yang bersumber dari sinar matahari. Sinar matahari adalah suatu pajanan penting bagi orang yang bekerja di lingkungan terbuka atau di luar gedung (Subaris dan Haryono, 2008 dalam Listautin, 2012).
Menurut Achmadi (2011), dalam pengertian umum sinar matahari adalah sekumpulan gelombang (spektrum) elektromagnetik dengan berbagai ragam panjang gelombang dan frekuensi. Sinar matahari merupakan pancaran radiasi dari matahari atau solar radiation. Bumi memiliki atmosfer yang bisa berfungsi sebagai filter, agar sinar matahari tidak secara utuh mengenai permukaan bumi terutama sinar matahari yang mengandung ultraviolet.
Bila kulit terkena sinar matahari, energi matahari akan diserap oleh epidermis, dipantulkan, dan diteruskan ke lapisan yang lebih dalam (Dermis dan Subkutis).Pajanan sinar matahari paling maksimal adalah bila matahari tepat terletak diatas kita yaitu jam 12.00 (waktu matahari). Meskipun demikian intensitas energi matahari telah mencapai jumlah yang cukup besar sejak jam 10.00 sampai jam 15.00. Kebiasaan terpajan sinar matahari pada jam tersebut sebaiknya dikurangi atau dihindari sama sekali.
tubuh, pancarannya mampu mensintesis menjadi vitamin D dan untuk kesehatan tulang serta pembentukan kalsium. Sinar matahari juga bermanfaat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung. Selain itu, dapat pula meningkatkan metabolisme tubuh. Racun dapat dibuang dari tubuh melalui metabolisme, akan tetapi berjemur di atas pukul 09.00 sinar matahari justru berbahaya bagi kulit. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB) dapat merusak membran sel sehingga mengakibatkan kulit merah dan terbakar, serta merusak sel-sel kulit. Akibatnya, mekanisme regenerasi sel-sel akan rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit dini) disamping pengaruh faktor lain seperti polusi dan asap rokok. 2. Personal Hiegene
Personal higiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangandan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusiauntuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan sangat penting untukdiperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamananindividu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005).
dimana-manadan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal higienemerupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu sepertimandi, toileting dan kebersihan tubuh secara umum. Kebersihan diri diperlukan untukkenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakanlangkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkanrisiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutamapenyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal hygieneyang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit sepertipenyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna(Saryono dan Widianti, 2011 dalam Listautin, 2012).
Hasil penelitian Listautin (2012), menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara personal higiene : kebersihan kulit, tangan dan kuku terhadap keluhan kesehatan salahsatunya yaitu keluhan gangguan kulit pada pemulung.
a. Kebersihan Kulit
yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang masuk melewati
kulit (Isro’in dan Andarmoyo, 2012). Menurut Potter (2005), pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah:
1) Mandi dilakukan oleh setiap orang setidaknya 2 kali dalam sehari. 2) Membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih.
3) Mandi dengan menggunakan sabun.
4) Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari. 5) Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan buah.
6) Menjaga kebersihan lingkungan
Sejalan dengan penelitian Listautin (2012), menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit terhadap keluhan kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung. Selain itu berdasarkan penelitian Sajida (2012) terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit terhadap keluhan penyakit kulit di masyarakat Kelurahan Denai.
b. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku
penyebab penyakit ke dalam tubuh manusia. Apabila tangan manusia menyentuh tinja atau feses akan terkontaminasi lebih dari 10 juta virus dan 1 juta bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Virus dan bakteri tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sering diabaikan dan mudah masuk kedalam tubuh manusia. Sedangkan permasalaha kaki dan kuku disebabkan karena salah pemotongan kuku, menggunakan alas kaki yang terlalu sempit dan terpaparnya zat kimia yang tajam (Zein, 2010 dalam Listautin 2012).
Menurut Zein (2010) dalam Listautin (2012), cuci tangan memakai sabun, bagi sebagai besar masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin sehari-hari. Tapi bagi sebagian masyarakat lainnya cuci tangan pakai sabun belum menjadi kegiatan rutin, terutama bagi anak-anak. Cuci tangan pakai sabun dapat menghilangkan sejumlah besar virus dan bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit terutama penyakit yang menyerang saluran cerna seperti diare dan penyakit infeksi saluran pernafasan akut. Ada lima hal penting untuk melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu :
1) Sebelum makan dan sesudah makan.
2) Sesudah buang air besar dan buang air kecil. 3) Sebelum memegang bayi.
4) Sebelum menyiapkan makanan.
Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012) dalam Listautin (2012), mengabaikan kebersihan tangan, kaki dan kuku akan berdampak pada berbagai macam penyakit yang menghampirinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan kuku adalah sebagai berikut:
1) Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh).
2) Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki.
3) Memotong kuku jari tangan dan kaki secara teratur.
Sejalan dengan penelitian Sajida (2012), terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan tangan, dan kuku terhadap keluhan penyakit kulit di Masyarakat Kelurahan Denai. Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Listautin (2012), terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan tangan, dan kuku terhadap keluhan kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung.
c. Kebersihan Rambut
kebersihan rambut seseorang akan membuat penampilan rambut tampak kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan selain itu dapat menimbulkan permasalahan atau gangguan seperti gatal-gatal, adanya
ketombe, adanya kutu rambut dan sebagainya (Isro’in dan Andarmoyo,
2012 dalam Listautin, 2012).
Menurut Potter (2005), indikator status kesehatan seseorang dapat dilihat berdasarkan pertumbuhan, distribusi dan pola rambut. Karekteristik rambut dapat dipengaruhi oleh stress, emosional, obat-obatan, infeksi atau penyakit tertentu. Hal-hal yang diperlukan dalam perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap bersih dan sehat yaitu:
1) Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu. 2) Mencuci rambut dengan menggunakan sampo.
3) Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa, kebersihan rambut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan gangguan kulit. Seperti yang dilakukan oleh Listautin (2012), Silalahi (2010), dan Sajida dkk (2012).
3. Karakteristik Individu a. Jam Kerja
Menurut Suma’mur (2009), lamanya seseorang bekerja dengan baik
dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit.
Bekerja yang melebihi 8 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan kelelahan. Bekerja selama 8 jam per hari dapat diambil sebagai suatu kondisi yang optimal. Meskipun demikianwaktu istirahat harus tetap diadakan (Sedarmayanti, 2009 dalam Listautin, 2012).
Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Listautin (2012), terdapat hubungan antara jam kerja dengan keluhan kesehatan yang salah satunya yaitu keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
b. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengearuhi terjadinya keluhan gangguan kulitpada seseorang. Seperti pada penelitian Aisyah, dkk (2012) ada hubungan yang bermakna antara umurpekerja dengan keluhan gangguan kulit. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwondo, dkk (2010) terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian dermatitis kontak.
c. Masa Kerja
mengakibatkan keluhan gangguan kulit. Masa kerja merupakan jangka waktu pekerja mulai terpajan dengan kemungkinan sumber yang dapat mengakibatkan keluhan gangguan kulit sampai waktu penelitian.
Menurut Suma’mur (2009) semakin lama seseorang dalam bekerja
maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwondo, dkk (2010) terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak.
d. Riwayat Alergi
Cahyawati dan Budiono (2011) terdapat hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian keluhan gangguan kulit dermatitis.
e. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah mengakibatkan rendahnya kepedulian terhadap pencegahan penyakit. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah(Notoatmodjo, 2003). Hal ini sesuai dengan penelitian Aisyah, dkk (2012) ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian keluhan gangguan kulit.
f. Pengunaan APD
Organ tubuh yang rentan mendapat serangan dari sumber luar adalah mata, kulit dan pernafasan. Untuk melindungi organ tersebut, diperlukan alat pelindung diri yang harus dipakai pada organ yang akan dilindungi (Harrington dan Gill, 2003). Perlindungan tubuh atau permukaan kulit berupa baju kerja, sarung tangan kerja dan sepatu kerja dapat digunakan untuk mencegah:
1) Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif. 2) Penyebaran zat kimia melalui kulit.
Menurut Moeljosoedarmo (2008), alat pelindung diri (APD) adalah alat pelindung yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga kerja secara langsung untuk tujuan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang ada di lingkungan tempat kerja. Meskipun APD telah dipakai namun baiknya APD yang digunakan memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1) Alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya dimana pekerja terpajan.
2) Alat atau pakaian pelindung diri harus ringan dan efisien dalam memberiperlindungan.
3) Sebagai pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun efektif. 4) Pekerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang
gerakannya maupun tanggapan panca indranya. 5) Alat pelindung diri harus tahan lama.
6) Alat pelindung diri harus tidak memiliki efek samping (bahaya tambahan karena pemakaian) baik oleh karena bentuknya, konstruksi, bahan atau mungkin penyalahgunaan.
Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut: 1) Sarung tangan
dan menghindari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Moeljosoedarmo, 2008).
2) Sepatu kerja
Sepatu pengaman umumnya dirancang untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda-benda keras, tersandung dan terpijak benda-benda tajam atau runcing. Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia ataupun tempat kerja yang becek, tenaga kerja diberikan sepatu pengaman jenis boot yang terbuat dari karet (Moeljosoedarmo, 2008).
3) Topi pengaman
Topi pengaman yang terbuat dari aluminium umumnya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan di luar gedung (terkena radiasi sinar matahari seperti di lingkungan konstruksi dan lain-lain) (Moeljosoedarmo, 2008).
4) Pakaian kerja
5) Pelindung mata
Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari gas atau uap iritan dan bermacam-macam radiasi termasuk sinar matahari. Pelindung mata ada yang berbentuk kacamata biasa, kacamata pelindung atau tameng muka (Harrington dan Gill, 2003).
6) Masker
Tujuan utamanya adalah untuk menghindari bahaya kerja dalam bentuk debu dan gas atau uap, maka mulut dan hidung harus ditutup dengan menggunakan masker (Harrianto, 2009).
H. Kerangka Teori
Variabel Independen Variabel Independen
Bagan 2.1
Sumber : Listautin (2012), Dahlia (2010), Kurniawati (2006), Ma’rufi & Keman & Notobroto (2005), Aisyah dkk (2012), Cahyawati, dan Budiono (2011)
- Paparan Sinar Matahari
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka teori yang ada, dimana pada variabel dependen yaitu keluhan gangguan kulit dan variabel independennya yaitu personal hiegiene (kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki, dan kuku), dan karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi).
Berdasarkan kerangka teori pada tinjauan pustaka, tidak semua masuk dalam kerangka teori, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor yang masuk dalam kerangka konsep merupakan faktor-faktor yang terpenting yang harus untuk diketahui dan diamati terlebih dahulu sebagai penyebab munculnya gejala-gejala keluhan gangguan kulit pada pemulung. Adapun variabel-variabel lain yang tidak diteliti yaitu :
1. Penyedian air tidak diteliti dikarenakan berdasarkan hasil studi pendahuluan, sumber air yang digunakan oleh pemulung seluruhnya berasal dari air tanah dengan satu sumber yang sama.
2. Suhu dan Kelembaban lingkungan kerja tidak diteliti, dikarenakan pemulung bekerja di tempat terbuka (outdoor)dan tidak menetap.
4. Kebersihan rambut tidak diteliti dikarenakan pada beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel kebersihan rambut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebersihan rambut dengan keluhan gangguan kulit. Seperti yang dilakukan oleh Listautin (2012), Silalahi (2010), Sajida dkk (2012), dan Purba (2013).
5. Penggunaan APD tidak diteliti dikarenakan dari hasil studi pendahuluan sebagian besar pemulung (98%) tidak menggunakan APD yang sesuai standar, dikarenakan alasan ekonomi yang tidak mencukupi dan kurangnya pemahaman mengenai pentingnya penggunaan APD. Penggunaan APD yang sesuai standar yakni seperti sarung tangan, masker, penutup kepala (topi), dan sepatu kerja.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Personal Higiene
- Kebersihan Kulit - Kebersihan tangan,
kaki, dan kuku
Keluhan Gangguan Kulit
Karakteristik Individu - Umur
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Gangguan kulit Keluhan yang dirasakan berupa rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit, serta timbul ruam-ruam pada permukaan tubuh (Graham, 2005).
Wawancara
Variabel Independen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Personal Higiene
Kebersihan Kulit Suatu keadaan kulit dan kegiatan yang dilakukan untuk melindungibagian tubuh dari pengaruh akibat kerja dan lingkungan kerja pemulung yaitu, mandi, penggunaan sabun, handuk, dan pakaian dengan ketentuan memiliki skor baik jika > 25 poin.
Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Baik ( > 25 memotong kuku pada tangan dan kaki secara
Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Baik ( > 18 poin ) 0. tidak Baik
Variabel Independen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur teratur dengan ketentuan memiliki skor baik
jika > 18 poin. Karakteristik Individu
Jam Kerja waktu yangdigunakanpemulung untukbekerja dalamhitungan jam/haribaik siang
ataupunmalam hari (Suma’mur, 2009)
Wawancara Kuisioner Rasio Jam/hari
Masa Kerja Jangka waktu pemulung mulai menjadi pemulung sampai waktu penelitian
Wawancara Kuisioner Rasio Tahun
Umur Jumlah tahun responden yang dihitung sejak lahir sampai tahun dilakukan penelitian
Wawancara Kuisioner Rasio Tahun
Riwayat Alergi Pemulung yang sebelumnya memiliki riwayat alergi yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit akibat agen fisik (makanan, obat-obatan, debu, cahaya matahari, dan lain-lain)
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki, dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah potong silang (cross sectional) di mana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.Penelitian ini adalah sebuah penelitian yang bersifat deskriptif-analitik. Deskriptif yaitu menggambarkan hubungan kondisi lingkungan, personal hygiene, dan karakteristik individu terhadap keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kecamatan Bantar gebang Kelurahan Sumur Batu. Sedangkan analitik yaitu untuk melihat secara analitik hubungan berbagai variabel dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Keluhan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemulung yang bekerja di Tempat Pembuangan Akhir sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang. Jumlah pemulung di Kelurahan Sumur Batu ini tidak diketahui secara pasti karena sifat pekerja yang tidak tetap. Namun terdapat data dari Kelurahan Sumur Batu yang menyatakan ada sebanyak 350 pemulung di Kelurahan tersebut. Hanya saja data tersebut dapat berubah-ubah dikarenakan sifat pemulung yang tidak tetap. Mereka tinggal berkelompok dalam suatu lahan kosong yang disediakan oleh atasan, namun ada juga yang tinggal menyatu dengan kawasan pemukiman warga. Pada penelitian ini populasi peneliti menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk mengambil populasi studi. Adapun kriteria dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar responden dapat dijadikan sampel. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Bersedia menjadi responden
2) Pemulung yang tinggal di Kelurahan Sumur Batu
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah syarat-syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh reponden agar tidak dapat menjadi sampel penelitian, yaitu:
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Pemulung yang tidaktinggal di Kelurahan Sumur Batu 3) Pemulung yang bekerja kurang dari 2 tahun
4) Pemulung sedang tidak mengalami kusta
5) Pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit selama bertahun-tahun.
2. Sampel Penelitian
Pemilihan sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada di lokasi penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Apabila n populasi tidak diketahui maka perhitungan jumlah minimal sampel yang diambil peneliti berdasarkan kategori pada satu populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus berikut:
Keterangan :
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
P1 : Proporsi pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit dengan kebersihan tangan, kaki, dan kuku = 0,51(Sajida,dkk 2012)
P2 :Proporsi pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit dengan kebersihan tangan, kaki, dan kuku = 0,84(Sajida,dkk 2012)
P : Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2))
Z1-α/2 :Derajat kemaknaan 95 % dengan α pada dua sisi (two tail) yaitu sebesar 5%=1,96
Z1-β : Kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 80%=0,84
Perhitungan sampel dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diperoleh hasil, sebagai berikut:
√ √
= 33 x 2 = 66 orang
a. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara dan kuisioner, dan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang dan Pustu di Kelurahan Sumur Batu.
b. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana kualitas pengumpulan data sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengukuran yang digunakan peneliti. Sebelumnya peneliti telah melakukan studi pendahuluan terhadap 10 pemulung yang ada di Kelurahan Sumur Batu menggunakan kuisioner dan ditemukan 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kuesioner data pemulung yang digunakan untuk mengetahui hiegyne perorangan (Kebersihan Kulit, tangan, kaki, dan kuku), karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, pendidikan dan riwayat alergi) keluhan gangguan kulit pada pemulung secara subjektif di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang.
Jika total nilai di atas nilai median maka hasilnya baik. Namun jika total nilai di bawah median maka hasilnya buruk. Variabel kebersihan kulit
dinilai baik jika ≥25 poin dan buruk jika ≤24 poin. Variabel kebersihan
tangan, kaki, dan kuku dinilai baik jika ≥18 poin dan buruk jika ≤17
poin.
c. Pengolahan Data
Menurut Hastanto (2001), ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui yaitu :
1) Menyunting data (data editing)
Melakukan pengecekan isian kuisioner terhadap jawaban yang di kuisioner yaitu :
a. Lengkap : Semua pertanyaan sudah terisi jawabannya b. Jelas : Jawaban dari pertanyaan tulisan dapat dibaca,
konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban.
2) Mengkode data (data coding)
Variabel Keluhan Gangguan Kulit (1) Mengalami Keluhan Gangguan Kulit (0) Tidak mengalami keluhan gangguan kulit Variabel Kebersihan Kulit (1) Baik ( >25 poin)
(0) Tidak Baik (<24 poin) Variabel Riwayat Alergi (1) Mempunyai Riwayat Alergi
(0) Tidak mempunyai riwayat alergi Variabel Kebersihan Tangan, Kaki,
dan Kuku
(1) Baik ( > 18 poin ) (0) Tidak Baik (< 17 poin )
3) Memasukkan data (data entry)
Setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan data dari hasil kuisioner yang sudah diberikan kode pada masing-masing variabel. Setelah itu dilakukan analisis data dengan memasukkan data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum) dan analisis bivariat (untuk mengetahui variabel yang berhubungan)
4) Membersihkan data (data cleaning)
d. Analisa Data
1) Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel dependen dan independen. Variabel tersebut adalah keluhan gangguan kulit, personal higiene (kebersihan kulit, kebersihan kuku, kaki, dan tangan), karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi).
2) Analisis Bivariat
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu a. Data Geografis
Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan. kelurahan yang ada di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. Kelurahan ini terdiri dari 7 Rukun Warga dan 41 Rukun Tetangga dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Padurenan Kecamatan Mustikajaya
Sebelah Timur : Desa Burangkeng Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan : Desa Taman Rahayu Kabupaten Bekasi Sebelah Barat : Kelurahan Cikiwul Kecamatan Bantar
Gebang
pendidikan serta tempat penampungan akhir (TPA) pemerintah DKI Jakarta ± 20 ha dan pemerintah kota Bekasi ± 22,5 ha.
b. Data Demografi
Kelurahan Sumur Batu terdiri dari 3.966 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 13.721 jiwa. Jumlah penduduk dengan kelamin jenis laki-laki sebanyak 6.993 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 6.728 jiwa. Data mengenai penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
(orang)
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumur Batu
Tabel 5.2
Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013 No. Jenis Mata
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumurbatu
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I
Puskesmas Bantar Gebang I terletak di Jalan Naronggong Raya Km 10 No. 75 Kelurahan Bantar Gebang. Batas-batas wilayah Puskesmas Bantargebang I adalah:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Padurenan Kecamatan Bantar Gebang b. Sebelah Timur : Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Cilengsi Kabupaten Bekasi
d. Sebelah Barat : Desa Mustikasari dan Kelurahan Bojong Menteng Luas wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang I adalah 18,54 km2. Puskesmas Bantar Gebang I mempunyai wilayah kerja 4 kelurahan, yaitu:
b. Kelurahan Cikiwul c. Kelurahan Ciketing Udik d. Kelurahan Sumur Batu
B. Analisis Univariat
Analisis univariat mendeskripsikan karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alegi), personal higiene (kebersihan kulit, kebersihan kuku, dan tangan), dan keluhan gangguan kulit.
1. Distribusi Karakteristik Individu a. Distribusi Umur
Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Umur di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Variabel Mean (tahun) SD Min-Max (tahun)
Umur 40,94 9,381 13-58