• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bantuan luar negeri amerika serikat melalui indonesia marine and climate support (imacs)/ usaid dalam kerangka mitigasi perubahan iklim dan kelautan tahun 2010- 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bantuan luar negeri amerika serikat melalui indonesia marine and climate support (imacs)/ usaid dalam kerangka mitigasi perubahan iklim dan kelautan tahun 2010- 2014"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BANTUAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MELALUI INDONESIA MARINE

AND CLIMATE SUPPORT (IMACS)/ USAID DALAM KERANGKA MITIGASI

PERUBAHAN IKLIM DAN KELAUTAN TAHUN 2010- 2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh: Rosiana Ariyuni

108083000055

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

Bantuan luar negeri telah menjadi alat untuk mencapai kepentingan negara sejak Perang Dunia kedua. Sejarah United States Agency for International Development (USAID) berawal dari program Marshall Plan yang bertujuan untuk membantu negara- negara Eropa memulihkan kembali perekonomiannya yang hancur akibat perang. George C. Marshall, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang menjabat tahun 1947-1949 memberikan bantuan keuangan dan bantuan teknis yang signifikan ke Eropa. Bantuan ini merupakan upaya untuk membantu Eropa membangun kembali infrastruktur, memperkuat ekonomi, dan menstabilkan wilayah tersebut yang hancur pasca perang. Selanjutnya pada tahun 1961 pemerintah Amerika Serikat membentuk United States Agency for International Development (USAID) melalui perintah eksekutif. Amerika Serikat dan Indonesia sendiri menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi pada tahun 1950, dan Amerika Serikat telah memberikan bantuan dana sebesar US$ 80,000,000 untuk bidang umum dan US$ 67,000,000 untuk membantu perbaikan infrastruktur akibat perang di Indonesia. Bantuan USAID ke Indonesia terus mengalami perkembangan hingga mencakup bantuan lingkungan dan pada tahun 2010 USAID memberikan bantuan luar negeri Indonesia Marine and Climate Support (IMACS). Ini merupakan bantuan pertama Amerika Serikat yang khusus diberikan untuk Indonesia di bidang kelautan dan perubahan iklim. IMACS berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan mempunyai fokus di dua wilayah Indonesia yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Tenggara (SULTRA). Namun, menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan kawasan laut Papua menduduki peringkat pertama sebagai kawasan laut Indonesia paling rusak. Meskipun pemerintah Indonesia memiliki prioritas perbaikan kawasan laut yang utama di wilayah Papua, tetapi pemerintah Indonesia tetap menerima bantuan IMACS. Oleh karena itu penulis tertarik mendeskripsikan manfaat yang di terima oleh pemerintah Indonesia dari bantuan tersebut.

(6)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang hanya dengan rahmat dan hidayah- Nya saya mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Program studi Ilmu Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan doa dari pihak- pihak yang telah mendukung saya, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Mutiara Pertiwi, MA, selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan serta memberikan motivasi bagi saya selama proses penyusunan penulisan skripsi.

2. Drs. Armein Daulay, Msi, selaku dosen pembimbing akademik saya yang telah memberikan motivasi, masukan, dan nasehat yang bermanfaat bagi saya selama ini.

3. Badrus Sholeh, MA, selaku kepala jurusan Hubungan Internasional yang telah memberikan dukungan dan nasehat dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Debbie Affianty, MA, sebagai dosen yang telah banyak membantu memberikan ilmu dan nasehat dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Nazaruddin Nasution, MA dan A. Alfajri, MA selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen- dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tanpa terkecuali yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada saya.

7. Jajang Saprijal selaku admin yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi. 8. Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan dukungan terutama dalam

penulisan skripsi saya. Ibu saya, Heni yang selalu mendoakan saya dan mendukung saya. Ayah saya, Lukman Halim yang terus memberikan motivasi dan dukungannya baik secara moril maupun materil. Suami saya, Asep Wahyuddin, yang selalu setia menemani dan membantu saya.

9. Kedua mertua saya yang selalu memberikan perhatian serta dukungannya selama proses penulisan skripsi ini. Ibu mertua, Siti Suwarsih dan Ayah mertua, Miran yang selalu memotivasi saya.

10.Teman- teman Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008: Ika Zahara, Fitrianti, Nayla, Neti Hartanti, Miftah, Hanifah, dan teman- teman angkatan 2008 lainnya yang telah menjadikan suasana perkuliahan penuh dengan kecerian dan kehangatan.

(7)
(8)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ………..iv

KATA PENGANTAR ………v

DAFTAR ISI ………...vii

DAFTAR GAMBAR ...………...ix

DAFTAR TABEL ………...x

DAFTAR SINGKATAN ………...xi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah………...……….1

I.2 Pertanyaan Penelitian……….5

I.3 Kerangka Teori………..5

I.4 Metode Penelitian………12

I.5 Sistematika Penulisan………..……14

BAB II PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA DAN UPAYA MENANGGULANGI DAMPAK NEGATIFNYA II.1 Indikasi Perubahan Iklim di Indonesia………16

II.2 Upaya Nasional Mitigasi Perubahan Iklim Indonesia……….26

II.3 Dukungan Amerika Serikat kepada Indonesia dalam Membantu Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia………....31

BAB III BANTUAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MELALUI IMACS/ USAID KE INDONESIA III.1 Sejarah Bantuan USAID ke Indonesia………37

(9)

viii BAB IV MANFAAT BANTUAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

MELAUI IMACS/ USAID BAGI INDONESIA

IV.1 Manfaat di Bidang Ekonomi………51

IV.2 Manfaat di Bidang Lingkungan………...58

IV.3 Manfaat di Bidang Politik………64

KESIMPULAN ……….66

(10)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 : Perbedaan Curah Hujan Pada Musim Hujan: Desember, Januari, dan

Februari………..18

Gambar II.2 : Perbedaan Curah Hujan pada Musim Panas: Juni, Juli, Agustus ….19 Gambar II.3 : Jumlah Kejadian Banjir di Indonesia ……….………...21 Gambar III.1 : Peta Implementasi IMACS ………...43 Gambar III.2 : Bagan Penyaluran Bantuan IMACS ……….49 Gambar IV.1 : Peringkat Kawasan yang Menjadi Prioritas Konservasi Laut di

[image:10.612.116.531.131.568.2]
(11)
[image:11.612.115.529.148.572.2]

x DAFTAR TABEL

Tabel II.1 : Luas Tanaman Padi Terkena Bencana Banjir dan Kekeringan dan Puso (ha) pada Tahun 1988-1997……….22 Tabel II.2 : Kenaikan Air Laut di Beberapa Stasiun Monitor ……….………....24 Tabel III.1 : Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat ke Indonesia (dalam ribuan

dollar) ………...40

Tabel IV.1 : Dampak Perubahan Kondisi Iklim (Pola Musim) pada Penghidupan dan Sumber Daya Alam……….52 Tabel IV.2 : Upaya Lain yang Perlu dilakukan Masyarakat Kelurahan Kalialia

(12)

xi DAFTAR SINGKATAN

BMG Badan Meteorologi dan Geofisika CDM Clean Development Mechanism COP Conference of the Parties

DKP Dinas Kelautan dan Perikanan

HOB Heart of Borneo

I- CATCH Indonesia- Climate Adaptation Tool for Coastal Habitats IFACS Indonesia Forest and Climate Support

IMACS Indonesia Marine and Climate Support IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut

KEHATI Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia KKP Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LEPASAMA Lembaga Pengembangan Sumberdaya Masyarakat

LP2SP Lembaga Pengkajian Dan Pengambangan Sumber daya Pesisir LPSDN Lembaga Pengembangan Sumberdaya Nelayan

MCC Millennium Challenge Corporation

NOAA The National Oceanic and Atmospheric Administration NTB Nusa Tenggara Barat

PKHB Program Karbon Hutan Berau

PROPER Program Peringkat Kinerja Perusahaan

(13)

xii TFCA Tropical Forest Conservation Act Agreement

TNC The Nature Conservancy

UNDP United Nations Development Programme

UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change USAID United States Agency for International Development

WWF World Wildlife Fund for Nature YAPPINDO Yayasan Potensi Indonesia YASCITA Yayasan Cinta Alam

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Pernyataan Masalah

Isu kerusakan lingkungan hidup mulai menjadi perhatian di Indonesia sejak beberapa dekade terakhir. Menurut Uni Eropa, sumber permasalahan lingkungan utama di Indonesia diantaranya adalah pemanasan global dan perubahan iklim.1 Skripsi ini akan membahas salah satu upaya mitigasi kerusakan lingkungan hidup di Indonesia melalui kerja sama negara ini dengan organisasi United States Agency for International Development (USAID) dalam program yang bernama Indonesia Marine and Climate Support (IMACS).

Indonesia telah masuk kedalam kategori sangat rentan "vulnerability" terhadap dampak dari perubahan iklim.2 Perubahan iklim yang terjadi di Indonesia

tidak secara “khusus” dimonitor. Data monitor suhu permukaan dan kondisi curah

hujan yang dipantau oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dalam jangka panjang dapat

1

Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim diakses dari http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/eu_indonesia/cooperation/sectors_of_cooperation/environ ment/index_id.htm pada tanggal 2 maret 2013 jam 20.15 WIB.

2Dampak Perubahan Iklim Indonesia Masuk Kategori “Sangat Rentan”

(15)

2

digunakan sebagai indikasi.3 Menurut Lapan indikasi dari perubahan iklim telah tampak di Indonesia sejak awal abad 20.

Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 derajat Celsius sejak 1900 dengan dekade terhangat pada tahun 1990an. Tahun 1998 merupakan tahun terhangat dengan ketinggian suhu mencapai hampir 1 derajat Celsius di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun tersebut dan menyebabkan penurunan intensitas hujan. Beberapa wilayah Indonesia pun mengalami kekeringan sebagai akibatnya.4

Dampak ekstrem lain dari perubahan iklim di Indonesia terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Naiknya permukaan laut akan menggenangi wilayah pesisir sehingga akan menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, Kalimantan dan

3

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2005 (SLHI 2005), Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia hal 40.

4

(16)

3

Sulawesi.5 Data dari United Nations Development Programme (UNDP) menunjukan jumlah kejadian bencana di Indonesia telah mengalami peningkatan. Pada tahun 1999 dari sekitar 270 kali kejadian bencana meningkat menjadi hampir 400 kali kejadian pada tahun 2000.6 Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia berusaha mencari solusi mengatasi implikasi dari dampak perubahan iklim di Indonesia.

Salah satu upaya mitigasi pemerintah Indonesia terhadap dampak negatif perubahan iklim ini adalah menjalin kerja sama dengan lembaga United States Agency for International Development (USAID) milik Amerika Serikat. USAID merupakan lembaga milik Amerika Serikat yang khusus menangani bantuan luar negeri ke sebuah negara. Pada tahun 2008, Indonesia menempati urutan terbesar keempat sebagai negara penerima bantuan luar negeri dari Amerika Serikat.7

Sebenarnya, isu lingkungan hidup telah menjadi perhatian USAID sejak periode 1990an8. Pada dekade tersebut, fokus bantuan USAID hanya kepada risiko bencana gunung berapi karena Indonesia merupakan negara dengan gunung berapi

5

Dampak Perubahan iklim terhadap kenaikan Muka Air Laut diakses dari http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=60&Itemid=37 pada tanggal 7 Nopember 2012 jam 10.20 WIB.

6

Sisi Lain Perubahan Iklim, UNDP Indonesia, 2007 hal 5.

7

Thomas, Lum, October 8, 2008, U.S Foreign Aid To East and South Asia: Selected Recipients, Congressional Research Service, Report for Congress hal 7.

8

(17)

4

teraktif di dunia.9 Baru pada tahun 2009, USAID mulai memberikan bantuan luar negeri dibidang perbaikan ekosistem laut dan juga bantuan mulai mencakup adaptasi dan persiapan terhadap bencana alam sebagai implikasi dari perubahan iklim.10

Pada tahun 2010 USAID dan Pemerintah Indonesia meresmikan sejumlah bantuan luar negeri, termasuk bantuan luar negeri yang berkaitan dengan mitigasi perubahan iklim baik di sektor darat dan laut. Salah satunya adalah bantuan luar negeri Indonesia Marine and Climate Support (IMACS) yang diresmikan pada Desember 2010 dan berlangsung hingga September 2014.

Proyek IMACS dilaksanakan di bawah koordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia. IMACS adalah program hibah dengan jumlah dana yang diberikan oleh USAID sebesar 17,7 juta dollar dan pelaksana proyek Chemonics International. IMACS merupakan proyek empat tahun (2010- 2014) yang salah satu tujuannya meningkatkan pengelolaan sumber daya kelautan di Indonesia dan membantu upaya mitigasi Indonesia terhadap dampak dari perubahan iklim.11

Penulis akan mencoba mendeskripsikan bantuan luar negeri IMACS ke Indonesia, kemudian membahas manfaat yang di peroleh Indonesia dari kerjasama tersebut baik secara ekonomi, lingkungan dan politik.

9

http://indonesia.usaid.gov/en/USAID/Activity/345/USAID_Volcano_Disaster_Assistance_Program diakses tanggal 18 Desember 2012, jam 12.30 WIB.

10

http://indonesia.usaid.gov/en/about/faq, Diakses tanggal 17 Desember 2012, jam 10.00 WIB.

11

(18)

5

I.2 Pertanyaan Penelitian

1. Apa manfaat dari Indonesia Marine and Climate Support (IMACS) bagi Indonesia dalam kerangka perubahan iklim dan kelautan tahun 2010- 2014?

I.3 Kerangka Pemikiran

I.3.1 Bantuan Luar Negeri

Pengertian bantuan luar negeri secara sempit menurut Robert Gilpin diartikan sebagai sejumlah dana yang diberikan oleh negara yang relatif maju/ kaya kepada negara yang kurang maju atau secara ekonomi lebih miskin.12 Sedangkan bantuan luar negeri dalam arti lebih luas diutarakan oleh Holsti sebagai transfer uang, barang- barang, teknologi, ataupun nasihat teknis dari negara donor ke negara penerima.13 Bantuan luar negeri biasanya diberikan oleh negara- negara pendonor seperti Amerika Serikat, Jepang dan negara- negara Eropa kepada negara- negara berkembang. Untuk memfasilitasi program bantuan luar negeri Amerika Serikat

12

Robert, Gilpin, 1987, The Political Economy of International Relations, New Jersey: Princeton University Press hal 311.

13

(19)

6

mempunyai United States Agency for International Development (USAID) yang menyalurkan bantuan luar negeri ke negara- negara berkembang.

Bantuan luar negeri dibagi atas bantuan bilateral dan batuan multilateral. Sebagian besar bantuan luar negeri diberikan secara bilateral yaitu diberikan langsung oleh sebuah negara kepada negara lainnya. Sedangkan bantuan multilateral tidak diberikan secara langsung ke sebuah negara, tetapi disalurkan melalui sebuah perwakilan internasional seperti Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dan Bank Dunia, yang selanjutnya meminjamkan dana- dana tersebut ke negara penerima.14

Menurut James E. Anderson et al, ada empat tipe utama program bantuan luar negeri yaitu:15

1) Bantuan militer 2) Bantuan teknis

3) Hibah dan program ekspor komoditi

4) Bantuan kemanusiaan yang bersifat darurat

Bantuan militer biasanya diberikan kepada negara sekutu yang sedang berperang. Sedangkan bantuan teknis melibatkan transfer teknologi dan keterampilan (sanitasi, metode produksi pertanian, pendidikan dan administrasi publik). Bantuan kemanusiaan menanggapi bencana alam dan bencana akibat perbuatan manusia serta

14

Steven, Radelet, July, 2006, A Primer of Foreign Aid, Center for Global Development, hal 5.

15

(20)

7

masalah yang dihasilkan dari konflik yang terkait dengan negara gagal. Tanggapan ini, termasuk perlindungan dan bantuan kepada pengungsi dan orang yang terlantar serta penyediaan bantuan pangan darurat. Program ini umumnya mengatasi situasi tak terduga dan tidak terintegrasi ke dalam strategi pembangunan jangka panjang.16 Hibah mengacu kepada pembiayaan konsensional, sedangkan pinjaman yang masuk kedalam istilah pasar bukanlah bentuk dari bantuan luar negeri.17

I.3.2 Motivasi Pemberian Bantuan Luar Negeri

Holsti mengatakan bantuan luar negeri adalah instrumen kebijakan yang telah digunakan dalam hubungan internasional selama berabad- abad.18 Menurut Todaro

...hampir semua alokasi bantuan luar negeri yang bersifat bilateral ditentukan berdasarkan pertimbangan politik dan militer negara donor ataupun penilaian- penilaian khusus dari pembuat keputusan di negara donor. Ini merupakan faktor yang sulit untuk diramalkan. 19

Oleh sebab itu, keputusan untuk mengeluarkan bantuan luar negeri tidak terlepas dari perumusan kebijakan luar negeri negara donor.

16

Curt, Tarnoff, and Marian, Lawson, February 10, 2011, Foreign Aid: An Introduction to U.S

Programs and Policy, Congressional Research Service, Report for Congress hal 10.

17

Steven, Radelet, Op. Cit,. hal 4.

18

K. J, Holsti, Op. Cit,. hal 195.

19

(21)

8

Menurut Todaro negara- negara donor memberikan bantuan, pertama- tama karena memang untuk kepentingan politik, strategi dan/atau ekonomi mereka sendiri untuk berbuat demikian.20 Meskipun terdapat beberapa bantuan luar negeri yang didorong oleh tujuan moral dan alasan- alasan kemanusiaan, tetapi sulit menemukan bukti- bukti sejarah bantuan luar negeri yang menunjukan bahwa dalam jangka waktu yang cukup lama negara- negara donor membantu negara lain, tanpa mengharapkan sesuatu imbalan tertentu seperti ekonomi politik, militer dan lain- lain. Menurut Yanuar, motivasi- motivasi pemberian bantuan luar negeri dari negara donor dapat dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu politik dan ekonomi.21

A. Motivasi Politik

Masalah politik merupakan motivasi pertama yang sulit dipisahkan dari keputusan pemberian bantuan luar negeri negara donor, terutama bagi negara- negara donor besar seperti Amerika Serikat. Bantuan Marshall Plan Amerika Serikat menjelang akhir 1940-an selain membantu pemulihan ekonomi dan pembangunan Eropa Barat, juga merupakan suatu alat atau sarana yang amat mendukung implementasi politik luar negeri dan pertahanan keamanan Amerika Serikat untuk membendung meluasnya kekuatan komunis di Eropa.22

20

Michael P, Todaro, 1983, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga 2, Jakarta: Ghalia Indonesia hal 137.

21

Yanuar, Ikbar, 2007, Ekonomi Politik Internasional 2, Bandung: PT. Refika Aditama hal 189.

22

(22)

9

Bantuan luar negeri pada umumnya sebagai jantung politik, untuk

menggalang atau menyokong rejim politik „persahabatan‟ di negara- negara

dunia ketiga; rejim- rejim yang eksistensinya berlanjut dipandang sebagai

„keamanan nasional‟ bagi negara- negara Barat.23 Bantuan- bantuan negara

donor bahkan memberi peluang keterlibatan mereka mendominasi kekuatan politik termasuk dalam investasi yang mereka tanamkan di negara debitor hingga kepada lobi- lobi pembuatan keputusan atau pelaksanaan kebijakan- kebijakan domestik.24

B. Motivasi Ekonomi

Motif ekonomi sulit dipisahkan dari motivasi politik keputusan pemberian bantuan luar negeri. Menurut Yanuar motif ekonomi yang mendasar dari bantuan luar negeri dapat dipahami dari beberapa konsep:25

1. Sumber daya dan kapabilititas keuangan dari luar negeri (untuk pinjaman dan hibah) sebenarnya dapat memainkan peran yang rasional dalam rangka kepentingan timbal-balik ekonomis seperti harapan untuk mendapatkan berbagai sumber daya energi dari negara yang dibantu.

2. Bantuan luar negeri kebanyakan diberikan untuk mempercepat pertumbuhan dan pemerataan di negara- negara yang diberi

23

Michael P, Todaro, 1983, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga 2, Jakarta: Ghalia hal 138.

24

Yanuar, Ikbar , Op. cit,. hal 190.

25

(23)

10

bantuan, dengan harapan bahwa tingkat daya beli masyarakatnya kian tinggi sehingga mampu membeli produk- produk negara donor.

(24)

11

I.3.3 Kepentingan Nasional

Sebagai instrumen kebijakan bantuan luar negeri mempunyai tujuan- tujuan dan kepentingan- kepentingan nasional dari negara donor ataupun negara penerima bantuan yang diharapakan dapat tercapai melalui bantuan tersebut. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan merupakan faktor utama yang menentukan proses perumusan kebijakan luar negeri suatu negara.26 Kepentingan nasional dapat menentukan tindakan dan politik luar negeri suatu negara. Menurut Donald E. Nuckertlein, kepentingan nasional adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh suatu negara dalam hubungan dengan negara- negara lain yang merupakan lingkungan eksternalnya.27

Kepentingan nasional dapat juga dilihat dari beberapa kriteria diantaranya kriteria ideologi dan kriteria ekonomi.28 Setiap kebijakan yang meningkatkan posisi ekonomi sebuah negara termasuk dalam kepentingan nasional. Meningkatkan keseimbangan perdagangan negara, memperkuat basis industri negara atau menjamin akses sebuah negara untuk minyak, gas alam, atau energi lain atau sumber daya mineral non bahan bakar, semuanya dapat dianggap sebagai kepentingan nasional negara. Sedangkan kriteria ideologis terkadang digunakan sebagai pertimbangan utama yang dapat menentukan kepentingan nasional sebuah negara. Sebagian besar

26

K.J Holsti, Op. Cit .hal 81.

27

Donal E. Nuchertlein, The Concept of National Interest: A Time for New Approach, Orbis, Vol. 23, No. 1, 1979 hal 75.

28

(25)

12

negara baik secara formal maupun informal menggunakan ideologi untuk membenarkan legitimasi dan kebijakan mereka. Jumlah bantuan asing, serta bagaimana dan di mana uang yang dihabiskan, sangat bergantung pada sejauh mana pengeluaran bantuan dapat melayani berbagai kepentingan dan dengan demikian membantu untuk mempertahankan koalisi.29

I.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode analisis kualitatif. Menurut Bagong Suyanto dan Sutinah mengutip dari Taylor dan Bogdan penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata- kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang- orang yang diteliti.30 Kemudian menurut Creswell penelitian kualitatif didefinisikan sebagai proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial manusia yang didasarkan pada kompleksitas, gambaran holistik, dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan rinci dari informan, dan dibuat berdasarkan fakta.31

Penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan atau teknik. Diantaranya ada pendekatan/ teknik pengumpulan data, analisis, dan laporan

29

Robert K. Fleck & Christopher Kilby, Foreign Aid and Domestic Politics: Voting in Congress and the Alocation of USAID Contracts accros Congressional Districts, Southern Economic Journal, Vol 67, No. 3, January 2001, hal 600.

30

Bagong, Suyanto & Sutinah, 2008, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana hal 166.

31

(26)

13

penulisan.32 Pada skripsi ini penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data dari berbagai sumber. Penumpulan data meliputi data sekunder, seperti buku teks, terbitan berkala, jurnal, majalah, surat kabar, dokumen, makalah, dan bahan-bahan lainnya. Selain itu penulis juga menggunakan data primer berbentuk dokumen- dokumen ataupun publikasi resmi serta wawancara secara langsung jika diperlukan. Dalam mengumpulkan data- data tersebut, penulis akan menuju tempat- tempat seperti perpustakaan dan instansi resmi terkait penelitian.

Dalam menganalisis data penulis akan membuat kategorisasi data menjadi beberapa bagian. Pertama mencari data tentang bentuk bantuan luar negeri IMACS yang dicairkan dalam kurun waktu antara tahun 2010 hingga tahun 2014. Kedua penulis akan mencari data tentang manfaat yang diterima oleh Indonesia dari keputusan penerimaan bantuan luar negeri IMACS. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat di bidang ekonomi ataupun manfaat di bidang politik politik. Kemudian penulis akan mengolah data- data yang telah dikumpulkan dan mencari hubungan kausalitas dari data- data tersebut dengan menggunakan kerangka teori. Setelah itu penulis akan berusaha mengintrepretasikan data- data yang telah dianalisa kedalam tulisan sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dan dapat dipahami tujuan dari penelitian ini.

32

(27)

14

I.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang Masalah

I.2 Pertanyaan Penelitian

I.3 Kerangka Teori

I.4 Metode Penelitian

I.5 Sistematika Penulisan

BAB II Perubahan Iklim di Indonesia dan Upaya Menanggulangi Dampak Negatifnya

II.1 Indikasi Perubahan Iklim di Indonesia

II.2 Upaya Nasional Mitigasi Perubahan Iklim Indonesia

II.3 Dukungan Amerika Serikat kepada Indonesia dalam Membantu Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia

BAB III Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Melalui IMACS/ USAID Untuk Indonesia

III.1 Sejarah Bantuan USAID ke Indonesia

(28)

15

BAB IV Manfaat Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Melalui IMACS/ USAID Bagi Indonesia

IV.1 Manfaat di Bidang Ekonomi

IV.2 Manfaat di Bidang Lingkungan

IV.3 Manfaat di Bidang Politik

(29)

16

BAB II

PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA DAN UPAYA MENANGGULANGI DAMPAK NEGATIFNYA

II.1 Indikasi Perubahan Iklim di Indonesia

Perubahan iklim yang terjadi di dunia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penebangan liar hutan, alih fungsi lahan, kemudian emisi gas CO2

yang terperangkap di atmosfer bumi sehingga menyebabkan suhu bumi lebih hangat. Emisi gas CO2 ini dihasilkan oleh seluruh negara di dunia. Ketika digunakan secara

berlebihan, CO2 yang berasal dari bahan bakar fosil ini memberikan dampak negatif

terhadap atmosfer bumi.33 Dampak tersebut memang tidak langsung dirasakan, tetapi suhu bumi yang terus meningkat sejak 150 tahun terakhir menjadi indikasi dari perubaan iklim global. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengklasifikasikan Indonesia sebagai salah satu negara yang suhu rata-rata

33

(30)

17

meningkat 0, 2 derajat celcius dalam skala 0- 1derajat celcius untuk periode tahun 1970-2004.34 Indonesia sendiri masuk kedalam 10 besar negara penghasil emisi gas CO2 di dunia. Sedangkan data dari Joint Research Centre European Union pada

tahun 2013 menunjukan bahwa Indonesia termasuk dalam daftar 10 besar negara penghasil emisi gas CO2 di dunia.35 Ini merupakan salah satu pemicu perubahan

cuaca di Indonesia. Beberapa studi yang dilakukan oleh para peneliti dan juga badan milik pemerintah menyatakan bahwa indikasi perubahan iklim telah terjadi di Indonesia.

Data-data berikut mengindikasikan perubahan pola curah hujan yang terjadi di Indonesia. Gambar- gambar dibawah ini menunjukan perubahan pola curah hujan yang terjadi di Indonesia yang terbagi dalam dua periode. Periode pertama di gambar A antara tahun 1931-1960 dan periode kedua pada gambar B antara tahun 1961-1990.

34

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book

“Global warming and climate change the context and implication for Indonesia” hal 12.

35 Trends in Global CO2 Emissions 2013 Report

(31)

18

Gambar II.1: Perbedaan Curah Hujan Pada Musim Hujan: Desember, Januari, dan Februari

[image:31.612.117.528.132.556.2]

Sumber: State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2005 hal 40

Gambar II.1 di atas menunjukan intensitas curah hujan pada musim penghujan (Desember- Februari). Dapat dilihat terjadi perubahan curah hujan di beberapa bagian pulau Sumatera. Pada gambar A di bagian utara Sumatera curah hujan dari 200mm-300mm menurun menjadi 100-200mm di gambar B. Hal serupa juga terjadi di wilayah Sulawesi dan sebagian dari Maluku.

(32)
[image:32.612.116.530.123.548.2]

19

Gambar II.2: Perbedaan Curah Hujan pada Musim Panas: Juni, Juli, Agustus

Sumber: State of the Environment in Indonesia (SLHI 2005) hal 40.

Adapun pada gambar II.2 tampak tingkat curah hujan saat musim kemarau (Juni- Agustus). Secara keseluruhan gambar B memperlihatkan peningkatan kekeringan dibanding gambar A, kecuali di wilayah utara Kalimantan dan Papua.

Fenomena yang serupa juga terjadi dalam hasil studi yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). LAPAN melakukan penelitian terhadap laporan bulanan curah hujan kota Jakarta dari mulai tahun 1900-2003. Dari penelitian tersebut terjadi fluktuasi curah hujan dengan tendesi terjadi peningkatan curah hujan diatas batas normal pada periode 1960-1989 dan penurunan ekstrem curah hujan 1920-1949.36 Fenomena serupa juga terjadi di wilayah Aceh, Solo, Palembang, Jambi, Lampung, dan Cilacap.37

36

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2005, hal 41.

37

(33)

20

Hasil dari kedua studi diatas menunjukan perubahan curah hujan di berbagai area di Indonesia selama periode 100 tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan iklim telah terjadi di Indonesia.38 Perubahan curah hujan yang ekstrem kemudian mempengaruhi kondisi lingkungan dan tidak jarang berakibat bencana bagi kehidupan manusia.

Selain itu perubahan curah hujan akan mempengaruhi perekonomian masyarakat Indonesia yang bergantung pada sektor pertanian. Perubahan curah hujan dapat menyebabkan bencana alam. Selain itu, perubahan tersebut dapat menstimulasi beberapa kejadian cuaca ekstrem seperti El- Nino dan La- Nina.39 Selama El- Nino musim kering panjang biasanya terjadi. Berkebalikan dengan El- Nino kejadian La- Nina memiliki potensi meningkatkan intensitas hujan yang disebagian area mengakibatkan bencana banjir.40

Data menunjukan bencana tanah longsor dan banjir yang disertai tanah longsor meningkat dua kali lipat, dari 191 kejadian pada 2010 menjadi 352 pada

38

Ibid, hal 41.

39

El- Nino adalah kondisi abnormal iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah lebih tinggi dari rata-rata normalnya. Pengertian El- Nino dan

Dampak El- Nino diakses dari

http://disperta.jambiprov.go.id/2010/index.php?show=berita&id=62&kategori=Artikel&title=Pengerti an%20El-Nino%20dan%20Dampak%20El-Nino padatanggal 3 desember 2012 jam 10.00 WIB. Sedangkan, La- Nina merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan timur equator di Lautan Pasifik, La- Nina tidak dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap. Pengertian La- Nina diakses dari http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/Fenomena.Alam/LaNina/ pada tanggal 4 Desember 2012, jam 10.30 WIB.

40

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book

(34)

21

2011.41 Berikut data yang menunjukan jumlah kejadian banjir di Indonesia dari tahun 2001 hingga 2011

Gambar II.3: Jumlah Kejadian Banjir di Indonesia

Sumber: Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012 hal 33.

Gambar diatas menunjukan frekuensi kejadian banjir yang terus meningkat setiap tahunnya terutama pada tahun 2009/2010 mencapai 962 kejadian. Banjir tidak hanya membawa kerugian materi tetapi juga bisa menghilangkan nyawa manusia jika tidak ada prediksi sebelumnya.

Meningkatnya frekuensi kekeringan dan bencana banjir dapat memberikan dampak negatif terhadap produksi lokal. Musim kemarau yang lebih panjang dapat menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Dampak kekeringan

41

[image:34.612.112.528.196.534.2]
(35)

22

[image:35.612.118.524.213.545.2]

setidaknya mulai terlihat di tahun 1993. Sebagai akibatnya pemerintah harus mengimpor produksi pangan yang mengalami gagal panen.

Tabel II.1: Luas Tanaman Padi Terkena Bencana Banjir dan Kekeringan dan Puso (ha) pada Tahun 1988-1997

Tahun Keterangan Kebanjiran(ha) Kekeringan(ha) Puso(ha)

1987 El-Nino *** 430.170 ***

1988 La-Nina 130.375 87.373 44.049

1989 Normal 96.540 36.143 15.290

1990 Normal 66.901 54.125 19.163

1991 El-Nino 38.006 867.997 198.054

1992 Normal 50.360 42.409 16.882

1993 Normal 78.480 66.992 47.259

1994 El-Nino 132.975 544.422 194.025

1995 La-Nina 218.144 28.580 51.571

1996 Normal 107.385 59.560 50.649

1997 El-Nino 58.974 504.021 102.254

Sumber: State of the Environment 2002 (SLHI 2002) hal 46.

(36)

23

Selain itu pengaruh perubahan curah hujan juga berdampak kepada hasil pertanian. Tanpa peningkatan curah hujan, kelembaban tanah berkurang akibat dari kenaikan suhu. Kelembaban tanah yang menurun akan berpengaruh kepada hasil panen. Meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer umumnya juga mempercepat

proses fotosintesis dan juga dapat mengurangi efisiensi penggunaan air tanaman. Oleh karena itu, jika jumlah air sedikit maka suhu daun akan menjadi lebih tinggi sehingga presipitasi berkurang42 dan menghangatkan atmosfer sekitarnya.43 Hal ini memiliki kontribusi terhadap perubahan iklim.

Peningkatan suhu juga memberikan dampak negatif masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai. Ini memicu peningkatan level air laut yang dapat membahayakan eksistensi pulau-pulau kecil di Indonesia. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP) menunjukan bahwa antara tahun 2005-2007 Indonesia telah kehilangan 24 pulau-pulau kecil; 3 di Nangroe Aceh Darussalam; 3 di Sumatera Selatan dan Papua; 5 pulau di Kepulauan Riau; 2 di Sumatera Barat; 1 di Sulawesi Selatan; dan 7 pulau di Kepulauan Seribu Jakarta.44

42

Presipitasi adalah proses pengendapan, baik dari larutan ataupun dari udara permukaan ke permukaan bumi. Diakses dari http://kbbi.web.id/presipitasi tanggal 8 maret 2014 jam 12.30 WIB.

43

Darwin C. Hall, 2001, The Long- Term Economics of Climate Change: Beyond a Doublingof

Greenhouse Gas Concentrations, Amsterdam: JAI, hal 99.

44

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book

(37)
[image:37.612.109.534.131.545.2]

24

Tabel II.2: Kenaikan Air Laut di Beberapa Stasiun Monitor Stasiun Lokasi Kenaikan Level

Air (mm/ tahun)

Sumber

Cilacap (Jawa Barat) 1.30 Hadikusuma, 1993

Belawan (Sumatera Utara) 7.83 ITB, 1990

Jakarta 4.38 ITB, 1990

7.00 Berdasarkan data dari 1984- 2006 Semarang

Jawa Tengah)

9.37 ITB, 1990

5.00 Berdasarkan data dari 1984- 2006 Surabaya (Jawa Timur) 1.00 Berdasarkan data dari 1984- 2006

Sumatera 5.47 ITB, 1990

Panjang, Lampung 4.15 P3O-LIPI, 1991

Sumber: State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book “Global warming and climate change the context and implication for Indonesia” hal 14.

Data diatas menjelaskan bahwa terdapat fenomena kenaikan level air terjadi diberbagai wilayah di Indonesia. Semakin tahun jika masalah ini tidak diatasi tidak menutup kemungkinan kota yang berbatasan dengan laut dan posisinya lebih rendah seperti Kota Madya Jakarta Utara akan tenggelam.

Setiap kali pulau kecil di Indonesia hilang akibat tenggelam, maka akan ada dampak politik dan hukum terhadap kedaulatan Indonesia.45 Hal ini karena garis batas pantai Indonesia di beberapa area ditandai dengan eksistensi pulau-pulau kecil di bagian terluar kepulauan Indonesia. Kehilangan pulau-pulau tersebut mempunyai potensi melemahkan posisi Indonesia dalam klaim batas wilayah dan teritorial laut

45

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book

(38)

25

Indonesia.46 Selain itu Indonesia juga kehilangan potensi sumber daya alam yang terkandung di area tersebut. Tenggelamnya pulau-pulau terluar Indonesia akan merubah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) laut Indonesia.47

Misalkan saja, sejak tahun 2006 terjadi peningkatan fenomena coral bleaching.48 Fenomena coral bleaching terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti di Aceh Barat, Ambon dan Raja Ampat.49 Indikasi dari penyebab fenomena ini adalah perubahan suhu drastis (naik dan turun) dalam periode yang pendek. Koral yang stress karena perubahan suhu yang drastis akhirnya mudah terserang white syndrome. Jika sudah terserang maka dalam waktu singkat sekitar 2 bulan seluruh koloni akan mati.50 Jika tidak segera diatasi maka tidak menutup kemungkinan kekayaan biota laut Indonesia akan hilang dalam periode kedepan.

46Ibid

, hal 15.

47

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah sebuah konsep yang diadopsi pada Konferensi Ketiga PBB tentang Hukum Laut (1982), yang menyatakan Negara pantai mempunyai yurisdiksi atas eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut sejauh 200 mil dari garis pantai terluar. Exclusive Economic Zone, 2001, diakses dari http://stats.oecd.org/glossary/detail.asp?ID=884 pada tanggal 1 September 2014 jam 13.30 WIB.

48

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, hal 141.

49

Syafyudin, Jamaluddin, July 2012, First Quantitative Assessment of Coral Bleaching on Indonesian Reefs.

50

(39)

26

II.2 Upaya Nasional Mitigasi Perubahan Iklim Indonesia

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dampak dari indikasi perubahan iklim telah terjadi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya secara ekstrem kejadian bencana alam seperti banjir dan kekeringan. Pemerintah Indonesia kemudian mulai melakukan upaya mitigasi perubahan iklim. Salah satunya, Pemerintah Indonesia melalui Undang- Undang No. 6 tahun 1994 telah meratifikasi konvensi perubahan iklim yang disahkan oleh Presiden Soeharto.51 Selain itu Indonesia juga telah meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang- Undang No. 17 tahun 2004.

Berbagai peraturan tersebut menunjukan dukungan Indonesia kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). UNFCCC adalah forum global yang berupaya mengkonsolidasi mitigasi perubahan iklim secara kolektif di level global. Forum ini menyusun kerangka kerjasama untuk menurunkan perubahan suhu bumi secara bertahap. Pada tahun 1995 negara-negara menyadari bahwa ketentuan pengurangan emisi dalam konvensi tidak memadai. Skema utama untuk mewujudkan ini adalah Protokol Kyoto yang ditanda tangani tahun 1997.52

Protokol Kyoto merupakan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum negara maju untuk target pengurangan emisi. Periode pelaksanaan komitmen

51

Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012, hal 112.

52

(40)

27

pertama Protokol dimulai pada tahun 2008 dan berakhir pada tahun 2012.53 Selama periode pertama, 37 negara industri dan Uni Eropa berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca rata- rata 5% dibanding tahun 1990.54 Protokol Kyoto hanya mengikat negara- negara maju karena Protokol Kyoto terstruktur pada prinsip-prinsip konvensi. Prinsip tersebut hanya mengikat negara-negara maju karena negara- negara tersebut mengakui bahwa mereka sebagian besar bertanggung jawab untuk peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer.55 Hal tersebut merupakan hasil dari lebih dari 150 tahun kegiatan industri. Protokol Kyoto menempatkan beban berat pada negara-negara maju di bawah prinsip pokok yang menyatakan: “bahwa

tanggung jawab umum tetapi dibedakan.”56

Setelah Protokol Kyoto berakhir pada tahun 2012, dilakukan serangkaian pertemuan UNFCCC untuk menentukan skema selanjutnya untuk mengatasi isu perubahan iklim. Kemudian diselengarakan Conference of the Parties (COP) 18 UNFCCC yang menghasilkan Doha Climate Gateway atau diberlakukannya Protokol Kyoto periode kedua yang diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2103 hingga 31

53

Disarikan dari http://unfccc.int/essential_background/items/6031.php diakses tanggal 17 Maret 2014 jam 21.30 WIB.

54

Kyoto Protocol, diakses dari https://unfccc.int/kyoto_protocol/items/2830.php pada tanggal 18 maret 2014 jam 05.00 WIB.

55

Background on the UNFCCC: The international response to climate change diakses dari http://unfccc.int/essential_background/items/6031.php pada tanggal 17 Maret 2014 jam 21.30 WIB.

56

(41)

28

desember 2020. Dalam periode ini Indonesia secara sukarela menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan usaha sendiri, dan 41 persen jika mendapat bantuan internasional pada 2020.57

Untuk pelaksanaan kebijakan penurunan emisi gas rumah kaca, Indonesia menerbitkan dua peraturan presiden yaitu: Peraturan Presiden Nomer 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peraturan Presiden Nomer 71 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.58 Selanjutnya pada 19 Oktober 2011 Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono memberi arahan kepada Menteri Lingkungan Hidup untuk memastikan target penurunan emisi 26 persen bersamaan dengan menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen agar dapat terlaksana.59

Sejak tahun 1994 Pemerintah Indonesia telah memiliki beberpa program mitigasi perubahan iklim yang telah berjalan prosesnya salah satunya adalah program Clean Development Mechanism (CDM).60 CDM merupakan bentuk investasi baru di

57

Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012, hal 112- 113. Alasan utama dibalik keputusan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono adalah karena posisi geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim sehingga perlu dilakukan upaya untuk menanggulangi dampak tersebut melalui upaya mitigasi perubahan iklim bersama masyarakat global. Rencana Aksi Nasional penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Desember 2010 hal 2 diakses dari http://bappenas.go.id/files/8414/1214/1620/naskah_akademis.pdf pada tanggal 23 Febuari 2015 jam 13.45 WIB.

58Ibid

, hal 112.

59Ibid

, hal 112.

60

CDM adalah mekanisme dibawah Kyoto Protocol/UNFCCC, yang dimaksudkan untuk: (a) membantu negara maju/industri memenuhi sebagian kewajibannya menurunkan emisi GHGs; (b) membantu negara berkembang dalam upaya menuju pembangunan berkelanjutan dan kontribusi terhadap pencapaian tujuan Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC). Lebih jelas lihat Clean

(42)

29

negara berkembang yang bertujuan mendorong negara industri untuk melaksanakan kegiatan penurunan emisi di negara berkembang guna mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca dan membantu negara berkembang untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.61 Indonesia telah memiliki 96 proyek CDM yang telah terdaftar di UNFCCC dengan potensi reduksi sebesar 11, 3 juta ton CO2 per tahun.62

Sebagai upaya mitigasi perubahan iklim selanjutnya pemerintah Indonesia juga membentuk Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional (SIGN) yang mulai berjalan efektif pada akhir 2012. SIGN akan menjadi wadah koordinasi dari berbagai laporan inventasrisasi gas rumah kaca, perubahan emisi dan serapan gas rumah kaca, simpanan karbon nasional, proses pengawasan dan hasil inventarisasi gas rumah kaca dari instansi terkait dan pemerintah daerah.63

Di sektor industry, pemerintah Indonesia membuat Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). PROPER adalah program pengawasan dan penilaian kenerja perusahaan dalam mengelola lingkungan yang mencakup aspek udara, limbah B3, dan akan dikembangan pada aspek kerusakan lingkungan. PROPER dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup bersama Badan Lingkungan Hidup provinsi

Kehutanan dan Perkebunan, 17-11-2007, diakses dari http://www.dephut.go.id/index.php/news/otresults/706 pada tanggal 25 maret 2014 jam 14.00 WIB.

61Op, Cit.,

Undang- Undang No. 17 tahun 2004.

62

Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012, hal 112.

63

(43)

30

mengawasi dan menilai kinerja perusahaan manufaktur, pertambangan, energi dan migas, sektor kawasan dan jasa.64

Selain itu, Kementerian Perindustrian turut mengembangkan industri hijau seperti: Penggunaan mesin ramah lingkungan melalui program restrukturisasi permesinan industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, dan gula. Program ini berdampak signifikan berupa penghematan energi sebesar 25 persen.65 Penyusunan data inventori emisi CO2 equivalent di 700 perusahaan dari 8 sektor industri untuk

penetapan baseline emisi gas rumah kaca.

Upaya- upaya mitigasi di atas dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang terjadi. Pemerintah Indonesia juga terus mengkaji upaya lanjutan dalam usahanya memperbaiki kerusakan lingkungan. Selain itu untuk membantu program mitigasi perubahan iklim Indonesia juga melakukan kerjasama dengan negara lain. Salah satu mitra Indonesia adalah Amerika Serikat. Melalui lembaga United States Agency for International Development (USAID) Amerika memberikan bantuan luar negeri di bidang perubahan iklim untuk Indonesia.

64

Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012, hal 118.

65

(44)

31

II.3. Dukungan Amerika Serikat kepada Indonesia dalam Membantu Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia

Isu lingkungan hidup di Indonesia telah menjadi perhatian USAID sejak 1990an. Namun, fokus bantuan USAID pada dekade tersebuT hanya kepada pengelolaan resiko bencana gunung berapi karena Indonesia merupakan negara dengan gunung berapi teraktif di dunia.66 Baru pada tahun 2009, USAID mulai memberikan bantuan luar negeri yang lebih luas, seperti adaptasi di bidang bencana alam dan mitigasi perubahan iklim.67

Pada tahun 2009, Amerika Serikat memberikan bantuan luar negeri dibidang ekosistem laut yaitu The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Program ini memberikan pelatihan untuk mendukung partisipasi Indonesia dalam Coral Triangle Initiative. Pelatihan berfokus pada pengembangan pendekatan yang berkelanjutan untuk pengelolaan perikanan dan penguatan pengelolaan kawasan perlindungan laut.68 Program NOAA bertujuan membangun kapasitas Indonesia untuk menyediakan pengelolaan perikanan yang komprehensif dan terkoordinasi melalui penegakan hukum, ilmu pengetahuan, dan sumber daya penguatan manajemen dan koordinasi. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini akan memberikan kontribusi terhadap upaya Indonesia untuk mengurangi penangkapan

66

http://indonesia.usaid.gov/en/USAID/Activity/345/USAID_Volcano_Disaster_Assistance_Program Diakses tanggal 18 Desember 2012, jam 12.30 WIB.

67

http://indonesia.usaid.gov/en/about/faq, Diakses tanggal 17 Desember 2012, jam 10.00 WIB.

68

(45)

32

ikan illegal serta merusak alam dan memperkuat penegakan hukum di sektor perikanan.69

Kemudian pada tahun 2010 diresmikan Indonesia Marine and Climate Support (IMACS). IMACS adalah proyek USAID bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan pelaksanaan rencana strategis lima tahun (2010-2014).70 KKP bertanggung jawab untuk mempromosikan pemanfaatan ikan dan sumber daya laut lainnya untuk kemakmuran ekonomi jangka panjang di Indonesia. Bantuan ini mencakup isu-isu seperti penyusunan kebijakan kelautan dan sektor perikanan, kontrol dari penangkapan ikan yang berlebihan, praktek penangkapan ikan yang merusak dan illegal, perencanaan tata ruang untuk penggunaan sumber daya, pengelolaan kawasan konservasi, analisis data dan pemodelan untuk manajemen perikanan dan mempromosikan kesejahteraan jangka panjang masyarakat pesisir.71

Proyek IMACS mendukung upaya KKP untuk mencapai kestabilan di sektor kelautan dan perikanan serta meningkatkan respon masyarakat pesisir terhadap bencana jangka pendek dan dampak jangka panjang terkait dengan perubahan iklim.72 Proyek IMACS memiliki empat area tematik utama: penguatan kebijakan,

69

http://indonesia.usaid.gov/en/USAID/Activity/273/National_Oceanic_and_Atmospheric_Administrat ion_NOAA_Training_Program diakses tanggal 31 mei 2012 jam 9.10 WIB.

70

IMACS Fact Sheet Mei 2011.

71

http://www.imacsindonesia.com/v5/index.php/en/about-us diakses tanggal 24 maret 2014 jam 13.00 WIB.

72

(46)

33

manajemen perikanan yang berkelanjutan, perubahan iklim serta mendukung koordinasi Program Kelautan.73

Selanjutnya Amerika Serikat memberikan bantuan di bidang kehutanan pada tahun 2011 yaitu Indonesia Forest and Climate Support (IFACS). Proyek IFACS merupakan program pembangunan terpadu yang difokuskan pada upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, melalui manajemen hutan yang berkelanjutan dan pembangunan rendah emisi. Bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia dan mitra-mitra lainnya di tiga pulau besar di Indonesia, proyek IFACS dirancang untuk menurunkan laju deforestasi hutan dan emisi gas rumah kaca di bentang wilayah yang menjadi target proyek, melestarikan sumber daya hutan dan satwa liar, serta menjaga ekosistem demi mendukung pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan. Tujuan tersebut akan dicapai melalui tiga komponen utama: (1) tata kelola sumber daya hutan dan lahan; (2) perbaikan manajemen dan konservasi sumber daya hutan dalam konteks perubahan iklim; dan (3) pengembangan sektor swasta, usaha lokal dan keterkaitan dengan pasar. Komponen keempat meliputi manajemen proyek dan koordinasi-termasuk koordinasi program-program pembangunan yang berkelanjutan dan keanekaragaman hayati yang dikerjakan oleh para mitra USAID lainnya.74

Kemudian Amerika Serikat dan Indonesia meresmikan Tropical Forest Conservation Act Agreement (TFCA). Pada bulan Juni 2009, Pemerintah Amerika

73

IMACS Fact Sheet Mei 2011.

74

(47)

34

Serikat dan Republik Indonesia, bersama-sama dengan dua LSM lingkungan, Conservation International dan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI)75, menandatangani perjanjian TFCA untuk penghapusan utang Indonesia. Perjanjian tersebut akan mengurangi pembayaran utang Indonesia ke Pemerintah Amerika Serikat sekitar 30 juta dolar selama jangka waktu delapan tahun. Sebagai gantinya, pemerintah Indonesia berkomitmen dana ini ditujukan untuk melindungi dan memulihkan hutan tropis di Indonesia.76

Dana yang dihasilkan oleh program ini akan membantu melindungi sejumlah kawasan hutan di Pulau Sumatera. Hutan-hutan ini adalah rumah bagi spesies yang hanya ditemukan di Indonesia, termasuk yang terancam punah harimau sumatera, gajah, badak dan orangutan. Selain itu, hutan-hutan ini menyediakan layanan ekosistem penting seperti menjaga kualitas dan kuantitas pasokan air tawar dan penyerapan karbon.77

Pada September 2011 , kedua pemerintah dalam kemitraan dengan World Wildlife Fund for Nature - Indonesia (WWF) dan The Nature Conservancy (TNC)

75

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) berdiri sejak 12 Januari 1994 dimaksudkan untuk menghimpun dan mengelola sumberdaya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia meminta pembentukan organisasi non-pemerintah sebagai penampung dan pelaksana program keanekaragaman hayati dengan bantuan hibah dari Pemerintah Amerika Serikat. Dengan bantuan rekan-rekan tokoh organisasi non-pemerintah dibentuklah Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, disingkat KEHATI. Diakses dari http://www.kehati.or.id/id/tentang-kami-2.html pada tanggal 19 April jam 22.40 WIB.

76

http://www.usaid.gov/biodiversity/TFCA/programs-by-country#Indonesia diakses tanggal 23 maret 2014 jam 21.30 WIB.

77

(48)

35

menandatangani perjanjian TFCA yang kedua untuk Indonesia . Perjanjian 2011 akan mengurangi utang Indonesia ke pemerintah Amerika Serikat sebesar $28.500.000 hingga 2019.78 Dana dari perjanjian ini selanjutnya dikelola oleh yayasan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) untuk pulau Kalimantan. Kesepakatan TFCA Kalimantan akan fokus pada tiga kabupaten: Program Karbon Hutan Berau (PKHB) di Berau (Kalimantan Timur), dan program Heart of Borneo (HOB) di Kutai Barat (Kalimantan Timur) dan Kapuas Hulu (Kalimantan Barat). Pada kesepakatan kedua ini pemerintah Amerika Serikat berkontribusi sebesar $ 19, 8 juta dan $ 3, 6 juta dari WWF dan TNC sebagai mitra.79

Sedangkan pada tahun 2013 ditandatangani Millennium Challenge Corporation (MCC). Pemerintah Indonesia menerapkan Proyek Green Prosperity sebesar $ 332, 5 juta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lingkungan berkelanjutan melalui peningkatan pengelolaan hutan, lahan gambut, dan sumber daya alam lainnya serta penyebaran energi yang dapat diperbaharui.80

Amerika Serikat melalui USAID, membantu proyek- proyek di atas agar Indonesia dapat menghadapi isu perubahan iklim. Bantuan luar negeri USAID di bidang mitgasi lingkungan hidup mencakup sektor darat dan laut. Dengan proyek- proyek mitigasi perubahan iklim yang dilakukan kedua negara menunjukan bahwa

78

Op, Cit,.

79 Op, Cit,. 80

(49)

36

Amerika Serikat mempunyai kepedulian terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia, setidaknya sejak tahun 2009.

Pada skripsi ini penulis akan memfokuskan membahas bantuan USAID di sektor kelautan dan mitigasi perubahan iklim, yaitu bantuan Indonesia Marine and Climate Support (IMACS). Bantuan luar negeri IMACS adalah bantuan pertama USAID khusus untuk Indonesia yang memiliki fokus pada sektor kelautan dan adaptasi perubahan iklim masyarakat pesisir. Progran bantuan luar negeri USAID yang lain belum memiliki fokus terhadap isu tersebut. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui langkah signifikan yang dilakukan USAID melalui program ini dalam kaitannya membantu masyarakat pesisir Indonesia menghadapi dampak dari perubahan iklim.

(50)

37

BAB III

BANTUAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MELALUI IMACS/ USAID KE INDONESIA

III.1 Sejarah Bantuan USAID ke Indonesia

USAID merupakan organisasi milik Amerika Serikat yang khusus menangani bantuan luar negeri ke sebuah negara.81 Pada tanggal 4 September 1961, Kongres meloloskan undang- undang bantuan luar negeri (Foreign Assistance Act) yang mereorganisasi program bantuan asing Amerika Serikat termasuk memisahkan bantuan militer dan non militer.82 Presiden John F. Kennedy selanjutnya menandatangani Undang- Undang Bantuan Luar Negeri menjadi undang-undang dan

81

Sejarah USAID berawal dari program Marshall Plan yang bertujuan untuk membantu negara- negara Eropa memulihkan kembali perekonomiannya yang hancur akibat perang. Kemudian George C. Marshall, Menteri Luar Negeri yang menjabat tahun 1947-1949 meberikan bantuan keuangan dan bantuan teknis yang signifikan ke Eropa. Bantuan ini merupakan upaya untuk membantu Eropa membangun kembali infrastruktur, memperkuat ekonomi, dan menstabilkan wilayah tersebut yang hancur pasca perang. Saaat program Marshall Plan berakhir, selanjutnya Kongres merumuskan sebuah proposal bantuan asing baru yang dirancang untuk menyatukan program militer dan ekonomi dengan bantuan teknis. Pada tanggal 31 Oktober 1951 Kongres meloloskan Mutual SecurityAct pertama dan menciptakan Mutual Security Agency untuk menjalankan fungsi tersebut. Selanjutnya pada tahun 1953 didirikan Foreign Operations Administration sebagai lembaga pemerintah yang independen di luar Departemen Luar Negeri. Foreign Operations Administration berfungsi untuk mengkonsolidasikan bantuan ekonomi dan teknis ke seluruh dunia. Tanggung jawabnya digabung kedalam lembaga

International Cooperation Administration (ICA) satu tahun kemudian. Baik Mutual Security Agency,

Foreign Operations Administration dan International Cooperation Administration, merupakan

organisasi pendahulu sebagai landasan pembentukan USAID. Disarikan dari http://www.usaid.gov/who-we-are/usaid-history diakses tanggal 28 maret 2014 jam 16.10 WIB. http://www.usaid.gov/who-we-are/usaid-history diakses tanggal 28 maret 2014 jam 16.10 WIB.

82

(51)

38

menciptakan United States Agency for International Development (USAID) melalui perintah eksekutif.83 USAID menjadi lembaga bantuan asing Amerika Serikat pertama, yang penekanan utamanya terhadap upaya pembangunan ekonomi dan bantuan sosial jangka panjang.84 USAID berusaha menawarkan dukungan langsung kepada negara-negara berkembang di seluruh dunia dengan otonomi yang terbebas dari fungsi militer.

Amerika Serikat dan Indonesia sendiri menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi pada tahun 1950, dan Amerika Serikat telah memberikan bantuan dana sebesar US$ 80,000,000 untuk bidang umum dan US$ 67,000,000 untuk membantu perbaikan infrastruktur akibat perang di Indonesia. Akhir tahun 1961, misi USAID di Indonesia adalah untuk membantu pemerintah mengatasi masalah perkembangan penduduk di Indonesia yang semakin meningkat.85 Sedangkan pada tahun 1970-an, Amerika Serikat menekankan kepada bantuan "kebutuhan dasar manusia", yang berfokus pada: Makanan dan gizi, perencanaan penduduk, kesehatan, pendidikan, pengembangan sumber daya manusia.86

Kemudian pada tahun 1980-an, bantuan asing Amerika Serikat difokuskan untuk menstabilkan mata uang dan sistem keuangan karena pada masa itu sedang

83

http://www.usaid.gov/who-we-are/usaid-history diakses tanggal 28 maret 2014 jam 16.10 WIB.

84 Legislation On Foreign Relation Through 2002

, Washington: US Govermnment Printing Office, 2003, hal 18. Diakses dari http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/pcaab142.pdf diakses tanggal 5 April 2014 jam 15.00 WIB.

85

Dikutip dari

http://library.upnvj.ac.id/pdf/4s1hubunganinternasional/207613032(SUDAH%20DI%20KUNCI)/BAB %20I.pdf hal 3.

86

(52)

39

terjadi resesi global. Bantuan juga berusaha mempromosikan prinsip ekonomi berbasis pasar untuk merestrukturisasi kebijakan dan institusi negara-negara berkembang. Selama dekade ini, USAID menegaskan kembali komitmennya untuk pertumbuhan ekonomi, menekankan perluasan kesempatan kerja dan pendapatan melalui revitalisasi pertanian dan perluasan pasar domestik.87

Pada tahun 1990-an, prioritas utama USAID adalah isu pembangunan berkelanjutan, atau membantu negara-negara seperti Indonesia meningkatkan kualitas hidup masyarakat mereka sendiri.88 Selama dekade ini, program bantuan pembangunan USAID disesuaikan terhadap kondisi ekonomi suatu negara. Selain itu, program USAID membantu membangun fungsi demokrasi dengan membuka, sistem ekonomi yang berorientasi pasar terbuka dan jaringan pengaman sosial yang responsif.89

Kemudian pada dekade 2000-an, kerjasama Indonesia dan USAID diwujudkan dalam suatu kerangka kemitraan komprehensif (Compherensive Partnership). Pada bulan November 2011, kedua kepala negara yang sedang menjabat (Presiden Yudhoyono dan Obama) telah menegaskan kembali dukungannya terhadap kemitraan tersebut. Kemitraan komprehensif Indonesia-Amerika (Comprehensive Partnership) diuraikan dalam suatu Rencana Aksi yang terdiri atas 3 (tiga) pilar kerjasama, yaitu: (1) politik dan keamanan; (2) ekonomi dan

87Op, Cit,.

88Op, Cit,. 89

(53)

40

pembangunan; dan (3) sosial budaya, kerjasama teknologi, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.90

[image:53.612.107.525.195.556.2]

Berikut data yang menunjukan alokasi dana USAID kepada Indonesia di beberapa sektor/ bidang:

Tabel III.1: Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat ke Indonesia (dalam ribuan dollar)

Bidang FY 2008 FY 2009 FY 2010 FY 2011

CSH CSH State DA ESF FMF IMET INCLE NADR Total $ 25.737 250 70.953 64.474 12.872 1.037 6.150 5.117 186,590 $ 30.500 5.250 71.000 126.500 15.700 1.547 6.150 6.450 263,097 36.950 5.250 71.000 65.000 20.000 1.750 11.570 6.650 218,170 36.950 5.250 142.886 0 22.000 1.800 11.570 7.000 227,456

Sumber: "Laporan FY2011 Anggaran Kongres untuk Operasi Luar Negeri," Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, yang dirilis Mei 2010. Dikutip dalam Bruce, Vaughn Indonesia: Domestic Politics, Strategic, Dynamics, and U.S Interests, January 31, 2011, Congressional Research Service, Report for Congress hal 35.

Keterangan: Kelangsungan Hidup Anak dan Kesehatan (CSH), Bantuan Pembangunan (DA), Dana Bantuan Ekonomi (ESF), Pembiayaan Luar Negeri Militer (FMF), Pendidikan dan Pelatihan Militer Internasional (IMET), Kontrol Narkotika Internasional dan Penegakan Hukum (INCLE), Non-proliferasi Ranjau, anti-terorisme dan Terkait Program Ekspor Pengendalian dan Bantuan Keamanan

90

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional 2012, Pengembangan Kerangka Dialog

(54)

41

Perbatasan (NADR-EXBS), Non-proliferasi Ranjau anti-terorisme dan Terkait Program Bantuan Antiteror (Nadr-ATA).

Data diatas menunjukan bantuan USAID ke Indonesia berkesinambungan dan mencakup berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Bantuan USAID untuk Indonesia terus mengalami perkembangan seiring dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Pada awal kerjasama bantuan hanya mencakup masalah teknik dan ekonomi, hingga saat ini bantuan mencakup masalah kelautan dan perubahan iklim.

Bantuan di bidang kelautan mulai diwujudkan tahun 2007 saat ditandatangani MOU National Oceanic and Atmospheric Administration.91 National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan pelatihan di bidang utama untuk mendukung partisipasi Indonesia dalam Coral Triangle Initiative. Pelatihan berfokus pada pengembangan pendekatan berkelanjutan untuk pengelolaan perikanan dan penguatan pengelolaan kawasan konservasi laut.92 NOAA merupakan lembaga milik Amerika Serikat yang bergerak khusus di bidang kelautan. Selanjutnya pada tahun 2010 dikeluarkan bantuan dibidang kelautan dan perubahan iklim yaitu Indonesia Marine and Climate Support (IMACS). Proyek IMACS ini merupakan bantuan yang di khususkan hanya untuk Indonesia.

91

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional 2012, Pengembangan Kerangka Dialog

Kerjasama Bilateral Dalam Rangka Optimalisasi Sumber Pendanaan Luar Negeri Bilateral hal 36.

92

(55)

42

III.2 Indonesia Marine and Climate Support (IMACS)

Pada desember 2010 ditandatangani proyek Indonesia Marine and Climate Support (IMACS) antara pemerintah Indonesia dan USAID. Proyek IMACS berlangsung selama empat tahun mulai dari desember 2010 hingga september 2014 dengan nilai kontrak sebesar $ 17, 7 juta.93 IMACS diselenggarakan oleh USAID untuk mendukung Pemerintah Indonesia di dalam menanggapi dua isu penting, yakni pengelolaan perikanan berkelanjutan dan adaptasi perubahan iklim.94

Proyek IMACS dalam implementasinya dijalankan di bawah pengawasan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). KKP adalah institusi yang melakukan promosi untuk pemanfaatan perikanan dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam pertumbuhan perekonomian di daerah pesisir.95 IMACS bekerja pada tingkat nasional dan juga regional, dari pemerintah propinsi sampai dengan tingkat pedesaan. Kantor pusat IMACS untuk semua kegiatan proyek dan administrasi berada di Jakarta. IMACS bekerja di sepuluh kabupaten Indonesia, yaitu di propinsi Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tenggara. Kendari adalah ibu kota provinsi Sulawesi Tenggara, dan merupakan lokasi kantor lapangan IMACS. Kegiatan proyek mempunyai fokus pada lima kabupaten: Muna, Konawe Selatan, Kota Bau-Bau, Kota Kendari, dan Wakatobi. Nusa Tenggara Barat (NTB) Mataram sebagai ibukota propinsi pun menjadi lokasi kantor lapangan

93

IMACS Fact Sheet Mei 2011.

94

USAID IMACS Annual Report Fy 2012 – Executive Summary hal 3.

95

(56)

43

[image:56.612.122.559.179.594.2]

IMACS. Kegiatan berfokus di lima kabupaten berikut: Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Sumbawa.96

Gambar III.1: Peta Implementasi IMACS

http://www.imacsindonesia.com/v5/index.php/en/news/203-imacs-developing-maps-for-its-activities diakses tanggal 2 Mei 2015 jam 05.45 WIB

96

(57)

44

Ada empat komponen isu utama dalam proyek IMACS yang menunjang pelaksanaan proyek ini, pertama adalah bantuan teknis untuk meningkatkan kapasitas KKP dalam mengintegrasikan konsep kawasan konservasi perairan kedalam manajemen perikanan.97 Kapasitas dari KKP di berbagai tingkatan masih lemah karena masih dalam proses desentralisasi.98 Hal ini karena KKP baru diresmikan tahun 2000 dan masih terus melakukan reformasi dalam birokrasinya.99 USAID melalui IMACS akan memberikan dukungan terhadap perbaikan kinerja institusi, sumberdaya manusia, dan pendekatan manajemen yang baru yang mampu mendukung pemanfaatan sumber daya berkelanjutan dan penegakan hukum.100

Komponen kedua adalah pengelolaan manajemen perikanan berkelanjutan. Penangkapan ikan yang merusak dan juga kondisi terumbu karang yang memprihatinkan dapat mengancam ketersediaan ikan di Indonesia. IMACS akan memberikan bantuan teknik101 kepada KKP dalam upaya menerapkan konsep perikanan berkelanjutan dan pendekatan ekosistem untuk manajemen perikanan (EAFM) sebagai upaya untuk mempertahankan ketersedian ikan.102 Upaya ini menggunakan berbagai cara untuk menjamin regenerasi spesies sasaran dan sistem

97

IMACS Fact Sheet Mei 2011.

98

Program Description Indonesian Marine and Climate Support, 2010, hal 4.

99

http://reformasi-birokrasi.kkp.go.id/ diakses tanggal 5 Mei 2015 jam 02.00 WIB.

100

Ibid, hal 4.

101

Tiga belas pemimpin dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berpartisipasi dalam Kursus Manajemen Perikanan di Pusat Sumber Daya Pesisir (CRC) di University of Rhode Island, Amerika Serikat. Pelatihan ini berlangsung selama tiga minggu (9-27 September), pelatiahn ini adalah kursus intensif yang memberikan pengetahuan dan keterampilan difokuskan pada peningkatan pengelolaan berkelan

Gambar

Gambar II.1
Tabel II.1
Gambar II.1 di atas menunjukan intensitas curah hujan pada musim penghujan
Gambar II.2: Perbedaan Curah Hujan pada Musim Panas: Juni, Juli, Agustus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 6.4c Analisa tingkat risiko berdasarkan REBA pada proses mengangkat pasien kesadaran menurun di unit rawat inap RSAJ tahun 2009 ....

Jika FUSE baik atau sudah diganti baru tetapi masih juga tidak dapat mengeluarkan tegangan DC, maka lanjutkan dengan memeriksa transistor power switching 2SC3039 (dua buah)

Manajer investasi akan berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, seperti T/D, SBI,

Gubernur sumatera utara Gatot Pujo Nugroho memandang jika upah minimum kabupaten /kota (UMK) sudah lebih besar dari upah minimum provinsi (UMP).kita juga sudah

Dari Gambar 8 terlihat bahwa nilai tertinggi didapatkan pada stasiun E, dimana pada stasiun ini terdapat banyak penambang emas yang beroperasi, selain itu adanya

Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang

RTK GNSS -vastaanottimeen nähden edulliseen, korkeintaan noin 2500 euron myyntihintaan anturin pitäisi ratkaista mahdollisimman moni edellä esitetyistä, yksi- ja

Pada tanggal 6 September 2010, TKS, anak perusahaan, menandatangani Perjanjian Pelaksanaan Pengelolaan stockpile dan stevedoring dengan PT Kencana Andalan Bersama (KAB),