• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BANTUAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MELALUI

IV.3 Manfaat di Bidang Politik

16

BAB II

PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA DAN UPAYA MENANGGULANGI DAMPAK NEGATIFNYA

II.1 Indikasi Perubahan Iklim di Indonesia

Perubahan iklim yang terjadi di dunia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penebangan liar hutan, alih fungsi lahan, kemudian emisi gas CO2

yang terperangkap di atmosfer bumi sehingga menyebabkan suhu bumi lebih hangat. Emisi gas CO2 ini dihasilkan oleh seluruh negara di dunia. Ketika digunakan secara

berlebihan, CO2 yang berasal dari bahan bakar fosil ini memberikan dampak negatif

terhadap atmosfer bumi.33 Dampak tersebut memang tidak langsung dirasakan, tetapi suhu bumi yang terus meningkat sejak 150 tahun terakhir menjadi indikasi dari perubaan iklim global. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengklasifikasikan Indonesia sebagai salah satu negara yang suhu rata-rata

33

Secara umum, penyebab pemanasan global terbagi menjadi tiga, yaitu efek rumah kaca, efek umpan balik, dan variasi matahari. Sebagaimana diketahui, segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Dampak Global Warming dan Kesehatan diakses dari http://www.indonesian-publichealth.com/2013/05/dampak-pemanasan-global-terhadap-kesehatan.html padatanggal 31 Agustus 2014 jam 10.00 WIB.

17

meningkat 0, 2 derajat celcius dalam skala 0- 1derajat celcius untuk periode tahun 1970-2004.34 Indonesia sendiri masuk kedalam 10 besar negara penghasil emisi gas CO2 di dunia. Sedangkan data dari Joint Research Centre European Union pada tahun 2013 menunjukan bahwa Indonesia termasuk dalam daftar 10 besar negara penghasil emisi gas CO2 di dunia.35 Ini merupakan salah satu pemicu perubahan

cuaca di Indonesia. Beberapa studi yang dilakukan oleh para peneliti dan juga badan milik pemerintah menyatakan bahwa indikasi perubahan iklim telah terjadi di Indonesia.

Data-data berikut mengindikasikan perubahan pola curah hujan yang terjadi di Indonesia. Gambar- gambar dibawah ini menunjukan perubahan pola curah hujan yang terjadi di Indonesia yang terbagi dalam dua periode. Periode pertama di gambar A antara tahun 1931-1960 dan periode kedua pada gambar B antara tahun 1961-1990.

34

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book

“Global warming and climate change the context and implication for Indonesia” hal 12.

35 Trends in Global CO2 Emissions 2013 Report

, Joint Research Centre EU, PBL Netherlands Environmental Assessment Agency hal 15.

18

Gambar II.1: Perbedaan Curah Hujan Pada Musim Hujan: Desember, Januari, dan Februari

Sumber: State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2005 hal 40

Gambar II.1 di atas menunjukan intensitas curah hujan pada musim penghujan (Desember- Februari). Dapat dilihat terjadi perubahan curah hujan di beberapa bagian pulau Sumatera. Pada gambar A di bagian utara Sumatera curah hujan dari 200mm-300mm menurun menjadi 100-200mm di gambar B. Hal serupa juga terjadi di wilayah Sulawesi dan sebagian dari Maluku.

Hal yang sebaliknya terjadi di pulau Jawa, pada gambar A curah hujan 0-100mm mengalami peningkatan di gambar B menjadi 200-300mm. Sementara di wilayah selatan Kalimantan terjadi peningkatan curah hujan dari 200-300mm pada gambar A menjadi diatas 300mm pada gambar B. Sedangkan wilayah timur Kalimantan terlihat beberapa daerah yang menunjukan penurunan curah hujan.

19

Gambar II.2: Perbedaan Curah Hujan pada Musim Panas: Juni, Juli, Agustus

Sumber: State of the Environment in Indonesia (SLHI 2005) hal 40.

Adapun pada gambar II.2 tampak tingkat curah hujan saat musim kemarau (Juni- Agustus). Secara keseluruhan gambar B memperlihatkan peningkatan kekeringan dibanding gambar A, kecuali di wilayah utara Kalimantan dan Papua.

Fenomena yang serupa juga terjadi dalam hasil studi yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). LAPAN melakukan penelitian terhadap laporan bulanan curah hujan kota Jakarta dari mulai tahun 1900-2003. Dari penelitian tersebut terjadi fluktuasi curah hujan dengan tendesi terjadi peningkatan curah hujan diatas batas normal pada periode 1960-1989 dan penurunan ekstrem curah hujan 1920-1949.36 Fenomena serupa juga terjadi di wilayah Aceh, Solo, Palembang, Jambi, Lampung, dan Cilacap.37

36

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2005, hal 41.

37

20

Hasil dari kedua studi diatas menunjukan perubahan curah hujan di berbagai area di Indonesia selama periode 100 tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan iklim telah terjadi di Indonesia.38 Perubahan curah hujan yang ekstrem kemudian mempengaruhi kondisi lingkungan dan tidak jarang berakibat bencana bagi kehidupan manusia.

Selain itu perubahan curah hujan akan mempengaruhi perekonomian masyarakat Indonesia yang bergantung pada sektor pertanian. Perubahan curah hujan dapat menyebabkan bencana alam. Selain itu, perubahan tersebut dapat menstimulasi beberapa kejadian cuaca ekstrem seperti El- Nino dan La- Nina.39 Selama El- Nino musim kering panjang biasanya terjadi. Berkebalikan dengan El- Nino kejadian La- Nina memiliki potensi meningkatkan intensitas hujan yang disebagian area mengakibatkan bencana banjir.40

Data menunjukan bencana tanah longsor dan banjir yang disertai tanah longsor meningkat dua kali lipat, dari 191 kejadian pada 2010 menjadi 352 pada

38

Ibid, hal 41.

39

El- Nino adalah kondisi abnormal iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah lebih tinggi dari rata-rata normalnya. Pengertian El- Nino dan

Dampak El- Nino diakses dari

http://disperta.jambiprov.go.id/2010/index.php?show=berita&id=62&kategori=Artikel&title=Pengerti an%20El-Nino%20dan%20Dampak%20El-Nino padatanggal 3 desember 2012 jam 10.00 WIB. Sedangkan, La- Nina merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan timur equator di Lautan Pasifik, La- Nina tidak dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap. Pengertian La- Nina diakses dari http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/Fenomena.Alam/LaNina/ pada tanggal 4 Desember 2012, jam 10.30 WIB.

40

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book

21

2011.41 Berikut data yang menunjukan jumlah kejadian banjir di Indonesia dari tahun 2001 hingga 2011

Gambar II.3: Jumlah Kejadian Banjir di Indonesia

Sumber: Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012 hal 33.

Gambar diatas menunjukan frekuensi kejadian banjir yang terus meningkat setiap tahunnya terutama pada tahun 2009/2010 mencapai 962 kejadian. Banjir tidak hanya membawa kerugian materi tetapi juga bisa menghilangkan nyawa manusia jika tidak ada prediksi sebelumnya.

Meningkatnya frekuensi kekeringan dan bencana banjir dapat memberikan dampak negatif terhadap produksi lokal. Musim kemarau yang lebih panjang dapat menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Dampak kekeringan

41

22

setidaknya mulai terlihat di tahun 1993. Sebagai akibatnya pemerintah harus mengimpor produksi pangan yang mengalami gagal panen.

Tabel II.1: Luas Tanaman Padi Terkena Bencana Banjir dan Kekeringan dan Puso (ha) pada Tahun 1988-1997

Tahun Keterangan Kebanjiran(ha) Kekeringan(ha) Puso(ha)

1987 El-Nino *** 430.170 *** 1988 La-Nina 130.375 87.373 44.049 1989 Normal 96.540 36.143 15.290 1990 Normal 66.901 54.125 19.163 1991 El-Nino 38.006 867.997 198.054 1992 Normal 50.360 42.409 16.882 1993 Normal 78.480 66.992 47.259 1994 El-Nino 132.975 544.422 194.025 1995 La-Nina 218.144 28.580 51.571 1996 Normal 107.385 59.560 50.649 1997 El-Nino 58.974 504.021 102.254

Sumber: State of the Environment 2002 (SLHI 2002) hal 46.

Data diatas menunjukan bahwa sektor pertanian yang bergantung kepada musim mengalami tekanan akibat dari perubahan iklim. Beberapa kejadian banjir dan kekeringan mengalami peningkatan akibat peristiwa El- Nino dan La- Nina. Cuaca ekstrem yang tidak bisa diprediksi membuat para petani mengalami kerugian akibat gagal panen.

23

Selain itu pengaruh perubahan curah hujan juga berdampak kepada hasil pertanian. Tanpa peningkatan curah hujan, kelembaban tanah berkurang akibat dari kenaikan suhu. Kelembaban tanah yang menurun akan berpengaruh kepada hasil panen. Meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer umumnya juga mempercepat

proses fotosintesis dan juga dapat mengurangi efisiensi penggunaan air tanaman. Oleh karena itu, jika jumlah air sedikit maka suhu daun akan menjadi lebih tinggi sehingga presipitasi berkurang42 dan menghangatkan atmosfer sekitarnya.43 Hal ini memiliki kontribusi terhadap perubahan iklim.

Peningkatan suhu juga memberikan dampak negatif masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai. Ini memicu peningkatan level air laut yang dapat membahayakan eksistensi pulau-pulau kecil di Indonesia. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP) menunjukan bahwa antara tahun 2005-2007 Indonesia telah kehilangan 24 pulau-pulau kecil; 3 di Nangroe Aceh Darussalam; 3 di Sumatera Selatan dan Papua; 5 pulau di Kepulauan Riau; 2 di Sumatera Barat; 1 di Sulawesi Selatan; dan 7 pulau di Kepulauan Seribu Jakarta.44

42

Presipitasi adalah proses pengendapan, baik dari larutan ataupun dari udara permukaan ke permukaan bumi. Diakses dari http://kbbi.web.id/presipitasi tanggal 8 maret 2014 jam 12.30 WIB.

43

Darwin C. Hall, 2001, The Long- Term Economics of Climate Change: Beyond a Doublingof

Greenhouse Gas Concentrations, Amsterdam: JAI, hal 99.

44

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book

24

Tabel II.2: Kenaikan Air Laut di Beberapa Stasiun Monitor Stasiun Lokasi Kenaikan Level

Air (mm/ tahun)

Sumber

Cilacap (Jawa Barat) 1.30 Hadikusuma, 1993

Belawan (Sumatera Utara) 7.83 ITB, 1990

Jakarta 4.38 ITB, 1990

7.00 Berdasarkan data dari 1984- 2006 Semarang

Jawa Tengah)

9.37 ITB, 1990

5.00 Berdasarkan data dari 1984- 2006 Surabaya (Jawa Timur) 1.00 Berdasarkan data dari 1984- 2006

Sumatera 5.47 ITB, 1990

Panjang, Lampung 4.15 P3O-LIPI, 1991

Sumber: State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book “Global warming and climate change the context and implication for Indonesia” hal 14.

Data diatas menjelaskan bahwa terdapat fenomena kenaikan level air terjadi diberbagai wilayah di Indonesia. Semakin tahun jika masalah ini tidak diatasi tidak menutup kemungkinan kota yang berbatasan dengan laut dan posisinya lebih rendah seperti Kota Madya Jakarta Utara akan tenggelam.

Setiap kali pulau kecil di Indonesia hilang akibat tenggelam, maka akan ada dampak politik dan hukum terhadap kedaulatan Indonesia.45 Hal ini karena garis batas pantai Indonesia di beberapa area ditandai dengan eksistensi pulau-pulau kecil di bagian terluar kepulauan Indonesia. Kehilangan pulau-pulau tersebut mempunyai potensi melemahkan posisi Indonesia dalam klaim batas wilayah dan teritorial laut

45

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, Supplement Book

25

Indonesia.46 Selain itu Indonesia juga kehilangan potensi sumber daya alam yang terkandung di area tersebut. Tenggelamnya pulau-pulau terluar Indonesia akan merubah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) laut Indonesia.47

Misalkan saja, sejak tahun 2006 terjadi peningkatan fenomena coral bleaching.48 Fenomena coral bleaching terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti di Aceh Barat, Ambon dan Raja Ampat.49 Indikasi dari penyebab fenomena ini adalah perubahan suhu drastis (naik dan turun) dalam periode yang pendek. Koral yang stress karena perubahan suhu yang drastis akhirnya mudah terserang white syndrome. Jika sudah terserang maka dalam waktu singkat sekitar 2 bulan seluruh koloni akan mati.50 Jika tidak segera diatasi maka tidak menutup kemungkinan kekayaan biota laut Indonesia akan hilang dalam periode kedepan.

46Ibid

, hal 15.

47

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah sebuah konsep yang diadopsi pada Konferensi Ketiga PBB tentang Hukum Laut (1982), yang menyatakan Negara pantai mempunyai yurisdiksi atas eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut sejauh 200 mil dari garis pantai terluar. Exclusive Economic Zone, 2001, diakses dari http://stats.oecd.org/glossary/detail.asp?ID=884 pada tanggal 1 September 2014 jam 13.30 WIB.

48

State of the Environment in Indonesia (SLHI) 2007, hal 141.

49

Syafyudin, Jamaluddin, July 2012, First Quantitative Assessment of Coral Bleaching on Indonesian Reefs.

50

26

II.2 Upaya Nasional Mitigasi Perubahan Iklim Indonesia

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dampak dari indikasi perubahan iklim telah terjadi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya secara ekstrem kejadian bencana alam seperti banjir dan kekeringan. Pemerintah Indonesia kemudian mulai melakukan upaya mitigasi perubahan iklim. Salah satunya, Pemerintah Indonesia melalui Undang- Undang No. 6 tahun 1994 telah meratifikasi konvensi perubahan iklim yang disahkan oleh Presiden Soeharto.51 Selain itu Indonesia juga telah meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang- Undang No. 17 tahun 2004.

Berbagai peraturan tersebut menunjukan dukungan Indonesia kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). UNFCCC adalah forum global yang berupaya mengkonsolidasi mitigasi perubahan iklim secara kolektif di level global. Forum ini menyusun kerangka kerjasama untuk menurunkan perubahan suhu bumi secara bertahap. Pada tahun 1995 negara-negara menyadari bahwa ketentuan pengurangan emisi dalam konvensi tidak memadai. Skema utama untuk mewujudkan ini adalah Protokol Kyoto yang ditanda tangani tahun 1997.52

Protokol Kyoto merupakan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum negara maju untuk target pengurangan emisi. Periode pelaksanaan komitmen

51

Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012, hal 112.

52

Background on the UNFCCC: The international response to climate change diakses dari http://unfccc.int/essential_background/items/6031.php pada tanggal 17 Maret 2014 jam 21.30 WIB.

27

pertama Protokol dimulai pada tahun 2008 dan berakhir pada tahun 2012.53 Selama periode pertama, 37 negara industri dan Uni Eropa berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca rata- rata 5% dibanding tahun 1990.54 Protokol Kyoto hanya mengikat negara- negara maju karena Protokol Kyoto terstruktur pada prinsip-prinsip konvensi. Prinsip tersebut hanya mengikat negara-negara maju karena negara- negara tersebut mengakui bahwa mereka sebagian besar bertanggung jawab untuk peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer.55 Hal tersebut merupakan hasil dari lebih dari 150 tahun kegiatan industri. Protokol Kyoto menempatkan beban berat pada negara-negara maju di bawah prinsip pokok yang menyatakan: “bahwa tanggung jawab umum tetapi dibedakan.”56

Setelah Protokol Kyoto berakhir pada tahun 2012, dilakukan serangkaian pertemuan UNFCCC untuk menentukan skema selanjutnya untuk mengatasi isu perubahan iklim. Kemudian diselengarakan Conference of the Parties (COP) 18 UNFCCC yang menghasilkan Doha Climate Gateway atau diberlakukannya Protokol Kyoto periode kedua yang diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2103 hingga 31

53

Disarikan dari http://unfccc.int/essential_background/items/6031.php diakses tanggal 17 Maret 2014 jam 21.30 WIB.

54

Kyoto Protocol, diakses dari https://unfccc.int/kyoto_protocol/items/2830.php pada tanggal 18 maret 2014 jam 05.00 WIB.

55

Background on the UNFCCC: The international response to climate change diakses dari http://unfccc.int/essential_background/items/6031.php pada tanggal 17 Maret 2014 jam 21.30 WIB.

56

Making those first steps count: An Introduction to the Kyoto Protocol, diakses dari http://unfccc.int/essential_background/kyoto_protocol/items/6034.php pada tanggal 17 maret 2014 jam 21.40 WIB. Prinsip tanggung jawab umum tapi dibedakan mengakui adanya perbedaan sejarah antara negara maju dan negara berkembang terhadap kontribusi rusaknya lingkungan global, dan prinsip ini mengakui perbedaan dalam hal kemampuan ekonomi ataupun teknis dari masing- masing negara untuk mengatasi masalah lingkungan global. The Centre for International Sustainable Development Law (CISDL), 2002, The Principle of Common But Differentiated Responsibilities: Origins and Scope, Canada: Quebec, hal 1.

28

desember 2020. Dalam periode ini Indonesia secara sukarela menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan usaha sendiri, dan 41 persen jika mendapat bantuan internasional pada 2020.57

Untuk pelaksanaan kebijakan penurunan emisi gas rumah kaca, Indonesia menerbitkan dua peraturan presiden yaitu: Peraturan Presiden Nomer 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peraturan Presiden Nomer 71 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.58 Selanjutnya pada 19 Oktober 2011 Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono memberi arahan kepada Menteri Lingkungan Hidup untuk memastikan target penurunan emisi 26 persen bersamaan dengan menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen agar dapat terlaksana.59

Sejak tahun 1994 Pemerintah Indonesia telah memiliki beberpa program mitigasi perubahan iklim yang telah berjalan prosesnya salah satunya adalah program Clean Development Mechanism (CDM).60 CDM merupakan bentuk investasi baru di

57

Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012, hal 112- 113. Alasan utama dibalik keputusan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono adalah karena posisi geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim sehingga perlu dilakukan upaya untuk menanggulangi dampak tersebut melalui upaya mitigasi perubahan iklim bersama masyarakat global. Rencana Aksi Nasional penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Desember 2010 hal 2 diakses dari http://bappenas.go.id/files/8414/1214/1620/naskah_akademis.pdf pada tanggal 23 Febuari 2015 jam 13.45 WIB. 58Ibid , hal 112. 59Ibid , hal 112. 60

CDM adalah mekanisme dibawah Kyoto Protocol/UNFCCC, yang dimaksudkan untuk: (a) membantu negara maju/industri memenuhi sebagian kewajibannya menurunkan emisi GHGs; (b) membantu negara berkembang dalam upaya menuju pembangunan berkelanjutan dan kontribusi terhadap pencapaian tujuan Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC). Lebih jelas lihat Clean

29

negara berkembang yang bertujuan mendorong negara industri untuk melaksanakan kegiatan penurunan emisi di negara berkembang guna mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca dan membantu negara berkembang untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.61 Indonesia telah memiliki 96 proyek CDM yang telah terdaftar di UNFCCC dengan potensi reduksi sebesar 11, 3 juta ton CO2 per tahun.62

Sebagai upaya mitigasi perubahan iklim selanjutnya pemerintah Indonesia juga membentuk Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional (SIGN) yang mulai berjalan efektif pada akhir 2012. SIGN akan menjadi wadah koordinasi dari berbagai laporan inventasrisasi gas rumah kaca, perubahan emisi dan serapan gas rumah kaca, simpanan karbon nasional, proses pengawasan dan hasil inventarisasi gas rumah kaca dari instansi terkait dan pemerintah daerah.63

Di sektor industry, pemerintah Indonesia membuat Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). PROPER adalah program pengawasan dan penilaian kenerja perusahaan dalam mengelola lingkungan yang mencakup aspek udara, limbah B3, dan akan dikembangan pada aspek kerusakan lingkungan. PROPER dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup bersama Badan Lingkungan Hidup provinsi

Kehutanan dan Perkebunan, 17-11-2007, diakses dari http://www.dephut.go.id/index.php/news/otresults/706 pada tanggal 25 maret 2014 jam 14.00 WIB.

61Op, Cit.,

Undang- Undang No. 17 tahun 2004.

62

Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012, hal 112.

63

30

mengawasi dan menilai kinerja perusahaan manufaktur, pertambangan, energi dan migas, sektor kawasan dan jasa.64

Selain itu, Kementerian Perindustrian turut mengembangkan industri hijau seperti: Penggunaan mesin ramah lingkungan melalui program restrukturisasi permesinan industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, dan gula. Program ini berdampak signifikan berupa penghematan energi sebesar 25 persen.65 Penyusunan data inventori emisi CO2 equivalent di 700 perusahaan dari 8 sektor industri untuk

penetapan baseline emisi gas rumah kaca.

Upaya- upaya mitigasi di atas dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang terjadi. Pemerintah Indonesia juga terus mengkaji upaya lanjutan dalam usahanya memperbaiki kerusakan lingkungan. Selain itu untuk membantu program mitigasi perubahan iklim Indonesia juga melakukan kerjasama dengan negara lain. Salah satu mitra Indonesia adalah Amerika Serikat. Melalui lembaga United States Agency for International Development (USAID) Amerika memberikan bantuan luar negeri di bidang perubahan iklim untuk Indonesia.

64

Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2012, hal 118.

65

31

II.3. Dukungan Amerika Serikat kepada Indonesia dalam Membantu Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia

Isu lingkungan hidup di Indonesia telah menjadi perhatian USAID sejak 1990an. Namun, fokus bantuan USAID pada dekade tersebuT hanya kepada pengelolaan resiko bencana gunung berapi karena Indonesia merupakan negara dengan gunung berapi teraktif di dunia.66 Baru pada tahun 2009, USAID mulai memberikan bantuan luar negeri yang lebih luas, seperti adaptasi di bidang bencana alam dan mitigasi perubahan iklim.67

Pada tahun 2009, Amerika Serikat memberikan bantuan luar negeri dibidang ekosistem laut yaitu The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Program ini memberikan pelatihan untuk mendukung partisipasi Indonesia dalam Coral Triangle Initiative. Pelatihan berfokus pada pengembangan pendekatan yang berkelanjutan untuk pengelolaan perikanan dan penguatan pengelolaan kawasan perlindungan laut.68 Program NOAA bertujuan membangun kapasitas Indonesia untuk menyediakan pengelolaan perikanan yang komprehensif dan terkoordinasi melalui penegakan hukum, ilmu pengetahuan, dan sumber daya penguatan manajemen dan koordinasi. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini akan memberikan kontribusi terhadap upaya Indonesia untuk mengurangi penangkapan

66

http://indonesia.usaid.gov/en/USAID/Activity/345/USAID_Volcano_Disaster_Assistance_Program Diakses tanggal 18 Desember 2012, jam 12.30 WIB.

67

http://indonesia.usaid.gov/en/about/faq, Diakses tanggal 17 Desember 2012, jam 10.00 WIB.

68

http://indonesia.usaid.gov/en/USAID/Activity/273/National_Oceanic_and_Atmospheric_Administrat ion_NOAA_Training_Program diakses tanggal 31 mei 2012 jam 9.10 WIB.

32

ikan illegal serta merusak alam dan memperkuat penegakan hukum di sektor perikanan.69

Kemudian pada tahun 2010 diresmikan Indonesia Marine and Climate Support (IMACS). IMACS adalah proyek USAID bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan pelaksanaan rencana strategis lima tahun (2010-2014).70 KKP bertanggung jawab untuk mempromosikan pemanfaatan ikan dan sumber daya laut lainnya untuk kemakmuran ekonomi jangka panjang di

Dokumen terkait